I. PENDAHULUAN
1.1 Karakteristik Wilayah Bengkulu Provinsi Bengkulu mempunyai luas wilayah 1.978.870 Ha. Secara geografis terletak diantara 2o16’ – 3o31’ Lintang Selatan dan 101o01’ – 103o41’ Bujur Timur berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 km. Kondisi tofografi wilayah Provinsi Bengkulu bergelombang sampai berbukit dengan luasan 35,80 % berada pada ketinggian 0-100 dpl, 31,60% berada pada ketinggian 100-500 m dpl dan 20,50% berada pada ketinggian 500-1000 m dpl dan selebihnya pada ketinggian 1000-2000 m dpl (BPS, 2009). 1.2. Potensi Pertanian Secara umum lahan di Provinsi Bengkulu dibedakan atas lahan basah dan lahan kering. Dari luas Provinsi 1.978.870 ha terdiri atas lahan kering dataran rendah 796.800 ha, lahan kering dataran tinggi 1.071.765 ha dan agroekosistem sawah 111.305 ha. Dari data tersebut lahan kering dataran tinggi mendominasi luas Provinsi Bengkulu, namun yang memiliki potensi pengembangan pertanian berada pada lahan kering dataran rendah, karena pada dataran tinggi banyak di dominasi oleh hutan. Untuk perluasan areal tanaman pangan baik lahan basah (sawah) maupun lahan kering (padi gogo, kedelai dan jagung)
1
diperlukan pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tersebut, melalui prosedur evaluasi lahan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat diketahui lahan yang sesuai dan berpotensi untuk tanaman pangan. Tanaman pangan lahan basah diarahkan pada lahan dengan bentuk wilayah datar-berombak dan mempunyai drainase buruk sedangkan untuk tanaman pangan lahan kering diarahkan pada lahan dengan bentuk wilayah
datar-bergelombang dengan
drainase baik. Luas lahan basah dan lahan kering di Provinsi Bengkulu yang sesuai untuk tanaman pangan masing-masing 178.832 ha dan 361.544 ha. Dari data tersebut maka luas lahan yang sesuai tanaman
pangan 540.376 ha (Sukarman, I. Las dan A. Hidayat,
2008). Lahan basah adalah lahan yang secara biofisik sesuai untuk pengembangan padi sawah, meliputi lahan sawah yang ada saat ini, lahan rawa maupun nonrawa yang memungkinkan untuk digenangi atau irigasi. Di Provinsi Bengkulu lahan yang potensial untuk perluasan areal sawah masih cukup luas, baik lahan basah maupun lahan kering yang masing-masing luasnya 22.840 ha dan 88.078 ha. Meskipun lahan tersebut tergolong sesuai untuk perluasan areal tanaman
pangan,
namun
masih
terdapat
kendala
dalam
pemanfaatannya yaitu konservasi tanah dan air dan pengelolaan kesuburan tanah yang bersifat masam.
2
Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok dataran rendah iklim basah dan dataran tinggi iklim basah yang meliputi sawah lebak dan sawah irigasi dan tadah hujan. Pengembangan sawah lebak disarankan dilakukan di dataran rendah dengan lereng < 3 %, baik yang
terpengaruhi
Penyebarannya
pasang
meliputi
kota
surut
air
Bengkulu,
laut
maupun
Kabupaten
sungai. Bengkulu
Selatan, Bengkulu Utara dan Rejang Lebong, terutama pada dataran pasang surut, cekungan/rawa belakang pantai dan endapan marin di sepanjang pantai sebelah barat yang memanjang dari utara sampai selatan wilayah Bengkulu. Untuk pengembangan sawah irigasi atau tadah hujan disarankan pada lahan yang relatif datar sampai agak berombak, lereng 0 (resen/subresen) Penyebarannya
– 3 %, berasal
hasil meliputi
aktivitas kota
air
Bengkulu,
dari endapan muda sungai
dan
koluvial.
Kabupaten
Bengkulu
Selatan dan Bengkulu Utara. Untuk dataran tinggi seperti Kabupaten Rejang Lebong dapat dikembangkan padi sawah irigasi dengan mina padi dan tanaman pangan, tanaman sayuran seperti kubis, kentang, wortel, sawit, buncis, tomat dan cabe, yang pada saat ini merupakan sentra produksi terbesar kedua di Sumatera. Dari sektor Perkebunan, Provinsi Bengkulu merupakan sentra produksi nasional tanaman kelapa sawit dan karet yang penyebarannya di dataran rendah.
3
Sedangkan di dataran tinggi dikembangkan tanaman kopi dan kakao. II. KONDISI BIOFISIK LAHAN PROVINSI BENGKULU 2.1. Fisiografi dan Bentuk Wilayah Fisiografi di Provinsi Bengkulu dapat dikelompokan 9 grup fisiografi, yaitu Kubah Gambut, Grup Aluvial, Grup Marin, Grup Teras Marin, Grup Dataran/Plain, Grup Perbukitan, Grup Volkan dan Grup Pegunungan dan Plato (Tabel 1). Tabel 1. Sebaran fisiografi dan bentuk wilayah di Provinsi Bengkulu
Fisiografi Grup Kubah Gambut Grup Alluvial Grup Marin Grup Teras Marin Grup Dataran Grup Volkan Grup Perbukitan Grup Pengunungan dan Plato
Luas
Bentuk Wilayah Ha 581
% 0,03
203.671 62.860 226.312
9,67 2,99 10,75
359.068
17,05
383.342
18,21
554.884 314.708
26,35 14,95
2.105.426
100,00
Datar Datar Datar Datar, berombak, bergelombang Datar, berombak, bergelombang Berombak, bergelombang, berbukit Bergelombang, berbukit Bergunung Total
Sumber : Peta arahan tata ruang pertanian Provinsi Bengkulu
4
Kubah Gambut (Peat Dome) merupakan suatu unit lahan yang didominasi oleh endapan bahan organik dengan bentuk wilayah datar agak cembung, lereng 0-2% dan drainase sangat terhambat. Vegetasi yang tumbuh di daerah ini umumnya khas tumbuhan rawa yang mempunyai akar napas. Gambut daerah ini adalah gambut air tawar yang terdiri dari gambut dangkal < 0,5 m, gambut sedang 0,5 – 2 m dan gambut dalam > 2m. Kubah Gambut ini terdapat di Muko-muko atau daerah Air Seluma dengan luas 581 ha atau 0,03 % dari luas Provinsi. Fisiografi alluvial merupakan suatu daerah yang relative datar sampai agak berombak, lereng 0-3%, berasal dari endapan muda (resen/subresen) hasil dari proses aktivitas air sungai (fluvial) atau dan koluvial. Unit ini terdiri dari Dataran Aluvial, Kipas Aluvial/Koluvial, Teras Sungai dan Dataran Banjir. Luas fisiografi ini 203.671 ha (9,67%) terdapat
terutama di sekitar daerah
aliran
sungai. Grup marin terbentuk dari hasil atau dipengaruhi oleh proses marin, baik yang bersifat pengendapan maupun pengikisan, termasuk daerah pasang surut. Unit ini terdiri dari Beting/tanggul pantai, Dataran pasang surut, Cekungan/Rawa belakang pantai, dan Endapan marin. Fisiografi ini terdapat di sepanjang pantai sebelah timur yang memanjang dari utara sampai selatan wilayah Bengkulu yang menyebar di Bengkulu utara, kota Bengkulu, seluma sampai kaur dengan luas 62.860 ha.
5
Dataran teras marin merupakan fisiografi yang terbentuk dari aktivitas tektonik yang mengakibatkan terangkatnya bagian-bagian laut dangkal. Pengangkatan terjadi berulang-ulang dan dalam jangka waktu lama, sehingga terbentuk teras marin yang menyebar di belakang garis pantai. Dibandingkan dengan teras marin di Bengkulu Utara, teras marin di Bengkulu Selatan sangat nyata, dengan ketinggian mencapai
10-100 m dpl. Sebagian daerahnya
telah mengalami erosi berat dengan torehan-torehan sejajar memanjang mengikuti arah lereng. Batas antara teras marin satu sama lain berupa sisi yang curam, Luas fisiografi ini 226.312 ha terdapat di Bengkulu Utara sampai dengan Bengkulu Selatan berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Dataran merupakan suatu daerah peralihan dari daerah alluvial ke arah perbukitan/pegunungan. Daerah ini umumnya mempunyai
lereng yang seragam akibat proses erosi dan
pendataran. Bentuk wilayah bervariasi dari agak datar, berombak, bergelombang dan agak berbukit. Keadaan litologi sangat beragam terdiri dari batuan sedimen metamorfik dan plutonik. Luas fisiografi ini 359.068 ha yang terdapat di Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara. Perbukitan merupakan daerah angkatan, lipatan dan patahan yang mengalami proses erosi/denudasi, lereng > 15 % dengan beda tinggi 50-300 m. Grup ini terdiri dari perbukitan dengan pola random, perbukitan dengan lungur parallel dan komplek perbukitan
6
dengan bentuk khas. Penyebarannya terdapat di sepanjang bagian bawah penggunungan Bukit Barisan. Volkan merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi (Volkanik) baik endapan muda maupun endapan tua. Grup ini terdiri dari kerucut volkan, aliran lava, lava plato, aliran lahar, dataran volkan dan kipas volkan. Fisiografi ini terdapat di sekitar Timur Laut rangkaian Bukit Barisan (Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara). Pegunungan
dan
Plato
merupakan
suatu
daerah
angkatan/lipatan dan patahan yang mempunyai posisi lebih tinggi daripada perbukitan, Lereng >30% dengan beda tinggi >300 m. Grup ini terdiri dari pegunungan dan plato. Penyebarannya di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. 2.2. Bentuk Wilayah Bentuk wilayah atau relief merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk pertanian. Di Provinsi Bengkulu, bentuk wilayahnya bervariasi dari datar (lereng <3%) sampai bergunung (lereng >40%). Paling luas penyebarannya adalah bentuk wilayah datar yang terdapat pada fisiografi kubah gambut, alluvial, marin, teras marin, dataran. Bentuk wilayah berombak (lereng 3-8%) dan bergelombang terlebar pada grup Teras Marin, Dataran, dan Volkan sedangkan bentuk wilayah bergelombang terdapat pada fisiografi Grup Teras Marin, Dataran, Volkan dan grup Perbukitan. Bentuk wilayah berbukit (dengan
7
kelerengan 25-40%) hanya terdapat pada grup Perbukitan dengan luas 554.884 ha atau 26,35% dari luas Provinsi Bengkulu. Sedangkan bentuk wilayah bergunung (lereng >40%) terdapat pada Grup Pegunungan dan Plato seluas 314.708 ha (14,95%). Menurut sebaran bentuk wilayah tersebut, wilayah datar sampai bergelombang menempati wilayah terluas atau lebih dari 50 % dari luas Provinsi, dan merupakan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan tetapi perlu mempertimbangkan sifat-sifat tanahnya. Untuk pengembangan tanaman perkebunan masih dapat disarankan pada wilayah berbukit tetapi dengan menerapkan teknik konservasi tanah dan air. 2.3. Sumberdaya Iklim Berdasarkan Peta Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia maka Provinsi Bengkulu mempunyai dua pola iklim yaitu Pola III C dan IV C (Tabel 2). Pola III C mempunyai curah hujan tahunan 2000-3000 mm/th dengan bulan kering berturut-turut < 4 bulan dan bulan basah berturut-turut juga 6-8 bulan dengan rekomendasi pola tanamnya dapat ditanami sekali padi dan sekali palawija tetapi penanaman
jangan
pada
bulan
kering.
Sedangkan
pola
IV
mempunyai curah hujan tahunan 3000-4000 mm/th, mempunyai bulan kering berturut-turut < 3 bulan dan bulan basah berturutturut 7-9 bulan, sehingga dapat ditanami padi umur pendek dua kali setahun dan satu kali palawija.
8
Tabel 2. Stasiun penangkar hujan di Provinsi Bengkulu No
Stasiun
Pasarlais 1. Pajarbulan 2. Lubuktopi 3. Bengkulu 4. Lawangagung 5. Padangkemiling 6. Napauunggur 7. Surabaya 8 Aurgading 9 10. Kepahiang 11. Tertik 12. Curup/Dwitunggal 13. Musikkejalo 14. Muaraaman 15. Lebongdonok 16. Desadusunpulo 17. Gunung payung 18. Sukabaru 19. Medanjaya 20. Mukomuko 21. Lalangluas 22. Pondokkopi 23. Pondokpanjang 24. Ujungpandang 25. Bintuhan 26. Manna 27. Bungintambun Sumber:
CH tahunan (mm) 2.567 3.036 3.506 3.274 2.462 3.567 3.346 2.682 4.161 3.243 2.542 2.589 2.003 3.954 2.551 3.278 2.719 3.042 2.639 3.229 3.318 2.932 3.409 2.669 2.543 3.133 3.407
Cluster III C IV A IV C IV C III C IV C IV C III C VC IV C III C III C III C IV C III C IV C III C IV C III C IV C III C IV A III C III C IV C IV C IV C
Distribusi curah hujan dan hari hujan selama lima tahun terakhir disajikan pada Lampiran 2.
9
III. ZONA AGRO-EKOLOGI BENGKULU Secara umum zona agroekologi terbagi dalam 6 zona yaitu I, II, III, IV, V dan IV. Beberapa zona dibagi lagi kedalam sub-sub zona, dimana faktor penentu sub zona adalah regim suhu. Peruntukan
setiap
zona
dan
sub
zona
mempertimbangkan
kesesuaian kondisi lahan terhadap suatu jenis komoditas tertentu, serta memandang aspek-aspek konservasi tanah dan air. Zona I, V dan VI merupakan zona-zona yang mempunyai kondisi ekstrim, seperti lereng yang sangat curam, drainase yang buruk atau sifat tanah yang tidak mendukung sehingga ketiga zona tersebut diperuntukan bagi hutan, terutama sebagai hutan lindung atau hutan penyangga. Zona II, III dan IV mempunyai kondisi yang umumnya lebih baik dari zona-zona lainnya. Zona II hanya diperuntukan tanaman perkebunan, Zona III untuk sistem wana tani. Sedangkan Zona IV untuk system pertanian (lahan basah dan kering). Berdasarkan keadaan lahan, sifat-sifat tanah atau keadaan iklim yang ada, zona agroekologi Provinsi Bengkulu terbagi menjadi 6 zona yaitu I, II, III, IV, V dan VI. Beberapa zona dibagi lagi dalam sub-sub zona yaitu II a, II b, III a dan IV a1 dan IV a2. Zona I terletak pada daerah-daerah perbukitan, volkan dan pegunungan. Kondisi lereng yang sangat curam (40%) dengan elevasinya 0 – 75
10
dan 750 – 2000 m. Alternatif pengembangan pertanian lebih ditekankan pada usaha membiarkan atau melindungi kondisi vegetasi yang ada secara alami menurut ekosistem aslinya, sebagai kawasan hutan lindung. Zona I merupakan zona terluas di Provinsi Bengkulu seluas 7.400 km2 atau 35,24% dari seluruh luas Provinsi. Zona V terutama dibatasi oleh kondisi drainase yang buruk, terletak pada tepi-tepi sungai atau jalur sungai. Kondisi lereng datar (<3%) sehingga zona ini lebih diutamakan untuk dijadikan hutan mangrove yang berfungsi sebagai penyangga, terutama untuk mengurangi bahkan meniadakan pengikisan air laut atau arus sungai terhadap tanah-tanah di sepanjang tepi jalur pantai atau sungai. Vegetasi yang sesuai untuk kondisi ini antara lain tanaman bakau, gelam dan nipah. Luasan zona V hanya sedikit sekali < 0,01 % dari seluruh luasan Provinsi Bengkulu. Zona VI juga dibatasi dengan kondisi drainase yang buruk, merupakan daerah gambut. Menurut USDA (1992) zona ini merupakan tanah histosol yang terletak pada daerah rawa-rawa dan daerah genangan lainnya. Dengan mempertimbangkan kondisi lahan yang kurang baik untuk budidaya tanaman maka lebih tepat bila zona ini dijadikan sebagai kawasan lindung dengan membiarkan vegetasi aslinya tumbuh secara alami. Luasan zona ini mencapai 300 km2 (1,43%). Zona II yang terletak pada dataran tuf masam, dataran, perbukitan, volkan dan pengunungan, sudah mempunyai kondisi
11
yang baik untuk budidaya namun masih perlu adanya tindakan konservasi karena mempunyai kelerengan yang berkisar dari sedang hingga curam (16 – 40%), maka zona ini disarankan untuk dijadikan sebagai daerah perkebunan dengan membudidayakan tanaman keras dan tanaman tahunan. Zona ini dibedakan lagi dalam 2 sub zona, yaitu sub zona IIax dengan ketinggian < 750 m dpl dan sub zona IIbx dengan ketinggian antara 750 – 2000 m dpl. Sub zona IIax mencapai luasan 5800 km2 (27,61%) dan sub zona IIb mencapai luasan 1700 km2 (8,11%). Zona III mempunyai kondisi tanah yang baik untuk budidaya, dengan kelerengan didominasi oleh lereng yang sedang hingga agak curam (8-16%) dengan kelompok komoditas utama yaitu palawija dengan menyertakan kelompok tanaman pelindung berupa perdu atau pohon-pohonan. dengan kondisi lahan kering. Alternatif tanaman pelindung antara lain sengon, lamtoro atau akasia, diikuti tanaman palawija seperti padi gogo, jagung dan kacang tanah untuk sub zona panas lembab (IIIa) atau tanaman sayur-sayuran dataran tinggi untuk sub zona lembab sejuk (IIIb). Luasan sub zona IIIa mencapai 2800 km2 (13,32%) dan luasan sub zona IIIb mencapai 800 km2 (3,81%). Zona IV ini lebih banyak di tepi-tepi sungai dataran rendah dan sebagian kecil terletak di dataran tinggi, sehingga cocok untuk zona pertanian. Zona ini berdasarkan kondisi drainasenya maka dibedakan atas 2 sub zona , yaitu sub zona IVa1 merupakan zona
12
lembab dengan drainase buruk dan sub zona IVa2 merupakan zona lembab dengan drainase baik. Sub zona IVa1 diperuntukkan untuk budidaya pertanian lahan basah yaitu padi sawah. Sedangkan sub zona IVa2 diperuntukkan untuk budidaya dengan alternatif
pertanian lahan kering
tanaman antara lain serealia, kacang-kacangan
dan umbi-umbian. Sub zona IVa1 mencapai luasan 1600 km2 (7,62%) sedangkan sub zona IVa2 mencapai luasan 600 km2 (2,85%).
13
IV. PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU
Untuk mendapatkan Pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai secara fisik dan layak dikembangkan secara ekonomi maka perlu
membandingkan
antara
karakteristik
tanah
dengan
persyaratan tumbuh tanaman dengan mempertimbangkan aspek kesesuian lahan, kelayakan usahatani dan komoditas unggulan/eksis daerah. Adapun manfaat dari adanya pewilayahan komoditas pertanian yaitu sebagai arahan rencana pengkajian paket teknologi spesifik lokasi dan pengembangan pertanian sesuai dengan potensi lahan yang ada. Pewilayahan komoditas pertanian di Provinsi Bengkulu
baru mencakup sebagian wilayah Kabupaten Bengkulu
Utara, Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Pewilayahan komoditas pertanian di Bengkulu utara baru dilakukan pada 2 kecamatan yaitu Arga Makmur dan Padang Jaya yang terdapat pada Tabel 3. Areal seluas 16.789 ha termasuk dalam zona I merupakan areal hutan pada kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya yang perlu dilestarikan. Pemanfatan yang cocok yaitu hutan lahan kering karena kelerengan > 40 %. Komoditas pertanian unggulan pada lahan kering zona II
yaitu tanaman hortikultura
tahunan yaitu durian, jeruk dan rambutan dengan luas lahan 96 ha. Dalam pemanfatan lahan ini perlu adanya tindakan konservasi untuk mencegah terjadinya erosi dengan cara mempembuatan teras.
14
Komoditas unggulan lahan kering zona III dan IV yaitu tanaman perkebunan seperti sawit, karet, kopi robusta, durian, kakao dan jeruk. Sedangkan komoditas untuk lahan basahnya padi sawah, cabe, jagung. Kacang tanah, kedelai, jagung dan padi gogo. Tabel 3. Pewilayahan komoditas pertanian di Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya Luas Simbol Pewilayahan komoditas pertanian Ha % I/Dj Hutan lahan kering 16.789 34,29 II/Dh Durian, jeruk, rambutan 96 0,20 III/Deh Sawit, karet, kopi robusta, durian, 20.987 42,87 kakao, jeruk III/Wr Padi sawah, cabe, kacang tanah, 1,79 jagung, kedelai, padi gogo 874 IV/Wr Padi sawah, cabe, kacang tanah, 6,27 jagung, kedelai, padi gogo 3.070 IV/Deh Sawit, karet, kopi robusta, durian, 12,99 kakao, jeruk 6.362 IV/Wr Padi sawah, cabe, jagung, padi gogo, 1,07 ubi kayu, mentimun 524 IV/Deh Sawit, durian, kakao, jeruk, pisang, 0,52 rambutan 255 Sumber : Peta pewilayahan komoditas pertanian kec. Arga Makmur dan Padang Jaya
Pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Rejang Lebong baru dilakukan pada 3 kecamatan yaitu Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang yang terdapat pada Gambar 1 dan Tabel 4. Pewilayahan komoditas pertanian zona I baik lahan kering maupun lahan basah diperuntukan untuk kawasan konservasi demikian juga pada zona II lahan keringnya. Komoditas pertanian unggulan lahan
15
basah zona II yaitu padi sawah, padi gogo, kentang, wortel dan kacang tanah Untuk lahan kering zona III cocok untuk tanaman
Gambar 1. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian di Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang
16
Tabel 4. Pewilayahan komoditas pertanian di Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang Simbol I/Dj I/Wj II/Dj II/Wr II/Wr III/Dfhe III/Dfhe III/Dhf III/Dj III/Wr III/Wr IV/Dfhe IV/Dfhe IV/Dfhe IV/Wr IV/Wr
Luas Ha % 38.199 53,39 353 0,49 13.440 18,23 kentang, 302 0,28
Pewilayahan komoditas pertanian
Kawasan konservasi Kawasan konservasi Kawasan konservasi Padi sawah, padi gogo, kacang tanah Padi sawah, padi gogo, wortel, kacang tanah Jagung, kubis, kopi arabika, tomat, kentang, kayu manis Jagung, kubis, kopi arabika, tomat, kentang, kayu manis Kubis, tomat_sy, kentang, kacang tanah Kawasan konservasi Padi sawah, padi gogo, kentang, kacang tanah Padi sawah, padi gogo, wortel, kacang tanah Jagung, kubis, wortel, kopi arabika, tomat, kentang, kacang tanah Jagung, kubis, wortel, kopi arabika, tomat, kentang, kayu manis Jagung, kubis, wortel, kopi arabika, tomat, kentang, kacang tanah, kayu manis Padi sawah Padi sawah, jagung, padigogo, kentang
Sumber : Peta pewilayahan komoditas pertanian kec. Selupu Rejang
2.949
4,12
799
1,12
208
0,29
1.482
2,07
4.634 3.269
8,48 4,57
1.108
1,55
422
0,59
422
0,59
349
0,49
274 1.020
0,38 1,43
Curup, Bermani Ulu dan
17
pangan hortikultura dan perkebunan dan sebagian besar untuk kawasan konservasi. Sedangkan lahan basahnya diperuntukkan untuk padi sawah, padi gogo, kentang, wortel dan kacang tanah. Komoditas pertanian unggulan lahan kering dan basah zona IV hampir sama dengan zona III. Tabel 5. Pewilayahan komoditas pertanian di Kecamatan Manna dan Seginim Luas Simbol Pewilayahan komoditas pertanian Ha % II/Deh Kelapa, karet, durian 10.055 30,34 III/Deh Kelapa, karet, durian 2.178 6,5 III/Deh Nilam, kelapa, karet, durian 2.076 6,26 III/Dh Kelapa, karet, durian 362 1,09 II/Dfeh Jagung, kacang tanah, ubi jalar, nilam, 3.500 10,56 kelapa, karet, durian III/Dfeh Jagung, kacang tanah, ubi jalar, nilam, 886 2,67 kelapa, karet, durian III/Dfeh Kacang tanah, ubi jalar, nilam, kelapa, 630 1,90 karet,durian IV/Dfhe Jagung, kacang tanah, cabe, ubi jalar, 1.086 3,28 nilam IV/Dfhe Jagung, kacang tanah, cabe, ubi kayu, 3.629 10,95 ubi jalar, nilam, kelapa, karet , durian III/Wr Padi sawah, kacang tanah, ubi jalar 2.186 6,60 IV/Wr Padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi 4.355 13,14 jalar IV/Wr Padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi 58 0,18 kayu, ubi jalar IV/Dj Kawasan konservasi 1.130 3,41 Sumber : Peta pewilayahan komoditas pertanian kec. Manna dan Seginim
18
Pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Selatan baru dilakukan pada 2 kecamatan yaitu Manna dan Seginim yang terdapat pada Gambar 2 dan Tabel 5. Komoditas pertanian
Gambar 2. Peta pewilayahan komoditas Pertanian di Kecamatan Manna dan Seginim
19
unggulan lahan kering zona II adalah tanaman perkebunan dan hortikultur sedangkan pada zona III komoditasnya cocok untuk tanaman pangan, pada lahan basah komoditasniya padi sawah, kacang tanah dan ubi jalar demikian juga pada zona IV komoditasnya ditambah jagung dan ubi kayu. Lahan kering zona IV diperuntukan sebagai kawasan konservasi dengan luas 1.130 ha atau 3,41% dari luas Kecamatan Manna dan Seginim
20
V. JENIS-JENIS TANAH DI PROVINSI BENGKULU Berdasarkan system “Soil Taxonomy atau Taksonomy Tanah (Soil Survey Staff, 1975; 1999), terdapat 11 ordo tanah yaitu namun yang terdapat di Provinsi Bengkulu hanya 6 ordo baik pada lahan basah maupun lahan kering yaitu histosol, entisol, inceptisol, andisol dan ultisol. Ordo tanah pada lahan kering di Provinsi Bengkulu meliputi entisol seluas 66.000 ha, inceptisol seluas 991.000 ha, andisol seluas 232.000 ha, ultisol seluas 706.000 ha dan oxisols seluas 16.000 ha. Diantara ordo tanah tersebut yang terluas adalah inceptisol dan diikuti oleh tanah ultisol (tabel 6). Tabel 6. Jenis tanah di lahan kering pada tingkat ordo di Provinsi Bengkulu No Ordo tanah Luas (Ha) 1 Entisols 66.000 2. Inceptisols 991.000 3. Andisols 232.000 4. Ultisols 706.000 5. Oxisols 16.000 Sumber : diolah Subagyo et all (2000) dalam A. Hidayat dan A. Mulyani
Pada Gambar 3, Gambar 4 dan Tabel 7 disajikan juga klasifikasi tanah masing-masing ordo tanah di beberapa kecamatan di Provinsi Bengkulu yang diambil dari peta tanah skala 1: 50.000
21
Gambar 3. Peta Tanah Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang
22
Gambar 4. Peta Tanah Kecamatan Manna dan Seginim
23
Entisol Entisol
termasuk tanah-tanah muda yang belum memiliki
horizon penciri, sehingga disebut sebagai
tanah yang belum
berkembang . Tanah ini terbentuk dari endapan sungai dan marin. Tanah yang berkembang dari endapan sungai mempunyai drainase terhambat, pH masam sampai agak masam, tekstur halus, hara tersedia sedang sampai tinggi. Tanah ini menempati fisiografi dataran alluvial, jalur meader dan dataran banjir. Sedangkan tanah dari bahan endapan marin dijumpai di beting pantai dan dataran pasang surut. Tanah di daerah beting pantai mempunyai drainase cepat, tekstur kasar, hara tersedis rendah, pH netral. Sedangkan di daerah pasang surut berdrainase sangat terhambat, pH masam dan kadar pirit tinggi. Entisol merupakan termasuk dalam tanah-tanah pertanian utama. Luas tanah ini di Provinsi Bengkulu 66.000. Dari klasifikasi tanah di beberapa kecamatan di 3 kabupaten di Provinsi Bengkulu terlihat bahwa ada 3 subordo yaitu Fluvents, Psamments dan orthents. Fluvents: terbentuk dari endapan di dataran banjir sungai, reaksi tanahnya cenderung masam sampai agak masam (5,0 – 6,5).
Psamments : entisols yang bertekstur pasir atau pasir berlempung, reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,0 – 4,8 ). Lapisan bawah umumnya lebih masam daripada lapisan atas, kandungan bahan organik sangat rendah sampai rendah. Orthents : entisols berpenampang dangkal/tifis dan berbatu-batu di lereng-lereng yang
24
curam, reaksi tanah cenderung masam sampai agak masam (pH 5 – 6,5). Tabel 7. Klasifikasi tanah beberapa kecamatan di Provinsi Bengkulu menurut Sistem Soil Taxonomy Ordo Subordo Grup Great Grup Kec. Arga Makmur dan Padang Jaya Kab. Bengkulu Utara Inceptisol Udept Dystrudepts Typic Dystrudepts Eutrudepts Typic Eutrudepts Typic Eutrudepts Entisols Fluvents Udifluvents Typic Udifluvents Ultisols Udults Hapludults Typic Hapludults Paleudults Typic Paleudults Kec. Curup, Bermani Ulu, Selupuh Rejang Kab. Rejang Lebong Inceptisols Aquepts Epiaquepts Typic Efiaquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts Udepts Dystrudepts Typic Dystrudepts Aquic Dystrudepts Humic Dystrudepts Lithic Dystrudepts Andisols Udans Hapludans Acrudoxic Hapludans Oxicaquic Hapludans Typic Hapludans Kec. Manna dan Seginim Kab. Bengkulu Selatan Entisols Psamments Udipsamments Typic Udipsamments Orthents Udorthents Typic Udorthents Inceptisols Aquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts Epiaquepts Typic Efiaquepts Udepts Dystrudepts Reptic-ultic Dystrudepts Typic Dystrudepts Oxic Dystrudepts Aquic Dystrudepts Vitrandic Dystrudepts Ultisols Udults Hapludults Typic Hapludults Udults Kanhapludults Typic Kanhapludults Humults Kandihumults Typic Kandihumults Sumber : Diolah dari peta tanah skala 1: 50.000 beberapa kecamatan di Provinsi Bengkulu
25
Potensi
kesuburan
alami
entisols
sangat
bervariasi
tergantung dari sumber bahan induk dan lingkungan pembentuknya. Psamments umumnya lebih miskin. sedangkan Orthents dan Fluvents bervariasi dari sedang sampai tinggi. Inceptisols Inceptisols termasuk tanah dalam perkembangan awal, dicirikan dengan adanya perkembangan structural yang masih lemah dan adanya horizon penciri kambik. Penyebarannya sangat luas pada landform alluvial, fluvio-marin, dataran dan perbukitan tektonik dan volkanik. Di dataran alluvial pada wilayah datar atau cekung, tanah di pengaruhi oleh air tanah dangkal atau tergenang yang menyebabkan tanah berdrainase terhambat yang dicirikan banyak karatan di dalam penampang. Di dataran fluvio-marin, tanah ini banyak mengandung bahan sulfidik pada kedalaman > 50 cm dari permukaan tanah. Pada landform tektonik dan volkan, tanah ini berkembang dari batuan sedimen dan batuan volkan tua yang sifatnya dipengaruhi oleh posisi lereng, drainase umumnya baik, pH masam sampai sangat masam, miskin hara, kapasitas tukar kation tanah bervariasi, dan kejenuhan basa umumnya rendah. Luas Inceptisol di Provinsi Bengkulu 991.000 ha yang merupakan terluas dibanding tanah-tanah yang lain. Dari klasifikasi tanah beberapa kecamatan terdapat 2 subordonya yaitu Udepts dan Aquepts. Udepts merupakan tanah tanah pertanian utama pada
26
lahan kering di wilayah humid dengan rejim kelembaban tanah udik sampai perudik (sangat lembab). Andisols Andisols termasuk tanah pertanian utama lahan kering adalah udands yaitu andisols yang berdrainase baik di wilayah beriklim humid, dengan rejim kelembaban tanah udik. Ustands : andisols yang terdapat di wilayah agak kering sampai kering dengan rejim kelembaban tanah ustik. Vitrands
yaitu andisols yang
bertekstur kasar dengan kandungan gelas volkan yang tinggi. Dari data analisis andisols menunjukkan bahwa andisols memiliki tekstur bervariasi dari berliat sampai bertekstur kasar namun
sebagian
besar
tergolong
berlempung
halus
sampai
berlempung kasar, reaksi tanah umumnya agak masam (pH 5,6 – 6,5), kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi dan lapisan bawahnya umumnya rendah. Kandungan P dan K potensial bervariasi sebagian sedang sampai tinggi. Jumlah basabasa dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi yang didominasi oleh Ca dan Mg. KTK sedang sampai tinggi, dengan KB umumnya sedang. Dari uraian di atas maka potensi kesuburan alami andisols termasuk sedang sampai tinggi. Luas andisols di Provinsi Bengkulu 232.000 Ha yang penyebarannya di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan. Dari klasifikasi tanah beberapa kecamatan terdapat 1 subordo dari andisols yaitu Udans. Udans merupakan
27
tanah pertanian lahan kering, berdrainase baik yang terdapat di wilayah beriklim humid seperti Provinsi Bengkulu. Tanah ini dapat dijumpai pada fisiografi volkan dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang dan berbukit. Ultisols Tanah ultisols dikenal secara popular dengan sebutan tanah Padsolik yaitu tanah-tanah yang telah berkembang lanjut, yang dicirikan oleh adanya perkembangan struktur dan peningkatan liat. Yang terbentuk dari batuan granit dan sedimen masam pada landform tektonik dan volkanik dengan bentuk wilayah berombak hingga berbukit. Ultisols yang termasuk tanah-tanah pertanian utama lahan kering adalah udults. Udults yaitu ultisols yang terbentuk di wilayah basah dengan rejim kelembaban udik dan perudik. Humults adalah ultisols di daerah pengunungan dengan ilkim lembab sampai agak kering, dengan kandungan humus tinggi. Ustults adalah ultisols yang terdapat di wilayah agak kering sampai kering yang miskin humus dengan rejim kelembaban tanah ustik. Luas
ultisols
di
Provinsi
Bengkulu
706.000
ha
yang
merupakan terluas kedua setelah inceptisols. Ultisols yang dijumpai di Propvinsi Bengkulu mempunyai penampang tanah dalam, bentuk wilayah datar sampai bergunung, lereng 1 - > 40 %, tekstur halus sampai sedang, pH sangat masam sampai agak masam, drainase baik, kandungan hara tanah rendah.
Ultisols lainnya mempunyai
28
penampang tanah dalam, drainase baik, pH tanah sangat masam sampai masam, tekstur halus sampai sedang, kandungan hara tanah rendah dan KTK liat < 12 me/100 g liat. Selain itu dijumpai juga ultisols yang sifat fisik hamper sama dengan kandungan bahan organic tinggi dengan kandungan hara lebih baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa potensi kesuburan alami ultisols sangat rendah sampai rendah. Oxisols Oxisols dikenal sebagai tanah laterit atau latosol yaitu tanahtanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat lanjut (tua) dan banyak terdapat di daerah sekitar katulistiwa, yang dicirikan adanya horizon oksik pada kedalaman < 150 cm dari permukaan tanah. Karena pelapukannya sangat lanjut maka cadangan mineral sangat sedikit, unsure hara sangat rendah terutama hanya ada pada sisasisa organisme. Ultisols terbentuk dari batuan volkan tua, batuan sedimen pada wilayah berombak sampai berbukit. Penampang tanah umuunya dalam sampai sangat dalam. Struktur berbutir atau remah, gembur, pH masam, KTK liat dan Ktk efektif, miskin hara dan cadangan mineral sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa potensi kesuburan alami Oxisols sangat rendah sampai rendah. Di Provinsi Bengkulu, luas tanah ini 16.000 ha yang merupakan terkecil dibanding tanah-tanah lain. Histosols
29
Histosol dikenal sebagai tanah organosol atau tanah gambut, yaitu tanah-tanah yang berkembang dari endapan bahan organik dalam suasana jenuh air. Ketebalan bahan organic bervariasi dari dangkal
(<100
cm)
sampai
tebal
(>300
cm)
dan
tingkat
kematangan sangat bervariasi dari fibrik, hemik ataupun saprik. Histosol terbentuk bila produksi dan penimbunan bahan organic lebih besar dari mineralisasinya. Keadaan demikian terdapat di tempat-tempat yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Oleh karena itu dekomposisi bahan organic terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik. Tanah gambut bersifat rapuh (fragile).
30
Daftar Pustaka A.Hidayat dan A.Mulyani.2003. Lahan kering untuk pertanian dalam buku teknologi pengelolaan lahan kering. Hal 1 – 34. Pusat Penelitian dan Pengembanga Tanah dan Agroklimat. Bogor Badan Litbang Pertanian. 2006. Peta arahan tata ruang pertanian Provinsi Bengkulu. Departemen Pertanian. Jakarta. BPTP
Bengkulu.
2004.
berdasarkan
zona
Pewilayahan agroekologi
di
komoditas
pertanian
Provinsi
Bengkulu.
Bengkulu. BPS. 2009. Bengkulu dalam angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu. Hikmatullah, N.Suharta dan A. Hidayat. 2008. Potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.2.No.1 Hal 45 – 58. Bogor Hakim, N. M.Y.Nyakpa, A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.A.Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1991. Zona
agro-ekologi
dan alternatif pengembangan pertanian pulau sumatera. Bogor. S. Hardjowigeno.1993. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Edisi pertama. Akademika Pressido. Jakarta
31
Soil Survey Staff. 1998. Taksonomi tanah. Edisi kedua bahasa indonesia. 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Sukarman, I.Las dan A. Hidayat. 2008. Potensi dan ketersedian lahan pertanian untuk perluasan areal tanaman pangan. Dalam prosiding simposium V tanaman pangan inovasi teknologi tanaman pangan
32