HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBSRSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Sukartinah NIM. ST14062
PROGRAM STUDI S S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBSRSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Sukartinah NIM. ST14062
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Sukartinah1), Happy Indri Hapsari2), Galih Priambodo2) 1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
ABSTRAK Kemajuan jaman membawa dampak pada estetika dalam hal melahirkan. Kebanyakan wanita ingin melakukan operasi sectio caesarea karena menghindari rasa sakit dan demi kemudahan proses kelahiran. Status hemodinamik yang tidak baik dapat berpengaruh pada tindakan operasi yang akan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional menggunakan cross sectional. Sampel di ambil di ruang IBS dengan jumlah 61 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisa bivariat menggunakan uji kendal tau diapatkan p value 0,009 maka p value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah karena ansietas,takut, nyeri, dan emosi dapatmerangsang saraf simpatis sehingamenimbulkan penekanan denyutjantung, dan tahanan vena perifer.Perangsangan saraf simpatismenyebabkan peningkatan tekanandarah. Hasil analisa bivariat p value 0,002 maka p value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi rate pada pasien pre operasi sectio caesarea kareana Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan respirasi rate (hiperventilasi) akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh rasa cemas yang dialaminya. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Kata Kunci
: Sectio Caesarea, Status Hemodinamik, Kecemasan, Pre Op
1
The Relationship between Anxiety Level and Hemodynamic Status of Patients at the Central Surgical Suite of dr. Soediran MangunSumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before Caesarean Section Sukartinah ABSTRACT Development of era gives effect to aesthetics of baby delivery. Most of women wish to have caesarean section to avoid pain and to ease the birth process. A poor hemodynamic status may influence the surgical procedure which will be performed. This research aims at finding out the relationship between anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before undergoing caesarean section. The research belongs to quantitative research with correlational study using cross-sectional design. A number of 61 respondents staying at the central surgery suite were selected as the samples. The research findings indicate that the bivariate analysis using Kendall Tau test results in the p value of 0.009 (p value < 0.05), and accordingly H0 is rejected and H1 is accepted. It means that there is a relationship between anxiety level and blood pressure due to anxiety, fear, pain, and emotion that can stimulate suppression of heart rate and peripheral resistance. The stimulation of sympathetic nervous system leads to high blood pressure. The bivariate analysis results in p value of 0.002 (p value < 0.05), and thereby H0 is rejected and H1 is accepted. This indicates that there is a relationship between anxiety level and respiratory rate of patients before caesarean section since the anxiety which is experienced can increase respiratory rate (hyperventilation) caused by the fear resulted from the anxiety. In other words, this proves that there exists the relationship between anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before caesarean section. Keywords
: caesarean section, hemodynamic status, anxiety, pre-op rata tindakan operasi Sectio Caesarea di
PENDAHULUAN Sectio
caesarea
merupakan
beberapa
negara
mencapai
20-25%
prosedur bedah untuk pelahiran janin
(WHO, 2009). Angka kejadian Sectio
dengan insisi melalui abdomen dan
Caesarea
uterus (Liu, 2007). Prevalensi tindakan
peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu
operasi
negara
bersalin dengan Sectio Caesarea 47,22%
berkembang mencapai 5-20% dan rata-
tahun 2001 sebesar 45,19% tahun 2002
2
Sectio
Caesarea
di
di
Indonesia
mengalami
sebesar 47,13% tahuh 2003 sebesar
melakukan operasi dan sering bertanya
46,87% tahun 2004 sebesar 53,2% tahun
apakah nanti saat dioperasi masih merasa
2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006
sakit atau tidak dan ada juga yang
sebesar 53,68% (Grace dalam Sumelang,
mengatakan apakah nanti setelah operasi
Kundre dan Karundeng, 2014). Survei
penyakitnya benar-benar sembuh atau
nasional pada tahun 2009 persalinan
tidak sebab dulu sudah pernah operasi
dengan Sectio Caesarea sekitar 22,8%
tetapi
dari
sehingga saat akan melakukan operasi
seluruh
persalinan
(Sumelang,
kekhawatiran
yang
tidak
harus
operasi
lagi
menjadi cemas dan terjadi peningkatan
Kundre dan Karundeng, 2014). Kecemasan
sekarang
merupakan
tekanan
jelas
menjadi 140/90 mmHg.
dan
darah
dari
130/90
mmHg
menyebar, berkaitan dengan perasaan
Kecemasan yang timbul dari rasa
tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart
takut pada pasien yang akan menjalani
dalam Handayani, dkk, 2014). Perasaan
operasi
yang tidak menentu ini pada umumnya
berpengaruh
tidak menyenangkan dan menimbulkan
hemodinamik sehingga dapat membuat
atau
fisiologis
pembatalan operasi, maka peneliti ingin
(misalnya panik, tegang, bingung, tidak
melakukan penelitian dengan judul “
bisa berkonsentrasi) (Mau, 2013).
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
disertai
perubahan
Perubahan fisiologis pada berbagai
Sectio
Caesarea terhadap
dapat status
Status Hemodinamik pada Pasien Pre
seperti
Operasi Sectio Caesarea di Ruang
perubahan pada sistem kardiovaskular
Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr.
yaitu
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.
sistem
tubuh
akibat
peningkatan
cemas
tekanan
darah,
palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok
METODOLOGI
dan lain-lain. Sistem pernafasan antara
Jenis
penelitian
ini
adalah
lainn nafas cepat dan dangkal, rasa
penelitian kuantitatif dengan rancangan
tertekan pada dada, rasa tercekik (Mau,
penelitian
2013).
Cross Sectional. Penelitian ini akan
Hasil
studi
pendahuluan
yang
korelasional
menghubungkan
menggunakan
antara
tingkat
dilakukan di RSUD dr.Soediran Mangun
kecemasan dengan status hemodinamik
Sumarso
hasil
(tekanan darah dan frekuensi pernafasan).
bahwa 2 dari 5 orang mengtakan merasa
Populasi dalam penelitian ini adalah
deg-degan
semua pasien yang akan melakukan
Wonogiri
serta
didapatkan
takut
saat
akan
3
operasi
Sectio
Instalansi
Caesarea
Bedah Sentral
di
Ruang
Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS)
(IBS) Dr.
RSUD DR. Soediran Mangun Sumarso
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Wonogiri.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data bahwa dalam bulan Mei
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampai Juli 2014 diperkirakan terdapat
1. Karakteristik Responden
61 pasien yang melakukan operasi Sectio
Hasil penelitian yang telah
Caesarea.Sampel penelitian didapatkan
dilakukan
61 responden dengan teknik pengambilan
responden
sampel
Total
tingkat pendidikan, tekanan darah,
Sampling yaitu semua populasi penelitian
respirasi ratedan tingkat kecemasan
dijadikan sebagai responden penelitian
yang telah disusun dalam bentuk tabel
(Nursalam, 2014).
serta deskripsi.
menggunakan
metode
Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Kendall Tau yang bertujuan untuk menghubungkan dua variabel yang memiliki skala ordinal. Pada penelitian ini akan menghubungkan dua variabel yaitu
variabel
(independen) hemodinamik
tingkat
dengan
kecemasan
variabel
(dependen)
status
(Nursalam,
2014)
didapatkan yang
karakteristik
meliputi
a. Karakteristik
umur,
Responden
Berdasarkan Umur Tabel 1 karakteristik responden berdasarkan umur (n=61) Klasifikasi Umur Remaja Akhir (17-25 Tahun) Dewasa Awal (26-35 Tahun) Dewasa Akhir (36-45 Tahun) Total
F
%
17
27,9
31
50,8
13
21,3
61
100
Analisa hasil uji statistik : Apabila p value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan tingkat
kecemasan
dengan
status
hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD DR. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 terima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesareadi
4
Karakteristik
responden
berdasarkan umur yang paling banyak sesuai tabel 1 adalah usia Dewasa Awal sebanyak 31 orang (50,8%). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Salfariani & Nasution (2007) yang
menunjukkan
mayoritas
responden
bahwa yang
menjalani sectio caesareaadalah
umur 25-30 tahun sebanyak 14
Yudha
orang. Menurut BKKBN usia
sebanyak 78% kasus terjadi pada
reproduktif yang sehat adalah
usia 20-35 tahun. Hasil tersebut
20-30
atau
disebabkan oleh perkembangan
tersebut
indikasi baik dari indikasi medis
tahun.
kurang dari
Lebih usia
yaitu
merupakan berisiko.
Depok
faktor
didapatkan
ibu
dan
janin
ini
maupun indikasi sosial. Selain
sejalan dengan hasil penelitian
itu, hal ini juga dikarenakan
Milka, Hasifah & Suryani (2013)
jumlah
menunjukkan bahwa dari 35
melahirkan di usia >35 dan <20
responden
tahun
Hasil
penelitian
diketahui
jumlah
ibu
hamil
yang
memiliki jumlah yang
responden yang terbanyak berada
jauh lebih sedikit dibandingkan
pada golongan umur 20-30 tahun
dengan ibu yang melahirkan di
yaitu sebanyak 26 responden
usia kelompok 20-35 tahun.
penelitian
Kehamilan dibawah 20
Khodijah, Siburian & Sinaga
tahun atau diatas 35 tahun sangat
(2014)
berisiko
(74,3%).
Hasil
menunjukkan
bahwa
untuk
persalinan
umur mempengaruhi kejadian SC
patologis sebagai indikasi SC.
yang mayoritas berusia 20-35
Kehamilan
tahun sebanyak 184 ibu (80%).
dibawah 20 tahun berpengaruh
Hasil penelitian di atas
pada
ibu
dengan
kematangan
dan
juga senada dengan penelitian
mental
Marisi
RSUD
kehamilan dan persalinan. Rahim
menyatakan
dan panggul ibu sering kali
(78,7%) adalah ibu melahirkan
belum tumbuh matang mencapai
dengan
tahun.
ukuran dewasa. Selain itu mental
mungkin
ibu juga berpengaruh terhadap
(2007)
Sidikalang
di
yang
umur
Komplikasi
20-35 yang
dalam
fisik
usia
menghadapi
timbul saat kehamilan juga dapat
pada
mempengaruhi
jalannya
merawat diri ibu dan bayinya.
persalinan sehingga SC dapat
Sehingga pada usia ini ibu
dianggap sebagai cara terbaik
cenderung mengalami persalinan
untuk
SC
melahirkan
janin.
ketrampilan
walaupun
ibu
tanpa
dalam
indikasi
Penelitian Nurhasannah (2010)
dengan
pertimbangan
pada tahun 2010 di RSU Bhakti
kekhawatiran ibu pada dirinya
5
dalam
menghadapi
proses
respon
persalinan dan keselamatan janin
rasional
dalam
berpendidikan
kandungannya
b. Karakteristik
Responden
lebih
daripada
rendah.
(Hutabalian, 2011).
yang
menengah
Tingkat
selanjutnya
atau
pendidikan menunjukkan
Berdasarkaan Tingkat pendidikan
kesadaran dan usaha pencapaian
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan(n=61)
atau
Klasifikasi Pendidikan SD SMP SMA S1 Total
F
%
21 25 11 4 61
34,4 41,0 18,0 6,6 100
Karakteristik
peningkatan
derajat
kesehatan yang lebih baik pada yang
berpendidikan
daripada
yang
tinggi
berpendidikan
menengah atau rendah. Semakin tinggi pendidikan pasien maka keyakinannya
harus
didukung
responden
oleh bukti – bukti ilmiah yang
berdasarkan tingkat pendidikan
rasional, karena persalinan bila
yang paling banyak sesuai tabel 2
dilakukan secara operasi hal ini
adalah SMP sebanyak 25 orang
menunjukan
(41,0%).
yang
Notoatmodjo menyatakan
bahwa
tidak
adanya
proses
normal, mereka
(2005)
diharapkan
dapat
belajar
tingkat
beradaptasi
terhadap
budaya
dengan
kondisi
pendidikan merupakan landasan
yang
seseorang
kesehatannya (Pratiwi, 2011).
dalam
berbuat
sesuatu. Pendidikan
responden
yang
mayoritas tinggi
mempengaruhi dalam
dapat
pengetahuan
pembentukan
sikap
mereka tentang tindakan sectio caesarea. Tingkat
pendidikan
berpengaruh dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu yang datang dari luar, dimana pada
seseorang
pendidikan
6
memberikan
tinggi
dengan akan
sesuai
c. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Distribusi Tekanan Darah Saat di IBS Tabel 3 Karakteristik Responden Menurut Distribusi Tekanan Darah Saat di IBS(n=61) Klasifikasi TD Hipotensi Normal Hipertensi Total
F
%
0 9 52 61
0 14,8 85,2 100
Distribusi tekanan darah saat di Instalansi Bedah Sentral
(IBS) yang paling banyak sesuai
tinggi khususnya menjelang akan
tabel
dioperasi.
3
adalah
hipertensi
psikologis
sebanyak 52 orang (85,2%). Hasil
Adanya
penelitian
tekanan
menyebabkan
munculnya gejala mual, muntah,
&
kembung, nyeri ulu hati dan
Tambajong (2015) menunjukan
malas makan. Selain itu juga
bahwa MAP pada jam ke-0
tekanan
paling
menyebabkan seseorang menjadi
Tampubolon,
Lalenoh
banyak
97
mmHg
psikologis
berjumlah 8 pasien atau 40 %.
depresi
Pada jam ke2 paling banyak 87
menurunnya
mmHg Berjumlah 7 pasien atau
(Ikhsan, Asdar & Suryani, 2012).
35 %. Pada jam ke-4 paling
Hasil Penelitian ini sejalan
banyak 107 mmHg berjumlah 10
dengan teori yang diungkapkan
pasien atau 50 %. Pada jam ke-6
oleh Rondhianto dalam Ikhsan,
paling
Asdar & Suryani (2012) bahwa
banyak
107
mmHg
yang
bisa
menyebabkan nafsu
makan
berjumlah 13 pasien atau 65 %
tindakan
sehingga distribusi tekanan darah
pembedahan
merupakan
pada
pengalaman
yang sulit bagi
pasien
dalam
ruang
operasi
atau
Instalansi Bedah Sentral paling
hampir semua pasien. Berbagai
banyak adalah hipertensi pada
kemungkinan buruk yang akan
jam ke-6 berjumlah 13 pasien
membahayakan bagi pasien dapat
(65%).
saja terjadi sehingga diperlukan
Tekanan merupakan penyebab
psikologis faktor
utama
terjadinya
atau
peran penting perawat dalam setiap
tindakan
dengan
pembedahan
melakukan
intervensi
munculnya peningkatan tekanan
keperawatan yang tepat untuk
darah pada mereka yang akan
mempersiapkan klien baik secara
memasuki
fisik maupun psikis.
Menurut
kamar seorang
operasi.
Menurut
teori
yang
ahli
bedah
di
RS
dikemukakan oleh Harry (2005),
Pertamina bahwa meningkatnya
bahwa ansietas, takut, nyeri, dan
tekanan darah pada mereka yang
stres
di ruang pre medikasi disebabkan
stimulasi
karena tekanan psikologis yang
meningkatkan frekuensi darah,
gastroenterology
emosi
menyebabkan
simpatik
yang
7
curah
jantung
dan
tahanan
paling
banyak
20x/menit,
vaskular perifer. Efek stimulasi
21x/menit,
simpatik meningkatkan tekanan
berjumlah
darah. Pada dasarnya tekanan
pasien atau 20%. Pada jam ke-2
psikologis memberikan efek pada
paling banyak 18x/menit dan
peningkatan tekanan darah. Pada
19x/menit
orang yang mengalami tekanan
masing 4 pasien atau 20%. Pada
psikologis,
jam
maka
pemompaan
dan
22x/menit
masing-masing
berjumlah
ke-4
4
masing-
paling
banyak
darah ke jantung menjadi lebih
20x/menit
cepat, paru-paru bekerja lebih
atau 25%. Pada jam ke-6 paling
cepat dan ini juga menyebabkan
banyak 26x/menit berjumlah 5
timbulnya
pasien
simptom-simptom
berjumlah 5 pasien
atau
25%
sehingga
pada aliran darah dan akhirnya
distribusi frekuensi pernafasan
tekanan
mengalami
yang paling banyak di Instalansi
peningkatan (Ikhsan, Asdar &
Bedah Sentral pada jam ke-4
Suryani, 2012).
adalah normal sebanyak 5 pasien
darah
d. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Distribusi Respirasi
(25%) dan takypne pada jam ke-6 sebanyak 5 pasien (25%).
Rate Saat di IBS
Hasil Penelitian Fadllilah
Tabel 4 Karakteristik Responden Menurut Distribusi Respirasi Rate (n=61) Klasifikasi RR Bradipnea Normal Takypnea Total
Distribusi
yang
mengalami kecemasan berat dan
0 61 0 61
0 100 0 100
panik mengalami frekuensi napas
respirasi
dalam kategori takipneu. Hasil penelitian
rate
61
orang
ini
mendukung
pendapat yang dikemukanan oleh Debora beberapa
(2012) faktor
bahwa
ada
yang
bisa
memengaruhi pernapasan, antara
(100%).
Tampubolon,
(13.3%)
%
sebanyak
Hasil
responden
F
sesuai tabel 4 semuanya dalah normal
(2014) didapatkan sebanyak 4
penelitian Lalenoh
&
Tambajong (2015) menunjukan bahwa laju napas pada jam ke-0
lain
adalah
fisik,
misalnya
kelainan bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta
adanya
gangguan
pada
fungsi dan struktur pernapasan.
8
Psikologis, misalnya stres dan
Distribusi
tingkat
cemas. Sosiokultural, misalnya
kecemasan yang paling banyak
merokok. Lingkungan, misalnya
sesuai dengan tabel 5 adalah
adanya alergi dan polusi.
cemas ringan sebanyak 20 orang
Tanda dan gejala pada kecemasan
berat
antara
lain
(32,8%)
meningkat,
berkeringat,
Hasil (2015)
Hastuti
menunjukkan
bahwa
kecemasan
ketegangan,
operasi
sangat
sempit,
persepsi
tidak
mampu
berat
penelitian
sakit kepala, penglihatan kabur, lapang
cemas
sebanyak 20 orang (32,8%).
napas pendek, nadi, dan tekanan darah
dan
pada
pasien
section
mengalami
pre
caesarea
kecemasan
berat
masalah,
sebanyak 18 orang (45%). Pasien
verbalitas, dan perasaan ancaman
sebelum dioperasi menganggap
meningkat. Tanda dan gejala
bahwa
pada kecemasan panik antara lain
tindakan
yaitu napas pendek, rasa tercekik,
karena menggunakan peralatan,
palpitasi,
pucat,
ruangan dan tindakantindakan
lapang persepsi sangat sempit,
keperawatan khusus. Pasien pre
marah,
ketakutan,
operasi
teriak,
dan
menyelesaikan
sakit
dada,
berteriak-
persepsi
kacau
(Stuart, 2007). e. Karakteristik
cemas
operasi
merupakan
yang
menakutkan
mengalami dan
perasaan
ketegangan
yang
ditandai dengan rasa cemas, takut Responden
akan pikiran sendiri, otot terasa
Berdasarkan Tingkat Kecemasan
nyeri, rasa penuh atau kembung,
Tabel 5 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Kecemasan (n=61) Klasifikasi F % Tingkat Kecemasan Tidak cemas 4 6,6 Cemas 20 32,8 ringan Cemas 17 27,9 sedang Cemas berat 20 32,8 Total 61 100
keringat dingin, pusing, tegang, lesu, tidak dapat istirahat dengan tenang. Perasaan itu dapat terjadi karena pasien tidak mempunyai pengalaman yang
akan
pembedahan
terhadap
hal-hal
dihadapi seperti
saat anatesi,
nyeri, perubahan bentuk dan ketidakmampuan mobilisasi post operasi (Kasdu, 2008). Menurut Sundari (2005), pasien
yang
9
akanmenjalani
operasi
atau
beberapa
yang
kecemasan
merupakan
tingkat kecemasan pada pasien
reaksi umum terhadap kondisi
pre operasi antara lain umur,
yang dirasakan sebagai suatu
jenis
ancaman
pendidikan
dan
dalam hidup, integritas tubuh,
Faktor
umur
atau bahkan kehidupannya itu
mempengaruhi
sendiri.
kecemasan
sesuai
Soewadi
(2006)
yang
terhadap
perannya
dapat
faktor
pembedahan dapat mengalami
Hasil penelitian ini juga
memepengaruhi
kelamin,
pekerjaan, pendapatan. dapat tingkat pendapat yang
menunjukkan bahwa distribusi
mengatakan bahwa umur muda
kecemasan ringan juga paling
lebih mengalami kecemasan dari
banyak.
ini
pada umur tua, karena usia muda
sejalan dengan hasil penelitian
lebih mudah mengetahui dan
Qulsum
memahami
Hasil
penelitian
,dkk
(2012)
yang
tentang
tindakan
menyatakan bahwa kecemasan
operasi yang dilakukan.Kondisi
pasien
tersebut
pre
operasi
sebelum
juga
berhubungan
diberikan intervensi terbanyak
dengan tingkat kesiapan pasien
adalah kecemasan ringan yang
dalam
disebabkan oleh umur responden
Berdasarkan
yang rata-rata dewasa. Ibu yang
kecemasan berat lebih banyak
akan bersalin mempunyai emosi
dialami oleh pasien perempuan,
berlebihan
hal ini karena pasien perempuan
yang
menimbulkan
dapat kecemasan.
Tingkat kecemasan setiap orang
menghadapi
lebih
hasil
emosional
operasi. penelitian
dan
lebih
responsive dari laki-laki.
meskipun
Kecemasan yang dialami
menghadapi permasalahan yang
oleh pasien sebelum operasi lebih
sama
yang
banyak yang dialami oleh pasien
diantaranya
yang tidak bekerja. Hal ini terjadi
berbeda-beda
karena
mempengaruhi
faktor
pemahaman diri, kematangan dan
karena
kemungkinan
pasien
pemahaman dalam menghadapi
selalu
memikirkan,
biaya
tantangan (Stubrata, 2008).
pengobatan maupun semua biaya
Hasil penelitian Gangka, Kadir
10
menunjukkan
&
Semana
(2013)
selama dia dalam perawatan, mulai masuk sampai keluar di
rumah sakit (Gangka, Kadir &
keluarga
ataupun
pasien
pre
Semana, 2013).
operasi bedah mayor digestif itu sendiri, jika hal ini terus menerus
Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi lebih
terjadi
banyak dialami oleh pasien yang
kecemasan yang berkepanjangan
berpendidikan rendah dalam hal
pada pasien pre operasi bedah
ini yang tingkat pendidikannya
mayor digestif (Gangka, Kadir &
SD
Semana, 2013).
dan
SLTP
karena
pengetahuan atau pemahamannya tentang prosedur, manfaat dan
kurang
sehingga
menyebabkan
2. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi rate Hasil
kerugian dari operasi tersebut masih
dapat
analisis
menggunakan
uji
bivariat
kendall
tau
mekanisme koping yang dimiliki
didapatkan nilai p value = 0,009
kurang efektif dari pada pasien
makap value < 0,05 sehingga H0
yang pendidikannya cukup dalam
ditolak dan H1 diterima artinya ada
hal
hubungan tingkat kecemasan dengan
ini
pasien
pendidikannya karena
yang
SMU-Sarjana
responden
memahami
dan
mampu
menganalisa
tekanan
darah.
Hasil
penelitian
Fadlilah (2014) menunjukkan hasil yang
sama
bahwa
nilai
p-value
tentang segala informasi yang
didapatkan hasil 0.002. Yang berarti
diberikan
nilai p-value kurang dari 0,05 dapat
sehingga
memiliki
tingkat pemahaman yang bagus
juga
atau memiliki mekanisme koping
hipotesis diterima yang artinya ada
yang
hubungan antara tingkat kecemasan
lebih
hubungan
bagus.
antara
Adanya
pendapatan
pasien pre operasi bedah mayor digestif
dengan
tingkat
diartikan
Ho
ditolak
atau
dengan frekuensi napas Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan
respirasi
rate
kecemasan, disebabkan karena
(hiperventilasi) akibat rasa takut yang
walaupun
ditimbulkan oleh rasa cemas yang
yang
baik
persiapan
tingkat tetapi biaya
pendapatan kurangnya yang
tidak
dialaminya beberapa
(Aulawi, faktor
2007).
Ada
yangbisa
sedikit merupakan faktor dari
memengaruhi pernapasan,antara lain
permasalahan yang berdampak
adalah fisik, misalnyakelainan bentuk
pada
dada,penyakit pernapasan yang sudah
rasa
kekhawatiran
dari
11
menahun, serta adanya gangguan pada
hubungan
fungsi
kecemasandengan tekanan darah.
dan
struktur
pernapasan.
antara
tingkat
Kecemasan dapat menstimulasi
Psikologis, misalnya stres dan cemas. merokok.
sistem saraf pusat sehingga membuat
Lingkungan, misalnya adanya alergi
jantung berdebar disertai takikardi dan
dan polusi. Tanda dan gejala pada
peningkatan tekanan darah (Aulawi,
kecemasan berat antara lain napas
2007). Kecemasan yang dirasakan
pendek, nadi, dan tekanan darah
dapat
meningkat, berkeringat, sakit kepala,
terhadap stimulus sehingga stimulus
penglihatan kabur, ketegangan, lapang
bereaksi berlebihan dalam sistem
persepsi sangat sempit, tidak mampu
peredaran darah yang menyebabkan
menyelesaikan masalah, verbalitas,
urat-urat nadi dan pembuluh darah
dan perasaan ancaman meningkat.
kecil
Tanda dan gejala pada kecemasan
kemudian
panik antara lain yaitu napas pendek,
terhadap
rasa tercekik, palpitasi, sakit dada,
bertambah kuat serta mengeluarkan
pucat, lapang persepsi sangat sempit,
angiotamin (zat yang menyebabkan
marah,
pembuluh-pembuluh
Sosiokultural,
misalnya
ketakutan,
berteriak-teriak,
meningkatkan
mengerut
kepekaan
sangat
kuat
mengadakan tekanan
dan
respon
darah
nadi
yang
dan
dan persepsi kacau (Stuart, 2007).
menggiatkan kerja jantung) maka
3. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan
terjadilah peningkatan tekanan darah (Semiun, 2010).
Tekanan Darah Hasil menggunakan
12
analisis uji
Hasil penelitian Ikhsan, Asdar
bivariat
kendall
tau
&
Suryani
(2012)
menunjukkan
didapatkan nilai p value = 0,002 maka
bahwa tingkat pengetahuan dapat
p value < 0,05 sehingga H0 ditolak
meningkatkan tekanan darah pada
dan H1 diterima artinya ada hubungan
pasien
tingkat kecemasan dengan respirasi
tekanan darah disebabkan karena
rate. Hasil penelitian ini sejalan
pengetahuan
dengan
yang
hasil
penelitian
Fadlilah
pre
operasi.
Peningkatan
merupakan
diperlukan
informasi
pasien
masalah.
untuk
(2014) yang menunjukkan bahwa nilai
mengatasi
Pengetahuan
p-value didapatkan hasil 0,002. yang
pasien mengenai tindakan operasi
berarti nilai p-value kurang dari 0,05
seperti jenis operasi, jenis anatesi, dan
dapat juga diartikan Ho ditolak atau
riwayat penyakit yang diderita dapat
hipotesis diterima yang artinya ada
meningkatkan
tekanan
darah.
Semakin
banyak
pengetahuan
informasi
pasien
atau
mengenai
simpatik
yang
frekuensi darah, curah jantung dan
tindakan operasi yang akan dilakukan
tahanan
maka pasien akan lebih siap sebelum
stimulasi
memasuki ruang operasi sehingga
tekanan darah.
mengurangi
dampak
vaskular
perifer.
simpatik
Efek
meningkatkan
Hasil penelitian ini mendukung
terjadinya
pendapat yang dikemukanan oleh
peningkatan tekanan darah. Peningkatan
meningkatkan
tekanan
darah
Muttaqin
&
Sari
(2011)
yang
pada pasien pre operasi dapat terjadi
menunjukkan bahwa ansietas, takut,
akibat
penyakit
nyeri, dan emosi dapat merangsang
tekanan darah tinggi sehingga pada
saraf simpatis sehinga menimbulkan
saat akan melakukan operasi maka
penekanan
terjadi peningkatan tekanan darah.
tahanan vena perifer. Perangsangan
Pada orang dengan riwayat hipertensi
saraf
maka risiko untuk mengalami kondisi
peningkatan
ini semakin meningkat apalagi jika
panelitian
ini
kondisi tersebut tidak diikuti dengan
responden
dalam
dukungan dari keluarga pada saat
ringan
mengalami
masih berada di ruang perawatan
tekanan
darah
(Rondhianto, 2008).
sebanyak
adanya
riwayat
Tekanan psikologis merupakan
denyut
jantung,
simpatis
menyebabkan
tekanan
1
dan
darah.
juga
Pada
didapatkan
kategori
cemas
peningkatan
atau
hipertensi
responden
(3.3%)
dikarenakan faktor lain, pada saat
faktor utama penyebab terjadinya atau
penelitian
munculnya peningkatan tekanan darah
bahwa pasien mengalami nyeri di
pada mereka yang akan memasuki
bagian yang mengalami penyakit. Hal
ruang operasi. Menurut seorang ahli
ini berbeda dengan pendapat yang
bedah
dikemukakan
gastroeneterolgy
di
RS
peneliti
oleh
mendapatkan
Stuart
(2007)
meningkatnya
menunjukkan ada faktor lain yang
tekanan darah pada mereka di pre
mempengaruhi peningkatan tekanan
medikasi disebabkan karena tekanan
darah yaitu stresor psikologis dan
psikologis
fisik
Pertamina
bahwa
yang
tinggi
khusunya
yang
dapat
mempengaruhi
menjelang operasi. Menurut teori
tekanan darah yang tidak dikendalikan
yang dikemukakan oleh Harry (2005)
di kriteria inklusi dan eksklusi.
bahwa ansietas, takut, nyeri dan stress emosi
menyebabkan
stimulasi
13
kecemasan dengan tekanan darah dan
SIMPULAN 1. Karakteristik
responden
penelitian
hasil analisis bivariat menggunakan
berdasarkan umur yang paling banyak
uji kendall tau berdasarkan tabel 4.7
sesuai tabel 4.1 adalah usia dewasa
didapatkan nilai p value = 0,002 maka
awal sebanyak 31 orang (50,8%) dan
p value < 0,05 sehingga H0 ditolak
berdasarkan tingkat pendidikan yang
dan H1 diterima artinya ada hubungan
paling banyak sesuai tabel 4.2 adalah
tingkat kecemasan dengan respirasi
SMP sebanyak 25 orang (41,0%).
rate.
2. Tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr.
Soediran
Mangun
Sumarso
Wonogiri yang paling banyak sesuai dengan tabel 4.6 adalah cemas ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas
DAFTAR PUSTAKA Fadlilah, Siti. (2014). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Status Tanda-Tanda VitalPada Pasien Pre-Operasi Laparotomi Di Ruang Melati Iii Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
berat sebanyak 20 orang (32,8%), cemas sedang sebanyak 17 orang (27,9%), dan tidak cemas sebanyak 4 orang (6,6%). 3. Status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
berdasarkan
distribusi
tekanan darah saat di IBS yang paling banyak
sesuai
tabel
4.4
adalah
hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%) dan distribusi respirasi rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal sebanyak 61 orang (100%). 4. Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya
14
ada
hubungan
tingkat
Ikhsan, Muhammad, Asdar, Faisal & Suryani, Sri. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganTerjadinya Peningkatan Tekanan DarahPada Pasien Pre Operasi Laparatomi DiRumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar. Jurnal PenelitianVolume 1 Nomor 1 Tahun 2012.ISSN: 2302-2531. Kasdu, Dini. (2008). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara. Liu, David. (2007). Manual Persalinan. Jakarta : EGC. Marisi. (2009). Karakteristik Ibu Yang MengalamiPersalinan Dengan Seksio Sesarea Yang DirawatInap di Rumah Sakit Umum Daerah SidikalangTahun 2007: USU Repository 2009. Medan
Mau,
Aemalinius. (2013). Pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre operasi di ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSU Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Milka, Maria Viane, Hasifah & Suryani, Sri. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Sectio Caesarea terhadap Mobilisasi Dini di RSIA Pertiwi Makassar 2013. Jurnal Ilmiah.Vol.4 No.3.ISSN 23021721. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, W.G. (2007). Buku Saku keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Sumelung, Veibymiaty. Kundre, Rina & Karundeng, Michael. (2014). Faktor – Faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna. Ejournal keperawatan (eKp) Volume 2, Nomor 1 Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Tampubolon, Triyatna R.A. Lalenoh, Diana &Tambajong, Harold. (2015). Profil Nyeri Dan Perubahan Hemodinamik Pada PasienPasca Bedah Seksio Sesarea Dengan Analgetik Petidin.Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No.1.
Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Edisi Pertama, Yogyakarta: Gosyen Publishing. Qulsum, dkk. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD. Tugurejo Semarang. Diakses 28 Desember 2015 dari http://ejournal.stikestelogorejo.ac.i d. Salfariani, Intan M & Nasution, Siti Saidah. (2007). Faktor Pemilihan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU Bunda Thamrin Medan.Karya Ilmiah S-1 Keperawatan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius
15
Aulawi, 2007 Debora (2012 Gangka, Kadir & Semana (2013 Handayani, dkk, 2014 Harry (2005 Hastuti (2015 Hutabalian, 2011 Nurhasannah (2010 Rondhianto, 2008 Soewadi (2006 WHO, 2009
16