Modul ke:
Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan
Fakultas
FIKOM Program Studi
Public Relations http://www.mercubuana.ac.id
Ervan Ismail. S.Sos., M.Si.
Isi dan Tujuan Gaya perilaku dan masalah-masalah interpersonal, perik produktif, mengidentifikasi gaya perilaku, gaya perilaku dan manajemen interaktif Tujuan : Mengetahui faktor-faktor manusia dalam Human Relations
Gaya perilaku dan masalah Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Gaya perilaku dan masalah Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktorfaktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain. Jack R. Gibb menyebut enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif. Tulisan Gibb dalam Journal of Communication-banyak dikutip ahli-ahli komunikasi interpersonal
Perilaku Tidak Produktif Jack Gibb Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb
Iklim Defensif
Iklim Suportif
1. Evaluasi
1. Deskripsi
2. Kontrol
2. Orientasi Masalah
3. Strategi
3. Spontanitas
4. Netralitas
4. Empati
5. Superioritas
5. Persamaan
6. Kepastian
6. Provisionalisme
Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa makin sering orang menggunakan perilaku di sebelah kiri, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Sebaliknya, komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif, ketika orang menggunakan perilaku di sebelah kanan.
Perilaku tidak produktif Penghindaran, Non-negosiasi, dan Redefinisi. • Salah satu reaksi terhadap konflik yang paling sering dilakukan adalah penghindaran (avoidance). Sering ini dijumpai dalam bentuk pelarian fisik. Orang mungkin meninggalkan tempat konflik, tidur, atau menyetel radio keras-keras. Reaksi ini dapat pula berbentuk penghindaran emosional atau intelektual. Di sini orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argumen atau masalah yang dikemukakan. • Dalam non-negosiasi, jenis khusus penghindaran, seseorang tidak mau mendiskusikan atau mendengarkan argumen pihak lain. Kadang-kadang nonnegosiasi ini dilakukan dalam bentuk memaksakan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah teknik yang dinamakan “Streamrolling”. • Adakalanya konflik atau sumber yang dituduh sebagai penyebab konflik di redefinisi sedemikian hingga seakan-akan sama sekali tidak ada konflik, seperti bila orang berkata, “’ini bukan kencan-hanya perjalanan bisnis yang kita lakukan bersama”. Dengan perilaku-perilaku semacam ini, sumber konflik tidak pernah dihadapi. Ia hanya dikesampingkan. Suatu saat konflik ini akan muncul kembali.
Perilaku Tidak produktif Pemaksaan • Barangkali metode paling tidak produktif untuk menangani konflik adalah pemaksaan fisik. Banyak orang berusaha memaksakan keputusan atau cara berfikir mereka dengan menggunakan pemaksaan atau kekuatan fisik. Kali lain, pemaksaan ini lebih bersifat emosional daripada fisik. Tetapi, apapun yang dilakukan, pokok masalahnya tetap tidak tersentuh. Pihak yang “menang” adalah pihak yang paling banyak menggunakan kekuatan.
Perilaku tidak produktif Minimasi • Adakalanya kita mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh. Kita mengatakan dan barangkali percaya, bahwa konflik, penyebabnya, dan akibatnya samasekali tidak penting. Kita menggunakan minimasi bila kita menganggap enteng perasaan pihak lain; “mengapa kamu begitu marah? Saya hanya terlambat dua jam”. Bila kita melakukan ini, sebenarnya kita mengatakan bahwa perasaan pihak lain itu tidak pas dan pantas. Daripada meminimasikan perasaan pihak lain, sebaiknya kita menerima dan menghargainya. “kamu layak marah, seharusnya saya telpon atau WA kamu bila saya tahu akan datang terlambat”.
Perilaku tidak produktif Menyalahkan. • Paling sering konflik disebabkan oleh banyak faktor manusia sehingga setiap upaya untuk hanya memecahkan salah satu atau dua diantaranya akan berakhir dengan kegagalan. Meskipun demikian, seringkali orang menerapkan strategi bertengkar yang disebut menyalahkan orang lain. Dalam beberapa kasus kita juga menyalahkan diri sendiri. Tetapi, lebih sering kita menyalahkan orang lain. Sebagai contoh, pasangan suami istri bertengkar mengenai anaknya yang berurusan dengan polisi. Bukannya mengatasi konflik itu sendiri, pasangan tersebut malah saling menyalahkan mengenai sebab mengapa si anak sampai berurusan dengan polisi. Saling menyalahkan seperti ini tidak ada gunanyaselain sekedar menghidur diri untuk sementara bahwa bukanlah dirinya yang bersalah dalam hal itu.
Perilaku tidak produktif Peredam. • Peredam mencakup beragam teknik yang secara harfiah membungkam fihak lain. Salah satu peredam yang sering digunakan adalah menangis. Bila dihadapkan pada suatu konflik dan tidak mampu mengatasinya, atau memenanginya tampaknya mustahil, seseorang mungkin menangis. Tangisan ini akan membungkam lawan bertengkar. Peredam yang lain adalah berpura-pura sangat emosional-menjerit-jerit dan berteriak-teriak seakan-akan kehilangan kendali diri. Teknik yang lain lagi adalah melakukan reaksi “fisik” tertentu-sakit kepala atau napas sesak barangkali yang paling populer. • Salah satu kesulitan dengan orang yang menggunakan teknik peredam adalah bahwa kita tidak pernah mengetahui dengan pasti apakah itu memang strategi untuk memenangkan pertengkaran atau memang benarbenar reaksi fisik yang sesungguhnya. Apapun yang kita lakukan, konflik tetap tidak tergali dan tidak terpecahkan.
Perilaku tidak produktif Karung goni. • Karung goni adalah kantung besar yang biasanya terbuat dari bahan goni. Sebagai strategi konflik, teknik karung goni mengacu pada tindak-tindak menimbun kekecewaan dan kemudian menumpahkannya pada lawan bertengkar. Contohnya mudah dijumpai : anda pulang terlambat tanpa memberitahu terlebih dahulu. Bukannya meributkan soal ini, pengguna teknik karung goni menumpahkan semua kekecewaan yang lalu : hari ulang tahun yang anda lupakan, kejadian dua bulan lalu ketika anda datang terlambat untuk makan malam, kejadian akhir tahun lalu ketika anda menunda-nunda memesan kamar hotel sampai akhirnya kehabisan, dan sebagainya. Seperti dapat diduga, seringkali masalah pokoknya malah tidak disinggung-singgung. Sebaliknya, rasa marah dan suasana permusuhan makin memanas. Para pengarung goni ini, setelah menumpahkan semua uneg-unegnya, akan kembali menyimpannya untuk ditumpahkan lagi suatu saat nanti.
Perilaku tidak produktif Manipulasi. • Dalam manipulasi konflik terbuka dihindari. Salah satu pihak berusaha mengalihkan konflik dengan sikap mempengaruhi (sebenarnya, menghilangkan kecurigaan). Sasarannya adalah agar pihak lain membentuk kerangka berfikir yang reseptif dan damai sebelum menyatakan ketidaksetujuan. Situasi konflik dan pihak lain dimanipulasi sedemikian rupa hingga pihak pemanipulasi pada akhirnya memenangi pertengkaran.
Perilaku tidak produktif Penolakan Pribadi. • Dalam penolakan pribadi salah satu pihak menolak memberikan cinta dan kasih sayang dan berusaha memenangkan pertengkaran dengan membuat pihak lain menyerah karena sikap ini. Pihak yang melakukan penolakan ini bersikap dingin dan acuh tak acuh, berupaya menjatuhkan moral pihak lain. Dengan tidak memberikan perhatian, orang berharap membuat pihak lain bertanya–tanya mengenai arti dirinya. Setelah pihak lain ini kehilangan semangat dan merasa tidak berharga, mudah bagi pihak lawan untuk memaksakan kehendaknya. Setelah konflik selesai anda tinggal memberikan cinta dan perhatian yang tadinya anda simpan.
Manajemen interaktif • Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaktif yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. • Menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar danmelalui gerakan mata, ekspresi vokal, serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai-saling memberikan kesempatan untuk berbicaramerupakan keterampilan manajemen interaktif. Begitu juga, menjaga percakapan terus mengalir dengan lancar tanpa keheningan panjang yang membuat orang merasa canggung dan tidak nyaman merupakan tanda dari manajemen interaktif yang efektif.
Daftar Pustaka DeVito, Joseph A, Komunikasi Antarmanusia, Professional Books, Jakarta 1997 Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 2001
Terima Kasih Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.