Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
KEDUDUKAN JANDA DALAM HUKUM WARIS ADAT BATAK Oleh: FITRIA OLIVIA, AZIZAH LUBIS Dosen Fakultas Hukum – UIEU Mahasiswa Fakultas Hukum – UIEU
[email protected]
ABSTRAK Masyarakat Batak merupakan salah satu masyarakat yang mendasarkan garis keturunan melalui faktor genealogis, tentu saja hal ini membawa pengaruh terhadap adat yang ada didalam masyarakat tersebut. Menurut hukum waris adat janda tidak dapat mewaris karena janda tidak mempunyai hubungan darah dengan suaminya, sedangkan menurut hukum waris perdata ahli waris sudah di tentukan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), termasuk istri yang ditinggal mati oleh suaminya. Masyarakat Indonesia yang menganut berbagai macam agama dan kepercayaan yang berbeda-beda mempunyai bentuk-bentuk kekerabatan dengan sistem kekerabatan yang berbeda pula. Sistem kekerabatan ini sudah berlaku sejak dahulu sebelum masuknya ajaran agama Hindu, Islam, Kristen dan Budha, sehingga membawa pengaruh dalam sistem pewarisan hukum adat. Pada masyarakat Batak yang merupakan masyarakat patrilineal murni, apabila putusnya perkawinan disebabkan karena perceraian, maka sebelumnya akan diadakan suatu rapat, yaitu rapat hasirangan, dimana dalam rapat itu bertujuan untuk menetukan siapa yang bersalah dan akan dibicarakan mengenai harta bersama. Tetapi apabila putusnya perkawinan disebabkan oleh kematian, maka timbullah persoalan waris dan pemeliharaan atas anak. Pada masyarakat patrilineal murni di Batak, yang menarik garis keturunan melalui garis ayah, cenderung melakukan bentuk perkawinan jujur. Dalam hal ini, barang jujur merupakan pertanda bahwa hubungan kekeluargaan si istri dengan orang tua, saudara-saudara bahkan masyarakatnya telah diputuskan. Sebagai konsekwensinya, maka anak-anak yang akan lahir dari perkawinan itu akan menarik garis keturunan dan masuk kedalam klan pihak ayah. Setelah perkawinan, istri wajib ikut kedalam tempat tinggal suami (patrilokal) dan semua hak dan kewajiban istri masuk kedalam keluarga suaminya. Kata Kunci: Kedudukan, Janda, Waris Adat.
3. Minangkabau, 3a. Menatawai,
Pendahuluan Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
4. Sumatera Selatan, 4a. Enggano,
yang berbhineka tunggal ika yang berbeda-beda
5. Tanah Melayu (Sumatera Timur terkecuali
suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), yang
Tanah Batak, beserta kepulauan Riau-Linggau
kemudian bersatu dalam satu kesatuan Negara
dan Malaka),
Pancasila sejak tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum
6. Bangka dan Belitung,
Indonesia merdeka berbagai masyarakat itu berdiam
7. Kalimantan,
diri di berbagai kepulauan besar dan kecil yang
8. Minahasa, 8a. Sangihe dan Talaud,
hidup menurut hukum adatnya masing-masing,
9. Gorontalo,
sehingga Van Vollenhoven membagi-bagi bangsa
10. Sulawesi Selatan (Pantai Barat),
Indonesia kedalam 19 lingkungan hukum adatnya
11. Toraja,
masing-masing, yaitu (Soerjono Soekanto, 1983):
12. Kepulauan Ternate,
1. Aceh (tidak termasuk Tanah Gayo dan Alas),
13. Ambon, Ceram, Buru,
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak, 2a. Nias dan Batu,
14. Irian,
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
132
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
15. Tomor, 15a. Kepuluan Ternate,
Di dalam Negara Republik Indonesia, adat
16. Bali dan Lombok,
istiadat yang dimiliki oleh daerah-daerah suku
17. Jawa Tengah,
bangsa berbeda-beda, meskipun sifatnya adalah satu
18. Daerah Swapraja Surakarta dan Yogyakarta,
yaitu keIndonesiannya. Oleh karena itu, maka adat
19. Jawa Barat.
istiadat bangsa Indonesia itu dikatakan, Bhineka
Bentuk dan susunan masyarakat hukum
(berbeda daerah suku bahasanya), Tunggal Ika
yang merupakan persekutuan hukum adat itu, para
(tetapi tetap satu juga) yaitu sifat ke-Indonesia-
anggotanya terikat oleh faktor teritorial dan
annya. Adat Istiadat yang berbhineka ini, selalu
genealogis. Faktor teritorial yaitu faktor yang terikat
berkembang senantiasa bergerak serta berdasarkan
oleh suatu daerah tertentu. Sedangkan faktor genea-
keharusan selalu dalam keadaan evolusi mengikuti
logis yaitu faktor yang melandaskan kepada
proses perkembangan peradaban bangsa.
pertalian darah suatu keturunan tertentu. (I Gede A.B. Wiranata, 2005)
Adat istiadat yang hidup serta berhubungan dengan tradisi rakyat, merupakan sumber yang
Masyarakat Batak merupakan salah satu
mengagumkan bagi hukum adat. Keadaan semacam
masyarakat yang mendasarkan garis keturunan
ini juga berpengaruh pada hukum adat masing-
melalui faktor genealogis, tentu saja hal ini mem-
masing, khususnya dalam bidang hukum warisnya,
bawa pengaruh terhadap adat yang ada didalam
tiap daerah berbeda-beda, ada yang menganut
masyarakat tersebut. Pada dasarnya, adat merupa-
hukum waris BW (perdata) dan hukum waris Islam.
kan pencerminan dari kepribadian suatu masyarakat
Sedangkan, hukum waris adat menunjukkan corak
dan merupakan penjelmaan dari jiwa masyarakat
yang khas dari aliran pikiran budaya Indonesia dan
dari abad ke abad. Oleh karena itu, maka tiap
bersendi atas prinsip yang timbul dari aliran-aliran
masyarakat didunia ini memiliki adat kebiasaan
pikiran komunal serta konkret bangsa Indonesia.
sendiri-sendiri satu sama lainnya. Justru oleh karena
Oleh karena itu, hukum waris adat memperlihatkan
ketidaksamaan inilah kita mendapatkan, bahwa adat
perbedaan yang prinsipil dengan hukum waris BW
itu merupakan unsur yang terpenting yang mem-
(perdata) dan hukum waris Islam.
berikan
identitas
masyarakat.
(I
Gede
A.B.
Wiranata, 2005)
Menurut hukum waris adat janda tidak dapat mewaris karena janda tidak mempunyai
Tingkatan peradaban maupun cara penghi-
hubungan darah dengan suaminya, sedangkan
yang
mampu
menurut hukum waris perdata ahli waris sudah di
menghilangkan adat kebiasaan yang hidup dalam
tentukan menurut Kitab Undang-Undang Hukum
masyrakat, paling-paling yang terlihat dalam proses
Perdata (BW), termasuk istri yang ditinggal mati
kemajuan jaman itu adalah bahwa adat menye-
oleh
suaikan diri dengan keadaan dan kehendak jaman,
menganut berbagai macam agama dan kepercayaan
sehingga adat itu menjadi kekal serta tetap segar.
yang
(Wignjodipuro, 1973)
kekerabatan dengan sistem kekerabatan yang ber-
dupan
modern,
ternyata
tidak
suaminya.
Masyarakat
berbeda-beda
Indonesia
mempunyai
yang
bentuk-bentuk
beda pula. Sistem kekerabatan ini sudah berlaku 133
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
sejak dahulu sebelum masuknya ajaran agama
Dengan demikian, maka orang Batak itu mendiami;
Hindu, Islam, Kristen dan Budha, sehingga mem-
Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Serdang Hulu,
bawa pengaruh dalam sistem pewarisan hukum
Simalungun, Dairi Toba, Humbang, Silindung
adat.
Angkola, Mandailing, dan Kabupaten Tapanuli
Secara teoritis, sistem kekerabatan dapat dibedakan
Tengah. (Koentjaraningrat, 1979:94)
dalam tiga corak, yaitu:
Masyarakat Batak merupakan masyarakat
1. Sistem Patrilineal.
patrilineal murni, yang berarti setiap orang yang
sistem kekerabatan yang ditarik menurut garis
dalam masyarakat itu menarik garis keturunan ke
Bapak, dimana kedudukan pria lebih menonjol
atas hanya melalui penghubung laki-laki saja,
pengaruhnya
wanita
sampai kepada seorang laki-laki yang merupakan
didalam pewarisan. Sistem ini terdapar di Gayo,
moyang asal mereka. Seperti pada masyarakat
Alas, Batak, Nias, Lampung, Buru, Seram, Nusa
patrilineal murni umumnya, sistem perkawinan yang
Tenggara, Irian.
berlaku didaerah ini adalah sistem perkawinan jujur,
2. Sistem Matrilineal.
dimana pihak laki-laki memberikan barang jujur
dari
pada
kedudukan
sistem kekerabatan yang ditarik menurut garis
(unjung sinamot, pangolin, boli, tuhor = Batak,
Ibu, dimana kedudukan wanita lebih menonjol
seroh = Lampung, beuli niha = Nias Selatan, unjuk=
pengaruhnya
didalam
Gayo, wilin, beli = Maluku). Sehubungan dengan
pewarisan. Sistem ini terdapat di Minangkabau,
itu, belum tentu benda jujur itu selalu barang yang
Enggano, timor.
mahal dan bernilai tinggi, tetapi yang pasti benda itu
dari
kedudukan
pria
3. Sistem Parental atau Bilateral.
harus dapat mengimbangi kedudukan wanita itu
Sistem kekerabatan yang ditarik menurut garis
didalam keluarganya, sehingga kekosongan magis
dua sisi (bapak-ibu), dimana kedudukan pria dan
itu tidak akan terjadi.
wanita tidak dibedakan didalam pewarisan.
Perkawinan jujur mengandung tiga segi pengertian:
Sistem ini terdapat di Aceh, Sumatera Timur,
1. Yuridis, yaitu mengenai perubahan status.
Riau, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Sosial, yaitu mempererat hubungan antar klan,
(I Gede A.B. Wiranata, 2005)
hubungan kekeluargaan dan menghilangkan
Masyarakat Batak merupakan salah satu dari sekian banyak masyarkat hukum adat yang ada di
Indonesia.
Sebagian
besar
masyarakatnya
permusuhan. 3. Ekonomis, yaitu adanya pertukaran barang. (M. Bushar, 1985)
mendiami daerah Pegunungan Sumatera Utara,
Dengan adanya perkawinan jujur tersebut,
mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh
menimbulkan akibat bahwa istri lepas dari hak serta
diutara sampai keperbatasan dengan Riau dan
tanggung jawab keluarga asal dan masuk kedalam
Sumatera Barat di sebelah Selatan. Selain itu, orang
hak dan kewajiban serta tanggung jawab suaminya,
Batak juga mendiami tanah datar yang berada
anak-anak menarik garis keturunan dari ayah dan
diantara daerah Pegunungan dengan pantai timur
masuk kedalam klan ayah. Di dalam kehidupan
Sumatera Utara dan pantai barat Sumatera Utara.
rumah tangganya, perempuan yang telah dikawin
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
134
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
jujur diwajibkan ikut kedalam tempat tinggal suami
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab
(patrilokal) dan istri bertindak sebagai orang kedua
itu sudah sepantasnya kalu ibu (janda) yang
di dalam rumah tangga. Dalam hal ini terlihat jelas
mengurus dan menguasai kekayaan sianak yang
bahwa kedudukan antara suami dan istri tidak
diperoleh sebagai warisan dari ayahnya yang telah
seimbang dimana kedudukan suami lebih tinggi
meninggal dunia, selama anak dibawah umur.
daripada istri. (M. Bushar, 1985)
(R.Soepomo, 2003)
Terhadap perkawinan yang dilakukan itu,
Menurut hukum adat Batak, bahwa janda
sudah tentu setiap orang akan mengharapkan bahwa
bukanlah ahli waris dari suaminya. Hal ini
hal itu sekali untuk seumur hidup dan tidak terjadi
berdasarkan
hal-hal yang buruk dalam kehidupan perkawi-
mempunyai hubungan darah dengan suaminya,
nannya, tetapi mungkin saja hal yang tidak diingin-
sehingga janda tidak mempunyai hak untuk
kan itu terjadi, yang akhirnya dapat menyebabkan
mewaris, karena yang menjadi ahli waris pada
putusnya perkawinan.
masyarakat Batak hanya anak laki-laki. Anak laki-
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974
pertimbangan
bahwa janda
tidak
laki mempunyai kedudukan yang penting dalam
tentang Perkawinan, pada pasal 38 menyebutkan:
meneruskan keturunan keluarga, hal ini tentu saja
Perkawinan dapat putus karena;
dirasakan tidak adil, karena di dalam suatu perka-
a. Perceraian,
winan hubungan lahir maupun bathin antara suami
b. Kematian,
dengan istrinya itu sudah sedemikian eratnya,
c. Atas Keputusan Pengadilan.
bahkan jauh melebihi hubungan antara suami dan
Pada masyarakat Batak yang merupakan
para keluarga sedarahnya. Oleh karena itu, kepada
masyarakat patrilineal murni, apabila putusnya
janda harus diberikan suatu kedudukan yang pantas
perkawinan disebabkan karena perceraian, maka
disamping kedudukan anak-anak keturunan si
sebelumnya akan diadakan suatu rapat, yaitu rapat
pewaris. Didalam hukum adat Batak yang tradi-
hasirangan, dimana dalam rapat itu bertujuan untuk
sional, menempatkan kedudukan suami lebih kuat
menetukan siapa yang bersalah dan akan dibica-
daripada istri didalam kehidupan rumah tangga.
rakan mengenai harta bersama. Tetapi apabila
Seiring dengan perkembangan jaman yang
putusnya perkawinan disebabkan oleh kematian,
bertambah maju, dan sifat hukum adat yang dina-
maka timbullah persoalan waris dan pemeliharaan
mis, maka hal tersebut sudah banyak berubah. Pada
atas anak.
saat ini, sudah banyak masyarakat Batak yang hidup
Apabila yang meninggal adalah seorang
merantau, khususnya di Jakarta, sehingga membawa
ayah, maka dipandang sangat tepat jika si ibu yang
pengaruh
meneruskan pemeliharaan atas anak-anaknya sam-
(tradisional). Menurut hukum adat Batak dimasa
pai si anak dewasa, karena dipandang sang ibu akan
sekarang, khususnya pada masyarakat Batak, bahwa
lebih baik mengurus kepentingan-kepentingan anak-
kedudukan antara suami dan istri adalah sama dan
nya sendiri daripada siapapun juga. Di dalam mene-
seimbang. Suami adalah kepala keluarga dan istri
ruskan pemeliharaan ini, sudah tentu ibu (janda),
adalah ibu rumah tangga. Mereka secara bersama-
135
terhadap
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
hukum
adat
yang
asli
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
sama berhak dan berkewajiban mengurus keluarga
materiil maupun yang immaterial yang manakah
dan anak-anaknya.
dari seseorang yang dapat diserahkan kepada
Hal itu dapat terjadi karena hukum adat,
keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur
(khususnya hukum waris adat) mendapat pengaruh
saat, cara dan proses peralihannya. (Soepomo, 2003)
dari perubahan-perubahan sosial dan juga peraturan-
Berbicara tentang warisan menyalurkan
peraturan hukum lain yang oleh hakim selalu
pikiran dan perhatian kearah suatu kejadian penting
diterapkan. (Wignjodipuro, 1989)
dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang
Seperti yang ditegaskan didalam Undang-
anggota dari masyarakat itu yang meningal dunia,
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
dimana selama hidupnya, mempunyai tempat dalam
pada pasal 31, menyebutkan:
masyarakat dengan disertai berbagai hak-hak dan
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang
kewajiban-kewajiban terhadap anggota lain dari
dengan hak dan kedudukan suami dalam kehi-
masyarakat itu dan terhadap barang-barang yang ada
dupan rumah tangga dan pergaulan hidup ber-
dalam masyarakat. Sehingga dibutuhkan suatu cara
sama dalam masyarakat.
penyelesaian terhadap hubungan-hubungan tersebut,
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
yang menimbulkan sedikit banyak kesulitan akibat dari meninggalnya seseorang yang meninggalkan
3. Suami adalah kepala rumah tangga dan istri ibu rumah tangga.
harta kekayaan. Hal tersebut yang sebenarnya terkandung didalam pengertian warisan.
Sehingga apabila putusnya perkawinan
Hal terpenting didalam masalah warisan ini
disebabkan karena meninggalnya suami, maka
adalah, bahwa pengertian warisan seperti yang telah
janda berhak melanjutkan penguasaan atas harta
diuraikan diatas memperlihatkan 3 (tiga) unsur,
perkawinan yang terdiri dari harta pencarian atau
yaitu:
harta bersama (yang diperoleh dalam perkawinan)
1. Seorang peninggal warisan, yang pada wafatnya
dan harta bawaan (yang diperoleh sebelum atau sesudah
perkawinan
berupa
meninggalkan harta kekayaan.
hadiah/pemberian
2. Seorang atau beberapa orang ahli waris yang
anggota kerabat atau orang lain dan atau harta
berhak menerima kekayaan yang ditinggalkan
warisan). Selain itu, janda juga mempunyai hak
itu.
memakai seumur hidup dari harta suaminya, selama
3. Harta warisan, yaitu wujud kekayaan yang
harta itu diperlukan buat penghidupannya, dengan
ditinggalkan dan beralih kepada pada ahli waris
syarat janda tersebut wajib tetap berada dalam
itu. (Wirjono Projodikoro, 1976)
ikatan kekeluargaan kerabat suaminya, dalam arti
Pada umumnya yang menjadi ahli waris
janda tersebut tidak menikah lagi dengan orang lain.
adalah para warga yang paling dekat didalam generasi berikutnya. Para warga tersebut adalah anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga pewaris
Permasalahan Hukum waris adat meliputi norma-norma
berdasarkan atas garis keturunan.
hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
136
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
Hal inilah, yang pada dasarnya sama sekali tidak
2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat
dimiliki oleh janda, jika pengertian ahli waris selalu
dilakukan oleh janda untuk menerima hak waris
dihubungkan dengan persamaan darah, maka sudah
dalam hukum adat Batak.
jelas janda tidak mungkin merupakan ahli waris dari suaminya. Selain itu, untuk menentukan siapa saja
Tinjauan Teori
yang berhak mewaris, haruslah sesuai dengan
Pengertian Hukum Waris Adat
bentuk perkawinan dan sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat hukum adat setempat. Pada masyarakat patrilineal murni di Batak,
Istilah waris berasal dari bahasa Arab dan terdapat di dalam hukum waris Islam. Hadist Nabi yang
diriwayatkan
Ahmad
dan
Abu
Daud,
yang menarik garis keturunan melalui garis ayah,
Rasulullah S.a.w, menyatakan:
cenderung melakukan bentuk perkawinan jujur.
”Ana warisu man la warisalahu”- saya mewarisi
Dalam hal ini, barang jujur merupakan pertanda
orang yang tidak ada waris”.
bahwa hubungan kekeluargaan si istri dengan orang
Istilah waris tidak ada keseragaman istilah, ada yang
tua, saudara-saudara bahkan masyarakatnya telah
menyebut hukum warisan, hukum kewarisan,
diputuskan. Sebagai konsekwensinya, maka anak-
ataupun hukum waris. Namun, istilah mana pun
anak yang akan lahir dari perkawinan itu akan
yang dipergunakan selalu akan menyertakan baha-
menarik garis keturunan dan masuk kedalam klan
san tentang pewaris, ahli waris, dan harta warisan.
pihak ayah. Setelah perkawinan, istri wajib ikut
(I Gde A.B. Wiranata, 2005).
kedalam tempat tinggal suami (patrilokal) dan
Digunakan istilah hukum waris adat dalam
semua hak dan kewajiban istri masuk kedalam
hal ini adalah dimaksudkan untuk membedakannya
keluarga suaminya.
dengan istilah hukum waris barat, hukum waris
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka di
Islam, hukum waris Indonesia, hukum waris nasio-
dalam penelitian ini akan dibahas masalah-masalah
nal, hukum waris Batak, hukum waris Minang-
sebagai berikut:
kabau, hukum waris Jawa dan sebagainya.
1. Bagaimanakah kedudukan janda dalam hukum
Ter Haar menyatakan:
waris adat Batak? 2. Bagaimanakah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh janda untuk dapat menerima hak waris dalam hukum adat Batak?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan janda dalam hukum waris adat Batak.
137
”... het adaterfrectht de rechtsregelen, welke betrekking hebben op het boeiende, eeuwige proces van doorgeven en overgaan van het materiele en immateriele vermogen van generatie op generatie.” ”... hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tida berwujud dari generasi pada generasi.” (H. Hilman Hadikusuma, 2003) Soepomo mengatakan: ”Hukum adat waris memuat peraturan-peratran yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
(generatie) kepada turunannya.” (R. Soepomo, 2003)
waris adalah mereka atau para pihak yang
Dengan demikian hukum waris itu memuat
b. Mengenai pewarisan, tidak selalu terkait dengan
ketentuan-ketentuan yang mengatur cara penerusan
ada atau tidaknya suatu proses kematian karena
dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak
peristiwa pewarisan dapat dilaksanakan semasa
berwujud) dari pewaris kepada para warisnya. Cara
pewaris masih hidup.
mempunyai hak sebagai penerus dari warisan.
penerusan dan peralihan harta kekayaan itu dapat
c. Jiwa yang terkandung dalam hukum waris adat
berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah
adalah jiwa kekeluargaan, mengingat sasaran
pewaris meninggal dunia. (H. Hilman Hadikusuma,
kegiatannya adalah penerusan dari generasi ke
2003)
generasi.
Jadi bukanlah sebagaimana dikemukakan Wirjono. ”... pengertian ”warisan” ialah, bahwa warisan itu adalah soal apakah dan bagaimanakah pelbagai hakhak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup.” (R. Wirjono Projodikoro, 1976) Jadi warisan menurut Wirjono adalah cara
d. Proses pewarisan berlangsung dari 1 (satu) generasi kepada generasi berikutnya. Ini menunjukkan bahwa kegiatan pewarisan selalu menunjuk kepada pihak yang lebih muda. (I Gde A.B. Wiranata, 2005)
Sifat Hukum Waris Adat
penyelesaian hubungan hukum dalam masyarakat
Harta warisan menurut hukum waris adat
yang melahirkan sedikit banyak kesulitan sebagai
tidak merupakan kesatuan yang dapat dinilai
akibat dari wafatnya seorang manusia, dimana
harganya, tetapi merupakan kesatuan yang tidak
manusia yang wafat itu meninggalkan harta keka-
terbagi atau dapat terbagi menurut jenis macamnya
yaan. Perhatikan istilah warisan diartikan sebagai
dan kepentingan para warisnya. Harta warisan adat
cara penyelesaian bukan diartikan ben-danya.
tidak boleh dijual sebagai, kesatuan dan uang
Kemudian cara penyelesaian itu sebagai akibat dari
penjualan itu lalu dibagikan kepada para waris
kematian seorang, sedangkan warisan itu adalah
menurut ketentuan yang berlaku sebagaimana di
bendanya dan penyelesaian harta benda seseorang
dalam hukum waris Islam atau hukum waris Barat.
kepada warisnya dapat dilaksanakan sebelum ia wafat.
Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi-bagikan penguasaan dan pemili-
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai
kannya kepada para waris dan ada yang dapat
pengertian hukum waris dapat ditarik kesimpulan
dibagikan. Harta yang tidak dapat terbagi adalah
bahwa:
milik bersama para waris, ia tidak boleh dimiliki
a. Hukum waris mengacu kepada pihak pewaris,
secara perseorangan tetapi ia dapat dipakai dan
ahli waris, dan barang (warisan). Pewaris adalah
nikmati.
orang yang memiliki harta warisan yang
Harta warisan adat yang tidak terbagi dapat
diserahkan kepada generasi penerusnya. Ahli
digadai jika keadaan sangat mendesak berdasarkan persetujuan para tua-tua adat dan para anggota
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
138
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
kerabat bersangkutan. Bahkan untuk harta warisan
galan kakek atau nenek yang keadaannya,
yang terbagi kalau akan dialihkan (dijual) oleh
kedudukannya dan sifatnya tidak mutlak yang
waris kepada orang lain harus dimintakan pendapat
tidak dapat dibagi-bagi, baik penguasaan atau
diantara para anggota kerabat, agar tidak melanggar
pemakaiannya atau mungkin juga pemilikannya.
hak ketetanggaan dalam kerukunan kekerabatan.
d. Harta Perkawinan
Hukum waris adat tidak mengenal azas
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan semua
”legitieme portie” atau bagian mutlak sebagaimana
harta kekayaan yang dikuasai atau dimiliki oleh
hukum waris Barat dimana untuk para waris telah
suami istri disebabkan adanya ikatan perka-
ditentukan hak-hak waris atas bagian tertentu dari
winan. Harta perkawinan ini terdiri dari harta
harta warisan. (H. Hilman Hadikusuma, 2003)
penantian, harta bawaan, harta pencaharian,
Di dalam kepustakaan hukum istilah waris
harta pemberian. Harta perkawinan ini meru-
ini tidak ada keseragaman pengertian, ada yang
pakan kesatuan didalam ikatan perkawinan yang
memakai istilah hukum warisan, ada hukum
kekal, tetapi jika perkawinan tidak kekal, atau
kewarisan dan ada hukum waris. Di bawah ini akan
karena
dikemukakan pengertian istilah yang dipakai dalam
menjadi terpisah kembali sebagai akibat terja-
uraian selanjutnya dalam hubungannya dengan
dinya putus perkawinan.
unsur-unsur hukum waris:
kemungkinan
e. Harta Penantian
a. Warisan
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan semua
Istilah ini menunjukkan harta kekayaan dari
harta yang dikuasai dan dimiliki oleh suami atau
pewaris yang telah wafat, baik harta itu telah
istri ketika perkawinan itu terjadi. Jika perka-
dibagi atau masih dalam keadaan tidak terbagi-
winan istri ikut kepihak suami maka harta yang
bagi.
dikuasai atau dimiliki suami sebelum perka-
b. Peninggalan
winan merupakan harta penantian suami, atau
Istilah ini menunjukkan harta warisan yang
harta pembujangan, dan jika sebaliknya suami
belum terbagi atau tidak terbagi-bagi dikare-
ikut kepihak istri maka harta yang dibawanya
nakan salah seorang pewaris masih hidup.
merupakan harta pembekalan, sedangkan istri
c. Pusaka
dengan harta penantian istri.
Istilah ini yang lengkapnya disebut harta pusaka
139
tidak keturunan ada
f.
Harta Bawaan
dapt dibedakan antara pusaka tinggi dan pusaka
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan semua
rendah. Harta pusaka tinggi adalah harta
harta yang datang, dibawa oleh suami atau istri
peninggalan dari zaman leluhur, yang dikare-
ketika perkawinan itu terjadi, jadi sebagai keba-
nakan keadaannya, kedudukannya dan sifatnya
likan dari harta penantian. Jika suami mengikuti
yang tidak dapat atau tidak patut dan tidak
pihak istri maka harta bawaannya disebut harta
pantas dibagi-bagi. Sedangkan harta pusaka
bawaan suami dan jika sebaliknya istri yang
rendah adalah harta peninggalan dari beberapa
ikut kepihak suami maka harta bawaannya
generasi di atas ayah, misalnya harta pening-
disebut harta bawaan istri.
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
g) Harta Pencaharian
k) Waris
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan semua
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan orang
harta kekayaan yang didapat dari hasil usaha
yang mendapat harta warisan, yang terdiri dari
perseoangan atau usaha bersama suami istri
ahli waris yaitu mereka yang berhak menerima
yang terikat didalam ikatan perkawinan. Pada
warisan dan bukan ahli waris tetapi kewarisan
umumnya harta pencaharian ini merupakan
juga dari harta warisan. Jadi waris yang ahli
harta bersama suami istri dalam ikatan perka-
waris ialah orang yang berhak mewarisi,
winan, tetapi adakalanya merupakan harta terpi-
sedangkan ynag bukan ahli waris adalah orang
sah diantara hasil suami milik suami, hasil istri
yang kewarisan. (H. Hilman Hadikusuma, 2003)
milik istri. h) Harta Pemberian
Subjek Hukum Waris Adat
Istilah ini yang jelasnya ialah harta asal
i)
j)
Pembicaraan tentang subjek hukum waris
pemberian, dipakai untuk menunjukkan harta
sebenarnya mengarah pada pewaris dan ahli waris.
kekayaan yang didapat suami istri secara ber-
a. Pewaris
sama atau secara perseorangan yang berasal dari
Pewaris adalah orang yang memiliki harta
pemberian orang lain. Pemberian itu dapat
kekayaan yang akan dibagi-bagikan kepada ahli
berupa pemberian hadiah atau pemberian hibah
waris. Jika saat ini akan dijabarkan mengenai
atau hibah wasiat.
masalah syarat-syarat umum untuk pribadi
Pewaris
orang yang meninggalkan warisan, maka yang
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan orang
di maksud ialah hanya orang yang mening-
yang meneruskan harta peninggalan ketika
galkan warisan dalam membuat suatu hibah
hidupnya kepada waris atau orang yang setelah
wasiat. Tidak salah lagi bagi orang yang
wafat meninggalkan harta peninggalan yang
meninggal dunia dengan tidak membuat hibah
diteruskan atau dibagikan kepada waris. Tegas-
wasiat adalah sudah wajar dengan adanya
nya pewaris adalah empunya harta peninggalan,
syarat-syarat
empunya harta warisan.
peninggal warisan, maka dari masing-masing
Pewarisan
orang yang meninggalkan warisan bagi barang-
Istilah ini dipakai untuk menyatakan perbuatan
barang milik yang ditinggalkan. Syarat-syarat
meneruskan harta kekayaan yang akan diting-
bagi pewaris adalah:
galkan pewaris atau perbuatan melakukan
1). Akal sehat
untuk
bisa
menjadi
sebagai
pembagian harta warisan kepada para warisnya.
Kemampuan berpikir secara normal ini
Jadi ketika pewaris masih hidup pewarisna
tidak ada pertama-tama terhadap orang yang
berarti penerusan atau penunjukan, setelah
sakit ingatan serta seseorang yang dalam
pewaris wafat pewarisan berarti pembagian
keadaan sakit demam yang parah, menjelas-
harta warisan.
kan berbagai masalah (ijlende koorts), atau pada seseorang yang baru mabuk setelah Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
140
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
meminum minuman keras. Hal ini berarti
penyebab tersebut, serta jika diketahui oleh si
jika seorang yang dalam kondisi demikian
peninggal warisan tentang kekeliruan tersebut
membuat suatu hibah wasiat, maka tentang
sebelumnya penghibahan itu
sahnya hibah wasiat dapat ditentang oleh
dilakukannya. Hal ini sesuai dengan pasal 890
orang-orang yang berkepentingan, yaitu
KUH Perdata. Namun biasanya suatu testament
para ahli waris serta para yang mempunyai
tidak terlalu diselidiki apa penyebab yang men-
piutang dari orang yang meninggalkan
dorong si peninggal warisan untuk menghibah-
warisan.
kan barang tersebut. Sedangkan kini, tentang
2). Usia
penyebab tersebut menjadi syarat sesuai dengan
Terdapat suatu ketetapan umum dalam
pasal
KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa
penghibah dalam testamentnya menyebutkan
hanya seorang yang telah dewasa saja yang
memberi suatu barang kepada si A, karena si A
dapat
hukum.
ini adalah anak angkatnya. Namun ternyata
Sedangkan pada pasal 897 KUH Perdata
kemudian yang diangkat adalah si B dan
disebutkan tentang hal yang menyimpang
bukannya si A, dengan demikian maka dapatlah
dari ketentuan umum ini, yakni bahwa
dikatakan bahwa terdapat kekeliruan dimana
seorang yang belum dewasa juga dapat
menurut Pasal 890 KUH Perdata penghibahan
membuat suatu testament dengan cacatan ia
tersebut dianggap batal.
melakukan
perbuatan
harus telah berumur paling sedikit 18 tahun.
890
KUH
Perdata.
Contohnya:
si
c. Tidak Ada Paksaan atau Penipuan
Menurut pasal 898 KUH Perdata, untuk
Hal mengenai tidak adanya paksaan serta
menetapkan apakah seseorang itu telah
penipuan
mampu membuat suatu testament tersebut
menyatakan, bahwa suatu testament dianggap
dibuat. Namun jika dengan jelas keadaan
batal jika dibuat di bawah ancaman atau
orang tersebut saat sebelum dan sesudah
penipuan. Namun untuk itu wajib dibuktikan.
membuat testament dalam keadaan sakit
Sampai sejauh ini mana dianggap terdapatnya
gila, jadi dapat disimpulkan bahwa saat ia
unsur paksaan ini wajib dibuktikan sesuai
membuat testament tersebut ia pun sedang
dengan ketentuan yang berlaku. Secara analogi
sakit gila. Namun untuk pembuktian suatu
hakim harus memperhatikan hal seperti ini
keadaan, harus patuh pada peraturan umum
berlaku bagi perjanjian pada umumnya. Pada
tentang pembuktian.
pasal 1327 KUH Perdata menetapkan, bahwa
b. Tidak ada kesalahan
141
tidak akan
ini
pasal
893
KUH
Perdata
pembatalan tidak bisa dituntut, ika terhadap
Suatu testament mungkin dianggap batal atau
paksaan tersebut telah tiada serta selanjutnya si
tidak sah, jika di dalamnya disebutkan suatu
peninggal warisan telah menerima dan menye-
penyebab yang memaksa si peninggal warisan
tujui penghibahan tersebut, baik penyetujuan
untuk memberi sesuatu terhadap seseorang,
tersebut secara terang-terangan ataupun secara
sedang dikemudian hari terdapat kekeliruan atas
diam-diam. (Oemarsalim, 2000)
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
warisan dan si ahli waris meninggal dunia dalam
Ahli Waris Ahli waris sebagai orang-orang yang
saat yang bersamaan, misalnya pada suatu kece-
mempunyai keperluan atas kejadian meninggalnya
lakaan, dimana tidak dapat ditentukan siapa yang
seorang yang pada hubungannya dengan adanya
wafat terlebih dahulu, maka mereka dianggap
suatu harta kekayaan yang disiapkan untuk diman-
meninggal dunia pada saat yang bersamaan. Hal ini
faatkan akan kebutuhan keselamatan masyarakat.
berarti bahwa tidak mungkin ada perpindahan
(Oemarsalim, 2000)
barang warisan dari satu pihak ke pihak yang lain.
Dalam masalah persoalan yang sangat penting inilah, siapa saja bagi orang-orang yang
Objek Hukum Waris Adat
masih hidup dianggap mempunyai hak atas harta
Menurut pengertian yang umum warisan
warisan yang ditinggalkan oleh orang yang
adalah semua harta benda yang ditinggalkan oleh
meninggal, yaitu:
seorang yang meninggal dunia (pewaris), baik harta
1. Keturunan dari orang yang meninggalkan wari-
benda itu sudah dibagi atau belum terbagi atau
san merupakan satu-satunya ahli waris yang
memang sudah terbagi. Jadi apabila kita berbicara
terpenting.
tentang harta warisan maka berarti kita memper-
2. Anak angkat dan anak tiri.
soalkan harta kekayaan seorang (pewaris) karena
3. Istri yang ditinggal mati oleh suami.
telah wafat dan apakah harta kekayaan orang itu
4. Duda
akan dapat dibagi, atau belum dapat dibagi atau
5. Ahli waris-ahli waris yang bukan termasuk
memang sudah dapat dibagi. (Hilman Hadikusuma,
janda dan anak. (Oemarsalim, 2000)
2003)
Adapun persyaratan bagi ahli waris yaitu
Untuk mengetahui bagaimana asal usul,
para ahli waris harus sudah terlahir di saat
kedudukan harta warisan, apakah ia dapat dibagi
meninggalnya si peninggal warisan. Pengertian ten-
atau memang tidak terbagi, maka harta warisan itu
tang sudah terlahir ini tidak hanya berarti ”sudah
dibagi dalam tiga bagian yaitu:
dilahirkan” saja, akan tetapi juga berarti bayi yang
1. Harta asal, adalah semua harta kekayaan yang
masih dalam kandungan ibunya, karena kedua pasal
dikuasai dan dimiliki pewaris sejak mula perta-
tersebut menunjuk pada pasal 2 KUH Perdata yang
ma, baik berupa harta peninggalan ataupun harta
berbunyi:
bawaan.
a. Seorang anak yang masih dalam kandungan
2. Harta pemberian, adalah juga harta warisan
ibunya dianggap telah lahir, jika kepentingan si
yang asalnya bukan didapat karena jerih payah
anak tersebut menuntutnya.
bekerja sendiri melainkan karena hubungan
b. Jika disaat kemudian anak tersebut dilahirkan dalam keadaan telah meninggal, maka anak tersebut dianggap tidak pernah ada. Termasuk juga penting apa yang ditetapkan oleh pasal 831 KUH Perdata bahwa si peninggal
cinta kasih, balas budi atau jasa, atau karena suatu tujuan. 3. Harta pencaharian, adalah semua harta yang didapat suami istri bersama selama dalam ikatan perkawinan. (Hilman Hadikusuma, 2003)
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
142
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
Selain harta kekayaan yang ditinggalkan
pewaris terdapat hutang-piutang, dalam arti
oleh pewaris, ada pula hak-hak dan kewajiban yang
adanya hak menagih dan kewajiban untuk melu-
dapat terbagi atau memang tidak terbagi yaitu:
nasi hutang pada orang lain. Sehubungan dengan
1. Hak-Hak Kebendaan
hal tersebut maka harta peninggalan manakah
Apabila seseorang meninggal maka ia tidak
yang seharusnya dapat diperhitungkan untuk men-
saja meninggalkan harta warisan yang berwujud
jadi pembayaran hutang-hutang tersebut. Menurut
benda tetapi juga ada kemungkinan yang tidak
pasal 1100 KUHPerdata dinyatakan bahwa para
berwujud benda tetapi berupa hak-hak kebendaan
ahli waris yang telah menerima suatu warisan
hak pakai, hak tagihan (hutang-piutang) dan atau
diwajibkan dalam hal pembayaran hutang, hibah
hak-hak lainnya. Sesuai dengan sistem pewa-
wasiat dan lain-lain beban, memikul bagian yang
risannya ada hak-hak kebendaan yang tidak terbagi-
seimbang dengan apa yang diterima masing-
bagi pewarisannya dan ada yang terbagi-bagi.
masing dari warisan.
a. Hak-hak Pakai
Sesungguhnya
hukum
adat
tidak
mengatur
Warisan berupa hak pakai di beberapa daerah
demikian, apalagi harta warisan menurut hukum
berlaku atas harta pusaka tinggi atau harta pusaka
adat tidak merupakan kesatuan sebagaimana
rendah yang tidak terbagi-bagi. Begitu juga hak
KUHPerdata dan Hukum Islam, dan biasanya
pakai dimungkinkan juga terhadap harta warisan
yang dikatakan harta warisan adalah harta yang
yang seharusnya terbagi-bagi kepada ahli waris
telah dibersihkan dari hutang. Oleh karenanya
tetapi karena keadaannya tidak (belum) terbagi.
harta warisan yang manakah yang pada tempatnya
Di Minangkabau atau juga didaerah lain para ahli
untuk
waris hanya mempunyai hak ganggam bauntik
hutang-hutang. Harta warisan yang harus diperhi-
atau harta pusaka. Demikian pula terhadap harta
tungkan adalah harta pencaharian almarhum,
yang dikuasai tunggu tubang di daerah Semendo
sedangkan harta asal dan harta bawaan yang ada
Sumatera Selatan para ahli waris hanya mem-
hubungannya dengan adat kekerabatan tidak patut
punyai hak pakai. Begitu pula seperti halnya di
diperhitungkan. Di daerah-daerah Batak, Dayak
Lampung terhadap rumah kerabat atau alat-alat
dan Bali misalnya para ahli waris wajib memba-
perlengkapan adat yang dikuasai oleh anak
yar utang pewaris, asal saja penagih utang
tertentu, para ahli waris hanya mempunyai hak
memberitahukan
pakai. Kemungkinan juga terhadap rumah dan
tersebut dalam waktu empat puluh hari sesudah
perkarangan yang hanya satu-satunya dan masih
pewaris meninggal atau pada waktu nyekoh (di
didiami oleh anggota keluarga tertentu, maka
Bali), yaitu selamatan bagi si mati. (Soepomo,
anggota keluarga bersangkutan hanya mempunyai
2003)
hak pakai atasnya.
diperhitungkan
haknya
dalam
menyelesaikan
kepada
ahli
waris
c. Hak-hak Lainnya Dengan meninggalnya pewaris maka hak-hak dan
b. Hak Tagihan (Hutang-Piutang) Yang seringkali menimbulkan persoalan dalam
kewajiban yang ada hubungan dengan kedudu-
pewarisan ialah apakah dengan meninggalnya
kannya menurut hukum adat ikut beralih dan
143
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
diteruskan oleh ahli warisnya berdasarkan hukum
manjae atau juga dikalangan masyarakat adat yang
adat yang berlaku setempat.
kuat dipengaruhi hukum Islam, seperti dikalangan
Hak-hak dan kewajiban kekeluargaan dilingku-
masyarakat adat Lampung beradat peminggir, di
ngan masyarakat parental seperti pada keluarga
pantai-pantai selatan Lampung.
masyarakat Jawa yang hidup mencar hanya terba-
2). Sistem Kewarisan Kolektif
tas pada keluarga sesomah saja. Dan jika ada
Pewarisan dengan sistem kolektif ialah
penerus hak-hak dan kewajiban keluarga, maka
dimana harta peninggalan diteruskan dan dialihkan
tidak saja anak lelaki, tetapi juga anak wanita
pemilikannya dari pewaris kepada waris sebagai
dapat mengambil alih hak-hak dan kewajiban
kesatuan yang tidak terbagi-bagi untuk mengusa-
kekeluargaan itu. Dalam perkembangannya nam-
hakan menggunakan atau mendapat hasil dari harta
paknya dilingkungan masyarakat genealogis patri-
peninggalan itu. Bagaimana cara pemakaian untuk
linial atau matrilinial, dimasa sekarang kaum
kepentingan dan kebutuhan masing-masing waris
wanita sudah nampak ikut berperan, ataupun juga
diatur bersama dasar musyawarah dan mufakat oleh
kaum lelaki dilingkungan masyarakat matrilinial,
semua anggota kerabat yang berhak atas harta
walaupun dalam sikap tindaknya masih tetap
peninggalan dibawah bimbingan kepala kerabat.
menghormati kedudukan yang diwakilinya.
Sistem kolektif ini terdapat misalnya di daerah Minangkabau, kadang-kadang juga di tanah Batak atau di Minahasa dalam sifatnya yang ter-
Sistem Kewarisan Sistem kewarisan adat terbagi dalam 3
batas. Di Minangkabau sistem kolektif berlaku atas
(tiga) bentuk, yaitu:
tanah pusaka yang diurus bersama di bawah
1). Sistem Kewarisan Individual
pimpinan atau pengurusan mamak kepala waris
Pewarisan dengan sistem individual atau
dimana para anggota hanya mempunyai hak pakai.
perseorangan adalah sistem pewarisan dimana
Serupa dengan tanah pusalea Minang ini ialah tanah
setiap waris mendapatkan pembagian untuk dapat
dati di Ambon yang tidak dibagi-bagikan kepada
menguasai dan atau memiliki harta warisan menurut
waris melainkan disediakan bagi para waris untuk
bagiannya masing-masing. Setelah harta warisan itu
dipergunakan, terutama para anggota keluarga
diadakan pembagian maka masing-masing waris
pewaris yang telah wafat dibawah pimpinan atau
dapat menguasai dan memiliki bagian harta wari-
pengurusan kepala dati.
sannya untuk diusahakan, dinikmati atau dialihkan
3). Sistem Kewarisan Mayorat
(dijual) kepada sesama waris, anggota kerabat,
Sistem pewarisan mayorat sesungguhnya adalah juga merupakan sistem pewarisan kolektif,
tetangga ataupun orang lain. Sistem individual ini banyak berlaku dikala-
hanya penerusan dan pengalihan hak penguasaan
ngan masyarakat yang sistem kekerabatannya
atas harta yang tidak terbagi-bagi itu dilimpahkan
parental sebagaimana dikalangan masyarakat adat
kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin
Jawa atau juga dikalangan masyarakat adat lainnya
rumah tangga atau kepala keluarga menggantikan
seperti masyarakat Batak dimana berlaku adat
kedudukan ayah atau ibu sebagai kepala keluarga.
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
144
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
Anak tertua dalam kedudukannya sebagai penerus
tinggi yang tidak terbagi pemiliknya, tetapi hanya
tanggung jawab orang tua yang wafat berkewajiban
terbagi hak pakainya seperti disebut di Minang
mengurus dan memelihara saudara-saudaranya yang
ganggan bauntuik.
lain terutama bertanggung jawab atas harta warisan
Kemungkinan tidak terbagi-baginya harta
dan kehidupan adik-adiknya yang masih kecil sam-
peninggalan itu adalah dikarenakan kepentingan dan
pai mereka dapat berumah tangga dan berdiri sen-
kegunaannya sebagai pemersatu kekerabatan:
diri dalam suatu wadah kekerabatan mereka yang
1) Tidak dapat dibagi-bagikan pemilikan harta
turun menurun. Seperti halnya dengan sistem kolek-
pusaka tinggi adalah disebabkan wujud dan
tif setiap anggota waris dari harta bersama mempu-
sifatnya sebagai milik kerabat yang merupakan
nyai hak memakai dan hak menikmati harta ber-
atribut dari kesatuan hidup kekerabatan adat di
sama itu tanpa hak menguasai atau memilikinya
bawah pimpinan kepala adat. Misalnya balai
secara perseoangan.
adat, rumah kerabat, alat-alat perlengkapan adat,
Sistem mayorat ini ada dua macam dikare-
benda-benda suci dan sebagainya itu memang
nakan perbedaan sistem keturunan yang dianut,
tidak dapat dibagi-bagi pemilikkannya, oleh
yaitu mayorat lelaki seperti berlaku dilingkungan
karena itu ia diperlukan untuk kepentingan
masyarakat adat Lampung, terutama yang beradat
kerabat
pepaduan, atau juga berlaku sebagaimana di Teluk
hukum adat.
bersangkutan
sebagai
masyarakat
Yos Soedarso Kabupaten Jayapura Irian Barat dan
2) Tidak dapat dibagi-bagikannya pemilikan harta
sistem mayorat perempuan seperti berlaku diling-
pusaka rendah adalah disebabkan wujud dan
kungan masyarakat adat Semendo Sumatera Selatan.
sifatnya sebagai milik bersama dari suatu kera-
(H. Hilman Hadikusuma, 2003)
bat kecil yang berfungsi dan peranan sebagai tali pengikat kesatuan keluarga-keluarga di ba-
Harta Peninggalan Dalam Hukum Adat Harta peninggalan dalam hukum adat
wah pimpinan kepala kerabat bersangkutan, walaupun fungsi dan peranannya sebagai bekal
terbagi dari:
bersama, oleh bersama, dan untuk bersama
a. Peninggalan Tidak Terbagi
sudah lemah.
Harta peninggalan yang tidak terbagi adalah
3) Tidak terbagi-baginya pemilikan harta pening-
seperti harta pusaka di Minagkabau, tanoh buway
galan yang bersifat harta keluarga serumah
atau tanoh menyanak di Lampung, tanah lemba-
adalah disebabkan maksud dan tujuannya untuk
wang di Daya Benawas, tanah kalakeran di
tetap menghormati orang tua yang masih hidup
Minahasa, tanah dati di Ambon. Biasanya harta
dan menjadikannya sebagi tempat pemusatan
kekayaan tersebut merupakan harta peninggalan
berkumpulnya anggota menjadikannya sebagai
turun-temurun dari zaman leluhur dan merupakan
tempat kediamannya. Yang terakhir ini diling-
milik bersama sekerabat sefamili, dan biasanya
kungan masyarakat yang memakai sistem pewa-
berada di bawah kekuasaan dan pengawasan tua-tua
risan individual sifatnya sementara, oleh karena
adat. Harta pusaka ini merupakan harta pusaka 145
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
apabila semua pewaris sudah wafat maka harta
bebas terpisah berdiri sendiri dari rumah keluarga
peninggalannya diadakan pembagian.
orang tua, maka harta peninggalan yang diberikan
b. Peninggalan Terbagi
kepada suami-istri kedalam perkawinan mereka
Dengan terjadinya perubahan-perubahan dari harta pusaka menjadi harta kekeyaan kekuarga
merupakan harta bawaan masing-masing suami-istri (Jawa, gawan; Daya Ngaju; ramu paimbit).
serumah tangga yang dikuasai dan dimiliki oleh
Jika pembagian harta peninggalan itu
ayah dan ibu karena melemahnya pengaruh kekera-
setelah pewaris wafat, maka bagi waris yang belum
batan, maka kemungkinan harta peninggalan yang
kawin ia akan menjadi bekal usaha sendiri atau
berupa harta pusaka menjadi terbuka untuk diada-
untuk memasuki perkawinan, sedangkan bagi waris
kan pembagian, bukan saja terbatas pembagian hak
yang sudah kawin pembagian itu akan menjadi harta
pakai, tetapi juga pembagian hak miliknya menjadi
asal yang ditambahkan kepada harta bawaannya ke
milik perseorangan.
dalam perkawinan. Proses penambahan harta asal
Terbagi-baginya harta peninggalan dapat
dari harta peninggalan yang dibagi-bagi itu dapat
terjadi ketika pewaris masih hidup atau sesudah
berjalan lama, disebabkan ada kemungkinan harta
pewaris wafat. Ketika pewaris masih hidup dapat
peninggalan yang seharusnya terbagi-bagi itu belum
terjadi pemberian dari sebagian harta yang akan
terbagi karena penangguhan waktu pembagiannya.
ditinggalkan pewaris kepada waris untuk menjadi
c. Peninggalan Belum Terbagi
bekal kehidupan dalam berusaha sendiri atau untuk
Harta peninggalan yang dapat dibagi-bagi
membentuk rumah tangga baru berpisah dari kesa-
pada waris adakalanya belum dibagi karena ditang-
tuan rumah tangga orang tua (Jawa,mencar, mentas;
guhkan waktu pembagiannya. Penangguhan waktu
Batak, manjae).
pembagian antara lain disebabkan beberapa hal:
Di dalam struktur masyarakat patrilineal
1) Masih ada orang tua,
yang kebanyakan melaksanakan bentuk perkawinan
2) Terbatasnya harta peninggalan,
dengan jujur, dimana setelah perkawinan istri ikut
3) Tertentu jenis dan macamnya,
dipihak suami, maka harta peninggalan itu menjadai
4) Pewaris tidak punya keturunan,
harta penunggu bagi
5) Para waris belum dewasa,
suami terhadap istri yang
akan ikut dipihaknya, sedangkan harta peninggalan
6) Belum ada waris pengganti,
yang diberikan orang tua mempelai wanita menjadi
7) Diantara waris belum hadir,
harta bawaan istri mengikuti pihak suami. Demi-
8) Belum ada waris yang berhak,
kian sebaliknya dalam bentuk perkawinan semenda
9) Belum diketahuinya hutang-piutang pewaris.
maka harta peninggalan bagi istri adalah harta penantian
Adakalanya, dikarenakan harta peninggalan
bagi kedatangan suaminya yang akan
itu menurut adat sudah tertentu jenis dan macamnya
mengikuti pihak wanita, sedangkan jika ada harta
yang harus dibagikan kepada pewaris, maka jenis
peninggalan yang didapat suami dari orang tuanya
bagian harta peninggalan itu belum dibagikan,
menjadi harta bawaan suami kepada istri. Di ling-
misalnya keris pusaka harus diwarisi oleh anak
kungan masyarakat yang melaksanakan perkawinan
lelaki sedangkan sianak masih kecil. Begitu pula
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
146
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
apabila waris tidak punya keturunan, sedangkan
tentu diberikan terhadap ahli waris si C (biasanya
janda pewaris masih dapat mempunyai keturunan
seorang lelaki), suatu kalung atau subang tertentu
dari perkawinannya kemudian, misalnya dengan
diberikan terhadap ahli waris si D (biasanya seorang
jalan kawin aggau (Lampung, semalang) maka
wanita). (Oemarsalim, 2000)
pembagian atau penerusan harta
peninggalan
Hukum adat juga tidak mengenal cara pem-
ditangguhkan sampai ada keturunan yang dapat
bagian dengan perhitungan matematika, tetapi selalu
mengganti pewaris.
didasarkan atas pertimbangan mengingat wujud
Demikian pula jika ketika pewaris wafat
benda dan kebutuhan waris bersangkutan. Jadi
sedangkan para waris belum dewasa, masih anak-
walaupun hukum adat mengenal asas kesamaan hak
anak yang belum mampu untuk menerima harta
tidak berarti bahwa setiap waris akan mendapat
peninggalan, maka pembagian ditangguhkan sampai
bagian warisan dalam jumlah yang sama, dengan
para waris dewasa. Dalam hal ini sementara para
nilai harga yang sama atau menurut banyaknya
waris masih anak-anak harta peninggalan dapat
bagian yang sudah tertentu. Diberbagai daerah seba-
diurus oleh janda pewaris, orang tua pewaris atau
gaimana halnya dikalangan masyarakat adat Jawa
saudara-saudaranya yang lain berdasarkan musya-
cara pembagian itu dikatakan ada dua kemungkinan,
warah dan mufakat keluarga. Begitu pula ada kala-
yaitu:
nya pewaris wafat sudah ada keturunan tetapi
1. dengan cara segendong sepikul, artinya bagian
semuanya wanita, sedangkan harta peninggalan
anak lelaki dua kali lipat bagian anak perem-
harus dimiliki oleh anak lelaki, maka pembagian
puan; atau
atau penerusan harta peninggalan itu ditangguhkan
2. dengan cara dun-dum kupat, artinya bagian anak
sampai lahir cucu lelaki dari salah satu anak perem-
lelaki dan bagian anak perempuan berimbang
puan yang ditentukan untuk itu. Waris pengganti
sama.
dapat pula dilakukan dengna mengangkat keme-
Kebanyakan yang berlaku adalah yang dikatakan
nakan menurut urutan kedudukan orang tuanya. (H.
pembagian berimbang sama diantara semua anak,
Hilman Hadikusuma, 2003)
misalnya sebagaimana hasil penelitian Soedarso sebagai berikut: “Setrodidjojo bertempat tinggal dikalurahan
Pembagian Harta Waris
Tandjunghardjo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten
a. Cara Pembagian Sifat hukum adat pada umumnya berlan-
Kulon-Progo, meninggal dunia dengan mening-
daskan pola berpikir yang konkret/tidak abstrak,
galkan seorang anak lelaki dan dua orang anak
maka soal pembagian harta warisan biasanya meru-
perempuan. Ketiga anak tersebut telah kawin.
pakan penyerahan barang warisan tertentu terhadap
Setahun kemudian anak lelaki yaitu Setrowagijo
seorang ahli waris tertentu, umpamanya sebidang
meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri
sawah tertentu diserahkan terhadap ahli waris si A,
dan seorang anak perempuan. Warisan yang ber-
sebidang pekarangan atau suatu rumah tertentu
wujud tanah perkarangan seluas 1000 m2 dan 2000
diberikan terhadap ahli waris si B, suatu keris ter-
m2 dari Setrodidjojo dibagi tiga. Harta lain sudah
147
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
tak ada karena telah dipakai untuk membiayai
janda/duda itu ahli waris ia juga mendapat bagian
penguburan dan selamatan. Pembagian itu seperti
dari harta perpantangan yang diperolehnya selama
berikut:
perkawinan.
1. Anak perempuan tertua tanah pekarangan tabon
Dilingkungan masyarakat Minahasa dalam
(pekarangan tempat rumah orang tua berdiri
pembagian warisan juga berimbang sama antara
1000 m2 seharga Rp. 1000,-)
waris pria dan wanita, termasuk yang masih dalam
2. Anak perempuan kedua tanah pekarangan 1000 m2 seharga Rp. 1000,-)
kandungan jika lahir hidup. Begitu pula perpindahan agama tidak berakibat hilang atau berku-
3. Tjuju, anak dari anak laki-laki tanah pekarangan 1000 m2 seharga Rp. 800,-”
rangnya bagian warisan seseorang waris. Tetapi hibah wasiat yang telah diberikan ketika pewaris hidup setelah pewaris wafat masih dapat ditinjau
Dilingkungan masyarakat Daya Kendayan
kembali atas dasar rasa keadilan jika berlebih diku-
dalam pembagian warisan pada dasarnya juga sama
rangi dan jika kurang dapat ditamabah lagi. (H.
antara anak kandung dan anak angkat. Tetapi ketika
Hilman Hadikusuma, 2003)
melakukan pembagian warisan dipesilahkan lebih
b. Hilangnya Hak Untuk Mewaris
dahulu kepada anak pangkalan untuk mengambil
Setiap orang pada dasarnya adalah waris
bagiannya dan setelah itu dipersilahkan kepada
dari pewaris orang tua kandung atau orang tua
anak bungsu dan baru kemudian tiba gilirannya
angkatnya berdasarkan hukum adat yang berlaku
anak-anak yang lain berdasarkan pertimbangan anak
baginya. Namun demikian, adakalanya seseorang
pangkalan dan anak bungsu.
dapat kehilangan hak mewaris disebabkan perbua-
Dilingkungan
masyarakat
Banjarmasin
tannya yang bertentangan dengan hukum adat.
pembagian warisan lebih banyak dipengaruhi
Menurut I Gede A.B wiranata perbuatan yang
hukum Islam, antara lain mengenai harta perpan-
memungkinkan hilangnya hak mewaris tehadap
tangan (harta pencaharian) yang sisamakan dengan
harta warisan disebabkan oleh beberapa hal berikut:
syarikat menurut hukum Islam. Terhadap harta ini
1) Membunuh atau berusaha menghilangkan nya-
jika pewaris wafat maka diadakan pembagian kepada para waris berdasarkan ketentuan hukum Islam. Jika terjadi sengketa waris maka diajukan kepada
wa pewaris atau anggota keluarga pewaris. 2) Melakukan penganiayaan atau perbuatan merugikan kehidupan pewaris.
kerapatan Qadhi. Dengan fatwa Qadhi maka harta
3) Melakukan perbuatan tidak baik ataupu menja-
warisan itu dibagi menurut perimbangan usaha
tuhkan nama baik pewaris atau kerabat pewaris
masing-masing sehingga adakalanya pembagian
karena perbuatan yang tercela.
menjadi 1:1, 1:2, atau 1:3 dan seterusnya. Menurut Wahyu Afandi dengan perpegang
4) Murtad dari agama atau perpindahan agama dan kepercayaan. (I Gde A.B Wiranata, 2005)
pada Hukum Islam maka janda/duda di Banjarmasin
Menurut Wiranata perpindahan agama
kedudukannya lebih baik dibanding dengan kedu-
tidak berakibat hilangnya atau berkurangnya bagian
dukan janda/duda di daerah lain, oleh karena selain
warisan seseorang waris.
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
148
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
Perbuatan salah yang dimaksud dapat dibatalkan
nai bahan hukum primer, bahan hukum
apabila ternyata si pewaris atau anggota waris lain-
sekunder terdiri dari:
nya telah memaafkan, memberi ampunan dengan
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang
nyata dalam perkataan atau perbuatan, sebelum atau
memberikan petunjuk maupun penjelasan
ketika warisan dilakukan pembagian. Pengampunan
terhadap bahan hukum primer dan bahan
atas kesalahan waris yang bersalah dapat berlaku
hukum sekunder.
atas semua harta warisan atau hanya untuk pemba-
3. Cara Memperoleh Bahan Hukum
gian saja. Misalnya waris masih diperkenankan
a. Studi dokumentasi yaitu menelusuri bahan-
menerima bagian dari harta pencaharian tetapi tidak
bahan hukum dan dokumen-dokumen hukum
diperkenankan mewarisi harta asal, atau hanya
yang digunakan untuk menganalisis perma-
mendapatkan bagian harta pencaharian yang lebih
salahan.
sedikit dari bagian waris lainnya. (H. Hilman Hadikusuma, 2003)
b. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan antara dua pihak atau lebih yang berhadapan secara fisik. Wawancara diguna-
Metode Penelitian
kan peneliti untuk menggali informasi yang
1. Metode Pendekatan
lebih mendalam.
Penelitian normatif adalah suatu metode yang digunakan
dalam
menguraikan/menjelaskan
sesuatu masalah yang berpedoman atau meng-
Istilah janda, diberbagai daerah mempunyai
acu pada buku-buku yang ada atau diperoleh
arti wanita yang telah ditinggal oleh suaminya, baik
dari bahan-bahan pustaka.
itu karena perceraian mati tetapi juga berarti janda
2. Bahan hukum
karena perceraian hidup dengan suaminya. Perma-
Bahan yang dikumpulkan pada penelitian diper-
salahannya, apakah janda yang karena wafatnya
oleh dari studi kepustakaan. Adapun penelitian
suami itu, mendapatkan warisan dari harta pening-
yang berdasarkan kepustakaan dilakukan untuk
galan atau hanya sekedar menikmati atau mengurus
memperoleh data-data yang meliputi:
harta saja.
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan
Sesungguhnya, kedudukan janda sebagai
utama dari ilmu pengetahuan. Bahan hukum
ahli waris atau bukan, dipengaruhi oleh sistem keke-
primer terdiri dari:
rabatan dan bentuk perkawinan yang berlaku
1) yurisprudensi MA Nomor: 54 K/Sip/
didalam masyarakat yang bersangkutan. Ada janda
1958
yang karena wafatnya suami, maka tetap tidak bebas
2) yurisprudensi MA Nomor: 320 K/Sip/ 1958
149
Pembahasan
untuk menentukan sikap tindaknya, karena masih harus berkedudukan ditempat pihak kerabat suami,
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan
tetapi ada juga janda yang setelah wafatnya suami,
hukum yang memberkan penjelasan menge-
dapat kembali pada kerabat asalnya dan bebas
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
menentukan
sikap
tindaknya.
(H.
Hilman
Hadikusuma, 2003)
2. Janda, sesudah suami meninggal tidak menunjukkan sikap atau cenderung memutuskan hubu-
Tentang kedudukan janda didalam hukum adat terhadap harta peninggalan, bertitik tolak dari asas bahwa wanita sebagai orang asing tidak berhak
ngan dengan keluarga suami, juga tidak menikah lagi dengan laki-laki lain. (Bushar Muhammad, 1991)
mewaris. (Iman Sudiyat, 1981). Hal ini terjadi,
Di Indonesia, terdapat 3 (tiga) bentuk sistem
apabila yang dijadikan syarat untuk mewaris adalah
kekerabatan, yang sedikit banyak memberi pengaruh
tali kekeluargaan berdasarkan atas persamaan darah
terhadap kedudukan janda.
atau keturunan. Tetapi ada kenyataan, bahwa dalam suatu perkawinan itu, hubungan lahir maupun
Janda Dalam Sistem Patrilineal
bathin antara suami dengan istrinya itu sedemikian
Masyarakat patrilineal di Batak, terikat pada
eratnya, bahkan jauh melebihi hubungan antara
sistem patrilineal yang mutlak bersifat genealogis,
suami dengan saudara kandungnya sendiri. Oleh
yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah.
sebab itu di dalam rumusan kewarisan hak-hak
Corak utama dari masyarakat patrilineal ini,
janda harus diperhatikan, antara lain:
adalah perkawinan dengan ”jujur”. Pemberian jujur
1. Janda berhak atas jaminan nafkah seumur
ini oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan
hidupnya, dari hasil barang gono-gini maupun
adalah sebagai lambang diputuskannya hubungan
dari hasil barang asal suami.
kekeluargaan si istri dengan kerabatnya dan masuk
2. Janda berhak menguasai harta peninggalan
ke dalam kerabat suaminya. Oleh sebab itu, sepan-
suaminya, untuk menarik penghasilan dari ba-
jang perkawinan dengan jujur itu masih dianggap
rang-barang itu, terlebih jika mempunyai anak,
sebagai suatu peristiwa memutuskan pertalian hubu-
harta itu tetap merupakan kesatuan di bawah
ngan si istri dengan kerabatnya, maka kedudukan
asuhan janda dan tidak dibagi-bagi.
setelah wafatnya suami, bahwa janda tetap meru-
3. Janda berhak menahan barang-barang asal
pakan bagian dari kerabat suami, sehingga nasibnya
suaminya, selama barang itu diperlukan oleh-
tidak akan terlantar, serta tetap akan menikmati ba-
nya, untuk keperluan nafkahnya.
rang-barang
4. Janda berhak mendapat bagian atau menuntut
peninggalan
suaminya.
(Soerojo
Wignjodipuro, 1989)
sebesar bagian anak, di dalam keadaan terpaksa
Bahkan sering terjadi, janda itu kemudian
diadakan pembagian dengan anak, misalnya
menjadi istri dari saudara laki-laki almarhum sua-
janda hamil atau anak meminta sebagian untuk
minya (pareakhon/ganti tikar).
modal usaha.
Di daerah Lampung, jika janda tidak mem-
Patut diperhatikan bahwa harus ada dua
punyai keturunan, maka dapat memilih untuk kawin
syarat, agar janda mendapatkan kedudukan sebagai
lagi dengan salah seorang saudara laki-laki dari
ahli waris:
suami atau anggota kerabat suami yang lain (kawin
1. Janda harus telah lama hidup bersama dan
semalang). Janda tetap merupakan bagian dari
mengikuti suka duka dalam keluarga.
keluarga suami, sehingga tidak akan terlantar dan
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
150
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
tetap dapat menikmati barang-barang yang diting-
terlebih dahulu hutang bersama. Dalam hal ini, ada
galkan
4 kemungkinan mengenai kedudukan janda pada
oleh
almarhum
suaminya.
(Worjono
Projodikoro,1976)
sistem matrilineal ini, yaitu: 1. Suami tidak mempunyai anak di rumah tempat ia berusaha dan juga tidak mempunyai anak dan
Janda Dalam Sistem Matrilineal Sistem garis keturunan matrilineal adalah
istri di tempat lain.
yang menghitung hubungan kekerabatan melalui
2. Sehingga ahli waris adalah istrinya, karena harta
perempuan saja, dan hal itu mengakibatkan tiap
yang diwariskan bukan harta yang berasal dari
individu masuk dalam kerabat ibunya. Di Indonesia,
kaum dan harta tersebut tidak dapat dituntut
contoh dari masyarakat matrilineal adalah masya-
oleh kaum.
rakat Minangkabau.
3. Suami tidak mempunyai anak di tempat ia
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
berusaha, tetapi mempunyai anak dan istri di
Fakultas Hukum Unversitas Andalas bersama
tempat lain. Hal ini terjadi bila seorang laki-laki
dengan BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasio-
mempunyai dua istri, yang tinggal di rumah
nal), bahwa didalam menentukan siapa yang men-
masing-masing. Di salah satu rumah ia berusaha
jadi ahli waris tergantungan dari jenis harta yang
dengan istrinya dan mempunyai anak, tetapi di
akan diwariskan atau diterima oleh ahli waris.
rumah lain ia tidak berusaha adan tidak mem-
Biasanya diadakan perbedaan antara harta
punyai anak. Bila suami meninggal, maka harta
pusaka tinggi san harta pusaka rendah (harta pen-
bersama dibagi dua, sebagian adalah hak bagi
carian). Harta pusaka tersebut lazimnya terbagi
istri yang ikut berusaha dan yang sebagian lagi
kedalam 4 kelas atau golongan, yaitu:
untuk ahli warisnya yang dengan sendirinya
1) Harato pusako tambilang ruyuang atau harato pusako turun tamurun.
didapat oleh anak-anak diluar lingkungan tempat berusaha itu.
2) Harato pusako tambilan ameh.
4. Suami mempunyai anak di tempat ia berusaha
3) Harato pusako tambilan basi.
dan tidak mempunyai anak atau istri di tempat
4) Harato pusako tambilang kai’tan atau harato
yang lain. Hal ini terjadi jika suami hanya mem-
hibah. (Soerjono Soekanto dan Yusuf Usman,
punyai seorang istri dan mempunyai anak. Janda
1986)
berhak atas sebagian harta bersama, dan yang sebagian untuk harta warisan. Dalam kasus
Terhadap masalah harta pusaka tinggi,
seperti ini, tidak ada ahli waris lain diluar rumah
sudah jelas akan jatuh kepada saudara laki-laki dan/
tempat ia berusaha itu. Pihak kemenakan tidak
saudara perempuan beserta keturunan saudara
berhak atas harta tersebut karena di dalamnya
perempuan almarhum suami. Sedangkan, janda
tidak tersangkut harta bersama dari kaum. Tidak
hanya mendapat sebagian dari harta pusaka rendah
terlihat adanya kegiatan peralihan harta, karena
(harta pencarian), dengan ketentuan bahwa pem-
janda tampil sebagai kepala keluarga menggan-
bagian hanya dapat dilakukan setelah dibayar
tikan kedudukan almarhum suaminya.
151
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
5. Suami mempunyai anak di tempat ia berusaha
dengan almarhum suaminya. Sehubungan dengan
dan juga mempunyai anak di tempat lain.
hak dan kedudukan janda untuk mewaris terhadap
Apabila suami mempunyai beberapa orang istri
harta bersama (gono-gini), hukum adat telah menen-
dan mempunyai anak disetiap rumah istrinya
tukan tata cara penyelesaiannya, yaitu:
itu, sedangkan suami hanya berusaha dirumah
1. Harta gawan kembali keasal, karena janda tidak
salah satu istrinya itu. Dalam hal ini, harta tetap
berhak mewarisinya.
tinggal dirumah tempat ia berusaha dan harta
Harta gono-gini, dikuasai sepenuhya oleh janda
dibagi dua antara suami dan istri.
selama masih hidup/selama janda belum kawin
(Soerjono Soekanto dan Yusuf Usman, 1986)
dengan laki-laki lain. Dalam hal ini tidak menjadi soal apakah harta gono-gini itu kecil/besar jumlahnya. Pokoknya harta gono-gini itu men-
Janda Dalam Sistem Parental Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang
adi hak mutlak janda untuk menguasai harta,
mempunyai sistem kekerabatan parental/bilateral,
selama dia masih hidup atau belum kawin
yaitu setiap individu menarik garis keturunannya
dengan laki-laki lain.
keatas melalui garis ayah dan ibu secara serentak
2. Harta ”gawan” kembali keasal dan harta gono-
atau bersamaan. Menurut hukum adat Jawa, para
gini langsung dibagi dua; sebagian menjadi hak
ahli waris dapat digolongkan dalam urutan sebagai
mutlak janda dan sebagian lagi menjadi hak-hak
berikut:
almarhum suami, yang kemudian jatuh kepada ahli waris almarhum suami.
1. Keturunan pewaris.
Apabila janda mempunyai anak, berarti
2. Orangtua pewaris. 3. Saudara-saudara pewaris/keturunannya.
janda menghadapi harta warisan bersekutu bersama-
4. Orangtua dari orangtua pewaris.
sama dengan anak-anak, maka harta gawan menjadi
(Hilman Hadikusuma, 2003)
hak dari anak-anak almarhum suami, tetapi terhadap
Di dalam urutan tersebut belum termasuk
harta gono-gini dibawah kekuasaan janda, selama
janda, walaupun pada kenyataannya, mereka adalah
anak-anak belum dewasa dan janda masih hidup
ahli waris juga. Hal ini adalah lanjutan dari sistem
atau belum kawin dengan laki-laki lain. Apabila
kewarisan bilateral yang menempatkan kedudukan
anak-anak telah dewasa, maka harta gono-gini akan
yang sama antara laki-laki dengan perempuan
dibagi, yaitu; setengah bagian menjadi hak janda
sehingga memberi kedudukan yang sama pula
dan setengah bagian menjadi anak-anaknya.
terhadap janda untuk mewarisi harta peninggalan almarhum suaminya. (M. Yahya Harahap, 1993)
Secara umum, dapat dikatakan bahwa mengenai besarnya bagian janda dalam pembagian
Jangkauan hak mewaris janda, tidak meli-
warisan, tergantung dari sistem kekerabatan dan
puti harta ”gawan”, karena harta gawan akan jatuh
bentuk perkawinan yang dilakukan oleh pihak-pihak
kepada anak-anak. Jadi hak mewaris janda hanya
yang yang bersangkutan. Namun, kadang-kadang
terbatas pada harta ”gono-gini” (harta bersama)
ketentuan yang diterapkan dalam pembagian wari-
yang diperoleh selama perkawinan antara janda Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
152
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
san tergantung pada kesepakatan dan kebijaksanaan
dan kedudukan yang seimbang, baik dalam kehi-
pihak-pihak yang berkepentingan.
dupan rumah tangga maupun pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Tetapi, sejauh mana
Kedudukan Janda Menurut Hukum Waris
keseimbangan anatara hak dan kedudukan suami-
Adat Batak
istri tersebut, masih dipengaruhi oleh sistem keke-
Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kedidupan di masya-
rabatan dan bentuk perkawinan yang dianut oleh suami-istri tersebut.
rakat, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut laki-laki dan perempuan yang akan menjadi mempelai, tetapi juga orangtua kedua belah pihak,
a) Kedudukan Dalam Kaitanya Dengan Sistem Kekerabatan dan Bentuk Perkawinan
saudara-saudara, bahkan kerabat yang jauh seka-
Pada masyarakat patrilineal di Batak setiap
lipun. Dengan adanya perkawinan, akan terben-
orang yang dilahirkan selalu menarik garis ketu-
tuklah suatu keluarga yang baru yang merupakan
runan melalui laki-laki/ayah. Anak laki-laki yang
kesatuan hidup yang terdiri dari ayah, ibu, anak-
lahir selalu menarik garis keturunan melalui
anak yang kemudian dipimpin oleh ayah sebagai
ayahnya, sehingga anak-anak yang lahir mempunyai
kepala keluarga dan ibu sebagai kepala rumah
hubungan hukum dengan ayah dan keluarga ayah.
tangga. Pada suatu keluarga, dapat dipastikan
Akibat dari prinsip keturunan ini, maka menga-
memiliki harta kekayaan, dimana harta itu terdiri
kibatkan kedudukan anak laki-laki menjadi penting,
dari:
disebabkan anak laki-laki merupakan penerus ketu-
1. Harta Perorangan
runan. Dapat dikatakan anak laki-laki selamanya
Yaitu harta yang berasal dari bawaan masing-
seklan dengan ayah dan keluarga ayahnya.
masing suami-istri atau yang diperoleh dalam
Oleh sebab itu, pada masyarakat Batak yang
perkawinan, tetapi ditujukan untuk salah satu
bersistem patrilineal, tempat tinggal adalah turut
pihak.
ayah. Begitu juga halnya dengan istri, dimana tempat tinggalnya tergantung pada suami (patri-
2. Harta Bersama Harta yang diperoleh suami-istri, baik secara
lokal). Hal itu terjadi akibat dari bentuk perkawinan
sendiri-sendiri ataupun bersama-sama selama
yang berlaku pada masyarakat ini, yaitu ”perka-
perkawinan berlangsung.
winan jujur”. Pada perkawinan ini ada barang jujur
Anggota keluarga yang terbentuk ini, tidak
yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak
hanya terdiri dari ayah, ibu, anak-anak saja, tetapi
perempuan, yang berfungsi untuk mengganti keko-
mereka berinteraksi dengan keluarga yang lain,
songan magis yang terjadi didalam keluarga asal
misalnya kakek, nenek dan kerabat lainnya.
perempuan. Barang jujur ini penting dalam menjaga
Didalam kehidupan rumah tangga, suamiistri memikul kewajiban yang luhur untuk menegak-
keseimbangan magis yang ada didalam keluarga asal perempuan.
kan norma-norma yang menjadi sendi dasar susunan
Dengan adanya perkawinan jujur tersebut,
masyarakat. Diantara suami-istri mempunyai hak
menimbulkan akibat bahwa istri lepas dari hak serta
153
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
tanggung jawab keluarga asal dan masuk kedalam
akan menjadi milik anak laki-lakinya atau kepada
hak dan kewajiban serta tanggung jawab keluarga
keluarga almarhum suaminya bila ia menikah lagi
suaminya. Dalam kehidupan rumah tangganya, isri
atau tidak memiliki keturunan.
mempunyai kewajiban untuk mengurus rumah
Jadi jelaslah bahwa menurut kaidah adat
tangga, merawat suami dan anak. Istri tidak boleh
masyarakat Batak, tidak memberi peluang kepada
melakukan suatu tindakan tanpa mendapatkan per-
janda untuk mewarisi harta peninggalan suaminya.
setujuan suami, dan seluruh harta berada dibawah penguasaan suami. Dalam hal ini terlihat terlihat jelas bahwa kedudukan antara suami dan istri tidak seimbang, dimana kedudukan suami lebih tinggi daripada istri.
b) Kedudukan Janda Dalam Kaitannya Dengan Prinsip dan Sistem Kewarisan Dalam hukum waris adat, untuk menentukan ahli waris didasarkan pada prinsip kewarisan,
Apabila perkawinan putus, maka tergantung
dimana prinsip yang berlaku berbeda-beda antara
dari penyebab putusnya perkawinan itu. Jika putus-
masyarakat yang satu denga lainnya. Prinsip terse-
nya perkawinan disebabkan karena perceraian,
but terdiri dari, prinsip umum dan prinsip khusus.
maka sebelumnya akan diadakan suatu rapat, yaitu
Prinsip kewarisan umum adalah prinsip dimana
”rapat hasirangan”, tujuan dari rapat itu adalah
untuk menjadi ahli waris haruslah mempunyai hubu-
untuk menentukan siapa yang salah dan akan dibi-
ngan darah dengan pewaris, dengan kata lain bahwa
carakan mengenai pembagian harta bersama. Jika
ahli waris haruslah keturunan pewaris.
ternyata rapat itu memutuskan bahwa suami yang
Selain prinsip umum, juga dikenal adanya
bersalah, maka istri akan mendapatkan bagian lebih
prinsip khusus yaitu untuk menjadi ahli waris tidak
besar dari harta bersama, begitu pula sebaliknya
hanya mempunyai hubungan darah, tetapi juga harus
apabila ternyata istri yang bersalah, maka suami
satu klan dengan pewaris.
akan mendapatkan bagian lebih besar daripada istrinya.
Pada masyarakat Batak yang merupakan masyarakat ber-klan, menganut kedua prinsip
Tetapi apabila putusnya perkawinan dise-
tersebut. Dimana untuk tampil mewaris, seseorang
babkan oleh kematian, maka timbullah persoalan
harus mempunyai hubungan darah dengan pewaris
waris dan pemeliharaan atas anak. Apabila yang
dan harus satu klan dengan pewaris. Sehingga
meninggal adalah seorang suami, maka sangat tepat
masyarakat ini, yang tampil mewaris adalah anak
jika ibu (janda) yang melanjutkan pemeliharaan
laki-laki. Hal ini disebabkan anak laki-laki merupa-
terhadap anak yang masihdibawah umur dan
kan penerus keturunan atau mempertahankan klan
menguasai harta kekayaan sianak yang diperoleh
ayah dan keluarga ayah.
sebagai warisan dari ayahnya yang telah meninggal dunia.
Sehubungan dengan hal ini, apabila yang meninggal adalah suami, maka sudah jelas bahwa
Tetapi dalam hal ini, janda hanya diberikan
janda tidak dapat tampil sebagai ahli waris untuk
hak untuk menguasai dan menikmati harta (bukan
mewarisi harta peninggalan almarhum suaminya,
memiliki), dan kelak pada saatnya nanti, harta itu
karena janda tidak mempunyai hubungan darah dan
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
154
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
juga tidak satu klan dengan almarhum suaminya,
mempunyai hak untuk menikmati seluruh harta
melainkan satu klan dengan keluarga asalnya.
pencaharian dan harta-harta lain yang dibawa oleh
Tetapi dengan dilakukannya perkawinan jujur,
suami-istri kedalam perkawinan, selama janda itu
maka ia telah keluar dari klan keluarga asalnya.
tidak kawin lagi dan masih tetap tinggal dalam
Sehingga dapat dikatakan bahwa janda bukanlah
keluarga almarhum suaminya. Tetapi biasanya,
ahli waris dari almarhum suaminya.
seorang janda apabila mempunyai seorang anak
Selain prinsip kewarisan, maka harus diper-
laki-laki yang telah kawin, maka kewajiban anak itu
hatikan juga mengenai sistem kewarisan. Didalam
untuk membelanjai dan memelihara janda tersebut.
hukum adat dikenal adanya 3 sistem kewarisan,
Apabila terjadi pembagian warisan dan anak laki-
yaitu:
lakinya tidak mungkin untuk membelanjai atau
1. individual
memelihara janda tersebut, maka sebagian dari harta
2. kolektif
alamrhum suaminya itu harus ditinggalkan dan
3. mayorat
diserahkan kepada janda tersebut untuk bekal
Masyarakat Batak menganut sistem kewa-
hidupnya. Seandainya janda tersebut meninggal
risan individual, dimana dalam sistem ini harta
dunia, maka harta tersebut dibagi lagi oleh para ahli
peninggalan akan dibagi kepada ahli waris sesuai
waris atau apabila sebelumnya, telah ditentukan
dengan bagian masing-masing. Tetapi tentu saja
untuk dikuasai janda tersebut, maka ahli waris
hanya anak laki-laki yang berhak mendapatkan
tersebut baru dapat menguasai bagian itu, apabila
bagian dari harta peninggalan tersebut. Jika ternyata
janda telah meninggal, para ahli waris tidak berhak
didalam keluarga itu tidak memiliki anak laki-laki,
mengganggu hak janda.
maka harta warisan jatuh kepada saudara laki-laki
Hak menikmati ini terbatas hanya pada hal-
pewaris, yang dalam bahasa Batak dikenal dengan
hal yang perlu dan layak untuk penghidupan janda.
istilah ”manean” atau ”tean-teanan”, saudara laki-
Tetapi untuk menjual barang-barang yang meru-
laki
atau
pakan harta peninggalan almarhum suami, harus
”manean”. Apabila saudara laki-laki dari pewaris
mendapat persetujuan dari keluarga dekat/ahli waris
tidak ada, maka harta warisan jatuh kepada keluarga
lainnya.
inilah
yang
dinamakan
”panean”
dekat pewaris, yang ditarik menurut garis ayah. Jadi, jelaslah bahwa jika kedudukan janda dikaitkan dengan sistem kewarisan dan prinsip
Menurut hukum adat Batak Karo, janda bukan ahli waris terhadap harta peninggalan suami, tetapi janda hanya berfungsi sebagai:
kewarisan, maka dapat dikatakan bahwa janda tidak
1. Pengawas atau pemelihara harta peninggalan,
dapat mewarisi harta peninggalan suaminya, karena
menggantikan kedudukan suami yang telah
janda bukanlah ahli waris dari almarhum suaminya.
meninggal guna menjaga kepentingan ahli waris.
c)
Kedudukan
Janda
Terhadap
Harta
Peninggalan Suami Seorang
janda
2. Selama janda masih hidup, maka berhak menguasai dan menikmati harta-harta tersebut
didalam
masyarakat
patrilineal di Batak, setelah wafatnya suami, 155
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
serta berhak atas hasil dan keuntungan yang
menikmati tanah-tanah tinggalan suaminya itu,
timbul dari usaha itu.
selama harta itu diperlukan buat penghidupannya.
3. Sifat pengawasan dan penikmatan tadi tidak
Apabila janda dalam sistem patrilineal
boleh mengurangi atau memisahkan maupun
bukan merupakan ahli waris dari suami tetapi
menjual harta-harta tersebut. Penjualan hanya
merupakan penghubung atau jembatan pewarisan
dapat dilakukan jika telah mendapat persetujuan
dari ayah kepada anak-anaknya yang lelaki, maka
ahli waris lainnya. (Soerjono Soekanto dan
begitu juga sebenarnya suami bukan waris dari
Yusuf Usman, 1986)
istrinya yang wafat karena menurut alam fikiran
Akan
tetapi
perlu
diingat,
bahwa
dalam sistem kekerabatan ini istri adalah milik
pengawasan dan penikmatan itu akan hilang dengan
suami, apalagi harta bawaan dan harta pencaharian
sendirinya, apabila janda itu telah keluar dari
yang selama perkawinan merupakan satu kesatuan
keluarga almarhum suaminya atau janda tersebut
yang tidak terpisah dan tidak terbagi-bagi kedudu-
melakukan perkawinan dengan laki-laki lain diluar
kannya. (Hilman Hadikusuma, 2003)
kerabat almarhum suaminya.
Dari harta peninggalan suaminya, istri tidak mendapat bagian sebagai waris, melainkan hak
Bagian-Bagian Janda Dalam Waris Adat
menarik penghasilan dari harta tersebut seumur
Janda di daerah Batak dalam bentuk perka-
hidup, jika perlu. Untuk nafkah itu, istri (janda)
winan memakai jujur setelah wafat suaminya tetap
dapat pula diberi bagian yang layak sekaligus dari
berkedudukan ditempat kerabat suami, ia tetap ber-
harta peninggalan suaminya, hal mana sering terjadi
hak menikmati harta kekayaan yang ditinggalkan
apabila anak-anaknya semua sudah dewasa dan
suami, walaupun ia bukan waris dari suaminya.
mentas serta mencar (tidak serumah lagi). Janda
Di tanah Batak janda bukan waris dari
berhak mandapat nafkah seterusnya, sehingga untuk
suaminya, tetapi mereka selama hidupnya berhak
keperluan itu kadang-kadang harta peninggalan
pakai atas harta suami dalam batas kebutuhan
dibiarkan padanya tak dibagi-bagi, termasuk juga
penghidupannya. Hal mana dapat dilihat dari bebe-
barang asal suaminya.
rapa Keputusan Pengadilan sebagai berikut: Menurut Keputusan Pengadilan Negeri
Kesimpulan
Tapanuli Selatan tanggal 12 Desember 1953
Kedudukan janda dalam hukum waris adat
No.81/1953/SHP.Ps, dikatakan bahwa menurut
Batak menurut kaidah adat masyarakat Batak, tidak
hukum adat di daerah Batak seorang janda
memberi peluang kepada janda untuk mewarisi
perempuan tidak dapat mewaris tanah-tanah ting-
harta peninggalan suaminya. Meskipun masyarakat
galan suaminya. Kemudian Keputusan Pengadilan
Batak menganut sistem kewarisan individual, dima-
Tinggi Medan tanggal 23 April 1957 No.50/1954
na dalam sistem ini harta peninggalan akan dibagi
dikatakan, menurut hukum adat Batak seorang janda
kepada ahli waris sesuai dengan bagian masing-
perempuan tidak dapat mewaris tanah-tanah ting-
masing, tetapi hanya anak laki-laki yang berhak
galan suaminya, tetapi dapat menuntut agar tetap
mendapatkan bagian dari harta peninggalan tersebut.
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
156
Kedudukan Janda dalam Hukum Waris Adat
Jika ternyata didalam keluarga itu tidak memiliki
I Gede A.B Wiranata, “Hukum Adat Indonesia
anak laki-laki, maka harta warisan jatuh kepada
Perkembangannya dari Masa ke Masa”, PT.
saudara laki-laki pewaris, yang dalam bahasa Batak
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.
dikenal dengan istilah ”manean” atau ”tean-
Iman Sudiyat, “Hukum Adat Sketsa Asas”, Cet, 2,
teanan”, saudara laki-laki inilah yang dinamakan
Liberty, Yogyakarta, 1981.
”panean” atau ”manean”. Apabila saudara laki-laki
Koentjaraningrat, “Manusia dan Kebudayaan di
dari pewaris tidak ada, maka harta warisan jatuh
Indonesia”, Cet. 4, Djambatan, Jakarta,
kepada keluarga dekat pewaris, yang ditarik menú-
1979.
rut garis ayah. Jadi, jelaslah bahwa jika kedudukan
M. Yahya Harahap, “Kedudukan Janda, Duda dan
janda dikaitkan dengan sistem kewarisan dan prin-
Anak Angkat Dalam Hukum Adat”, Cet. 1,
sip kewarisan, maka dapat dikatakan bahwa janda
Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1993.
tidak dapat mewarisi harta peninggalan suaminya, karena janda bukanlah ahli waris dari
Muhammad Busar, “Pokok-Pokok Hukum Adat”, Cet.3, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985. Oemarsalim,
almarhum suaminya Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh janda untuk dapat menerima hak waris dalam hukum adat Batak adalah menuntut ke Pengadilan Negeri. Hal ini dimungkinkan mengingat telah ada
“Dasar-Dasar
Hukum
Waris
di
Indonesia”, Cet. 3, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000. R Wirjono Prodjodikoro, “Hukum Warisan di Indonesia”, Cet,5, Sumur, Bandung, 1976.
Yurisprudensi mengenai hal ini yang mengatakan
R, Soepomo, “Bab-Bab Tentang Hukum Adat”,
bahwa memang menurut hukum adat di daerah
Cet,16, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
Batak seorang janda perempuan tidak dapat
2003.
mewaris tanah-tanah tinggalan suaminya namun
Soerjono Soekanto, Yusuf Usman, “Kedudukan
Keputusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 23
Janda Dalam Hukum Waris Adat”, Cet. 1,
April 1957 No.50/1954 memutuskan seorang janda
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.
perempuan dapat menuntut agar tetap menikmati
Soerjono Soekanto, “Hukum Adat Indonesia”,
tanah-tanah tinggalan suaminya itu, selama harta itu
Cet,2, PT. RajaGrafindoPersada, Jakarta,
diperlukan buat penghidupannya.
1983. Soerojo Wignjodipuro, “Pengantar dan Asas-Asas
Daftar Pustaka
Hukum Adat”, Cet. 8, Haji Mas Agung,
Busar Muhammad, “Pokok-Pokok Hukum Adat”,.
Jakarta, 1989.
Cet.5, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991. H. Hadikusuma Hilman, “Hukum Waris Adat”, Cet,7, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
157
-----------, “Pengantar dan Asas-Asas hukum Adat”, Alumni, Bandung, 1973. Wirjono
Prodjodikoro,
“Hukum
Warisan
di
Indonesia”, Cet. 5, Sumur, Bandung, 1976.
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007