www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba Elpina Dosen Fakultas Hukum Universitas Simalungun
Abstract Customary law is the law of life (living low) that grow and develop in the midst of the community in accordance with the development of society. Customary law who live in midst of ethnic Indonesia is very strategic to be known and understood by law enforcement officials, legal observers and guidance in applying the appropriate legal and fair for Indonesian society. The common law does not give the right role and the same degree between men and women in life, social, culture, political, economic and domestic life and marriage property and inheritance. Landing directly above the law would cause problems among indigenous peoples, especially the indigenous people embrace patrilinieal or matrilineal kinship system, such as that experienced by the Batak people who mbrace patrilineal kindship systems knows in Toba Batak society is patrilineal system, which through the male lineage and is the next generation of his parents while girls not the generation of their parents, as a result of this system is very influential on the position of girls in matters of inheritance. ------------------------------------------------------------------Keyword : adat, waris, putusan mahkamah agung
Hukum adat yang hidup di tengah-
PENDAHULUAN
tengah kehidupan suku bangsa Indonesia menjadi sangat strategis untuk diketahui dan Hukum adat merupakan salah satu
dipahami oleh aparat penegak hukum,
sumber yang penting untuk memperoleh
pengayoman dan pengamat hukum dalam
bahan-bahan bagi pembangunan nasional
mengaplikasikan hukum yang cocok dan
menuju unifikasi hukum dan terutama yang
adil bagi masyarakat Indonesia.
akan dilakukan melalui perbuatan perundang
Perkembangan karena
dan
faktor
perubahan
undang-undangan dengan tidak menga-
terjadi
baikan timbul/tumbuh dan berkembangnya
emasipasi yang berbaur dengan perkem-
hukum kebiasaan dan pengadilan dalam
bangan
pembinaan hukum.
pengetahuan dan teknologi yang langsung
ekonomi
modernisasi
itu
dan
politik,
dan
ilmu
Hukum adat merupakan hukum yang
membawa dampak kesadaran sosial dan hak
hidup (living low) yang tumbuh dan
asasi manusia dan hal ini telah menimbulkan
berkembang di tengah-tengah masyarakat
gerak
sesuai dengan perkembangan.
kemanusiaan.
dinamis
dari
tuntutan
derajad
1
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
Sistem kekerabatan pada masyarakat patrilinieal pada masyarakat patrilinieal ini
Perwarisan dalam Hukum Adat Batak Toba
juga mempengaruhi kedudukan janda dan
Suku bangsa Batak diperkirakan
anak perempuan. Kedudukan janda menurut
merupakan keturunan kelompok Melayu
adat bertitik tolak pada asas bahwa wanita
Tua (Proto Melayu) yang bergerak dari
sebagai orang asing sehingga tidak berhak
daratan Asia Selatan, dalam upaya mereka
mewaris, namun selaku istri turut memiliki
mencari tempat yang lebih hangat pada masa
harta yang diperoleh selamanya karena
antar-es. Gerakan nenek moyang kelompok
ikatan perkawinan (harta bersama).
Proto Melayu itu sebagian menetap di
Sistem kekeluargaan yang dikenal
wilayah Sumatera Utara sekarang, dan
pada masyarakat Batak Toba adalah sistem
sebagian lagi melanjutkan perjalanan ke
patrilineal, yang melalui garis keturuanan
Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan berda-
laki-laki dan merupakan generasi penerus
sarkan penelitian, sebagian dari mereka
orang tuanya sedangkan anak perempuan
melanjutkan perjalanan sampai ke Filipina.
bukan generasi orang tuanya. Akibat dari
Dalam perkembangan, masyarakat
sistem ini sangat berpengaruh terhadap
yang sudah bercocok tanam itu berpencar
kedudukan anak perempuan di dalam hal
dan mendirikan pemukiman yang satu sama
warisan TAP MPRS No. 11 Tahun 1960.
lain dipisahkan oleh pegunungan yang
Dan putusan Makamah Agung No.179K/
tinggi, jurang yang dalam, dan hutan yang
Sip/1961 adalah merupakan perkembangan
lebat, sehingga kontak antar mereka sangat
terhadap
terbatas.
kedudukan
anak
perempuan
sebagai ahli waris orang tuanya.
Kurangnya
interaksi
diantara
mereka boleh jadi juga disebabkan masingmasing mengembangkan pola adaptasi yang
Rumusan Masalah
kini menunjukan keanekaan kebudayaan di
1.
Sumatera Utara.
Bagaimana pewarisan dalam hukum adat Batak Toba ?
2.
Bagaimana
kedudukan
Orang perempuan
dalam perkawinan adat Batak Toba ?
batak
menganut
sistem
kekerabatan yang menghitung garis keturunan secara patriniel, yaitu memperhitungkan anggota keluarga menurut garis
PEMBAHASAN
keturunan dari ayah. Orang-orang berasal dari
satu
ayah
disebut
paripe
(satu 2
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
keluarga), pada orang Karo dinamakan sada
marga lain, yaitu dengan marga pemberi dan
bapa (satu keluarga), sedangkan pada
penerima mempelai wanita.
Simalungun disebut sapanganan (satu keluarga).
Marga-marga atau klen patrilineal secara keseluruhan mewujudkan sub-suku
Bermula
dalam
dari pada suku bangsa Batak. Pertumbuhan
perkauman yang terdiri dari kelompok-
penduduk dan persebaran mereka di wilayah
kelompok kerabatan yang mengusut garis
pemukiman
keturunan dari ayah, dan mendiami satu
pengaruh-pengaruh dari luar menyebabkan
kesatuan wilayah permukiman yang dikenal
perkembangan pola-pola adaptasi bervariasi
dengan huta atau lumban. Biasanya kesatuan
dan
kerabat itu berpangkal dari seorang kakek
kebudayaan Batak dan sub-suku yang
yang menjadi cikal bakal dan pendiri
menggunakan dialek masing-masing.
pemukiman,
mereka
hidup
karenanya
juga
disebut
yang
terwujud
semakin
dalam
Berlandaskan
luas
serta
keanekaragaman
pada
hubungan
saompu. Kelompok-kelompok kerabat luas
perkawinan yang tidak timbal-balik itulah
terbatas saompu yang mempunyai keturunan
masyarakat Batak mengatur hubungan sosial
seketurunan dengan nenek moyang yang
antara marga dengan segala hak dan
nyata maupun
yang fiktif membentuk
kewajiban dalam segala kegiatan sosial
kesatuan kerabat yang dikenal dengan nama
mereka. Organisasi itu dikenal sebagai
marga.
dalihan na tolu atau tiga tungku perarian. Hubungan sosial dengan sesama
Marga pemberi mempunyai kedudukan yang
marga diatur melalui hubungan perkawinan,
lebih tinggi dalam upacara maupun kegiatan
terutama antara marga pemberi pengantin
adat terhadap marga penerima mempelai
wanita (boru) dengan marga penerima
wanita. Dengan demikian ada keseimbangan
pengantin
Untuk
hubungan antara penerima marga mempelai
kelompok
wanita. Dengan demikian ada keseimbangan
wanita
mempertahankan kerabat tersebut
yang tidak
(hula-hula). kelestarian
patrilineal, boleh
marga-marga
antara
perorangan
dengan
menukar
kelompok yang menganut garis keturunan
mempelai. Karena itu hubungan satu jurusan
kebapakan. Walaupun seorang wanita yang
memaksa
hubungan
telah menikah akan kehilangan hak dan
perkawinan dengan sekurang-kurangnya dua
kewajibannya dari hak marga asal dan
setiap
tukar
hubungan
marga
3
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
berpindah
mengikuti
kelompok
kerabat
Pada keluarga-keluarga patrilineal di
suami, maupun marga asal tetap men-
tanah Batak pada umumnya berlaku sistem
dapatkan
pemberi
pewarisan individual ini, yakni harta warisan
mempelai wanita yang amat penting artinya
terbagi-bagi kepemilikannya kepada masing
sebagai penerus generasi.
-masing ahli waris. Salah satu kelebihan sis-
kehormatan
sebagai
Dalam pembagian warisan orang tua.
tem pewarisan individual ini adalah dengan
Yang mendapatkan warisan adalah anak
adanya pembagian terhadap, harta warisan
laki-laki sedangkan anak perempuan men-
kepada masing-masing ahli waris, mereka
dapat bagian dari orang tuan suaminya atau
masing-masing bebas untuk menen-tukan
dengan kata lain pihak perempuan men-
kehendaknya terhadap bagian warisan itu.
dapatkan
b.
warisan
dengan
cara
hibah.
Sistem pewarisan moyarat laki-laki
Pembagian harta warisan untuk anak laki-
Pada masyarakat suku batak selain
laki juga tak sembarangan, karena pem-
sistem pewarisan individual ada juga se-
bagian warisan tersebut ada khususnya yaitu
bagian masyarakat yang menggunakan sis-
anak laki-laki yang paling kecil atau dalam
tem pewarisan mayorat laki-laki, yaitu sis-
bahasa bataknya disebut Siapudan. Dan dia
tem pewaris yang menentukan bahwa harta
mendapatkan warisan yang khusus. Dalam
warisan seluruhnya dikuasai dan di pelihara
sistem kerabatan Batak Parmalim, pem-
oleh anak laki-laki sulung.
bagian harta warisan tertuju pada
c.
pihak
Sistem pewarisan minorat laki-laki
perempuan. Ini terjadi karena berkaitan
Pada pembagian suku Batak, anak la-
dengan sistem kekerabatan keluarga juga
ki-laki bungsu dapat dikepercayaan untuk
berdasarkan ikatan emosional kekeluargaan.
menguasai dan memelihara harta warisan
Dan bukan berdasarkan perhitungan mate-
peninggalan orang tuannya. Misalnya ia
matis dan proporsonal, tetapi biasanya
yang paling lama tinggal di rumah warisan
dikarenakan orang tua bersifat adil kepada
orang tua, dengan demikian ia merupakan
anak-anaknya
orang orang yang menjaga dan memelihara
warisan.
dalam
pembagian
harta
1
rumah warisan tersebut. Perubahan/perkembangan yang terjadi
a.
Sistem pewarisan individual
pada kedudukan anak perempuan dalam hukum pewarisan, saat ini dipengaruhi oleh
1
http://rudini76ban.wordpress.com/2009/06/07/pemb agian-warisan-dalam-adat-batak-toba
prinsip-prinsip sistem patrilineal mumi serta 4
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
asas ketidaksetaraan terhadap anak perem-
kesamarataan atau kesederajatan antara laki-
puan.
laki dan perempuan, asas keadilan dan perTetapi dengan keluarnya Tap MPRS
No.
II/1960
turunnya
Pengaruh pola berpikir orang yang
179K/
semakin rasional mengakibatkan perubahan
Sip/1960 dan Putusan Makamah Agung No
dalam hukum adat Batak Toba, yang dise-
179K/Sip/1961 dan hingga keluarnya UU
babkan oleh bermacam-macam faktor.
Putusan
disusul
Makamah
dengan
samaan hak serta asas perikemanusiaan.
Agung
No
No.1 tahun 1974 tentang UU Perkawinan
Hal ini bagi hukum adat sendiri pada
serta dipengaruhi oleh politik, ekonomi dan
mulanya dianggap asing, dan pada waktu
ilmu pengetahuan kedudukan anak perem-
sebelumnya keluarnya Tap MPRS No. 11
puan dalam pewarisan khususnya orang
tahun 1960 dan putusan Mahkamah Agung
Batak telah mengalami perubahan.
No. 179K/Sip/1961 harus tunduk pada
Di dalam Tap MPRS Bo 11/1969 teru-
sistem yang berlaku menurut hukum adat
tama huruf c dikatakan, bahwa terdapat se-
yaitu sistem kerabatan/sistem kekeluargaan
mua harta adalah untuk anak-anak dan janda
parilineal
apabila peninggal harta ada meninggalkan
perempuan didalam rumah tangga maupun
anak dan janda.
masyarakat tidak bisa bergerak/posisinya
Mahkamah Agung di dalam putusan MA No. 179K/Sip/1961 mempersamakan hak anak laki-laki dan perempuan
lemah. a.
serta
janda di dalam hal warisan. Di dalam Pasal 35 UU No 1 Tahun
yang membuat posisi kaum
Pewaris Orang tahu subjek yang berkedudukan
sebagai
pemilik
harta
meneruskan/mewariskan
kekayaan harta
yang
peningga-
1974 disebutkan :
lannya ketika ia masih hidup atau ketika ia
1.
Harta yang diperoleh selama per-
sudah meninggal dunia. Pada suku Batak
kawinan harta bersama.
yang disebut pewaris adalah pihak laki-laki
Harta yang diperoleh masing-masing
(ayah).
sebagai hadiah atau warisan adalah
b.
2.
dibawah penguasaan masing-masing.
Ahli waris utama Ahli waris utama yang berlaku di
Dengan adanya perubahan/perkem-
tanah batak adalah terhadap anak laki-laki
bangan tersebut, sudah terlihat adanya asas
meskipun harta benda yang telah di bawakan 5
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
kepada anak-anak perempuan tidak boleh
berdiri sendiri. Telah menjadi asas umum
diabaikan.
yang berlaku di dalam hukum adat bahwa
Menurut asas hukum waris adat Batak
suami istri yang memperoleh harta yang
Toba, yang berhak atas warisan seseorang
berasal dari warisan atau hibah, akan tetap
ayah hanyalah anak laki-laki. Hal ini dapat
menjadi memiliki suami dan istri. Harta
di perlunak dengan pembekalan tanah
bawaan itu dapat berupa tanah, kebun dan
pertanian atau ternak si ayah kepada anak-
perhiasan lainnya. Pada masyarakat Batak
anak perempuannya yang tidak kawin dan
pemberian harta benda dari orang tua kepada
yang akan kawin, serta pemberian kepada
anak-anaknya, baik laki-laki atau perempuan
keturunan sulung dari anak perempuannya
disebut dengan Holong Ate (kasih sayang).
tersebut (cucu si pewaris).
b.
Harta Pencarian Bersama Suami Istri
Biasanya yang menjadi ahli waris dari
Harta ini adalah harta yang diperoleh
harta peninggalan orang tuanya adalah anak
oleh keluarga itu sebagai hasil kerja sama
kandung, yaitu yang lahir dari kandung
antara suami dan istri dalam rangka biaya
ibunya dan ayah kandungnya, bisa juga
kehidupan
rumah
disebut anak sah. Anak angkat bisa juga
berjalannya
kehidupan
menjadi ahli waris dari orang tuanya
Semua pendapatan dan penghasilan suami
angkatnya, tetapi tidak bisa mewaris dari
istri
orang tua kandungnya.
mereka. Harta ini kelak dapat ditinggalkan
Objek dalam hukum waris adat Batak adalah warisan, yaitu harta benda yang
yang
didapat
tangga, rumah
selama
selama tangga.
perkawinan
dan diteruskan kepada keturunan mereka. c.
Kedudukan atau jabatan dalam adat
dimiliki oleh si pewaris yang diteruskan
Kedudukan sebagai Raja Adat hal ini
semasa hidupnya atau yang ditinggalkan
bersifat turun temurun akan tetapi biasanya
oleh pewaris yang sudah meninggal dunia;
jabatan ini hanya diturunkan atau diteruskan
dan diteruskan dalam keadaan tidak terbagi-
oleh anak laki-laki.
bagi, jenis-jenis adalah : a.
Pada masyarakat Batak yang bersistem
Harta Bawaan
patrilineal, umumnya yang menjadi ahli
Harta kekayaan yang dibawa oleh
waris hanya anak laki-laki, akan tetapi hal
suami dan istri ke dalam perkawinan sebagai
itu
tidak
berarti
bahwa
anak-anak
modal di dalam kehidupan rumah tangga
perempuannya tidak mendapat apapun dari
berlaku di dalam hukum yang bebas dan
harta kekayaan ayahnya. Di suku Batak 6
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
Toba
telah
menjadi
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
kebiasaan
untuk
Hukum adat Batak Toba merupakan
memberikan tanah kepada anak perempuan
salah satu hukum adat yang masih hidup
yang sudah menikah dan kepada anak
dengan sistem kekerabatannya mengikuti
pertama yang dilahirkan olehnya.
garis keturunan ayah (patrilineal) yang
Perwaris meninggal dunia mening-
membedakan kedudukan anak laki-laki dan
galkan istri dan anak-anak, maka harta
anak perempuan. Anak laki-laki merupakan
warisan, terutama harta bersama suami istri
generasi penerus ayahnya, sedangkan anak
yang dapat sebagai hasil pencarian bersama
perempuan tidak karena anak perempuan
selama perkawinan dapat dikuasai oleh
dianggap hanya bersifat sementara, dan
janda
selama
suatu ketika anak perempuan akan menikah
hidupnya untuk kepentingan dirinya dan
dan mengikuti suaminya, dan masuk ke
kelanjutan hidup anak-anaknya.
dalam klan suaminya. Selama anak perem-
dan
dapat
dinikmatinya
puan belum menikah, dia masih tetap Kedudukan Perempuan Dalam Perwarisan Adat Batak Toba
kelompok ayahnya. Dalam masyarakat Batak Toba yang
Kata kedudukan mengandung arti
menjadi ahli waris adalah anak laki-laki.
tingkatan atau martabat keadaan yang
Sedangkan anak perempuan bukan sebagai
sebenarnya, status keadaan atau tingkatan
ahli waris ayahnya. Anak perempuan hanya
orang, badan atau negara.2
memperoleh sesuatu dari orang tuanya
a.
sebagai hadiah.
Kedudukan sebagai anak Masyarakat hukum Indonesia jika
Tetapi
dengan
keluarnya
Putusan
ditinjau dari segi kekeluargaan adalah
Makamah Agung tanggal 31 Januari 1968
berbeda-beda, disetiap lingkungan adat ini
No.136K/Sip/1967, Mahkamah Agung telah
masing-masing mempunyai sistem keke-
membenarkan putusan Pengadilan Tinggi
luargaan yang berbeda pula. Begitu juga
yang mempergunakan hukum adat Batak,
dalam hal kedudukan anak laki-laki dengan
Holong Ate atas pembagian harta warisan
anak
kepada anak perempuan lebih banyak atas
perempuan
pada
prinsipnya
dan
asasnya adalah berbeda.
pertimbangan
kemajuan
kedudukan
perempuan dan hak perempuan di tanah 2
J.S. Poerwadarninta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976 Hal.38.
7
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
Batak pada khususnya dan diperantauan
mempunyai anak perempuan maka keluarga
pada umumnya.
tersebut dianggap punah. Kedudukan suami
Putusan Makamah Agung tanggal 31
dan istri di dalam rumah tangga dan
Juli 1973 No. 103K/Sip/1971. Makamah
masyarakat adalah tidak seimbang ini karena
Agung
pengaruh
juga
mengatakan
bahwa
anak
dari
sistem
kekeluargaan
perempuan adalah satu-satunya ahli waris
patrilineal yang dianut oleh masyarakat
dan berhak atas harta warisan yang di
Batak Toba.
tinggal pewaris. b.
Perubahan hukum adat dapat terjadi
Kedudukan sebagai istri
dengan adanya terobosan hukum adat
Di dalam sebuah keluarga seorang istri
melalui badan peradilan karena kehendak
menjaga keutuhan rumah tangganya, setia
masyarakat itu sendiri. Hal ini dapat dilihat
dan berbakti kepada suami, serta merawat
misalnya
dan
sehingga
perempuan pada masyarakat suku Batak
mereka dewasa. Istri adalah pendamping
Toba menurut hukum adatnya sebagai ahli
suami dalam menegakkan rumah tangga.
warisnya,
Sejak perkawinan terjadi istri telah masuk ke
perempuannya sudah berkedudukan sebagai
dalam keluarga suaminya dan melepaskan
ahli waris.
mendidik
anak-anaknya
hubungan dengan keluarganya sendiri.
mengenai
akan
tetapi
kedudukan
saat
ini
anak
anak
Hal ini dapat dilihat dalam putusan
Walaupun sebenarnya hubungan itu
Mahkamah
Agung
No.179K/Sip/1961
tetap masih ada sebagaimana yang terdapat
tanggal 23 Oktober 1961 yang mengatakan
dalam Dalihan Na Tolu di tengah-tengah
bahwa “berdasarkan selain rasa kemanu-
masyarakat Batak Toba, si istri telah
siaan dan keadilan umum, juga atas hakikat
menjadi hak dan tanggung jawab dari
persamaan hak antara wanita dan pria,
suaminya dan istri mempunyai hubungan
dalam beberapa keputusan mengambil sikap
hukum semata-mata bukan hanya suami saja
dan menganggap sebagai hukum yang hidup
tetapi juga terhadap suaminya.
di seluruh Indonesia bahwa anak perempuan
Tujuan
perkawinan
untuk
dan anak laki-laki dari seorang peninggal
melanjutkan keturunan. Apabila istri telah
waris bersama-sama berhak atas harta
melahirkan anak laki-laki posisinya adalah
warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-
kuat di dalam keluarga. Oleh karena itu,
laki adalah sama dengan anak perempuan
apabila
dan bahwa anak perempuan berkedudukan
dalam
sebuah
adalah
keluarga
hanya
8
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
sebagai ahli waris bersama-sama dengan
Sathipto Raharjo berpendapat sebagai
anak laki-laki serta mendapat bagian yang
suatu kenyataan harus diakui bahwa hukum
sama dengan anak laki-laki.
adat itu masih merupakan bagian dari
Mengenai kesamaan kedudukan antara
struktur sosial masyarakat Indonesia, yang
laki-laki dan perempuan ini dapat juga
untuk itu berbagai daerah tidak sama
dilihat dalam berbagai peraturan antara lain
kekuatan berlakuknya, tanpa perlu diatur
di dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun
secara tegas, suatu politik hukum yang baik
2000 tentang Persamaan Gender. Pada
tidak
bagian konsiderannya berbunyi :
tersebut. Hal ini berarti, bahwa penerimaan
“dalam Pembangunan nasional dapat pula dilihat bahwa dalam rangka mening-
akan
meninggalkan
kenyataan
hukum adat itu sejauh hal itu sesuai atau menunjang politik hukum yang dijalankan.3
katkan kedudukan, peran dan kwalitas
Pengaruh pola berpikir orang semakin
perempuan, serta upaya mewujudkan kese-
rasional sehingga mengakibatkan perubahan
taraan gender dalam kehidupan berkeluarga,
dalam hukum adat Batak Toba, yang
bermasyarakat dan bernegara, dipandang
disebabkan oleh bermacam faktor-faktor.
perlu melakukan strategi persamaan gender ke seluruh pembangunan nasional.”
Hal ini bagi hukum adat sendiri pada mulanya dianggap asing, dan perlu waktu
Di dalam penjelasan umum Intruksi
keluarnya Tap MPRS No. 11 Tahun 1960
Presiden menyatakan bahwa Gender adalah
dan
konsep yang mengacu pada peran-peran dan
179K/Sip/ 1961 harus tunduk pada sistem
tanggujawab laki-laki dan perempuan yang
yang berlaku menurut hukum adat yaitu
terjadi akibat dari perubahan keadaan sosial
sistem
dan budaya masyarakat.
patrilineal yang membuat posisi kaum
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
putusan
Mahkamah
kekerabatan/sistem
Agung
No.
kekeluargaan
perempuan di dalam rumah tangga maupun masyarakat tidak bergerak/posisinya lemah.
memperoleh kesempatan dan hak-haknya
Hal ini tidaklah mungkin diper-
sebagai manusia, agar mampu berperan dan
tahankan karena sesuai dengan sifat hidup
berpartisipasi dalam kegiatan politik, eko-
masyarakat Batak Toba yang dinamis,
nomi,
sosial
budaya,
keamanan nasional.
pertahanan
dan 3
Soejipto Raharjo, Hukum Dan Perubahan Sosial, Alumni Bandung, Hal 232
9
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
hukum adat Batak Toba akan mendapat
dan masyarakat dalam berinteraksi satu
pengaruh dari bermacam-macam faktor
sama lainnya
tersebut
dengan
secara
2.
maupun
secara
mendadak
perlahan-lahan
Faktor Perantauan/Migrasi
yang dapat
Perpindahan penduduk atau orang-
dianggap sebagai pertumbuhan atau sebagai
orang dari suatu daerah (kampung halaman)
perkembangan.
ke
Adapun
faktor-faktor
yang
dapat
daerah
yang lain
selanjutnya
lebih
agar
baik
dan
kehidupan terjamin,
mempengaruhi perkembangan kedudukan
khususnya di daerah perantauan. Hal ini
hak waris anak perempuan dalam hukum
mempengaruhi terhadap kebiasaan atau adat
waris adat Batak Toba adalah sebagai
istiadat hukum waris dari daerah asalnya
berikut :
yang patrilineal menjadi mengikuti pola
1.
Faktor Pendidikan4
hukum waris parental yang ada di daerah
Hal ini berpengaruh khususnya dalam
perantauannya.
waris Adat Batak Toba yang dulunya anak
3.
Faktor Ekonomi
laki-laki yang berhak mendapatkan warisan
Faktor ekonomi pada setiap individu
(sistem patrilineal), karena berpikir dengan
sangat mempengaruhi terhadap kehidupan di
logika, seseorang akan lebih cenderung
dalam keluarganya. Biaya hidup semakin
memilih keadilan dalam hal pembagian
tinggi dan biaya pendidikan semakin mahal,
harta warisan. Dengan demikian bagian
tetapi juga tidak boleh lupa bahwa persoalan
warisan
biaya
kepada
anak
laki-laki
dan
hidup
setelah
suami/atau
ayah
perempuan adalah sama rata. Semakin tinggi
meninggal dunia merupakan hal yang sangat
pendidikan seseorang maka cara berpikirnya
penting untuk menjamin masa depan anak-
pun akan semakin maju dan menyesuaikan
anaknya yang dilahirkan dari perkawinan.
diri terhadap perubahan dan perkembangan di
lingkungan
sekitarnya.
Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan
Pendidikan
adat Batak Toba yang dipengaruhi oleh
membawa seseorang menjadi lebih kritis
sistem patrilineal dan juga apabila di kaitkan
dalam menghadapi sesuatu perubahan yang
dengan kondisi masyarakat di Indonesia,
akan bermanfaat bagi dirinya, lingkungan
lazimnya
orang
tua
laki-laki
yang
bertanggung jawab dalam memberikan biaya hidup 4
Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, Hal. 128
kepada
umumnya
keluarga,
laki-lakilah
karena yang
pada
bekerja. 10
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen
upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
Seandainya di jumpai istri atau ibu yang
Agung Nomor 179K/Sip.1961, sistem adat
bekerja, hal tersebut tidak lain adalah
yaitu
menunjang kehidupan ekonomi keluarga.
kekeluargaan patrilineal tunduk pada hukum
4.
Faktor Sosial
yang berlaku yang membuat posisi kaum
Di dalam masyarakat Batak Toba
perempuan ada dalam keluarga. Perubahan
dalam hal perkawinan untuk pemberian
hukum adat dapat terjadi dengan adanya
uang jujur masih merupakan adat kebiasaan
terobosan
yang masih dipertahankan dalam hal yang
peradilan karena kehendak masyarakat itu
sangat penting dalam menunjukkan status
sendiri.
sosial seseorang kepada pihak wanita yang
sistem
Hal
hukum
ini
kekerabatan/sistem
adat
dapat
melalui
dilihat,
badan
misalnya
akan dilamar. Penyerahan uang jujur ini
mengenai kedudukan anak perempuan pada
kepada
di
masyarakat suku Batak Toba menurut
saksikan kedua belah pihak yang disebut
hukum adatnya bukanlah sebagai ahli waris,
dengan Dalian Na Tolu, karena peranan
akan tetapi saat ini anak perempuan sudah
Daliah Na Tolu ini di dalam adat Batak
berkedudukan sebagai ahli waris.
pihak
perempuan
haruslah
Toba adalah sangat penting. Dalam filsafah
Dengan
adanya
yurisprudensi,
di
Batak ini kedudukan sosial perempuan
kemudian hari bila terjadi sengketa warisan,
sangat terhormat mendapatkan bagian dari
pihak yang merasa dirugikan, terutapa pihak
orang tua suaminya atau dengan kata lain
perempuan, dapat mengajukan gugatan ke
pihak perempuan mendapatkan warisan
pengadilan negeri, dan penyelesaiannya oleh
dengan cara hibah.
hakim dapat merujuk kepada yurisprudensi.
Kedudukan anak perempuan dianggap
1.
Kita merupakan Negara yang memiliki
hanya bersifat sementara, dan suatu ketika
ciri khas tertentu, yaitu memiliki
anak
keanekaragaman
perempuan
akan
menikah
dan
suku
dan
adat
mengikuti suaminya, dan masuk ke dalam
tersendiri. Kita harus menghormati
klan suaminya. Selamanya anak perempuan
dan
belum menikah, dia masih tetap kelompok
berlakuknya di dalam adat. Seperti
ayahnya.
adat
Pada waktu keluar Tap MPRS Nomor
menerapkan
Toba,
kedudukan
apa
yang telah
kekerabatan itu
takkan
serta berubah.
11 Tahun 1960 dan Putusan Mahkamah 11
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
Sehingga pewarisannya pun harus
PUSTAKA ACUAN
mengikuti adat. 2.
Kedudukan anak perempuan hanya
Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000
bersigat sementara, dan suatu ketika anak perempuan akan menikah dan mengikuti suaminya dan masuk ke
J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976
dalam klan suaminya. Maka dia bukan lagi bagian dari kelompok ayahnya. Karena akibat pemberian jujur atai sinamot “yang mana mereka dibeli untuk
menjadi
bagian
keluarga
suaminya.” 3.
Diharapkan walaupun perkembangan adat Batak Toba itu selalu bersifat dinamis, tetapi tidaklah mengikuti hukum
untuk
pewarisannya.
Soejipto Raharjo, Hukum Dan Perubahan Sosial, Alumni Bandung M.Rasyid Ahmad, Hukum Waris Adat Dalam Yurisprudensi, Ghalia Indonesia, Jakarta 1998 http://rudini76ban.wordpress.com/2009/06/0 7/pebagian-warisan-dalam-adat-bataktoba
pelaksanaan Karen
abukti
jujur/sinamot dalam adat menyatakan putus nya hak terhadap pembagian warisan pada adat Batak Toba. Karena warisan adat Batak Toba bukan saja warisan harta, tetapi data Batak Toba itu juga termasuk warisan adat. Karena tidak mungkin perempuan menjadi sebagai pengganti posisi ayah dalam keluarga adat Batak Toba tetapi harus lelaki. Dimana warisan adat (hula-hula sebagai pengganti posisi ayah) itu merupakan kedudukan yag secara dalam adat Batak Toba.
12