Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (Presenter Tv One keceplosan bilang “Golkar-nya gak usah di sebut” saat breaking news)
Oleh : Putu Dea Chessa Lana Sari 201311018
Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Jl. Nusa Indah, Denpasar, Bali. Kode Pos, 80235. Indonesia
Abstrak
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui media massa yang semakin banyak berkembang memungkinkan informasi menyebar dengan mudah di masyarakat. Informasi dalam bentuk apapun dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya suatu bangsa. Arus informasi yang cepat menyebabkan kita tidak mampu untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.
i
DAFTAR ISI HAL ABSTRAK .................................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 3 1.3 TUJUAN ................................................................................................................ 3 1.4 METODE PENGUMPULAN DATA................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 KODE ETIK JURNALISTIK ................................................................................. 4
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................... 6 3.2 SARAN .................................................................................................................. 6 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Secara etimologis, kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), atau presse (prancis), berasal dari bahasa latin, perssare dari kata premere, yang berarti “Tekan” atau “Cetak”, definisi terminologisnya adalah “media massa cetak” atau “media cetak”. Media massa, menurut Gamle & Gamle adalah bagian komunikasi antara manusia (human communication), dalam arti, media merupakan saluran atau sarana untuk memperluas dan memperjauh jangkauan proses penyampaian pesan antar manusia. Dalam UU pers no 40 tahun 1999, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Fungsi Pers , Pers sebagai “watchdog” yaitu mata dan telinga, pemberi isyarat, pemberi tanda-tanda dini, pembentuk opini atau pendapat, dan mengarah agenda masa depan. Pada pasal 3 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers, disebutkan bahwa fungsi pers adalah sebagai berikit: 1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. 2) Disamping fungsi-fungsi tersebut, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan aturan mengenai perilaku dan pertimbangan moral yang harus dianut dan ditaati oleh media pers dalam siarannya. Kode Etik Jurnalistik pertama kali dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) yang antara lain : 1. Berita diperoleh dengan cara jujur 2. Meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum disiarkan (check dan recheck). 3. Sebisanya membedakan yang nyata (fact) dan pendapat (opinion) 4. Menghargai dan melindungi kedudukan sumber yang tidak mau disebut namanya. 5. Tidak memberitakan berita yang diberikan secara off the record (four eyes only) 6. Dengan jujur menyebutkan sumber dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu surat kabar atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi
1
Untuk menjadi pembawa acara tv yang baik diperlukan kepribadian yang tepat. Beberapa prasyarat untuk menjadi presenter tv yang baik, yakni: • • • • •
Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat. Keramahan yang tidak berlebihan. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar. Memiliki wibawa yang cukup mantap.
2
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah kesalahan pengucapan kata saat live melanggar kode etik?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui dan mengerti apa yang dimaksud dengan Kode Etik Jurnalistik, apa yang terkandung di dalamnya dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan jurnalistik nantinya.
1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dalam siaran berita breaking news Tv One kasus KPK tangkap tangan pejabat negara , presenter stand up camera sempat mengatakan “golkar-nya gak usah disebut”. Secara tidak langsung pers membuat pencitraan terhadap partai golkar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan aturan mengenai perilaku dan pertimbangan moral yang harus dianut dan ditaati oleh media pers dalam siarannya. Kode Etik Jurnalistik pertama kali dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Ketika Indonesia memasuki ere reformasi dengn berakhirnya rezim orde baru, organisasi wartawan yang awalnya tunggal yakni hanya PWI, menjadi banyak. Maka KEJ pun hanya berlaku bagi wartawan anggota dari PWI. Namun demikian, organisasi jurnalistik lainnya pun merasa akan pentingnya kode etik jurnalistik. Pada tanggal 6 Agustus 1999, sebanyak 24 dari 26 organisasi wartawan berkumpul di Bandung dan Menandatangani Kode Etiik Wartawan Indonesia (KEWI). Sebagian besar isinya mirip dengan KEJ PWI. KEWI kemudian ditetapkan sebagai Kode Etik yang berlaku bagi seluruh wartawan Indonesia. Penetapan dilakukan dewan pers sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 juni tahun 2000. Penerapak kode etik itu juga menjamin tegakknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak – hak masyarakat. Kode Etik harus menjadi sebagai landasan moral atau etika profesi yang bisa jadi pedoman profesionalitas wartawan. Pengawasan dan penetapan sanksi ata pelanggaran Kode Etik tersebut sepenuhnya diserahkan kepada jajarn pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu. Dalam Siaran berita Breaking news Tv One dengan kasus KPK kembali melakukan operasi tangkap tangan dugaan korupsi rabu malam, KPK menangkap pejabar setingkat mentri. Presenter stand up camera yang melaporkan dari gedung KPK kuningan jakarta selatan, penangkapan yang dilakukan di kawasan perumahan meteri di widya candra. Presenter juga menyebutkan ada satu perempuan dan satu pejabat atau anggota komisi DPR beliau sempat memberikan keterangan kepada wartawan dan ada 2 orang yang tertangkap presenter berjanji akan memberikan identitas dan kasus apa yang terlibat terhadap dua orang tersebut. Saat presenter menyiarkan gambar situasi kejadian ternyata terekam audio sang presenter stand up camera sedang berdiskusi untuk melaporkan kajadian selanjutnya dan terdengar sang presenter mengatakan “Golkar-nya gak usah di sebut” itu merupakan pelanggaran kode etik.
4
Pasal yang dilanggar dalam Breaking News Tv One live adalah Cara Pemberitaan, Pasal 5 Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, jujur dan berimbang, jurnalis televisi Indonesia: a. Selalu mengevakuasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutarbalikkan fakta, fitnah, cabul, dan sadis b. Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yang menyesatkan pemirsa. c. Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita. d. Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan dengan masalah SARA. e. Menyatakan secara jelas berita-berita yang bersifat fakta, analisis, komentar, dan opini. f.
Tidak mencampur-adukkan berita dengan advertorial.
g. Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap pemberitaan yang tidak akurat, dan memberikan kesempatan hak jawab secara proposional bagi pihak yang dirugikan. h. Menyajikan berita dengan menggunakan bahasa dan gambar yang santun dan patut, serta tidak melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.
i. Menghormati embargo dan off the record Dalam berita breaking news presenter melakukan pencitraan terhadap partai golkar dengan menyebutkan “golkar-nya tidak usah di sebutkan” Sumber Berita Pasal 13 • Jurnalis televisi Indonesia memperhatikan kredibilitas dan kompetensi sumber berita Tv one tidak berakredibilitas karena tidak profesional dalam menyiarkan berita
5
BAB III PENUTUPAN 3.1 Kesimpulan Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran, apa dan bagaimana seharusnya wartawan sebagai pers atau media massa belum merealisasikan sebagaimana yang diharapkan. Terlebih lagi jika sampai membuat pencitraan dalam suatu pemberitaan, kemudian disajikan kepada khayalak ramai, itu sangat melanggar aturan-aturan yang ada pada kode etik jurnalistik Kebebasan pers yang banyak didengungkan, sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik jurnalistik, tetapi terdapat aturan lain yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang seharusnya.
3.2 Saran Perusahaan media massa perlu lebih serius dalam memperhatikan aspek hak asasi manusia dalam proses pemberian informasi dan tidak hanya mementingkan dari segi keuntungannya saja.
6
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Saat pelaporan oleh stand up camera di lokasi
Saat presenter stand up camera membicarakan “golkar-nya gak usah disebut
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pers_Indonesia http://mkholilblog.blogspot.com/2012/08/pengertian-fungsi-dan-peran-serta.html http://ekaputrinovianti.wordpress.com/2012/10/23/undang-undang-kode-etik-jurnalistik/ http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/kode-etik-jurnalistik/