HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI HEME DAN NON HEME, PROTEIN, VITAMIN C DENGAN KADAR HB REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014
Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh:
Diana Halim NIM: 112110146
JURUSAN DIII GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2014
PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Oleh : DIANA HALIM NIM : 112110146 Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Padang, Juli 2014 Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Gusnedi, STP, MPH NIP. 19710530 199403 1 003
Zul Amri, DCN, M.Kes NIP. 19640420 198703 1 001 Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
(Hasneli, DCN, M.Biomed) NIP. 19630719 198803 2 003
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Oleh : DIANA HALIM NIM : 112110146 Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Padang, Juli 2014 Tim Penguji : Ketua/ Penguji
Gusnedi, STP, MPH NIP. 19710530 199403 1 003 Anggota Penguji I,
dr.Linda M,Taufik, M.Kes NIP. 19510911 197808 2 001
Sekretaris/ Penguji
Zul Amri, DCN, M.Kes NIP. 19640420 198703 1 001 Anggota Penguji II,
Safyanti, SKM, M.Kes NIP 19630609 198803 2 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Diana Halim
Nim
: 112 110 146
Tempat/Tanggal Lahir
: Batusangkar/ 04 Maret 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Nama Orang Tua
:
Ayah
: Yudalius, S.Pd
Ibu
: Deswita,S.Pd
Alamat
: Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung
Riwayat Pendidikan
:
1. 2. 3. 4. 5.
TK Cempaka Tahun 1998-1999 SD Negeri 11 Palaluar Tahun 1999-2005 SMP Negeri 02 Tanjung Ampalu Tahun 2005-2008 SMA Negeri 01 Muaro Sijunjung Tahun 2008-2011 D III Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2011-2014
POLYTECHNIC OF HEALTH KEMENKES PADANG DEPARTMENT OF NUTRITION Scientific Paper, July 2014 Diana halim Heme Iron Intake Relationship and Non Heme, Protein, Vitamin C with Hb levels in Young Womenin in the SMAN 1 Sijunjung at Sijunjung 2014 vii + 55 pages, 15 tables, 8 attachments ABSTRACT One of the major nutrition problems in Indonesia is a Nutritional Anemia Iron (AGB) which occurs in adolescent girls. Problems iron anemia will cause interference or a drag on growth, academic achievement, intelligence, sporting ability and the productivity of work. The scope of the research relationship intake of heme iron and non-heme, protein, vitamin C with girls hb levels in the SMAN 1 Sijunjung at Sijunjung 2014. Study aimed to determine the relationship of intake of heme iron and non-heme, protein, vitamin C levels Hb girls in SMAN 1 Sijunjung 2014. The study design was a cross sectional study. The population in this study were young women class I and II in SMAN 1 Sijinjung. Samples numbered 53 people taken by simple random sampling. The research was conducted on February 20 until June 21, 2014. Collecting data using a semi-quantitative FFQ form and check the levels of Hb. Pengelolahan the data is computerized (SPSS version 11.50 and analyzed using univariate and bivariate Spearman's rho correlation and correlation analysis). From these results it is known that the prevalence of anemia in adolescent girls 69.8% with an average of 10.36 Hb g/dl, the average total iron intake 15.00 mg, the average intake of heme iron 2.21 mg, the average iron intake non-heme 12.26 mg, the average protein intake of 80.00 g and the average intake of vitamin C 163 mg. There is a significant association between the intake of heme iron and non-heme, protein intake, intake of vitamin C with Hb girls. It is necessary for counseling by teachers or pembinan PMR in adolescent girls about the use of food as meat, fish, poultry and fruits and vegetables can increase iron absorption in the body.
Keywords References
:Anemia, Young Women, Fe intake, Protein, Vitamin C : (33) (1989-2013)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN GIZI Karya Tulis Ilmiah, 14 Juli 2014 Diana Halim Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 vii + 55 halaman, 15 tabel, 8 lampiran ABSTRAK Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah Anemia Gizi Besi (AGB) yang terjadi pada remaja putri. Masalah anemia gizi besi ini akan menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, prestasi belajar, kecerdasan, kemampuan olahraga serta pada produktifitas kerja. Ruang lingkup penelitan hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin c dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas I dan II di SMAN 1 Sijinjung. Sampel berjumlah 53 orang yang diambil secara simpel random sampling. Penelitian ini dilakukan tanggal 20 Februari sampai dengan 21 Juni 2014. Pengumpulan data menggunakan form FFQ semi kuantitatif dan pengecekan kadar Hb. Pengelolahan data dilakukan secara komputerisasi (program SPSS versi 11,50 dan dianalisa secara univariat dan bivariat dengan correlation sperman’s rho serta analisa korelasi). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prevalensi anemia pada remaja putri 69.8 % dengan rata-rata kadar Hb 10.36 g/dl, rata-rata asupan zat besi total 15.00 mg, rata-rata asupan zat besi heme 2.21 mg, rata-rata asupan zat besi non heme 12.26 mg, rata-rata asupan protein 80.00 gr dan rata-rata asupan vitamin C 163 mg. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dan non heme, asupan protein, asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan oleh guru atau pembinan PMR pada remaja putri tentang pemanfaatan bahan makanan daging, ikan, unggas serta buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Kata Kunci : Anemia, Remaja Putri, Asupan Fe, Protein, Vitamin C Daftar Pustaka : (33) (1989-2013)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan DIII Gizi di Poltekkes Kemenkes RI Padang. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak khususnya Bapak Gusnedi, STP, MPH selaku pembimbing 1 dan Bapak Zul Amri, DCN, M.Kes selaku pembimbing 2 yang bersedia dengan kesabarannya menyumbangkan saran, ide, dan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga penulis dapat menyelsaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu. Serta ucapan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang 2. Ibu Hasnelly DCN, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang 3. Ibu Kasmiyetti DCN, M.Biomed selaku Ketua Prodi D-III Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang 4. Bapak Zulkifli SKM, MSi selaku pembimbing Akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama menjalani studi di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang
5. Bapak dan Ibu dosen sebagai staf pengajar di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang atas ilmu yang telah diberikan baik secara teoritis maupun dalam pergaulan sehari-hari di kampus 6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, pengorbanan, doa serta kepercayaan penuh kepada penulis sehingga penulis tetap semangat dalam meraih impian 7. Rekan-rekan senasib seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan, dan saran akan sangat berarti bagi penulis dalam mencapai kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis harapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Padang, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i iii v vii ix
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ....................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian.......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
1 6 6 7 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja Putri ................................................................. B. Hemoglobin .................................................................................... 1. Pengertian Hemoglobin ........................................................ 2. Kadar Normal Hemoglobin .................................................. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin ..... C. Anemia ........................................................................................... 1. Pengertian Anemia .............................................................. 2. Penyebab Anemia ................................................................ 3. Tanda dan Gejala Anemia ................................................... 4. Pencegahan Anemia ............................................................ 5. Klasifikasi Anemia .............................................................. 6. Anemia Gizi Besi ................................................................ 7. Penyebab Anemia Gizi ........................................................ 8. Akibat Anemia Gizi Besi ..................................................... D. Zat Gizi yang Mempengaruhi Anemia Besi ................................... 1. Zat Besi ................................................................................ 2. Zat Besi Heme dan Non Heme ............................................. 2. Protein................................................................................... 2. Vitamin C ............................................................................ E. Angka Kecukupan Gizi................................................................... F. Kerangka Teori .............................................................................. G. Kerangka Konsep .......................................................................... H. Defenisi Operasional .....................................................................
9 9 9 10 11 12 12 13 13 13 14 15 16 17 18 18 21 22 24 25 27 28 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................ B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
30 30
C. D. E. F.
Populasi dan Sampel ..................................................................... Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. Pengolahan Data ............................................................................. Analisis Data ...................................................................................
30 32 34 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ............................................................................................... 1. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 3. Karakteristik Responden .......................................................... 4. Analisa Univariat ..................................................................... 5. Analisa Bivariat ........................................................................
38 38 38 40 40 45
B. Pembahasan .................................................................................... 1. Kadar Hb .................................................................................. 2. Asupan Zat Besi Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb 3. Asupan Zat Besi Non Heme serta Hubungannya dengan kadar Hb ................................................................................... 4. Asupan Protein serta Hubungannya dengan Kadar Hb ............ 5. Asupan Vitamin C serta Hubungannya dengan Kadar Hb.......
47 47 49 50 51 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
54 55
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin…………
10
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk remaja putri . ……
26
Tabel 4.1 Distribusi golongan umur remaja putri SMAN 1 Sijinjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 ................................................................. … 40 Tabel 4.2 Distribusi responden menurut kadar Hb di SMAN 1 Sijinjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 .......................................... ……
40
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan status anemia gizi besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014....................... ……… 41 Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
41
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
42
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
42
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
43
Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
43
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014................... …………
44
Tabel 4.10 Hubungan asupan zat besi heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 . …………
45
Tabel 4.11 Hubungan asupan zat besi non heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 . ………… 45 Tabel 4.12 Hubungan asupan protein dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 201.................................. 46
Tabel 4.13 Hubungan asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 ............. ………… 46
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Surat Izin Penelitian Lampiran B : Data Kadar Hb Hasil Analisa Awal Lampiran C : Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden Lampiran D : Formulir Pengisian Kadar Hb Lampiran E : Format Semi Quantitative Food Frequency Lampiran F : Output Penelitian Lampiran G : Master Tabel Lampiran H : Jadwal Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memperoleh SDM yang berkualitas, visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2013 diantaranya mengharapkan peningkatan perilaku yang produktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi SDM antara lain adalah faktor kesehatan dan faktor gizi. Kedua faktor ini penting agar kita dapat bekerja secara optimal.1 Periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama kehidupan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dalam rangka menyelamatkan 1000 HPK, perlu ada kebijakan yang mencegah usia muda menikah, remaja perempuan calon ibu harus sehat dalam status gizi baik, tidak kurus dan tidak anemia atau kekurangan gizi lainnya. Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki konstribusi besar pada kesehatan, keselamatan, kehamilan, dan kelahiran apabila remaja putri menjadi ibu.2 Remaja kelak akan menjadi sumber daya manusia yang melanjutkan tongkat estafet pembangunan, sehingga perlu dipersiapkan untuk menjadi tenaga yang berdaya kerja tinggi serta produktif.2
Masalah gizi di negara berkembang termasuk Indonesia merupakan masalah kesehatan yang komplek, hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan tentang gizi, sosial budaya serta berbagai penyakit seperti infeksi dan masih belum timbulnya kesadaran dari diri sendiri untuk memperbaiki keadaan tersebut. Salah satu dari permasalahan gizi yang penting di Indonesia maupun di negara berkembang lainnya adalah masalah anemia defisiensi besi yang sering diderita oeh remaja, terutama remaja putri.3 Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia. Diperkirakan sekitar 40% penduduk dunia menderita anemia dan lebih setengahnya merupakan anemia defisiensi besi.4 Hal serupa dapat dilihat di Indonesia dimana prevalensi anemia masih tinggi, yaitu sekitar 40-65% dan sebarannya merata di seluruh wilayah tanah air. Dari hasil Survey Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia gizi besi pada wanita usia 15-19 tahun (26,5%), usia 20-29 tahun (25,3%), usia 30-39 tahun (25,9%), usia 40-49 tahun (28,7%) dan pada ibu hamil (40,1%).5 Berdasarkan hasil penelitian di desa-desa Sumatra Barat 50% penduduk yang menderita anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan 40% anemia defisiensi besi disertai dengan investasi cacing tambang.6 Penduduk perkotaan prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 19,1%. Di Sumatera Barat 16,6% remaja putri mengalami anemia. Prevalensi anemia pada siswi SMA sebesar 30%.6
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung di dapatkan prevalensi anemia 23,4% pada remaja pelajar SMP dan SMA tahun 2013.7 Masalah anemia tersebut sebagian besar disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti rendahnya konsumsi zat besi dari protein hewani pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari, pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pola haid dan infestasi parasit yang merupakan masalah endemik.8 Kekurangan zat besi dapat dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ dan sistem tubuh. Misalnya, gangguan pertumbuhan organ yang membuat tubuh tampak kecil dibanding usianya, gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan, gangguan otot gerak sehingga tubuh cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan gangguan fungsi kognitif antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya kurang.9 Tingginya prevalensi anemia pada remaja putri dibandingkan pada anakanak dan usia dewasa disebabkan karena
remaja putri berada pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat besi. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja, seperti ketidakseimbangan asupan energi, protein, vitamin C dan zat gizi mikro seperti zat besi (Fe) yang akan mengakibatkan defisiensi zat besi.10 Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan melakukan pantangan terhadap
banyak makanan. Remaja putri membutuhkan zat besi sebanyak 26 mg/hari, sedangkan laki-laki hanya 13 mg/hari. Remaja putri cenderung lebih sedikit mengkonsumsi
sumber
zat
besi
dan
mengalami
menstruasi
sehingga
membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi juga banyak. Karena itu, apabila kebutuhan zat besi tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia gizi besi cukup besar.11 Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia. Protein berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh. Hemoglobin pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbon dioksida adalah ikatan protein. Protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat- zat gizi.11 Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutunya, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Mutu protein bahan makanan hewani lebih tinggi dari makanan nabati. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Untuk menjamin mutu protein dalam makanan sehari-hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari protein hewani.11
Berdasarkan hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dengan anemia, di mana remaja putri yang asupan zat besi heme kurang beresiko 5,1 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan zat besi heme.12 Dari data pemantauan konsumsi gizi Sumatra Barat tahun 2012, konsumsi protein Kabupaten Sijunjung sudah melampaui angka kecukupan yang dianjurkan (46,2 gr) yaitu 51,756 gr AKG. Sedangkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sijunjung dalam angka 2011-2012 didapatkan rata-rata penyumbang konsumsi protein terbesar terlihat pada jenis padi-padian yaitu 41,83% untuk tahun 2011 dan 41,49% tahun 2012. Sedangkan kelompok protein hewani menjadi penyumbang sumber protein nomor dua terbesar masing-masing 14-15%.13 Konsumsi protein hewani di Kabupaten Sijunjung tahun 2011-2012, diduga dapat mempengaruhi konsumsi zat besi heme sehingga kejadian anemia gizi mungkin juga akan lebih rendah, namun masih ditemukan tingginya prevalensi anemia pada remaja putri di Kabupaten Sijunjung.13 SMAN 1 merupakan salah satu SMA Negeri Unggulan di Kabupaten Sijunjung yang terletak di Kecamatan Muaro Sijunjung daerah pusat Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil screening remaja putri kelas I dan II kurangnya asupan zat besi pada remaja putrid disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya daripada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi, sehingga sangat berisiko terhadap terjadinya anemia.
Keadaan ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterbatasan variasi makanan karena rata-rata siswa-siswinya berasal daerah yang menetap sebagai anak kos. Hasil pengukuran kadar Hb sebelumnya pada remaja putri kelas I dan II yang dilakukan di SMAN 1 Sijunjung, di peroleh dari 10 orang remaja putri hanya 2 orang yang memiliki kadar Hb normal. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian "Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014". B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun2014? C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin
C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a.
Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan kadar Hb di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
b.
Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan zat besi heme dan non heme di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
c.
Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
d.
Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
e.
Diketahuinya hubungan asupan zat besi heme dan non heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
f.
Diketahuinya hubungan asupan protein dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
g.
Diketahuinya hubungan asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. 2. Bagi Institusi Memberikan informasi tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014 kepada institusi terkait di Kabupaten Sijunjung. 3. Bagi Siswi Memberikan informasi tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
E. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan 20 Februari sampai 21 Juni 2014 di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan populasi seluruh siswi kelas I dan II yang berjumlah 222 orang. Analisis data seCara univariat dan bivariat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja Putri Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescent yang berarti remaja) berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial juga emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainnya secara langsung, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap.14 Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja. Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.15 Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur10-19 tahun).16 B. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin suatu bahan yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sum-sum tulang, hemoglobin ini dibentuk dari heme dan globin. Heme adalah suatu derivate porfirin yang mengandung besi.17
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.18 2. Kadar Normal Hemoglobin Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Apabila kadar hemoglobin rendah dalam darah dikenal dengan istilah anemia. Table 2.1 Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin Kelompok Umur
Hb (gr/dl)
6 bulan-59 bulan
11
5-11 tahun
11,5
12-14 tahun
12
Wanita >14 tahun
12
Wanita hamil
11
Laki-laki
13
Sumber :Iindicator for assessing iron deficiency and strategis for its prevention, WHO/UNICEF, UNU (2012).19
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah:20 a. Kecukupan Besi dalam Tubuh Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi.21 b. Metabolisme Besi dalam Tubuh Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 gr), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg).
Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, myoglobin, sitokrom, serta enzim heme dan non heme adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.20 c. Defisiensi Zat Gizi Zat besi merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat besi menyebabkan
menurunnya
produksi
hemoglobin.
Akibatnya,
terjadi
pengecilan ukuran sel, rendahnya kandungan hemoglobin, serta berkurangnya jumlah sel darah merah. C. Anemia 1. Pengertian Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan kadar hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh.22 Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin dalam setiap milimeter kubik darah. Hampir semua gangguan pada
sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama akstremitas.23 2. Penyebab Anemia Penyebab anemia pada umumnya adalah :24 a. Kurang gizi (malnutrisi) b. Kurang zat besi dalam diit c. Malabsorbsi d. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid dan lainnya e. Penyakit-penyakit kronis 3. Tanda dan Gejala Anemia Gejala anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia ditandai dengan kadar hemoglobin yang sudah menurun dari nilai normal. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan: 25 a. Sistem Kardiofaskular : lesu, cepat lelah, sesak nafas saat beraktifitas, angina pektoris, gagal jantung. b. Sistem Saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunangkunang, kelemahan otot, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c. Sistem Urogenital : gangguan haid dan libido menurun. d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastis kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
4. Pencegahan Anemia Cara mencegah dan mengobati anemia adalah:11 a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi 1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran bewarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). 2) Makan sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (TTD), tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan, malaria dan penyakit TBC. 5. Klasifikasi Anemia Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung, seperti berikut :21 a. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu anemia megaloblstik dan anemia non-megaloblastik
disebabkan oleh eritropoiesis yang dipercepat dan peningkatan permukaan membran. b. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik. Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin, dan heme, serta gangguan metebolisme besi lainnya. c. Normositik Pada anemia normositik, ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, serta tidak berfungsinya metabolisme sel-sel darah merah karena penyakit-penyakit hemolitik, ngangguan endokrin, ginjal, dan hati. 6. Anemia Gizi Besi Anemia gizi merupakan suatu keadaan kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial, seperti zat besi, asam folat vitamin B12 yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Bila simpanan ini berkurang jumlahnya akan terjadi ketidakseimbangan zat-zat gizi di dalam tubuh, namun belum menunjukkan kelainan biokimia atau klinis. Tetapi bila keadaan ini berlangsung terus pada akhirnya akan sampai pada keadaan yang disebut dengan anemia.26 Anemia gizi karena kurang zat besi adalah yang paling umum terjadi di masyarakat. Defisiensi zat besi yang paling umum terjadi di dunia merupakan penyebab utama terjadinya anemia gizi. Defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorpsi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebakan oleh rendahnya intake Fe, penurunan biovailabilitas Fe dalam tubuh, peningkatan
kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan dan proses pertumbuhan.27 Tahapan defisiensi zat besi yang mengarah pada anemia terjadi dengan tahapan penipisan Fe yang ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang tercermin dari berkurangnya konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi
Fe akibat menurunnya jumlah Fe tubuh. Manifestasi
keadaan ini dapat menimbulkan defisiensi Fe tanpa anemia, cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu.27 Sementara defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan biokimia Fe yang abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia. Biasanya defisiensi Fe merupakan akibat dari rendahnya bioavailabilitas intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe selama priode kehamilan dan menyusui, peningkatan kehilangan darah karena penyakit cacingan.28 7. Penyebab Anemia Gizi a. Asupan Zat Besi Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah, baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.29 b. Penyerapan Zat Besi
Diet yang kaya zat besi tidak akan menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi. Zat penghambat absopsi seperti asam fitat (dalam serat, serilia), phosvitin (dalam kuning telur), tannin (teh dan kopi).29 c. Kebutuhan Zat Besi Meningkat Kebutuhan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan, dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasua-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.29 d. Kehilangan Zat Besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Disamping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.29 8. Akibat Anemia Gizi Besi Akibat anemia terhadap kesehatan pada masing-masing periode kehidupan yang ditimbulkan karena menderita anemia gizi antara lain adalah :29 a.
Bayi dan anak (0-9 tahun) 1) Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi 2) Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar 3) Gangguan pada psikologis dan prilaku
b.
Remaja (10-19 tahun) 1) Ganguan kemampuan belajar
2) Penurunan kemampuan belajar dan aktivitas fisik 3) Dampak negative terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit infeksi c.
Orang dewasa 1) Penurunan kerja fisik dan pendapatan 2) Penurunan daya tahan tubuh terhadap keletihan
d.
Wanita hamil 1) Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu 2) Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin 3) Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah
D. Zat Gizi yang Mempengaruhi Anemia Besi 1. Zat Besi Kebutuhan zat besi pada wanita tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan pria. Hal ini disebabkan karena terjadinya haid setiap bulan pada wanita yang mengakibatkan kehilangan darah secara rutin dan dalam jumlah yang cukup banyak tergantung pada keadaan fisiologis individu tersebut. Hal ini yang memperberat terjadinya anemia pada wanita adalah seringnya melakukan diet pengurangan berat badan karena faktor ingin langsing.28 Keseimbangan zat besi dalam tubuh antara yang dikeluarkan tubuh harus sama dengan jumlah zat besi yang diperoleh tubuh harus tetap dipertahankan agar tubuh tidak menderita anemia. Zat besi dalam bentuk reserve berfungsi mempertahankan keseimbangan homeostatis tubuh. Apabila konsumsi zat besi dari makanan tidak mencukupi, maka ferritin dan hemosiderin akan membantu mempertahankan produksi hemoglobin.21
Besi yang terdapat didalam tubuh manusia berasal dari tiga sumber, yaitu dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam badan, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan. Pada manusia normal terdapat 20-25 mg per hari berasal dari besi hemolisis dan hanya sekitar 1 mg berasal dari makanan.11 Dalam saluran pencernaan besi akan mengalami proses reduksi dimana bentuk feri (Fe3+) akan diubah menjadi bentuk fero (Fe2+) sehingga akan mudah diserap yang di bantu oleh vitamin c. a. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi yang berasal dari makanan. Pertama, berapa banyak kandungan zat besi di dalam makanan tersebut baik yang zat besi heme maupun yang non heme. Kedua, berapa kandungan vitamin c dalam makanan. Ketiga adalah berapa total daging, ikan dan unggas yang dikonsumsi.30 Absorpsi zat besi non heme sangat dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah atau yang menghambat yang terdapat dalam bahan makanan yang dikonsumsi, sedangkan zat besi heme tidak terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Dari suatu penelitian telah didemonstasikan bahwa sebanyak 20% zat besi heme dan hanya 5% zat besi non heme yang ada dalam makanan yang dapat diabsorpsi. Pemberian vitamin c dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme sampai empat kali dan faktor-faktor lain yang mempermudah absorpsi seperti daging, ikan, dan ayam. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan zat besi bukan
hanya dilihat dari jumlah yang terdapat dalam makanan, namun juga perlu diperhitungkan faktor yang mempengaruhi absorpsinya. Protein nabati maupun hewani tidak mampu meningkatkan absorpsi zat besi. Tetapi bahan makanan yang disebut meat factor seperti daging, ikan dan ayam, apabila terdapat dalam menu makanan walaupun dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan absorbsi zat besi non heme yang berasal dari serelia dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan perlunya mengkonsumsi makanan yang bervariasi dalam makanan sehari-hari.26 Protein hewani (animal tissue protein atau protein MFP factor) yang terdapat dalam daging, ikan, dan ayam yang hadir dalam menu makanan dapat meningkatkan zat besi 2-4 kali lipat.30 b. Kebutuhan besi WHO menganjurkan untuk mengkonsumsi besi sebaiknya berdasarkan jumlah kehilangan besi dari dalam tubuh serta jumlah bahan makanan hewani yang terdapat dalam menu sehari-hari. Jumlah kehilangan besi sekitar 1,0 mg per hari, sedangkan untuk wanita ditambah lagi 0,5 mg akibat adanya siklus menstruasi. Oleh karena jumlah besi yang diserap hanya sekitar 10% maka konsumsi yang dianjurkan adalah 10 mg untuk orang dewasa per hari, atau 18 mg untuk wanita usia 11-50 tahun.28 2. Zat Besi Heme dan Non Heme Zat besi di dalam bahan makanan dapat berbentuk heme yaitu yang berikatan dengan protein atau dalam bentuk non heme yaitu senyawa besi inorganic yang kompleks. Zat besi heme berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara
langsung dalam bentuk kompleks zat besi phorpyrin (“iron phorphyrin complex”). Jumlah zat besi heme yang diabsorpsi lebih tinggi dari pada non heme. Seseorang yang reserve zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi heme ini dapat diabsorpsi lebih dari 35%, sedangkan orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 mg) maka absorpsi zat besi heme ini hanya kurang lebih dari 25%.26 Zat besi non heme pada umumnya terdapat di dalam bahan makanan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, serelia, coklat dan tepung terigu. Zat besi non heme didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah di absorbsi. Konveksi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh faktor endogenus seperti HCL dalam cairan sekresi gastric, dan komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin c atau daging. Sebanyak 40% kandungan zat besi yang berasal dari meat, fish and poultry merupakan zat besi heme, sedangkan 60% zat besi MFP factor serta zat besi yang berasal dari makanan yang lain merupakan zat besi non heme.11 Zat besi heme yang berasal dari bahan pangan hewani lebih mudah diserap (sekitar 10-20%), sedangkan besi non heme yang berasal dari bahan pangan nabati lebih sulit diserap (sekitar 1-5%).11 3. Protein a. Fungsi Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan
oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping itu protein mempunyai fungsi sebagai berikut :11 1) Pembentukan ikatan-ikatan essensial tubuh Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian juga berbagai enzim. Apabila tubuh berada dalam kekurangan protein, maka tubuh akan memprioritaskan pembentukan ikatan-ikatan tubuh yang vital terlebih dahulu. 2) Mengatur keseimbangan air 3) Memelihara netralitas tubuh 4) Pembentukan antibodi Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Apabila seseorang mengalami kekurangan protein akan lebih rentan terhadap bahan racun dan obat-obatan. 5) Mengangkut zat-zat gizi Protein memegang peranan essensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna kedalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan dan melalui membran-membran sel ke dalam sel-sel. Kekurangan protein menyebabkan gangguaan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi. 6) Sumber energi Protein sejalan dengan karbohidrat untuk menghasilkan sumber energi, hal ini karena menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun, protein sebagai sumber
energi relative lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Dari hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan energinya kurang beresiko 5,3 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan protein yang cukup.12 b. Sumber protein Berbagai bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein, baik berasal dari bahan hewani, maupun bahan nabati. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah mutu, seperti telur, susu, keju, daging sapi, kambing, ikan, dan kerang-kerangan. Sedangkan sumber protein nabati seperti kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe, tehu, serta kacang-kacangan lainnya. Protein mempunyai peranan yang penting dalam transportasi zat besi di dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan menghambat transportasi zat besi sehingga mengakibatkan defisiensi zat besi dan mempercepat terjadinya anemia.11 4. Vitamin C Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin c cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C adalah vitamin yang paling stabil.11
Vitamin C dengan zat besi akan membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dalam air dan mudah untuk diabsorpsi. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme sampai empat kali lipat. a. Fungsi Vitamin C Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam askorbat, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.11 1) Sintesis kolagen 2) Sintesis karnitin, noradrenalin, serotonin, dan lain-lain 3) Absorpsi dan metabolism besi Vitamin mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Absoprsi besi dalam bentuk non heme meningkat empat kali bila ada vitamin c. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati. 4) Absorpsi kalsium 5) Mencegah infeksi Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya vitamin C and the conunom cold, dimana ia mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin c dapat mencegah dan
menyembuhkan pilek. Konsumsi vitamin C dosis tinggi secara rutin tidak dianjurkan. 6) Mencegah kanker dan penyakit jantung Dari hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin c dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan vitamin C kurang beresiko 3,5 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan vitamin C yang cukup.12 b. Sumber vitamin C Vitamin C pada umumnya hanya terdapat dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.11 E. Angka Kecukupan Gizi Angka Kecukupan Gizi adalah suatu angka kecukupan rata-rata konsumsi zat gizi setiap hari yang disusun berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi. Menurut Darwin Karyadi dan Muhilal (1996), untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan koreksi terhadap berat badan nyata individu tersebut dengan berat badan yang ada pada tabel AKG.31 Dalam pengklasifikasian tingkat konsumsi individu Depkes RI (1990) mengklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu : baik ≥ 100% AKG, sedang 8090% AKG, kurang 70-80%, dan defisit <70% AKG.
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk beberapa zat gizi pada remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Angka Kecukupan beberapa zat gizi yang dianjurkan untuk remaja putri Golongan umur (wanita) 10-12
Berat Badan (kg) 36
Tinggi Badan (cm) 145
13-15
46
16-18 19-29
Zat besi total (mg)
Protein (gr)
Vitamin C (mg)
20
52
50
155
26
60
65
50
157
26
58
75
54
159
26
58
75
Sumber : AKG 201232
F. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri :
Anemia Remaja Putri
Intake zat besi (Fe)
Asupan Protein
Konsumsi TTD Konsumsi makanan sumber Fe
Zat besi Heme
Zat besi Non Heme Pengetahuan dan Sikap Pendidikan Gizi Ketersediaan Makanan
Asupan Vitamin C
Peningkatan kebutuhan zat besi
Kepatuhan
Pengetahuan dan Sikap
Menstruasi
Tumbuh kembang remaja
Daya beli
Sumber : Modifikasi UNICEF/WHO, 1998
Penyakit infeksi dan kronis Kecacingan, malaria, TBC, dan penyakit lainnya
Status Status Pendidikan
Pendidikan Gizi
Persediaan TTD
Status kesehatan
Distribusi Harga
Penghasilan /pendapatan Penghasilan
Status Pekerjaan
G. Kerangka Konsep Untuk mendapatkan gambaran pembahasan maka peneliti membuat suatu kerangka konsep peneliti yang mengacu pada kerangka teoritis yang ada dalam tinjauan pustaka, maka peneliti ingin meneliti : Variabel Independen
Varibel Dependen
Asupan zat besi heme dan non heme
Asupan protein
Kadar Hb
Asupan vitamin C
H. Defenisi Operasional No 1
Variabel
Defenisi
Kadar Hb Kadar Hemoglobin siswi di SMAN 1 Sijunjung tahun 2014 dinyatakan dalam satuan gr/dl
Cara Ukur
Alat Ukur
Melihat hasil pada alat ukur Kadar Hb Digital (dibantu oleh perawat puskesmas)
Alat ukur Hb Digital Easy Touch GCHb dengan ketelitian 0,1 gr/dl
Hasil Ukur
Skala
Kadar Hb Ratio (g/dl), lalu dikategorikan Ordinal menjadi Anemia ≤ 12 g/dl Tidak Anemia ≥ 12 g/dl
2
3
4
Asupan zat besi heme dan non heme
Jumlah rata-rata Wawancara konsumsi zat besi heme 40% dari sumber hewani dan non heme 60% dari sumber hewani dan nabati dalam 1 hari
Asupan protein
Jumlah rata-rata Wawancara konsumsi protein dalam 1 hari
Asupan Jumlah rata-rata Wawancara vitamin C konsumsi vitamin c dalam 1 hari
zat FFQ semi Asupan besi heme dan kuantitatif non heme (mg/dl), lalu dikategorikan menjadi cukup ≥ 80% AKG Kurang ≤ 80% AKG FFQ semi Asupan protein kuantitatif (gr/dl), lalu dikategorikan menjadi cukup ≥ 80% AKG Kurang ≤ 80% AKG FFQ semi Asupan vitamin C kuantitatif (mg/dl), lalu dikategorikan menjadi cukup ≥ 80% AKG Kurang ≤ 80% AKG
Ratio Ordinal
Ratio Ordinal
Ratio Ordinal
1. Hipotesis Penelitian Ha : ada hubungan asupan zat besi heme dan non heme dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. Ha : ada hubungan asupan protein dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014. Ha : ada hubungan asupan vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional study untuk melihat hubungan variabel independen (asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin c) dengan variabel dependen (kadar Hb) remaja putri kelas I dan II di SMA Negeri 1 Sijunjung, dimana pengukuran variable independen dan variable dependen dilakukan secara serentak. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sijunjung yang beralamat di Jalan M. Syafei No. 5 Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Pengambilan data dimulai bulan November. Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas I dan II di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan jumlah 222 orang, sedangkan remaja putri kelas III tidak diizinkan oleh pihak sekolah untuk dijadikan sampel penelitian karena mereka sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. 2.
Sampel Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 53 orang, untuk mengatasi
droup out dilakukan dengan cara menambah 10% dari jumlah sampel yaitu penambahan sebanyak 6 orang
sehingga didapatkan sampel sebanyak 59 orang menggunakan rumus sampel finite (Lameshow, 1997) yaitu :33 ଶ
݊=
൫ܼ1 − ∝ଶ൯ . ܲሺ1 − ܲሻܰ ଶ
݀ ଶ ሺܰ − 1ሻ + ൫ܼ1 − ∝ଶ൯ . ܲ ሺ1 − ܲሻ
= 53 orang + 10% = 59 orang Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi (222 orang) d = Presisi (10%) P = Proporsi 23,4 % (1-P) = Proporsi suatu kejadian untuk tidak terjadi (Z1-α/2) = 1.96 dengan derajat kepercayaan 95% Metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Pengambilan secara acak sederhana ini menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number). 1. Kriteria sampel : a. Kriteria Inklusi : 1) Hadir saat penelitian 2) Bersedia menjadi responden 3) Menandatangani informed consent b. Kriteria Ekslusi :
1) Sedang perdarahan kronis 2) Sedang menstruasi 3) Tidak berada ditempat sewaktu melakukan penelitian D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data status kadar Hb dari remaja putri yang merupakan sampel yaitu diperoleh dengan menggunakan alat ukur Hb digital pengukuran kadar Hb dilakukan oleh seorang perawat yang sudah terlatih. Proses pengukuran kadar Hb tersebut adalah semua sampel di kumpulkan di satu ruangan kelas belajar SMAN 1 Sijunjung. Sebelum pemeriksaan di mulai, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian, setelah itu responden dipanggil secara bergantian untuk melakukan pemeriksaan kadar Hb. Responden yang mendapatkan giliran pemeriksaan, dipersilahkan duduk di sebuah kursi, lalu ditanyakan apakah bersedia diambil sedikit darahnya untuk pemeriksaan kadar Hb. Jika bersedia responden diminta mengisi lembar persetujuan. Langkah selanjutnya jari manis responden di bersihkan dengan kapas alkohol 70%, kemudian ditusuk dengan menggunakan penelick yang sudah berisi jarum lancet, darah yang pertama keluar dibersihkan dengan kapas alkohol steril, lalu darah berikutnya diteteskan ke strips yang sudah tersedia pada alat ukur kadar Hb digital, dan dalam hitungan 6 detik hasil pengukuran bisa diketahui. Setiap
responden mendapatkan jarum lancet dan stripes yang berbeda untuk menghindari penularan penyakit melalui darah jika menggunakan jarum lancet yang sama. Alat ukur kadar Hb digital ini memiliki tingkat ketelitian 0,1 gr/dl. Sebelumnya sudah dilakukan akurasi alat ukur ini untuk memastikan keakuratan hasil ukur dan selanjutnya hasil data tersebut di kategorikan. Data tentang asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C yang di dapatkan dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan form semi quantitative food frequency (FFQ). Untuk pengumpulan data ini dilakukan pada hari yang sama dengan pengukuran kadar Hb. Pengambilan data asupan diperoleh dengan bantuan dua orang teman dari jurusan D-III gizi Poltekkes Kemenkes untuk melakukan wawancara FFQ. Responden ditanyakan tentang jumlah, jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan yang dikonsumsinya. Daftar bahan makanan sudah tersedia pada form FFQ. Responden diminta untuk mengingat frekuensi makanan yang lazim dikonsumsi berdasarkan daftar makanan yang terdapat dalam form FFQ dalam jangka waktu satu bulan terakhir, kemudian data yang didapat merupakan data frekuensi beberapa kali sehari, seminggu, atau sebulan responden menyantap makanan tertentu. Data makanan yang dikonsumsi ditanyakan berapa jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dengan menggunakan ukuran rumah tangga dan akan dikonversikan ke dalam ukuran gram untuk mendapatkan nilai zat gizi yang dikonsumsi. Setelah itu data yang didapatkan diedit dengan mengkategorikan hasil berdasarkan hasil ukur asupan.31
Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memeriksa kelengkapan datanya. Nilai zat gizi yang didapat dijumlahkan untuk dicari rata-ratanya. Data asupan zat besi heme diolah secara manual dengan menghitung 40% dari zat besi sumber hewani dan asupan zat besi non heme didapat dengan menghitung 60% dari zat besi sumber hewani dijumlahkan dengan zat besi dari makanan yang lain, asupan protein serta vitamin C akan dibandingkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan kemudian dikategorikan. Sebelum mengumpulkan data terlebih dahulu dilakukan pertemuan dengan petugas pengumpul data untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta menyamakan persepsi tentang isi data yang akan dikumpulkan. Selain itu hal-hal terkait penelitian yang didapatkan dari jurnal juga merupakan data primer. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang gambaran umum lokasi SMAN 1 Sijunjung dan data jumlah siswi kelas I dan II SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Data tersebut di peroleh dari bagian kemahasiswaan SMAN yang meliputi nama siswi remaja putri kelas I dan II SMAN 1 Sijunjung diurut berdasarkan absensi kelas sebagai kerangka sampel yang akan menjadi panduan dalam mengambil sambil pada saat penelitian. Setelah semua data dikategorikan, dilakukan analisis untuk melihat distribusi frekuensi data status kadar Hb dan pola konsumsi. Setelah itu dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan Uji Korelasi Regresi Linear untuk melihat hubungan variable dependent dan variable independent.
E. Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data secara komputerisasi menggunakan program bantu olah data dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Pemeriksaan Data Kadar Hb dan Formulir FFQ (Editing) Merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan hasil lembar observasi. Editing mulai dilakukan oleh pewawancara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Data yang diedit adalah data yang meragukan yang terlampir dalam formulir cek kadar Hb dan form FFQ pengumpulan data. Pengeditan dilakukan dengan cara melakukan wawancara ulang apabila ditemukan kerancuan atas data yang sudah didapatkan sebelumnya. Pada saat penelitian, editing dilakukan langsung dilapangan setelah setiap responden menyelesaikan pengisian FFQ dan pemeriksaan kadar Hb. Editing dilakukan dengan cara memeriksa terlebih dahulu lembar FFQ, apakah data yang diharapkan sudah lengkap, apakah semua form sudah dijawab oleh responden dan apakah penulisan jawaban dari semua form tersebut sudah jelas dan dapat dibaca. Pada saat penelitian ditemukan form FFQ yang belum memenuhi syarat tersebut maka ditanyakan kembali kepada responden untuk meyempurnakan pengisian form tersebut. b. Pengkodean data Kadar Hb dan Formulir FFQ (Coding) Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pemberian kode pada masing-masing hasil lembar observasi dengan angka sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Dalam penelitian
ini, untuk variabel dependen (kadar hemoglobin) dan variable independent (asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C). c. Memasukkan data (Entry) Pada tahap ini seluruh data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan ke program komouter untuk dianalisa. Data kadar Hb yang didapatkan melalui pengukuran kadar Hb dientrikan pada software program SPSS versi 11,50. Sedangkan untuk data asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C yang menggunakan format SQ-FFQ diolah dengan software SQ-FFQ yang ada dalam Microsoft. Dimana zat besi heme diambil dari 40% sumber hewani dan zat besi non heme 60% dari sumber nabati dan hewani. Selanjutkan untuk mendapatkan gambaran kadar Hb dan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dilakukan penggabungan data pada program SPSS versi 11,50. d. Membersihkan data (Cleaning) Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali semua data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat kesalahan dapat diperbaiki sehingga data benar-benar siap untuk dianalisis pada tahap berikutnya. F. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk menampilkan distribusi ferekuensi dari setiap variabel, yaitu : distribusi frekuensi kadar hemoglobin siswa dan distribusi frekuensi asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C. Analisis dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan Program SPSS versi 11,50.
2.
Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
dependen dengan variabel independen dengan menggunakan program bantu olah data. Untuk melihat hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C terhadap kadar hemoglobin digunakan uji korelasi regresi linier sederhana pada alpha 5%. Hasil uji dikatakan berhubungan bila nilai r + bila > 0, r – bila < 0, tidak ada hubungan bila r = 0, hubungan sempurna bila r = -1. Pengujian dengan menggunakan uji korelasi regresi bertujuan untuk mengetahui hubungan variable numeric asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan variable numeric kadar Hb remaja putri dengan menggunakan sistem komputerisasi melalui program SPSS versi 11,50.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian untuk melihat nilai kadar Hb remaja putri berdasarkan pada hasil pengukuran kadar Hb dalam darah, sehingga besar kemungkinan untuk terjadinya bias pada saat pengukuran, yang berasal dari orang yang mengukur. Untuk meminimalkan terjadinya bias pada saat pengukuran maka pengukuran kadar Hb remaja putri dilakukan oleh seorang perawat yang telah berpengalaman. Keterbatasan metode pengukuran asupan zat gizi yang menggunakan Form Semi-FFQ juga tergantung pada daya ingat responden, dan ketepatan interviewer. Untuk meminimalkan bias yang mungkin terjadi maka interviewer yang digunakan adalah mahasiswa Akademi Gizi yang telah berpengalaman dalam melakukan penelitian dan mempunyai persepsi yang sama tentang ukuran rumah tangga dan gram jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh remaja putri. 2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Sijunjung merupakan sekolah menengah atas yang beralamat di Jalan M. Syafei No. 5 Muaro Sijunjung. Lokasi sekolah ini cukup strategis karena terletak di pusat Kabupaten Sijunjung. Sekolah ini didirikan pada tanggal 28 Januari tahun 1981. Jumlah siswa di sekolah ini adalah 487 orang yang terdiri dari 18 kelas. Masing-masing kelas mempunyai siswa rata-rata sebanyak 28 orang. SMA Negeri 1 Sijunjung dipimpin oleh seorang kepala sekolah, yang dalam kegiatan sehari-harinya dibantu oleh 4 orang wakil kepala sekolah yang
mengurus bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang humas, dan bidang sarana prasarana serta memiliki 35 orang guru tetap, 3 orang guru honor, 12 orang tata usaha, 3 orang perpustakaan dan 2 orang penjaga sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini dimulai dari pukul 07.15 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini tergolong padat karena sekolah ini merupakan sekolah unggulan di Kabupaten Sijunjung. Fasilitas ruangan di sekolah ini terdiri dari 18 ruangan belajar, 5 ruangan kantor, 4 ruangan laboratorium, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan OSIS, 1 ruangan konsling, 1 ruangan UKS, 1 ruangan multimedia, 1 buah musholah, dan 1 unit koperasi siswa. Setiap ruangan belajar di SMA Negeri 1 Sijunjung ini dilengkapi dengan 1 unit komputer dan infocus untuk menunjang proses belajar mengajar. Sekolah memiliki kantin sehingga siswa dapat dengan mudah membeli makanan untuk dikonsumsi. Sekolah ini memiliki 3 buah kantin yang menjual makanan seperti lontong, gado-gado, sate, nasi goreng, gorengan, makanan ringan dan mie rebus sehingga memudahkan siswa untuk berbelanja makanan yang mereka inginkan. Kurikulum pelajaran di SMA Negeri 1 Sijunjung belum ada mata pelajaran khusus kesehatan dan tentang gizi, namun pada beberapa mata pelajaran seperti Biologi dan Kimia sudah membahas kesehatan dan gizi. Begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler belum ada yang mempunyai program yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan, seperti kegiatan penyuluhan kesehatan. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada seperti Pramuka, PMR, Pasukan Khusus (Paskus), MAPALA, Olahraga, Tataboga dan Bahasa Asing.
Tahun ajaran 2013/2014 jumlah siswa dan siswi kelas X dan IX pada lokasi penelitian adalah 333 orang dibagi menjadi 12 kelas. 3. Karakteristik Responden Distribusi golongan umur remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Distribusi Golongan Umur Remaja Putri SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Golongan Umur Remaja Putri
n
%
>16-17 tahun
24
45.28
>17-18 tahun
29
54.72
Total
53
100
Rata-rata umur remaja putri adalah 16 tahun 5 bulan dengan umur terkecil adalah 16 tahun. 4. Analisa Univariat Analisis univariat adalah mendeskripsikan mengenai distribusi frekuensi dari setiap variable dependen dan independen.. a. Kadar Hb Gambaran kadar Hb yang didapat dari hasil penelitian pada remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut Kadar Hb di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel Dependent
Mean
Median
SD
Min
Max
Kadar Hb (g/dl)
10.36
10.50
1.81
7.4
13.4
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata kadar Hb adalah 10,36 gr/dl, kadar Hb remaja putri yang terendah adalah 7,4 gr/dl dan kadar Hb tertinggi adalah 13,4 g/dl dan standar deviasi 1.81 g/dl.
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Status Anemia Gizi Besi di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Status Anemia
n
%
Anemia
37
69.8
Tidak anemia
16
30.2
Total
53
100
Berdasarkan tabel 4.3, kategori anemia menurut WHO (2012), batasan kadar Hb remaja putri usia >14 tahun, maka diketahui distribusi status anemia pada remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung sebanyak 69.8% dari sampel. b. Asupan Zat Besi Distribusi asupan zat besi pada remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 dapat dilihat pada table 4.4
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan Asupan Zat Besi di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Fe Nabati Jenis Asupan Zat Besi
Fe
Fe
(mg)
Fe Hewani (mg)
Mean
8.72
4.82
1.93
11.61
13.53
Median
8.91
5.53
2.21
12.26
15.00
SD
2.09
1.96
.786
2.85
3.49
Minimum
3.8
1.15
.46
5.71
7.00
Maximum
14.2
8.42
3.37
17.67
20.00
Heme Non Heme Total Fe (mg) (mg)
Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat dari total rata-rata asupan zat besi 15.00 mg remaja putri semuanya masih dibawah standar berdasarkan AKG, dimana standar AKG untuk asupan Fe pada remaja putri usia 16-18 tahun 26 mg. Kecukupan, asupan zat besi tertinggi 20.00 mg dari kecukupan, asupan zat besi terendah 7.00 mg dari kecukupan. Rata-rata asupan zat besi tertinggi berasal dari sumber zat besi non heme 12.26 mg, rata-rata asupan zat besi terendah berasal dari sumber zat besi heme 2.21 mg sebagian besar berasal dari sumber zat besi nabati dan sumber zat besi hewani .
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Asupan Zat Besi di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Asupan Zat Besi
n
%
Kurang
53
100
Cukup
0
0
Total
53
100
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa seluruh remaja putri dikategorikan mempunyai asupan zat besi (Fe) ≤ 80% AKG. Sumber zat besi yang umum dikonsumsi oleh remaja putri berasal dari ikan, telur, sayur, tahu dan tempe namun masih dalam jumlah yang sedikit. c. Asupan Protein Distribusi asupan protein pada remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan Asupan Protein di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Variabel Dependent
Mean
Median
SD
Min
Max
Protein
71.15
80.00
21.07
33
118
Nabati
25.18
26.10
7.83
10
62
Hewani
46.45
52.80
16.76
12.5
86.6
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat dari total rata-rata asupan protein 80.00 gr remaja putri sebagian besar telah mencukupi kebutuhan berdasarkan
AKG, dimana standar AKG untuk asupan protein pada remaja putri usia 16-18 tahun 50 gr. Asupan protein remaja putri yang terendah adalah 33 gr dari kebutuhan, asupan protein tertinggi adalah 118 gr dari kebutuhan dan standar deviasi 21.07 gr. Rata-rata asupan protein tertinggi pada remaja putri berasal dari sumber hewani 52.80% dari kebutuhan. Tabel 4.7 Distribusi responden Asupan Protein di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
Asupan Protein
N
%
Kurang
12
22.6
Cukup
41
77.4
Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri yaitu 77.4% orang dikategorikan mempunyai asupan protein ≥ 80% AKG. Sumber asupan protein yang umum dikonsumsi oleh remaja putri berasal dari ikan, telur, sayur, kacang-kacangan dan hasil olahannya namun masih dalam jumlah sedikit. d. Asupan Vitamin C Distribusi asupan vitamin C pada remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan asupan zat gizi vitamin C di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel Dependent
Mean
Median
SD
Min
Max
Vitamin C
142.74
163
34.42
54
173
Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat rata-rata asupan vitamin C adalah 142.74 mg, asupan vitamin C remaja putri yang terendah adalah 54 mg, asupan vitamin C tertinggi adalah 173 mg dan standar deviasi 34.42 mg. Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan Asupan Vitamin C di SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Asupan Vitamin C
N
%
Kurang
2
3.8
Cukup
51
96.2
Total
53
100
Berdasarkan tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri 96.2% dikategorikan mempunyai asupan vitamin C ≥80% AKG. Sumber asupan vitamin C yang umum dikonsumsi oleh remaja putri berasal dari buah dan sayur. 5. Analisa Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variable dependen (Kadar Hb) dengan variable independen (asupan zat besi heme dan non heme, protein dan vitamin C) pada remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014.
a. Asupan Zat Bezi Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb Berdasarkan analisis sebelumnya didapatkan 69.8% remaja putri mempunyai status kadar Hb anemia dan dan asupan zat besi heme kurang. Tabel 4.10 dibawah ini melihat hubungan antara asupan zat besi heme dengan status kadar Hb remaja putri. Tabel 4.10 Hubungan Asupan Zat Besi Heme dengan Kadar Hb Remaja Putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel
n
r
p.value
Fe Heme dengan Kadar Hb
53
0.282
0.041
Berdasarkan tabel 4.10, didapatkan hasil uji statistik antara asupan zat besi heme dengan kadar Hb terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan sedang positif. b. Asupan Zat Bezi Non Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb Berdasarkan analisis sebelumnya didapatkan 69.8% remaja putri mempunyai status kadar Hb anemia dan dan asupan zat besi non heme kurang. Tabel dibawah ini melihat hubungan antara asupan zat besi non heme dengan status kadar Hb remaja putri. Tabel 4.11 Hubungan Asupan Zat Besi Non Heme dengan Kadar Hb Remaja Putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel
n
r
p.value
Fe Non Heme dengan Kadar Hb
53
0.511
0.000
Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan hasil uji statistik antara asupan zat besi non heme dengan kadar Hb terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan kuat. c. Asupan Zat Protein Serta Hubungannya dengan Kadar Hb Berdasarkan analisis sebelumnya didapatkan 69.8% remaja putri mempunyai status kadar Hb anemia dan dan asupan zat protein kurang sebanyak 22.6%. Tabel 4.12 dibawah ini melihat hubungan antara asupan zat protein dengan status kadar Hb remaja putri. Tabel 4.12 Hubungan Asupan Zat Protein dengan Kadar Hb Remaja Putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel
n
R
p.value
Protein dengan Kadar Hb
53
0.570
0.000
Berdasarkan
tabel 4.12, didapatkan hasil uji statistik
antara asupan
protein dengan kadar Hb terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan kuat. d. Asupan Zat Vitamin C Serta Hubungannya dengan Kadar Hb Berdasarkan analisis sebelumnya didapatkan 69.8% remaja putri mempunyai status kadar Hb anemia dan dan asupan zat vitamin C kurang 3.8%. Tabel 4.13 dibawah ini melihat hubungan antara asupan zat vitamin C dengan status kadar Hb remaja putri.
Tabel 4.13 Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Variabel
n
r
p.value
Vitamin C dengan kadar Hb
53
0.327
0.017
Berdasarkan
tabel 4.13, didapatkan hasil uji statistik
antara asupan
vitamin C dengan kadar Hb terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan sedang positif. B. Pembahasan a. Kadar Hb Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri dimana sebagian besar berusia 17 tahun. Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja. Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.15 Tingginya prevalensi anemia pada remaja putri dibandingkan pada anakanak dan usia dewasa disebabkan karena
remaja putri berada pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat besi. Ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja, seperti ketidakseimbangan asupan energi, protein, vitamin C dan zat gizi mikro seperti zat besi (Fe) yang akan mengakibatkan defisiensi zat besi.10
Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan melakukan pantangan terhadap banyak makanan. Remaja putri membutuhkan zat besi sebanyak 26 mg/hari. Remaja putri cenderung lebih sedikit mengkonsumsi sumber zat besi dan mengalami menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi juga banyak. Karena itu, apabila kebutuhan zat besi tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia gizi besi cukup besar.11 Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar Hb remaja putri 10.50 gr/dl. Kadar Hb terendah 7.4 gr/dl dan kadar Hb tertinggi 13.4 gr/dl. Standar Hb normal untuk remaja putri usia >14 tahun yaitu 12 gr/dl. Setelah dikategorikan didapatkan 69.8% remaja putri mengalami anemia. Kekurangan zat besi dapat dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ dan sistem tubuh. Misalnya, gangguan pertumbuhan organ yang membuat tubuh tampak kecil dibanding usianya, gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan, gangguan otot gerak sehingga tubuh cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan gangguan fungsi kognitif antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya kurang.9 Banyak hal lain yang bisa mempengaruhi kejadian anemia pada siswi yang dijadikan responden. Responden dalam penelitian ini mengaku kurang suka mengkonsumsi sayur dan buah, pengetahuan tentang anemia yang kurang dan suka mengkonsumsi teh setelah makan.
b. Asupan Zat Bezi Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb Hasil penelitian ditemukan rata-rata asupan zat besi remaja putri adalah 13.53 mg, rata-rata asupan zat besi heme 1.92 mg didapatkan dari 40% dari kandungan zar besi sumber hewani, dimana rata-rata asupan zat besi ≤ 80% AKG. Rata-rata kadar Hb remaja putri adalah 10.35 g/dl dimana ≤ 12g/dl WHO (2012) untuk remaja putri usia >14 tahun. Sebanyak 69.8% dikategorikan mengalami anemia. Hasil uji statistik correlations sperman’s rho menunjukkkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dengan kadar Hb remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung tahun 2014 dengan kekuatan sedang positif. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian Safyanti (2002) terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan zat besi heme kurang beresiko 5.1 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan zat besi heme.12 Sumber Asupan zat besi heme yang sering dikonsumsi oleh remaja putri bersumber dari daging ayam, ikan, dan telur namun masih dalam jumlah sedikit dan belum memenuhi kebutuhan. Zat besi di dalam bahan makanan berbentuk heme yang berikatan dengan protein terdapat dalam bahan makanan hewani. Zat besi heme yang berasal dari bahan pangan hewani lebih mudah diserap sekitar 1020%.11 Kurangnya asupan zat besi terutama dari sumber hewani pada remaja putri merupakan faktor penyebab rendahnya kadar Hb. Sumber zat besi yang baik berasal dari pangan hewani seperti daging, unggas dan ikan karena mempunyai ketersediaan
biologik
yang
tinggi.
Hasil
pencernaan
pangan
tersebut
menghasilkan asam amino cystein dalam jumlah besar. Selanjutnya asam amino tersebut mengikat besi dan membantu penyerapannya. Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah. Sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh, serta membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Apabila seseorang mengalami kekurangan asupan zat besi ke dalam tubuh, dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang yang akan mengakibatkan tubuh akan kekurangan oksigen. Akibatnya, beresiko timbul gejala-gejala anemia. Oleh karena itu diperlukan peningkatan asupan zat besi sumber hewani pada remaja putri. c. Asupan Zat Bezi Non Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb Hasil penelitian ditemukan rata-rata asupan zat besi remaja putri adalah13.53 mg, rata-rata asupan zat besi non heme 11.60 mg didapatkan dari 60% dari kandungan zar besi sumber hewani dan nabati, dimana asupan ≤ 80% AKG. Rata-rata kadar Hb remaja putri adalah 10.35 g/dl dimana ≤ 12g/dl WHO (2012) untuk remaja putri usia >14 tahun. Sebanyak 69.8% dikategorikan mengalami anemia. Hasil uji statistik correlations sperman’s rho menunjukkkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan zat besi non heme dengan kadar Hb remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung tahun 2014 dengan kekuatan kuat. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian Dasril (2008) di SMAN 7 Padang bahwa terdapat hubungan positif yang bermakna antara asupan zat besi non heme dengan kadar Hb remaja putri dengan kekuatan kuat, artinya semakin tinggi asupan zat besi non heme maka semakin tinggi pula kadar Hb.30
Sumber Asupan zat besi non heme yang sering dikonsumsi oleh remaja putri bersumber dari kacang-kacanggan, sayur dan buah namun masih dalam jumlah sedikit dan belum memenuhi kebutuhan. Zat besi non heme yang berasal dari bahan pangan nabati lebih sulit diserap
1-5% dibandingkan sumber pangan
hewani. Kurangnya asupan zat besi pada remaja putri merupakan faktor penyebab rendahnya kadar Hb. Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah. Sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh, serta membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Apabila seseorang mengalami kekurangan asupan zat besi ke dalam tubuh, dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang yang akan mengakibatkan tubuh akan kekurangan oksigen. Akibatnya, beresiko timbul gejala-gejala anemia. d. Asupan Zat Protein serta Hubungannya dengan Kadar Hb Hasil penelitian ditemukan rata-rata asupan zat protein remaja putri adalah 71.15 mg, rata-rata asupan zat protein nabati 25.18 mg, rata-rata asupan zat protein hewani 46.46%, dimana asupan cukup jika ≥ 80% AKG. Rata-rata kadar Hb remaja putri adalah 10.35 g/dl dimana ≤ 12g/dl WHO (2012) untuk remaja putri usia > 14 tahun. Sebanyak 69.8% dikategorikan mengalami anemia. Hasil uji statistik correlations sperman’s rho menunjukkkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan zat protein dengan kadar Hb remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung tahun 2014 dengan kekuatan kuat. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian Safyanti (2002) terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat protein dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan zat protein
kurang beresiko 5.3 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan zat protein yang cukup.12 Dan juga sesuai dengan penelitian Dasril (2008) di SMAN 7 Padang bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi total dengan status anemia gizi besi berdasarkan asupan protein, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa asupan zat besi berhubungan secara keseluruhan dengan status anemia berdasarkan asupan protein.30 Bahan makanan sumber protein yang sering dikonsumsi adalah daging ayam, ikan, telur ayam, tahu dan tempe. Hendaknya responden lebih memvariasikan bahan makanan sumber protein yang dikonsumsi seperti mengkonsumsi daging sapi, daging ayam dan ikan air tawar supaya kebutuhan protein bisa terpenuhi. Frekuensi responden mengkonsumsi bahan makanan sumber protein pada umumnya sudah baik yaitu hanya sebagian kecil (22.6%) responden yang frekuensinya kurang dari 7x perminggu. Hal ini berarti bahwa responden pada umumnya sudah ada mengkonsumsi bahan makanan sumber protein setiap hari, tetapi tidak sesuai porsi yang dianjurkan dan kurang bervariasi. Protein memegang peranan essensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna kedalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan dan melalui membran-membran sel ke dalam sel-sel. Kekurangan protein menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zatzat gizi.11 e. Asupan Zat Vitamin C serta Hubungannya dengan Kadar Hb Hasil penelitian ditemukan rata-rata asupan zat vitamin C remaja putri adalah 142.7 4 mg, dimana asupan cukup jika ≥ 80% AKG. Rata-rata kadar Hb remaja
putri adalah 10.35 g/dl dimana ≤ 12g/dl WHO (2012) untuk remaja putri usia > 14 tahun. Sebanyak 69.8% dikategorikan mengalami anemia. Hasil uji statistik correlations sperman’s rho menunjukkkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan zat vitamin C dengan kadar Hb remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung tahun 2014 dengan kekuatan sedang positif. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian Safyanti (2002) terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat vitamin C dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan zat vitamin C kurang beresiko 3.5 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan zat vitamin C yang cukup.12 Dan juga sesuai dengan penelitian Dasril (2008) di SMAN 7 Padang bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi total dengan status anemia gizi besi berdasarkan asupan vitamin C, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa asupan zat besi berhubungan dengan status anemia berdasarkan asupan vitamin C.30 Bahan makanan sumber vitamin C yang sering dikonsumsi remaja putri adalah bayam, daun singkong, dan jeruk manis. Terdapat sebagian anak yang jarang mengkonsumsi sayur dengan alasan tidak suka. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Kurangnya asupan zat vitamin C pada remaja putri merupakan faktor penyebab rendahnya kadar Hb. Vitamin C didalam tubuh mempunyai banyak fungsi diantaranya dapat membantu meningkatkan absorpi zat besi non heme sampai empat kali lipat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar (69.8%) dari sampel memiliki kadar Hb
masih dibawah
standar WHO. 2. Asupan zat besi heme dan non heme remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014 masih dibawah standar AKG (100%). 3. Asupan protein remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014 cukup sebanyak 77.4% berdasarkan AKG. 4. Asupan vitamin C
remaja putri SMA Negeri 1 Sijunjung Kabupaten
Sijunjung tahun 2014 cukup sebanyak 96.2% berdasarkan AKG. 5. Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan sedang positif (r 0.282) antara asupan zat besi heme dengan kadar Hb dan kekuatan kuat (r 0.511) antara asupan zat besi non heme dengan kadar Hb. 6. Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan kuat (r 0.570) antara asupan zat protein dengan kadar Hb . 7. Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0.05) dengan kekuatan sedang positif (r 0.327) antara asupan zat vitamin C dengan kadar Hb.
B. Saran Berdasarkan temuan-temuan masalah dalam penelitian ini, penulis memberikan saran: 1. Perlunya penyuluhan dan pendidikan kesehatan remaja putri di sekolah oleh guru atau Pembina PMR, khususnya mengenai anemia seperti penyuluhan tentang pemanfaatan bahan makanan daging, ikan, unggas serta buah-buahan yang dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh di dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR sekolah sehingga dapat menurunkan prevalensi status anemia remaja putri. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan asupan zat besi heme dan non heme dengan kadar Hb.
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI. Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia. Buletin Depkes RI. 2013 2. Nugraha BD. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Seminar Nasional Gizi. Padang: 12 Oktober 2013 3. Moehji S. Ilmu Gizi 1. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2002 4. Permono, Bambang, dkk. 2012. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Jakarta: Badan Penerbit IDAI 5. Asri R. Hubungan Pola Konsumsi, Pengetahuan Tentang Anemia, dan Pola Haid Terhadap Kejadian Anemia pada Mahasiswi Jurusan Gizi Tingkat I dan II Poltekkes Kemenkes RI Padang 2013 [KTI]. Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang: 2013 6. Handayani, Wiwik, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika 7. Profil Kesehatan Sijunjung 2013 8. Pudjiaji S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, edisi keempat. Jakarta: FK, UI. 1990 9. Moehji S. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Bharata Niaga Media, 2003. 10. Farida 2006. Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus (online), http:// eprints.undip.ac.id/17704/i/idafarida.pdf. diakses tanggal 23 November2013 11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 2009 12. Safyanti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Remaja Putri SMUN 3 Padang Provinsi Sumatra Barat Tahun 2001 [Tesis]. FKM UI. 2002. 13. Badan Pusat Statistik, dkk. Neraca Bahan Makanan Penduduk Sumatera Barat 2011-2012. Padang: 2012 14. Al-Mighwar. Psikologi Remaja. Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia; 2006 15. Hariyani Sulistiyoningsih. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011 16. Depkes, RI. Kita Bisa Lebih Berprestasi tanpa Anemia. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat; 2005
17. Abdoerrahman, M.H dkk, 1985. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 18. Saadah Nurlailis, dkk. 2010. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negri 2 Magetan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 1 (4), 306-307 19. Indicator for assessing iron deficiency and strategis for its prevention, WHO/UNICEF, UNU (2012) 20. Cendani, Citta dan Murbawani, Etisa Adi. Asupan Mikronutrien, Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani. Jurnal Media Medika Indonesiana, Volume 45, Nomor 1, (onine). Diakses pada tanggal 26 Desember 2013. Tersedia dari : URL : (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/451112633 0126-1726.pdf 21. Wirakusumah ES. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya. 1998 22. Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC 23. Referensi Elektronik direkomendasikan oleh Zamri, (2008, http://www.sehatkita.com/2008/4/10/anemia, diperoleh 27 Desember, 2013) 24. Sadikin, Muhammad. 2002. Biokimia Darah, Jakarta : Widya Medika 25. Handayani, Wiwik, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Hematologi, Jakarta : Salemba Medika 26. Husaini MA dkk. Study Nutritional Anemia An Assessment Of Information Compilation For Supporting And Formulating National Policy And Program. Jakarta, 1989. 27. Dep Gizi dan Kes-Mas. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, 2007. 28. Depkes RI. Program Penanggulangan Anemia Pada WUS. Jakarta, 2003. 29. Masrizal. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal kesehatan Masyarakat 2007;01 PSIKM FK-UNAND. Padang, 2007 30. Dasril O. Asupan Zat Gizi Serta Hubungannya dengan Kejadian Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMAN & Padang, 2008 [Skripsi]. Padang: FKM UNAND 2008 31. Supariasa IDN. Dkk Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 32. SK Menkes RI. Angka Kecekupan Gizi (AKG). Jakarta : 2013
33. Lameshow. Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Yogya : UGM; 1997.
LAMPIRAN A Surat Izin Penelitian LAMPIRAN B Analisisa Kadar Hb Awal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Anisa Yohanes Husnadia Faudea Mulya Liranda Khaira Siska Pratama Yoanda Lika Felia Faradila Ines Zuria Aninda Cita Avidatul
Umur 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17
Kadar Hb (g/dl) 9.4 10.6 9.9 12.1 10.4 10.8 9.8 10.5 12.3 10.5
Status Anemia Anemia Anemia Tidak Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia Tidak Anemia Anemia
LAMPIRAN C LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Umur
:
Alamat
: setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang
manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Asupan Zat Besi Heme & Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014” saya menyatakan bersedia/tidak bersedia*) diikutsertakan dalam penelitian ini. Saya menyatakan bahwa yang saya sampaikan ini dijamin kebenarannya.
Sijunjung,
…………………
2014 Peneliti,
(Diana Halim)
Keterangan : *) coret yang tidak perlu LAMPIRAN D
Responden,
( ………………………)
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI HEME & NON HEME, PROTEIN, VITAMIN C DENGAN KADAR HB REMAJA PUTRI DI SMAN 1 SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014
Kode Responden
:
Tanggal Wawancara :
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Kelas / tingkat
:
3. Umur (Tanggal lahir)
:
4. Alamat
:
Hasil pemeriksaan Hb :............. gr/dl
LAMPIRAN E SEMI QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY (SQ-FFQ) – INDIVIDU Kode sampel
:
URUT
Nama Sampel :
NAMA BAHAN MAKANAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
P. HEWANI Daging ayam Daging kerbau Daging sapi Daging kambing Daging bebek Telur ayam Telur itik Telur puyuh Belut Udang segar Udang kering Ikan tongkol Ikan segar Ikan asin belanak Otak Babat Jeroan Cumi-cumi segar Kepiting Ikan teri nasi kering Kerupuk udang Terasi merah Susu sapi Susu kambing Tepung susu Susu kental manis Abon
1 2 3 4 5
KACANG2AN Kacang hijau Kacang kedele Kacang merah Kacang panjang biji Kacang tanah
HARI
MGGU
BLN
JML
PORSI
(1-3)
(1-7)
(1-4)
(./bln)
(/x mkn)
1
Berat (gr)
6 7 8 9 10 11 12
Kecipir biji Tahu Tempe kedele murni Kecap Bubur kac.ijo Kelapa tua daging Santan SAYUR
1
Rebung mentah Kool merah/putih mentah Bayam segar Kembang kool mentah Daun katuk mentah Daun labu waluh mentah Daun lobak Daun pakis Daun singkong mentah Daun singgrang Daun ubi jalar Kangkung Buncis mentah Jamur kuping Krai/mentimun Labu kuning Labu siam mentah Lobak mentah Pare pahit mentah Sawi hijau Terong belanda/ungu Toge kacang hijau mentah Tomat masak Wortel mentah
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
BUAH
1 2 3 4 5 6 7 8
Alpokat Apel Belimbing Durian Jambu air Jeruk manis Kedondong masak Langsat 2
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Mangga harum manis Nanas Nangka masak di pohon Pepaya Pisang ambon Pisang goreng Pisang kepok Pisang raja Rambutan Salak Sawo Semangka Sirsak Sambal Saos tomat Air sayur+isi Sayur asem Sayur sop
Pewawancara : Tgl Wawancara :
3
LAMPIRAN F
OUTPUT PENELITIAN Distribusi Kadar Hb N
Valid
53
Missing
0 10.357 10.500 12.1 1.8043 7.4 13.4
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
Kategori Kadar Hb Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Anemia
37
69.8
69.8
69.8
Tidak anemia
16
30.2
30.2
100.0
Total
53
100.0
100.0
Kadar Hb Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7.4
1
1.9
1.9
1.9
7.8
2
3.8
3.8
5.7
7.9
2
3.8
3.8
9.4
8.2
3
5.7
5.7
15.1
8.3
1
1.9
1.9
17.0
8.4
3
5.7
5.7
22.6
8.5
2
3.8
3.8
26.4
8.6
2
3.8
3.8
30.2
8.7
1
1.9
1.9
32.1
8.8
2
3.8
3.8
35.8
9.3
1
1.9
1.9
37.7
9.4
1
1.9
1.9
39.6
9.6
1
1.9
1.9
41.5
4
10.1
1
1.9
1.9
43.4
10.2
2
3.8
3.8
47.2
10.4
1
1.9
1.9
49.1
10.5
1
1.9
1.9
50.9
10.6
1
1.9
1.9
52.8
11.0
1
1.9
1.9
54.7
11.1
3
5.7
5.7
60.4
11.2
1
1.9
1.9
62.3
11.3
1
1.9
1.9
64.2
11.5
2
3.8
3.8
67.9
11.9
1
1.9
1.9
69.8
12.0
1
1.9
1.9
71.7
12.1
4
7.5
7.5
79.2
12.3
3
5.7
5.7
84.9
12.5
2
3.8
3.8
88.7
12.6
2
3.8
3.8
92.5
12.8
1
1.9
1.9
94.3
12.9
2
3.8
3.8
98.1
13.4
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
ANALISA UNIVARIAT Distribusi Asupan Protein Protein (50) N
Valid
53
Missing
Nabati (Protein)
Hewani (Protein) 53
0 0 Mean 71.15 25.18 Median 80.00 26.10 a Mode 83 25a Std. Deviation 21.074 7.832 Minimum 33 10 Maximum 118 62 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
5
53 0 46.455 52.800 57.6a 16.7628 12.5 86.6
Kategori Asupan Protein Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang
12
22.6
22.6
22.6
Cukup
41
77.4
77.4
100.0
Total
53
100.0
100.0
Asupan Protein Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 33
1
1.9
1.9
1.9
34
1
1.9
1.9
3.8
37
2
3.8
3.8
7.5
39
1
1.9
1.9
9.4
40
2
3.8
3.8
13.2
41
1
1.9
1.9
15.1
42
1
1.9
1.9
17.0
46
1
1.9
1.9
18.9
47
1
1.9
1.9
20.8
48
1
1.9
1.9
22.6
50
1
1.9
1.9
24.5
52
1
1.9
1.9
26.4
56
1
1.9
1.9
28.3
57
1
1.9
1.9
30.2
60
1
1.9
1.9
32.1
63
2
3.8
3.8
35.8
65
1
1.9
1.9
37.7
66
1
1.9
1.9
39.6
67
1
1.9
1.9
41.5
74
1
1.9
1.9
43.4
77
1
1.9
1.9
45.3
79
2
3.8
3.8
49.1
80
1
1.9
1.9
50.9
81
1
1.9
1.9
52.8
82
3
5.7
5.7
58.5
6
83
4
7.5
7.5
66.0
84
1
1.9
1.9
67.9
85
3
5.7
5.7
73.6
86
1
1.9
1.9
75.5
87
2
3.8
3.8
79.2
88
4
7.5
7.5
86.8
90
1
1.9
1.9
88.7
91
1
1.9
1.9
90.6
92
2
3.8
3.8
94.3
94
1
1.9
1.9
96.2
112
1
1.9
1.9
98.1
118
1
1.9
1.9
100.0
53
100.0
100.0
Total
Asupan Protein Nabati Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 10
1
1.9
1.9
1.9
11
1
1.9
1.9
3.8
12
1
1.9
1.9
5.7
12
1
1.9
1.9
7.5
12
1
1.9
1.9
9.4
13
1
1.9
1.9
11.3
15
1
1.9
1.9
13.2
16
1
1.9
1.9
15.1
18
1
1.9
1.9
17.0
21
1
1.9
1.9
18.9
21
1
1.9
1.9
20.8
21
1
1.9
1.9
22.6
21
1
1.9
1.9
24.5
24
1
1.9
1.9
26.4
25
3
5.7
5.7
32.1
25
1
1.9
1.9
34.0
25
1
1.9
1.9
35.8
25
3
5.7
5.7
41.5
7
26
1
1.9
1.9
43.4
26
1
1.9
1.9
45.3
26
1
1.9
1.9
47.2
26
1
1.9
1.9
49.1
26
1
1.9
1.9
50.9
26
1
1.9
1.9
52.8
26
1
1.9
1.9
54.7
26
1
1.9
1.9
56.6
27
1
1.9
1.9
58.5
27
1
1.9
1.9
60.4
27
2
3.8
3.8
64.2
27
1
1.9
1.9
66.0
27
1
1.9
1.9
67.9
27
3
5.7
5.7
73.6
29
1
1.9
1.9
75.5
29
1
1.9
1.9
77.4
30
1
1.9
1.9
79.2
30
2
3.8
3.8
83.0
30
1
1.9
1.9
84.9
30
1
1.9
1.9
86.8
31
1
1.9
1.9
88.7
31
1
1.9
1.9
90.6
31
1
1.9
1.9
92.5
31
1
1.9
1.9
94.3
32
1
1.9
1.9
96.2
33
1
1.9
1.9
98.1
62
1
1.9
1.9
100.0
53
100.0
100.0
Total
Asupan Protein Hewani Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 12.5
1
1.9
1.9
1.9
16.5
1
1.9
1.9
3.8
23.6
1
1.9
1.9
5.7
24.0
1
1.9
1.9
7.5
8
24.2
1
1.9
1.9
9.4
24.3
1
1.9
1.9
11.3
24.9
1
1.9
1.9
13.2
25.1
1
1.9
1.9
15.1
25.7
1
1.9
1.9
17.0
26.2
1
1.9
1.9
18.9
27.7
1
1.9
1.9
20.8
29.0
1
1.9
1.9
22.6
30.0
1
1.9
1.9
24.5
30.5
1
1.9
1.9
26.4
31.9
1
1.9
1.9
28.3
34.5
1
1.9
1.9
30.2
34.9
1
1.9
1.9
32.1
36.0
1
1.9
1.9
34.0
37.4
1
1.9
1.9
35.8
39.9
1
1.9
1.9
37.7
41.2
1
1.9
1.9
39.6
42.3
1
1.9
1.9
41.5
42.9
1
1.9
1.9
43.4
48.0
1
1.9
1.9
45.3
50.0
1
1.9
1.9
47.2
50.6
1
1.9
1.9
49.1
52.8
1
1.9
1.9
50.9
53.1
1
1.9
1.9
52.8
53.2
1
1.9
1.9
54.7
54.7
1
1.9
1.9
56.6
55.0
1
1.9
1.9
58.5
55.6
1
1.9
1.9
60.4
55.9
1
1.9
1.9
62.3
56.2
1
1.9
1.9
64.2
56.4
1
1.9
1.9
66.0
56.5
1
1.9
1.9
67.9
56.9
1
1.9
1.9
69.8
57.4
1
1.9
1.9
71.7
57.6
2
3.8
3.8
75.5
57.9
1
1.9
1.9
77.4
9
58.1
2
3.8
3.8
81.1
59.2
1
1.9
1.9
83.0
60.3
1
1.9
1.9
84.9
60.9
1
1.9
1.9
86.8
62.1
1
1.9
1.9
88.7
65.5
1
1.9
1.9
90.6
66.3
1
1.9
1.9
92.5
66.9
1
1.9
1.9
94.3
67.0
1
1.9
1.9
96.2
80.5
1
1.9
1.9
98.1
86.6
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
Distribusi Asupan Vitamin C N
Valid
53
Missing
0 142.74 163.00 171 34.427 54 173
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
Kategori Asupan Vitamin C Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang
2
3.8
3.8
3.8
cukup
51
96.2
96.2
100.0
Total
53
100.0
100.0
Asupan Vitamin C Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 54
1
1.9
1.9
1.9
55
1
1.9
1.9
3.8
82
1
1.9
1.9
5.7
10
87
1
1.9
1.9
7.5
88
1
1.9
1.9
9.4
97
3
5.7
5.7
15.1
99
1
1.9
1.9
17.0
103
1
1.9
1.9
18.9
110
1
1.9
1.9
20.8
111
1
1.9
1.9
22.6
114
2
3.8
3.8
26.4
115
1
1.9
1.9
28.3
117
1
1.9
1.9
30.2
119
1
1.9
1.9
32.1
128
1
1.9
1.9
34.0
130
1
1.9
1.9
35.8
132
1
1.9
1.9
37.7
156
2
3.8
3.8
41.5
162
3
5.7
5.7
47.2
163
3
5.7
5.7
52.8
165
1
1.9
1.9
54.7
166
4
7.5
7.5
62.3
167
1
1.9
1.9
64.2
168
4
7.5
7.5
71.7
169
4
7.5
7.5
79.2
170
1
1.9
1.9
81.1
171
6
11.3
11.3
92.5
172
3
5.7
5.7
98.1
173
1
1.9
1.9
100.0
53
100.0
100.0
Total
Distribusi Asupan Zat Besi Nabati (Fe) Hewani (Fe) Heme (Fe) Non Heme Total Fe (26) N
Valid Missing
Mean Median Mode
53
53
53
53
53
0 8.716 8.910 3.8a
0 4.8174 5.5300 1.65a
0 1.9269 2.2120 .66a
0 11.6066 12.2600 13.99
0 13.5336 15.0000 15.00a
11
Std. Deviation 2.0957 1.96731 .78692 Minimum 3.8 1.15 .46 Maximum 14.2 8.42 3.37 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
2.85317 5.71 17.67
3.49110 7.00 20.00
Kategori Asupan Zat Besi Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang
53
100.0
100.0
100.0
Asupan Zat Besi (Nabati) Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3.8
2
3.8
3.8
3.8
4.8
1
1.9
1.9
5.7
4.9
1
1.9
1.9
7.5
4.9
1
1.9
1.9
9.4
5.9
1
1.9
1.9
11.3
6.4
1
1.9
1.9
13.2
6.7
1
1.9
1.9
15.1
6.8
1
1.9
1.9
17.0
6.8
1
1.9
1.9
18.9
6.9
1
1.9
1.9
20.8
6.9
1
1.9
1.9
22.6
7.0
1
1.9
1.9
24.5
7.5
1
1.9
1.9
26.4
7.6
1
1.9
1.9
28.3
7.7
1
1.9
1.9
30.2
8.1
1
1.9
1.9
32.1
8.2
1
1.9
1.9
34.0
8.2
1
1.9
1.9
35.8
8.3
1
1.9
1.9
37.7
8.4
1
1.9
1.9
39.6
8.6
1
1.9
1.9
41.5
8.6
1
1.9
1.9
43.4
8.7
1
1.9
1.9
45.3
12
8.7
1
1.9
1.9
47.2
8.9
1
1.9
1.9
49.1
8.9
1
1.9
1.9
50.9
9.3
1
1.9
1.9
52.8
9.4
1
1.9
1.9
54.7
9.4
1
1.9
1.9
56.6
9.5
1
1.9
1.9
58.5
9.6
1
1.9
1.9
60.4
9.7
1
1.9
1.9
62.3
9.8
1
1.9
1.9
64.2
9.8
1
1.9
1.9
66.0
9.9
1
1.9
1.9
67.9
10.1
1
1.9
1.9
69.8
10.1
1
1.9
1.9
71.7
10.2
1
1.9
1.9
73.6
10.3
2
3.8
3.8
77.4
10.4
1
1.9
1.9
79.2
10.5
1
1.9
1.9
81.1
10.6
1
1.9
1.9
83.0
10.6
1
1.9
1.9
84.9
10.8
1
1.9
1.9
86.8
10.8
1
1.9
1.9
88.7
10.8
1
1.9
1.9
90.6
11.0
2
3.8
3.8
94.3
11.0
1
1.9
1.9
96.2
11.2
1
1.9
1.9
98.1
14.2
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
Asupan Zat Besi (Hewani) Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1.15
1
1.9
1.9
1.9
1.25
1
1.9
1.9
3.8
1.27
1
1.9
1.9
5.7
1.29
1
1.9
1.9
7.5
13
1.36
1
1.9
1.9
9.4
1.45
1
1.9
1.9
11.3
1.65
2
3.8
3.8
15.1
1.77
1
1.9
1.9
17.0
2.09
1
1.9
1.9
18.9
3.08
1
1.9
1.9
20.8
3.11
1
1.9
1.9
22.6
3.14
1
1.9
1.9
24.5
3.21
1
1.9
1.9
26.4
3.22
1
1.9
1.9
28.3
4.18
1
1.9
1.9
30.2
4.69
1
1.9
1.9
32.1
4.70
1
1.9
1.9
34.0
4.77
1
1.9
1.9
35.8
4.83
1
1.9
1.9
37.7
4.90
1
1.9
1.9
39.6
5.01
1
1.9
1.9
41.5
5.02
2
3.8
3.8
45.3
5.11
1
1.9
1.9
47.2
5.30
1
1.9
1.9
49.1
5.53
1
1.9
1.9
50.9
5.54
1
1.9
1.9
52.8
5.58
1
1.9
1.9
54.7
5.64
1
1.9
1.9
56.6
5.69
2
3.8
3.8
60.4
5.82
1
1.9
1.9
62.3
5.91
1
1.9
1.9
64.2
5.94
1
1.9
1.9
66.0
6.14
1
1.9
1.9
67.9
6.17
1
1.9
1.9
69.8
6.19
1
1.9
1.9
71.7
6.21
1
1.9
1.9
73.6
6.25
1
1.9
1.9
75.5
6.28
1
1.9
1.9
77.4
6.33
1
1.9
1.9
79.2
6.39
1
1.9
1.9
81.1
14
6.40
1
1.9
1.9
83.0
6.41
1
1.9
1.9
84.9
6.47
1
1.9
1.9
86.8
6.61
1
1.9
1.9
88.7
6.76
1
1.9
1.9
90.6
6.79
1
1.9
1.9
92.5
6.85
1
1.9
1.9
94.3
6.86
1
1.9
1.9
96.2
8.23
1
1.9
1.9
98.1
8.42
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
Asupan Zat Besi (Heme) Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid .46
1
1.9
1.9
1.9
.50
1
1.9
1.9
3.8
.51
1
1.9
1.9
5.7
.52
1
1.9
1.9
7.5
.54
1
1.9
1.9
9.4
.58
1
1.9
1.9
11.3
.66
2
3.8
3.8
15.1
.71
1
1.9
1.9
17.0
.84
1
1.9
1.9
18.9
1.23
1
1.9
1.9
20.8
1.24
1
1.9
1.9
22.6
1.26
1
1.9
1.9
24.5
1.28
1
1.9
1.9
26.4
1.29
1
1.9
1.9
28.3
1.67
1
1.9
1.9
30.2
1.88
1
1.9
1.9
32.1
1.88
1
1.9
1.9
34.0
1.91
1
1.9
1.9
35.8
1.93
1
1.9
1.9
37.7
15
1.96
1
1.9
1.9
39.6
2.00
1
1.9
1.9
41.5
2.01
2
3.8
3.8
45.3
2.04
1
1.9
1.9
47.2
2.12
1
1.9
1.9
49.1
2.21
1
1.9
1.9
50.9
2.22
1
1.9
1.9
52.8
2.23
1
1.9
1.9
54.7
2.26
1
1.9
1.9
56.6
2.28
2
3.8
3.8
60.4
2.33
1
1.9
1.9
62.3
2.36
1
1.9
1.9
64.2
2.38
1
1.9
1.9
66.0
2.46
1
1.9
1.9
67.9
2.47
1
1.9
1.9
69.8
2.48
1
1.9
1.9
71.7
2.48
1
1.9
1.9
73.6
2.50
1
1.9
1.9
75.5
2.51
1
1.9
1.9
77.4
2.53
1
1.9
1.9
79.2
2.56
1
1.9
1.9
81.1
2.56
1
1.9
1.9
83.0
2.56
1
1.9
1.9
84.9
2.59
1
1.9
1.9
86.8
2.64
1
1.9
1.9
88.7
2.70
1
1.9
1.9
90.6
2.72
1
1.9
1.9
92.5
2.74
1
1.9
1.9
94.3
2.74
1
1.9
1.9
96.2
3.29
1
1.9
1.9
98.1
3.37
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
16
Asupan Zat Besi (Non Heme) Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 5.71
1
1.9
1.9
1.9
6.72
1
1.9
1.9
3.8
6.74
1
1.9
1.9
5.7
7.33
1
1.9
1.9
7.5
7.34
1
1.9
1.9
9.4
7.49
1
1.9
1.9
11.3
7.49
1
1.9
1.9
13.2
7.65
1
1.9
1.9
15.1
7.77
1
1.9
1.9
17.0
7.81
1
1.9
1.9
18.9
8.42
1
1.9
1.9
20.8
8.48
1
1.9
1.9
22.6
9.29
1
1.9
1.9
24.5
9.34
1
1.9
1.9
26.4
9.46
1
1.9
1.9
28.3
9.85
1
1.9
1.9
30.2
10.16
1
1.9
1.9
32.1
10.53
1
1.9
1.9
34.0
10.54
1
1.9
1.9
35.8
10.76
1
1.9
1.9
37.7
10.78
1
1.9
1.9
39.6
11.72
1
1.9
1.9
41.5
11.72
1
1.9
1.9
43.4
11.88
1
1.9
1.9
45.3
12.12
1
1.9
1.9
47.2
12.26
1
1.9
1.9
49.1
12.26
1
1.9
1.9
50.9
12.44
1
1.9
1.9
52.8
12.49
1
1.9
1.9
54.7
12.74
1
1.9
1.9
56.6
12.77
1
1.9
1.9
58.5
12.79
1
1.9
1.9
60.4
12.96
1
1.9
1.9
62.3
17
13.12
1
1.9
1.9
64.2
13.44
1
1.9
1.9
66.0
13.47
1
1.9
1.9
67.9
13.52
1
1.9
1.9
69.8
13.62
1
1.9
1.9
71.7
13.64
1
1.9
1.9
73.6
13.72
1
1.9
1.9
75.5
13.99
2
3.8
3.8
79.2
14.00
1
1.9
1.9
81.1
14.30
1
1.9
1.9
83.0
14.36
1
1.9
1.9
84.9
14.41
1
1.9
1.9
86.8
14.44
1
1.9
1.9
88.7
14.50
1
1.9
1.9
90.6
14.52
1
1.9
1.9
92.5
15.28
1
1.9
1.9
94.3
15.63
1
1.9
1.9
96.2
15.71
1
1.9
1.9
98.1
17.67
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
Asupan Zat Besi Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7.00
1
1.9
1.9
1.9
7.95
1
1.9
1.9
3.8
8.00
3
5.7
5.7
9.4
8.15
1
1.9
1.9
11.3
8.68
1
1.9
1.9
13.2
9.00
4
7.5
7.5
20.8
9.74
1
1.9
1.9
22.6
10.00
3
5.7
5.7
28.3
11.00
1
1.9
1.9
30.2
11.76
1
1.9
1.9
32.1
12.00
1
1.9
1.9
34.0
13.00
4
7.5
7.5
41.5
18
14.00
3
5.7
5.7
47.2
15.00
9
17.0
17.0
64.2
16.00
9
17.0
17.0
81.1
17.00
6
11.3
11.3
92.5
18.00
1
1.9
1.9
94.3
19.00
2
3.8
3.8
98.1
20.00
1
1.9
1.9
100.0
Total
53
100.0
100.0
ANALISA BIVARIAT Correlations Kadar Hb Heme (Fe) Spearman's rho Kadar Hb
Correlation Coefficient
1.000
.282*
.
.041
53
53
*
1.000
.041
.
53
53
Sig. (2-tailed) N Heme (Fe) Correlation Coefficient
.282
Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations
Kadar Hb Non Heme Spearman's rho Kadar Hb
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Non Heme Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
19
1.000
.511**
.
.000
53
53
.511**
1.000
.000
.
53
53
Correlations Kadar Hb Protein (50) Spearman's rho Kadar Hb
Correlation Coefficient
1.000
.570**
.
.000
53
53
**
1.000
.000
.
53
53
Sig. (2-tailed) N Protein (50) Correlation Coefficient
.570
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
Kadar Hb Vit C (75) Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient
1.000
.327*
.
.017
53
53
*
1.000
.017
.
53
53
Sig. (2-tailed) N Vit C (75) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20
.327
LAMPIRAN H JADWAL KEGIATAN PEMBUATAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM STUDI DIII GIZI POLTEKKES KEMENKES RI PADANG TAHUN 2013-2014 Bulan No
Kegiatan
1
Mengajuka n Topik
2
Pengumpul an Data
3
Penulisan Proposal
4
Ujian Proposal
5
Perbaikan Proposal
6
Penelitian
7
Pengolahan Data
8
Penulisan Laporan Penelitian
9
Seminar KTI
10
Perbaikan KTI
11
Peryerahan KTI
Sep t
Ok t
No v
De s
21
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Jun i
Jul i
KARTU KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI LANJUT) PROGRAM STUDY DIII GIZI POLTEKKES KEMENKES PADANG TAHUN 2014 NAMA MAHASISWA
: DIANA HALIM
NIM
: 112110146
JUDUL KTI
: Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C Dengan Kadar Hb Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
PEMBIMBING I
Hari/Tanggal
: Gusnedi, STP, MPH
Topik Konsultasi
Saran Perbaikan
Padang, Koordinator MK,
TTD Pembimbing
Juli 2014
Ketua Prodi DIII Gizi,
Kasmiyetti, DCN, M.Biomed
22
KARTU KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI LANJUT) PROGRAM STUDY DIII GIZI POLTEKKES KEMENKES PADANG TAHUN 2014 NAMA MAHASISWA
: DIANA HALIM
NIM
: 112110146
JUDUL KTI
: Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C Dengan Kadar Hb Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014
PEMBIMBING II
Hari/Tanggal
: Zul Amri, DCN, M.Kes
Topik Konsultasi
Saran Perbaikan
Padang, Koordinator MK,
TTD Pembimbing
Juli 2014
Ketua Prodi DIII Gizi,
Kasmiyetti, DCN, M.Biomed
23
24