• 9vteaia • Tan -a( : J (J-LI ~O/I ----: J{a(aman : cJ..1 •
SENIRUPA
•
•
Seni rupa Islam Indonesia membebaskan diri dari idiom ekspresi klasiknya: kaligrafi, warna hijau, dan bulan atau bintang. Media ekspresi yang ditampilkan Pemeran Seni Rupa Kontemporer Islami Indonesia bertajuk "Bayang" menyerap pemaknaan yang lebih kaya.
:k :Meaza II 1 : 3 J(/(/ ~ Tan a[ Jia[aman : cP..1
OLEH ARYO WISANGGENI
•
i dinding putih itu terbayang sebuah mihrab, dinding dekoratif di dalam ruang masjid yang menjadi penanda arah kiblat. "Mihrab" itu berdengung terputus-putus tiap detik, seperti bunyi mesin pompa air otomati yang bocor. "Ng..., ngun . ..., ngunggggggg", dengung itu mengundang langkah kaki. Dinding dekoratif itu tidak tersusun dari tarikan garis komposisi warna. Hanya gumpalan pita kaset kusut yang ditempelkan rapi, teratur, membentuk garis-gans mihrab, lengkap dengan lengkung kubah masjid. Dari tiap titik gumpalannya menjuntai pita kaset yang bersusun rapi, rapat, seperti tirai pembatas ruang. Sang perupa, Bagus Pandega, menata juntaian pita kaset itu menyatu seperti jalinan kabel, berujung ke sebuah mesin pemutar kaset atau tape. Di atas tape "jadul" itu ada kotak kaset kosong, hanya bensi sampulnya kaset beIjudul "99 Nama-nama Allah-Asma ill Husna". Tapi tak ada suara merdu melantunkan nama-nama Allah SWT, hanya dengung, dengung, dengung, dan dengung. Bagus memelesetkan kata "meditatif' untuk menamai karyanya, "Med itatapes". I tu satu dari banyak karya yang tampil berbeda dalam pameran 190 karya seni rupa kontemporer Islam di Galeri a-
nal, 27-14 Agustus. Karya instalasi Bagus adalah satu dan banyak karya yang bed a, meninggalkan konvensi jamak seni rupa Islam. Namun, berhasil me• mancmg permenungan. Karya Patriot Mukmin "Presence of Mind#3" juga tampil beda Ia menghadirkan permainan ilusi dimensi kotak berjeruji yang membingkai latar putih bertuliskan "relies on the senses, ima-
gination, conjecture, and the intellecf' (bergantung kepada indera, imajinasi, praduga, dan kecerdasan). Dan depan, karya itu tak memperlihatkan hal seJain tulisan yang tertutupi jeruji-jeruji putih. Namun, jeruji-jeruji yang berupa bilah kayu selebar 5 cm itu menyembunyikan gambar lainnya. Dilihat dari sisi kanan akan tampak gambar bulan sabit. Jika dilihat dari sisi kiri, bilah jeruji itu akan menampakkan wajah seorang perempuan yang bercadar. Gambar perempuan ben nata indah itu sungguh detail dan realis. Di salah satu sudut sekat ruang pamer ada karya Budi Adi Nugroho, "Ready Found Made Object", berupa patung resin berbentuk Hajar Aswad. Berbeda dengan batu surga yang ada di sudut tenggara Kabah yang telah hitam karena menyerap do a un1at manusia, "Ready Found Made Object" itu putih bersih. seputih susu.
>
:Media :K 'fa fl.£J.B...a[ :3 ' J{a[aman : r:J..1
Gabriel Aries S menampilkan "Last Journey", berupa taburan pasir putih di lantai ruang pamer, membentuk lingkaran sempurna berdiameter 3 meter yang menjadi rute rudup tanpa ujung. Di garis selebar 0,4 meter itu, menaruh patung koper beroda yang tua, kusam, penuh debu. Di seberangnya, dua sepatu tua tergolek di depan sejumJah jejak kaki "rute kerudupan" itu. Pemiliknya tak ada lagi di rute itu. Herra Pahlasari menampilkan karya foto yang dicetak di kanvas, "After Relations in Time", berupa foto hitam-putih punggung lelaki dan perempuan yang duduk berduaan. Rambut keduanya kusut terjaJin menjadi satu.
Indah •
Tentu saja karya kaJigrafi indah tetap muncul daJam pameran itu. Sebut saja karya kaJigrafi indah dengan bingkai ornamen dekoratif indah yang ditampilkan Aris Kurniawan, "Iluminasi Banten Mix" 1 dan "Ayat Seribu Dinar". Bingkai dekoratif juga muncul daJam karya Achmad HaJdani, "Ayat Kursi CQS AI Baqarah:225), sementara kaJigrafi ayat yang sama ditampilkan Ujang BadrussaJam dengan lukisan sebuah segitiga di kanvas yang juga didominasi wru'na ru•
Jau.
Abay Subarna juga menampilkan karya kaJigrafi yang lain, dengan ornamen berupa garisgaris di kanvasnya yang didominasi warna rujau, daJam karyanya "Cahaya KeagunganMu". Semen tara Agus No groho menampilkan kaJigrafi yang . dalrun karya "Ke yahduan dan Kedrul1aian Aura SYl.lhada". Kaligrafi Husaen El-Musta'simy, "Gclimang Do a", hadir dcngan dominasi warna mcrah. Huruf Arab yang tidak uip f indah pun m njaui indah di ta •
*
at
•
.11.1 t
I
{
J{a{aman :
•
ngan Ali Umar yang memahat "Doa Nail< Kendaraan" dalam tiga lempeng kayu yang menyerupai daun. Tiga lempeng kayu itu "mengambang" disangga paak-pasak kayu, seperti perahu yang mengambang di air. Pimpinan Pesantren Kaligrafi AI Quran Lemka KH D Sirojuddin menyatakan, karya kaligrafi ebagai bentuk ekspresi seni rupa Islam tetap menempati tempat tertinggi karena tidak akan pemah jatuh dalam yirik
dan maksiat. "Tentu saja karya seni rupa Islam bukan hanya kaligrafi. Bisa berupa lukisan netral berbingkai Islam, atau lukisan tentang Islam. Jika membangkitkan kecintaan kepada Allah swr dan Islam itu seni rupa I lam," kata Sirojuddin. Penyair Ahmad Syubanuddin Alwy memuji eksplorasi karya para perupa yang berhasil keluar pakem karya seni rupa Islam. "Jika karya seni rupa Islam harns ada huruf Arabnya misalnya, atau
warna tertentu, itu menjadi sempit. Islam adalah rahmatan lil 'alam in, itu berarti Islam adalah universal. Dan dalam dunia seni rupa pun harns menjadi universal. Jika karya merepresentasikan kedamaian, keadilan, keindahan, kritik terhadap buruknya kekuasaan, itu sudah karya seni rupa yang islami," ungkap Ahmad. Kurator pameran itu, Rizki A Zaelani, menyebut "tampil beda" itu sebagai perge eran tanggapan
para perupa terhadap simbolsimbol Islam, dan cara penyampaian simbolnya. "Kami sendiri tidak bermaksud membuat klarifikasi ten tang definisi seni rupa Islam. Saya hanya mengajak seniman Muslim mengartikulasikan karya dalam label tertentu. Dan temyata muncul ekspre i karya yang berbeda-beda. Persepsi tentang seni rupa Islam bisa dilihat dari berbagai segj, dan itu menentukan seperti apa karya yang ditampilkan," kata Rizki.
I .
9vted"ia : 1\ ryan a[ :31 J(t J{a(aman : r).-/ .
.r
I
I ,
•
•
KOMPAS/ WAWA
H PRABOWO
Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung bersama Yayasan I NISAF menggelar pameran seni rupa kontemporer I Iami bertajuk Bayang di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 27 Juli hingga 14 Agustus 2011.
:K :Media 7'angga{ :jl JO Jia{aman : .)./.
1--
• •
•
•
Sebanyak 50 peserta dari 31 negara mementaskan pergelaran berjudul "Sang • Hyang Pretiwi, Penyelamat Ibu Bumi" pad a Indonesia Channel 2011 di Eldorado Lembang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/7) malam.