V. DISKRIPSI UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Deskripsi Agropolitan Provinsi Gorontalo Dalam rangka memacu pertumbuhan dan perkembangan wilayahnya Provinsi Gorontalo mengembangkan konsep agropolitan. Sebagai langka awal pengembangan agopolitan, pemerintah membuat masterplan pemwilayahan komoditas. Hal ini dilatarbelakangi karena kondisi lahan di suatu wilayah atau kawasan sangat beragam yang dipengaruhi oleh factor iklim, tanah, topografi dan hidrologi. Sehingga keragaman ini akan sangat perpengaruh terhadap tipe potensi lahan dan jenis tipe penggunaan lahan yang akan dikembangkan. Selanjutnya komoditas pertanian akan mampu berproduksi maksimal di lahan yang cocok atau sesuai dengan prasyarat tumbuhnya. Atas dasar pertimbangan tersebut jagung akhirnya dipilih sebagai komoditas unggulan daerah sebagai titik masuk dari pengembangan agropolitan, disamping karena jagung juga merupakan komoditi yang sudah dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat gorontalo dan merupakan makanan pokok masyarakat gorontalo. Program ini dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo. Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu dari 8 program rintisan pengembangan agropolitan yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2002, dimana dengan berkoordinasi dengan dinas pertanian dan dinasi kimpraswil dilakukan pembangunan sarana prasarana untuk menunjang pengembangan agropolitan. Sejalan dengan perkembangan yang ada pemeritah juga sementara merancang agar jagung sebagai komoditi unggulan dapat menjadi penggerak ekonomi dari sector-sektor lain yang terkait didalamnya melalui ‘ekonomi jagung’ (Muhammad, F. 2008). Dalam jangka panjang akan dibangun industri hulu dan hilir yang berbasis jagung. Akan tetapi rencana ini belum tertuang dalam masterplan agropolitan termasuk zonasi pusat-pusat produksi, pengolahan hasil dan pemasaran. Kondisi eksisting yang ada dilapang pusat-pusat produksi, pengolahan hasil dan pemasaran mengacu pada RTRW Provinsi Gorontalo dimana pusat-pusat produksi berada dalam Kawasan Andalan Kabupaten Boalemo (sebelum pemekaran) dan Kapet Kabupaten Gorontalo sedangkan pusat
59 pengolahan
dan
pemasaran berada di kawasan andalan Kota Gorontalo
(Lampiran 8 ).
infrastruktur Industri hilir
Industri hulu
Sweetener (Pemanis
Benih/ Pemuliaan Mesin pertanian/ Pengolahan
Ethanol Starch (Tepung)
Jagung
Pupuk R&D,Diklat/workshop Pengujian&sertifikasi
Bioproduct
Corn oil Pakan ternak
Jasa handling, Penyimpanan
Asuransi/ Perbankan
Jasa Perbengkelan
Gambar 6 Diagram Ekonomi Jagung 5.2. Deskripsi Umum Kabupaten Pohuwato 5.2.1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten yang berada di ujung barat Provinsi Gorontalo dengan letak geografis antara 0,27o – 1,01o Bujur Timur dan 121,23o – 122,44o Lintang Utara, dengan iklim 24,4 – 33,2
o
C. Adapun batas
wilayah Kabupaten Pohuwato adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Sulawesi Tengah, sebelah selatan beratasan denga Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boalemo. Luas wilayah Kabupaten Pohuwato
adalah 4.244,31 km2 atau 34,75
persen dari luas wilayah Provinsi Gorontalo. Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pohuwato mencakup 7 kecamatan yang terdiri dari 69 desa, 1 UPT dan
60 3 Kelurahan. Adapun nama kecamatan, jumlah desa dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Nama Kecamatan, Luas dan Jumlah Desa di Kabupaten Pohuwato No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan
Luas (Km2)
Jumlah Desa
1.392,90 807,58 449,82 331,90 803,32 159,97 298,82
15 11 10 15 12 6 4
4.244,31
73
Popayato Lemito Randangan Marisa Paguat Taluditi Patilanggio Jumlah
Sumber : Profil Kabupaten Pohuwato, 2006
Aktifitas
pertanian
di
Kabupaten
Pohuwato
dilaksanakan
untuk
meningkatkan produktifitas pertanian. Adapun komoditi yang dikembangkan bermacam-macam terdiri dari tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Namun yang menjadi prioritas dari pemerintah daerah adalah mengembangkan komoditi tanaman pangan dalam hal ini padi dan jagung sebagai komoditi basis. Sebagai produk unggulan, komoditi jagung banyak diusahakan di lahan kering yang banyak terdapat di kabupaten Pohuwato. Tabel 11 Luas Lahan Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kabupaten Pohuwato No
Kecamatan
Luas Sawah (Ha)
Bukan Sawah (Ha)
Jumlah (Ha)
1 2 3 4 5 6 7
Popayato Lemito Randangan Marisa Paguat Taluditi Patilanggio
80 11 140 1.266 480 850 208
139.210 80.747 44.842 31.924 79.852 44.132 29.674
139.290 30.758 44.982 33.190 80.332 15.997 29.882
Total 3.035 Sumber : Pohuwato dalam Angka, 2006
421.396
424.431
61 Topografi Kabupaten Pohuwato umumnya adalah dataran rendah, sebagian kecil berbukit dan bergunung. Tingkat kemiringan
yakni 0 – 40o,
sedangkan ketinggiannya berkisar antara 0 – 1800 dari permukaan laut (dpl). Faktor pengendali iklim yang banyak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pertanian adalah curah hujan dan temperatur. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pohuwato tahun 2006, curah hujan di Kabupaten Pohuwato bervariasi berkisar antara 3 – 204 mm. Pada tahun 2006 suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 31,2 – 33,4o C sedangkan suhu pada malam hari berkisar 21,8 – 24,1o C dengan kelembaban relative berkisar antara 71 - 85 persen.
5.2.2. Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat 5.2.2.1. Kependudukan Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2006) jumlah penduduk Kabupaten Pohuwato adalah 114.650 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,2 persen per tahun. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang masing masing terdiri dari 57.721 penduduk laki-laki dan 56.929 penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari rasio jenis kelamin penduduk Pohuwato lebih dari 100 yaitu 101 persen. Ini berarti dari setiap 100 orang perempuan terdapat 101 laki-laki. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Penduduk menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Pohuwato Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Sex ratio
Popayato Lemito Randangan Taluditi Patilanggio Marisa Paguat
10.998 7.295 6.756 3.132 4.140 15.927 9.473
11.000 7.105 6.315 3.189 3.891 15.889 9.539
100 103 107 98 106 100 99
Jumlah
57.721
56.929
101
Sumber : Pohuwato dalam Angka, 2006
62 Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Pohuwato adalah berusia muda, karena 69,03 persen penduduknya berada dibawah 35 tahun. Jumlah penduduk terbanyak yaitu pada umur 10 – 14 tahun yang mencapai 12,14 persen. Dilihat dari sex ratio, kelompok umur 10 – 14 tahun memperlihatkan sex ratio yang besar dan pada kelompok umur ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan. Tabel 13
Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Pohuwato
Kelompok Umur 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
6.205 5.795 8.104 5.385 4.121 4.797 4.618 5.206 4.208 2.672 2.626 1.495 1.086 1.403
6.407 6.862 5.815 4.807 5.670 5.350 5.208 4.665 3.690 2.487 2.270 1.337 1.024 1.337
12.612 12.657 13.919 10.192 9.791 10.147 9.826 9.871 7.899 5.159 4.896 2.832 2.110 2.740
57.721
56.929
114.650
- 4 - 9 - 14 - 19 - 24 - 29 - 34 - 39 - 44 - 49 - 54 - 59 - 64 65 +
Jumlah
Sumber : Pohuwato dalam Angka, 2006
5.2.2.2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan yaitu dengan mencanangkan berbagai program seperti program wajib belajar, gerakan nasional orang tua asuh, bantuan operasional sekolah (BOS) dan lain-lain. Diharapkan dengan program ini akan tercipta sumber daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi mendatang.
63 Tingkat kesadaran penduduk
kabupaten Pohuwato terhadap arti
pentingnya pendidikan relatif tingi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang dapat menikmati pendidikan formal dari pendidikan taman kanak-kanak sampai sekolah lanjut tingkat atas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 jumlah murid yang dapat menikmati pendidikan adalah sebanyak 23.206 orang siswa meningkat menjadi 27.340 siswa pada tahun 2006 atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,8 persen. Demikian halnya dengan jumlah guru di Kabupaten Pohuwato cukup mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah murid. Selama periode 2004 – 2006 ratio murid guru pada tingkat taman kanak-kanak
hingga SLTP di Kabupaten Pohuwato sedikit
mengalami penurunan, tapi untuk tingkat pendidikan SLTA tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini mengindikasikan bahwa penyediaan tenaga pengajar kurang bisa mengimbangi pertambahan pelajar. Tabel 14 NO
1 2 3 4
Jumlah Murid dan Guru di Kabupaten Pohuwato Tahun 2004 dan 2006
Tingkat Pendidikan
Sekolah Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar /Ibtidaiyah SLTP/Tsanawiyah SLTA/Aliyah/ Kejuruan Jumlah
2004
2006
Jumlah
Jumlah
Guru
Murid
Ratio Murid & Guru
Guru
Murid
Ratio Murid & Guru
39
1.529
39
94
2.195
23
474
15.812
33
689
17.180
24
160 93
4.187 1.678
26 18
298 162
5.076 2.889
17 17
766
23.206
1.243
27.340
Sumber : Pohuwato dalam Angka, 2006.
5.2.3. Kondisi Perekonomian Wilayah 5.2.3.1. Struktur Perekonomian Wilayah Kabupaten Pohuwato adalah kabupaten baru dalam wilayah Provinsi Gorontalo yang merupakan daerah agraris. Hal ini menyebabkan tidak mustahil jika struktur perekonomiannya masih didominasi oleh sektor pertanian
64 (berdasarkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB). Terlebih lagi, paket kebijakan pemerintah daerah selama ini lebih menitik beratkan pada sektor pertanian/agraris
diantaranya
dengan
program-program
agropolitan
dan
terobosan-terobosan baru yang menjadikan sektor pertanian sebagai leading sector di kabupaten ini bahkan juga di Provinsi Gorontalo. Sejak periode 2004 - 2006 kontribusi sektor yang terbesar terhadap pembentukan PDRB adalah sektor pertanian, meskipun mengalami trend yang menurun. Tahun 2006 kontribusi sektor pertanian mencapai 40,91 persen sektor perdagangan dan akomodasi sebesar 17,50 persen, sektor jasa-jasa sebesar 13,45 persen dan sektor keuangan sebesar 11,73 persen sedangkan sektor lainnya kurang dari 10 persen Tabel 15 Kontribusi Sektor Ekonomi dalam PDRB Kabupaten Pohuwato Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2006 Sektor
2004
2005
2006
Pertanian Pertambangan & Pengagalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan & Akomodasi Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
46,82 0.93 5,94 0,82 6,28 18,84 3,49 8,87 8,00
45,65 0,88 6,20 0,96 6,21 18,75 3,26 10,02 8,07
40,91 0,80 5,73 0,93 5,79 17,50 3,16 11,73 13,45
PDRB
100,00
100,00
100,00
Sumber: PDRB Kabupaten Pohuwato, 2006
Besarnya
peranan
sektor
pertanian
bukan
hanya
terlihat
pada
kontribusinya terhadap PDRB, tetapi juga dari segi penyediaan lapangan pekerjaan. Dimana berdasarkan Susenas 2006 diperoleh bahwa kebanyakan penduduk laki-laki bekerja disektor pertanian yaitu sebesar 70,20 persen sementara disektor perdagangan hanya sebesar 7,06 persen. Untuk penduduk perempuan lebih merata yaitu sekitar 49,65 persen bekerja di sektor pertanian dan masing-masing sebesar 17,73 persen dan 22,34 persen bergelut disektor perdagangan dan jasa.
65 Tabel 16 Persentase Penduduk Menurut Lapangan Pekerja Utama di Kabupaten Pohuwato, Tahun 2006 Sektor Pertanian Pertambangan & Pengagalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan & Akomodasi Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Laki-Laki
Perempuan
70,20 2,82 3,39 2,54 7,06 8,05 0,28 5,65
49,65 0,71 7,80 1,06 17,73 0,35 0,35 22,34
100
100
Sumber: PDRB Kabupaten Pohuwato, 2006
5.2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
suatu
indikator
keberhasilan
pembangunan suatu daerah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan merupakan salah satu sarana untuk mencapai kehidupan yang layak bagi penduduk suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat tercermin dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dari tahun sebelumnya. Perekonomian di Kabupaten Pohuwato tumbuh sebesar 7,25 persen pada tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi yang sebesar ini diharapkan dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat luas sehingga tujuan untuk menciptakan masyarakat yang hidup makmur sejahtera dapat tercapai. Gambar 7 Laju Pertumbuhan Kabupaten Pohuwato Tahun 2004-2006 7,3 7,24
7,2
7,25
7,1 7 6,9
6,93
Laju pertumbuhan
6,95
6,8 6,7 2003 2004 2005 Sumber : PDRB Kabupaten Pohuwato, 2006
2006
66 Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pohuwato mengalami peningkatan sejak tahun 2004. Sedangkan secara sektoral, terlihat bahwa sektor–sektor mengalami pertumbuhan yang positif namun cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. Laju pertumbuhan sektor pertanian terlihat mengalami fluktuasi, pada tahun 2005 mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 1,86 persen dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2006 sebesar 4,52 persen. Tabel 17
Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Pohuwato Tahun 2004-2006 Sektor
Pertumbuhan ( %) 2004
2005
2006
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolaha Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan dan Akomodasi Angkutan dan Komunikasi Keuangan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
6,18 4,33 7,94 4,04 5,47 5,77 7,54 15,96 6,99
1,86 4,16 6,18 11,41 4,97 30,17 2,17 5,88 4,15
4,52 2,50 1.74 14,98 11,17 1,37 7,84 12,70 32,69
PDRB
6,95
7,24
7,25
Sumber : PDRB Kabupaten Pohuwato, 2006
Pada tahun 2006, pertumbuhan yang paling besar dialami oleh sektor jasajasa yaitu sebesar 32,69 persen jauh melesat dari tahun 2005 yang hanya 4,16 persen. Kemudian disusul oleh sektor listrik, gas dan air bersih dengan laju pertumbuhan sebesar 14,98 persen. Sektor yang mengalami kenaikan terendah pada tahun 2006 adalah perdagangan dan akomodasi yaitu hanya sebesar 1,37 persen.
5.3. Deskripsi Umum Kawasan Agropolitan Randangan Kawasan Agropolitan randangan terletak di Kabupaten Pohuwato yang merupakan Kabupaten pemekaran dari Boalemo di Provinsi Gorontalo. Peta Kawasan Agropolitan Kabupaten Pohuwato disajikan pada Halaman 69.
67 Kawasan Agropolitan Randangan Kabupaten Pohuwato memiliki luas sekitar 44.982 ha atau sekitar 10,60 persen dari luas Kabupaten Pohuwato. Dari Luas Kawasan agropolitan Randangan, sekitar 10,87 persen dari luas kawasan agropolitan di tanami dengan komoditi jagung (lahan jagung 4.889,5 ha dan lokasi pendukung lainnya seperti pasar, terminal. Warung dan ruko 36.053,43 m2). Sistem jaringan jalan kawasan Agropolitan berpola linier sepanjang jalan utama Trans Sulawesi. 5.3.1. Penduduk dan Pekerjaan Jumlah penduduk di kawasan agropolitan randangan 13.071 orang dengan tingkat pertumbuhan 1,2 persen per tahun dengan mata pencaharian dominan sebagai petani (70%) dan sisanya pedagang, nelayan, tukang, PNS, swasta, dan lain-lain. Penduduk Kawasan Agropolitan Randangan terdiri dari berbagai suku bangsa yang terdiri dari masyarakat transmigran dan masyarakat Gorontalo. Perekonomian penduduk pada umumnya beraktifitas pada kegiatan jual beli hasil pertanian yang didominasi pembeli (tengkulak), hal ini akan sangat merugikan petani karena petani berada pada posisi tawar yang lemah. Selain itu sarana dan prasarana penunjang pemasaran hasil pertanian yang belum sempurna, sehingga mereka terpaksa menjualnya pada tengkulak. Aktifitas sosial dan budaya penduduk kawasan ditunjang dengan keberadaaan fasilitas penunjang seperti lapangan olahraga, rekreasi, peribadatan, perdagangan, kesehatan, pendidikan dan sarana air bersih sebagai media interaksi sosial. 5.3.2. Prasarana dan Sarana Kimpraswil Proyek fisik yang dibangun dalam kawasan ini berupa jaringan jalan penghubung dari sentra produksi di lahan perkebunan jagung dengan lebar seketar 3 m dan perkerasan penetrasi aspal. Keseluruhan panjang jalan yang dibangun adalah 6,8 Km. Proses usulan untuk pengaspalan jalan ini berasal dari usulan warga melalui wakil kelompok, kemudian disampaikan pada proyek agropolitan. Fasilitas lainnya yang dibangun adalah : terminal agropolitan di kota Randangan oleh dinasKimpraswil dan perpanjangan penetrasi jalan di dalam kawasan. Konsep
ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan riil masyarakat di kawasan.
68 Prasarana Sarana Kimpraswil (PSK) yang dibangun di wilayah Agropolitan berupa jalan penghubung sentra produksi ke jalan penghubung ke pusat Kecamatan yakni kota Randangan, disamping itu juga dibangun fasilitas terminal agrobisinis di kota randangan. Pembangunan PSK sudah dibangun sejak tahun 2002 dan masih terus berlangsung. Tabel 18 Pekerjaan Fisik dan Non-Fisik di Kawasan Agropolitan Randangan Kabupaten Pohuwato No 1
Provinsi / Kabupaten / Kec. / Kawasan
Pekerjaan
Volume
GORONTALO Kab.Pohuwato
PENYUSUNAN RENCANA TEKNIS
Kec.Randangan
1.Penyusunan Master Plan Kawasan Agropolitan
1 Paket
2.Identifikasi kebutuhan P&S Kimpraswil
1 Paket
untuk mendukung Kawasan Agropolitan 3.Penyusunan DED Kws, Agropolitan TA. 2003
1 Paket
PEKERJAAN FISIK : 1.Peningkatan jalan poros desa (Lapen)
8,081 M'
2.Pembangunan kios pasar
20 unit
3.Pelataran dan prasarana pasar
1 unit
Sumber: Penelitian Pengembangan Rintisan Kawasan Agropolitan Pasca 3 Tahun Fasilitasi, 2005.
Gambar 8 Peta Kawasan Agropolitan Randangan Kabupaten Pohuwato
70
5.3.3. Pola Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Randangan terdapat di Kabupaten Pahuwato. Kawasan ini sebelumnya dikenal sebagai Kawasan Agropolitan Boalemo. Dengan dimekarkannya Kabupaten Boalemo menjadi Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Boalemo maka posisi kawasan agropolitan saat ini ada di Kabupaten Pohuwato dengan pusat tetap di Kecamatan Randangan. Secara agroklimat lokasi Kawasan Agropolitan Randangan sangat cocok untuk komoditi tanaman jagung, demikian juga dari sistem budaya pertanian maka usaha tani di bidang komoditi tanaman jagung merupakan kegiatan pertanian turun temurun mengingat makanan pokok masyarakat berasal dari jagung. Penggunaan lahan Kecamatan Randangan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pohuwato disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Penggunaan Lahan di Kawasan Agropolitan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Lahan Sawah Pekarangan Tegalan/Kebun Ladang/Huma Perkebunan Hutan Rakyat Hutan Negara Lain-lain Penggunaan
Total Luas Lahan
Kawasan Agropolitan 140 985 863 1.630 594 1.115 29.177 10.378
44.982
Sumber : Pohuwato dalam angka, 2006
5.3.4. Produk/ Komodoti Unggulan Komoditas unggulan di kawasan agropolitan dan non agropolitan adalah jagung, namun petani juga mengusahakan tanaman lain seperti padi, palawija, sayuran, kelapa, kopi dan kakao. Selama ini pemasaran hasil usaha taninya dipasarkan di sekitar kawasan di sekitar Gorontalo, namun sebagian hasil taninya juga diekspor ke negara tetangga, seperti Philipina dan Malaysia melalui perusahaan eksportir di wilayah itu. Kawasan Agropolitan Randangan terletak di Kabupaten Pohuwato yang merupakan Kabupaten pemekaran dari Boalemo di
71
Provinsi Gorontalo. Kawasa Agropolitan Randangan mencakup 10 desa dengan pusat pengembangan di Ibu Kota Kecamatan Randangan yaitu desa Motolohu. Komoditas unggulan berupa pertanian jagung. Tabel 20 Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Randangan Kabupaten Pohuwato Komoditas Unggulan Padi, jagung, palawija, sayuran, kelapa, kopi dan kakao
Daerah Pemasaran Filipina, Malaysia dan sekitar Gorontalo
Sistem Usaha Agribisnis Agribisnis hulu, Usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran hasil dan jasa penunjang
Pengembangan Kawasan Sarana prasarana kawasan, SDM, pemodalan, kelembagaan dan usaha tani
Sumber : Penelitian Pengembangan Rintisan Kawasan Agropolitan Pasca 3 Tahun Fasilitasi, 2005
Sarana Prasarana yang ada dalam kawasan agropolitan berupa prasarana jalan, sarana pendidikan, agama, kesehatan pasar dan jalan. Panjang prasarana jalan yang dibangun pada tahun anggara 2002 oleh Kimpraswil Pusat lebar 3 meter dengan panjang total 6,8 km, selain itu dibangun terminal agribisnis seluas 1 Ha
serta silo yang dibangun oleh PT. Fitra Mandiri sebuah BUMD dari
Provinsi Gorontalo yang bergerak dalam bidang pengumpulan jagung (pembeli). Komoditas unggulan berupa Jagung yang dikembangkan di kawasan ini. Sebagian besar masyarakat di kawasan agropolitan menanam jagung baik di lahan pekarangan maupun di lahan kebun yang jaraknya cukup jauh (4 km) dari lingkungan pemukiman. Selain itu dilakukan juga penanaman di sela-sela tanaman kelapa. 5.4. Karakteristik Aktivitas Pertanian di Kawasan Agropolitan Randangan Karakteristik aktivitas pertanian pada dasarnya dapat dipilah berdasarkan bagian-bagian subsistem dari suatu sistem agribisnis secara keseluruhan. Berikut ini adalah karakteristik aktivitas pertanian di Kawasan Agropolitan Randangan berdasarkan karakteristik subsistem penunjang, subsistem produksi, subsistem pengolahan dan subsistem distribusi/pasar.
72
5.4.1. Subsistem Penunjang Berdasarkan data-data sekunder yang berhasil dikumpulkan dan hasil wawancara dengan para petani di Kawasan Agropolitan, nampak bahwa subsistem penunjang seperti lembaga keuangan, keberadaan dan fungsinya masih sangat terbatas.
Berdasarkan hasil wawancara hampir 100% responden menyatakan
bahwa mereka tidak pernah melakukan pinjaman ke lembaga keuangan tertentu. Mereka lebih banyak memakai modal sendiri atau meminjam dari pedagang pengumpul desa (tengkulak). Dari data sekunder di peroleh keberadaan bank di Kabupaten Pohuwato cukup tersedia, di Marisa sebagai ibukota Kabupaten Pohuwato terdapat 7 Bank baik swasta maupun bank pemerintah. Di Kecamatan Randangan sendiri terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia, namun keberadaan Bank Rakyat Indonesia unit Kecamtan Randangan belum berpengaruh karena belum tersedianya skim kredit untuk para petani. Lembaga KUD sebagai sarana keuangan petani juga belum banyak membantu karena lemahnya manajemen sehingga belum dapat berfungsi secara baik. Hal ini tentunya akan sangat menghambat perkembangan pertanian di kawasan agropolitan apabila tidak segera diupayakan solusinya. Untuk lembaga penyuluhan rata-rata sudah terdapat di setiap desa, dan fungsinya cukup dapat dirasakan oleh petani, hal ini dapat dilihat dengan adanya penggunaan tekonolgi dalam proses produksi sehingga terjadi peningkatan produksi. Namun. Akses terhadap capital market yang sangat terbatas tentunya akan menghambat transformasi pertanian ke arah agribisnis. 5.4.2. Subsistem Produksi Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapang, diketahui bahwa untuk subsistem produksi dan penunjangnya relatif tidak terlalu bermasalah. Dengan adanya penyuluhan membuat petani mulai beralih pada penggunaan tekologi dalam proses produksi. Upaya penyuluhan yang dilakukan mulai direspon oleh petani sehingga terjadi peningkatan hasil produksi. Ketersediaan saprotan (sarana produksi pertanian) juga cukup baik, mulai dari benih, pupuk, dan pestisida. Petani bisa dengan mudah membeli saprotan di pasar terdekat, selain itu juga terdapat banyak toko atau kios yang menjual saprotan.
73
Permasalahan
yang dihadapi dalam
proses
produksi adalah
waktu
penanaman yang relatif bersamaan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran akan sangat perpengaruh terhadap harga jual komoditas. Disaat panen raya maka harga akan cenderung untuk turun. Kelemahan utama dari subsistem produksi yang demikian adalah sulitnya suatu kawasan untuk melakukan pengaturan penanaman dalam satu kawasan guna menghindari fluktuasi harga pasar. Selain itu untuk memperoleh volume produksi yang bisa mencukupi skala ekonomi pertanian yang berorientasi industri juga sulit untuk dilakukan.
Akibatnya subsistem produksi ini sangat dipengaruhi oleh
fluktusi harga pasar dan akibat lainnya adalah industri pengolahan menjadi tidak berkembang di kawasan tersebut karena volume bahan baku yang tidak stabil dan tidak mencukupi. 5.4.3. Subsistem Pengolahan Subsistem pengolahan di kawasan agropolitan sampai sejauh ini ternyata belum banyak berkembang. Dalam beberapa kesempatan memang sempat dipamerkan produk olahan beberapa produk olahan seperti keripik singkong, dodol jagung. Namun hasil pengolahan ini masih dalam tahapan industri kecil rumah tangga dimana volume produksinya masih kecil, pasarnya masih terbatas dan belum luas, serta produksinya juga belum kontinyu. Khusus untuk dodol jagung, karena masih terbatasnya teknologi yang digunakan sehingga belum dapat dipasarkan secara luas karena masalah daya tahan dan kualitas sehingga hanya diproduksi jika ada pesanan atau order. Belum berkembangnya industri pengolahan menyebabkan petani lebih suka menjual langsung produknya ke pasar. Selain karena didesak kebutuhan, penjualan hasil panen dalam bentuk biji jagung langsung ke pasar sampai sejauh ini juga masih besar tingkat permintaannya.
Meskipun harga seringkali
mengalami fluktuasi, namun pasar untuk komoditas jagung dalam bentuk biji jagung sudah relatif lebih jelas dan sudah berlangsung sekian lama. 5.4.4. Subsistem Distribusi dan Pasar Kawasan agropolitan Randangan mempunyai 1 pasar permanen sebagai tempat penjualan atau outlet
penjualan jagung yang terletak di Pusat Desa
74
Pertumbuhan yaitu Desa Motolohu. Tetapi sebagian besar aktivitas pemasaran di kawasan agropolitan masih dikuasai oleh pedagang perantara/tengkulak. Sistem pemasaran jagung di kawasan agropolitan masih didominasi oleh tengkulak. Distribusi pemasaran jagung di kawasan agropolitan meliputi : pedagang pengumpul tingkat desa selanjutnya pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan ke eskportir di wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan petani berada dalam posisi yang lemah dalam menentukan harga dimana petani hanya sebagai pengambil harga saja, atau harga masih ditentukan oleh pihak pedagang. STA yang ada di kawasan agropolitan masih belum berfungsi dengan baik. Dimana petani masih enggan menjual hasil produksi ke STA karena harga jualnya masih berada di bawah harga jual pedagang pengumpul.
5.5. Fasilitasi Pemerintah dalam Pengembangan Agropolitan Randangan Peranan
pemerintah
dalam memfasilitasi
pengembangan
kawasan
agropolitan didasarkan pada UU No 32 tahun 2004 dan PP No. 38 tahun 2007 sebagai penyempurnaan dari UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000, dimana masing-masing mempunyai tugas dan wewenangnya sendiri. Peran Pemerintah dijalankan oleh berfungsinya departemen dan lembaga di tingkat pusat, provinsi maupun di tingkat kabupaten yang terkait dengan pengembangan kawasan. Hasil studi dari SK Sarana dan Prasana Desa Departemen PU (2005), selama 3 tahun di fasilitasi oleh pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provisi maunpun Pemerintah Kabupaten, berdasarkan hasil survey lapangan berbagai program yang dilaksanakan baik fisik maupun non-fisik pada berbagai bidang ekonomi, pertanian, perkebunan, kehutanan, transportasi, koperasi usaha kecil dan menengah serta bidang-bidang lainnya. Program fisik yang paling banyak dilaksanakan di berbagai kawasan adalah pembangunan infrastruktur jalan, sub terminal, pasar desa, pasar kabupaten, pasar agropolitan, dan saluran irigasi sedangkan program non-fisik antara lain adalah peningkatan wawasan dan etos kerja serta peningkatan keterampilan masyarakat.
75
5.5.1. Dinas Pertanian Dalam rangka menunjang program pembangunan pertanian yang menjadi prioritas di Gorontalo, Dinas Pertanian sebagai pelaksana teknis dari program agropolitan melaksanakan berbagai program untuk menunjang kelancaran pengembangan kawasan agropolitan melalui dinas pertanian. Adapun penjabaran dari berbagai progran tersebut dapat dilihat pada tabel berkut : Tabel 21 No
Sebaran Kegiatan Pengembangan Agropolitan Provinsi Gorontalo Tahun 2002-2004 Bidang / Sektor / Kegiatan
Lokasi
Dana (xRp.000)
Pengembangan agropolitan
1.
Pengembangan ekstensifikasi jagung
4 kab, 1 kota
1.032.527
2.
Pengembangan intensifikasi jagung
4 kab, 1 kota
2.527.750
3.
Promosi pembangunan pertanian
4 kab, 1 kota
86.916
4.
Pengadaan buffer stok pestisida
4 kab, 1 kota
75.000
5.
Pengembangan alat dan mesin pertanian
4 kab, 1 kota
825.000
6.
Pembinaan kelompok tani penangkar benih jagung
4 kab, 1 kota
21.400
7.
Pembinaan UPJA
4 kab, 1 kota
18.655
8.
Posko Agropolitan
4 kab, 1 kota
520.479
9.
Show windows
4 kab, 1 kota
250.000
10.
Pameran ALSINTAN
Provinsi
25.000
11.
Pembangunan blending plant pupuk
Provinsi
2.000.000
12.
Pengembangan peralatan dan lahan pertanian
Provinsi
5.000.000
13.
Pengadaan mesin dryer jagung
Provinsi
1.500.000
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, 2004
Khusus kawasan agropolitan Randangan Kabupaten Pohuwato , berbagai kegiatan
atau program telah dilaksanakan oleh
instasi yang terkait dalam
pengembangan kawasan agropolitan. Dinas Pertanian dan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah berkoordinasi dalam pengembangan kawasan agropolitan. Karena sifatnya yang lintas sektoral, pengembangan agropolitan menuntut adanya koordinasi antar departemen yang bisa menjamin alokasi sumberdaya pembangunan secara efektif efisien. Efektif ditunjukkan oleh berperannya departemen sesuai tugas pokok dan fungsinya, efisien berarti dijalankannya tugas dan fungsi itu secara hemat. Adapun Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian terkait dengan tugas dan fungsinya yaitu memperkuat atau
76
meningkatkan kegiatan dalam on farm (peningkatan produksi) dan penguatan kelembagaan petani. Tabel 22 Kegiatan Dinas Pertanian dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2005 No
Kegiatan / Program
Dana (000)
Pengembangan agropolitan 1.
Bantuan benih jagung hibrida/komposit dan arana lainnya
1.423.279
2.
Pelatihan Penangkar benih jagung
3.
Pelatihan sekolah lapang pengendali hama terpadu hama terpadu
10.000
4.
Peningkatan mutu intensifikasi padi sawah seluas 100 ha di 3 kecamatan
97.000
5.
Pemanfaatan lahan tidur untuk tanaman jagung
200.000
6.
Bantuan bibit vanili bagi KK tani prasejahtera
100.000
7.
Penunjang kegiatan posko agropolitan jagung
46.000
5.000
Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Petani 1.
Peningkatan SDM petani Kakao
2. 3. 4. 5.
Penyediaan dana pendamping Dana Pemguatan Modal (DPM) Lembaga Pemberdayaan penyuluh dan kelembagaan penyuluh Pengadaan sarana transportasi roda 2 bagi penyuluh
32.000 262.000 150.000 35.000
Sumber : Lakip Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, 2005
5.5.2. Dinas Kimpraswil Untuk menunjang pengembangan kawasan agropolitan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menunjang kegiatan disektor pertanian, penyediaan sarana dan prasarana fisik sangat diperlukan untuk menunjang aksebilitas masyarakat terhadap sumberdaya dan pasar. Dinas
Kimpraswil
melaksanakan beberapa program guna menunjang pelaksanaan pengembangan agropolitan sesuai dengan fungsinya sebagai penyedia sarana dan prasarana publik. Adapun beberapa kegiatan dari Dinas Kimpraswil sebagai ujung tombak pelaksanaan agropolitan adalah sebagai berikut :
77
Tabel 23 Kegiatan Dinas Kimprawil dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Randangan Tahun 2002 - 2006 No.
Tahun
Program
Volume
1 2 3 4 5
2002 2002 2003 2003 2003
3.081 m 3 Unit 5.081 m 20 Unit 1 Paket
6
2004
7 8 9
2006 2006 2006
Peningkatan Jalan Poros Desa Perbaikan Pasar Desa Peningkatan Jalan Poros Desa Pembangunan Kios Pasar Pembangunan Pelataran dan Prasarana Pasar Pembangunan Terminal Randangan Pembangunan Pasar Hewan Pemagaran Keliling Peningkatan jalan usaha tani
Biaya 390.690.000 299.940.000 1.616.200.000 200.000.000 170.459.000
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1.700 m
216.485.000
Sumber : Dinas Kimpraswil, 2006
5.5.3. Fasilitasi Pemerintah Daerah Selanjutnya untuk menjaga harga dari permainan tengkulak, pemerintah daerah dalan hal ini pemerintah provinsi Gorontalo melaksanakan kebijakan kepastian harga di tingkat petani
melalui Limited Government Intervention
Policy. Melalui kebijakan ini, pemerintah daerah menetapkan harga dasar jagung ditingkat petani sebesar Rp 700,- per kg yang sebelumnya hanya dihargai sebesar Rp.400,- per kg melalui Surat Keputusan Gubernur No 370 Tahun 2002 tentang Harga Jual Jagung dalam Wilayah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2006 SK ini kemudian di perbaharui melalui SK Gubernur No 119 tahun 2006 tentang Harga jual jagung dalam wilayah provinsi Gorontalo, dengan penetapan harga Rp 850 di tingkat petani dan Rp 950 di tingkat pedagang (gudang). Dengan adanya jaminan harga dari pemerintah membuat petani memperoleh kepastian harga sehingga meningkatkan keinginan untuk meningkatkan produksi. Disamping itu secara perlahan pergerakan harga mulai terlihat dimana sejak tahun 2005 harga jagung tidak pernah berada di bawah angka Rp.1000,- per kg. Dengan semakin meningkatnya harga jual jagung semakin mendorong petani untuk meningkatkan hasil produksi sehingga tujuan pemerintah untuk meningkatkan perluasan dan produksi jagung menjadi semakin dipermudah.
78
Tabel 24 Profil Kawasan Agropolitan Randangan dan Non Agropolitan Kawasan Aspek
Agropolitan (Kecamatan Randangan
Luas Lahan (Ha) 44.982 Ha Jumlah Penduduk (orang) 13.071 Komoditas Utama Jagung - Tanaman Pangan Kelapa - Perkebunan Kelembambagaan Pertanian 65 - Jumlah kelompok tani (unit) 13 - Jumlah Penyuluh Lapangan (orang) Infrastruktur tersedia - Jalan desa tersedia - Jalan Usaha tani tersedia - Telekominukasi tersedia - Ketersediaan Pasar tersedia - Listrik Lembaga Keungan tersedia - Bank tersedia - Koperasi Unit Desa Sumber : - BPS Kabupaten Pohuwato - Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato
Non Agropolitan (Kecamatan Taluditi) 15.997 6.321 Jagung Kacao 46 9 tersedia belum tersedia belum tersedia tersedia tersedia belum tersedia tersedia
5.6. Deskripsi Umum Kawasan Non Agropolitan Kecamatan Taluditi Kawasan non agropolitan yaitu Kecamatan Taluditi memiliki luas 15.997 ha atau sekitar 3,77 persen dari luas Kabupaten Pohuwato. Dari luas Kecamatan Taluditi sekitar 17,41 persen dari luas kawasan ditanamani dengan tanaman jagung. Jumlah penduduk Kecamatan Taluditi sebagai kawasan non sebanyak 6.321 orang dengan tingkat pertumbuhan yang sama dengan kecamatan Randangan. Sama halnya dengan kawasan agropolitan Randangan mata pencaharian penduduk kawasan non agropolitan adalah dominan petani yaitu mendekati 70 persen dan sisanya adalah sebagai pedagang, tukang, PNS, swasta dan lain-lain. Perekonomian penduduk pada umumnya bertumpu pada aktivitas jual beli produk pertanian yang didominasi oleh pedagang perantara tingkat desa (tengkulak). Sarana prasarana penunjang pemasaran belum tersedia dengan baik
79
di kawasan non agropolitan. Demikian halnya dengan prasarana kesehatan, pendidikan dan prasarana sosial lainnya. Sarana prasarana kimpraswil berupa jalan akses atau jalan usaha tani belum tersedia meskipun jalan-jalan penghubung antar desa sudah tersedia secara memadai. Adapun penggunaan lahan di kawasan non agropolitan adalah sebagai berikut : Tabel 25 Penggunaan Lahan di Kawasan Non Agropolitan Kecamatan Taluditi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Lahan Sawah Pekarangan Tegalan/Kebun Ladang/Huma Perkebunan Hutan Rakyat Hutan Negara Lain-lain Penggunaan
Total Luas Lahan
Kawasan Non Agropolitan 850 626 5.150 527 2.479 310 211 5.844 15.997
Sumber : Pohuwato dalam angka, 2006
Komoditas yang banyak dikembangkan di kawasan ini adalah jagung serta komoditi perkebunan kakao dan kopi. Pemasaran komoditas jagung dikawasan ini sama seperti kawasan agropolitan randangan didominasi oleh tengkulak yang berperan sebagai pengumpul jagung tingkat desa. Karena kekurangan modal usaha, petani kawasan non agropolitan biasanya meminjam kepada pedagang desa dengan konsekuensi hasil tani harus dijual kepada pedagang tersebut.