Hukum dan Kode Etik Jurnalistik tomi febriyanto
Dosen Pengampu ü ü ü ü ü ü
tomi febriyanto
[email protected] https://www.facebook.com/tomifebriyanto @decibeljunkie +628156869020, +6281326351050 2b51a06e
Buku referensi Buku Referensi: ü Bartens, K (2005). Etika. Jakarta, Gramedia ü Haryatmoko (2019). Etika Komunikasi. Yogyakarta, Kanisius ü Suseno, Franz Magnis (2010). 12 Tokoh Etika. Yogyakarta, Kanisius ü Limburg, Val E (1995).Electronic Media Ethics ü UU No.32 tahun 2002 ttg Penyiaran ü UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers ü Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ü Dewan Periklanan Indonesia (2005). Etika Pariwara Indonesia. Jakarta, DPI ü Dan lain-lain.
Mekanisme dan Desain Perkuliahan ü Kuliah dirancang untuk 12-14 kali pertemuan; ü Mahasiswa wajib hadir minimal 76% dari total pertemuan dengan dosen pengampu; atau Absen (tidak masuk tanpa ijin) maksimal 3x. ü Toleransi untuk keterlambatan kuliah adalah 15 menit atau sesuai kontrak belajar dan berlaku dua arah. ü Untuk efisiensi dan menumbuhkan iklim akademis, mahasiswa sangat dianjurkan untuk memiliki minimal satu buku referensi perkuliahan. ü Tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi (dalam bentuk apapun) selama kelas berlangsung. ü Nilai akhir ditentukan oleh keaktifan dalam perkuliahan, tugas tertulis selama perkuliahan, UTS, dan UAS.
Materi Perkuliahan ü Asal-usul, konsep, dan ruang lingkup hukum dan etika jurnalistik. ü Pengertian, landasan filosofis etika, dan hukum ü Pengertian Etik dan Kode Etik Jurnalistik. ü Prinsip Kode Etik Jurnalistik ü Perkembangan Pemberitaan Media Massa ü Pemberitaan Media Massa Paska Reformasi ü Regulasi Penyiaran dan/atau Televisi ü Keberpihakan Media Massa ü Etika Media Online ü Ragam Lembaga Penyiaran ü Fenomena Koran Kuning ü Digitalisasi Penyiaran
Memahami Etika dalam Komunikasi Bahan Kuliah Hukum dan Etika Jurnalistik
Filsafat sebagai Awal Mula • ”Filsafat seperti yang aku pahami dan hidupi selama ini, adalah sebuah kehidupan sukarela di puncak gunung es di pegunungan yang tinggi. Sesuatu yang terasing oleh moralitas dan dapat dipertanyakan eksistensinya” (Friederich Nietszche, Ecce Homo)
Beberapa Contoh Kasus Etika • Beredarnya video mesum YZ dan ME, atau yang lebih mutakhir A dan LM • Band heavy metal papan atas Megadeth, harus membatalkan konser World Needs A Hero yang mereka lakoni di tahun 2001 di Malaysia karena pemerintahan setempat menganggap musik yang mereka bawakan tidak sesuai etika bangsa • Red Hot Chili Peppers juga pernah menunai kritik berkaitan etika saat mereka manggung di Lollapolaza, sebuah festival musik metal di Amerika, di awal dekade 1990-an karena tampil nyaris bugil dengan hanya memakai kaus kaki untuk menutupi bagian vital para anggota band paling panas ini. • Perselingkuhan kapten Timnas Inggris John Terry, yang menyebabkan ban kapten yang disandangnya dicopot oleh Fabio Capello, dengan alasan perilaku yang melanggar etika (Republika 7 Februari 2010)
Beberapa Contoh Kasus Etika yang menjadi kasus hukum di Indonesia • Anggota band Koes Plus di masa pemerintahan Soekarno, karena alasan pemerintah pada saat itu adalah bahwa musik ngak ngik ngok ala Beatles yang dibawakan oleh Koes Plus dianggap tidak sesuai dengan budaya dan etika bangsa Indonesia. • Lagu Dangdut Mobil Goyang dilarang KPID Jateng. • Sumanto makan katak hidup dalam acara Empat Mata • KPI Pusat memperingatkan Anteve dalam berita tentang LSI vs LPI
Beberapa Contoh Kasus Etika • Dalam komunikasi antarpribadi, kata ”etika” juga acapkali muncul dalam wacana publik dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebuah contoh kongkret adalah dalam sistem komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan anak. Jika orang tua mengajak anaknya makan, maka kalimat yang terucap adalah, ”Ayo, maem !”. Sedangkan jika anak yang mengajak makan, maka kalimat yang terucap adalah ”Monggo, dhahar !”. Kedua kalimat ini memiliki padanan yang sama dalam Bahasa Indonesia yaitu ”Mari makan !”. Kedua kalimat pendek dalam Bahasa Jawa tersebut tidak dapat dipertukarkan, karena jika dipertukarkan akan dianggap tidak beretika atau dalam Bahasa Jawa dianggap ora nduweni unggah-ungguh.
Beberapa Contoh Kasus Etika • Ternyata dalam Bahasa Inggris, hal yang sepadan juga ada. Untuk memberi penghormatan terhadap orang yang lebih tua, kita sebaiknya menggunakan kalimat, ”Would you mind having a lunch, please !”, bukan ”Let’s have a lunch, please !”.
Beberapa Contoh Kasus Etika • Etika dapat menumpahkan darah dan nyawa manusia. Sebuah tindakan dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara utusan pemerintah kolonial Belanda dan penguasa Madura bisa menjadi contoh menarik. Alkisah utusan pemerintah kolonial datang ke Pulau Madura membawa surat dari gubernur jendral Hindia Belanda. • Sebagai bentuk penghormatan kepada sang raja, utusan tersebut mencium tangan raja dan permasurinya sebagaimana kebiasaan di Eropa. Sontak sang raja marah melihat tangan istrinya dicium karena tindakan tersebut dianggap tidak beretika dan dimulailah perang antara Madura dan Belanda.
Apa itu Etika? • Kata ”etika” berasal dari Bahasa Yunani Kuno yaitu ethos, yang dalam bentuk jamak berubah menjadi ta etha, yang berarti adat istiadat. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya studi mengenai etika yang diawali oleh Aristoteles (384-322 SM). Sehingga jika kita mengartikan etika hanya dari sisi etimologis, maka definisi yang mencuat atas kata ”etika” adalah ilmu tentang adat kebiasaan.
Apa itu Etika? " Berkaitan dengan perilaku, karakter, dan nilainilai manusia. " Studi mengenai benar dan salah, serta pemisahan antara baik dan buruk. " Problema yang muncul dalam etika karena kita seringkali kesulitan dalam mengetahui dengan pasti apa yang benar untuk dilakukan.
• Kata yang berdekatan dengan kata ”etika” adalah kata ”moral” yang juga berasal dari Bahasa Yunani Kuno yaitu mos yang dalam bentuk jamak berubah bunyi menjadi mores. Arti dari kata ini adalah kebiasaan, adat. Wajar jika kedua kata ini sering berdampingan dalam penggunaannya, karena memang secara etimologis keduanya memiliki makna yang serupa.
Tiga Definisi Etika • Kata ”etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai dan normanorma moral yang menjadi pegangan moral bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. • ”Etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang sering disebut sebagai kode etik, seperti Kode Etik Periklanan Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, Kode Etik Jurnalistik yang berasal dari berbagai organisasi jurnalis, Kode Etik Kehumasan, Kode Etik Penyiaran dan sebagainya. • Kata ”etika” dapat berarti pula sebagai ilmu yang mempelajari mengenai hal yang baik dan buruk di masyarakat. Etika baru menjadi ilmu jika kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat, baik yang disadari maupun tidak disadari, menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Dalam arti yang terakhir ini, etika sama maksudnya dengan filsafat moral (Bertens, 2005:6).
Etika beda dengan Etiket • Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata ”etika” adalah kata ”etiket”. Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan mudahnya dicampuradukan, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Etika di sini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya berkaitan dengan sopan santun. Perbedaan diantara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Tiga Pendekatan dalam Etika
Etika Deskriptif •
Etika deskriptif sebagai sebuah pendekatan dalam etika berusaha melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang mana yang baik dan mana yang buruk, tindakan apa yang diperbolehkan dan tindakan yang dilarang. Etika deskriptif lebih menekankan pada usaha untuk mempelajari mengenai moralitas yang terdapat dalam individu-individu tertentu, dalam kebudayaankebudayaan serta subkultur-subkultur (subcultures) tertentu dalam periode sejaran tertentu pula. Sesuai kata ”deskriptif” yang melekat pada istilah etika deskriptif, maka pendekatan pada bidang etika ini hanya memberi gambaran atau melukiskan semata tanpa memberi penilaian. Misalnya, etika deskriptif yang menggambarkan mengenai adat mengayau kepala manusia pada masyarakat yang ada di suku-suku pedalaman, tanpa memberi penilaian apakah adat seperti itu harus diterima atau ditolak.
Etika Normatif •
Etika normatif terbagi dalam dua ranah kajian yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mengkaji tema-tema umum dalam etika seperti : Apa itu norma etis ? Jika banyak norma etis, bagaimana relasinya dengan kita sebagai manusia ?. Sedangkan etika khusus lebih mengkaji tema yang berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip etis yang umum dengan perilaku manusia. Dengan redaksional yang lain, dalam etika khusus itu prinsip normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada kesimpulan etis yang bersifat normatif juga. Dewasa ini etika khusus acapkali disebut dalam terminologi etika terapan (applied ethics) (Bertens, 2005:19).
Etika Normatif •
Untuk itu, dalam etika normatif perlu argumentasiargumentasi mengenai mengapa suatu perbuatan dianggap baik atau buruk dan mengapa anggapan moral tersebut dianggap benar atau salah. Pada akhirnya, argumentasi-argumentasi yang dikemukakan akan mencapai norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Lebih ringkasnya, etika normatif dapat disimpulkan sebagai cabang etika yang bertujuan untuk merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dapat digunakan dalam praktek.
Metaetika •
•
Kata ”meta” dalam Bahasa Yunani berarti melebihi atau melampaui. Terminologi ini menunjukan bahwa yang dibahas di sini bukanlan moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika sendiri oleh para filsuf dimasukan dalam filsafat analitis, suatu aliran penting dalam filsafat yang berkembang pesat di abad 20 M dengan dipelopori oleh George Moore, seorang filsuf dari Inggris (Bertens, 2005:19).
Metaetika •
Jika etika normatif hanya mempelajari mengenai perilaku moral dan memberi penilaian, maka metaetika lebih menekankan pada refleksi mengenai terminologi dan bahasa yang kita gunakan saat berargumentasi.
Bahan Diskusi • • • • •
•
Mengapa sebagai mahasiswa komunikasi, kita perlu belajar etika ? Berilah contoh yang dapat semakin memperjelas perbedaan etika dengan etiket ? Bagaimana etika deskriptif memandang kasus video porno Ariel ”Peterpan” dengan Luna Maya ? Bagaimana etika normatif menilai penerbitan majalah Playboy ? Etika terapan atau etika khusus apa saja di Indonesia yang banyak berkaitan dengan ranah komunikasi sebagai sebuah praktek ? Berilah contoh kongkret ! Mengapa perlu hukum untuk memperkuat etika.