Hudha Abdul Rohman, Alumnus Sastra Indonesia yang Langganan Jadi Juara UNAIR NEWS – Berprestasi, penuh karya, dan menginspirasi. Begitulah sekilas jika menyaksikan sosok Hudha Abdul Rohman. Alumnus S-1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga itu tengah menyelesaikan studi Magister Ilmu-ilmu Sastra di Universitas Padjajaran Bandung. Hudha merupakan lulusan yang mempunyai segudang karya dan prestasi, baik saat menempuh studi di Sastra Indonesia UNAIR, maupun selepas menyandang gelar alumnus. Hudha menuturkan, banyak ilmu yang didapat sewaktu berkuliah di UNAIR. Beberapa di antaranya masih membekas dan menjadi bekalnya untuk terus berkarya hingga hari ini. Salah satunya, ketika mengikuti mata kuliah Retorika. Bagi Hudha, mata kuliah tersebut menuntut ia dan teman-temannya untuk bisa tampil percaya diri saat berkomunikasi di depan publik. Kemampuan beretorika yang handal membuat Hudha langganan menjuarai berbagai lomba debat. Selain itu, kemampuannya berkomunikasi di hadapan publik kian terasah ketika dirinya aktif mempresentasikan tugas kuliah di hadapan teman-temannya sekelas. “Bekal public speaking yang saya dapat dari mata kuliah Retorika membuat saya lebih tampil berani dan percaya. Saat presentasi tugas kuliah dan paper lebih unggul dan terbiasa, karena waktu S-1 juga sering mendapat tugas presentasi di kelas,” terang Hudha yang juga sempat mengikuti pertukaran mahasiswa di Universiti Malaya, Malaysia. Hudha
juga
menambahkan,
mata
kuliah-mata
kuliah
yang
ditawarkan di S-1 Sastra Indonesia seperti linguistik, sejarah sastra, dan tokoh sastra bisa memperkaya keilmuannya. Dari
berbagai ilmu yang ia dapat di bangku kuliah, Hudha berhasil menjadi Duta Bahasa Jawa Tengah tahun 2015. “Selain mengkampanyekan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia di media sosial dan lewat kampanye, saya juga pernah ditunjuk sebagai pembawa acara di Lomba Musikalisasi Puisi tingkat Jawa Tengah dengan bekal pengetahuan saya tentang puisi dan maknanya,” jelas Hudha. Terampil menulis Hudha yang menggagas lahirnya kumpulan cerita penerima Bidikmisi berjudul “Dermaga Impian” tersebut juga kerap menjadi editor. Wisudawan terbaik tersebut mengaku jika ilmu yang didapat dari berbagai mata kuliah di Sastra Indonesia berhasil diterapkan. “Dari mata kuliah Bahasa Indonesia Akademik saya dipercaya menjadi editor bahasa Indonesia untuk skripsi rekomendasi dosen dan teman. Saya juga berkesempatan mengajarkan pelajaran mengarang dan mendampingi tugas rumah anak-anak di kampung untuk belajar mata pelajaran bahasa Indonesia dan lainnya,” paparnya. Selain menulis buku dan karya ilmiah, Mahasiswa Berprestasi FIB tahun 2013 tersebut juga aktif mempublikasikan karyanya berupa tulisan populer di media. Baginya melalui menulis, ia juga bisa berbagai ilmu pengetahuan. “Kemampuan menulis yang saya dapatkan selama kuliah saya terapkan dengan banyak menulis dan mempublikasikan tulisan saya baik di media sosial, koran, maupun menulis buku. Saya berusaha berbagi ilmu pengetahuan saya lewat sebuah tulisan tersebut,” imbuhnya. Di akhir wawancara, Hudha menjelaskan bahwa banyak rekanrekannya semasa kuliah berhasil bekerja di berbagai bidang. “Setelah melihat bagaimana prospek lulusan Sastra Indonesia,
alhamdulillah teman-teman saya banyak diterima kerja sebagai guru, pegawai bank, karyawan perusahaan, presenter, kameramen TV, dan banyak juga yang melanjutkan studi S2 di Unpad, UI (Universitas Indonesia), UB (Universitas Brawijaya), IPB (Institut Pertanian Bogor), Unesa (Universitas Negeri Surabaya),” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Banyak Pengalaman, Inilah Kesan Mahasiswa Asing yang KKN di Nganjuk UNAIR NEWS – Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kuliah Kerja Nyata-Belajar Bersama Masyarakat (KKN- BBM) Universitas Airlangga juga diikuti oleh mahasiswa asing. Pada periode ke-55 kali ini, KKN BBM diikuti juga oleh sebanyak 17 mahasiswa asing yang berasal dari Universitas Brunei Darussalam. Mereka diterjunkan ke beberapa kelurahan di Kabupaten Nganjuk. Siti Nazirah, mahasiswa Program Studi Matematika asal Universitas Brunei Darussalam mengungkapkan kesannya ketika mengikuti KKN di Kabupaten Nganjuk. Mulanya, ia mengalami culture shock ketika berada di tengah-tengah masyarakat Nganjuk. Ada beberapa kendala yang mereka hadapi, salah satunya masalah bahasa. “Di sini kami banyak bersosialisasi dengan anak-anak, karena ibu-ibu jarang ada yang bisa berbahasa Indonesia,” tutur Nana,
sapaan akrab Siti Nazirah yang sehari-hari menggunakan bahasa Melayu dan Inggris itu. Mahasiswa semester enam ini bercerita, dengan mengikuti KKN BBM UNAIR, ia banyak belajar tentang kehidupan sosial dan budaya di Indonesia. Dalam satu tim KKN yang rata-rata berjumlah 10-14 orang, hanya ada dua mahasiswa dari Brunei. “Kami bertukar pikiran tentang apa yang kami ketahui. Mereka cerita tentang Indonesia, kami juga cerita tentang Brunei. Membahas politik, sosial, juga budaya,” ujarnya. Nana mengungkapkan, ada rasa bahagia yang tumbuh ketika ilmu yang ia tularkan kepada anak-anak SD di wilayahnya KKN mendapat respon positif. “Aku tanamkan mindset ke anak-anak bahwa Matematika itu nggak susah. Ketika apa yang kami lakukan dan ajarkan diingat oleh anak-anak, itu jadi kebahagiaan buat kami,” katanya. Senada dengan Nana, Mohammad Atfi mahasiswa asing yang juga berasal dari Brunei mengungkapkan rasa senangnya berinteraksi dengan anak-anak di sekolah tempat ia melakukan salah satu program KKN. “Kami mengajar di SD. Proker (program kerja) mengajar, sosialisasi cuci tangan, mengajar Bahasa Inggris, membimbing Olimpiade Sains Nasional (OSN), dan bimbingan belajar di rumah. Mereka sangat antusias mengetahui saya dari Brunei. Suatu ketika mereka berebut peta dan menunjukkan letak Brunei. Tapi ada juga dari mereka yang tidak mengenal Brunei,” ujar Atfi sambil tertawa. Atfi juga terkesan dengan keberagaman makanan yang ada di Indonesia. Ia menyebutkan beberapa makanan baru yang ia sukai. Selain itu, dengan mengikuti KKN yang dirancang oleh UNAIR, ia berencana untuk menceritakan pengalamannya kepada mahasiswa di Brunei.
“Saya mau bilang ke teman saya supaya mengikuti KKN seperti kami. Ini pengalaman yang luar biasa buat saya,” kata Atfi. Para mahasiswa asing ini mengaku, mereka mendapatkan informasi seputar KKN BBM UNAIR untuk mahasiswa asing dari kakak tingkat mereka yang pernah mengikuti kegiatan serupa. Seperti yang diketahui, Universitas Brunei Darussalam ‘langganan’ mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti program dari LP4M (Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat) ini. Program ini salah satu cara untuk bertukar wawasan dengan mahasiswa mancanegara. Kamis (2/2), tim LP4M UNAIR mengunjungi mahasiswa KKN di Kecamatan Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk. Tim dari LP4M sharing dengan peserta KKN perihal rangkaian kegiatan KKN yang telah berlangsung sejak 16 Januari lalu. Tim dari LP4M juga sharing dengan mahasiswa KKN yang berasal dari Brunei Darussalam.
Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Defrina Sukma S
Beri Konsultasi Hukum Gratis, Dosen FH Terima Penghargaan Ashoka UNAIR NEWS – Kita sering mendengar istilah law firm dalam dunia hukum. Umumnya, law firm merupakan badan usaha. Artinya, mereka menyediakan jasa hukum dan pelanggan membayar tarifnya usai menggunakan jasa. Namun, definisi tersebut nampaknya tak
diterapkan oleh Dr. R. Herlambang Perdana Wiratman, S.H.,M.A. Dosen Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, yang akrab disapa Herlambang ini dikenal sebagai salah satu sosok yang sering membela kaum marjinal. Pasalnya, Herlambang secara cuma-cuma memberikan waktu, energi, dan pengetahuannya untuk orang-orang yang patut diperjuangkan hak-hak asasinya. Meski demikian, Herlambang tidak pernah menyebut dirinya sebagai aktivis. Ketua Pusat Studi Hak Asasi Manusia FH UNAIR mengatakan, pengabdian semacam itu sudah ia lakukan sejak ia menjadi dosen. Ia bahkan tak pernah meminta tarif atas nasihat hukum yang ia berikan. “Saya hanya membantu orang lain yang memang memerlukan dukungan dan bantuan yang bukan semata-mata materi, tetapi pengetahuan hukum. Yang saya lakukan itu sesuatu seharusnya dilakukan oleh akademisi,” tuturnya.
yang
“Rumah saya yang di Sidoarjo itu sudah seperti kantor lawyer tetapi yang gratisan. Bahkan, akhir-akhir ini orang yang meminta nasihat hukum itu tidak hanya dari Jawa Timur. Mereka juga berasal dari Jawa Tengah maupun luar Jawa, ” imbuh Herlambang. Kasus yang pernah ia tangani di antaranya kasus Lapindo, kasus 13 buruh di Gresik yang digugat Rp 8 milyar, dan kasus perampasan tanah. Herlambang juga sempat membuat surat terbuka kepada salah satu kepala daerah tingkat dua di Jatim mengenai situasi tanah dan sawah masyarakat yang akan digantikan dengan lahan perumahan. Berbagai kiprah yang ia lakukan tak membuatnya terbebas dari teror dan intimidasi yang kerap datang. Namun, hal itu tak membuat Herlambang berhenti menjadi pembela HAM. Pada tahun 2001, saat usianya menginjak 25 tahun, Herlambang menerima penghargaan Ashoka sebagai orang yang membantu menyadarkan, dan membantu masyarakat petani untuk bernegosiasi
dengan pemilik tanah tanpa kekerasan dan tetap pada koridor hukum dari Arlington, USA. Ia juga dinyatakan sebagai penerima penghargaan Ashoka termuda sedunia.
Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Libatkan Tim Independen dalam Proses Rekrutmen Hakim Konstitusi UNAIR NEWS – Tak ada salahnya untuk memperbaiki proses rekrutmen hakim di Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia. Salah satu alternatif yang bisa ditempuh dalam perbaikan proses rekrutmen adalah melibatkan tim independen yang dipercaya publik. Pernyataan itu disampaikan dosen Departemen Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Mohammd Syaiful Aris, S.H., M.H., menanggapi seputar wacana perombakan proses rekrutmen hakim MK. Wacana tersebut mengemuka setelah salah satu hakim konstitusi dengan inisial PA tertangkap dalam operasi tangkap tangan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi akhir Januari lalu. Kasus yang melibatkan hakim konstitusi tak hanya sekali terjadi. Sebelumnya, mantan Ketua MK Akil Mochtar juga terlibat kasus korupsi dalam menangani sengketa pemilihan kepala daerah hingga diberhentikan pada tahun 2013. Pada tahun 2011, hakim MK Arsyad Sanusi mundur setelah terbukti terlibat
pelanggaran kode etik mengenai pemalsuan surat. Aris melihat salah satu faktor penyebab kasus adalah proses rekrutmen yang kurang tepat. Selama ini, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar NKRI 1945 pasal 24 C ayat 3, para calon hakim konstitusi diajukan tiga lembaga yakni Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Presiden. Meski perubahan mekanisme cukup sulit, tapi publik hendaknya terlibat dalam pengajuan calon hakim konstitusi. “Sebetulnya, pihak-pihak yang mengajukan calon dalam proses rekrutmen itu harus melalui seleksi yang kredibel. Menurut pandangan saya meskipun lembaga-lembaga tersebut memiliki wewenangnya, tapi apakah tidak mungkin seleksi itu melibatkan tim independen yang memiliki kredibilitas dan dipercaya oleh publik,” tuturnya. Selain
itu,
poin
yang
perlu
diperhatikan
dalam
proses
rekrutmen adalah integritas dan kepribadian para calon hakim. “Sepengetahuan saya Patrialis Akbar ini dulu pada saat seleksi ada catatan-catatan yang disampaikan masyarakat,” ungkap Aris. Selain
itu,
MK
menjadi
nirpengawasan
semenjak
lembaga
peradilan yang berdiri pada tahun 2003 memutuskan bahwa hakim konstitusi tidak termasuk dalam pengawasan Komisi Yudisial. “Ketika tidak memiliki pengawasan maka potensi penyimpangannya jauh lebih besar,” imbuh Aris. Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Antisipasi MRSA, Mikrobiologi FK UNAIR Tawarkan Guideline UNAIR NEWS – Infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus atau MRSA masih menjadi keprihatinan dunia. Di Indonesia khususnya, prevalensi infeksi MRSA di lingkungan rumah sakit pun diperkirakan melonjak signifikan. Kondisi ini tentu tidak diharapkan oleh siapapun, termasuk oleh pakar ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. Kuntaman, dr., MS., Sp.MK-K. Upaya menurunkan angka kejadian infeksi MRSA memang tidak mudah. Terlebih lagi saat ini Indonesia belum memiliki angka pasti berapa besaran prevalensinya. Menurut Prof. Kun begitu sapaan beliau, infeksi MRSA sudah sepatutnya mendapat perhatian khusus, mengingat saat ini emergency microba resistent sudah masuk golongan emerging diseases yang memerlukan tindakan pencegahan sesegera mungkin. Demi memutus mata rantai kejadian penularan infeksi MRSA, Prof. Kuntaman bersama tim ahli Mikrobiologi FK UNAIR bekerja sama dengan Erasmus University Medical Center melakukan serangkaian penelitian berkelanjutan selama tahun 2004 hingga 2006. Dari penelitian ini, tim Mikrobiologi FK UNAIR berhasil menyusun sebuah guideline. Di tahun pertama penelitian tersebut, tim Mikrobiologi berhasil menemukan parameter untuk melihat seberapa besar permasalahan MRSA di Indonesia. Sementara di tahun kedua, diperoleh seberapa besar penyebaran MRSA di rumah sakit. Dan puncaknya di tahun 2016, Prof. Kun beserta tim menyusun guideline untuk mengendalikan resistensi antimikroba. “Guideline ini adalah bentuk upaya menekan laju peningkatan prevalensi MRSA. Dalam waktu dekat rampung dan selanjutnya akan kami serahkan kepada Kemenkes RI untuk ditindak lanjuti,”
ungkapnya. Namun, sebelum guideline ini ditawarkan ke pihak Kemenkes RI, FK UNAIR terlebih dulu akan mendiskusikan guideline ini dengan sejumlah rumah sakit pusat di Indonesia. Seperti RSUD Dr. Saiful Anwar, RSUD Dr. Moewardi , RSUP Dr. Kariadi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, RSUP H. Adam Malik, RSUP Dr. Mohammad Hoesin, dan RSU Dr M. Jamil Padang. “Jika menyusun sebuah guideline, maka kita harus bekerjasama dengan rumah sakit pusat lainnya, karena diskusi ini untuk menilai apakah guideline ini dapat diterapkan juga di seluruh rumah sakit di Indonesia. Nantinya akan ada win-win solution,” ungkapnya. Prof. Kun berharap, lahirnya guidline ini dapat meningkatkan sistem pelayanan penyakit infeksi dengan menurun mikroba resisten. Dan sekaligus mempersiapkan data valid infeksi MRSA di Indonesia khususnya di RSUD Dr. Soetomo terlebih dulu. “Kalau di RSUD Dr. Soetomo sudah punya data yang valid, maka selanjutnya dapat diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme munculnya MRSA hingga dapat menginfeksi lalu menyebar. Setelah itu diketahui, selanjutnya dapat diteliti lebih dalam bagaimana karakteristik biomolekulernya,” jelasnya. Awalnya, persoalan MRSA kurang diminati oleh sebagian besar kalangan peneliti. Namun Prof. Kuntaman sejak awal bertekad bulat untuk mendalami permasalahan tersebut. Sejak 2001, Prof. Kuntaman mengawali penelitiannya. “Sebenarnya ada banyak jenis penyakit yang dapat diteliti. Namun saya memilih fokus mendalami super bakteri yang sulit ditaklukkan ini karena saya anggap MRSA adalah permasalahan penting penting,” ujarnya. Penelitian tersebut telah terpublikasi secara internasional dan dipresentasikan dalam acara European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases (ECCMID) di Amsterdam tahun 2016 lalu. Bahkan penelitiannya kali ini juga
memenangkan juara pertama presentasi penelitian bertema Health Science dalam rangka Dies Natalis Universitas Airlangga 2016 lalu. Prof. Kuntaman meyakini, dalam mengendalikan laju infeksi MRSA, kuncinya ada pada kebijakan pemakaian antibiotik. Karena menurutnya, hal tersebut sangat berkaitan dengan kuat tidaknya pengaruh infeksi MRSA. Menurutnya, semakin tidak baik kebijakan antibiotik maka semakin tinggi resistensi antibiotik. Metode pencegahan dianggap sebagai bentuk upaya yang lebih efektif dalam mengendalikan peningkatan resistensi antimikroba di Indonesia. Dalam hal ini Prof Kuntaman juga ikut terlibat dalam program pencegahan yang dikembangkan oleh Komite Pengendalian resistensi Antimikroba (KPRA). Menurutnya, jika ini dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini justru dapat merugikan pelayanan kesehatan, dalam hal ini BPJS. Karena yang ditangani adalah pasien dengan komplikasi penyakit yang semakin berat akibat terinfeksi MRSA, sehingga biaya terapinya membutuhkan dana yang lebih besar lagi. Maka kedepan BPJS harus mengarah pada program pencegahan. “Dengan menerapkan metode pencegahan, sebenarnya akan ada banyak pihak yang diuntungkan. Dokter lebih mudah memberi terapi, BPJS diuntungkan, demikian juga rumah sakitnya. Sehingga tidak perlu banyak membelanjakan obat antibiotik,” jelasnya. (*) Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Pengurus IKA UNAIR Wilayah Jatim Siap Dilantik UNAIR NEWS – Setelah kepengurusannya tersusun, pengurus lkatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) Wilayah Jawa Timur akan dilantik oleh Pimpinan Pusat IKA-UA. Pelantikannya akan dilaksanakan di Lantai 10 Aula Graha Utama, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Kamal, Kabupaten Bangkalan, Sabtu (4/2). Bersamaan dengan pelantikan itu akan diluncurkan Website IKA-UA dan disampaikan Pokok-Pokok Pikiran Ikatan Alumni Universitas Airlangga tentang Kemandirian dan Daya Saing Bangsa kepada pemerintah. Ketua I PP IKA-UA, Drs. Ec. Haryanto Basoeni menjelaskan, IKAUA Wilayah Jawa Timur ini akan dipimpin oleh Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG (K) sebagai ketuanya. Dalam kepengurusan ini juga terdapat dua penasehat yaitu Dr. Ir. H. Sambari Halim Radianto, S.T., M.Si (Bupati Gresik) dan Dr. H. Muh. Syarif, Drs. Ec., M.Si. (Rektor Universitas Trunojoyo Madura). Dalam program kerja yang telah disepakati oleh pengurus IKA-UA Wilayah Jatim, dalam kegiatan untuk masyarakat antara lain akan dilaksanakan bakti sosial baik untuk bencana alam, duafa, dsb. Program lainnya yaitu ikut mencerdaskan masyarakat dengan membuat kolom media dan memberikan informasi, baik melalui televisi dan radio. Sedangkan program untuk almamater akan melakukan partisipasi aktif dalam program pencapaian Universitas Airlangga menuju 500 World Class University (WCU), serta hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan UNAIR. Sedangkan program untuk alumni, antara lain akan mengembangkan Koperasi Alumni, pencatatan alumni dan koordinasi dengan pengurus cabang dan pengurus pusat. Menyelenggarakan acara-acara kebersamaan baik berupa ramah-tamah, buka puasa bersama, menjenguk alumni yang sakit, sosial kematian, dan donor darah.
Bersamaan dengan diluncurkannya website IKA-UA dengan alamat www.alumni.unair.ac.id, diharapkan melalui website ini para alumni UA yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di luar negeri, dapat melakukan update dan bisamelakukan validasi data dirinya secara mandiri. ”Sehingga lKA-UA dan UNAIR akan memiliki database alumni yang akurat, valid, dan terkini yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,” tambah Sekretaris IKA Dr. Budi Widayanto. Website ini dibangun atas kerjasama antara PP lKA-UA dan UNAIR, berisi database alumni dari 15 fakultas, dimana sampai awal Januari 2017 telah memuat database sekitar 110.000 dari alumni lintas fakultas. Namun belum semua yang tervalidasi. Pada saat bersamaan juga akan dideklarasikan Pokok Pokok Pikiran IKA-UA tentang Kemandirian dan Daya Saing Bangsa. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa dalam era globalisasi dan perdagangan bebas serta iklim persaingan yang semakin kompetitif ini, diperlukan konsep tentang kemandirian dan daya saing bangsa agar bangsa Indonesia keluar sebagai bangsa pemenang. ”Dalam waktu dekat, Pokok Pokok Pikiran ini akan kami sampaikan kepada Presiden sebagai masukan dari lKA-UA kepada pemerintah,” tambah Haryanto Basoeni. Pengurus inti IKA-UA Wilayah Jatim itu adalah Dr. dr. Hendy Hendarto, Sp.OG(K) (Ketua), Dr. Deni SB Yuherawan, SH.,MS (Wakil Ketua); Drs. Wahjudi, Apt (Sekretaris); Drs. Chris Susanto, Ak (Wakil Sekretaris I); Suci Hariyati, SE (Wakil Sekretaris II); drg. Edward Syah Amir, M.Kes (Bendahara); drg. Shinta Widyansih M, M. Kes. (Wakil Bendahara I); Dra. Ruchul Hayati, Ak. (Wakil Bendahara II); Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes (Wakil Cabang Malang); drg. Priyo Raharjo (Wakil Cabang Madiun); drg. Sri Lestari, M.Kes (Wakil Cabang Jember). Selain itu juga dilengkapi empat bidang, yaitu Bidang Pengabdian
Masyarakat, bidang Pengembangan Bisnis, Bidang Pemberdayaan Anggota dan Jejaring Alumni, serta Bidang Organisasi dan Kerjasama Antar Lembaga. (*) Penulis: Bambang Bes
Riset Prodi Kimia Selaras dengan Misi Intitusi UNAIR NEWS – Program studi Kimia sedang gencar dalam penelitian di bidang life sciences dan health sciences. Ketua prodi Kimia, Dr. Purkan, M.Si mengatakan bahwa bidang penelitian prodi yang dipimpinya selalu mengacu pada arah pengembangan Riset UNAIR itu yaitu life sciences, health sciences, sosial dan humaniora. Purkan juga menambahkan bahwa beberapa hasil dari penelitian yang di lakukan prodi Kimia bahkan sudah dihilirisasi di perusahaan ternama di Indonesia. Penelitian yang telah dikembangkan salah satunya penelitian yang ditangani oleh Guru Besar Kimia UNAIR yakni Prof. Dr. Ni Nyoman Tripusparini, mengenai Enzim Xilanase salah satu enzim pembuat kertas. “Kita juga mengembangkan sensor untuk mendeteksi polutan dan juga mendeteksi Hidrquinon dalam kosmetik,” tutur Purkan. Dalam penelitian health science, prodi Kimia tengah mengembangkan obat nabati yang dikemas menjadi kapsul dan pengembangan obat anti candidiasis. Purkan juga menambahkan bahwa dalam penelitian, prodi Kimia selalu melibatkan mahasiswa dalam penelitian dosen. Tujuannya adalah untuk mengenalkan mahasiswa dan terjun langsung pada sebuah penelitian.
“100% penelitian kami juga melibatkan mahaisiswa, jadi mahaisswa diajak untuk mengerti langsung bagaimana penelitian tersebut,” imbuh Purkan. Tidak hanya riset, prodi kimia juga berpartisi pasi dalam pengabdian masyarakat. Untuk bidang pengmas, prodi Kimia setiap tahun selalu memiliki program-program pengabdian yang bersifat binaan maupun sementara. Untuk binaan, tim dosen dari prodi Kimia memiliki binaan petani khusus budidaya jamur di Bojonegoro dan budidaya cacing di Bangkalan yang berpotensi sebagai obat. Dalam hal tersebut tim dosen prodi Kimia secara berkala memberikan pelatihan dan pengetahuan cara budidaya jamur dan cacing yang benar serta cara pengolahan hingga bisa di produksi dengan baik. “Tim dosen kami setiap tahun juga menyumbangkan ilmunya untuk kerja penguatan keilmuan kimia pada guru-guru SMA di berbagai daerah di Indonesia,” pungkasnya. (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan
Tata Manajemen, UNAIR Jalin Kerjasama Teknologi Informasi UNAIR NEWS – Anak perusahaan Universitas Airlangga, PT. Dharma Putra Airlangga dan PT. Techno Internasional Mandira (TIM) bersepakat untuk mendirikan perusahaan baru yang bergerak di bidang sistem komputasi awan (cloud). Kesepakatan itu dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak, Kamis (2/2), di ruang kerja Wakil Rektor IV. Dari pihak UNAIR, penandatanganan nota
kesepahaman diwakili oleh Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, sedangkan dari PT. TIM diwakili oleh Direktur Bintang Juliarso. Mereka bersepakat untuk joint venture dengan mendirikan perusahaan bernama PT. Solusi Awan Cerdas Indonesia. Proyek utamanya adalah penataan manajemen pendidikan dan rumah sakit universitas dengan sistem komputasi awan. Sistem komputasi awan merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer yang dikembangkan dengan basis internet. Dengan adanya sistem komputasi awan, data mahasiswa dari awal masuk sampai lulus terekam dalam sistem. Begitu pula dengan data pasien di rumah sakit. Riwayat kesehatan mereka akan terekam dalam sistem tersebut. “Sistem informasi yang sudah diaplikasikan di RS UNAIR, contohnya. Adanya sistem yang terintegrasi dengan IT ini, pasien yang masuk hingga pembiayaan dapat terlaporkan dengan baik,” papar Junaidi. Perkembangan teknologi menjadi latar belakang kerja sama ini. Berbagai macam dinamika yang dihadapi perguruan tinggi harus direspon dengan sistem teknologi informasi yang handal. “Sekitar 450 perguruan tinggi yang ada di Indonesia sebagian besar membutuhkan sistem yang terintegrasi dalam merespon era sekarang,” tutur Bintang. Konsep yang diintegrasikan dalam bentuk teknologi informasi ini diharapkan dapat membantu universitas dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Harapannya sistem ini dapat didukung dengan baik yang nantinya bisa menjadi membranding UNAIR,” imbuh Junaidi yang membawahi bidang kerja sama bisnis. Dengan demikian, sistem komputasi awan yang diterapkan bisa mewadahi manajemen pendidikan maupun rumah sakit agar terkoordinasi dengan baik.
Penulis: Helmi Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Komisi XI Ajak UNAIR Bahas Panja PNPB UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali mendapat kunjungan dari Komisi XI DPR RI. Tercatat, sebelumnya Komisi XI DPR RI sempat bertandang ke UNAIR guna membahas Undang-undang tentang pengampunan pajak yang dinilai berjalan suskes, kali ini kunjungan komisi yang konsen pada bidang perekonomian dan perbankan tersebut mengajak para ahli di UNAIR untuk membahas tentang Panja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB). Mewakili Rektor UNAIR, Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., selaku Wakil Rektor III menjelaskan bahwa kunjungan Komisi XI DPR RI ke UNAIR merupakan hal yang tepat, selain langkah UNAIR yang dipercaya pemerintah untuk menuju menuju kampus 500 Dunia, UNAIR juga selalu konsen dengan pengamalan tri dharma perguruan tinggi. “Saya juga berharap dengan pertemuan ini nantinya bisa menghasilkan hal yang bermanfaat,” terang Prof. Amin pada kunjungan yang dilakukan di Aula 301 Gedung Kahuripan, Kamis (2/2). Menambahkan pernyataan Prof. Amin, ketua rombongan Komisi XI DPR RI Ir. H. Soeptiyanto sempat menyinggung kunjungan sebelumnya ke UNAIR mengenai pengampunan pajak. Wakil ketua Komisi XI tersebut menyatakan banyak hal dan masukan dari UNAIR yang membantu dalam menata serta menindaklanjuti UU yang akan disahkan.
“Dulu kita pernah kunjungan kerja ke UNAIR sebelum ini. Meminta masukan dari berbagai akademisi. Usulan dari UNAIR sangat membantu kami,” jelasnya. Beberpa ahli dari UNAIR dihadirkan dalam diskusi tersebut, salah satunya yakni akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR Dr. Elia Mustikasari. Dalam paparannya, Elia menjelaskan bahwa penerimaan negara didapat dari penerimaan pajak, PNPB, dan hibah. Baginya, pajak sendiri merupakan iuran kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan. red), guna melayani masyarakat yang sifatnya mendasar yang harusnya menjamin kesehatan, keamanaan, dan lain sebagainya. Sedangkan tentang PNPB, masih simpang siur, walaupun sudah ditetapkan dalam UUD Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNPB. “Antara PNPB dan Hibah dalam aplikasi penerapan masih belum efeketif,” tandasnya. Akademisi lainnya yang ikut memberikan komentar adalah Wan Juli, SE., MBA., Ak., dalam diskusi tersebut ia mengatakan, pelanggaran pajak tidak harus dipidanakan, jika masih bisa diselesaikan melalui upaya administratif dan banding. “Kecuali pelanggaran yang dibuat memang bersifat kriminal, seperti pemalsuan data pajak, penggalapan dana dan perkara yang bersifar kiminal lainnya” jelas Wan Juli. Salah satu anggota fraksi partai Golkar komisi XI DPR yang membidangi perpajakan dan keuangan. H. Muhammad Misbakhun, juga memberikan tanggapannya terkait beberapa hal yang telah diusulkan oleh para akademisi yang hadir. Misbakhun menjanjikan segera membentuk UU tentang anggaran hibah, dikarenakan strukturnya (hibah, -red) masih ikut di dalam APBN PNBP. Penulis: Arif Rahman Dwi Kusuma Editor: Nuri Hermawan
Tetap Rendah Hati Meski Menuai Berbagai Prestasi UNAIR NEWS – Dr. R. Herlambang Perdana Wiratman, S.H.,M.A, merupakan salah satu dosen Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, Universitas Airlangga yang memulai karirnya sejak 2003. Sebelumnya, laki-laki berkacamata yang akrab disapa Herlambang ini pernah menjadi asisten dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR pada tahun 2001 hingga 2002. Ia mengajar mata kuliah seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan Hukum Bisnis. “Sebelum saya mengajar di FH, saya sempat mengajar di FEB UNAIR pada tahun 2001 dan 2002. Waktu itu saya mengajar hukum perdata, hukum dagang, dan hukum bisnis. Namun, sepertinya saya kurang cocok,” ujar Herlambang yang pernah bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya selama sepuluh tahun. Herlambang menyelesaikan pendidikan sarjananya di FH UNAIR tahun 1998. Pada tahun 2006, Herlambang menuntaskan pendidikan magister Human Rights and Social Development di Universitas Mahidol, Thailand. Sedangkan pendidikan doktor ia tuntaskan di Universitas Leiden, Belanda pada tahun 2014. Ia bercita-cita menjadi dosen sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Sang guru dan kakek menjadi inspiratornya pada saat itu. “Dulu ada guru PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang sering menceritakan kisah-kisah kemanusiaan, pluralisme, toleransi, dan lainnya. Nah, itu yang menurut saya menarik dan menginspirasi, setidaknya para diri saya untuk menjadi guru atau dosen yang bahkan tidak terpikir saat itu. Kemudian dulu kakek saya juga merelakan rumahnya di Wuluhan, Jember untuk kegiatan pendidikan seperti menjahit,
cara bertani yang baik dan sebagainya,” tutur Herlambang. Berbagai penelitian pernah dilakukan Herlambang. Tercatat, tidak kurang dari 74 penelitian telah dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah, jurnal maupun buku. Beberapa publikasi terbarunya antara lain “Mempertimbangkan Kembali Orientasi Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia” yang diterbitkan dalam jurnal Veritas et Justitia, Vol. 2, No. 2 (2016), milik FH Universitas Parahyangan. Ada pula tulisannya berjudul “Legal Pluralism in The Context of Social Movement”, edisi terjemahan dari naskah Simarmata tahun 2013 dalam buku berjudul “Pluralisme Hukum: Sebuah Pendekatan Interdisiplin”, tahun 2016. Di luar profesinya sebagai dosen, Herlambang aktif dalam berbagai asosiasi akademik di antaranya Southeast Asian Human Rights Studies Network (SEAHRN) sebagai anggota sekaligus pendiri. Herlambang juga menjadi ketua pada beberapa asosiasi seperti Serikat Pengajar HAM Indonesia (SEPAHAM), Asosiasi Filsafat Hukum Indonesia (AFHI) tahun 2013-2014, dan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (HRLS) FH UNAIR. Selama karirnya, Herlambang pernah mendapat hibah penelitian dari Australian-Netherlands Research Collaboration, Belanda, pada tahun 2012. Ia juga mendapat hibah penelitian dari SHAPE Research tahun 2015-2017, dan masih banyak lagi prestasi Herlambang. Herlambang dikenal sebagai pribadi yang sederhana meski telah menorehkan berbagai prestasi. Selain itu, tidak jarang dirinya membela kaum yang tertindas meskipun ia tidak pernah memberi label aktivis untuk dirinya sendiri. Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S