109
BAB V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis, Karakteristik Fisik dan Administrasi Wilayah Letak geografis dan sarana trasportasi yang menunjang merupakan factor penting dalam pengembangan wilayan. Perekonomian wilayah tidak dianggap sebagai suatu perekonomian tertutup karena akan terjadi aliran faktor-faktor produksi terutama modal dan tenaga kerja serta barang. Aliran faktor produksi dan barang sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi antar wilayah. Kemudahan akses antara satu wilayah dengan wilayah yang lain sangat mempengaruhi pengembangan wilayah. Wilayah studi yang mempunyai karakteristik kepulauan dan komoditi sumber daya mineral yang khas dipisahkan oleh laut baik akses ke Palembang sebagai pusat pertumbuhan provinsi Sumatera Selatan maupun Jakarta sebagai pusat pertumbuhan nasional. Letak strategis lainnya adalah wilayah Bangka – Belitung merupakan jalur pelayaran regional dan internasional terutama jalur pelayaran dari utara ke selatan maupun dari selatan ke utara, terutama sebelah timur yang di pisahkan oleh selat Karimata. Lokasi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipisahkan oleh laut menimbulkan permasalahan transportasi untuk menjamin kelancaran perdagangan ke wilayah lain. Transportasi yang ada saat ini adalah transportasi laut (kapal,ferri) dan udara (pesawat udara). Kondisi ini merupakan kendala yang cukup besar dalam pemgembangan wilayah Kepulauan Bangka Belitung, jika pelayanan dan jasa tidak ditingkatkan. Dari aspek geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat menguntungkan mengingat letaknya relatis dekat dengan Palembang, Jakarta, Batam, Kalimantan Barat (Pontianak). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang relatif baru terbentuk yang sebelumnya merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan. Provinsi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 2 7 tahun 2000, tanggal 4 Desember 2000 . Secara geografis, wilayah provinsi ini terletak di antara 104 0 50 0' - 1090 30 0 ' Bujur Timur dan 00 50' - 40 10 ' Lintang Selatan. Secara administratis provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
110
-
sebelah Utara berbatasan dengan Laut antara Pulau Tujuh (di Utara Pulau Bangka) dan Pulau Berhala (di Selatan Pulau Singkep) serta Laut Cina Selatan;
-
sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;
-
sebelah Barat berbatasan dengan daratan Timur Sematera Bagian Selatan dan Selat Bangka; dan
-
sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata. Provinsi ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan
kecil. Dua pulau terbesar adalah Pulau Bangka dan Pulau Belitung, selain itu juga terdapat beberapa pulau-pulau besar lainnya seperti Pulau Lepar, Pulau Seliu, Pulau Mendanau, Pulau Nadu dan Pulau Batu Dinding. Total wilayah Provinsi ini mencapai 81.725 Km2, dimana 20 % diantaranya merupakan wilayah daratan dan sisanya merupakan wilayah laut, dengan total garis pantai sepanjang 1.200 Km. Keadaan topografi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya bergelombang dengan ketinggian antara 30-669 meter diatas permukaan laut. Daerah yang paling tinggi di mempunyai ketinggian 699 meter merupakan puncak gunung Maras, sedangkan daerah yang tertinggi pada umumnya berhulu di daerah perbukitan atau pegunungan dan bermuara ke laut. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan saluran utama pembuangan air hujan khususnya kotamadya Pangkalpinang. Keadaan tanah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung umumnya didominasi oleh tanah podsolik coklat kekuningan terutama mengandung mineral bijh timah, kaolin, pasir kuarsa, batu gunung dan batuan alluvial. Oleh karena itu pada umumnya tanah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relative kurang subur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beriklim tropis dan suhu rata-rata 27,60C dengan suhu terendah 21,80C dan suhu tertinggi 33,40C. Kelembaban udara rata-rata 85% dan curah hujan bervariasi antara 1.776 – 4.000 mm per tahun. Tahun 2003, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah, yang pada akhirnya terbentuklah 7 (tujuh) wilayah administratif, yang meliputi 36 kecamatan, 54 kelurahan, dan 267 desa. Sebelumnya Provinsi ini hanya terdiri dari 1 (satu) kota dan 2 (dua) kabupaten saja.
111
Tabel 8. Profil Wilayah Administratif Sebelum Pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Luas Wilayah Kabupaten / Kota Kecamatan Desa/Kel. (Km2) Bangka Belitung Kota Pangkalpinang
1 1.554 4. 801 89
22 5 5
212 36 35
Sumber: RTRWP Kepulauan Bangka Belitung 2002
Tabel 9. Profil Wilayah Administratif Setelah Pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kabupaten / Kota Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Kota Pangkal Pinang
Luas Wilayah (Km2) 2 .951 2.821 2. 156 3.607 2.294 2.507 89
Kecamatan
Desa
Kel
8 5 4 5 5 4
60 53 39 45 40 30 -
9 4 1 3 2 35
5
Sumber: BPS Prov Bangka Belitung 2009
5.2 Karakteristik Kependudukan Penduduk di provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut statistik tahun 2009 mencapai 1 juta jiwa yang terdistribusi hampir merata di setiap Kota/Kabupaten. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata provinsi ini sebesar 65 jiwa per Km2 . Jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Pulau Sumatera dan secara nasional, kepadatan penduduk di provinsi ini lebih kecil. Kepadatan penduduk rata-rata di masing-masing Kabupaten bervariasi antara 35 - 84 jiwa per Km 2. Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi, yakni 1.635 jiwa per Km2 atau 16 jiwa per Ha. Perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi antara wilayah Kabupaten dan kota ini akibat luasan wilayah yang relatif sangat berbeda, dimana hanya sebagian kecil saja wilayah Kabupaten yang merupakan kawasan perkotaan , sebaliknya hampir diseluruh wilayah kota Pangkapinang merupakan wilayah perkotaan. Jumlah rumah tangga di provinsi ini tahun adalah 247.265 KK. Ini berarti dalam
112
setiap rumah tangga di provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata terdiri dari 4 (empat) jiwa. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata penduduk di provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 1,54% per tahun, lebih besar dari rata-rata laju yang sama di tingkat nasional. Beberapa Kabupaten di provinsi ini, khususnya yang berada di Pulau Bangka memiliki laju pertumbuhan penduduk di atas rata-rata provinsi. Tabel 10. Distribusi Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009 Luas Wilayah – Km2
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Pangkalpinang
2.950,68 2.820,61 2.155,77 3.607,08 2.293,69 2.506,9 1 89,40
246.83 7 147.855 133.380 148.9 16 1 32 .927 87. 380 146.161
84 52 62 41 58 35 1.63 5
1,78 1,78 1,78 1,78 1, 12 1,12 1,66
5 5, 1 3 1 2 9,3 78 3 5,8 74 34,446 32,440 24, 160 3 5,8 3 6
Provinsi Kep. Babel
16.424,00
1.043.456
64
1,54
247,265
446.687,00
42.881.921
96
-
-
1.860.360,00
215.801.722
116
Kota / Kabupaten
Pulau Sumatera Indonesia
Kepadatan (Jiwa/Km2)
AG Jumlah KK %
1,34
-
Keterangan: Laju pertumbuhan penduduk (AG) per kotaan/Kabupaten menurut statistik perioda 2005 - 2009; AG provinsi dan Indonesia menurut statistik perioda 2005 - 2009 Sumber: BPS Pusat, BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Hasil Perhitungan
5.3
Karakteristik Ketenagakerjaan Secara garis besar proporsi penduduk berusia produktif (antara 15 - 64
tahun) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup besar, yakni 6 7 % dari total penduduk yang ada. Proporsi ini juta tidak terlalu berbeda dengan proporsi penduduk berusia produktif di tingkat nasional. Angka beban tanggungan (angka bekan tanggungan proporsi penduduk tidak berusia produktif / penduduk berusia produktif) provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak terlalu berbeda dengan angka beban tanggungan secara nasional, berturut-turut 49,7 0%o dan 49,9 0%o . Jumlah angkatan kerja di provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009 adalah 485.514 jiwa. Dari total angkatan kerja yang ada, 8,1%omasih belum bekerja (pengangguran: proporsi jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan terhadap total jumlah angkatan kerja). Proporsi pengangguran di provinsi ini lebih kecil dari angka nasional ( 10,24 %o).
113
Gambar 11. Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sumber: Bakosurtanal
114
Namun di beberapa kota/Kabupaten di provinsi, tingkat penganggurannya lebih besar dari angka nasional, seperti di Kabupaten Belitung, Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka Barat, dan di Kabupaten Bangka Selatan. Tabel 11 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009 Kab./Kota Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Pangkalpinang Provinsi Proporsi(%) Indonesia Proporsi(%)
0 – 14 74,541 41,868 44,768 47,485 3 7,009 2 3,972 40,008 309,651 2 9,68 61.98 1.400 2 8, 2 8
15 - 64 164,374 100,527 85,621 9 7,225 90,596 5 9,146 99,808 697,297 6 6, 8 3 146.280.900 66,74
>64 7,922 5,460 2,991 4,206 5,322 4,262 6,345 36,508 3,50 10.942.400 4,98
Total 246,837 147,855 133,380 148, 916 132,927 87,380 146,161 1,043,456 2 19.204.700
Sumber: BPS Pusat dan BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung
Rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja (Proporsi jumlah angkatan kerja terhadap total jumlah penduduk berumur lebih dari 15 tahun (penduduk usia produktif) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional, yakni 69,63 %%0. Jumlah angkatan kerja terbesar berasal dari Kabupaten Bangka (1 0 6.449 jiwa), namun demikian TPAK Kabupaten ini hanya menunjukkan 64,76%%0 saja atau di bawah rata-rata TPAK provinsi atau bahkan nasional. Tabel 12 Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran, Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Indonesia, 2009 Kota / Kabupaten Bekerja (Jiwa) Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Pangkalpinang Provinsi Kep. Babel
99,71 64,960 5 5,2 52 6 1,0 3 8 59,192 40,908 65,073 446,174
Mencari Kerja (Jiwa) 6,698 5945 3,792 5,424 6,724 3,5 10 7,247 39,340
Sumber: BPS Provinsi Kep. Babel dan Hasil perhitungan
Angkatan Kerja (Jiwa) 106,449 70,905 59,044 66,462 65,9 16 44,418 72,3 2 0 485,5 14
Pengangguran (Jiwa) 6.2 9 8. 3 8 6.42 8. 16 10.2 0 7.90 10.02 8. 10
Penduduk TPAK >15 Thn (Jiwa) 164,3 74 64. 76 100,52 7 70. 53 85,62 1 68.96 9 7,2 2 5 68. 36 90,596 72 . 76 59, 146 7 5. 10 99,808 7 2 .46 697,297 69.63
115
5.4
Karakteristik Struktur Ekonomi Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan (timah, kaolin, dan pasir kuarsa ) dan kegiatan industri berbasis pertambangan (peleburan timah, keramik). Peranan masing-masing kegiatan tersebut lebih jelas terlihat bila dilakukan tinjauan terhadap struktur ekonomi wilayah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang berbasis ekonomi sumber daya alam terutama pertambangan, perkebunan dan perikanan. Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan primer tersebut terlihat belum banyak memacu kegiatan ekonomi lainnya seperti kegiatan yang berbasis non pertambangann terutama industri yang berbasis non pertambangan. Kontribusi kegiatan pertanian (19,17%) terutama dari subkegiatan perkebunan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dibawah kegiatan
industri
pengolahan
yang
berbasis
pertambangan
(26,63%).
Perkembangan kegiatan ini menunjukkan perkembangan yang cukup kecil (5,58%), jika dibandingkan dengan beberapa kegiatan lainnya kecuali jasa-jasa (3,25%). Kontribusi yang besar dari kegiatan industri pengolahan disebabkan peranan sumber daya pertambangan terutama timah,kaolin,dan pasir kuarsa (14,05%). Oleh karena itu, peranan kegiatan pertambangan dan industri yang mengolah hasil pertambangan masih sangat dominan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitug. Laju pertumbuhan yang besar di Provinsi Bangka Belitung justru pada kegiatan listrik, gas, dan air minum yaitu subkegiatan listrik; industri pengolahan; bangunan; perdagangan; hotel dan restoran. Perkembangan kegiatan pertambangan dan industri pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup tinggi sebesar 10,91%. Pertambangan timah dan industri pengolahan timah yang merupakan basis ekonomi
Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung
mengkontribusi sebesar 29,46%. Perkembangan kegiatan ini mengalami penurunan yang sangat tajam dari 20,34% pada periode 1993-1994 menurun menjadi 1,795% pada periode 1994-1995 (Hasil Pengolahan dari data PDRB 1993-1995, BPS). Pertambangan timah yang dilakukan oleh perusahaan utama yaitu PT. Timah dan PT Kobatim pada saat ini hanya dipusatkan di Pulau Bangka, sedangkan di Pulau Belitung tidak dioperasionalisasikan lagi, tetapi kegiatan pertambangan rakyat yang dikenal dengan tambang inkonvensional (TI) banyak
116
dilakukan di Pulau Belitung dan Pulau Bangka. Oleh karena itu, mempertahankan sumber daya timah di masa yang akan datang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat riskan termasuk juga industri pengolahan yang bergantung pada timah.
Dengan
demikian,
kegiatan
ekonomi
nonpertambangan
harus
dikembangkan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan keberlanjutan pembangunan. 5.5
Potensi Sumber Daya Nonpertambangan Kegiatan pertambangan, selain timah yang di Indonesia hanya terdapatdi
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga pertambangan kaolin dan pasir kuarsa merupakan bahan tambang yang mempunyai kualitas terbaik di Indonesia. Kegiatan perkebunan yang sangat potensial dan memiliki karakteristik yang khas adalah lada. Dengan demikian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai keunggulan komparatif yang sangat besar. Pengembangan kegiatan ekstraktif dalam jangka pendek sangat krusial terutama kegiatan pertambangan. Oleh karena itu, sub bagian ini akan membahas potensi sumber daya alam nonpertambangan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pembahasan ini ditekankan antara lain pada potensi, produksi, PDRB dan tenaga kerja dari berbagai kegiatan. 5.5.1
Pertanian Kegiatan pertanian terdiri dari subkegiatan tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dalam PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kegiatan pertanian mengkontribusi sebesar 19,17%. Subkegiatan yang mengkontribusinya cukup besar adalah subkegiatan perkebunan dan perikanan. Luas panen kegiatan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 560.923,90 ha yang terdiri dari : tanaman bahan makanan 25.038 ha; tanaman perkebunan 95.581,90 ha; kehutanan 440.304 ha. Kawasan hutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 440.304 ha dengan rincian yaitu : hutan lindung 41.050 ha dan hutan tetap 399.254 ha dengan hutan lindung mengalami penambahan 6.304 ha dari 34.746 ha tahun 1994 menjadi 41.050 ha tahun 1995. Jika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dirinci menurut Dati II, maka kegiatan pertanian di dominasi kabupaten Bangka dan Belitung.
117
Produksi kegiatan pertanian sebesar 257.692,43 ton yang terdiri dari
:
tanaman bahan makanan 113.025,80 ton; tanaman perkebunan 54.625,53 ton; dan perikanan 86.675,20 ton. Jika kegiatan pertanian berdasarkan subkegiatannya dibagi menjadi komoditi, maka dapat dirinci sebagai berikut : subkegiatan tanaman bahan makanan yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah padi sawah dan padi lading, palawija yang terdiri dari jagung dan ketela pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedele, sayur sayuran, dan buah-buahan. Subkegiatan perkebunan yang banyak diusahakan adalah lada, karet,kelapa, cengkeh, coklat, kopi, jambu menta, dan aren. Walaupun data mengenai tanaman kelapa sawit belum tersedia, tetapi di lapangan menunjukkan perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimasa yang akan datang terutama dilihat dari arel dan tingkat kesuburan tanaman. Subkegiatan perikanan yang sangat potensial adalah perikanan laut yang merata terdapat di tiga Dati II. Subkegiatan peternakan yang banyak diusahakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi ternak besar, ternak kecil dan unggas terutama peternakan babi. Subkegiatan kehutanan hanya terdapat di kabupaten Bangka dan pengembangannya terbatas mengingat luas lahan yang terbatas terutama untuk hutan lindung. Nilai produksi kegiatan pertanian tahun 1995 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai Rp. 395,077 milyar meningkat 24,69% dari tahun 1994 sebesar Rp. 316,848 milyar. Kontribusi kegiatan pertanian terdiri dari tanaman bahan makan Rp. 54,982 milyar, tanaman perkebunan Rp. 174,098 milyar, peternakan Rp. 26,437 milyar, kehutanan Rp. 25,399 milyar, dan perikanan Rp. 114,161 milyar. 5.5.2
Industri Pengembangan kegiatan industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bertumpu pada industripengolahan hasil pertambangan (timah, kaolin, dan pasir kuarsa), industri yang menunjang perikanan (cold strorage), industri maritime (galangan kapal). Tenaga kerja kegiatan industri sebanyak 23.159 orang yang berarti mengalami peningkatan 1.732 orang disbanding tahun 1994 21.427 orang. Nilai produksi kegiatan industri mencapai Rp. 462,044 milyar meningkat 14,35% dari tahun 1994 sebesar 404,062 milyar. Kontribusi kegiatan industri besar dan
118
menengah adalah Rp.445,237 milyar, sedangkan industri kecil hanya Rp. 16,807 milyar. Jumlah industri besar dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 1994 adalah 119 unit usaha dengan rincian 92 unit di Kabupaten Bangka dan 27 unit di Kabupaten Belitung yang menyerap tenaga kerja sebanyak 9.824 orang. Jenis industri besar dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi industri mesin dan logam dasar (IMLD) yang terdiri dari galangan kapal, kathodic protection, bengkel bubut, dan cor logam; Industri Kimia Dasar (IKD) adalah gas oksigen;dan aneka industri yang terdiri dari cold storage, pabrik es, peleburan timah, pengolahan kaolin, pasir kuarsa, penggergajian kayu, pengolahan ikan, crun b rubber, moulding, dan tegel granit. Kelompok industri kecil di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai jumlah unit usaha sebanyak 2.669 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 13.464 orang. Jenis usaha kecil tersebut meliputiindustri pangan, sandang, kimia dan bahan bangunan, kerajinan umum, serta logam dan jasa. Industri yang mempunyai prospek yang cukup besar di masa yang akan datang adalah industri berbasis perikanan yaitu subkegiatan industri bahan makan seperti kerupuk, kemplang, empek-empek dang etas. Industri ini bahkan merupakan trademarkdari Provinsi Sumatera Selatan khususnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kiprahnya dalan skala nasional. 5.5.3
Perdagangan Kegiatan perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Perdagangan eksport import, yang meliputi perdagangan eksportdari Provinsi Kepulauan Bangka Belitungkeluar negeri dan kegiatan impor dari wilayah luar ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Negara tujuan utama ekspor adalah Jepang, Malaysia, Thailand, Taiwan, hongkong, Singhapura, RRC, Negaranegara Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Columbia. Jenis komoditi yang diekspor meliputi timah,kaolin, pasir kuarsa, batu granit, tanah liat, ikan beku/segar, kopi, karet, lilin, madu dan lada. Realisasi ekpor di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 1995 sebesar US$649.582.924,20. Kegiatan impor terdiri dari barang-barang pokok (sembako,tekstil, yodium,
119
kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah); dan barang-barang strategis (semen, pupuk, dan bahan bakar). Barang-barang keperluan tersebut terutama di impor dari Sumatera dan jawa. 2. Perdagangan antar pulau, komoditi ekspor ke pulau-pulau lain di Indonesia terutama pulau Jawa(Jakarta,Semarang) meliputi hasil perikanan, hasil perkebunan, dan barang-barang haril industri pengolahan. 3. Perdagangan lokal, meliputi perdagangan antar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di dalam masing-masing Kabupaten/Kota terutama perdagangan barang kebutuhan sehari-hari. Keberhasilan kegiatan perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat bergantung pada interaksi antar wilayah di Provinsi Sumatera Selatan. Letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dikatakan strategis baik ke Palembang, Jakarta, Semarang, Pontianak, Banjarmasin, Batam, Kep. Natuna dan luar negeri terutama dengan Negara
tetangga
Singapura
dan
Malaysia
karena
dilewati
jalur
pelayaranregional dan internasional. Permasalahannya yang muncul adalah karena fisik wilayah berupa kepulauan, maka perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat ditentukan oleh transportasi laut dan udara. Pada umumnya keterkaitan ini sangat ditentukan oleh factor jarak dan lokasi wilayah tersebut yang umumnya wilayah yang terletak di tepi pantai yang akan mempermudah interaksi melalui laut. Dengan demikian, trasportasi laut sangat menentukan dalam kegiatan ekspor-impor barang dan jasa 5.5.4
Karakteristik Pariwisata Karakteristik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang khas terutama
morfologinya yang merupakan kepulauan sangat identik dengan pulau-pulau lain di Indonesia seperti Bali, Lombok, kepulauan Maluku, Kep. Natuna, Nias dan Batam mempunyai pesona alam pantai, pegunungan, sungai yang mempesona. Disamping itu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai sumber daya alam yang khas terutama pertambangan ( timah,kaolin dan pasir kuarsa) dan perkebunan (lada). Secara geografis, letak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat strategis baik dalam konteks nasional maupun internasional. Dalam konteks nasional, letak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relative dekat dengan Palembang, Pontianak, Batam dan Jakarta. Sedangkan dalam konteks
120
internasional merupakan jalur pelayaran internasional melalui sebelah timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selat Karimata). Kondisi yang telah dikemukakan di atas sangat menarik untuk pengembangan pariwisata khususnya pengembangan pariwisata kepulauan di Indonesia bagian Barat. 5.6
Karakteristik Kegiatan Pertambangan Timah Kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung telah menunjukkan peranannya yang besar dalam pengembangan wilayah terutama kontribusinya terhadap pendapatan wilayah. Keterkaitan pertambangan timah sebagai basis ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap perkembangan kegiatan lainnya terutama industri pengolahan, perdagangan, dan jasa perorangan atau rumah tangga akan di bahas. Menurut Salim dalam Sumardekar (1994) terdapatkorelasi positif antara kegiatan pertambangan timah, industri pengolahan, dan perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Subbagian ini akan membahas potensi,prospek kegiatan pertambangan timah, tenaga kerja, dan dampak kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan lain di wilayah Bangka –Belitung. Kegiatan pertambangan timah, seperti dalam bab tinjauan teoritis mempunyai karakteristik yang unik baik sifatnya yang tidak dapat diperbaharui, lokasinya yang terpencil, dan operasionalnya yang sangat kompleks membutuhkan modal dan investasi yang besar sertatehnologi tinggi dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, kegiatan pertambangan timah sangat sensitive terhadap factor luar terutama permintaan luar. 5.6.1
Pertambangan dan Cadangan Timah Kegiatan pertambangan timah di Indonesia telah berlangsung sejak 200
tahun yang lalu berlokasi di sekitar kepulauan Bangka, Belitung, Karimun dan Kundur serta di wilayah pesisir timur pulau Sumatera. Wilayah ini termasuk dalam jalur timah Indonesia (Indonesia Tin Belt) yang terbentang sepanjang 3.000 kilometer dari bagian Myanmar bagian Utara, Thailand, Malaysia terus ke selatan di kepulauan Riau dan membelah Kalimantan Barat. Selama Perang Dunia II, kegiatan pertambangan timah dilakukan oleh perusahan Jepang Mitsubisi Nagyoja Kaisha. Tetapi sejak pasca kemerdekaan tepatnya tahun 1958, kegiatan pertambangan tersebut diawasi oleh Biro Urusan Perusahaan Tambang Negara
121
(Buptan). Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang Timah Negara yang mengkoordinasi semua kegiatan pertambangan timah di pulau Bangka, Belitung, dan Singkep. Perubahan dan reorganisasi terus berlanjut mulai tahun 1969 kegiatan pertambangan timah disatukan dalam satu wadah perusahaan yang disebut Perusahaan Tambang Timah (PN. Timah). Perusahaan persero dengan nama PR. Tambang Timah yang kegiatan penambangannya terdiri dari 4 unit, yaitu (1) Unit Penambangan Timah Bangka, (2) Unit Penambangan Timah Belitung, (3) Unit Penambangan Timah Singkep, (4) Unit Peleburan Timah Muntok. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, tercatat tiga perusahaan asing yang menanamkan modalnya dalam kegiatan pertambangan di PT Koba Tin yang beroperasi di pulau Bangka dengan kepemilikan saham adalah 25% oleh PT Tambang Timah dan 75% oleh Kajuara Mining Corporation Pty Limited dari Australia. Perusahaan ini masih mengembangkan kegiatan pertambangan sampai tahun 2013. Perusahaan yang ke dua yang menanamkan modalnya adalah PT. Broken Hill Proprietary Indonesia beroperasi di pulau Belitung, tetapi dijual kepada perusahaan Jerman PT. Preussag yang selanjutnya dijual kepada perusahaan nasional PT. Gunung Kikara Mining yang akhirnya pada tahun 1994 tidak berproduksi lagi. Perusahaan ketiga adalah PT. Riau Tin beroperasi di perairan kepulauan Riau, namun kemudian mengundurkan diri sebagai akibat jatuhnya harga timah decade tahun 80-an. Dengan demikian, kegiatan pertambangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini hanya dilakukan oleh dua perusahan yaitu PT. Tambang Timah dan PT. Koba Tin. Sejak tahun 1991 kegiatan pertambangan timah yang dilakukan oleh PT. Tambamg Timah dikonsentrasikan pada pertambangan perairan/laut, sedangkan di daratan diserahkan pada pihak swasta lokal sebagai pelaksananya. Pengembangan kegiatan pertambangan timah menggunakan kapal keruk sangat berpengaruh pada faktor lain : 1. Penyerapan tenaga kerja makin sedikit mengingat kegiatan pertambangan timah di laut menggunakan alat mekanis yang memerlukan tenaga terampil yang tidak begitu besar.
122
2. Pemusatan
kegiatan
pertambangan
tidak
dilakukan
di
darat
yang
menyebabkan pengaruh pengganaan kegiatan informal seperti warung nasi, makanan dan lainnya sangat kecil. 3. Dampak lingkungan terutama biota laut menhadi terganggu, memungkinkan degradasi lingkungan dibawah laut. Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan pertambangan yang dilakukan di laut mempunyai dampak pengganda yang kecil terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja yang berangsur-angsur,tenaga kerja pada tahun 1990 sebanyak 25.000 orang menjadi 6.117 orang tahun 1995 atau sebanyak 18.883 orang yang di PHK selama kurun waktu 5 tahun. Pengurangan tersebut selain menunjukkan bahwa PT. Tambang Timah ingin melakukan efisiensi terutama untuk meningkatkan kembali pendapatannya dengan melakukan tambang laut menggunakan kapal keruk, tetapi juga di sebabkan fluktuasi harga timah di pasar internasional. Kebijakan yang juga dikeluarkan oleh PT. Tambang Timah adalah memusatkan seluruh kegiatan pertambangan di kabupaten Bangka, sedangkan kabupaten Belitung dan Pangkalpinang tidak dioperasionalkan lagi. Pemanfaatan wilayah daratan di Kepulauan Bangka dan Belitung untuk tambang timah oleh perusahaan skala besar dengan tehnologi tinggi dan juga oleh penduduk setempat dengan tambang rakyatnya menggunakan teknologi sederhana, nampaknya telah menimbulkan kerusakan fisik alam, dengan banyaknya bertebaran lobang- lobang atau kolong-kolong akibat penambangan tersebut, bahkan ada yang tidak memperhatikan lagi kerusakan lingkungan, serta tumpang tindihnya pemanfaatan dengan sektor lain, seperti lahan pertanian, permukiman dan kawasan lindung. Banyaknya penduduk yang bekerja mencari pasir timah, baik dengan membuka areal lahan sendiri maupun bekerja untuk pemodal yang siap berinvestasi pada penambangan timah tradisional menyebabkan kolong bekas tambang timah semakin bertambah karena munculnya tambang timah baru. Berdasarkan pendataan Universitas Sriwijaya (UNSRI) tahun 1999 terdapat sebanyak buah kolong tersebar di seluruh wilayah dengan luas keseluruhan 1.712,65 hektar dengan rata-rata kedalaman 9, 5 meter.
123
Kegiatan usaha bidang pertambangan, suatu saat tentu akan berkurang dan habis, kalaupun masih ada, mungkin tidak ekonomis lagi untuk ditambang, mengingat tambang sudah diusahakan sejak abad ke 18, sehingga potensinya sudah semakin menurun seperti terlihat di daratan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung penambangan di darat sudah di serahkan oleh PT. Timah, Tbk kepada mitra kerjanya dengan perencanaan dan pengawasan tetap dipegang oleh PT. Timah, Tbk. Namun sekarang masalahnya masih banyak masyarakat membuka tambang pada milik lahan mereka dalam skala kecil, tetapi kadang-kadang tidak memperhatikan kerusakan lingkungan. Hal- hal seperti ini perlu diatur dan diarahkan agar pemanfaatan lahan untuk pertambangan tidak menimbulkan kerugian pada kepentingan masyarakat sendiri dalam waktu-waktu yang akan datang. Partisipasi dari masyarakat dan dunia usaha akan pertambangan perlu ditumbuh kembangkan, tetapi harus menjaga dan memelihara pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) dan menjamin kelestarian lingkungan. Berdasarkan data USGS cadangan timah Indonesia sebesar 900.000 ton akan habis pada tahun 2020 jika produksi timah rata-rata 60.000 ton per tahun. 5.6.2
Produksi, Harga dan Pemasaran Timah Pada pembahasan terdahulu diketahui bahwa wilayah yang berbasis
ekonomi sumber daya alam khususnya pertambangan timah sangat dipengaruhi oleh Dewan Timah Internasional (ITC). Dengan demikian, kegiatan produksi dan harga timah sangat ditentukan oleh dewan tersebut. Pembatasan jumlah ekspor(kuota) timahyang ditetapkan ITC guna menstabilkan harga timah di pasar internasional menyebabkan Negara anggotanya termasuk Indonesia harus membatasi jumlah produksinya. Harga timah di pasar internasional pada periode tahun 1991-1995 relatif mengalami peningkatan, walaupun nilainya lebih rendah dibandingkan pada periode tahun 1980-1990. Dengan relative stabilnya harga timah pada periode 1991-1995 dan retrukturisasi yang dilakukan oleh PT. Tambang Timah, maka produktivitas perusahaan tersebut semakin meningkat. Peningkatan ini ditandai
124
dengan berhasilnya penawaran umum perdana dan kini saham PT. Tambang Timah tercatat di Bursa Efek Jakarta, Surabaya dan London sejak tahun 1995. Tahapan penting lainnya yang dicapai pada tahun 1995 adalah berhasilnya pabrik peleburan timah memperoleh akreditasi ISO-9002 untuk system managemen mutu proses peleburan dan pemurnian serta pencetakan logam dengan merek Bangka, Mentok, dan Bangka Low-leaddalam bentuk Ingot,anode dan tin shot. Produk PT. Tambang Timah dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Proporsi kebutuhan untuk dalam negeri hanya sebesar5%, sedangkan untuk kebutuhan eksporsebesar 95%. Kebutuhan dalam negeri pada umumnya digunakan untuk pembuatan solder dan untuk pembuatan pin plate oleh perusahaan Pelat Timah Nusantara (Latinusa), Jati Uwung, Dae Jindo Metal dan Nursakti Utama. Sedangkan produk timah untuk ekspor di pasarkan ke Amerika Serikat 20%, Eropa 25% dank e Asia sebanyak 50%. Negara-negara konsumen tersebutmeliputi : Amerika Serikat, Swis, Perancis, Italia, Inggris, Singhapura, Malaysia, Philipina, Jepang dan Hongkong. 5.6.3
Aset Pertambangan Timah Menurut Sumardekar (1994), ada tiga unit usaha PT.Tambang Timah yang
dapat dikembangkan di masa yang akan datang, yaitu : (1) unit usaha eksplorasi dan penambangan; (2) unit usaha metalurgi; dan (3) unit usaha keteknikan. Unit usaha eksplorasi, penambangan dan metalurgi merupakan unit usaha yang saling berkaitan satu sama lain. Unit usaha ini berupa peralatan yang digunakan untuk kegiatan survai geologi, eksplorasi dan eksploitasi dalam rangka untuk menemukan cadangan baru, kegiatan penambangan timah dan proses peleburan timah menjadi batangan logam timah. Peralatan ini dimasa yang akan datang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan eksplorasi mineral lainnya terutama untuk mineral bijih logam. Unit usaha keteknikan merupakan unit usaha yang melayani segala keperluan unit usaha lainnya. Unit usaha ini meliputi unit usaha industri (balai karya, docking kapal, prabik zat asam), infrastruktur (listrik, transportasi, dan komunikasi). Unit usaha keteknikan ini sangat potensial untuk dikembangkan di masa yang akan datang terutama pasca pertambangan timah. Unit usaha keteknikan terutama docking kapal dan pabrik zat asam telah memberikan
125
sumbangannya terhadap kegiatan industri menengah dan besar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Docking kapal sangat potensial untuk dikembangkan terutama untuk industri maritim. Pabrik zat asam tidak saja melayani kebutuhan untuk industri pertambangan timah tetapi juga untuk melayani kebutuhan untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan bahkan adanya kerja sama dengan PT. Bakrie Brother untuk pabrik pipa baja. Jumlah investasi dari kegiatan unit usaha keteknikan ini sebesar Rp. 3 milyar. Di samping ketiga unit usaha di atas, terdapat pula fasilitas kesehatan, pendidikan, olah raga, hiburan, dan rekreasi dan sarana transportasi yang dapat digunakan untuk umum. 5.6.4
Tenaga Kerja Pertambangan Timah Menurut Payaman (1998) bahwa pendidikan dan latihan merupakan salah
satu faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Dalam konteks Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama jika dilihat dari jumlah karyawan PT. Tambang Timah sebelum retrukturisasi (1991) seluruhnya sekitar 25.000 orang. Dalam rangka efisiensi perusahaan, telah dilakukan pengurangan tenaga kerja maka jumlah karyawan berkurang berturutturut 11.079 orang pada tahun 1991; 9.349 orang pada tahun 1992; 8.373orang pada tahun 1993; dan 6.117 orang pada tahun 1994 (Sujarwo, 1995). Dari hasil studi Sujarwo, 1995 tingkat keahlian tenaga kerja PT. Tambang Timah sebagian tenaga kerja tidak terampil sebesar 58,94% dan tenaga kerja setengah terampil 34,88%; tenaga kerja terampil 5,28%; tenaga kerja ahli sebanyak 0,90%. Formasi tenaga kerja tersebut merupakan permasalahan besar di masa yang akan datang terutama pasca pertambangan timah. Kondisi yang sama terjadi di wilayah pertambangan timah Kinta Valley Malaysia. Pada umumnya sangat kecil dampak negative dari bekas pekerja tambang di wilayah tersebut mengingat ketrampilan rendah sangat sulit untuk mencari pekerjaan pasca pertambangan timah. Berdasarkan hasil penelitian Sujarwo et al (1994) menunjukkan bahwa pasca pertambangan timah eks pekerja timah cenderung ingin bekerja ke kegiatan
126
nonpertambangan sebesar 73,75%, sedangkan yang memilih bidang pertambangan umum sebesar 26,25%. Kegiatan nonpertambangan tersebut terdiri dari kegiatan industri dan perdagangan sebesar 33,01%, wiraswasta 22,33% dan pertanian 22,33%. Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa eks pekerja tambang timah lebih cenderung memilih pekerjaan ke kegiatan nopertambangan khususnya industri dan perdagangan, wiraswata dan pertanian. Potensi pengembangan kegiatan tersebut terbuka dengan berkembangnya kegiatan perkebunan (lada dan kelapa sawit), perikanan, industri kecil khususnya industri makanan dan industri kerajinan dari logam timah. Kegiatan ini sangat potensial dalam pengembangan kewirausahaan lokal khususnya dalam peningkatan pendapatan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdirinya Politehnik manufaktur di kotamadya Pangkalpinang memberikan angin segar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mengingat potensi kegiatan industri pengolahan cukup besar. 5.6.5
Pengaruh Pertambangan Timah Terhadap Kegiatan Ekonomi Pengaruh kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan ekonomi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (2) terhadap keterkaitan antar kegiatan. Seperti telah di bahas pada bagian sebelumnya bahwa pertambangan timah mempunyai peranan penting dalam perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh karena itu perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat bergantung pada kegiatan pertambanagn timah, Dengan menggunakan indikator pertumbuhan menunjukkan bahwa menurunnya laju pertumbuhan kegiatan pertambangan timah diikuti pula oleh penurunan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meningkatnya laju pertumbuhan PDRB tanpa timah terutama dari subkegiatan perikanan dan perkebunan, tetapi kontribusinya masih kecil terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Demikian pula terjadinya peningkatan harga timah yang menggembirakan tetapi permintaan luar dan adanya kuota timah sangat mempengaruhi produksi timah. Pengaruh tersebut terlihat dari menurunnya laju pertumbuhan produksi timah.
127
Keterkaitan pertambangan timah dengan kegiatan lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (1) keterkaitan ke depan (industri hilir), (2) keterkaitan ke belakang (industri hulu). Keterkaitan ke depan melibatkan keterkaitan produk dari kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan ekonomi lainnya terutama kegiatan industri pengolahan hasil pertambangan timah. Sedangkan keterkaitan ke belakang adalah yang mendukung kegiatan produksi pertambangan timah terutama kegiatan yang merupakan asset pertambangan timah seperti : balai karya, docking kapal dan pabrik zat asam. Berdasarkan asset Input-Output Provinsi Sumatera Selatan tahun 1988 berdasarkan 7 sektor (Sahminan et al, 1992), Keterkaitan pertambangan timah dengan industri hilir hulu kecil. Pengaruh yang besar adalah terhadap kegiatan industri yang berbasis pertambangan timah menunjukkan angka 0,134245. Dengan demikian, kegiatan pertambangan timah memberikan pengaruh yang kecil terhadap kegiatan produktif lainnya. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa kegiatan pertambangan timah sebagian besar (95%) masih diekspor dan 5% saja digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sedangkan kegiatan industri hulu masih bersifat nonprofitbale. Usaha yang dilakukan masih melayani kegiatan pertambangan, sedangkan pelayanan dalam skala yang lebih besar masih kurang. Uraian mengenai keterkaitan subsektor pertambangan timah dan sektor lainnya dikaji lebih detail pada Bab selanjutnya. 5.7
Karakteristik Infrastruktur Wilayah Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung secara umum cukup memadai antara lain telah tersedianya pasar dan pusat-pusat perbelanjaan/pertokoan. Pasar terbagi atas atas pasar besar dan pasar kecil (tradisional). Pos dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam mendorong percepatan arus informasi. Pelayanan jasa pos dan telekomunikasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi pengiriman surat, kargo, telepon, dan facsimile. Ada 3 profider seluler di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, indosat. Sistem kelistrikan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua sistem yaitu sistem yang dimiliki oleh PT. PLN (persero) dan sistem yang
128
dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT. Timah,Tbk dan PT. Koba Tin. Sistem kelistrikan PT. PLN (persero) di wilayah usaha Bangka Belitung. Sarana
dan
prasarana
transportasi
merupakan
dinamisator
untuk
mempercepat proses pertumbuhan dan pengembangan wilayah serta dapat membangkitkan berbagai kegiatan
sosial-ekonomi masyarakat. Sarana dan
prasarana transportasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya terbatas pada transportasi darat untuk melayani lokal, sedangkan transportasi laut dan udara dapat melayani antarwilayah Bangka- Belitung sendiri dan antarwilayah lain. Permasalahan transportasi merupakan permasalah yang sangat penting untuk di tanggani secara cermat dan cepat mengingat perdagangan sangat bergantung kepada transportasi laut dan udara.
Dengan demikian sarana dan prasarana
transportasi mempunyai peranan penting dalam proses interaksi dan keterkaitan fungsional dalam satu ruang wilayah. Dari 3.193,36 km panjang jalan di Kepulauan Bangka Belitung, 16,62 persen merupakan jalan negara, 16,26 persen jalan provinsi dan 67,12 persen jalan kabupaten. Perhubungan laut merupakan transportasi yang strategis bagi Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan untuk berinteraksi dengan provinsi lain. Transportasi air yang bergerak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain perusahaan PELNI dan perusahaan swasta. Jalur pelayaran dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : tujuan Jakarta, Palembang, Tanjung Pinang, Surabaya, dan Pontianak. Transportasi laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan transportasi utama dalam melihat arus barang baik kedalam maupun ke luarkeluar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Komoditi ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan jasa angkutan laut. Bongkar muat barang dilakukan dari pelabuhan Mentok, Toboali, Belinyu, Sungaiselan, Sungailiat; pelabuhan Sadai dan Pangkalbalam di Kota Pangkalpinang, dan pelabuhan Tanjungpandan di Kabupaten Belitung. Oleh karena itu, kegiatan ekspor inpor banyak dilakukan melalui pelabuhan laut tersebut. Transportasi udara merupakan sarana transportasi merupakan sarana alternatif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain transportasi darat dan air. Di Kepulauan Bangka Belitung ada 2 pelabuhan udara yaitu Bandar Udara Depati Amir di Pulau Bangka dan HAS. Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Maskapai
129
penerbangan yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Garuda Indonesia dan Riau Air Lines. 5.8
Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dari tinjauan karakteristik dan potensi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terdapat beberapa isu pengembangan wilayah yang menjadi dasar pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan pasca pertambangan timah. Pertama bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat bergantung pada pertambangan dan industri berbasis pertambangan terutama pertambangan timah, kaolin, dan pasir kuarsa. Ketergantungan tersebut menyebabkan sering terjadinya fluktuasi perekonomian terutama yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan timah. Produksi dan harga timah sangat ditentukan oleh Dewan Timah Internasional (ITC), oleh karena itu naik turunnya perekonomian sangat ditentukan oleh pasar internasional (factor eksternal). Disamping adanya negara anggota produsen timah, terdapat juga negara yang bukan anggota. Negara-negara tersebut merupakan salah satu penyebab turunnya harga timah di pasar internasional. Oleh karena itu, mempertahankan basis ekonomi pertambangan terutama pertambangan timah untuk jangka panjang sangat riskan karena sangat bergantung pada permintaan dan kondisi pasar di luar wilayah. Kedua bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cadangan timah yang menjadi basis ekonomi wilayah sudah menipis. Permasalahan utama tersebut tidak saja menurunkan pembangunan, pendapatan dan pendapatan per kapita wilayah, tetapi juga menimbulkan pengangguran terutama tenaga kerja eks pertambangan timah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menyediakan lapangan pekerjaan dengan melakukan perluasan struktur ekonomi wilayah dengan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan mengembangkan kegiatan ekonomi nonpertambangan, sehingga tenaga kerja dari kegiatan pertambangan timah tersebut dapat diserap oleh kegiatan ekonomi nonpertambangan. Perluasan struktur kegiatan ekonomi diperlukan untuk memperluas kesempatan kerja, sehingga kestabilan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di masa yang akan datang diharapkan stabil dan bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan demikian, berkembangnya kegiatan ekonomi
130
nonpertambangan sebagai kegiatan penunjang perekonomian wilayah. Pada saat kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah habis, maka kegiatan penunjang dapat menjadi kegiatan basis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di arahkan kepada kegiatan pertanian (tanaman pangan, perkebunan,dan perikanan) dan kegiatan industri pengolahan terutama di arahkan kepada industri yang menggunakan bahan baku lokal terutama industri kecil dan menengah. Dengan demikian, pengembangan industri pengolahan diharapkan dapat ditunjang oleh kegiatan pertanian yang tangguh terutama dalam pengembangan pertanian yang berteknologi tinggi dan tepat guna. Pertimbangan ini disebabkan terbatasnya lahan untuk pengembangan pertanian dan industri ekstensif. Ketiga adalah kualitas sumber daya manusia dengan tingkat keahlian rendah khususnya eks pekerja pertambangan timah. Tingkat keahlian eks pekerja pertambangan timah dengan keahlian rendah sampai setengah terampil mencapai 93,82%. Namun demikian, pengalaman bekerja di bidang industri merupakan modal dasar dalam pengembangan kegiatan industri nonpertambangan. Keempat, dalam meningkatkan arus perdagangan adalah transportasi. Potensi sumber daya alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sangat baik perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi laut dan udara yang memadai. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan sangat bergantung pada transportasi laut dan udara terutama dalam kaitannya dengan ekspor dan impor komoditi.Oleh karena itu, berkembangnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus ditunjang oleh transportasi laut dan udara yang baik. Untuk mempercepat arus perdagangan komoditi ekspor dan impor maupun untuk meningkatkan pariwisata penekanan dalam perbaikan sarana transportasi sangat diperlukan. Letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang strategis akan berdampak lokasional yang menguntungkan terutama dalam mengantisipasi meluapnya kegiatan di pulau Jawa, Batam, Singapura, dan Malaysia. Kelima adalah keterbatasan dalam pengembangan sumber daya alam terutama ekstensifikasi usaha. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
131
merupakan kepulauan sangat terbatas terhadap lahan usaha. Demikian pula, adanya keterbatasan kesuburan tanah yang disebabkan oleh sebagian besar lahan usaha banyak mengandung kasiterit atau pasir timah. Oleh karena itu, hanya tumbuhan tertentu yang dapat dikembangkan dengan baik. Dari isu-isu tersebut, jelaslah bahwa tambang timah tidak bisa terus menerus menjadi andalan bagi provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena itu perlu dilakukan upaya transformasi struktur perekonomian dari yang semula mengandalkan timah sebagi pemicu utama perekonomian wilayah beralih ke non pertambangan timah. Dalam rangka mencari solusi tersebut, di bab selanjutnya akan dibahas mengenai proses dan upaya mencari struktur perekonomian yang tidak mengandalkan pertambangan timah di Provinsi Bangka Belitung.