HUBUNGAN CEMAS DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BOURGENVIL RSUD DR.SOEGIRI LAMONGAN Zeni Wahyuningsih, Sri Hananto Ponco Nugroho, Mu’ah
…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan bahwa operasi merupakan pengalaman yang menakutkan, maka tidak heran kecemasan sering timbul pada pasien pre operasi, Berbagai responpun timbul akibat cemas baik respon fisiologis maupun psikologis, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Cemas dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Desain penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 32 orang, sampel diambil 30 orang dengan tehnik Simple Random Sampling. Data diambil menggunakan lembar kuesioner dan dianalisa dengan Uji Spearman dan tingkat kemaknaan p < 0,05. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi. Uji Spearman didapatkan p= 0,000 maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan Cemas dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Kesimpulannya Hubungan Cemas dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Melihat hasil penelitian di atas, diharapkan tenaga keperawatan mampu meningkatkan asuhan keperawatan khususnya masalah psikologi pasien sehingga peningkatan tekanan darah yang timbul akibat cemas pada pasien pre operasi dapat teratasi dengan baik.
Kata Kunci : Cemas, Tekanan Darah, Pre Operasi
mempersiapkan pasien agar penyulit paska bedah dapat dicegah sebanyak mungkin. Tindakan bedah merupakan upaya yang dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Maka tidak heran seseorang yang akan melakukan pembedahan sering mengalami kecemasan. Menurut Carpenito (1999) dalam Erik Priyo Prasetiyo (2005), menyatakan 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami ansietas. Para peneliti memperkirakan bahwa antara 50% hingga 80% dari seluruh kasus penyakit yang terjadi berkaitan secara langsung dengan kecemasan sebagai etiologi. Dari survey awal yang dilakukan pada pasien yang akan melakukan operasi pada tanggal 2 maret sampai 9 maret 2010 di ruang bedah RSUD Sogiri Lamongan, sesuai dengan skala HARS, dari 10 responden, 4 orang (40 %) mengalami cemas sedang, 5 orang (50%)
PENDAHULUAN. …… .
… …. Operasi merupakan salah satu pemecahan yang dilakukan oleh dokter untuk mengobati kondisi yang sulit ataupun yang tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana. Sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan bahwa operasi merupakan pengalaman yang menakutkan, karena berbagai kemungkinan buruk dapat terjadi pada pasien. Tindakan pre operasi penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan pasien dan persiapan pre operasi. Dalam persiapan ditentukan indikasi atau kontra indikasi operasi, toleransi pasien terhadap tindakan bedah dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan. Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk SURYA
53
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi mengalami cemas ringan, 1 orang (10%) tidak merasa cemas. Dari data diatas dapat diketahui bahwa masih banyak pasien yang akan melakukan operasi mengalami kecemasan. Menurut Taylor (1995) dalam Reta Budi Apriyanawati, dkk(2003) menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Endang sawitri & Agus Sudaryanto, 2004, menyatakan bahwa berbagai alasan yang melatarbelakangi kecemasan pada pasien pra bedah antara lain : cemas menghadapi pembiusan, takut mati saat operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat yang akan menganggu fungsi peran pasien, dan cemas masalah biaya perawatan yang membengkak. Selain itu pandangan bahwa pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan klien pada umumnya merasa takut atau cemas. Kecemasan pre operative memiliki sifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta ketegangan yang disertai perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat respirasi. Respon berlebih yang disebabkan oleh cemas inilah yang ditakutkan dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan, terutama terjadinya peningkatan tekanan darah karena dapat memicu respon yang lebih besar selain itu juga dapat mempengaruhi status kesehatan serta dapat mengubah prosedur diagnosa yang telah ditentukan. Untuk dapat mengatasi respon cemas pasien yang lebih lanjut, meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi suatu tindakan operasi perlu dilakukan diantaranya dengan memberikan dukungan kepada pasien, membangun hubungan
SURYA
komunikasi yang efektif dan terapiutik perawat-pasien, membantu pemecahan masalah, sehingga pasien dapat memilih alternatif koping yang positif bagi dirinya untuk mengatasi rasa cemas yang dialami. Dari pemikiran dan fenomena diatas itulah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Cemas dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Tujuan uraian di atas adalah untuk mengetahui hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi.
METODE PENELITIAN.…
… .… Dalam penelitian ini menggunakan studi Analitik Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Studi Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menentukan hubungan antar variabel menurut permintaan tanpa intervensi dari peneliti, dimana pengambilan atau pengumpulan data pada tiap subyek penelitian diobservasi bersamaan dan sekali saja (Nursalam, 2003). Dengan demikian penelitian ini untuk mengetahui hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi.
HASIL .PENELITIAN
…
1. Data Umum 1) Karakteristik Responden (1) Pendidikan pasien pre operasi. Tabel 1
No 1. 2. 3 4 5
Distribusi responden berdasarkan pendidikan.
Jenis Kelamin Tidak sekolah SD SLTP SLTA D3 /PT Jumlah
Frekuensi 0 9 5 9 7
Prosentase (%) 0 30 16,7 30 23,3
30
100
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa, hampir sebagian pendidikan pasien pre
54
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi operasi adalah SD dan SLTA masing-masing sebanyak 9 orang (30%) . dan sebagian kecil pendidikan SLTP sebanyak 9 orang (16,7%). (2) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 2
2. Data Khusus 1) Tingkat kecemasan pasien pre operasi Tabel 4 No
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan .
No.
Pekerjaan
Frekuensi
1. 2. 3. 4
Tidak bekerja/ IRT Buruh tani/ petani Swasta / wiraswasta PNS /TNI/ POLRI Jumlah
13 5 12 0 30
Persentase (%) 43,3 16,7 40 0 100
Dari tabel 2 dijelaskan bahwa hampir sebagian pekerjaan pasien pre operasi adalah tidak bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 13 orang (43,3%) . dan sebagian kecil bekerja sebagai buruh tani atau petani sebanyak 5 orang (16,7%). (3) Karakteristik umur
responden
1. 2. 3 4
1. 2. 3.
< 20 20-35 >35
6 13 11
Persentase (%) 20 43,3 36,7
30
100
Jumlah
1 2 3 4
Peningkatan tekanan darah sisto mmhg 0 mmhg 10 mmhg 20 mmhg 40 mmhg Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
3 20 6 1 30
10 66,7 20 3,3 100
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pasienoperasi mengalami peningkatan tekanan darah sistol 10 mmhg sebanyak 20 orang (66,7% ) dan sebagian kecil mengalami peningkatan tekanan darah 40 mmhg sebanyak 1 orang (3.3%).
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian pasien pre operasi berumur antara 20-35 tahun sebanyak 13 responden (43,3%) dan sebagian kecil berumur < 20 tahun sebanyak 6 responden (20%).
SURYA
4 15 11 0 30
Persentase (%) 13,3 50 36,7 0 100
Tabel 5 Distribusi peningkatan tekanan darah.
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan umur. Frekuensi
Frekuensi
2) Peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi
No
Umur (th)
Tingkat cemas Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Jumlah
Dari table 4 dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan sebanyak 15 orang (50%) dan sebagian kecil tidak mengalami kecemasan sebanyak 4 (13,3%).
berdasarkan
No.
Distribusi tingkat kecemasan.
55
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi 3) Hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang Bourgenvil RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Tabel 6
Distribusi Hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah
Peningkatan tekanan darah jumlah Tidak ada Peningkatan Peningkatan Peningkatan peningkatan % % sistol 20 % sistol 40 % Total % sistol 10 mmhg sistol 0 mmhg mmhg mmhg Tidak cemas 3 75 1 25 0 0 0 0 4 100 Cemas ringan 0 0 15 100 0 0 0 0 15 100 Cemas sedang 0 0 4 36,4 6 54,5 1 9,1 11 100 Cemas berat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tingkat kecemasan
total
3
10
20
66,7
Dari tabel 6 Menunjukkan bahwa dari 4 orang (100%) pasien pre operasi yang tidak tidak mengalami kecemasan sebagian besar juga tidak mengalami peningkatan tekanan darah sistol 0 mmhg sebanyak 3 orang (75%). Dari 15 (100%) yang mengalami cemas ringan seluruhnya mengalami peningkatan tekanan darah sistol 10 mmhg sebanyak 15 orang (100%). Dan dari 11 (100%) pasien pre operasi dengan cemas sedang sebagian besar mengalami peningkatan tekanan darah sistol 20 mmhg sebanyak 6 orang (54,5%).
3,3
1
3,1 30
100
takut dan cemas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, bergantung pada orang lain, dan mungkin kematian. Klien mungkin akan kwatir kehilangan pendapatan atau penggantian asuransi akibat akibat perawatan dirumah sakit. Anggota keluarga sering merasa takut gaya hidupnya terganggu dan tidak berdaya menghadapi pembedahan yang semakin dekat (Potter & Parry, 2005). Teori diatas sesuai dengan kenyaataan pasien pre operasi yang tidak memiliki pekerjaan atau pekerjaannya swasta cenderung lebih mengalami kecemasan dibanding dengan orang yang bekerja sebagai PNS / TNI / POLRI, hal ini dilatarbelakangi antara lain karena bagi orang yang tidak bekerja atau bekerja swasta ketakutan akan biaya operasi yang dianggap mahal, menjadi bergantung pada orang lain dikhawatirkan akan mempengaruhi pendapatan sehingga akan berpengaruh bagi gaya hidup yang akan dijalani selanjutnya berbeda dengan PNS /TNI/ POLRI yang setiap bulannya masih memiliki biaya seperti biaya pensiunan. Keceamasan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : pengalaman, informasi , usia, sosial ekonomi riwayat penyakit dan lingkungan. Berdasarkan hasil dari tabulasi data tabel 5, didapatkan bahwa hampir seluruh pasien pre operasi berumur 20-35 tahun sebanyak 13 0rang (43,3%). hal ini sesuai dengan teori bahwa kecemasan sering muncul pada usia sebelum 30 tahun (Stuard and Sundeen,
PEMBAHASAN .… .… 1. Tingkat Cemas Berdasarkan hasil dari tabulasi data tabel 4, didapatkan hampir sebagian pasien pre operasi mengalami cemas ringan sebanyak 15 orang (50 %), hampir setengahnya mengalami cemas sedang sebanyak 11 orang (36,7%) dan hanya sebagian kecil yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 4 orang (13,3%). Hal tersebut dapat dipengaruhi karena, hampir sebagian pekerjaan pasien pre operasi adalah tidak bekerja sebanyak 13 orang (43,3%), dan yang bekerja sebagai swasta atau wiraswasta sebanyak 12 orang (40 %), dan hampir tidak ada pasien yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI. ini dipertegas dengan teori bahwa saat akan menghadapi pembedahan klien akan mengalami berbagai stresor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa
SURYA
6
56
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi 1998). Hal ini dikarenakan pada usia ini kecemasan terjadi akibat emosi yang masih labil dalam menghadapi masalah seperti diantaranya masalah tanggung jawab terhadap tugas pendidikan, pekerjaan, atau masalah keluarga menyebabkan pasien pre operasi seringsering mengalami kecemasan.
3. Hubungan Cemas terhadap Peningkatan Tekanan Darah. Dari hasil tabulasi silang pada tabel 6 dari 4 orang (100%) pasien pre operasi yang tidak tidak mengalami kecemasan sebagian besar juga tidak mengalami peningkatan tekanan darah sistol 0 mmhg sebanyak 3 orang (75%). Dari 15 (100%) yang mengalami cemas ringan seluruhnya mengalami peningkatan tekanan darah sistol 10 mmhg sebanyak 15 orang (100%). Dan dari 11 (100%) pasien pre operasi dengan cemas sedang sebagian besar mengalami peningkatan tekanan darah sistol 20 mmhg sebanyak 6 orang (54,5%). Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. dan dianalisa menggunakan program SPSS 11.5 for windows antara tingkat cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan, diperoleh nilai korelasi positif sebesar 0,000 dengan signifikansi p = 0,001 dimana p < 0,05. Maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Berdasarkan hasil uji di atas dapat diinterpretasikan bahwa pasien pre operasi yang tidak cemas tidak mengalami peningkatan tekanan darah sistol, Sedangkan semakin tinggi tingkat kecemasan pasien pre operasi semakin tinggi pula peningkatan tekanan darah sistol. Jadi ada hubungan yang positif antara cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang Bourgenvil RSUD. Dr. Soegiri Lamongan. Kecemasan pre operative memiliki sifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta ketegangan yang disertai perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat respirasi (Endang sawitri & Agus Sudaryanto, 2004). Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan tekanan darah merupakan respon fisiologis dari cemas. Cemas menimbulkan respon fisiologis dan psikologis. Kedua hal ini saling berhubungan. Sebagai dampak dari
2. Peningkatan tekanan darah Berdasarkan hasil dari tabulasi data tabel 5, didapatkan bahwa pasien yang akan melakukan operasi sebagian besar mengalami peningkatan tekanan darah sistol 10 mmhg sebanyak 20 orang (66,7%), dan hanya sebagian kecil yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 3 orang (10%). Sesuai dengan teori, Ansietas dan rasa takut umumnya menyebabkan peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah (potter & Parry, 2005). Hal tersebut dikarenakan karena pusat pengawasan dan pengaturan tekanan darah dilakukan antara lain oleh : sistem syaraf, sistem humoral dan sistem hemodinamik. Dan menurut Salan pada anxietas sedang terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, sedangkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi. Pada sistem syaraf salah satunya dilakukan oleh hipotalamus, Yang mana hipotalamus ini berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang berhubungan dengan pengaturan kardovaskuler. Rangsangan pada hipotalamus anterior menyebabkan penurunan tekanan darah dan bradikardi, sedangkan rangsangan pada hipotalamus posterior dapat meningkatkan tekanan darah dan takikardi (Syaifudin, 2006). Oleh sebab itu untuk mengatasi masalah peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi sebisa mungkin kita mengatasi cemas pasien agar tidak terjadi sekresi adrenalin berlebih yang dapat meningkatkan tekanan darah.
SURYA
57
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi perubahan psikologis akan mempengaruhi fisiologis. Begitu pula sebaliknya. Apabila pasien mengalami kecemasan maka akan berdampak pada peningkatan tekanan darah.. Hal ini dipertegas dengan teori Menurut Cannon, yang mana anxietas akan menimbulkan respon ‘’fight or flight’’. Flight merupakan reaksi isotonic tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Kecemasan atau anxietas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan mengsekresi CRF (Corticotropin - Releasing Factor) yang menyebabkan sekresi hormon-hormon hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (Adreno- Corticotropin Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk mengsekresi kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. (Faisal Idrus, 2006). Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa cemas mempunyai peran penting dalam peningkatan tekanan darah pasien pre operasi. dan seperti penelitian ini, dimana semakin tinggi tingkat kecemasan seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darah seseorang.
3) Terdapat Hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di ruang Bourgenvil RSUD Dr. Soegiri Lamongan. 2. Saran Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal mengalami tingkat kecemasan pasien pre operas. Dan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi. Dari hasil penelitian tentang hubungan cemas terhadap peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi diharapkan menjadi tambahan ilmu kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya mengenai kecemasan pasien pre operasi. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar dan representatif dengan metode yang lebih akurat, serta meneliti dari responrespon lain yang ditimbulkan kecemasan pre operasi. . . .DAFTAR PUSTAKA . . . Anda, 2009. Konsep Cemas Stress dan Adaptasi http://Andanerswordpress.com diakses pada tanggal 18 Maret 2010. Baradero, Mary, et/all. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan 1) Sebagian besar pasien pre operasi di ruang Bourgenvil RSUD Dr,Soegiri Lamongan mengalami kecemasan ringan.. 2) Sebagian besar pasien pre operasi di ruang Bourgenvil RSUD Dr,Soegiri Lamongan mengalami peningkatan tekanan darah sistol 10 mmhg. SURYA
Brasher, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis & Patofisiologi : Edisi 2. Jakarta : EGC Brunner
58
& Stuard. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : Volume 2. Jakarta: EGC
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011
Hubungan Cemas Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis: Edisi 9. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Dempsey, Patricia Ann. 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Alih BahasaPalupi W.td Edisi 4. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ester, Monika. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Haris Abdul , 2009. Peran Perawat Pada fase Pre Operatif http://LensaProfesi.blogspot.com diakses pada tangga 15 Maret 2010 Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Proses Keperawatan : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta. EGC
Pro Health, 2009. Konsep Keperawatan Pre Operasi Http://Forbetterhealthworrdpress.C om diakses pada tanggal 15 Maret 2010
Hidayat, Aziz Alimul . 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat,
Hidayat,
Hidayat,
Lindsey,
SURYA
Potter
Aziz Alimul .2007. Riset Keperawatan dan Teknik penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba medika
& Parry. 2005. Fundamental Keperawatan : Volume 2. Jakarta : EGC
Ramzkesrawan, 2009. Konsep Dasar keperawatan Peri Operatif. http://oknurse.wordpress.com diakses pada tanggal 18 April 2010.
Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Stuart, Gail W.2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi :Edisi 3. Jakarta : EGC Turana Yuda, 2008. http://tanyadokter.com diakses pada tanggal 19 April 2010.
2008. Tekanan Darah. http://Lisnseylaff.blogspot.com diakses pada tanggal 17 April 2010
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
59
Vol.01, No.VIII, Aprl 2011