HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, VITAMIN C DAN SENG DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III ( Tiga ) Gizi
Disusun Oleh SUCI NOVITASARI J300101017
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
ABSTRAK
SUCI NOVITASARI J300101017
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, VITAMIN C DAN SENG DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
Pendahuluan: Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami oleh Indonesia. Salah satu golongan yang rawan gizi adalah remaja. Remaja sangat rawan terkena anemia dibandingkan anak-anak dan usia dewasa, karena remaja berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat gizi mikro dan zat gizi makro. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28. Kejadian anemia pada remaja putri sebanyak 1,02% di Kota Surakarta. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat asupan protein, zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitan yang digunakan bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut dan nilai kadar hemoglobin diperoleh dari pengambilan darah vena dengan metode hemocue. Jumlah sampel sebanyak 69 sampel diambil menggunakan teknik stratified random sampling dilakukan secara acak dengan undian. Uji hubungan yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein, asupan zat besi, asupan vitamin C dan asupan seng subyek penelitian sebagian besar asupan termasuk kategori kurang. Asupan protein 43,5%, asupan zat besi 73,9%, asupan vitamin C 71,0%, asupan seng 71,0% dan sebanyak 46% yang mendrita anemia. Hasil uji korelasi hubungan tingkat asupan protein , zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin diproleh nilai p >0,05. Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara asupan protein, zat besi, vitamin C, dan Seng dengan dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. Kata Kunci:Asupan protein, zat besi, vitamin C, seng, dan kadar hemoglobin Kepustakaan : 30 :1992-2012
iii
NUTRITIONAL SCIENCE PROGRAM HEALT SCIENCE FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA SCHOLARLY PAPER
ABSTRACT
SUCI NOVITASARI J300101017
CORRELATION BETWEEN LEVELS OF PROTEIN, IRON, VITAMIN C AND ZINC INTAKES AND HEMOGLOBIN LEVEL OF FEMALE ADOLESCENTS OF SMA BATIK 1 SURAKARTA
Intoduction: Anemia is one of serious micro-nutrient problems with high prevalence in Indonesia. Adolescent is one age-group with high nutritional risk. Adolescent is more susceptible of anemia than children and adult, because adolescent is in a developmental stage needed mani micro and marco nutrients. Anemia prevalence of female adolescent in Indonesia of 2006 was 2008. Anemia incidents of female adolescent in Surakarta were 1.02%. Purpose of the Research: Purpose of the research is to know correlation between levels of protein, iron, vitamin C and zinc level and hemoglobin level of female adolescent of SMA Batik 1 Surakarta. Method of the Research: The research is observational one with cross-sectional approach. Data is collected by using 24 hours recall for 3 days consecutively and value of hemoglobin level is obtained by taking venous blood with hemocue method. Sample of the research is 69 respondents taken by using stratified random sampling and it is performed by using lottery. Results of the Research: Results of the research indicated that intakes of protein, iron, vitamin C and zinc of subjects were mostly categorized as inadequate. Protein intake was 43.5%, iron was 73.9%, vitamin C was 71.0%, zinc was 71.9% and 46% of the respondents suffered from anemia. Results of correlation test of level of protein, iron, vitamin C and zinc intakes and hemoglobin level was p>0.05. Conclusion: There is now correlation between intakes of protein, iron, vitamin C and zinc and hemoglobin level of female adolescent of SMA Batik 1 Surakarta.
Key words: Intakes of protein, iron, vitamin C, zinc, and hemoglobin level References: 30: 1992-2012
iv
heme, bagian dari hemoglobin, protein
PENDAHULUAN
dalam sel darah merah yang mengikat
Anemia merupakan salah satu
oksigen dan memungkinkan sel darah
masalah gizi mikro yang cukup serius
merah untuk mengangkut oksigen ke
dengan prevalensi tertinggi dialami
seluruh tubuh. Jika zat besi tidak
oleh Indonesia. Salah satu golongan yang
rawan
gizi
adalah
cukup didalam tubuh, maka besi yang
remaja.
Remaja sangat rawan terkena anemia
disimpan
dibandingkan
usia
digunakan. Apabila simpanan besi
dewasa, karena remaja berada pada
habis maka akan kekurangan sel
masa
darah merah dan jumlah hemoglobin
anak-anak
dan
pertumbuhan
dan
Menurut
penelitian
(2012)
sebanyak
Cahayaningtyas 54,5%
remaja
putri
akan
mengakibatkan anemia (Proverawati,
membutuhkan zat gizi mikro dan zat makro.
tubuh
di dalamnya akan berkurang sehingga
perkembangan sehingga lebih banyak
gizi
dalam
2011). Zat besi mempunyai fungsi yaitu untuk
mengalami
pembentukan
anemia. Ketidakseimbangan asupan
mineral
zat
Hemoglobin bertindak sebagai unit
gizi
bisa
menjadi
penyebab
dan
Hemoglobin,
pembentukan
kurangnya hemoglobin pada remaja,
pembawa
contoh
membawa oksigen dari paru-paru ke
ketidakseimbangan
asupan
zat
besi
mengakibatkan
dan
seng
kondisi
(Proverawati,2011).
mengakibatkan cadangan zat besi
anemia
dalam
itu
hati
remaja putri mengalami menstruasi
pembentukan
setiap bulannya, dan asupan makan
terganggu
remaja putri lebih rendah di banding
pembentukan
laki-laki
karena
lebih
sel
sehingga
darah
akan
merah
mengakibatkan
kadar
hemoglobin
di bawah normal. Zat besi merupakan mikroelemen
(Depkes RI,2003). berperan
menurun,
rendah atau kadar hemoglobin darah
sering
mengontrol pola makannya atau diet.
Protein
yang
ke paru-paru. Defisiensi besi dapat
akan
Disamping
darah
sel-sel, serta membawa CO2 kembali
energi, protein dan zat gizi mikro seperti
oksigen
enzim.
tubuh,
dalam
yang
pembentukan
pengangkutan besi ke sumsum tulang
mensintesis
untuk membentuk molekul hemoglobin
yang
esensial
diperlukan darah
yaitu
hemoglobin.
bagi dalam untuk
Kelebihan
zat besi disimpan sebagai protein
yang baru. Zat besi merupakan unsur
feritin dan hemosiderin di dalam hati,
penting tubuh dan diperlukan untuk
sumsum
produksi sel darah merah. Zat besi
tulang
belakang,
dan
selebihnya di simpan dalam limfa dan
merupakan salah satu komponen dari
otot. 1
Kekurangan
zat
besi
akan
menyebabkan terjadinya penurunan
penurunan
kadar
pemperlambat
feritin
yang
diikuti
dengan
kelenjar
indra
dan
penyembuhan
luka.
penurunan kejenuhan transferin atau
Faktor yang mengatur absorbsi seng
peningkatan protoporfirin. Jika
adalah zat besi. Bila lebih banyak seng yang dibutuhkan maka lebih
keadaan ini terus berlanjut akan terjadi
anemia,
hemoglobin
dimana
turun
di
banyak
kadar
bawah
dalam
jumlah
menghambat
Vitamin C sangat berpengaruh pembentukan
jumlah
seng
yang
diabsorbsi. Serat fitrat dan tembaga
nilai
normal (Almatsier,2001).
terhadap
pula
berlebih
dapat
ketersediaan
biologik
seng dan sebaliknya protein histinidin
kadar C
ini membantu absorpsi seng. Nilai
membantu dalam memperkuat daya
albumin dalam plasma merupakan
tahan
penentu
hemoglobin
karena
tubuh,
infeksi,
membantu
dan
penyerapan
vitamin
melawan
besi
absorbsi
seng.
dalam
Absorbsi seng menurun bila nilai
(Budiyanto,
albumin darah menurun. Sebagian
membantu zat
utama
2002). Vitamin C dapat meningkatkan
seng
menggunakan
alat
tranpor
absorpsi zat besi non hem sampai
trasferin yang juga merupakan alat
empat kali lipat, yaitu dengan merubah
traspor zat besi (Almatsier, 2001).
besi feri menjadi fero dalam usus
Hemoglobin adalah suatu pigmen
halus sehingga mudah diabsorpsi.
dalam darah berfungsi untuk memberi
Vitamin C menghambat pembentukan
warna
hemosiderin yang sukar di mobilisasi
mempunyai
untuk
di
membawa oksigen maupun karbon
perlukan (Almatsier,2001). Salah satu
dioksida (Muchtadi,2010). Dapak dari
upaya mengatasi kadar hemoglobin
hemoglobin
rendah yaitu dengan mengkonsumsi
menyebabkan cepat lelah, konsentrasi
makanan
C
belajar menurun sehingga prestasi
untuk pembentukan penyerapan zat
belajar rendah dan dapat menurunkan
besi (Khomsan,2003).
produktivitas kerja. Di samping itu juga
membebaskan
besi
mengandung
bila
vitamin
merah
darah
kapasitas
rendah
menurunkan
Seng di keluarkan tubuh terutama
pada
adalah
daya
dapat
tubuh
sehingga
dan jaringan tubuh yang di buang.
Prevalensi
Definisi
pada
dikalangan remaja jika tidak tertangani
golongan rentan yaitu anak-anak, ibu
dengan baik akan berlanjut hingga
hamil, ibu menyusui dan orang tua.
dewasa (Agus, 2004).
dapat
terjadi
Hasil
Kekurangan seng dapat mengganggu kelenjar
teroid,
laju
(2004)
metabolisme, 2
terkena
untuk
melalui feses, di keluarkan melalui urin
seng
mudah
tahan
dan
anemia
penelitian
menunjukan
yang
infeksi. tinggi
Retnoningsih bahwa
ada
hubungan antara asupan protein, zat
Batari. Koperasi tersebut didirikan oleh
besi dan vitamin C dengan kadar
sekumpulan
hemoglobin pada santri putri usia 13-
Semakin berkembangnya Batik Batari
18 tahun di pondok pesantren asrama
tersebut menimbulkan suatu gagasan
Fathimiyah Miftahul ilmi, Babakan,
untuk
menyisihkan
Ciwaringan, Kabupaten Cirebon.
untuk
kepentingan
pengusahan
pada remaja putri tahun 2006, yaitu
nama
Yayasan
28%
Batari
yang
RI,2007).
keuntungannya Sosial
dengan
mendirikan sebuah Yayasan dengan
Di Indonesia prevalensi anemia
(Depkes
Batik.
Kejadian
Pendidikan
direalisasikan
Batik dengan
anemia pada remaja putri sebanyak
berdirinya SMA Batari. Bersamaan
1,02% di Kota Surakarta (Depkes
dengen
Provinsi Jawa Tengah,2002). Maka
Batik Batari pecah menjadi 3 (tiga)
dari
untuk
koperasi primer yaitu: Koperasi Batari,
Surakarta
Koperasi PPBS dan KPN. Karena
mengenai hubungan antara asupan
perpecahan koperasi tersebut, maka
protein, zat besi, vitamin C dan seng
nama Batari hanya merupakan bagian
terhadap kadar hemoglobin. Penelitian
saja, sehingga untuk menghilangkan
di lakukan di SMA Batik 1 Surakarta.
kesan tersebut maka nama SMA dan
itu
melakukan
peneliti
tertarik
penilitian
di
perkembangan,
Koperasi
SMP Batari diubah menjadi SMA dan SMP Batik. SMA Batik 1 Surakarta
METODE PENELITIAN
yang
Jenis penelitan yang digunakan bersifat
sebelumnya
bernama
SMA
Batari ini didirikan pada tanggal 1
obrservasionaldengan Jenis
Oktober 1957 dengan status Sekolah
penelitian ini mempelajari hubungan
Swasta yang dikelola oleh Yayasan
antara variabel bebas (tingkat asupan
Pendidikan Batik. Tujuan dari Yayasan
protein, zat besi, vitamin C, dan seng)
ini adalah mendorong dan mendidik
pendekatan
cross-sectional.
anak didiknya untuk sanggup bekerja
dengan terikat (kadar hemoglobin) yang
dilakukan
dengan
mandiri, percaya kepada kemampuan
cara
sendiri
pengumpulan data.
dan
tanggung kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga
A. Gambaran Lokasi Penelitian Sejarah Surakarta
SMA
Sejarah
Batik
mempertebal
jawab jasmani menjadi
serta
rasa
menjaga
dan manusia
rokhani yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha 1
Esa. Pada tahun 1966 SMA Batik 1
perkembangan
Surakarta berhasil memperoleh status
SMA Batik 1 Surakarta sangat erat
bersubsidi
hubungannya dengan Koperasi Batik
Pendidikan dan Kebudayaan Republik 3
dengan
SK
Menteri
B. Karakteristik Subyek Penelitian
Indonesia tanggal 26 Maret 1966 No. 1238/135/BIII/1966 SMA
Batik
mengalami
1
dengan
telah
Subyek dalam penelitian ini
selama
adalah remaja putri di SMA BATIK
Surakarta
pergantian
1. Umur Subyek Penelitian
Kepala
beberapa kali.Pada perkembangannya
1
tanggal 28 April 2004 status SMA
subyek,
Batik 1 Surakarta berubah menjadi
memenuhi
terkreditasi dengan peringkat A (Amat
ekslusi.
Baik).
penelitian
Hal
ini
didasarkan
pada
Surakarta
yg
berjumlah
69
penelitian
ini
telah
kritria
inklusi
dan
Karaktristik
subyek
berdasarkan
nilai
Keputusan Sidang Badan Akreditasi
prosentase umur dan status gizi
Sekolah Provinsi Jawa Tengah pada
adalah umur siswi sebagian besar
tanggal 28 April 2004.
yaitu
berada
dijalan
sebanyak
148
sebanyak
37
2. Status Gizi Subyek Penelitian
Slamet
Data
Riyadi 445 Surakarta adalah kelas X laki-laki
tahun
sampel (53,6%).
Jumlah SiswaSMA Batik 1 Surakarta
17
distribusi
frekuensi
status gizi dapat dilihat pada tabel
siswa,
8.
prempuan sebanyak 196 siswa jumlah
Tabel 8 Ditribusi frekuensi Status Gizi
seluruh siswa kelas X yaitu 334 siswa. Kelas XI IPA laki-laki sebanyak 44 siswa, prempuan sebanyak 100 siswa
Status Gizi Normal Lebih Kurang Jumlah
jadi jumlah kelas XI IPA yaitu 144. Sedangkan kelas XI IPS laki-laki
N 38 19 12 69
% 55,1 27,5 17,4 100,0
sebanyak 95 dan prempuan sebanyak 83 siswa, jadi jumlah siswa kelas XI
Pada
tabel
8dapat
IPS adalah 178 siswa. Kelas XII IPA
diketahui bahwa sebagian besar
laki-laki
status gizi normal yaitu 55,1%.
sebanyak
24
siswa
dan
prempuan sebanyak 97, jadi jumlah siswa kelas XII IPA adalah 103,
C. Asupan Protein, Asupan Vitamin C, Asupan Besi, Asupan Seng dan Kadar Hemoglobin
sedangkan kelas XII IPS jumlah siswa laki-laki 87 dan prempuan sebanyak 97, jadi jumlah siswa kelas XI IPS
1. Asupan Protein
sebanyak 166 siswa. Jumlah siswa
Data
SMA Batik seluruhnya adalah 935.
hasil
distribusi
frekuensi asupan protein sampel dapat dilihat pada Tabel 9.
4
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden
elektron yang berasal dari zat gizi penghasil
energi
ke
oksigen
sehingga membentuk air. Dalam Asupan Protein Kurang Baik Lebih
N
%
30 25 14
43,5 36,2 20,3
Jumlah
69
100
proses tersebut dihasilkan ATP, sebagian besi berada di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein yang mengandung zat besi dari sel darah merah dan mioglobin di
Hasil
penelitian
dalam otot (Almatsier, 2001).
yang
2. Asupan Zat besi
dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta
Data
sebagian besar sampel memiliki asupan
protein
(43,5%).
Dalam
kurang
distribusi
frekuensi asupan zat besi sampel
yaitu
penelitian
hasil
dapat dilihat pada Tabel 10.
ini
terdapat 69 subyek dengan cara Tabel 10 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi Responden
menanyakan makanan yang telah dikonsumsi
selama
24
jam
sebelumnya (recall) selama 3 hari berturut-turut. remaja
Selama
kebutuhan
Asupan Zat Besi Kurang Cukup Jumlah
masa protein
meningkat karena proses tumbuh
N
%
51 18 69
73,9 26,1 100
kembang terlalu cepat. Apabila protein terbatas akan di gunakan
Hasil
penelitian
yang
menjadi sumber energi. Pada awal
dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta
masa remaja kebutuhan protein
sebagian besar sampel memiliki
remaja putri lebih tinggi karena
asupan
zat
remaja
73,9%.
Dalam
putri
memasuki
besi
kurang penelitian
yaitu ini
pertumbuhan lebih cepat dari pada
terdapat 69 subyek dengan cara
remaja laki-laki. Angka kecukupan
menanyakan makanan yang telah
gizi protein remaja putri adalah 48-
dikonsumsi
62 gram per hari, untuk laki-laki 55-
sebelumnya (recall) selama 3 hari
66 gram per hari (Adriani,2012). Di
berturut-turut. Jadi sebagian besar
dalam tiap sel, besi (Fe) bekerja
sampel dalam kategori kurang,
sama
dengan
selama
24
jam
rantai
protein
hasil recall konsumsi makan 3x24
elektron,
yang
jam selama 3 hari berturut-turut
berperan dalam langkah-langkah
sebagian besar subyek penelitian
akhir metabolisme energi. Protein
setiap
pengangkut
ini memindahkan hidrogen dan 5
harinya
lebih
banyak
mengkonsumsi lauk nabati dari
Karena dalam kebutuhan sehari-
pada lauk hewani. Jumlah zat besi
hari vitamin C dikonsumsi sesuai
yang akan diserap tubuh setiap
dengan kebutuhan, dalam tubuh
harinya hanya 1 mg atau dengan
vitamin C hanya dapat disimpan
10-20 mg zat besi yang terkandung
sebanyak
dalam makanan. Zat besi dalam
anjuran mengkonsumsi vitamin C
pangan nabati berbentuk ikatan
sehari sekitar 100 mg/hari. Vitamin
ferri di dalam tubuh, ikatan ferri ini
C sangat mudah untuk diabsorbsi
harus di pecah terlebih dahulu
secara aktif dan secara difusi pada
dalam bentuk ferro oleh getah
bagian atas usus halus kemudian
lambung. Sedangkan jumlah zat
masuk ke peredaran darah melalui
besi yang di keluarkan oleh tubuh
vena porta (Almatsier,2003).
0,5-1,0
Data
mg/hr
hasil
distribusi
dapat dilihat pada Tabel 12.
3. Asupan Vitamin C hasil
distribusi Tabel 12 Distribusi Frekuensi Asupan Seng Responden
frekuensi asupan vitamin C sampel dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin C Responden Asupan Vitamin C Kurang Cukup Jumlah
kemudian
frekuensi asupan zat seng sampel
(Khomsan,2003).
Data
mg,
4. Asupan Seng
melalui urin, kringat, dan feses sekitar
1500
N
%
49 20 69
71,0 29,0 100
Asupan Seng
N
%
Kurang Cukup Jumlah
49 20 69
71,0 29,0 100
Hasil
penelitian
yang
dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta sebagian besar sampel memiliki asupan seng kurangyaitu 71,0%.
Hasil
penelitian
yang
Dalam penelitian ini terdapat 69
dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta
subyek dengan cara menanyakan
sebagian besar sampel memiliki
makanan yang telah dikonsumsi
asupan vitamin C kurang yaitu
selama 24 jam sebelumnya (recall)
71,0%.
ini
selama 3 hari berturut-turut. Hal ini
terdapat 69 subyek. Hasil recall
karena seng merupakan bagian
konsumsi makan selama 3 hari
yang
berturut-turut
reaksi
Dalam
mengkonsumsi
penelitian
sampel
kurang
buah-buahan.
penting
dalam
metabolisme
beberapa karbohidrat,
lemak, protein, dan asam nukleat. 6
Angka kecukupan gizi seng adalah
resiko kehilangan zat besinya lebih
15 mg per hari untuk remaja putri
sedikit di bandingkan remaja putri
dan putra. Adapun RDA remaja
yang menstruasinya lebih dari lima
laki-laki memerlukan 15 mg/hari
hari dimana kekurangan zat besi
dan perempuan 12 mg/hari. Bahan
ini dapat menyebabkan anemia.
makanan sumber seng antara lain daging merah, hati, unggas, keju,
D. Hubungan Tingkat Asupan Protein, Zat besi, Vitamin C dan Seng dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri
seluruh padi-padian sereal, kacang kering, telur dam makanan laut terutama
tiram.
Gejala
klinis
Berdasarkan
definisi seng adalah gagal tumbuh,
dilakukan
nafsu makan berkurang, letargi mental,
perubahan
kematangan
kulit
seksual
dengan
kadar
Kadar
distribusi
dengan kadar hemoglobin pada remaja putri.
N 41 28 69
remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14 Distribusi Kadar Hemoglobin berdasarkan Asupan Protein
yang
sebagian besar sampel memiliki hemoglobin normal
Asupan Protein
atau
tidak anemia yaitu 59,4%. Remaja
Kurang
putri mengalami menstruasi yang Baik
banyak selama lebih dari lima hari
Lebih P
dan dikhawatirkan akan kehilangan besi.
Remaja
putri
dari
dengan kadar hemoglobin pada
% 59,4 40,6 100,0
penelitian
analisis
hubungan tingkat asupan protein,
dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta
zat
pada
1. Hubungan tingkat asupan protein,
Hemoglobin
Hasil
kadar
hemoglobin
remaja putri sebagai berikut.
hasil
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Data Hemoglobin Responden
Hasil
putri
protein, zat besi, vitamin C dan seng
sampel dapat dilihat pada tabel 13.
Kadar Hemoglobin Tidak Anemia Anemia Jumlah
remaja
test tentang hubungan tingkat asupan
yang
5. Kadar Hemoglobin
frekuensi
69
yang
didapatkan hasil uji spearman rank
dan
terhambat (Adriani, 2012).
Data
pada
penelitian
yang
menstruasinya hanya tiga hari ini
7
Kadar Hemoglobin Anemia Tidak Total Anemia n % N % n % 32 63,5 15 36, 47 100 5 14 74,0 5 26, 19 100 0 3 50 3 50 3 100 0,077
Sehingga
Pada tabel 14 dapat dilihat
apabila
bahwa sebagian besar sampel
protein
dengan asupan protein kurang
gangguan
(63,5%)
Hasil
transportasi.
analisa menggunakan uji korelasi
Tidak
namun
anemia.
kekurangan
akan
menyebabkan
pada
absorbsi
ada
hubungan
Rank Spearmandidapatkan hasil
asupan
0,077 yang nilainya lebih besar α >
hemoglobin dalam penelitian ini
0,05 maka Ho diterima. Hal ini
antara
menunjukan
faktor
bahwa
tidak
ada
protein
dan
lain
dengan
kadar
bukan
disebabkan
kekurangan
konsumsi
hubungan antara asupan protein
makanan yang mengandung zat
dengan kadar hemoglobin pada
gizi
remaja
disebabkan recall konsumsi makan
putri
SMA
Batik
1
3
Surakarta. Penelitian dengan
ini
penelitian
makro
hari
makanan
sejalan
pada
Fernandez
saja.
Tetapi
juga
berturut-turut,konsumsi yang
saat
sangat
pendek
mengambil
data
(2010) bahwa tidak ada hubungan
makanan yang seharusnya 3 hari
bermakna tingkat asupan protein
tidak
dengan kadar hemoglobin pada
disebabkan
siswikelas XI SMU Negri 1 ngawi.
peneliti hanya diberi waktu 2 jam
Menurut
tingkat
untuk 69 sebjek peneliti dalam sehari yang mana setiap subjek di
Linder
(2006)
konsumsi
protein
perlu
diperhatikan
karena
semakin
recall
berturut-turut. pada
sekitar
saat
2-3
ini recall
menit/orang,
rendah tingkat konsumsi protein
sehingga
maka semakin cenderung untuk
yang
menderita
kurang lebih 10-15 menit/orang.
berfungsi
anemia. dalam
Protein
waktu
Hal
seharusnya
Adapun
pembentukan
tersebut wktu
faktor
tidak recall
lain
tubuh.
kekurangan zat gizi makro tetapi
Hemoglobin, pigmen darah yang
akibat kekurangan salah satu gizi
berwarna merah dan berfungsi
mikro yaitu zat besi, asam folat,
sebagai pengangkut oksigen dan
vitanmin B12 dan vitamin C yang
karbon
dioksida
adalah
digunakan dalam pembentukan sel
protein.
Protein
juga
ikatan-ikatan
esensial
ikatan
berperan
darah merah.
dalam proses pengankutan zat-zat
2. Hubungan tingkat asupan zat besi
gizi termasuk besi dan saluran
dengan kadar hemoglobin pada
cerna dalam darah, dari darah ke
remaja putri.
jaringan-jaringan
dan
melalui
Hasil
membran sel ke dalam sel-sel.
analisis
dari
hubungan tingkat asupan zat besi, 8
dengan kadar hemoglobin pada
pendek pada saat mengambil
remaja putri dapat dilihat pada
data makanan yang seharusnya
tabel berikut:
3 hari tidak berturut-turut.Hal ini disebabkan pada saat recall peneliti hanya diberi waktu 2
Tabel 15 Distribusi Kadar Hemoglobin berdasarkan Asupan Zat Besi
jam untuk 69 sebjek peneliti dalam sehari yang mana setiap
Asupan Zat Besi Kurang Cukup p
Kadar Hemoglobin Anemia Tidak Total Anemia n % N % n % 30 5
55,8 33,3
24 44,2 10 66,7 0,204
54 15
subjek di recall sekitar 2-3 menit/orang,
sehingga
waktu
tersebut tidak yang seharusnya
100 100
waktu recall kurang lebih 10-15 menit/orang. Karena di dalam tubuh
Pada
tabel 15
dapat
manusia membutuhkan zat besi
dilihat bahwa sebagian besar
untuk keperluan sintesis protein
sampel dengan asupan zat besi
yang membawa oksigen dalam
kurang (55,8%) namun anemia. Hasil analisa menggunakan uji korelasi
Rank
Spearman
diterima.
Hal
perpindahan
dalam
elektron
reduksi-oksidasi
hubungan antara asupan zat
tubuh
dan
(Almatsier,
2002).
besi dengan kadar hemoglobin
Penelitian
pada remaja putri SMA Batik 1
dengan
Surakarta.
ini
sejalan
penelitian
yang
Fernandez (2010) bahwa tidak
Tidak
ada
hubungan
ada hubungan yang signifikan
asupan zat besi dengan kadar
antara zat besi dengan kadar
hemoglobin dalam penelitian ini
hemoglobin pada siswi kelas XI
antara lain bukan disebabkan kekurangan
SMU Negri 1 Ngawi.
konsumsi
3. Hubungan tingkat asupan vitamin
makanan yang mengandung zat
C dengan kadar hemoglobin pada
gizi mikro saja. Tetapi juga disebabkan makan3
dari
besi dan ikut bereaksi dalam
ini
menunjukan bahwa tidak ada
faktor
mioglobin
dan
enzim yang mengandung zat
nilainya lebih besar α > 0,05 Ho
hemoglobin
serta berfungsi untuk sintesis
didapatkan hasil 0,204 yang
maka
bentuk
recall
hari
remaja putri.
konsumsi
Hasil
berturut-turut,
analisis
dari
hubungan tingkat asupan vitamin
konsumsi makanan yang sangat
C, dengan kadar hemoglobin pada 9
remaja putri dapat dilihat pada
makanan yang seharusnya 3 hari
tabel berikut:
tidak
berturut-turut.
disebabkan
pada
Hal saat
ini recall
peneliti hanya diberi waktu 2 jam
Tabel 16 Distribusi Kadar Hemoglobin berdasarkan Asupan Vitamin C
untuk 69 sebjek peneliti dalam sehari yang mana setiap subjek di recall
Asupan Vitamin C
Kadar Hemoglobin Anemia Tidak Total Anemia n % N % N %
Kurang Cukup
29 8
kurang lebih 10-15 menit/orang.
59,2 49,1
20 12
P
40,8 50,9
49 20
sekitar
sehingga yang
100 100
2-3
waktu
seharusnya
menit/orang,
tersebut
tidak
waktu
recall
Kekurangan
0,951
dapat
menghambat
absorbsi
Pada tabel 16 dapat dilihat
vitamin
besi
C
proses
sehingga
dapat
bahwa sebagian besar sampel
menyebabkan kadar hemoglobin
dengan asupan vitamin C kurang
rendah (Almatsier,2001). Vitamin C
(59,2%)
Hasil
atau asam askorbat adalah suatu
analisa menggunakan uji korelasi
senyawa beratom karbon 6 yang
Rank Spearman didapatkan hasil
dapat larut dalam air.Vitamin C
0,951 yang nilainya lebih besar α >
merupakan
namun
anemia.
vitamin yang disintesis dari
0,05 maka Ho diterima. Hal ini ada
glukosa dalam hati dari semua
hubungan antara asupan vitamin C
jenis mamalia, kecuali manusia.
dengan kadar hemoglobin pada
Manusia
remaja
gulonolaktone
menunukan
bahwa
putri
tidak
SMA
Batik
1
tidak
memiliki
enzim
oksidase,
yang
sangat penting untuk sintesis dari
Surakarta. hubungan
prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-
asupan vitamin C dengan kadar
gulonolakton, sehingga manusia
hemoglobin dalam penelitian ini
tidak dapat mensintesis vitamin C
antara
Tidak
bukan
disebabkan
dalam tubuhnya sendiri. Di dalam
kekurangan
konsumsi
tubuh, vitamin C terdapat di dalam
lain
faktor
ada
makanan yang mengandung zat
darah
gizi
juga
korteks anak ginjal, kulit, dan
disebabkan recall konsumsi makan
tulang. Vitamin C akan diserap di
3
saluran cerna melalui mekanisme
mikro
hari
Tetapi
berturut-turut
makanan pada
saja.
yang
saat
konsumsi
sangat
mengambil
(khususnya
leukosit),
transport aktif.
pendek
Penelitian
data
ini
sejalan
dengan penelitian yang dilakukan 10
Fernandez (2010) bahwa tidak ada
kadar hemoglobin dalam penelitian
hubungan yang signifikan antara
ini antara lain bukan disebabkan
asupan Vitamin C dengan kadar
faktor
hemoglobin pada siswi kelas XI
makanan yang mengandung zat
SMU Negeri 1 Ngawi.
gizi
kekurangan
mikro
saja.
Tetapi
disebabkan
recall
dengan kadar hemoglobin pada
makan3
hari
remaja putri.
turutkonsumsi
4. Hubungan tingkat asupan seng
Hasil
analisis
sangat
dari
konsumsi
juga
konsumsi berturut-
makanan
pendek
pada
yang saat
hubungan tingkat asupan seng,
mengambil data makanan yang
dengan kadar hemoglobin pada
seharusnya 3 hari tidak berturut-
remaja putri dapat dilihat pada
turut. Hal ini disebabkan pada saat
tabel berikut:
recall peneliti hanya diberi waktu 2 jam untuk 69 sebjek peneliti dalam sehari yang mana setiap subjek di
Tabel 17 Distribusi Kadar Hemoglobin berdasarkan Asupan Seng
recall
Asupan Seng
Kadar Hemoglobin Anemia Tidak Total Anemia n % N % N %
Kurang Cukup
25 5
57,8 28,8
20 19
p
42,2 71,2
45 24
sekitar
2-3
menit/orang,
sehingga
waktu
yang
seharusnya
recallkurang
tersebut
tidak wktu
lebih
10-15
(Zn)
adalah
menit/orang.
100 100
Seng
mikromineral yang terdapat dalam
0,951
jaringan Pada tabel 17 dapat dilihat
terlibat
manusia/hewan dalam
fungsi
dan
berbagai
bahwa sebagian besar sampel
enzim dalam proses metabolisme.
dengan asupan zat seng kurang
Zn diperlukan untuk aktivitas lebih
(57,8%)
dari
namun
anemia.
Hasil
90
enzim
yang
ada
analisa menggunakan uji korelasi
hubungannya dengan metabolisme
Rank Spearman didapatkan hasil
karbohidrat
0,951 yang nilainya lebih besar α >
degradasi/sintesis protein, sintesis
0,05 maka Ho diterima. Hal ini
asam
menunukan
hemoglobin,
bahwa
tidak
ada
dan
nukleat,
energi,
biosintesis
transpor
CO2
hubungan antara asupan seng
(anhidrase karbonik) dan reaksi-
dengan kadar hemoglobin pada
reaksi lain.
remaja
putri
1
Di antara sekian banyak
ada
enzim ber-Zn, eritrosit karbonik
hubungan asupan seng dengan
anhidrase merupakan bagian yang
Surakarta.
SMA Tidak
Batik
11
esensial
untuk
keseimbangan
1. Tingkat asupan potein sebagian
asam
basa.
Superoksida
besar kurang yaitu sebanyak 30 sampel (43,5%)
dismutase (yang membutuhkan Cu
2. Tingkat asupan zat besi sebagian
dan Zn) didapatkan dalam semua sel,
dimana
besar kurang yaitu sebanyak 51
diperkirakan
sampel (73,9%).
memainkan peranan pertahanan
3. Tingkat asupan vitamin C sebagian
atau difusi dalam pembuangan anion-anion
superoksida
besar kurang yaitu sebanyak 49
yang
sampel (71,0%)
rusak. Penelitian ini tidak sejalan
4. Tingkat asupan seng sebagian
dengan penelitian (Zakiyah, 2007)
besar kurang yaitu sebanyak 47
bahwa
ada
sampel (71,0%)
asupan
seng
hubungan dengan
antara
5. Kadar hemoglobin sebagian dalam
kejadian
kategori normal atau tidak anemia
anemia pada ibu hamil.
yaitu sebanyak 41 (59,4%). 6. Tidak
E. Keterbatasan Penelitian Pada
data
yang
signifikan antara asupan protein,
konsumsi makan 3x24 jam dilakukan
asupan zat besi, asupan vitamin C
3
dan asupan seng dengan kadar
berturut-turut
seharusnya tidak
berturut-turut,
karena
keterbatasan
sehingga
pada hasil
yang
mana
Hemoglobin
boleh dilakukan
secara
diberikan
food
hubungan
recall
hari
saat
ada
pihak food
putri
yang B. Saran
sekolah
recall
remaja
SMA Batik 1 Surakarta.
disebabkan waktu
pada
yang
1. Perlunya pengadaan penyuluhan
dihasilkan kurang maksimal sehingga
gizi kepada siswa dengan cara
menyebabkan tidak ada hubungan
pihak
antara kedua variabel
siswa diaula sekolah kemudian
sekolah
mengumpulkan
petugas gizi memberi penyuluhan mengenai anemia dalam rangka
KESIMPULAN DAN SARAN
pencegahan dan penanggulangan
A. Kesimpulan Berdasarkan
anemia dengan media power point.
tujuan
2. Siswa perlu meningkatan asupan
penelitian dan hasil penelitian pada
makan yang mengandung zat besi
69 sampel remaja putri maka
hingga
dapat disimpulkan sebagai berikut.
memenuhi
Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang di anjurkan.
12
3. Siswa suplemen
perlu besi
pada Wanita Usia subur (WUS). Jakarta.
mengkonsumsi secara
rutin
Ekawati. Fitriana. 2012. “ Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein, dan Kebiasaan Minum Teh pada Remaja Putri SMK Muhammadiyah 4 Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
terutama pada saat menstruasi. DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana. Adriani, M, Wiratmaja, B . 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.
Fernandez. R. Indrayani. 2010.“Hubungan Tingkat Asupan Protein, Besi dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Siswi kelas XI SMU Negri 1 Ngawi”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakatra
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Almatsier. 2003. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gibson, R.S., 2005. Principle of Nutritional and Assessment. OxfordUniversity Press. Newyork :625
Agus. 2004. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorpsi Zat Besi pada Ibu Hamil Penderita Anemia. In : Medika Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Ganong, W, F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC
Antika, R. 2012. “Hubungan Antara Pengetahuan Anemia, Kesakitan Diare dan Kesakitan Ispa dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Arisman.2004. Gizi Dalam Kehidupan. Jakarta: EGC.
Daur
Arisman. 2010. Gizi Dalam Kehidupan. Jakarta: EGC.
Daur
Hardinsyah, Dodik, B. 2004. Modul Penelitian dan Ketahanan Pangan ”Analis Kebutuhan Konsumsi Pangan”Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institusi Pertanian Bogor. Bogor Krumer, Debra L, Kris Etherton. 2006. Nutrition In Women Health, an Aspen Publication, Aspen Publishers Inc. Gaitherburtg Maryland. Lemeshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Bakri, A. 2003.Peranan Mikronutrien Seng dalam Pencegahan dan Penanggulangan diare. Dalam Kumpulan Makalah Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastrologi Anak Indonesia
Moehji. 2000. Bharatara
Ilmu
Gizi.
Jakarta.
Minarno, Eko Budi dan Liliek Hariani. 2008. Gizi Dan Kesehatan
Depkes RI.2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi 13
Perspektif Al Qur’an dan Sains. Malang: Uin-Malang Press Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta: Bandung Muchtadi, Deddy. 2010. Nilai Gizi Protein. Bandung: ALFABETA, CV Retnoningsih. 2004. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Besi dan vitamin C, dengan Kadar Hemoglobin santri putri usia 13-18 tahun. Skripsi . Universitas Diponegoro. Semarang Suhardjo dkk. 2006. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. Sediaoetama, AD. 1992. IlmuGizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta. Tarwoto, Ns., dan Wasnindar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil. Trans info Media. Jakarta Proverawati,dkk. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika. Proverawati, A., dan Asfuah, S. 2009. Gizi untuk Kebidanan, Muha medika. Yogyakarta Purwitaningtyas. 2011. ”Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang”. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Rihama.
14