HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP KEBERHASILAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR Fitriana AN1, Muchtasjar B2, Kurniati CH3 1 Student of Midwifery of Health Science Faculty of UMP 2, 3 Lecturers of Health Science Faculty of UMP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kebidanan 2014
ABSTRACT
Background: Nowadays, mother’s mortality rate is still high which is caused by low prenatal and Antenatal Care (ANC). It is also probably caused by low knowledge of expectant mother. In 2012, Banyumas department of public health did the first study that there were 5 cases of mother’s mortality at the public health of Kalibagor from 32 cases in Banyumas. The research was aimed to identify the relationship of mother’s knowledge toward sucessful ANC at the public health of Kalibagor. Method: The research was Cross sectional approach. It was at the public health of Kalibagor, Banyumas regency, Central Java. The respondents were 123 postnatal mother’s from 12 villages at the public health of Kalibagor at January and February 2014 with 45 particular criteria respondents. Data gathering was from questionnaire and pregnancy document. The data was analized by univariat and bevariat. Chi Square was as the statistic test. Result: The research showed 82.2% mother had best knowledge of ANC and 68.9% for successful ANC. The analysis showed that there was significancy of mother’s knowledge toward successful ANC. Conclusion: There was a relationship of mother’s knowledge toward successful ANC at the public health of Kalibagor, Banyumas regency 2014. Keywords: Knowledge, Antenatal, Mother
PENDAHULUAN WHO menyatakan Safe Motherhood dengan slogan Making Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat penanganan adekuat, dan setiap perempuan umur subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Prawirohardjo, 2010; h. 24). Rencana strategi nasional MPS di Indonesia tahun 2001-2010 oleh Depkes tahun 2000 telah mengacu tujuan global MPS yaitu menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015 menjadi 115 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan menurunkan AKB menjadi kurang dari 35 per 1.000 KH pada tahun 2015. Kegiatan peningkatan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu yang efektif dan berkualiatas kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas, maka menurut kebijakan Depkes tahun 2005 pelayanan kesehatan ibu dan anak, mengembangkan Puskesmas dan Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang siap 24 jam. Pemanfaatan pelayanan tersebut dapat terlaksana jika ibu hamil melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) yang dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal (Prawirohardjo, 2010; h.26). ANC memberikan kesempatan untuk memberikan informasi dan mendidik ibu hamil pada berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilan, kelahiran, dan orangtua. Pendidikan dan ANC memiliki dampak yang signifikan terhadap persalinan. Cakupan ANC dengan frekuensi kunjungan relatif tinggi memberikan kesempatan yang baik untuk informasi pendidikan dan komunikasi kesehatan ibu dan perinatal (Raoof AM & Al-Hadithi TS, 2011). Pelayanan ANC memiliki pengaruh terhadap pengetahuan ibu yaitu ibu dapat mengetahui cara menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi, serta menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis, dan sosial (Kusmiyati Y, et al, 2010; h. 6). Agustini NNM, et al (2013) mengatakan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan ANC yang dipengaruhi oleh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan ANC. Ompusunggu EM, et al (2013)
mengatakan perilaku ibu hamil tentang ANC dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dimiliki responden untuk melakukan ANC. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Kabupaten Banyumas tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat beberapa kecamatan yang diketahui memiliki AKI yang tinggi yaitu salah satunya Kecamatan Kalibagor. Daerah tersebut telah menyumbang 5 kasus AKI dan termasuk kasus yang terbanyak sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Banyumas. (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2012) Guna menurunkan AKI dan AKB, Nalisanti F (2012) berpendapat bahwa peranan seorang bidan dalam pelaksanaan pelayanan ANC sangat penting karena pelayanan dari seorang bidan khususnya bidan yang ditempatkan di desa. Sebagian besar kinerja bidan dalam pelayanan ANC berada pada kategori baik, tetapi untuk kategori konsultasi ANC masih kurang baik. Jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor pada bulan Januari-Februari 2013 adalah 557 orang dengan jumlah kunjungan 79,46%. Hal ini masih dibawah target SPM 2015. Ibu bersalin yang terdata adalah 123 orang dengan 63,41% melahirkan di rumah sakit atas rekomendasi bidan karena mengalami komplikasi dan 36,59% melahirkan di bidan desa atau puskesmas. Kunjungan ANC yang rendah tersebut dimungkinkan ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan yang rendah pula, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC, meliputi : a. Identifikasi tingkat pengetahuan kehamilan pada ibu b. Identifikasi keberhasilan ANC pada ibu c. Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
analitik
kolerasi
dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Metode ini digunakan untuk mengkorelasikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap keberhasikan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang terdata di Puskesmas Kalibagor pada bulan Januari - Februari 2014, dengan jumlah populasi adalah 123 orang yang berasal dari 12 desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor. Jumlah sampel yang diperoleh dari ibu yang bersalin di rumah bidan dan Puskesmas Kalibagor adalah 45 orang. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, terdiri dari atas data primer meliputi umur, pendidikan, stasus sosial ekonomi, paritas, pekerjaan, lingkungan dan pengetahuan, serta data sekunder diperoleh dari buku KIA yang dibawa setiap kunjungan ANC dan catatan medis pasien di Puskesmas Kalibagor. Analisis data penelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat, serta uji korelasi Chi Square. HASIL Penelitian dilakukan terhadap ibu yang telah melahirkan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan jumlah kunjungan ANC selama masa kehamilan, dengan hasil sebagai berikut. 1. Karakteristik Responden a. Umur Data responden menurut umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat ditunjukkan dengan tabel berikut. Tabel 1. Umur ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No 1. 2.
Umur (Tahun) Berisiko (<20 tahun atau >40 tahun) Tidak berisiko (20-40 tahun) Total
n 1 44 45
% 2.2 97.8 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa mayoritas umur ibu bersalin pada kelompok Tidak Berisiko (20-40 tahun) sebanyak 97,8% dan kelompok Berisiko sebanyak 2,2%.
b. Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat ditunjukan dengan tabel berikut. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Ibu Bersalin di Wilayah Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Tingkat Pendidikan Pendidikan Lanjut (SMA,PT) Pendidikan Dasar (SD,SMP) Total
n 9 36 45
% 20.0 80.0 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa jenjang pendidikan mayoritas adalah Pendidikan Dasar (SD, SMP) sebanyak 55,7% dan Pendidikan Lanjut sebanyak 20%. c. Status Sosial Ekonomi Status Sosial Ekonomi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas ditunjukan dengan tabel berikut. Tabel 3. Status Sosial Ekonomi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Status Sosial Ekonomi Di atas UMR Di bawah atau Sesuai UMR Total
n 25 20 45
% 55.6 44.4 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan
Tabel
3
menunjukkan
bahwa
responden
yang
mempunyai penghasilan di atas UMR sebanyak 55,6% dan yang mempunyai penghasilan di bawah atau sesuai UMR sebanyak 44,4%. d. Paritas Paritas ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas ditunjukkan dengan tabel berikut.
Tabel 4. Paritas Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Paritas ≤2 >2 Total
N 38 7 45
% 84.4 15.6 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa responden mayoritas adalah mempunyai anak ≤ 2 yaitu sebanyak 84,4%, dan yang mempunyai anak > 2 sebanyak 15,6%. e. Pekerjaan Pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat ditunjukkan dengan tabel berikut. Tabel 5. Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Pekerjaan Ibu bayi Tidak Bekerja Bekerja Total
n 42 3 45
% 93.3 6.7 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan bahwa mayoritas adalah ibu yang tidak bekerja berjumlah 93,3% dan ibu yang bekerja sebanyak 6,7%. f. Lingkungan Lingkungan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas ditunjukan dengan tabel berikut. Tabel 6. Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Lingkungan Baik Cukup Total
n 39 6 45
% 86.7 13.3 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan Tabel 6 ditunjukkan bahwa responden yang mempunyai lingkungan yang baik sebanyak 86,7% dan yang mempunyai lingkungan yang cukup sebanyak 13,3%. 2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ANC Tingkat pengetahuan ibu tentang tingkat keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Pengetahuan Baik Cukup Total
n 37 8 45
% 82.2 17.8 100.00
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan Tabel 7 ditunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ANC mayoritas adalah pengetahuan baik sebanyak 82,2% dan pengetahuan cukup sebanyak 17,8%. 3. Tingkat Keberhasilan ANC Tingkat Keberhasilan ANC Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas ditunjukan dengan tabel berikut. Tabel 8. Jumlah Kunjungan di Wilayah Kabupaten Banyumas Tahun 2014 No. 1. 2.
Jumlah Kunjungan Berhasil (kunjungan ≥4 kali) Tidak Berhasil (kunjungan <4 kali) Total
Kerja
Puskesmas
n 31 14 45
Kalibagor
% 68.9 31.1 100.0
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan Tabel 8 ditunjukkan bahwa responden yang dinyatakan Berhasil sebanyak 68,9%, dan yang dinyatakan Tidak berhasil sebanyak 31,1%.
4. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Keberhasilan ANC Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ANC dengan tingkat keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang ANC dengan tingkat keberhasilan ANC ditunjukkan tabel 9. Tabel 9. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Pengetahuan Baik Cukup Total
Berhasil 23 8 31
Jumlah Kunjungan % Tidak Berhasil 51,1 14 17,8 0 68,9 14
% 31,1 0 31,1
Total
%
37 8 45
82,2 17,8 100
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dari 82,2% tingkat pengetahuan baik, 51,1% melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ 4 kali dan 31,1% melakukan kunjungan ANC sebanyak < 4 kali. Ibu dengan pengetahuan cukup dari 17,8% semua melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ 4 kali. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC diperoleh hasil uji Chi Square hitung nilai p-value = 0,036 sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor.
PEMBAHASAN Pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan merupakan hal penting bagi ibu hamil maupun bayi yang dikandungnya. Peneliti telah melakukan penelitian terhadap pelayanan tersebut yang telah diketahui hasilnya seperti diatas. Maka, pembahasan terhadap judul hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC, yang terdiri atas identifikasi tingkat pengetahuan kehamilan, identifikasi keberhasilan ANC dan menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor, sebagai berikut:
1. Identifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor, dengan jumlah responden 45 ibu yang telah melahirkan yang tersebar di 12 desa di Kecamatan Kalibagor, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kehamilan selama ibu hamil. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu yang telah bersalin tentang ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas mayoritas adalah baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, paritas, pekerjaan dan lingkungan, dengan hasil sebagai berikut: a. Umur Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu umur. Hal tersebut ditunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu pada kelompok umur 20-40 tahun. Pada umur terbanyak yaitu 29 tahun sejumlah 33,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor masih berada pada masa reproduktif. Ibu pada masa tersebut memiliki daya tangkap yang lebih mudah untuk menyerap segala bentuk informasi yang diterima. Para tenaga kesehatan dan para kader telah memberikan pengetahuan ibu tentang ANC. Hai ini ditunjukkan ibu dalam melakukan kunjungan rutin untuk memeriksakan kehamilannya. Sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) dalam Wawan A & Dewi M (2010) menyatakan bahwa umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan. Hal tersebut merupakan kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analog dan berfikir kreatif. Menurut Mubarak et al (2007) bahwa umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pendapat yang sama oleh Dewi PP & Musfiroh M (2013) bahwa pengetahuan tentang ANC dipengaruhi oleh umur yang sebagian besar
responden adalah ibu-ibu yang masih berada pada masa reproduktif yaitu pada umur 20-35 tahun. b. Tingkat Pendidikan Faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu tingkat pendidikan. Jenjang pendidikan mayoritas responden adalah Pendidikan Dasar (SD, SMP). Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan cukup untuk seseorang mendapat pengetahuan. Ibu yang berpendidikan lanjut akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan dasar. Mayoritas tingkat pendidikan ibu ini dapat dipengaruhi oleh umur dan lingkungan. Berdasaarkan penelitian bahwa mayoritas umur ibu berada pada masa reproduktif dan dipengaruhi oleh lingkungan yang baik. Pendapat Notoatmodjo (2003) dalam Wawan A & Dewi M (2010), bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pernyataan berbeda oleh Dewi PP & Musfiroh M (2013) bahwa pengetahuan tentang ANC dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, terutama SMA atau sederajat. Meskipun sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, tetapi responden belajar mencari informasi kesehatan melalui media elektronik atau penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan dan kader, serta melalui lingkungan sekitar tempat tinggal ibu. c. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai penghasilan di atas UMR atau memiliki penghasilan cukup. Penghasilan ibu yang cukup tersebut, telah meningkatkan pengetahuan yang membutuhkan biaya lebih. Salah satu upayanya dengan cara memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan untuk USG. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang cukup dan mampu mencukupi kebutuhannya dapat mempengaruhi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Hal ini sesuai dengan pendapat oleh Dewi PP & Musfiroh M (2013), bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah pendapatan. d. Paritas Faktor paritas ibu pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah mempunyai anak ≤ 2. Mayoritas paritas ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor merupakan kelompok primipara. Ibu pada kelompok paritas primipara adalah ibu dengan pengalaman yang kurang dalam hal ANC karena baru pernah melakukan ANC selama kehamilan. Pengalaman
yang
dimiliki
seseorang
dapat
mempengaruhi
pengetahuan dan sikap dalam kehidupan sehari-hari, semakin banyak pengalaman semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Akan tetapi, sebagian besar ibu berada pada umur reproduktif, sehingga mampu menangkap segala bentuk informasi, mengingat dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam Wawan A & Dewi M (2010) bahwa pengalaman pribadi menentukan seberapa luas pengetahuan yang didapatkan, dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Hal ini sesuai pernyataan Dewi PP & Musfiroh M (2013) bahwa pengetahuan tentang ANC dipengaruhi oleh paritas. Meskipun sebagian besar responden memiliki paritas ≤ 2 atau dengan kata lain memiliki pengalaman yang kurang tentang ANC, tetapi mayoritas umur ibu yang masih muda dalam mencari informasi tentang ANC dapat lebih kreatif. Ibu mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, maupun informasi dari media cetak dan elektronik, sehingga dapat memiliki pengetahuan yang sama dengan umur di atasnya. e. Pekerjaan Penelitian ini menunjukkan bahwa, mayoritas responden adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga). Ibu yang bekerja biasanya lebih banyak melakukan
interaksi
dengan
orang
lain,
sehingga
lebih
banyak
mendapatkan informasi tentang kehamilan daripada ibu yang tidak bekerja. Akan tetapi, ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu luang untuk
melakukan ANC. Ibu mempunyai pengetahuan dan perilaku tentang ANC yang baik, walaupun sebagian besar Ibu berada pada kategori tidak bekerja. Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) dalam Wawan A & Dewi M (2010) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan salah satunya adalah pekerjaan. Seseorang yang bekerja dapat melakukan sesuatu yang bernilai, bermanfaat, bertukar fikiran dan memperoleh
pengetahuan.
Pekerjaan
mempengaruhi
status
sosial
ekonomi seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi PP & Musfiroh M (2013) bahwa pekerjaan mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan ANC, yang dalam penelitiannya sebagian besar tidak bekerja (ibu rumah tangga). f. Lingkungan Faktor terakhir yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor lingkungan, yang menunjukan bahwa mayoritas responden mempunyai pengaruh lingkungan yang baik. Lingkungan disekitar ibu memiliki pengaruh yang baik terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut, sehingga kondisi yang ada disekitar ibu dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan tentang ANC dan perilaku ibu untuk melakukan ANC. Hal ini sesuai dengan pendapat Wawan A & Dewi M (2010), mengatakan bahwa lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sikap dan perilaku ibu pada masa kehamilan terdiri dari persiapan penerimaan kehamilan, persiapan menjadi orang tua, dan perubahanperubahan perilaku selama kehamilan (Mubarak WI, 2012; h. 281-285). Upaya peningkatan pengetahuan salah satunya dengan cara mengikuti penyuluhan di Puskesmas atau Posyandu dan dapat mencari informasi melalui media massa (koran, televisi). Pengetahuan ibu yang lebih baik diharapkan ibu dapat bertindak sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Pendapat Notoatmodjo (2003; h.128) bahwa pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) atau
pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam
berperilaku.
Namun
perubahan
pengetahuan
tidak
selalu
menyebabkan perubahan perilaku. 2. Identifikasi Keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Mayoritas responden pada penelitian ini dinyatakan telah berhasil melakukan ANC karena telah melakukan kunjungan kehamilan ≥ 4 kali kunjungan. Perhitungan keberhasilan ANC dalam penelitian ini melihat frekuensi kunjungan ibu hamil selama masa kehamilannya. Kunjungan Pertama (K1) sampai Kunjungan Keempat (K4) sama-sama penting, karena pada kunjungan tersebut ibu dapat memantau kondisi kehamilannya dan dapat mengetahui sejak dini apabila terdapat komplikasi pada kehamilannya. Maka, sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan kehamilan minimal 4 kali. Hani U et al (2011) menyatakan bahwa wanita hamil menerima manfaat yang maksimum dari ANC. Jika ibu memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan (dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga umur kehamilan) di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Menurut penelitian Dewi PP & Musfiroh M (2013) bahwa frekuensi ANC tergantung dengan jumlah kehamilan atau paritas dan pengetahuan tentang resiko kehamilan atau persalinan. Pada penelitian ini masih terdapat beberapa responden yang memiliki ANC < 4 kali. Hal ini dimungkinkan beberapa responden belum memahami tentang manfaat dari kunjungan ANC. Maka peran bidan dan kader sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. 3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan ibu terhadap keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor memiliki tingkat pengetahuan baik dan telah melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ 4 kali.
Hasil analisis uji Chi Square menunjukan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ANC dengan tingkat keberhasilan ANC. Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan telah cukup berhasil melakukan ANC. Tingkat pengetahuan responden telah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang cukup baik dalam penelitian ini yaitu faktor umur, status sosial ekonomi, paritas dan lingkungan. Faktor lainnya yaitu pendidikan dan pekerjaan. Meskipun, pendidikan ibu
mayoritas
adalah
pendidikan
dasar
yang
seharusnya
memiliki
pengetahuan kurang, tetapi pengetahuan tersebut didapatkan responden dari lingkungan sekitar dan responden yang reproduktif mudah menerima informasi, sehingga responden memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan mayoritas pekerjaan responden adalah tidak bekerja atau ibu rumah tangga yang seharusnya memiliki pengetahuan tidak lebih baik dari ibu yang bekerja, namun ibu tidak bekerja akan memiliki waktu luang untuk melakukan ANC. Pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang ANC yang baik. Pengetahuan pada ibu yang tidak bekerja dapat diperoleh dari kunjungan kehamilan dan tentunya pengaruh lingkungan. Menurut Sugiyono (2008) keeratan atau kekuatan hubungan antara dua variabel dalam penelitian ini yaitu rendah. Notoatmodjo (2010) manyatakan bahwa pengetahuan memegang peranan penting dalam menentukan sikap seseorang, sebab pengetahuan akan membawa seseorang untuk berfikir dan berusaha untuk melakukan tindakan yang benar. Berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu memiliki niat untuk memeriksakan kehamilannya. Pengetahuan yang
terdapat
pada seseorang
merupakan salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi perilaku dan perilaku tersebut akan mempengaruhi status kesehatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka perilaku yang diterapkan semakin positif
atau baik,
terutama pada
ANC selama
kehamilan.
Pengetahuan yang ibu miliki dapat langsung diterapkan sesuai informasi yang diterima, terutama pentingnya ANC selama kehamilan dan ibu akan melaksanakan ANC dengan semakin baik.
Ibu yang memiliki pengetahuan cukup harus lebih kreatif untuk meningkatkan pengetahuannya supaya lebih baik lagi terutama tentang ANC, sehingga komplikasi yang terjadi dalam kehamilan juga dapat dicegah sedini mungkin
KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ANC dengan tingkat keberhasilan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas tahun 2014. SARAN Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian ini dengan sasaran responden ibu dan bidan, serta melihat keberhasilan ANC dari cakupan Kunjungan Pertama (K1) dan Kunjungan Keempat (K4), agar dapat meningkatkan keeratan hubungan menjadi lebih kuat. Metode pengambilan data agar diperluas seperti wawancara yang dilakukan secara langsung pada responden, sehingga didapatkan data lebih akurat dan hasil penelitian yang lebih komprehensif lagi. DAFTAR PUSTAKA Adewoye KR, Musa IO, Atoyebi OA, & Babatunde OA.2013. Knowledge and Utilization of Antenatal Care Services by Women of Child Bearing Age in Ilorin-East Local Government Area, North Central Nigeria. International Journal of Science and Technology, vol. 3 No. 3, p. 188-193. Diakses 8 November 2013. http://ejournalofsciences.org/archive/vol3no3/vol3no36. pdf. Agustini NNM, Suryani N, & Murdani P. 2013. Hubungan Antara tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I. Semarang: Jurnal Magister Kedokteran Keluarga, vol. 1, no. 1, h. 67-79. Diakses 18 November 2013. http://eprints.uns.ac.id/2111/1/ 230-431-1-SM.pdf. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asrinah, Putri SS, Sulistyorini D, Muflihah IS, & Sari DN. 2010. Asuhan Kehamilan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bbaale E. 2011. Factors Influencing the Utilisation of Antenatal Care Content in Uganda. Washington DC: Australasian Medical Journal, vol. 4, no. 9, p.
516-526. Diakses 8 November 2013. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC3562912/pdf/AMJ-04-516.pdf. Depkes Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Depkes Jateng. Diakses 25 November 2013. http://www.dinkesjateng prov.go.id/dokumen/2013/SDK/Mibangkes/profil2012/BABVI2012fix.pdf. Depkes RI. 2011. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Depkes Jateng. Diakses 25 November 2013 http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/ manajemeninformasi/SPM/spm2011.pdf. Dewi PP, & Musfiroh M. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Antenatal Care dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Di Rumah Bersalin Wikaden Imogiri Bantul. Semarang: Jurnal Maternal, vol. 8. Diakses 19 Februari 2014. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=& esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CGcQFjAI&url=http%3A%2F %2Fejurnal.mithus.ac.id. Dinkes Banyumas. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas. Banyumas: Dinkes Banyumas. Hani U, Kusbandiyah J, Marjati, & Yulifah R. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika. Kusmiyati Y, Wahyuningsih HP, & Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. Mubarak WI. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, Wahit I, Nurul C, Khoirul R, & Supradi. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Focused. Yogyakarta: Nuha Medika. Nalisanti F. 2012. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan ANC (Antenatal Care) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Aceh: Jurnal Kesehatan Masyarakat. Diakses 6 November 2013. http://lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurnalFEBRINALISANTI0ptgambaranpelaksanaan-pelayanan-anc.pdf. Nasir A, Muhith A, & Ideputri ME. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ompusunggu EM, Siagian IET, & Umboh JML. 2013. Perilaku Ibu Hamil tentang Antenatal Care Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Manado: Jurnal e-Biomedik (eBM), vol. 1, no. 1, h. 28-33. Diakses 7 November 2013. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/ view/1157.
Pell C, Menaca A, Florence Were F, Afrah NA, Chatio S, Taylor LM, et al. 2013. Factors Affecting Antenatal Care Attendance : Results from Qualitative Studies in Ghana, Kenya and Malawi. Plos One, vol. 8 issue. 1, p. 1-11. Diakses 8 November 2013. http://www.plosone.org/article/fetchObject. action?uri=info%3Adoi%2F10.371%2Fjournal.pone.0053747&representati on=PDF. Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; h. 24-27. Raoof AM, & Al-Hadithi TS. 2011. Antenatal Care in Erbil City-Iraq: Assessment of Information, Education and Communication Strategy. Irak: Duhok Medical Journal, vol. 5, no. 1, p. 31-40. Diakses 7 November 2013. http://www.uod.ac/articlesfiles/no.7 .7.pdf. Riwidikdo H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press. Setiawan A, & Saryono. 2011. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Taguchi N, Kawabata M, Maekawa M, Maruo T, Aditiawarman, & Dewata L. 2003. Influence of Socio-Economic Background and Antenatal Care Programmes on Maternal Mortality in Surabaya, Indonesia. Jepang: Tropical Medicine and International Health, vol. 8, no. 9, p. 847-852. Diakses 6 November 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/ j.13653156.2003.01101.x/pdf. Wawan A, & Dewi M. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manumur. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. 2013. What is The Efficacy/Effectiveness of Antenatal Care and The Financial and Organizational Implications?. Europe: Health Evidence Network, p. 2-18. Diakses 9 November 2013. http://www.euro.who.int/ data/assets/pdffile/0007/74662/E82996.pdf