CATATAN
Hukum Waris Kekeluargaan Adat Kelas B – Pak Afdol
Sekar Maya P. FHUI 2013
SUBJEK HUKUM ADAT PERSEORANGAN
Hukum adat mendasarkan “dewasa” dari kondisi psikologis, sosiologis, dan biologis, sementara UU tertulis hanya dari kondisi psikologis dan biologis (usia) Yang cakap untuk berbuat hukum (dewasa) dalam hukum adat adalah laki-laki dewasa dan perempuan dewasa yang sudah “kuat gawe”. Faktor lainnya: sudah menikah, mencar/mentas (pisah rumah dari orang tua) Perempuan yang sudah kawin biasanya dapat berbuat bebas dalam lingkungannya sendiri, meski dalam bentuk perkawinan jujur kekuasaan suami sangat besar Ukuran dewasa: meninggalkan rumah orang tuanya setelah menikah untuk tinggal di rumah lain sebagai keluarga yang berdiri sendiri Rumah bisa juga diartikan sebagai: o Bilik tersendiri di rumah kerabat o Rumah di pekarangan orang tua o Rumah di pekarangan sendiri Dalam perkembangan yang sudah maju, digunakan patokan 18 tahun
MENGAPA HUKUM ADAT TIDAK PAKAI UMUR SEBAGAI UKURAN KEDEWASAAN? Karena akta kelahiran/budaya tertulis tidak dikenal masyarakat adat
BADAN HUKUM
Syarat badan hukum o Ada pengurus yang bertindak hukum o Ada harta kekayaan yang terpisah (ada gedung dan tanah) o Ada tujuan Contoh badan hukum o Famili (Minang), Desa (Jawa), Nagari o Yayasan, Wakaf o Masyarakat Hukum Adat (Hazairin) / Persekutuan Hukum Adat (Soepomo) o Subak (Bali), Mapalus (Minahasa), Jula-Jula (Minang) Desa di Jawa adalah sebuah badan hukum dengan kepala desa, tanah kas desa (Jawa Barat: tanah titisara), tanah bengkok yang diolah oleh kepala adat
UU DARURAT NO. 1 TAHUN 1951. Delik adat yang tidak dikenal di KUHP dapat dihukum.
© SN – 2014/2015
SISTEM KEKELUARGAAN Cara untuk menetukan siapa kerabat kita, menetukan perbuatan-perbuatan hukum yang sudah dilakukan, cara untuk mengidentifikasi kerabat-kerabat mana yang ada sangkut pautnya dengan diri kita (hak privilege), juga mempelajari garis keturunan.
Garis Keturunan Unilateral (Satu Sisi)
Matrilineal
Bilateral
Patrilineal
Double Unilateral
Sistem kewarisan: Individual (bisa beralih kepada siapapun dengan syarat tertentu), Mayorat, Kolektif
PATRILINEAL
Hubungan hukum dan hubungan darah terbentuk dari ayah; dengan ibu hanya terbentuk hubungan darah. Bentuk: Klan (sekumpulan orang yang berasal dari satu garis keturunan) Bentuk patrilineal: o Murni Jika tidak ada anak laki-laki, tidak masalah dalam kewarisan ex: Batak o Beralih-alih Jika tidak ada anak laki-laki, anak perempuan ditarik dalam keluarga ayah sehingga kedudukan hukumnya adalah laki-laki (kedudukan biologis tetap perempuan) ex: Lampung Inti dari permasalahan patrilineal beralih-alih adalah hubungan dengan hukum kewarisan Penerapan patrilineal murni di Batak o Perempuan bukan ahli waris karena ada larangan pengasingan harta harta marga perempuan tidak boleh dikuasai / dicampuri oleh marga laki-laki o Misalkan anak perempuan tidak mendapat warisan dari ayahnya, ada kewajiban bagi ahli waris untuk membagi hartanya dengan saudara (kandung) perempuannya
© SN – 2014/2015
MATRILINEAL
Hubungan hukum dan hubungan darah terbentuk dari ibu Di Minangkabau, baik anak laki-laki maupun perempuan adalah ahli waris, tetapi anak laki-laki tidak diperbolehkan mengambil harta warisan dari ibunya yang meninggal (jika mengambil akan dicap tidak tahu adat) Tugas anak laki-laki adalah menjaga harta pusaka ibunya dan mengembangkannya untuk kemudian memberikan kepada saudara perempuan dan keturunan-keturunan saudaranya. (sebagai “mamak” bagi keponakannya)
BILATERAL
Hubungan hukum dan hubungan darah terbentuk dari ibu dan ayah Kelemahan: Tidak ada dominansi suami isteri Dalam hal perceraian, tidak ada ketegasan hak asuh anak jika kedua orang tua tidak mau mengambil hak asuh anak Double unilateral: Di satu saat, hak-hak tertentu dari ayah hanya bisa diturunkan ke anak laki-laki, hak-hak tertentu ibu hanya bisa ke anak perempuan UU No. 1 Tahun 1974 terlihat bilateral o Suami istri sederajat (ps 31) o Suami istri sepakat menentukan tempat tinggal (ps 32 (1)) o Jika bercerai, masing-masing tetap berkewajiban mengurus anak (ps 41) o Wajib memelihara anak (ps 45)
INGAT! ✓ Sistem kekeluargaan patrilineal ✓ Bentuk perkawinan jujur ✓ Bentuk perkawinan dalam sistem patrilineal × Bentuk kekeluargaan patrilineal × Sistem perkawinan jujur (KESALAHAN PENULISAN BISA DIANGGAP JAWABAN SALAH.)
© SN – 2014/2015
HUKUM PERKAWINAN ADAT Sistem kekeluargaan tertentu akan melahirkan bentuk perkawinan tertentu karena perkawinan bertujuan untuk mempertahankan sistem kekeluargaan. Sistem Kekeluargaan
Bentuk Perkawinan
Patrilineal
Jujur
Matrilineal
Semendo
Bilateral
Bebas
Mekanisme Perkawinan: Lamaran Tunangan Pernikahan
TUJUAN PERKAWINAN
Menghasilkan keturunan Jika tidak tercapai: cerai, adopsi, poligami Mempertahankan sistem kekeluargaan Mengesahkan seorang anak / memberi status “anak sah” o Anak sah dalam hukum adat Dilahirkan dalam perkawinan sah orang tuanya o Jika tidak diketahui siapa bapaknya, maka kepala adat harus menikahi si ibu (Jawa: Nikah Tambelan, Bugis: Pattongkog Sirik) o Anak luar kawin hanya punya hubungan hukum dengan ibunya o Jika orang tua bercerai sebelum anak lahir, maka anak tidak punya hubungan hukum dengan bapaknya
KAWIN LARI Kawin Lari Bersama ≠ Kawin Bawa Lari Kawin lari bersama: Bisa karena keluarga perempuan tidak setuju (tapi perempuannya setuju), bisa juga karena tidak ingin melakukan suatu ritual adat. ex: Pasangan meninggalkan sepucuk surat dan sejumlah uang (Lampung: peninggalan) di bawah bantal tempat tidur si perempuan, lalu si perempuan diamankan di rumah tetua adat. Kemudian keluarga laki-laki mendatangi keluarga perempuan dan mulai membicarakan jujur. Kawin bawa lari: Biasanya perempuannya tidak setuju karena sudah ditunangkan dengan orang lain. Sistem ini mirip dengan kawin lari, tetapi jika keluarga perempuan memergoki si pasangan sebelum mereka mencapai rumah tetua, maka keluarga perempuan diizinkan untuk membunuh si laki-laki.
KAWIN JUJUR
Eksogami; menikah beda marga Bersifat patrilokal; tempat kediaman ada di laki-laki Ada barang jujur o Perempuan dari marga lain didatangkan ke keluarga si laki-laki dan keluarga laki-laki itu harus membayar jujur (benda magis) kepada keluarga perempuan
© SN – 2014/2015
Putusnya hubungan perempuan dengan keluarga asalnya adalah ketika jujur diserahkan Jujur beda dengan mahar Jujur: dari keluarga laki-laki ke keluarga perempuan Mahar: dari keluarga laki-laki ke perempuan (pribadi) o Nilai barang jujur tergantung (ex: status sosial si perempuan tinggi, atau si perempuan adalah kembang desa, maka nilai jujurnya tinggi) Jujur di Batak bersifat asimetris Ada larangan kawin timbal balik antara dua klan yang sudah punya hubungan perkawinan (tidak boleh saling tukar) Jujur dapat dihutang. Konsekuensi: perempuan tidak bisa dibawa ke keluarga laki-laki Perkawinan jujur adalah perkawinan dengan derajat paling tinggi di patrilineal Variasi jujur: o Levirat (janda turun ranjang) Perkawinan antara Janda yang menikah dengan saudara almarhum suaminya o Sororat (duda turun ranjang) Perkawinan antara Duda yang menikah dengan saudara almarhum isterinya o o
KAWIN SEMENDO
Bersifat eksogami (kawin beda suku) o Boleh sukunya sama, asal beda nagari o Boleh sukunya sama dan nagarinya sama, asal beda kampung Matrilokal; bertempat tinggal di keluarga perempuan o NAMUN kewajiban suami tetap pada keluarga asal (tidak pindah keluarga) karena laki-laki berkewajiban menjaga harta pusaka ibunya untuk dikembangkan o Suami tidak bertanggung jawab kepada isteri dan anaknya, tetapi kepada saudara perempuan dan keponakannya (dari saudara perempuan) sebagai “mamak” o Suami hanya sebagai tamu di keluarga isteri Macam-macam semendo di Minangkabau o Semendo bertandang Suami datang di malam hari ke bilik istrinya, harus pulang sebelum fajar tanpa ada yang melihat o Semendo menetap kampung Suami mulai tinggal bersama isteri dan sudah mulai menafkahinya o Semendo menetap kota Suami-isteri sudah keluar dari adat kampung tapi masih ada bantuan keluarga asal o Semendo bebas Suami-isteri sudah 100% bebas dari harta biologis keluarga asal dan hidup dari harta pencaharian sendiri, tetapi kewajiban adat suami sebagai “mamak” bagi keluarganya tidak hilang Faktor perkembangan: pendidikan, merantau, agama, akulturasi Di Minang, dikenal uang jemputan yang diserahkan kepada perempuan kepada laki-laki saat akan menikah. Besarnya tergantung dari lokasi jemputan; semakin ke pinggir (misalnya Padang Pariaman), semakin besar uang jemputan Perempuan boleh kawin keluar, sementara laki-laki kalau bisa tidak kawin keluar. Jika kawin keluar, maka ia disebut tergadai.
© SN – 2014/2015
KAWIN BEBAS Tidak ada larangan klan dan tidak ada batasan tempat tinggal.
KAWIN SEMENDO PADA SISTEM KEKELUARGAAN LAIN Rejang, Bengkulu Semendo Rajo-Rajo o Bentuk perkawinan yang ditempuh oleh banyak kalangan bangsawan o Suami tidak ditetapkan untuk berkedudukan di tempat istri o Kedudukan suami dan istri sama berimbang Semendo beradat o Penuh beradat Uang adat dibayar penuh Anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut menarik garis keturunan separuh ke ayah dan separuh ke ibu Jika anaknya ganjil, satunya lagi menarik garis keturunan ibu o Setengah beradat Uang adat hanya dibayar separuh atau lebih Anak-anak menarik garis keturunan melalui ibu kecuali satu, menarik garis ketuunan melalui ayah Jika anak satu, maka menarik garis keturunan ibu o Kurang beradat Uang adat dibayar < ½ Semua anak menaris garis keturunan melalui ibunya Ayah berhak memperoleh seorang anak dengan kewajiban membayar uang pedaut (besarnya bergantung kesepakatan) o Tidak beradat Tidak membayar uang adat sama sekali Semua anak menarik garis keturunan ibunya dan tidak bisa menarik garis keturunan ayahnya sama sekali (kemungkinannya tertutup) Lampung (sistem waris mayorat laki anak lelaki tertua menjadi satu-satunya ahli waris) Semendo Tegak Tegi o Tidak mempunyai anak laki-laki seinggga salah seorang anak perempuannya melakukan perkawinan semendo yang endogami (masih satu klan) o Diharapkan dengan perkawinan tersebut akan mendapatkan keturunan lelaki sehingga keluarga tersebut tidak punah o Kedudukan menantu laki-laki adalah sekaligus sebagai ahli waris penuh o Dalam kehidupan sehari-hari, menantu laki-laki menyisihkan kedudukan istri sebagai anak kandung Semendo Tambig Anak o Apabila suatu keluarga tidak mempunya anak laki-laki maka keluarga perempuan tersebut akan mengambil/ mengangkat anak laki-laki yang tidak satu klan dengan ayah wanita tapi masih mempunyai hubungan darah o Anak tersebut akan dikawinkan dengan anak perempuan Semendo Jeng Mirul Sepanjang pernikahan, jika belum punya anak laki-laki, maka harta warisan dikuasai dan dirawat suami. Ketika sudah ada anak, harta tersebut diserahkan kepada si anak. Semendo Menginjam Jago Seorang laki-laki yang kedudukannya lebih rendah hanya “dipinjam jagonya” supaya mendapat keturunan.
© SN – 2014/2015
Bali (sistem mayorat laki-laki) Semendo Nyeburin Jika satu keluarga tidak punya anak laki-laki, maka anak perempuan tertua melalui upacara adat nyentangayang akan diubah kedudukan hukumnya menjadi laki-laki sehingga ia tidak boleh kawin jujur. Sunda (Bilateral) Ngalindung Kagelung Arti: Berlindung di balik Konde Istri Suami hanya “numpang”; tidak ada harta bersama. Derajat suami lebih rendah
© SN – 2014/2015
AKIBAT PERKAWINAN HUBUNGAN SUAMI-ISTERI
Jujur: Isteri ikut suami dan putus hubungan dengan keluarga asal Semendo: Isteri dan suami tetap di keluarga masing-masing Bebas: Sama-sama menentukan tempat tinggal
HUBUNGAN ORANG TUA -ANAK Dipengaruhi sistem kekeluargaan dan bentuk perkawinan Patrilineal murni: Anak seklan dengan ayah, memiliki hubungan hukum dengan keluarga ayah, dan hanya hubungan darah dengan ibu Patrilineal beralih-alih: (Lihat ketentuan kawin semendo pada sistem kekeluargaan lain) Matrilineal: Anak memiliki hubungan hukum hanya dengan keluarga ibu Bilateral: Bebas
HUBUNGAN HARTA BENDA Harta perkawinan adalah: Harta perseorangan (bawaan): Waris dan hibah Hibah bisa diperdebatkan sebagai harta bersama, kecuali jika didapat dari keluarga yang sedarah, maka tetap merupakan harta bawaan Harta bersama (gono-gini), dengan syarat: o Suami isteri sederajat secara sosial dan ekonomi o Suami isteri hidup bersama APAKAH SETIAP PERKAWINAN MENCIPTAKAN HARTA BERSAMA? Tidak/belum tentu APAKAH SETUAP PERKAWINAN MENCIPTAKAN HARTA PERKAWINAN? Ya, paling tidak harta perseorangan
© SN – 2014/2015
AKIBAT PUTUSNYA PERKAWINAN HUBUNGAN SUAMI-ISTERI
Patrilineal Istri dapat dinikahkan dengan saudara laki-laki suami Jika tidak mau, istri dapat kembali ke keluarga lama jujur dikembalikan Kesimpulan belum tentu istri kembali ke keluarga asal (tidak otomatis/serta merta) Matrilineal Tidak ada dampak berarti pada perceraian karena tidak pindah keluarga
HUBUNGAN ORANG TUA -ANAK Berdasarkan sistem kekeluargaan Patrilineal: Sepenuhnya diasuh oleh ayah dan keluarganya Matrilineal: Sepenuhnya diasuh oleh ibu dan keluarganya Bilateral: Bebas, tetapi jika kedua orang tuanya tidak mau mengasuh, maka itu menjadi kelemahan bilateral Pendapat Hazairin Jika masih kecil dan menyusui, ikut ibu. Tetapi jika sudah cakap (mumayiz), anak bebas memilih mau ikut siapa Berdasarkan bentuk perkawinan (Lihat semendo beradat) Hakim swapraja dalam mengutus hak asuh melihat kepentingan anak (apakah masih harus disusui dst), baru melihat sistem kekeluargaan (misalnya jika Batak, ikut keluarga ayahnya).
HUBUNGAN HARTA BENDA
Harta bawaan kembali pada masing-masing Harta bersama dibagi dua, tetapi tidak 50:50 ex: Pada patrilineal Batak, jumlah ditentukan dalam Hasirangan (rapat keluarga) tergantung kesalahannya. Misalnya, jika kesalahan susila seperti zina bisa tidak dapat sama sekali
© SN – 2014/2015
MATERI SETELAH UTS
ANAK MACAM-MACAM ANAK
Anak sah: Anak yang lahir dalam perkawinan sah orang tuanya. Adopsi: Perbuatan hukum mengangkat anak orang untuk dijadikan anak oleh orang yang mengadopsi hasilnya adalah anak angkat/anak adopsi
ADOPSI/PENGANGKATAN ANAK
Motif melakukan adopsi: o Karena tidak punya anak dalam perkawinan o Karena untuk memancing supaya punya anak sendiri o Untuk membantu keluarga mengadopsi keponakan sendiri o Untuk memperoleh tenaga dari anak yang diadopsi Ex: Di Jawa, mengangkat anak yang masih satu keluarga keluarga, disekolahkan, dsb, tetapi anak tersebut bekerja untuk orang yang mengadopsinya o Untuk menyelesaikan permasalahan kewarisan Ex: Di Bali, ahli waris adalah laki-laki tertua. Ketika suatu keluarga tidak punya anak laki-laki, maka dilakukanlah perubahan status anak perempuannya menjadi laki-laki melalui upacara adat. Adopsi dalam hukum adat bukan siapa-siapa, akan tetapi merupakan anak dari keluarga kecil terlebih dahulu. Jadi harus mulai dari yang hubungan keluarga paling dekat lebih dahulu Ex: Anak sendiri terlebih dahulu, baru anak keponakan/keluarga, baru bisa orang asing. Di Bali pun seorang ayah mengadopsi anak perempuannya sendiri. Harus terang & tunai: o Terang: Di depan kepala adat o Tunai: Ada pemberian-pemberian dari calon orang tua yang mengadopsi kepada orang tua anak yang akan diadopsi. (Di Jawa tidak ada upacara terang & tunai seperti itu) Anak angkat beda dengan anak pelihara o Anak angkat menjadi ahli waris dari keluarga asalnya dan dari keluarga yang mengadopsinya o Anak pelihara tidak mendapat waris dari keluarga yang memeliharanya Anak tiri hanya mempunyai hubungan hukum dengan ibu / ayah kandungnya saja, dan tidak memiliki hubungan waris dengan orang tua tirinya Anak angkat tidak menjadi ahli waris, tetapi menurut yurisprudensi bisa mewaris asal harta pencaharian saja
CONTOH-CONTOH ADOPSI DALAM HUKUM ADAT
Batak dan Minangkabau diragukan mengenal adopsi atau tidak Pengangkatan anak bukanlah adopsi, tetapi hanya sekadar pemeliharaan anak saja Di Jawa, anak angkat tetap menjadi ahli waris dari keluarga asal
© SN – 2014/2015
Anak angkat di Jawa hidup dari 2 sumber mata air: orang tua kandung (tidak terbatas, dan orang tua angkat (hanya harta pencaharian saja) Di Minang, anak angkat tidak mendapat harta pusako orang tua angkatnya (harus jatuh kepada orang yang memiliki hubungan darah & klan), tetapi hanya mendapat harta pencaharian orang tua angkathya Anak kandung memperoleh harta hasil usaha dan harta pusaka orang tuanya
© SN – 2014/2015
SISTEM KEWARISAN ADAT PENGERTIAN
Pewaris: Orang yang mati meninggalkan harta ataupun hak & kewajiban (termasuk hutang) Proses peralihan harta bisa dimulai sejak pewaris hidup, sehingga kematian bukan syarat mutlak melakukan pewarisan. Soepomo: Di masyarakat Jawa, anak yang mencar diberi hadiah oleh orang tua o Anak pertama dapat rumah sendiri, anak bungsu dapat tinggal di rumah ortu o “Hadiah” dapat diperhitungkan kembali saat pewaris meninggal Harta warisan: Harta pribadi + ½ harta bersama – biaya kematian – biaya hutang Janda mendapat ½ harta bersama bukan karena kewarisan Subjek: Pewaris & ahli waris. Ditentukan oleh: o Sistem kekeluargaan ex: ayah mewarisi anak-anak laki-lakinya dalam patrilineal murni o Bentuk perkawinan (mayoritas untuk patrilineal beralih-alih) Masyarakat Rejang Rebong, kalau melakukan kawin rajo-rajo, maka ayah & ibu mewarisi anak Perempuan bisa menjadi ahli waris selama tidak menikah (jujur) Harta pokok (tanah, rumah, ladang, binatang yang dilibatkan dalam upacara adat, ex: kerbau) hanya ahli waris tertentu yang jadi penerima Di Minang, jika ayah meninggal, maka harta pusaka diwariskan pada saudara perempuan dan keturunannya Dalam masyarakat berklan, ahli waris tidak hanya punya hubungan darah tapi juga hubungan hukum Bagaimana dengan Batak? Padahal perempuan satu marga dengan ayah? Hubungannya dengan bentuk perkawinan anak perempuan harus kawin keluar (kawin jujur), dan harta tidak boleh jatuh ke marga lain Biasanya laki-laki Minang tidak akan mengambil harta warisan bagiannya walau berhak, karena tugasnya adalah memperbanyak harta, bukan malah mengambil karena bisa dianggap “tidak tahu adat.” Perempuan meninggal di Batak ahli warisnya tergantung kapan ia meninggal (apakah meninggal pada saat masih di keluarga asal atau di keluarga suami)
PENYIMPANGAN DALAM MASYARAKAT PATRILINEAL BERALIH-ALIH YANG MENYEBABKAN PERKAWINAN SEMENDO Masalah kewarisan mayorat laki -laki Karena keadaan darurat Di masyarakat Rejang, ada larangan dari pemerintah Hindia Belanda
MACAM-MACAM KEWARISAN Macam kewarisan tidak punya hubungan langsung dengan bentuk perkawinan ataupun sistem kekeluargaan sistem kekeluargaan tertentu tidak melahirkan sistem kewarisan tertentu
© SN – 2014/2015
INDIVIDUIL
Harta warisan/peninggalan si mati dapat dibagi kepemilikannya secara pribadi terhadap masing-masing ahli waris dengan meninggalnya pewaris, berdampak langsung kepada harta ahli waris Dapat: tidak langsung dibagi (ada tenggang waktu antara mati dan pembagian) o Ada hutang pada pihak ketiga o Ada ahli waris yang masih kecil o Belum 40 hari (dipercaya orang yang meninggal pada 40 hari pertama masih suka datang ke rumah, maka tidak baik membicarakan harta warisannya diserap dari kebudayaan Mesir) o Ditahan Istri; Istri punya hak menahan warisan kalau punya kebutuhan meski bukan ahli waris karena pada hakikatnya istri tidak boleh terlantar Hak menahan ini usai jika istri meninggal atau menikah lagi Pertanggungjawaban ahli waris adat bisa terbatas, tetapi tidak seperti BW yang bisa menolak warisan karena ada aspek religius ortu tidak bisa masuk surga kalau masih ada hutang
KOLEKTIF
Dengan meninggalnya si pewaris, harta peninggalan pewaris tidak bisa dibagikan kepada ahli waris berarti warisan bersama; seluruh harta punya seluruh ahli waris. Semakin tinggi harta, semakin banyak ahli waris Contoh harta yang diwariskan secara kolektif: Tanah Kaum di Minang diwariskan kepada satu kaum o Untuk identitas bagi seorang Minangkabau o Biasanya kalau dijual tidak ada yang mau beli Pembagian bukan berupa hak milik, tetapi berupa hak pakai TIDAK BOLEH DIJUAL, karena: o Karena seseorang bukan satu-satunya pemilik o Di Minang, karena itu adalah harta pusaka = Harta yang diperoleh dengan warisan secara turun temurun atau harta yang diperoleh laki-laki Minang dari usahanya Tanah Ganggam Bauntuak: Tanah yang hanya diperuntukkan untuk dipakai, digarap, dan dinikmati hasilnya sendiri Kolektif terbatas o Tanah Kalakeran (Minahasa, bilateral): Tanah yang tidak dibagi (dibiarkan utuh) dengan tujuan supaya keluarga tetap kompak dan agar masih ada ikatan moral o Tanah Dati (Ambon, patrilineal): Dimiliki oleh seluruh famili Tanah di Minang hanya bisa digadai sementara pemilik hanya kehilangan hak untuk waktu tertentu, tetapi jika pemilik/pembeli meninggal, haknya akan diwariskan ke ahli waris Syarat Hanya ketika sedang butuh uang o Rumah Gadang Katirisan: bocor/rusak, perlu uang untuk memperbaiki o Maik Tabujua Diateh Rumah: Karena tidak adanya biaya untuk penyelenggaraan mayat dari salah seorang anggota kaum yang meninggal, barulah seseorang tersebut bisa menggadai. (Ada mayat di rumah gadang) o Biaya pernikahan anak perempuan o Pengangkatan penghulu/kepala adat (uang potong kerbau, dst) o Dalam perkembangannya, boleh untuk biaya pendidikan
© SN – 2014/2015
MAYORAT
Tidak ada pembagian harta waris kepada masing-masing ahli waris tetapi hanya kepada satu orang ahli waris Laki-laki: Bali, Lampung Perempuan: Tanah Semendo (Sumatra Selatan), salah satu suku Dayak Anak tertua: Anak laki-laki/perempuan tertua yang masih hidup Berkewajiban menggantikan posisi ayah untuk mengurus ibunya/keluarganya dan menjadi wali nikah (untuk anak laki-laki tertua) tidak hanya harta yang diwariskan, tetapi juga kewajibannya o Di Tanah Semendo, anak perempan yang berhak mendapat warisan adalah anak tunggu tubang. Hartanya disebut harta tubang. o Di Dayak, disebut anak pangkalan Jika ahli waris belum cukup umur, maka didampingi saudara-saudaranya yang lain
Kenapa harta warisan tidak dapat dibagi? Tidak ada pembagian dalam sistem kewarisannya (kolektif, mayorat) Hartanya memang tidak bisa dibagi (ex: keris) Supaya keluarga tetap kompak (tanah kalakeran, tanah dati) Kenapa harta warisan belum dibagi? Lihat individuil.
GARIS POKOK KEUTAMAAN (GPK)
Menentukan kelompok keutamaan adat siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris o KK I: Keturunan ke bawah (anak, cucu, cicit, dst) o KK II: Orang tua pewaris (ayah, ibu) o KK III: Saudara pewaris beserta keturunannya o KK IV: Kakek nenek o KK V: Saudara orang tua beserta keturunannya o KK VI: Kakek nenek buyut o KK VII: Saudara sekakek nenek dan keturunannya, dst Kelompok keutamaan yang lebih kecil menutup KK lainnya
GARIS POKOK PENGGANTIAN (GPP)
Fungsi: menentukan siapa-siapa orang dalam KK tertentu yang betul-betul dapat harta Ada dalam KK ganjil Kriteria GPP: o Orang yang tidak punya penghubung dengan pewaris berhubungan langsung dengan pewaris (ex: anak dari pewaris) o Orang yang tidak punya penghubung lagi dengan pewaris (ex: cucu) Jurai: Berfungsi untuk menentukan bagian (angka bagi) o 1 jurai: Anak yang masing hidup dan anak yang meninggal tapi punya keturunan o 0 jurai: Anak yang sudah mati tanpa keturunan Jurai dalam sistem kekeluargaan o Di Patrilineal, jurainya yang dihitung anak laki-laki saja o Di Matrilineal, tidak ada jurai karena hartanya kolektif TAPI perhitungannya ditujukan untuk menentukan bagian yang bisa dinikmati BUKAN dimiliki
© SN – 2014/2015
o o
Di Semendo beradat penuh, anaknya menarik garis keturunan ½ ayah ½ ibu Di Semendo kurang beradat, hanya 1 anak yang menjadi ahli waris
PRINSIP UMUM MEWARIS: Siapapun yang punya hubungan darah dapat mewaris Siapa ahli waris? Semua yang punya hubungan darah Siapa yang bisa mendapat harta? Tidak semua, sesuai kelompok keutamaan
KONVENSI MINANG
Keputusan pada Seminar atau Musyawaratan Alim Ulama, Niniak mamak dan cadiak pandai Minangkabau pada tanggal 4 s/d 5 Mei 1952 di Bukittinggi Dalam seorang pewaris laki-laki, ada 2 harta pusako o Harta pusako tinggi: Harta turun temurun/hibah dari kerabat o Harta pusako rendah: Harta pencaharian Diberlakukan 2 sistem kewarisan o Tinggi: Tunduk pada sistem Minang (anak tidak berhak) o Rendah: Diwarisi pada seluruh anak secara hukum faraidh (Islam) tidak murni, dengan prinsip alur dan patut (siapa yang berhak, maka ia mendapat lebih banyak) Pusako rendah hanya bisa diturunkan sekali. Untuk generasi berikutnya menjadi harta pusako tinggi
HIBAH
Hibah langsung berlaku pada saat pewaris masih hidup dan semua ahli waris mengetahui siapa dapat apa dari harta warisan Bedakan dengan hibah wasiat! Hibah: Pemberian kepada ahli waris dan berlaku pada waktu itu juga Hibah wasiat: Perpindahan hak berlaku pada saat ahli waris meninggal. Dikatakan hibah, karena dalam prosesnya, semua ahli waris tahu (terbuka) testamen yang tahu paling hanya pewaris dan pengacara (bersifat tidak terbuka). Testamen baru dibuka ketika pewaris meninggal dan berlakunya ketika sudah meninggal Hazairin: hibah bisa untuk semua orang, tapi hibah wasiat hanya ahli waris Soepomo: Kebalikan pendapat Hazairin Kenapa ada lembaga hibah & hibah wasiat? Fungsinya: Masyarakat menganggap hukum waris tradisional mengandung ketidakadilan Dalam Batak, anak perempuan mendapat harta warisan dari saudara laki-lakinya, tapi bukan berupa warisan melainkan atas dasar hubungan baik Hibah tidak boleh lebih dari 1/3 keseluruhan harta (melalui teori receptie dari hukum Islam) Hibah wasiat dalam Minang: Umanat Soepomo: Jika masyarakat adat ingin membuat testamen, formalnya boleh dengan hukum barat, isinya tidak boleh bertentangan dengan hukum adat Hibah pada dasarnya bisa ditarik kembali Hibah wasiat bisa ditarik kalau masih hidup Dalam Konvensi Minang, Ayah diperbolehkan memberi hibah kepada istri atau orang lain. Harta pusako tinggi juga bisa dihibahkan kepada anak asal semua pihak setuju.
© SN – 2014/2015