HUBUNGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT PENERIMAAN ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS DI YAYASAN TERAPI AUTIS AROGYA MITRA KLATEN
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P IK ST
E
D EN
J S E
L A R
Disusun Oleh:
ALIVIA INDAWARDHIANA DAMARANI NPM: 3208084
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAYAKARTA 2012
i
N A
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
HUBUNGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT PENERIMAAN ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS DI YAYASAN TERAPI AUTIS AROGYA MITRA KLATEN Alivia Indawardhiana Damarani1, Atik Badi’ah2, Retno Sumiyarini3
INTISARI Latar Belakang : Istilah “autis” telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat dikalangan masayarakat. Autis merupakan gangguan pervasive yang mencakup gangguan-gangguan dalam komunikasi verbal dan non verbal, interaksi sosial, perilaku emosi. Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Tidak mudah bagi orangtua yang anaknya menyandang autisme untuk menjalani fase demi fase, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 77 responden dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling. Hasil Penelitian : Sebagian besar responden ada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah sebesar 32,5% dan terkecil ada pada tahap perkembangan childbearing family sebesar 5,2%. Untuk tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis sebagian besar adalah baik yaitu sebesar 54,5% dan tidak ada orangtua yang memiliki tingkat penerimaan yang kurang. Dengan besar nilai koefisien kontingansi sebesar 0,221 dan p-value 0,412, maka Ho diterima. Kesimpulan : Tidak ada hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten, oleh karena itu disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mempertimbangan pembagian jumlah reponden yang merata disetiap tahap perkembangan sehingga dapat diketahui korelasi yang baik dengan tingkat penerimaan orangtua
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
Kata Kunci : tahap perkembangan keluarga, tingkat penerimaan, autis
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Poltekes KeMenKes Yogyakarta 3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta
iii
THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY DEVELOPMENT STAGE AND ACCEPTENCE LEVEL AMONG PARENTS WITH AUTISM CHILD IN YAYASAN TERAPI AUTIS AROGYA MITRA KLATEN Alivia Indawardhiana Damarani1, Atik Badi’ah2, Retno Sumiyarini3
ABSTRACT Background: The term "autism" has become popular issue in society. Autism is pervasive disorder that consists of impairments in verbal and non verbal communication, social interaction, and emotional behavior. Having child with autism may hard for parent due to the challenge for parent who have autism to lead phases until they finally in the stage of acceptance. Purpose: To determine relationship between the family development stage and acceptance level among parents with autism child in Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Method: The study used analytical descriptive method with cross sectional approach. As many as 77 respondents participated in this study by using total sampling technique. Result: Most of the respondents were families with school aged children (32.5%) and least of them were childbearing family (5.2%). Most of acceptance level among parents with autism child were good (54.5%) and none of parents had less acceptance level. With the value of contingency coefficient (r value) was 0.221 and p-value 0.412, the nul hypothesis was accepted. Conclusion: There is no correlation between the family development stage and acceptance level among parents with autism child in Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. It is suggested for future studies to consider equal number of respondents in each development stage, so that strong correlation with parents’s acceptance level can be found.
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
TIK SKeywords: acceptence level, autism child, family development stage, parents
1. Student of Nursing Study, School of Health Sciences Achmad Yani Yogyakarta 2. Lecturer of Nursing Study, Vocational Health of Yogyakarta 3. Lecturer of Nursing Study, School of Health Sciences Achmad Yani Yogyakarta
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Alivia Indawardhiana Damarani NPM : 3208084 Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
N ARTA A A AK
AK
Yogyakarta, 04 Juli 2012
T ANI S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
v
Y
G YO
Penulis
KATA A PENGANTAR
Dengan mengucapkkan puji syyukur kepadda Tuhan Yang Y Maha Esa, atas l limpahan rahmat, r hiidayah dann anugerahh-Nya sehiingga penuulis dapat m menyelesaik kan Skripsi yang y berjuduul “Hubungaan Tahap Peerkembangann Keluarga d dengan Tinggkat Penerim maan Oranggtua yang Memiliki M Annak Autis di d Yayasan T Terapi Autiis Arogya Mitra M Klatenn”. Maksud dan tujuann penulisan Skripsi ini a adalah untu uk memenuuhi sebagiaan persyaraatan memperoleh gelaar Sarjana K Keperawatan n. Penyusu unan Penelitian ini tidakk terlepas dari d bantuann berbagai pihak p yang t telah banyakk memberikkan bantuan moril mauppun materil.. Pada kesem mpatan ini p penulis men ngucapkan teerima kasih kkepada : 1. dr. I Edy y Purwoko, Sp. S B selakuu Ketua STIK KES A.Yani Yogyakartaa. 2 Dwi Sussanti, S.Kepp.,Ns selaku Ketua Proggram Studi S1 Ilmu Keeperawatan 2. STIKES A.Yani Yoggyakarta. 3 Falasifahh Ani Yuniaarti S.Kep.,N 3. Ns.,MAN seelaku pengujji yang telah h memberi penilaiann, masukan dan d motivasii dalam penyyusunan skriipsi ini. I yang telah 4 Atik Bad 4. di’ah, S.Pd, S.Kp, M.K Kes selaku pembimbing p h memberi bimbingan dan motivvasi dalam ppenyusunan skripsi ini. 5 Retno Sumiyarini, 5. S S.Kep,.Ns selaku pem mbimbing II yang telahh memberi bimbingan dan motivvasi dalam ppenyusunan skripsi ini. 6 Pendiri dan 6. d Kepala Sekolah Yayyasan Terappi Autis Aroggya Mitra Klaten K yang telah meemberikan ijiin untuk mellakukan penelitian. 7 Wali sisw 7. wa di Yayassan Terapi Autis A Arogyaa Mitra Klatten yang telaah bersedia menjadi responden dalam d peneliitian Skripsi ini. 8 Kedua orangtua di Kebumen 8. K yanng telah mem mberi motivaasi, doa, dan n dukungan yang tiad da henti. 9 Teman-tteman seperjjuangan Anngkatan 2008 9. 8/2009, khuususnya PSIK K Kelas B dan sem mua pihak yang tidak dapat diseebutkan satuu persatu yang y telah memberiikan semang gat dan doa kepada k peneliti. Peneliti menyadari bahwa b Skrippsi ini kuranng dari sem mpurna, oleh karena ini p peneliti sang gat menghaarapkan saraan dan kritikk yang sifatnya membaangun dari p pembaca unttuk kesempuurnaan Skrippsi ini.
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... INTISARI......................................................................................................... ABSTRACT ....................................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... HALAMAN MOTTO ...................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I
AN
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ D. Manfaat Penelitian ...................................................................... E. Keaslian Penelitian ......................................................................
i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii
RP
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ........................................................................... B. Kerangka Teori............................................................................ C. Kerangka Konsep ........................................................................ D. Hipotesis......................................................................................
PE
LA
A
R DE
N E J BAB III METODE PENELITIAN S E Penelitian .................................................................. IK A.B. Rancangan Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... T S C. Populasi dan Sampel ................................................................... D. E. F. G. H. I. J.
Variabel Penelitian ..................................................................... Definisi Operasional ................................................................... Alat dan Metode Pengumpulan Data .......................................... Analisa dan Model Statistik ........................................................ Metode Pengolahan ..................................................................... Etika Penelitian ........................................................................... Rencana Jalannya Penelitian .......................................................
ix
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
1 5 5 5 6
8 32 33 34
35 35 35 36 37 38 40 42 43 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil ........................................................................................... B. Pembahasan ................................................................................. C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran............................................................................................
46 51 57 59 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional .......................................................................... 37 Tabel 3.2. Skoring Sifat Pernyataan.................................................................... 39 Tabel 3.3. Distribusi Item Skala Penerimaan ...................................................... 39 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Wali Siswa Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten........................................................................... 47 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Urutan Anak dan Jenis Kelamin Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten.................................................................................................. 48 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan Keluarga di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ................... 49
N ARTA A A AK
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ........................................................................................ 49
K OGY A T IY
S . YAN U P A
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ....................................... 50
ER
P
L A R
Tabel 4.6. Koefisien Kontingansi Tahap Perkembangan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten........................................................................... 51
E
D EN
J S E
IK
ST
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Kerangka Teori ............................................................................ 32
Gambar 2.2
Kerangka Konsep ........................................................................ 33
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1 Jadwal Penelitian 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden 3 Lembar Pesetujuan Menjadi Responden 4 Kuesioner Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis 5 Surat Studi Pendahuluan 6 Surat Izin Penelitian 7 Surat Bukti Penelitian 8 Data Hasil Tabulasi 9 Lembar Konsultasi
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai anak dalam sebuah keluarga sangat tinggi. Keberadaan anak memberikan nuansa suatu rumah tangga lebih hidup, lebih sempurna yang tidak di dapat diukur dengan nilai uang (Suardana, 2008). Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehadirannya bukan saja mempererat tali cinta pasangan suami istri, tetapi juga sebagai penerus generasi yang sangat diharapkan oleh keluarga tersebut. Apabila anak sakit atau tidak tumbuh dan berkembang secara normal akan menimbulkan
N ARTA A A AK
mekanisme koping keluarga yang maladaptif seperti rasa bersalah, tidak mampu mengasuh anak, atau saling menyalahkan orang lain. Setiap orangtua
K OGY A T IY
menginginkan anaknya berkembang sempurna. Namun demikian sering terjadi keadaan dimana anak memperlihatkan masalah dalam perkembangan sejak usia
S . YAN U P A
dini. Salah satu contoh gangguan yang dapat terjadi adalah autis. (Rachmayanti, 2006).
ER
L A bersosialisasi, penderita tidak ERdapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa D N tak terkendali. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan terbahak, kadang E marah J dirinya sendiri ES dan memiliki gerakan aneh yang selalu diulang-ulang (Dewo, K I T Oleh karena itu masalah autis ini mendapatkan perhatian khusus. Penelitian S2006). Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Selain tidak mampu
P
yang intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari hipotesis sederhana hingga penelitian klinis lanjutan.
Survei dari data California Department of Developmental Service, Amerika Serikat melaporkan bahwa hingga Januari 2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di Amerika Serikat hingga 31%. Laporan terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 menyatakan bahwa perbandingan anak autisme dengan anak normal di seluruh dunia, termasuk Indonesia telah mencapai 1:100 (Kasih, 2006). Ikatan Dokter Anak dan Pusat Kontrol dan
2
Pencegahan Penyakit Amerika Serikat bahkan menambahkan bahwa jumlah anak yang didiagnosis menderita autis sekitar 1:166 anak (Mutiara, 2009). Hasil penelitian pada tahun 2008, menunjukan bahwa 1 dari 150 balita di Indonesia kini menderita autis (Suprapti, 2011). Bila jumlah penduduk Klaten tahun 2010 sebesar 1.474.827 jiwa (Pemkab Klaten, 2010), maka bisa terdapat 9.832 penyandang autisme. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Istilah “autis” telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat dikalangan
masayarakat. Autis merupakan gangguan pervasive yang mencakup gangguangangguan dalam komunikasi verbal dan non verbal, interaksi sosial, perilaku emosi (Lubis, 2009). Menurut Simpson, kemampuan anak penyandang autis dalam mengembangkan interaksi sosial dengan orang lain sangat terbatas, bahkan
N ARTA A A AK
mereka bisa sama sekali tidak merespon stimulus dari orang lain (Sugiarto, 2004).
K OGY A T IY
Beberapa anak autis sejak lahir sudah memperhatikan perilaku tertentu, namun gejala-gejala yang mulai tampak pada usia sekitar 18-36 bulan seperti mendadak
S . YAN U P A
menolak kehadiran orang lain, bertingkah laku aneh dan mengalami kemunduran dalam berbahasa serta keterampilan sosialisasi (Prasetyono, 2008). Oleh karena
ER
itu, anak dengan autisme cenderung untuk menarik diri dari lingkungannya.
P
L A R
Mereka tidak memahami dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang
E
D EN
disekitarnya. Anak autis juga mempunya rentang perhatian yang sangat rendah,
J S E
sehingga ia tidak akan menghiraukan orang yang sedang memanggil namanya.
TIK dalam hal ini peranan orangtua dan keluarga sangat dibutuhkan untuk SSehingga menangani anak dengan autis (Mutiara, 2009).
Reaksi pertama keluarga ketika anaknya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak (Rachmayanti, 2006). Tidak mudah bagi orangtua yang anaknya menyandang autisme untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Ada masa orangtua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat.
3
Tidak sedikit orangtua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anaknya tersebut (Riri, 2010). Menurut Handriani, dkk (2006), secara normatif sebagian besar orang tentu menyatakan menerima keberadaan anak autis sebab mereka telah ditakdirkan menjadi bagian dari keluarga. Namun pada kenyataanya, respon “penerimaan” masing-masing individu tidaklah selalu sama. Menurut Harlock cit Puspita (2004) sikap penerimaan orangtua terhadap anaknya dipengaruhi oleh konsep anak dari orangtua, pengalaman awal orangtua terhadap anak, nilai budaya, peran orangtua, kemampuan adaptasi, alasan memiliki anak dan cara anak bereaksi terhadap sikap orang tua. Oleh karena itu keluarga mempunyai peranan utama dalam mendidik anak autis hingga dewasa.
N ARTA A A AK
Handriani, dkk (2006) menjelaskan faktor yang mempengaruhi penerimaan
K OGY A T IY
orangtua antara lain dukungan sosial dari orang-orang sekitar, lingkungan kerja,
sekolah, pertemanan dan keluarga utama antara suami-istri, anak dan saudara,
S . YAN U P A
sebagai penguat orangtua dalam menerima kehadiran anak.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, keluarga merupakan unit terkecil yang
ER
terdiri dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
P
L A R
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
E
D EN
ketergantungan (Jhonson, 2010). Keluarga merupakan sistem yang terbuka
J S E
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungan (masyarakat)
K sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat TIsebaliknya Sdan mempengaruhi masyarakat (supra sistem) (Friedmand, 2010). Seperti halnya makhluk hidup, keluarga pun mengalami perkembangan yang melalui beberapa tahap. Menurut Duvall cit Friedman (2010), tahap perkembangan keluarga dimulai dari keluarga baru (pasangan baru), keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga dengan anak pra-sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan anak dewasa, keluarga usia pertengahan, keluarga usia lanjut. Dari tahap perkembangan tersebut terdapat beberapa tahap dimana peran keluarga sangat penting karena akan mempengaruhi perkembangan tahap berikutnya. Yaitu pada
4
tahap keluarga child-bearing, keluarga dengan anak pra sekolah dan keluarga dengan anak sekolah. Karena, pada tahap ini tugas perkembangan keluarga menurut Bailon dan Maglaya adalah : persiapan menjadi orangtua, persiapan perlengkapan anak, biaya, dan adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan rumah (Suardana, 2008). Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 10 Februari 2012 menunjukan jumlah anak dengan autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten berjumlah 130 orang, dengan rentang umur 21/2 – 20 tahun. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 2 orangtua (ibu) menunjukan hasil dari salah seorang ibu baru mengetahui anaknya mengalami autis pada usia 2 tahun sehingga pada 3 tahun anak tersebut baru dibawa untuk terapi . Mereka pada awalnya belum banyak mengetahui tanda-tanda anak autis karena anak mereka
N ARTA A A AK
menunjukan penampilan fisik yang hampir sama dengan anak normal. Kelainan
K OGY A T IY
baru diketahui setelah anak menunjukan reaksi yang tidak biasa pada situasi
umum seperti tidak pernah bicara, hiperaktif atau tiba-tiba diam. Perilaku ini
S . YAN U P A
muncul karena anggapan tentang kelainan autis antara lain : merupakan kelainan seumur hidup, anak akan dapat menyusul keterlambatan dikemudian hari, anak
ER
terlambat bicara karena anak lebih cepat berjalan.
P
L A R
Selain itu dari pendiri yayasan tersebut didapatkan hasil bahwa dalam
E
D EN
kebanyakan dari anak didik mereka merupakan anak yang berasal dari keluarga
J S E
menengah keatas. Sehingga terkadang yang tampak mengantar-jemput serta
TIK sang anak selama terapi adalah para pengasuh. Hal ini terjadi karena Smengunggu para orangtua mungkin sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga mempercayakan pengasuhan anak mereka kepada para pengasuh. Dengan keadaan demikian sampai saat ini belum diketahui sejauh mana kemampuan orangtua mengenal gangguan perkembangan pada anak sehingga mereka dapat menerima anak dengan autis. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ”.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang memilki anak autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. 2. Tujuan Khusus
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
a. Mengetahui tahap perkembangan keluarga di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten.
S . YAN U P A
b. Mengetahui tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten.
ER
P
L A R
E
D EN
D. Manfaat Penelitian
J Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : S IKEorangtua anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten 1.TBagi S Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang pemahaman mengfungsikan tahap perkembangan keluarga yang sedang dijalani untuk membantu menerima anak autis secara utuh dalam keluarga. 2. Bagi guru di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan wacana bagi pengajar di Yayasan Terapi Autis terapi autis dalam membantu keluarga dalam menerima anak autis.
6
3. Bagi ilmu keperawatan anak Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan dan tambahan informasi bagi para perawat dalam membantu pemahaman keluarga untuk menerima anak autis dengan menfungsikan tahap perkembangan keluarga tersebut. 4. Bagi mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Stikes A. yani Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan informasi bagi mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan di Stikes A.Yani sehingga dapat dijadikan acuan dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah autis. 5. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan informasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan perkembangan anak autis.
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
E. Keaslian Penelitian
S . YAN U P A
Penelitian tentang hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan anak yang mengalami autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis
ER
Arogya Mitra Klaten belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang mirip
P
L A R
dengan penelitian yang dilakukan yaitu :
E
D EN
1. Suparti, Efi (2011) penelitian yang berjudul Hubungan antara dukungan sosial
J S E
dan presepsi orangtua dengan penerimaan orangtua yang memiliki anak down
IK Variabel dalam penelitian tersebut merupakan variabel multi yaitu STsyndrome. dukungan sosial, presepsi orangtua dan penerimaan orangtua, dan metode penelitian yang digunakan cross sectional study dengan desain penelitian diskriptif analitik. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel, metode dan desain penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat, waktu dan subjek penelitian. 2. Suardana (2008) penelitian yang berjudul Hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan anak yang mengalami autis di RSUP Sanglah. Variabel dalam penelitian tersebut merupakan variabel ganda yaitu
7
tahap perkembangan keluarga dan tingkat penerimaan anak autis, dan metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah cross sectional study. Sampel penelitian orangtua anak autis dengan tekhnik sampling concecutive sampling dan dengan menggunakan Spearman Rank dalam teknik analisa data. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel, responden dan metode penelitian. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat waktu penelitian, teknik sampling dan teknik analisa data. 3. Rachmayanti (2006) penelitian yang berjudul penerimaan diri orang tua dan perannya dalam terapi autis. Variabel dalam penelitian tersebut merupakan variabel ganda yaitu penerimaan diri orangtua dan peran dalam terapi autis, dan metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
N ARTA A A AK
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Persamaan penelitian
K OGY A T IY
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel dan pada
respondennya. Sedangkan perbedaan antara penelitian tersebut dengan
S . YAN U P A
penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode dan pendekatan penelitian.
ER
4. Kasih (2006) penelitian yang berjudul pemahaman tentang autis dan
P
L A R
penerimaan ibu di yang memiliki anak dengan autis Pusat Terapi Anak dengan
E
D EN
Kebutuhan Khusus. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
J S E
variable ganda yaitu pemahaman dan penerimaan ibu yang memiliki anak
IK dengan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologis. STautis, Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel dan respondennya. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode dan pendekatan penelitiannya.
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten merupakan sebuah klinik akupuntur di pinggiran kota Klaten yang mengobati anak-anak autismhiperaktif. Berlokasi di Dukuh Ngemplak, Kalikotes, Jawa Tengah, berdiri di atas lahan seluas 500 m3, dengan jumlah murid sebanyak 150, 73 murid tinggal di asrama Yayasan dan 77 murid dengan rawat jalan. Yayasan ini berdiri pada tanggal 9 Maret 1999 sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih ibu Mariani ( selaku ketua yayasan ) atas kesembuhan putra bungsunya.
N ARTA A A AK
Nama yayasan ini merupakan nama pemberian dari Bhante Pannavaro
K OGY A T IY
Mahathera dari Mendut yang berarti tempat penyembuhan. Lokasi tempat penelitian ini berbatasan dengan persawahan di sebelah Utara, sebelah Timur
S . YAN U P A
berbatasan dengan perkampungan dan sebelah selatan berbatasan dengan persawahan. Yayasan ini juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Panti Rapih
ER
Yogyakarta.
P
L A R
Selain merupakan yayasan untuk terapi di Arogya Mitra Klaten juga
E
D EN
merupakan sekolah untuk anak autism-hiperaktif, yang difasilitasi oleh para
J S E
pendidik yang ahli dalam bidang tumbuh kembang anak autism.
IK S2.T Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan April - Juni 2012 mengenai hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten, maka didapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden, responden penelitian
47
ini adalah wali siswa autis di Yayasan Terapi Autis Terapi Autis Arogya Mitra Klaten yang berjumlah 77 orang. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Wali Siswa Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase Jenis Kelamin 1. Bapak (laki-laki) 32 41,6 % 2. Ibu (perempuan) 45 58,4 % Total 77 100% Umur 1. 20 – 25 tahun 2 2,6 % 2. 26 – 35 tahun 22 28,6% 3. 36 – 45 tahun 36 46,7% 4. 46 – 55 tahun 14 18,2% 5. 56 – 65 tahun 3 3,9% Total 77 100% Tingkat Pendidikan 1. SMP 1 1,3% 2. SMA 26 33,8% 3. D3 29 37,7% 4. S1 17 22,1% 5. S2 4 5,2% Total 77 100%
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jenis kelamin responden
J S E
perempuan atau merupakan ibu dari anak autis sebesar 58,4% (45
IK responden)
ST
dan reponden laki-laki atau merupakan ayah anak autis
sebesar 41,6 % (32 responden). Kemudian usia responden terbanyak berkisar antara 36-45 tahun sebesar 46,7% (36 responden) sedangkan usia reponden tersedikit berkisar antara 56-65 tahun sebesar 3,9% (3 reponden). Dilihat dari tingkat pendidikan terakhir, tingkat pendidikan tertinggi para responden adalah D3 sebesar 37,7% (29 responden) dan tingkat pendidikan terendah reponden adalah SMP 1,3% (1 responden).
48
No. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Urutan Anak dan Jenis Kelamin Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Karakteristik Responden Frekuensi Presentase Umur 2 – 6 tahun 34 44,2% 7 – 11 tahun 22 28,5% 12 – 16 tahun 14 18,2% 17 – 21 tahun 6 7,8% >21 tahun 1 1,3% Total 77 100% Urutan anak 1 44 57,1% 2 19 24,7% 3 10 13,0% 4 4 5,2% Total 77 100% Jenis kelamin Laki-laki 60 77,9% Perempuan 17 22,1% Total 77 100%
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
Dari Tabel 4.2 dapat didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak autis dari para responden berumur antara 2-6 tahun sebesar 44,2% (34
ER
L A yaitu sebesar 1,3% ER(1 responden). Dilihat dari urutan posisi anak D N adalah anak pertama sebesar 51,9% (40 responden) respondenEterbanyak J danSurutan posisi anak responden tersedikit adalah anak keempat sebesar E responden) dan dengan sebagian kecil responden berumur >21 tahun
P
IK 5,2% (4 responden). Selain itu didapatkan kesimpulan jenis kelamin anak
ST
autis dari para responden yaitu laki-laki sebesar 77,9% (60 responden) dan perempuan sebesar 22,1% (17 responden).
b. Analisis Univariate Hasil analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden
sebaran
tingkat
perkembangan
keluarga
dan
tingkat
penerimaan orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Hasil analisa tersebut disajikan berikut ini dalam bentuk tabel dan narasi.
49
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan Keluarga di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Tahap perkembangan keluarga dari penelitian didasarkan pada urutan anak tertua reponden yang diperolah dari pengisian responden pada kuesioner. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Tahap perkembangan keluarga Frekuensi Presentase 4 5,2% Childbearing Family Keluarga dengan anak prasekolah 12 15,6% Keluarga dengan anak sekolah 25 32,5% Keluarga dengan anak remaja 20 26,0% Keluarga dengan anak dewasa 16 20,8% Total 77 100%
No 1. 2. 3. 4. 5.
N ARTA A A AK
Pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan
K OGY A T IY
keluarga terbanyak para reponden adalah tahap perkembangan
S . YAN U P A
keluarga dengan anak sekolah sebesar 32,5% (25 responden) dan tersedikit adalah Childbearing Family sebesar 5,2% (4 responden) .
ER
P
L A R
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penerimaan Orangtua
J Klaten S E
IK
ST
E
D EN
yang Mempunyai Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Tingkat penerimaan orangtua pada penelitian ini berdasarkan
penjumlahan skor 46 item pernyataan yang kemudian hasil skor tersebut dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. No Tingkat penerimaan Frekuensi Presentase 1. Kurang 0 0% 2. Cukup 35 45,5% 3. Baik 42 54,5% Total 77 100%
50
Tabel 4.4 menunjukan sebagian tingkat penerimaan orangtua yang memiliki anak autis, dengan tingkat penerimaan terbanyak adalah baik yaitu sebesar 54,5% (42 responden) dan tidak ada yang memiliki tingkat penerimaan yang kurang.
c. Analisis Bivariate Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (independen) yaitu tahap perkembangan keluarga dan variabel terikat (dependen) yaitu tingkat penerimaan orangtua. Tabel 4.5 adalah tabel tabulasi silang dari tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Penerimaan Tahap Perkembangan Keluarga Total Cukup Baik Jumlah 2 2 4 Childbearing Family % 50,0% 50,0% 100% Keluarga dengan anak Jumlah 3 9 12 prasekolah % 25,0% 75,0% 100% Keluarga dengan anak Jumlah 11 14 25 sekolah % 44,0% 56,0% 100% Keluarga dengan anak Jumlah 9 11 20 remaja % 45,0% 55,0% 100% Keluarga dengan anak Jumlah 10 6 16 dewasa % 62,5% 37,5% 100% Total 35 42 77 % 45,5% 54,5% 100%
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
E
D EN
J S E
IK
ST
L A R
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi koefisien kontingansi dengan menghitung chi kuadrat untuk melihat korelasi antara tahap perkembangan keluarga dan tingkat penerimaan orangtua. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% atau Ho ditolak jika p value <0,05.
51
Tabel 4.6. Koefisien Kongtingansi Tahap Perkembangan Keluarga dengan Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten. Koefisien Kontingansi Tingkat Penerimaan Tahap Perkembangan C 0,221 Keluarga 0,412 p-value N 77 Pada Tabel 4. 6 dapat terlihat besar nilai koefisien kontingansi adalah 0, 221 yang merupakan nilai untuk menunjukan besarnya hubungan antar variabel. Kemudian dengan taraf kesalahan yang digunakan 5% (p-value <0,005) maka Ho ditolak, jika nilai p-value adalah 0,412 (> 0,005) maka Ho diterima. Sehingga hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang
N ARTA A A AK
memiliki anak autis di Yayasan Autis Arogya Mitra Klaten.
K OGY A T IY
S . YAN U P A B. Pembahasan
1. Tahap Perkembangan Keluarga di Yayasan Autis Arogya Mitra Klaten
ER
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tahap perkembangan keluarga
P
L A R
di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten yang sebagian besar ada pada
E
D EN
tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah yaitu sebesar 32,5% (25
J S E
responden). Hal ini terjadi karena menurut wawancara dengan beberapa
K anak autis yang di terapi di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Iorangtua ST mengatakan bahwa mereka mengetahui anak mereka mengalami gangguan perkembangan setelah usia tiga tahun, akan tetapi tidak semua orangtua langsung menerima keadaan itu, sehingga seiring bertambahnya usia dan semakin nampaknnya gangguan tersebut para orangtua menyadari bahwa anak mereka butuh penanganan khusus yaitu dengan terapi. Fenomena tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suardana (2008) yang didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari respondennya membawa anak autis mereka ke klinik tumbuh-kembang pada umur 2,5-4 tahun, sehingga dalam penelitiannya didapatkan hasil sebagian
52
besar respondennya ada pada tahap perkembangan anak belum sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Suardana dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Sanglah, sehingga hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian ini karena perbedaan lokasi tersebut. Selain didapatkan pula hasil bahwa sebagian besar anak autis yang diterapi di Yayasan Autis Arogya Mitra Klaten adalah anak pertama yaitu sebesar 55,7% (44 responden). Sehingga pada tahap ini sebagian besar responden sedang
dalam
tugas
perkembangan
untuk
mensosialisasikan
anak,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga (Friedman, 2010). Ini berarti pada tahap ini orangtua sedang berusaha mengenalkan anak autis yang mengalami gangguan interaksi untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan
N ARTA A A AK
seperti lingkungan terapi autis di Yayasan Arogya Mitra Klaten.
K OGY A T IY
Saat ini masalah autis memang menjadi keprihatinan tersendiri bagi para orangtua. Autisme dapat terjadi pada siapa saja dan kasusnya cenderung
S . YAN U P A
meningkat dari tahun ke tahun. Biasanya autis sering terjadi pada anak lakilaki. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan yang mengalami
ER
gangguan autistik adalah 4:1, anak laki-laki lebih rentan menyandang autism
P
L A R
dibandingkan perempuan, karena dipengaruhi oleh hormone seks (Mutiara,
E
D EN
2009). Hasil penelitian ini pun membutikkan bahwa sebagian besar dari anak
J S E
autis yang diterapi di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra adalah laki-laki
IK sebesar 77,9% (60 responden) dibandingan anak autis perempuan yang ST yaitu hanya 22,1% (17 responden). Tugas perkembangan keluarga adalah tanggungjawab pertumbuhan yang harus dicapai oleh sebuah keluarga dalam setiap tahap perkembangannya sehingga kebutuhan biologis, kewajiban budaya dan nilai serta aspirasi keluarga terpenuhi (Suardana, 2008). Tahap perkembangan keluarga dapat tercapai dengan baik jika tugas perkembangan dalam masing-masing tahap dapat dilaksanakan dengan baik. Apabila pelaksanaan semua tugas tidak selesai, terhambat atau terganggu, perkembangan keluarga dapat terhambat
53
atau tertunda dan kesulitan itu akan terbawa ke tahap perkembangan keluarga selanjutnya (Friedman, 2010). Menurut Peteers (2004) autis adalah perkembangan abnormal atau terganggunya sebelum usia tiga tahun seperti ditunjukan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, permainan simbolik atau imajinatif. Sehingga jika tugas perkembangan untuk mensosialisasikan anak tidak terpenuhi, lambat tahun seiring bertambahnya usia anak, mengakibatkan anak tersebut merasa tidak ada oranglain disekitarnya (Lubis, 2009). Hal ini juga akan berdampak pada kelanjutan keluarga meneruskan ke tahap perkembangan selanjutnya.
N ARTA A A AK
2. Tingkat Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Autis Arogya Mitra Klaten
K OGY A T IY
Tujuan kedua penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerimaan
S . YAN U P A
orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten, yang sebagian besar ada pada tingkat penerimaan yang baik sebesar
ER
54,5% (42 responden). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang
P
L A R
dilakukan oleh Rachmayanti (2006) bahwa keseluruhan respondenya dapat
E
D EN
menerima kondisi anak yang menyadang autisme. Hal ini juga sesuai dengan
J S E
Handriani, dkk (2006), secara normatif sebagian besar orang tentu
IK menerima keberadaan anak autis sebab mereka telah ditakdirkan ST menyatakan menjadi bagian dari keluarga. Penerimaan yang baik itu terungkap dari beberapa aspek penerimaan yang terdapat dalam kuesioner menurut Zuck yaitu seperti meminimalkan kecemasan yang berlebihan dihadapan anak, memperlihatkan pembelaan diri yang sangat sedikit terhadap keterbatasan anak, tidak dengan nyata menolak anak, dan mengembangkan kemampuan anak menjadi tidak terlalu tergantung (lebih mandiri) (Suparti, 2011). Meskipun pada awalnya mereka merasa strees dan khawatir. Namun dalam tahapan mencapai penerimaan yang baik
54
tersebut para orangtua mempunyai tahapan berbeda-beda ini dikarenakan perbedaan tingkat ketidaksempurnaan anak mereka. Tingkat penerimaan yang baik ditunjang oleh tingkat pendidikan dan usia para wali siswa selaku responden, dimana sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah D3 yaitu sebesar 37,7% (29 responden) dan sebagian besar usia para responden adalah 36-45 tahun (46,7%). Penerimaan orangtua pada anak autis timbul salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang berkaitan dengan pola pikir yang berkaitan dalam penyelesaian masalah dan usia yang berkaitan dengan kematang emosional individu dalam memahami (Kasih, 2006). Dan menurut Batsman, pemahaman diri itu sendiri merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan orangtua (Rachmayanti, 2006).
N ARTA A A AK
Selain itu menurut Batsman cit Rachmayanti (2006) juga menyebutkan
K OGY A T IY
dukungan sosial juga mempengaruhi tingkat penerimaan orangtua. Kasih
(2006) juga menyebutkan status perkawinan berkaitan dengan motivasi dan
S . YAN U P A
dukungan diantara orangtua. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terlihat di lahan penelitian dimana nampak beberapa anak autis yang pada saat terapi
ER
diantar atau ditunggu oleh kedua orangtua mereka, bahkan terdapat beberapa
P
L A R
yang ditemani oleh saudara kandung mereka. Karena dalam penelitian
E
D EN
Suardana (2008) pun menyebutkan setelah kesiapan mental orangtua dalam
J S E
menerima anak, selanjutkan mensosialisasikan penerimaan tersebut pada
IK kandung dan saudara sepupu mereka. ST saudara Proses yang dilalui para orangtua hingga mencapai tahap penerimaan memang beragam, tentunya semakin cepat orangtua mencapai tahap demi
tahap, semakin cepat akhirnya mencapai tingkat penerimaan yang baik. Dengan demikian semakin cepatnya penerimaan orangtua terhadap anak autis, semakin terbantunya anak untuk menjadi lebih optimal dalam penatalaksanaanya.
55
3. Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Yayasan Autis Arogya Mitra Klaten Berdasarkan hasil analisa bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tahap perkembangan dengan penerimaan orangtua yang memiliki anak autis. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suardana (2008) yang menunjukan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan anak yang mengalami autis di RSUP Sanglah. Penelitian ini akan lebih baik jika terdapat responden yang lebih banyak pada
tahap
perkembangan
keluarga
childbearing.
Tahap
keluarga
chlidbearing merupakan tahap yang dilalui sebelum tahap keluarga dengan
N ARTA A A AK
anak prasekolah, sekolah, remaja dan dewasa. Dimana pada tahap tersebut
K OGY A T IY
merupakan tahap awal orangtua menerima pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Friedman, 2010).
S . YAN U P A
Tahap perkembangan keluarga childbearing dimulai sejak lahir anak pertama atau tertua hingga usia 30 bulan (Friedmand, 2010).
ER
DSM-IV
merumuskan salah satu kriteria anak autis adalah sebelum umur 3 tahun
P
L A R
tampak adanya keterlambatan dan gangguan dalam berbagai bidang seperti
E
D EN
interaksi sosial, bivcara dan berbahasa, cara bermain yang monoton dan
J S E
kurang variatif (Prasetyono, 2010). Ini berarti pada tahap keluarga
IK orangtua mengetahui anaknya mempunyai gangguan tumbuh ST childbearing kembang seperti autis. Autis adalah gangguan pervasive pada anak yang ditandai dengan gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mutiara, 2009). Gunarsa cit Prasetyono (2010) mengungkapkan sikap penerimaan orangtua adalah sikap menerima anggota keluarga lain yaitu dengan segala kelemahan, kekurangan dan kelebihannya ia seharusnya mendapat tempat dalam keluarga, karena setiap anggota keluarga berhak atas kasih sayang orangtuanya. Mampu
menerima anggota keluarga yang sakit atau
berkebutuhan khusus seperti anak autis merupakan keberhasilan orangtua
56
dalam fungsi afektif. Fungsi afektif merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan psikologis, saling mengasuh dan memberi cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung (Friedman, 2010). Fungsi afektif adalah salah satu lima fungsi dasar dalam keluarga yang tercakup dalam tugas perkembangan masing-masing keluarga. Selain itu adaptasi para orangtua terhadap tanggungjawab perubahan perannya merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan orangtua terhadap anaknya. Sesuai yang dikemukakan Hurlock cit Puspita (2004) Orangtua yang menyukai peran dan merasa mampu berperan sebagai orangtua, sikap mereka terhadap anak dan perilakunya lebih baik dibandingkan sikap mereka yang merasa kurang mampu dan ragu-ragu. Akan tetapi hal ini tidak tampak pada hasil penelitian dimana pada tahap keluarga
N ARTA A A AK
dengan anak dewasa justru kebanyakan tingkat penerimaan orangtua hanya
K OGY A T IY
cukup 62,5% (10 responden dari 16 responden). Fenomena ini terjadi karena kurang mampunya orangtua beradaptasi terhadap peranya, dimana peran dan
S . YAN U P A
tanggungjawab orangtua dengan anak autis berbeda dengan peran dan tanggungjawab mereka saat merawat anak normal sebelum anak autis
ER
tersebut.
P
L A R
Mempunyai anggota keluarga dengan kebutuhan khusus seperti autis
E
D EN
merupakan keragaman suatu keluarga. Hasil penelitian yang menunjukan
J meskipun S E
bahwa
pada
keragaman
keluarga
dengan
autis
tahap
IK berjalan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga ST perkembangannya lainnya, sesuai dengan analisa Heller, dkk cit Friedman (2010) pada 2573 orangtua menunjukan bahwa keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus dapat belajar bagaimana kebutuhan mereka, layanan, tuntutan waktu dan beban pengasuhan sejalan dengan siklus kehidupan keluarga. Dari uraian tersebut dapat terlihat sesunguhnya dalam teorinya terdapat hubungan antara tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dikarena keterbatasan jumlah responden pada tahap childbearing family yang ada dilahan penelitian sehingga mempengaruhi hasil signifikasi korelasi kontingansi penelitian ini.
57
Selain itu terdapat hasil pada tahap perkemabangan dewasa justru kebanyakan orangtua mempunyai tingkat penerimaan yang cukup. Hal ini terjadi karena, seperti
individu-individu
yang
mengalami
tahap
pertumbuhan
dan
perkembangan yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami perkembangan yang berturut-turut (Friedman, 2010). Tahap ini bermula dari tahap keluarga childbearing yang dari tahap ini pula diketahui gangguan tumbuh kembang anak seperti autis, sehingga jika mulai tahap ini diketahui dengan baik bahwa orangtua mampu menerima anak autis sebagai pemenuhan fungsi afektif yang merupakan salah satu fungsi dasar yang mencangkup tugas perkembangan keluarga dan para orangtua dan keluarga mampu beradaptasi dengan baik sesuai perannya, maka tahap demi tahap perkembangan keluarga dapat dilalui dengan baik. Sehingga semakin tinggi
N ARTA A A AK
tahap perkembangan keluarga diharapkan semakin baik pula tingkat
K OGY A T IY
penerimaaan orangtua yang memiliki anak autis.
S . YAN U P A
C. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian menggunakan metode cross sectional yang hanya menggambarkan
ER
L A R
keadaan sekarang, sehingga peneliti tidak bisa mengikuti penerimaan
P
DE N Epengumpulan data antar variabel independent dan dependent terjadi karena J ES dalam waktu bersamaan. dilakukan K I T
orangtua selanjutnya ataupun penerimaan orangtua pada masa lampau. Hal ini
S2.
Pada penelitian ini tidak melihat secara langsung (observasi) bagaimana penerimaan orangtua didalam kehidupan sehari-hari sehingga kejujuran orangtua dalam menjawab semua pertanyaan dari penelitian dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk meminimalkan bias dalam penelitian.
3. Pada penelitian terdapat ketidakseimbangan jumlah responden di masingmasing tahap di lahan penelitian sehingga keterbatasan jumlah responden pada salah satu tahap tersebut mempengaruhi hasil tujuan akhir dalam penelitian.
58
4. Pada saat penyebaran dan pengisian kuesioner, peneliti tidak terlibat sepenuhnya mendampingi responden penelitian, dikarenakan terdapat beberapa kuesioner penelitian dibawa pulang sehingga peneliti tidak dapat mengetahui kejelasan responden dalam menjawab pernyataan dalam kuesioner.
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tahap perkembangan keluarga sebagian besar responden di Yayasan Terapi Autis Autis Arogya Mitra adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah yaitu sebesar 32,5% (25 responden). 2. Orangtua yang memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Autis Arogya Mitra Klaten sebagian besar memiliki tingkat penerimaaan yang baik yaitu dengan presentase 54,5% (42 responden).
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
3. Hasil penelitian dan analisa menunjukan bahwa tidak ada hubungan tahap perkembangan keluarga dengan tingkat penerimaan orangtua yang
S . YAN U P A
memiliki anak autis di Yayasan Terapi Autis Autis Arogya Mitra Klaten. Dengan nilai besarnya hubungan antara variabel adalah 0,221 dan p-value
ER
0.412.
P
L A R
E
D EN
J S E
B. Saran
IKBagi orangtua anak autis di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten ST1. Orangtua diharapkan terus mempertahankan fungsi afektif dalam keluarga sehingga orangtua lebih menerima anak secara utuh dan dapat melalui tahapan
perkembangan
keluarga
dengan
baik.
Diharapkan
pula,
lingkungan sekitar mampu memberikan dukungan baik mori dan materi apapun bentuknya sehingga orangtua tidak merasa sendiri menghadapi masalahnya. 2. Bagi guru di Yayasan Terapi Autis Arogya Mitra Klaten Diharapkan dapat membantu orangtua dengan memberikan informasi, himbauan, dukungan dan nasehat untuk orangtua yang memiliki anak autis
60
sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Setiap sumbangan dukungan, informasi, himbauan dan nasehat dapat membantu orangtua dalam mempresepsikan anak jauh lebih baik sehingga orangtua lebih mampu menerima anak dengn lebih mudah. 3. Bagi ilmu keperawatan anak Diharapkan para perawat mampu membantu keluarga dalam menerima anak dengan autis dengan menjelaskan pemenuhan fungsi afektif dalam mencapai tugas perkembangan keluarga tersebut. 4. Bagi mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan diharapkan mampu untuk terus belajar
memahami
fungsi-fungsi
dasar
dalam
pemenuhan
tugas
perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan keluarga tersebut
N ARTA A A AK
untuk membantu penerimaan anak autis dalam keluarga. 5. Bagi penelitian selanjutnya
K OGY A T IY
Penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, bagi
S . YAN U P A
peneliti yang ingin melakukan penelitian yang lebih dalam mengenai penerimaan orangtua diharapkan dapat melalui penelitian dengan metode
ER
lain seperti metode kualitatif, selain karena responden yang sulit dan
P
L A R
terbatas, instansi yang dituju tidak semua mengijinkan melakukan
E
D EN
penelitian karena banyak hal, juga dengan metode kualitatif peneliti dapat
J S E
lebih mengetahui secara mendalam penerimaan orangtua sesungguhnya.
IKJika menggunakan metode kuantitatif, sebaiknya menggunakan metode
ST
kohort prospektif untuk mengetahui tingkat penerimaan yang menyeluruh dan mempertimbangan pembagian jumlah reponden yang merata disetiap tahap perkembangan sehingga dapat diketahui korelasi yang baik dengan tingkat penerimaan orangtua. Selain itu sebaiknya pemilihan responden untuk orangtua yang tidak melakukan terapi atau tidak menyekolahkan anaknya, sehingga dapat diketahui penerimaan orangtua secara global.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta : Jakarta. Azwar, Syaifuddin. (2010) Penyusunan Skala Psikologis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Chaplin, C.P. (2006) Kamus Lengkap Psikologi Alih Bahasa : Kartini Kartono. Rajawali Press : Jakarta. Depkes RI. (2005) Buku Pedoman Stimulasi Dekteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta. Dewo, Saputra. Bagaimana jika anakku autis ?.Yayasan Autisme Indonesia : Semarang.
N ARTA A A AK
Friedman, Marilyn M. (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset, teori, & praktik. EGC : Jakarta.
K OGY A T IY
Handoyo, Y. (2003) Autisme. PT. Buana Ilmu Populer : Jakarta.
S . YAN U P A
Hembing, W. (2004) Psikoterapi Anak Autisma. Teknik Bermain Kretif Non Verbal dan Verbal. Pustaka Populer Obor : Jakarta.
ER
P
L A R
Hendriani W. Handariyati, R. Malia, S, Tirta. (2006) Penerimaan Keluarga Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Menta. INSAN. 8(2) 101 & 103
E
D EN
J S E
Hidayat, A, A, A. (2007) Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta.
IK T S Kasih, M.
(2006) Pengaruh Pemahaman Tentang Anak Autisme Terhadap Penerimaan Ibu yang Memiliki Anak Autisme di Pusat Terapi Anak dengan Kebutuhan Khusus A Pius Malang. Jurnal. FK Universitas Wisnuwardhana Malang : Malang.
Khotimah, Nuria. (2008) Penerimaan Ibu yang Memiliki Anak Tuna Runggu. Jurnal Fakultas Psikologi. Unversitas Gunadarma : Jawa Barat. Lubis, Umar Misbah. (2009) Penyesuaian Diri Orang Tua yang Memiliki Anak Autis. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma : Jawa Barat.
Mutiara, Dini Meinanda. (2009) Peran Orangtua Dalam Perkembangan Kognitif Anak Dengan Autisme, FK Universitas Diponegoro : Semarang. (Tidak dipublikasikan). Notoatmojo, Prof. Dr. Soekidjo. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam. (2008) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Selatan. Peeters, T. (2004). Autisme. Dian Rakyat : Jakarta. Pemkab Klaten (2010). Data Statistik Penduduk Berdasarkan Umur. BPS Klaten : Klaten. Prasetyo, D. S. (2008) Serba-Serbi Anak Autis (Autisme dan Gangguan Psikologi Lainnya). Diva Press (Anggota IKAPI) : Yogyakarta.
N ARTA A A AK
Prayitno. (2005) Penanganan Anak Dengan Kebutuhan Khusus, www.infosehat.com/210108/Anak-KebutuhanKhususdi Unduh tanggal 27 November 2011.
K OGY A T IY
Puspita, D. (2004) Peran keluarga pada penanganan individu autistic spectrum disorder. http://puterakembara.org/rm/peran_ortu.htm. di unduh 03 Desember 2011.
ER
S . YAN U P A L A R
Pusponegoro, H.D.,Solek, P. Apakah Anak Kita Autis ?. Jhonson-Jhonson Indonesia dan Trikarsa Multi Media : Bandung.
P
E D N Rahmayanti, Sri .(2006) Penerimaan Diri Orang Tua Terhadap Anak Autisme dan E J Perannya Terapi Autisme. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas S Dalam E Gunadarama : Jawa Barat. IK T S Riwidikiro, Handoko. (2010) Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press : Yogyakarta.
Safaria, T. (2005) Autisme : Pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orangtua, Graha Ilmu : Yogyakarta. Selikowitz, Mark. (2001) Mengenal sindrom down. Penerbit Arcan : Jakarta. Suardana, I Ketut. I GA Hartini, Ni Ketut Sumarjathi.(2008) Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Anak yang Mengalami Autisme Di RSUP Sanglah. Jurnal Skala Husada . 5(2)98-105. Poltekes Depkes Denpasar : Depok.
Sudiharto. (2007) Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. EGC : Jakarta. Sugiarto. (2004) Terapi Autis di Rumah. Puspa Swara : Jakarta. Sugiyono. (2007) Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung. Suparti, Efi. (2011) Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Presepsi Orangtua dengan Penerimaan Orangtua yang Memiliki Anak Down Syndrome. Skripsi FISB Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan) Sutikno. (2000) Penerimaan diri penderita dekubitus. http://www. scribd.com /doc /22094435 /penerimaan-diri, di unduh tanggal 1 Desember 2011. Terije. (2004) Penerimaan diri anak jalanan yang menyalahgunakan zat adiktif lem aibon studi kasus pada anak jalanan http://pusatskripsitesisdisertasi. wordpress.com/2011/10/10/ di-0607984/ , di unduh tanggal 1 Desember 2011
N ARTA A A AK
Tim. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa : Jakarta.
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P ST
IK
J S E
D EN
E
L A R