PEMAHAMAN REDAKTUR BERITASATU.COM TERKAIT KODE ETIK JURNALISTIK Hastuti Viana Putri Jurusan Marketing Communication, School of Communication, Bina Nusantara University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480 Telp. (62-21) 534 5830, email
[email protected] Hastuti Viana Putri, Gayes Mahestu S.Kom.,MM
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah diharapkan untuk mengetahui bagaimana pemahaman redaktur BeritaSatu.com terkait Kode Etik Jurnalistik dan untuk mengetahui kendala apa yang sering terjadi terkait Kode Etik Jurnalistik. Pada penelitian ini metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di mana peneliti melakukan wawancara semiterstruktur untuk mendapatkan informasi atau data yang valid. Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah redaktur dari Beritasatu.com dengan menggunakan validasi data triangulasi sumber. Hasil yang dicapai dari penelitian ini menunjukan bahwa redaktur BeritaSatu.com memahami Kode Etik Jurnalistik. Hal ini terlihat dari redaktur BeritaSatu.com yang dapat memberikan penjelasan terkait pasal Kode Etik Jurnalistik sesuai dengan penafsiran yang sudah ditetapkan dan dari pemahamannya masing-masing. Kemudian kendala yang sering terjadi terkait dengan Kode Etik Jurnalistik adalah seringnya terjadi pelanggaran terkait Pasal 1 tentang independensi karena adanya intervensi pihak tertentu dan ketidakseimbangan berita karena mengabaikan prinsip cover both sides serta Pasal 6 terkait penyalahgunaan profesi dalam bentuk suap ataupun memeras. (HVP) Kata kunci: Beritasatu.com, Kode Etik Jurnalistik, Redaktur, Pemahaman.
ABSTRACT
The purpose of this research is to describe comprehension of the editors of BeritaSatu.com towards Journalism Code Of Ethics and to know what are the common problems towards Journalism Code of Ethics. The methodology that was used in this research was qualitative with case study methods where the observer used semi-structured interview in order to get enough valid data or information. On this research, the observer interviewed the editors of Beritasatu.com using data triangulation with aim the data validity. The result of this research shows that journalist of BeritaSatu.com can give appropriate explanation towards Journalism Code Of Ethics by using their own comprehension. Regarding the most common problems towards Journalism Code Of Ethics, there are still violations that are happening in every day’s life. Those violations are related to article number 1 which is independency, news’ imbalance because lack of covering both sides and 1
article number 6 which is profession misuse such as bribing and blackmailing. Keywords: Beritasatu.com, Comprehension, Code Of Ethics, Editors.
PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menyebabkan terjadinya perubahan era dari manual ke digital, hal ini juga terjadi pada media massa. Informasi yang semula disajikan melalui media cetak atau elektronik kini juga beralih ke media online. Kehadiran media online membantu masyarakat untuk mengakses informasi dari manapun dengan biaya yang tidak mahal dan bisa didapat kapan saja selama mereka memiliki koneksi pada internet. Hal ini menjadikan media online lambat laun mulai mengalahkan eksistensi media konvensional dan menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Media online itu sendiri merupakan media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia atau biasa disebut dengan istilah lain yaitu media siber. Kehadiran media online pun memunculkan generasi baru dalam jurnalisme yaitu jurnalisme online. Sekalipun belum lama kehadirannya dibandingkan dengan media massa lainnya, namun media online tergolong memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Beradasarkan buku Jurnalistik Suatu Pengantar (Suryawati, 2014), disebutkan bahwa salah satu keunggulan media online adalah bersifat real time yang berarti bahwa informasi yang sedang terjadi dapat disajikan secara langsung tanpa harus memakan waktu yang lama. Karena hal tersebutlah yang mendasari keunggulan media online dalam proses pencarian berita hingga berita tersebut sampai kepada publik. Namun karena proses bekerja redaksi di sebuah media online yang singkat, kemajuan serta perkembangan pola kerja redaksi kian menggeser perubahan nilai-nilai moral dan etika redaksi dalam melakukan tugasnya. Dari data Laporan Dewan Pers Periode 2010 - 2013, pada tahun 2012 pengaduan langsung yang diterima oleh Dewan Pers cukup tinggi yaitu sebanyak 470 pengaduan. Dari jumlah pengaduan tersebut, pengaduan terhadap media online sebanyak 90 pengaduan. Kemudian dilanjutkan dengan data Dewan Pers bahwa sebanyak 86 persen dari pengaduan tersebut adalah pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Dari data Dewan Pers selanjutnya, meski pengaduan atas media cetak lebih banyak dibanding pengaduan atas media online, namun justru pengaduan terkait pemberitaan media online meningkat dibanding tahun sebelumnya. Menurut catatan dewan pers, sepanjang tahun 2010 hingga 2011 kenaikan pengaduan terbanyak dialami oleh media online 13 persen dibandingkan dengan media elektronik yang hanya mengalami kenaikan 2 persen dan media cetak justru mengalami penururan pengaduan sebanyak 14 persen. Berbicara masalah etika khususnya dalam aktivitas jurnalistik, ada berbagai aturan keprofesian sudah disepakati dan harus ditaati oleh pihak yang berkecimpung di dalamnya. Aturan tersebut sudah dituliskan atas persetujuan organisasi kewartawawan yang di mana salah satunya adalah Kode Etik Jurnalistik. Seorang yang terlibat di sebuah media massa selain harus menaati aturan internal perusahaan tempatnya bekerja juga harus menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai pedoman dalam bekerja. Secara fungsinya Kode Etik Jurnalistik adalah penentu dan pengawalan pekerja di media massa dalam hal ini media online, serta memberi arah tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga berita yang disajikan memiliki kualitas, kapabilitas dan kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan dari audience. Kode etik jurnalistik tersebut tidak hanya dilakukan oleh seorang reporter saat di lapangan, namun juga harus ditaati oleh tim redaksional sebuah media massa. Salah satu elemen komunikasi massa yang disebutkan dalam Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin, 2011), adalah gatekeeper. Dalam organisasi media massa dimana pun mempunyai sejumlah gatekeeper yang memiliki kewenangan memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan, mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Dalam hal inilah seorang redaktur atau editor yang biasa melaksanakan fungsi gatekeeping. Gatekeeper sangatlah penting peranannya, karena apabila tidak adanya gatekeeper maka bahan-bahan, peristiwa, atau data secara mentah dan disiarkan kepada masyarakat melalui media massa. Disinilah gatekeeper berfungsi sebagai pemilahan, pemilihan, dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Melalui berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat luas, redaksi memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi, mengubah perilaku dan menggerakkan masyarakat dengan cara memilah berita berita yang akan disajikan kepada masyarakat, dalam hal ini melalui media online. Oleh karena itu setiap redaktur ataupun editor yang berfungsi sebagai gatekeeper dalam sebuah media massa harus melandasi pekerjaannya dengan hal yang paling mendasar
2
yaitu memahami kaidah Kode Etik Jurnalistik supaya mereka tetap dapat menyajikan informasi yang bermutu dan mendidik masyarakat. BeritaSatu.com merupakan situs berita yang sedang berkembang pesat di bawah BeritaSatu Media Holdings dengan menyediakan berita melalui internet dan dapat diakses tanpa ada batasan waktu. Perkembangan pesat ini ditandai data yang didapat melalui situs alexa.com, BeritaSatu.com mengalami kenaikan sebanyak 3320 peringkat di tingkat global. Pada Tahun 2011, di Indonesia sendiri BeritaSatu.com menduduki peringkat ke 6004 dan pada tahun 2015 menduduki peringkat 133. Walaupun baru beroperasi selama empat tahun dibandingkan dengan situs berita lainnya, namun BeritaSatu.com telah mengalami kenaikan lebih dari 1000% dalam jumlah pengunjung. Hal itu menandakan bahwa situs Beritasatu.com telah sukses mendapatkan perhatian oleh masyarakat. Dalam situs BeritaSatu.com menjelaskan bahwa mereka memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan. Setiap media yang berada di bawah BeritaSatu Media Holdings salah satunya, Beritasatu.com menyatakan bahwa jurnalisme yang mereka terapkan adalah jurnalisme positif, yakni adalah aktivitas jurnalistik yang dijalankan dengan baik dan benar sesuai kaidah jurnalistik dan asas kemanusiaan agar berita juga mampu membangitkan optimism dan perilaku positif para pembaca. BeritaSatu Media Holdings menjelaskan bahwa jurnalisme positif muncul sebagai reaksi terhadap jurnalisme negatif, yakni jurnalisme yang menyuguhkan beritaberita tentang peristiwa dan pendapat dari sisi negatif. Dengan menonjolkan sisi positif dan menawarkan alternatif pemecahan, berita dalam jurnalisme positif diharapkan mampu membangkitkan optimisme dan perilaku positif pada diri pembaca. Maka dari itu pentingnya untuk seorang yang berfungsi sebagai gatekeeper di sebuah media massa harus memiliki pemahaman dasar terkait dengan aturan yang sudah disepakat supaya mereka tetap bekerja sesuai dengan aturan dan mengutamakan kepentingan publik. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pemahaman tim redaksional seperti Redaktur Pelaksana, Asisten Redaktur serta Editor BeritaSatu.com terkait dengan pedoman dasar bagi para praktisi jurnalistik yaitu Kode Etik Jurnalistik. Penelitian ini hanya akan meneliti sebatas pemahaman redaktur terhadap konsep Kode Etik Jurnalistik saja.
METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan metodologi kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk membangun atau menjelaskan makna dibalik sebuah realita. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposif, teknik pengumpulan data dilakukan wawancara semiterstruktur, kemudian dilakukan dengan cara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena penelitian ini membutuhkan hal hal yang bersifat detail, intensif dan seksama, yaitu bagaimana pemahaman redaktur terkait kode etik jurnalistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus. Studi kasus dipilih karena pada penelitian ini nantinya peneliti akan mendalami secara rinci tentang sebuah sistem dan pola yang ada pada objek penelitian. Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus karena peneliti akan mendekati seorang kelompok yang bekerja sesuai ruang lingkup penelitan. Penelitian ini terdapat 4 informan yakni satu Redaktur Pelaksana, satu Asisten Redaktur dan empat Editor yang berasal dari tim redaksional Beritasatu.com. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampling dengan tujuan tertentu. Penelitian ini akan menggunakan wawancara semiterstruktur untuk mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan kepada informan untuk menentukan permasalahan secara lebih terbuka di mana informan akan diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam penelitian ini pertanyaan dibuat secara terbuka yang kemudian pendengar akan secara teliti dan mencatat apa dikemukakan oleh narasumber. Analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam proses mencari dan menyusun secara sistemasis diperoleh dari hasil wawancaraadalah pencodingan hasil wawancara. Dalam bukunya Metodologi Penelitian karya Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati menjelaskan bahwa koding data adalah kegiatan peneliti untuk mengelompokkan data dan memberi kode berdasarkan kesamaan data. Teknik koding menurut Straus dan Corbin terdiri open coding, axial coding, selective coding. Keabsahan data melewat sebuah alat ukur yang sah dalam penelitian kualitatif yaitu: Kredibilitas,
3
Transferabilitas, Ketergantungan dan Konfirmabilitas. Dari penjelasan tersebut peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber.
HASIL DAN BAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa pemahaman tentang kode etik jurnalistik tidak lepas dari cara informan memaknai kode etik jurnalistik sebaai landasan profesinya. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah peneliti gabungkan, dapat ditarik secara garis besar bahwa masing-masing informan memiliki pemahaman mengenai kode etik jurnalistik yaitu sebuah aturan atau panduan bagi seorang jurnalis bekerja dan bersifat mengatur jurnalis supaya para jurnalis tetap bekerja sesuai dengan jalur yang benar dan memiliki integritas profesi. Berdasarkan hasil temuan peneliti terhadap keenam informan, hampir seluruh informan tersebut paham setiap pasal dalam Kode Etik Jurnalistik dan menafsirkannya dengan bahasa masing-masing. Terkait dengan Pasal 1 yang menyebutkan tentang independensi, seluruh informan mengatakan bahwa independensi seorang adalah jurnalis tidak boleh memihak dan tidak ada intervensi dari pihak apapun yang membuat kenetralan jurnalis tersebut diragukan. Begitu juga dengan berimbang yang di mana para jurnalis mengedepankan prinsip cover both sides, informan berpendapat bahwa jika ada suatu kasus di mana terkait dengan dua pihak atau lebih maka jurnalis tersebut harus mengulas isu tersebut dari pihak lawan. Hal ini juga bertujuan untuk supaya para pihak yang terkait tidak merasa dirugikan atau disudutkan. Kemudian terkait profesionalisme di Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik informan menjelaskan bahwa terkadang saat bekerja seorang jurnalis dihadapi oleh beberapa masalah terkait dengan kesusahan menghubungi narasumber dan hal tersebut dijadikan jurnalis sebagai kesempatan untuk mencari jalan pintas untuk mendapatkan informasi. Seperti yang diutarakan oleh beberapa informan bahwa bahwa profesionalisme tersebut berarti jurnalis dalam melaksanakan tugas jurnalistik dengan menggunakan caracara tertentu untuk dipertimbangkan dalam peliputan berita selama tidak menyalahi hukum. Sedangkan menurut informan lainnya menjelaskan bahwa sikap professional yang dimaksud adalah hal yang terkait dengan berita yang dihasilkannya. Berita yang dihasilkan oleh jurnalis tersebut harus berdasarkan fakta dan berasal dari narasumber yang dapat dipercaya atau ahli pada bidangnya. Ditambahkan bahwa profesionalisme seorang jurnalis tidak melakukan plagiat atau tidak menyatakan karya miliki orang lain sebagai karya miliknya. Terkait dengan Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik keenam informan dapat memberikan pemahaman terhadap pasal ini. Setiap berita yang akan dipublikasikan kepada masyarakat harus diuji kebenarannya terlebih dahulu agar tidak ada kesalahan dari berbagai pihak. Untuk itu seluruh jurnalis yang bekerja harus verifikasi berita tersebut. Bahwa seorang jurnalis harus selalu memverifikasi sebuah pemberitaan yang ada dengan menghubungi narasumbernya secara langsung jika memungkinkan atau bisa juga dengan cara mencari narasumber lain yang relevan. Bersikap kritis saat narasumber memberi pernyataan adalah hal yang dapat dilakukan oleh jurnalis. Bersikap kritis dengan cara tidak mudah menerima atau menolak satu pernyataan dari narasumber ditunjukkan untuk menggali lebih dalam isu baru jika sudah teruji kebenarannya maka berita tersebut layak dipublikasikan. Pemahaman informan mengenai fakta dan opini yang menghakimi adalah keenam informan memahami bahwa tugas jurnalis adalah memberitakan berita sesuai fakta dan tidak boleh ada opini di dalamnya. Karena tugas jurnalis adalah seseorang yang memberitakan hal sesuai fakta maka di dalam sebuah pemberitaan jurnalis tidak boleh menyertakan opini pribadi terhadap suatu kasus. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari jurnalis menggiring pola pikir pembaca sesuai dengan apa yang jurnalis inginkan. Tidak boleh menyertakan opini juga diartikan bahwa terkadang narasumber memberitakan pernyataan yang singkat terhadap sebuah kasus, namun karena singkatnya pernyataan itu maka jurnalis kekurangan informasi untuk diberitakan. Maka yang terjadi adalah jurnalis menambahkan informasi yang secara tidak langsung adalah opininya jurnalis itu sendiri supaya berita tersebut terlihat ‘banyak’. Namun kemudian ditekankan bahwa hal ini biasanya terjadi pada jurnalis junior. Kemudian pada Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik menitikberatkan pada pemberitaan yang tidak benar. Pemahaman informan yang terkait adalah ada jurnalis yang memelintir sebuah berita dengan menambahkan atau mengurangi informasi awal dan jadinya tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Kemudian pemahaman yang terkait pemberitaan sadis dan cabul mengerucutkan bahwa penggunaan kata dan bahasa yang pantas. Terkait dengan Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik, keenam informan berpendapat bahwa saat ini masih ada jurnalis yang dengan sengaja menyalahgunakan profesinya dan menerima uang.
4
Penyalahgunaan itu terkait dengan jurnalis yang mengambil keuntungan pribadi. Kemudian berkaitan dengan penerimaan uang suap, keenam informan menganggap bahwa penerimaan uang suap itu masih sering terjadi namun informan masih menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang tidak pantas karena akan mempengaruhi independensi jurnalis. Kemudian saat membahas tentang Pasal 8 Kode Etik Jurnalistik, Informan berkata pasal ini terkait dengan penulisan berita yang menyinggung beberapa kelompok tertentu. Pemilihan tema untuk hal-hal yang berkaitan dengan suatu kelompok tertentu supaya diperhatikan agar tidak ada kelompok yang merasa dipojokkan. Sedangkan dalam Pasal 9, informan memahami bahwa jurnalis harus bisa membedakan mana kehidupan pribadi dan mana kehidupan publik narasumber. Jurnalis harus membedakan bahwa kehidupan publik yang dimaksud adalah jabatan yang diemban narasumber sebagai pejabat atau tokoh publik dan jurnalis berhak mengkritisi pekerjaanya. Namun di luar hal itu adalah hal yang termasuk dalam kehidupan pribadinya. Di samping itu Informan yang lain tidak setuju dengan adanya wartawan infotainment yang justru sangat bertolak belakang dengan pasal ini. Sedangkan terkait dengan Pasal 10 dan 11 terkait kesalahan pemberitaan dan hak jawab. Terkait kedua hal tersebut, informan mengaku bahwa kesalahan dalam pemberitaan di BeritaSatu.com itu pernah terjadi sebelumnya. Namun kesalahan tersebut adalah murni karena ketidaksengajaan, bukan semata-mata untuk menyudutkan pihak tertentu. Dijabarkan oleh informan, jika ada kesalahan dalam sebuah pemberitaan, keenam informan sepakat menjawab bahwa informan pasti akan meralat atau mengubah berita tersebut jika memang terbukti ada kesalahan. Oleh karena itu keenam informan itu merasa bahwa hak jawab dan hak koreksi akan membantu mereka jika memang ada kekeliruan. Kemudian kendala yang paling sering ditemui terkait dengan Kode Etik Jurnalistik setiap informan memberikan pendapatnya masing-masing-masing. Informan 1, Informan 2 dan Informan 4 berpendapat bahwa praktek penyalahgunaan profesi itu masih sering terjadi. Penyalahgunaan dalam bentuk menerima suap ataupun memeras pihak-pihak tertentu. Informan 3, Informan 5 dan Informan 6 mengatakan masalah yang sering terjadi terkait kode etik adalah tidak cover both sides sehingga pemberitaan tidak berimbang. Informan 6 memperjelas bahwa ketidakberimbangan di sini adalah objektivitas sebuah pemberitaan karena adanya konglomerasi media.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang dibahas pada bab sebelumnya, penulis mendapatkan hasil yang berupa simpulan. Simpulan ini dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pada pertanyaan penelitian, berikut adalah kesimpulan yang diambil pada proses penelitian: Kode Etik Jurnalistik dianggap penting bagi seluruh redaktur sebagai ketentuan agar para praktisi jurnalistik tetap berada di dalam jalur dan tidak merugikan pihak tertentu. Perannya sebagai gatekeeper sebuah media massa online, redaktur Beritasatu.com sudah memahami aturan yang sudah disepakati yaitu Kode Etik Jurnalistik. Pemahaman diukur dari kemampuan informan untuk menerjemahkan, menginterpretasi dan menyimpulkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik sesuai dengan penafsiran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pemahaman tersebut kemudian dikaitkan kepada hal-hal yang mereka lakukan saat bekerja. Serta kendala yang seringkali terjadi di dunia jurnalistik yang terkait dengan Kode Etik Jurnalistik. Kendala tersebut ada beberapa hal. Yaitu Pasal 1 tentang independensi karena adanya intervensi pihak tertentu dan ketidakseimbangan berita karena mengabaikan prinsip cover both sides. Serta Pasal 6 terkait penyalahgunaan profesi dalam bentuk suap ataupun memeras. Adapun saran yang dapat peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya dalam penelitian ini, saran bagi praktis yang berkaitan dengan objek yang diteliti dan saran untuk masyarakat umum. 1.
Saran Akademis
Bagi peneliti yang ingin meneliti tema ini baik replika maupun dengan studi kasus yang berbeda pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk memilih sampel sebagai objek penelitian yang lebih variatif untuk mendapatkan temuan yang lebih dalam. 2.
Saran Praktis
Saran bagi Beritasatu.com yaitu untuk mensosialisasikan Kode Etik Jurnalistik kepada praktisi jurnalistik. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara mencantumkan Kode Etik Jurnalistik pada situs Beritasatu.com. Disosialisasikannya Kode Etik Jurnalistik melalui situs Beritasatu.com ditujukan supaya hasil kerja tim
5
redaksional Beritasatu.com dapat dipantau langsung oleh audience. Karena ideologi institusi media dalam bekerja harus sesuai Kode Etik Jurnalistik dan mengutamakan kepentingan publik, bukan pihak pihak tertentu. 3.
Saran Umum
Disarankan agar masyarakat juga ikut mengkritisi berita sebuah media siber. Agar ruang lingkup media siber yang tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik tidak semakin berkembang. Dan masyarakat bisa mendapatkan hasil kerja dari redaksional yang akurat, bisa dipercaya kebenarannya sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.
6
REFERENSI Buku Baran, Stanley J., Davis dan Dennis K. (2010). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Empat. Bloom, Benjamin S., George F. Madaus, dan J. Thomas Hastings. (1981). Evaluation to Imporove Learning. US: McGraw-Hill Book, Inc. Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. (2014). Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama Iskandar, Dudi Sabil. (2015). Keruntuhan Jurnalisme. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia. Kusumaningrat, Hikmat & Kusumaningrat, Purnama. (2005). Jurnalistik Teori & Praktik.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Soekanto, Soerjono. (2014). Sosiologi Suatu Pegantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suryawati, Indah. (2011). Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Jurnal Juditha, Christiany. (2013). Akurasi Berita dalan Jurnalisme Online. Jurnal Pekommas, Volume 16 No.3. Kovacic, Melita Poler, Karmen Erjavec dan Katarina Štular. (2010). Credibility of Traditional vs. Online News Media: A Historical Changes In Journalist’ Perceptions. Academic Journal of Media Research. Tatipang, Raynal A. (2013). Fenomena Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 12 Tahun 2008 Di Media Online Manado Post. Jurnal Pekommas, Volume II. No. 4. Tahun 2013. Wibawa, Annisa A, Dadang Rahmat Hidayat dan Dandi Supriadi. (2012). Etika dan prinsip Jurnalisme Media Siber Detikcom Mengenai Mekanisme Pemberitaan Tewasnya WNI di Kerusuhan Mesir. Jurnal Universitas Padjajaran. Witschge, Tamara dan Gunnar Nygren. (2009). Journalism: A Profession Under Pressure?. Journal of Media Business Studies: Goldsmiths. Skripsi Sutan Z.W, Achmad Maula Dhika. (2014). Pola Komunikasi Akomodasi Pra Pelaksanaan Event (Studi Kasus Divisi Maromm BeritaSatu Media Holdings Periode Maret-Juni 2014). Skripsi Sarjana pada Bina Nusantara University: tidak diterbitkan. Sandi, Eviera Paramita. (2013). Pemahaman Wartawan Terhadap Etika Profesi (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Wartawan Koran Lokal Denpasar-Bali). Skripsi Sarjana pada Universitas Brawijaya: tidak diterbitkan. Internet
7
Beritasatu Media Holding. (2014). BeritaSatu Media Holding Brands. Diperoleh 2 Juni 2015, dari http://beritasatumedia.com/content/brands/ Dewan Pers. (2008). Kode Etik Jurnalistik. Diperoleh http://www.dewanpers.or.id/peraturan/detail/190/kode-etik-jurnalistik Beritasatu.com. (2015). Susunan Redaksi Beritasatu.com. http://www.beritasatu.com/pages/profile/redaksi
3
Diperoleh
Juni 2
Juni
2015, 2015,
dari dari
RIWAYAT PENULIS Hastuti Viana Putri, lahir di kota Surabaya pada 29 Januari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantaa dalam bidang ilmu Komunikasi Pemasaran dengan peminatan Digital Journalism pada tahun 2015.
8