PREVALENSI DELESI 27 bp GENA PROTEIN BAND 3, DERAJAT OVALOSITOSIS DAN ASIDOSIS TUBULUS DISTAL GINJAL PADA KASUS OVALOSITOSIS DI DAERAH ENDEMIS MALARIA KECAMATAN SEKOTONG, KABUPATEN LOMBOK BARAT
I Gusti Ayu Nyoman Danuyanti
Abstract: Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) caused by 27 bp deletion of the band 3 protein gene in erythrocyte membrane lead to an increase of rigidity and decrease of erythrocyte membrane deformability, indicated by the oval erythrocytes morphology. The band 3 protein gene is expressed not only in erythrocyte membranes but also in the cell membrane of α-collecting renal tubular functions in the secretion of acid in renal tubules and HCO3-/Cl- anion exchange. An alteration of the band 3 protein functions in cell of α-collecting renal tubules reduces HCO3-/Cl- ion exchange resulting in decreased secretion of H+ ions and disturbances in the process of pickling urine as an indicator of distal renal tubular acidosis (dRTA). Research on the relationship between SAO and dRTA found that more than 80% SAO occur in dRTA patients, but there is no information on dRTA among SAO patient in population. To study the prevalence of 27 bp deletion band 3 protein gene, the ovalocytosis degrees and dRTA in the population of malaria endemic areas, Sekotong of West Lombok Regency. This study was a case-control design. Ovalocytosis degree determined by oval erythrocytes morphology of 20%-100% in 1000 erythrocytes. The 27 bp deletion of band 3 protein gene was analyzed by polymerase chain reaction (PCR), levels of bicarbonate (HCO3-) by alkalimetry, potassium (K+) and chloride (Cl-) by spectrophotometry. The chi square test was used to analyse relationship between the 27 bp deletion of band 3 protein genes and dRTA. The degree of ovalocytosis 50% was found in 35, 7% individuals and below 50% was found in 64, 3% individuals. Prevalence of 27 bp deletion of band 3 protein gene among subject of ovalocytosis patients was 35, 7% (n = 28). The frequency of the dRTA among SAO patients was 20% (n = 10) and the value of relative risk (RR) was 0.800 (non dRTA individuals risk 0.800 times higher than that of dRTA individuals.There is a relationship between the 27 bp deletion protein band 3 gene with distal renal tubular acidosis (dRTA) in ovalocytosis populations of malaria endemic areas, Sekotong of West Lombok Regency. Kata Kunci: Delesi 27 bp Gena Protein Band 3, Derajat Ovalositosis, Asidosis Tubulus Distal Ginjal.
LATAR BELAKANG
kekuatan ikatan antara protein band 3 dan protein
Ovalositosis merupakan penyakit herediter
sitoskeleton membran eritrosit lainnya meningkat.
asimtomatik yang penurunannya secara autosomal
Bentuk klinis terdapat pada penderita heterozigot,
dominan. Ciri morfologi dari ovalositosis adalah
sedangkan pada homozigot jarang ditemukan dan
eritrosit yang berbentuk oval, disertai dengan adanya
sifatnya letal (Jarolim et al., 1991; Patria et al., 2002;
daerah pucat tidak beraturan (irregular pale region)
Mohandas et al., 1992; Liu et al., 1995).
dan adanya stomatosis, perubahan morfologi ini
Ovalositosis di Asia Tenggara (Southeast
disebabkan adanya gangguan keseimbangan struktur
Asian Ovalocytosis/SAO) disebabkan oleh delesi 27
dan gerak
bp gena protein band 3 penyusun membran eritrosit
protein sitoskeleton membran eritrosit
yang terletak pada ekson 11 sehingga 9 asam amino
karena mobilitas protein band 3 menurun dan
hilang pada posisi 400–408 dari protein band 3
___________________________________________________________________________ I Gusti Ayu Nyoman Danuyanti: Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl.Prabu Rangkasari Dasan Cermen Matram
831
Danuyanti, Prevalensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3
eritrosit
normal.
Keadaan
ini
menyebabkan
yang sama, tetapi subjek yang digunakan adalah
peningkatan rigiditas dan penurunan deformabilitas
pasien dRTA yang terdiagnosa SAO sehingga SAO
membran eritrosit (Jarolim et al., 1991; Patria et al.,
dikatakan sebagai faktor predisposisi perkembangan
2002; Mohandas et al., 1992; Liu et al., 1995).
dRTA (Alper, 2005; Yusoff et al., 2003). Dalam
Mutasi protein band 3 pada SAO juga
penelitian
ini
subjek
yang
digunakan
adalah
berperan pada asidosis tubulus distal ginjal (dRTA)
penderita ovalositosis yang dihubungkan dengan
karena ekspresi protein ini tidak hanya pada
kejadian dRTA.
membran eritrosit, tetapi juga pada membran
Berdasarkan
uraian
tersebut,
maka
basolateral dari sel α-tubulus kolektivus ginjal.
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah
Protein ini berperan dalam sekresi asam di tubulus
terdapat hubungan antara delesi 27 bp gena protein
-
-
ginjal dan pertukaran anion (HCO3 dan Cl ) yang
band 3 dan asidosis tubulus distal ginjal pada kasus
melewati membran sel α-tubulus kolektivus ginjal
ovalositosis di daerah endemis malaria Kecamatan
(Alper, 2005; Cheung et al., 2005; Soreano, 2002;
Sekotong, Lombok Barat.
Wrong et al., 2003). Jika terjadi kerusakan fungsi METODE
protein band 3 pada sel α-tubulus kolektivus ginjal, menyebabkan gangguan pertukaran ion HCO3-/Cl-
Jumlah sampel dalam penelitian kasus
sehingga mengakibatkan penurunan sekresi ion H+
kontrol ini sebanyak 56 orang yang terdiri dari 28 subjek penderita ovalositosis sebagai kelompok
dan gangguan proses pengasaman urine pada tubulus
kasus dan 28 subjek non ovalositosis sebagai
distal (Bruce et al., 1997; Bruce et al., 2000). Hal ini
kelompok kontrol. Keseluruhan subjek diambil dari
menjadi dasar kelainan dari asidosis tubulus distal
populasi di Dusun Kelep, Dasan Baru, dan Batu
ginjal yang disebabkan gangguan sekresi ion
Putih Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok
hidrogen dari nefron distal sehingga menyebabkan penurunan produksi dan ekskresi ammonium (NH 4+)
Barat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
HPO4- menjadi H2PO4-.
adalah usia, jenis kelamin, derajat ovalositosis, pH
serta gangguan ekskresi
urine, kadar hemoglobin, bikarbonat
Keadaan ini menyebabkan proses pengasaman urine
kalium (K+), dan klorida (Cl-) dalam darah.
pada tubulus distalis terganggu (Soreano, 2002).
Analisa delesi 27 bp gena protein band 3 ditentukan
dRTA disertai dengan hipokalemia yang disebabkan ekskresi
ion
natrium
bersamaan
dengan
dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
ion
dengan denaturasi awal pada suhu 94oC (5 menit),
bikarbonat di urine dan hiperkloremia karena gangguan
ekskresi
ion
klorida
(HCO3-),
kemudian diikuti 30 siklus denaturasi pada suhu
dalam bentuk
94oC (1 menit), annealing pada suhu 62oC (1 menit),
ammonium klorida (NH4Cl) (Soreano, 2002; Karet,
ekstensi pada suhu 72oC (3 menit), dan final
2002; Yusoff et al., 2003).
extention 72oC (7 menit). Primer yang digunakan
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan
yaitu
Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) dan asidosis
(forward)
ATGACCCCTCTGC-3’dan
tubulus distal ginjal (dRTA) karena dasar genetik
832
5’-GGCCCAG (reverse)
5’-
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
GCCGAAGGTGATG GCGGGTG-3’. PCR product kemudian dielektroforesis pada gel agarose 3% yang
HASIL
telah tercat etidium bromida dan hasil visualisasinya
Karakteristik subjek penderita ovalositosis dan non
diamati pada transluminator UV.
ovalositosis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penderita Ovalositosis dan Non Ovalositosis Variabel Usia (tahun) pH urine Kadar hemoglobin (g/dl) Kadar bikarbonat (mEq/L) Kadar kalium (mEq/L) Kadar klorida (mEq/L)
Ovalositosis n = 28 32,11 ± 11,96 6,21 ± 1,07 11,88 ± 0,87 26,82 ± 3,52 3,66 ± 0,56 104,21 ± 6,39
Non ovalositosis n = 28 28,00 ± 7,80 6,29 ± 0,76 13,23 ± 1,59 29,68 ± 1,63 3,94 ± 0,58 100,88 ± 6,01
p (t-test) 0,135 0,774 0,000* 0,000* 0,075 0,050
* berbeda bermakna (p<0,05) Hasil analisis usia, pH urine, kadar kalium,
sedangkan HCO3- secara klinis mempunyai kadar
dan klorida secara statistik tidak berbeda dengan nilai
yang normal untuk seluruh subjek penelitian yaitu >
p ≥ 0,05, tetapi secara klinis semua subjek penelitian
24 mEq/L.
mempunyai kadar yang normal yaitu pH urine > 5,5, +
Distribusi
-
frekuensi
hasil
pemeriksaan
K > 3,6 mEq/L dan Cl di antara nilai 95-105
derajat ovalosit pada subjek penderita ovalositosis
mEq/L. Untuk kadar hemoglobin dan bikarbonat
dengan nilai 64,3% untuk derajat ovalosit di bawah
secara statistik berbeda bermakna (p = 0,000) dan
50% dan 35,7% untuk derajat ovalosit di atas 50%
secara klinis kadar hemoglobin di bawah normal
(n=28) (Tabel 3). Hasil distribusi frekuensi derajat
untuk subjek penderita ovalositosis dan normal pada
ovalosit untuk subjek penderita ovalositosis secara
subjek non ovalositosis (nilai normal > 12,0 gr/dl),
lengkap ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Derajat Ovalosit pada Subjek Penderita Ovalositosis No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Derajat ovalosit 20% 25% 30% 40% 50% 60% 65% 85% 90% 100% Total
Jumlah 14 1 1 2 1 3 1 1 2 2 28
833
Persentase (%) 50 3,6 3,6 7,1 3,6 10,7 3,6 3,6 7,1 7,1 100
Danuyanti, Prevalensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3
Hasil genotiping gena protein band 3 yang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Derajat Ovalosit pada Kelompok > 50% dan < 50% untuk Subjek Penderita Ovalositosis Variabel Ovalosit > 50% Ovalosit < 50% Total
dilakukan
dengan
metode
Polymerase
Chain
Reaction (PCR) dapat dilihat pada Gambar 1.
Ovalositosis n = 28 10 (35, 7%) 18 (64, 3%) 28 (100%)
Gambar 1. Hasil Genotiping Delesi 27 bp Gena Protein Band 3. M = Marker 100 bp Bioron Blue Extended.
berukuran 148 bp menunjukkan delesi sepanjang 27
+ = positif delesi sepanjang 27 bp yang memiliki 2
bp dari fragmen DNA normal yaitu 175 bp.
fragmen DNA yaitu 175 bp dan 148 bp. - = tidak
Distribusi frekuensi delesi 27 bp gena protein band 3
terjadi delesi sepanjang 27 bp dan hanya memiliki 1
pada
fragmen DNA yaitu 175 bp. Fragmen DNA
ovalositosis dapat dilihat pada Tabel 4.
subjek
penderita
ovalositosis
dan
non
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3 pada Subjek Penderita Ovalositosis dan Non Ovalositosis Variabel Delesi 27 bp Non delesi
Ovalositosis n = 28 10 (35, 7%) 18 (64, 3%)
Non ovalositosis n = 28 0 (0%) 28 (100%)
P (CI = 95%) 0,002*
* berbeda bermakna (p<0,05) Pada
subjek
penderita
ovalositosis,
protein band 3 (0%) sehingga frekuensi yang non
frekuensi delesi 27 bp gena protein band 3
delesi sebesar 100% (n=28). Grafik distribusi
ditemukan sebesar 35,7%
dan yang tidak terjadi
frekuensi delesi 27 bp gena protein band 3 pada
delesi sebesar 64,3% (n=28). Pada subjek non
subjek penderita ovalositosis dan non ovalositosis
ovalositosis tidak ditemukan delesi 27 bp gena
ditunjukkan pada Gambar 2.
834
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
100%
30 25
64,3%
20
Jumlah (n)
15
35,7%
Delesi Non Delesi
10 5
0%
0
Ovalositosis Non Ovalositosis
Gambar 2. Frekuensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3 Pada Subjek Penderita Ovalositosis dan Non Ovalositosis Untuk mengetahui hubungan antara delesi 27 bp
keseluruhan sugges penelitian dilakukan dengan
Gena Band 3 dengan pH Urine, Kadar Hemoglobin,
analisa Chi square yang ditunjukkan pada Tabel 5.
-
+
-
Bikarbonat (Hco3 ), Kalium (K ), Klorida (Cl ) pada Tabel 5. Hubungan antara Delesi 27 bp Gena Protein Band 3 dengan pH Urine, Kadar Hemoglobin, Bikarbonat (Hco3-), Kalium (K+), Klorida (Cl-) Untuk Kelompok Delesi 27 bp dan Non Delesi Variabel pH urine < 5,5 pH urine > 5,5 Kadar HCO3- (AM) Kadar HCO3- (non AM) Kadar K+ (hipokalemia) Kadar K+ (non hipokalemia) Kadar Cl- (hiperkloremia) Kadar Cl- (non hiperkloremia)
Keterangan:
Delesi 27 bp n = 10 0 (0, 00%) 10 (100%) 3 (30, 0%) 7 (70, 0%) 6 (60, 0%) 4 (40, 0%) 8 (80, 0%) 2 (20, 0%)
Non Delesi n = 46 14 (30, 4%) 32 (69, 6%) 4 (8, 70%) 42 (91, 3%) 17 (37, 0%) 29 (63, 0%) 18 (39, 1%) 28 (60, 9%)
p (CI = 95%)
Odds ratio
(OR)
0,052
1,438
0,099
4,500
0,288
2,559
0,033*
6,222
AM = Asidosis metabolik *Berbeda bermakna = nilai Risiko relatif (RR)
Berdasarkan hasil analisis Chi square
band 3. Sedangkan untuk delesi 27 bp gena protein
menunjukkan bahwa delesi 27 bp gena protein band
band 3 dengan pH urine, kadar HCO3- dan K+ secara
3 dan kadar klorida antara observed value dengan
statistik tidak berbeda bermakna dengan nilai p =
expected value secara statistik berbeda bermakna
0,052; 0,099 dan 0,288, nilai RR = 1,438 untuk pH
dengan nilai p = 0,033 dan nilai Odds ratio 6,222,
urine, dan OR untuk kadar HCO3- dan K+ sebesar
artinya terdapat hubungan antara delesi 27 bp gena
4,500 dan 2,599, artinya tidak terdapat hubungan
protein band 3 dengan kadar klorida dan secara klinis
antara delesi 27 bp gena protein band 3 dengan pH
peluang hiperkloremia lebih tinggi terjadi pada
urine, kadar HCO3- dan K+ serta secara klinis peluang
kelompok yang mengalami delesi 27 bp gena protein
pH urine > 5,5 dan non asidosis metabolik lebih
835
Danuyanti, Prevalensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3
tinggi pada kelompok delesi 27 bp gena protein band
terjadi asidosis metabolik (kadar HCO3- < 24
3. Untuk kadar kalium peluang hipokalemia lebih
mEq/L), hipokalemia (kadar K+ < 3,6 mEq/L) dan
tinggi pada kelompok delesi 27 bp gena protein band
hiperkloremia (kadar Cl- > 105 mEq/L). Distribusi
3 dibandingkan dengan yang non delesi.
frekuensi dRTA untuk kelompok yang mengalami
Dari keseluruhan data yang diperoleh, untuk
delesi 27 bp gena protein band 3 dengan non delesi
penentuan asidosis tubulus distal ginjal (dRTA)
pada keseluruhan subjek penelitian ditunjukkan pada
parameter yang digunakan adalah pH urine > 5,5,
Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dRTA Pada Kelompok Delesi 27 bp dan Non Delesi Variabel dRTA Non Drta
Keterangan:
Delesi 27 bp n = 10 2 (20, 0%) 8 (80, 0%)
Non Delesi n = 46 0 (0, 00%) 46 (100%)
p (CI = 95%) 0,029*
RR 0,800
RR = Risiko relatif *Berbeda bermakna
Pada kelompok yang mengalami delesi 27
dRTA 100% (n=46). Karakteristik subjek untuk
bp gena protein band 3 frekuensi kejadian asidosis
kelompok delesi 27 bp gena protein band 3 yang
tubulus distal ginjal (dRTA) adalah 20% dan non
mengalami dRTA secara lengkap dapat dilihat pada
dRTA
tabel 7.
sebesar
80%
(n=10),
sedangkan
pada
kelompok non delesi frekuensi dRTA 0% dan non
Tabel 7. Karakteristik Subjek Kelompok Delesi 27 bp Gena Protein Band 3 yang Mengalami dRTA. No. Sampel
Delesi 27 bp Gena Protein Band 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
+ + + + + + + + + +
pH urine 7 6 8 8 7 7 6 6 6 8
Parameter dRTA HCO3- (mEq/L) K+ (mEq/L) 30 4,84 29 3,11 25 3,39 22 3,41 30 3,33 30 4,75 25 3,92 23 3,92 29 3,15 21 3,43
Cl- (mEq/L) 107,98 110,42 105,10 105,77 106,43 107,89 100,76 100,85 111,42 107,75
Keterangan: :
SAO dan dRTA
Hasil analisis Chi square menunjukkan
artinya terdapat hubungan antara delesi 27 bp gena
bahwa kejadian asidosis tubulus distal ginjal (dRTA)
protein band 3 dengan dRTA tetapi secara klinis
pada kelompok delesi 27 bp gena protein band 3 dan
risiko non dRTA lebih tinggi pada kelompok delesi
non delesi untuk seluruh subjek penelitian secara
dengan nilai RR = 0,800.
statistik berbeda bermakna dengan nilai p = 0,029,
836
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
pada posisi 400-408 dari protein band 3 eritrosit
PEMBAHASAN Kriteria sampel yang dipilih sebagai subjek
normal yang mengakibatkan peningkatan rigiditas
penderita ovalositosis adalah yang mempunyai
dan penurunan deformabilitas membran eritrosit, dan
derajat ovalosit 20%-100% dalam 1000 eritrosit.
secara
Hasil ini diperoleh melalui perhitungan morfologi
eritrosit berbentuk oval yang dapat disertai dengan
eritrosit dengan bentuk oval yang dapat disertai
bentuk stomatosis dan irregular pale region pada
stomatosis ataupun irregular pale region dalam 1000
sitoplasma eritrosit (Patria et al., 2002; Soreano,
eritrosit dengan menggunakan mikroskop perbesaran
2002; Yusoff et al., 2003).
spesifik
ditunjukkan
dengan
morfologi
1000X, diperoleh frekuensi derajat ovalosit untuk
Pada kelompok subjek yang mengalami
yang di bawah 50% adalah 64,3% dan di atas 50%
delesi 27 bp gena protein band 3, frekuensi kejadian
sebesar
ovalositosis
asidosis tubulus distal ginjal (dRTA) sebanyak 20%
berdasarkan gambaran morfologi eritrosit sangat
sedangkan non dRTA 80% (n=10). Pada kelompok
dipengaruhi oleh pemeriksa (observer) dan kriteria
non delesi frekuensi dRTA 0% dan non dRTA 100%
yang digunakan. Hingga saat ini penentuan derajat
(n=46). Hasil analisis Chi square menunjukkan
ovalositosis belum ada kesepakatan bahwa yang
bahwa kejadian asidosis tubulus distal ginjal (dRTA)
disebut ovalositosis jika derajat ovalosit antara 1%-
pada kelompok delesi 27 bp gena protein band 3 dan
25%, 50%-90% atau di atas 90% (Patria et al., 2002;
non delesi untuk subjek penderita ovalositosis dan
Alper, 2005; Nathan et al., 2005).
non ovalositosis secara statistik berbeda bermakna
35,7%
(n=28).
Diagnosis
Berdasarkan hasil genotiping gena protein
dengan nilai p=0,029 yang berarti terdapat hubungan
band 3, untuk derajat ovalosit di bawah 50% tidak
antara prevalensi delesi 27 bp gena protein band 3
terjadi delesi 27 bp gena protein band 3. Hal ini
dengan dRTA tetapi secara klinis risiko non dRTA
mungkin disebabkan kegagalan heterodimer spektrin
0,800 kali lebih tinggi dibandingkan dengan dRTA.
membentuk heterotetramer. Penyebab lainnya adalah
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil
defisensi atau disfungsi protein band 4.1 dan
yang mendukung penelitian ini yaitu terdapat
glikoforin
menyebabkan
hubungan antara delesi 27 bp gena protein band 3
abnormalitas membran eritrosit menjadi bentuk oval
penyebab Southeast Asian Ovalositosis (SAO)
(Nathan et al.,; 2005; Tanner, 1993).
dengan dRTA, tetapi subjek yang diteliti adalah
C
yang
juga
dapat
Hasil elektroforesis produk PCR pada
pasien dengan diagnosis dRTA dan terjadi lebih dari
subjek penderita ovalositosis menghasilkan dua
satu mutasi pada gena protein band 3 yang disertai
fragmen DNA berukuran 175 bp dan 148 bp.
atau tidak dengan delesi 27 bp gena protein band 3.
Fragmen DNA berukuran 148 bp menunjukkan
Hasil penelitian lain menunjukkan frekuensi dRTA
delesi sepanjang 27 bp gena protein band 3. Hal ini
sebesar 0% pada subjek dengan delesi 27 bp gena
menjelaskan bahwa penderita ovalositosis tersebut
protein band 3. Hal ini menunjukkan satu mutasi
heterozigot. Adanya delesi sepanjang 27 bp gena
pada gena protein band 3 belum cukup sebagai
protein band 3 menyebabkan 9 asam amino hilang
837
Danuyanti, Prevalensi Delesi 27 bp Gena Protein Band 3
penyebab kejadian dRTA (Bruce et al., 1997; Karet,
terdapat pada 64,3% individu ovalositosis, sedangkan
2002; Kuma et al., 2002).
prevalensi delesi 27 bp gena protein band 3 sebesar
Gena
protein
band
3
tidak
hanya
35,7% pada populasi ovalositosis di daerah endemis
diekspresikan pada membran sel eritrosit tetapi juga
malaria Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok
pada membran basolateral sel α-tubulus kolektivus
Barat. Terdapat hubungan antara delesi 27 bp gena
ginjal, Perbedaannya terletak pada promotor dan
protein band 3 dengan asidosis tubulus distal ginjal
jumlah asam amino pada domain sitoplasma (N-
(dRTA) pada populasi ovalositosis di daerah endemis
terminal)
malaria Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok
protein band 3. Promotor pada gena
protein band 3 yang diekspresikan di membran sel
Barat.
eritrosit terletak pada upstream exon 1 dan DAFTAR PUSTAKA
mempunyai 911 asam amino, sedangkan pada membran sel α-tubulus kolektivus ginjal promotor
Alper S.L. Molecular physiology of SLC4 Anion Exchanger, 2005. Exp Physiol 91(1):153161.
terletak di dalam intron 3 dan mempunyai 65 asam amino pada domain sitoplasma (N-terminal) (Alper, 2005; Fujinaga et al., 1999). Mutasi dari gena protein
Bruce L.J., Cope D.L., Jones K.J., Schofield A.E., Burley M., Povey S., Unwin R.J., Wrong O., Tanner M.J.A. Familial Distal Renal Tubular Acidosis Is Associated With Mutation In The Red Cell Anion Exchanger (Band 3, AE1) gene, 1997. J Clin Invest 100(7):1693-1707.
band 3 menyebabkan pleiotropic effect yaitu abnormalitas eritrosit dan asidosis tubulus distal ginjal (dRTA). Delesi 27 bp gena protein band 3 pada
Southeast
Asian
Ovalositosis
(SAO)
memberikan akibat minimal pada monomer wild type
Cheung J.C., Cordat E., Reithmeier R.A. Trafficking Defects of the Southeast Asian Ovalocytosis Deletion Mutant Of Anion Exchanger 1 Membrane Protein, 2005. Biochem J 390:137-144.
SAO sehingga mekanisme pertukaran anion Cl-HCO3- masih normal karena terkompensasi oleh adanya fragmen normal dari SAO. Keadaan tersebut menjelaskan perlunya mutasi lain (mutasi kedua)
Fujinaga J., Tan X., Casey J.R. Topologi of Membrane Domain of Human Erythrocyte Anion Exchange Porotein, AE1, 1999. J Biol Chem 274:6626-6633.
pada gena protein band 3 untuk menentukan fenotip dengan dRTA (Soreano, 2002; Yusoff et al., 2003). Secara struktur delesi 27 bp gena protein band 3
Jarolim P., Palek J., Amato D., Hassan K., Sapak P., Nurse G.T., Rubin H.L., Zhai S., Sahr K.E., Liu S.C. Deletion in Erythrocyte Band 3 Gene in Malaria-Resistant Southeast Asian Ovalocytosis, 1991. Proc Natl Acad Sci USA 88:11022-11026.
letaknya jauh dari porus protein band 3 sehingga 1 mutasi saja tidak cukup kuat sebagai penyebab dRTA tetapi memerlukan terjadinya mutasi lain sebagai penyebab dRTA.
Karet F.E. Inherited Distal Renal Tubular Acidosis, 2002. J Am Soc Nephrol 13:2178-2184.
KESIMPULAN Derajat ovalositosis di atas 50% ovalosit
Kuma H., Abe Y., Askin D., Bruce L.J., Hamasaki T. Molecular Basis and Functional
terdapat pada 35,7% individu dan di bawah 50%
838
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
Consequences of the Dominant Effect of the Mutant Band 3 on the Structure of Normal Band 3 in Southeast Asian Ovalocytosis, 2002. Biochem, 41:3311-3320.
Soreano J.R. Renal tubular acidosis: The Clinical Entity, 2002. J Am Soc Nephrol 13:21602170. Tanner MJA. Molecular and cellular biology of the erythrocyte anion/exchanger (AE1), 1993. Semin in Hematol 30(1):34-57.
Liu S.C., Palek J., Nichols P.E., Derick L.H., Chiou S.S., Amato D., Corbet J.D., Cho M.R., and Golan D.E. Molecular Basis of Altered Red Blood Cell Membrane Properties in Southeast Asian Ovalocytosis: Role of the Mutant Sband 3 Protein in Band 3 Oligomerization And Retention By Membrane Skeleton, 1995. Amec Soc of Hematol 86(1):349-358.
Wang D.N. Band 3 protein: structure, flexibility and Function, 1994. FEBS Letters 346:26-31. Wrong O., Bruce L.J., Unwin R.J., Toye A.M., Tanner M.J.A. Band 3 Mutations, distal renal tubular, and Southeast Asian Ovalocytosis, 2003. Kidney Int 62:10-19.
Mohandas N., Winardi R., Knowles D., Leung A., Parra M., George E., Conboy J., Chasis J. Molecular Basis For Membrane Rigidity of Hereditary Ovalocytosis, A Novel Mechanism Involving The Cytoplasmic Domain Of Band 3, 1992. J Clin Invest 89:686-692.
Yenchitsomanus P. Human Anion Exchanger 1 Mutation and Distal Renal Tubular Acidosis, 2003. Southeast Asian J Tropmed 34(3):651-658. Yusoff N.M., Rostenberghe H.V., Shirakawa T., Nishiyama K., Amin N., Darus Z., Zainal N., Isa N., Nozu H., Matsuo M. High prevalence of Southeast Asian Ovalocytosis in Malays with Distal Renal Tubular Acidosis, 2003. J Hum Genet 48:650-653.
Nathan D.G., Orkin S.H., Ginsburg D., Look A.T. Hematology of Infancy and Childhood; Six editions. 2005Sounders an Imprint of Elsevier, h. 531-600. Patria Y.S., Suryantoro P., Sofro A.S. Ovalositosis Herediter – Analisis Molekular Ovalositosis Herediter Asia Tenggara (SAO) di Bangka, Sumatra Selatan, 2002. BI Ked 34(1):15-20.
839