JURNAL PERAN ORANGTUA PADA TERAPI BIOMEDIS UNTUK ANAK AUTIS
RATNADEWI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA
ABSTRAKSI Istilah autisme sudah cukup populer dikalangan masyarakat. Autisme merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanak-kanak. Berbagai usaha telah dijalankan para orangtua dalam menanggulangi gejala autisme. Namun, penanganan pada tiap individu autis berbeda. Banyak diantara mereka yang mengalami gangguan pencernaan, mempunyai kecenderungan alergi, daya tahan tubuh yang rentan, dan mengalami keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak. Pengalaman dan penelitian mengungkapkan untuk menanggulangi gejala-gejala autisme yang harus dibenahi adalah metabolisme tubuh anak autis, yaitu melalui terapi biomedis. Orangtua memiliki peran dominan dalam upaya penyembuhan anak autis. Untuk itu orangtua dituntut mengerti hal-hal seputar autisme dan mampu mengorganisir kegiatan penyembuhan terapi biomedis untuk anak autis. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan orangtua pada terapi biomedis untuk anak autis, bagaimana peran orangtua pada terapi biomedis untuk anak autis, dan mengapa perannya seperti itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif berupa studi kasus. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak autis dan mengikuti terapi biomedis. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara semiterstruktur dan observasi nonpartisipan.
Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh orangtua pada terapi biomedis untuk anak autis, gambaran peran orangtua dan faktor-faktor yang menyebabkan peran orangtua demikian adalah subjek A mengalami kesulitan dalam pengawasan pola makan anak karena anak sering mencuri makanan, sedangkan subjek B mengalami kesulitan dalam pelaksanaan terapi karena anak sering mencuri makanan, anak sudah besar sehingga anak sudah mengenal jenis-jenis makanan, peran orangtua belum optimal dalam melaksanakan terapi dikarenakan subjek A banyak menghandalkan pasangannya dan kurang inisiatif, sedangkan subjek B tidak tegas, merasa kasihan pada anak dan kurang berinisiatif mencari tahu secara lengkap tentang terapi biomedis. Kata Kunci : Peran Orangtua, Terapi Biomedis, Untuk Anak Autis.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanakkanak. Autisme infantil (autisme pada masa kanak-kanak)
adalah
gangguan
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain,
gangguan
ditunjukan
dengan
tertunda,
echolalia
mutism
(kebisuan,
berbahasa
penguasaan
yang yang
(meniru/membeo), tidak
mempunyai
kemampuan untuk berbicara), pembalikan kalimat dan kata (menggunakan kamu untuk saya),
adanya
aktivitas
bermain
yang
repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat,
dan
keinginan
obsesif
untuk
mempertahankan
keteraturan
di
dalam
lingkungannya, rasa takut akan perubahan,
autisme
Klasifikasi
Setiap
orangtua
menginginkan
anaknya berkembang sempurna. Namun demikian, sering terjadi keadaan dimana
berat sering kali disimpulkan setelah anak
anak memperlihatkan suatu gejala atau
didiagnosa autisme. Klasifikasi ini dapat
masalah perkembangan sejak usia dini.
diberikan melalui Childhood Autism Rating
Orangtua
Scale (CARS). Skala ini menilai derajat
perkembangan anaknya dan cukup memiliki
kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
informasi mengenai kriteria perkembangan
orang lain, melakukan imitasi, memberi
anak, umumnya dapat merasakan dalam
respon emosi, penggunaan tubuh dan objek,
hati
adaptasi terhadap perubahan, memberikan
penyimpangan dalam perkembangan sejak
respon
masa bayi. Misalnya ada gangguan di otak
penciuman
sedang
Autisma
dan
visual,
autisme
Yayasan
Indonesia.
kontak mata yang buruk, lebih menyukai gambar dan benda mati (Kaplan dkk, 1994).
melalui
pendengaran,
dan
sentuhan.
pengecap, Selain
itu,
yang
kecilnya
bila
memperhatikan
anaknya
mengalami
(McCandless, 2003).
Childhood Autism Rating Scale juga menilai
Gangguan
di
otak
tidak
dapat
derajat kemampuan anak dalam perilaku
disembuhkan
takut/gelisah melakukan komunikasi verbal
ditanggulangi, dengan melakukan terapi
dan non verbal, aktivitas, konsistensi respon
lebih awal, terpadu, dan intensif. Terjadinya
intelektual serta penampilan menyeluruh
gangguan di otak merupakan salah satu
(Schopler dkk dalam Berkell, 1992).
penyebab
Akhir-akhir
kasus
autisme,
masih
tetapi
dapat
gejala-gejala
autisme
autisme dapat dikurangi, bahkan dihilangkan
menunjukkan peningkatan di Indonesia. Bila
sehingga anak dapat bergaul secara normal,
Amerika dapat menentukan bahwa kejadian
tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat,
di negaranya adalah 1:150 (satu anak autis
berkarya, bahkan membina keluarga. Jika
per seratus lima puluh anak) dan Inggris
anak autis tidak atau terlambat mendapat
berani mengeluarkan angka 1:100, tidak
intervensi
demikian
autisme
dengan
ini
tapi
Indonesia.
Meskipun
hingga semakin
dewasa
maka
gejala
parah,
bahkan
tidak
beberapa profesional memperkirakan angka
tertanggulangi.
tersebut tidak banyak berbeda dengan di
anak
Indonesia, tapi hal tersebut tidak mungkin
seperti anak normal lainnya (Widyawati dkk,
dipastikan tanpa data-data yang akurat.
2003).
Saat ini di Indonesia sedang melakukan pendataan
mengenai
jumlah
penderita
autis
Melalui
akan
beberapa
mengalami
terapi,
kemajuan
Berbagai usaha telah dijalankan para orangtua dalam menanggulangi gejala autisme.
Namun,
seringkali
hasil
yang
dicapai
masih
sulit
diukur,
pula
hiperaktif berkurang, postur tubuh anak
penanganan pada tiap individu berbeda.
berkembang semakin proporsional, adanya
Banyak temuan yang menunjukkan bahwa
kontak mata dengan lawan bicara, dapat
fisik anak autis jauh dari sempurna. Banyak
meniru kata-kata yang diajarkan, jam tidur
diantara mereka yang mengalami gangguan
menjadi
pencernaan,
ketinggalan dari anak-anak lain (Budhiman
mempunyai
lagi
kecenderungan
alergi, daya tahan tubuh yang rentan, dan mengalami
keracunan
logam
teratur
dan
dapat
mengejar
dkk, 2002).
berat.
Orangtua memiliki peran dominan
Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya
dalam
mempengaruhi
orangtua merupakan orang yang paling
fungsi
otak.
Banyak
upaya
penyembuhan
karena
pengalaman dan penelitian mengungkapkan
dapat
bahwa untuk menanggulangi gejala-gejala
penyandang autis. Untuk itu orangtua tetap
autisme maka yang terlebih dahulu harus
dituntut
dibenahi adalah metabolisme tubuh anak-
bermanfaat
anak penyandang autis. Caranya, dengan
Dalam
menerapkan terapi biomedis (Budhiman dkk,
mengerti
2002).
mampu Peran
orangtua
untuk
dan
dimengerti
berbuat
bagi
sesuatu
kesembuhan
persoalan
ini
hal-hal
anak
anaknya.
orangtua
seputar
yang
dituntut
autisme
mengorganisir
dan
kegiatan
terapi
penyembuhan terapi biomedis untuk anak
biomedis untuk anak autis sangat penting,
autis. Para ahli tidak akan dapat bekerja
terutama pada pemberian food supplement
tanpa peran serta orangtua dan terapi tidak
(pemakaian obat, vitamin dan mineral) dan
akan efektif bila orangtua tidak dapat
program
dilakukan.
bekerja sama, karena umumnya para ahli
Pemakaian obat atau food supplement
tersebut bekerja berdasarkan data yang
harus dipahami benar apa, bagaimana, dan
diperoleh
sesuaikah
anak.
memahami dan berada paling dekat serta
Orangtua harus mengetahui bahwa obat dan
hidup bersama anak penyandang autis
food supplement terbuat dari zat kimia
(McCandless, 2003).
diet
yang
dengan
pada
mengerti
akan
kebutuhan
(Widyawati dkk, 2003). Salah
orangtua
yang
paling
Berdasarkan penjelasan-penjelasan keberhasilan
diatas menjadi alasan bagi peneliti untuk
terapi biomedis seperti yang terjadi pada
melihat bagaimana peran orangtua pada
pasien
setelah
terapi biomedis untuk anak autis, dan peran
autis
orangtua dalam tahap-tahap terapi biomedis
Dr.
mengikuti mengalami
satu
dari
bentuk
Melly
terapi
Budhiman
biomedis,
perkembangan
anak pesat
dalam
untuk
menangani
anak
peran
orangtua
autis.
Dengan
kemampuan bersosialisasi, anak menjadi
adanya
mandiri,
biomedis untuk anak autis memungkinkan
konsentrasi
anak
membaik,
pada
terapi
dilakukannya deteksi dan intervensi dini
untuk lebih bisa berperan serta dalam
sehingga
langkah-
penanganannya.
diambil
2. Manfaat Teoritis
langkah
dapat apa
mempercepat
saja
yang
harus
selanjutnya, sehingga dapat mempercepat dan
mengoptimalkan
jalannya
terapi
biomedis.
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi ilmu psikologi
khususnya
psikologi
anak
khusus dengan memberikan tambahan data tentang peran orangtua pada terapi
B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan
dalam
penelitian
ini
biomedis untuk anak autis dan menjadi
adalah :
bahan acuan bagi penelitian berikutnya
1. Apa kesulitan orangtua pada terapi
yang meminati topik mengenai peran
biomedis untuk subjek penelitian? 2. Bagaimana peran orangtua pada terapi
orangtua, terapi biomedis dan anak autis.
biomedis untuk subjek penelitian? 3. Mengapa perannya seperti itu ?
TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Autis
C. Tujuan penelitian
1. Pengertian Autisme
Adapun tujuan dari penelitian ini
Autisme berasal dari kata Yunani “autos”
adalah untuk mengetahui apa kesulitan
yang berarti self (diri). Kata autisme ini
orangtua pada terapi biomedis untuk anak
digunakan didalam bidang psikiatri untuk
autis, bagaimana peran orangtua pada
menunjukkan gejala menarik diri (Budhiman,
terapi biomedis untuk anak autis, dan
2002).
mengapa peran seperti itu. 2. Jenis-jenis Terapi Autisme Ada
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki
beberapa
terapi
yang
digunakan untuk penanganan anak autis
dua manfaat, yaitu :
yaitu:
1. Manfaat Praktis
a. Terapi Medikamentosa adalah terapi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dengan
obat-obatan
bertujuan
memberikan informasi yang bermanfaat
memperbaiki komunikasi, memperbaiki
bagi peneliti, orangtua dan masyarakat
respon
mengenai peran orangtua pada terapi
menghilangkan
biomedis untuk anak autis dan menjadi
diulang-ulang.(Widyawati dkk, 2003).
masukan bagi orangtua, anak autis
b. Terapi biomedis adalah terapi bertujuan
terhadap
lingkungan,
perilaku
aneh
dan serta
memperbaiki metabolisme tubuh melalui
diet
dan
pemberian
suplemen.
(Widyawati dkk, 2003). c.
Terapi
Wicara
adalah
Klasifikasi
autisme
sedang
dan
berat sering kali disimpulkan setelah anak terapi
untuk
didiagnosa autisme. Klasifikasi ini dapat
membantu anak autis melancarkan otot-
diberikan melalui Childhood Autism Rating
otot mulut sehingga membantu anak
Scale (CARS).(Schopler dkk dalam Berkell,
autis berbicara lebih baik (Suryana,
1992)
2004).
4. Penyebab Autisme
d. Terapi Perilaku adalah metode untuk
Ada beberapa penyebab autisme,
membentuk perilaku positif pada anak
dugaan penyebab autisme dan diagnosis
autis, terapi ini lebih dikenal dengan
medisnya yaitu faktor biologis, gangguan
nama ABA (Applied Behavior Analysis)
perkembangan susunan saraf, dan kelainan
atau metode Lovass.(Handojo, 2003).
fungsi luhur otak: (Budhiman dkk, 2002;
e. Terapi Okupasi adalah terapi untuk
Budhiman dalam Suryana, 2004; Yatim
melatih motorik halus anak autis. Terapi
dalam Suryana, 2004).
okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki
koordinasi
dan
keterampilan ototnya (Suryana, 2004). f.
5. Karakteristik Anak Autisme Anak Autis mempunyai karakteristik
Terapi Bermain adalah proses terapi
dalam bidang komunikasi, interaksi sosial,
psikologik
sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi:
pada
anak,
dimana
alat
permainan menjadi sarana utama untuk
(Suryana, 2004)
mencapai tujuan. (Sutadi dkk, 2003).
a. Komunikasi
g. Terapi
Sensory
Integration
adalah
informasi
melalui
pengorganisasian sensori-sensori
(sentuhan,
keseimbangan, pengecapan, pendengaran) untuk
gerakan, penciuman,
penglihatan
dan
yang sangat
berguna
menghasilkan
respon
yang
bermakna (Sutadi dkk, 2003). h. Terapi Auditory Integration adalah terapi untuk anak autis agar pendengarannya lebih sempurna (Suryana, 2004).
1). Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 2). Anak
tampak
seperti
tuli,
sulit
berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna. 3). Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 4). Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. 5). Bicara
tidak
dipakai
untuk
alat
komunikasi. 3. Klasifikasi Autisme
6). Senang
meniru
(echolalia).
atau
membeo
7). Bila senang meniru, dapat hafal betul
kata-kata
atau
nyanyian
tersebut tanpa mengerti artinya. 8). Sebagian
dari
anak
ini
bermain
sesuai
fungsi
mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar.
tidak
5). Senang akan benda yang berputar
berbicara (non verbal) atau sedikit
seperti kipas angin, roda sepeda.
berbicara (kurang verbal) sampai
6). Dapat sangat lekat dengan benda-
usia dewasa.
benda tertentu yang dipegang terus
9). Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,
misalnya
bila
ingin
meminta sesuatu.
1). Penyandang
autistik
lebih
suka
atau menghindari untuk bertatapan. tertarik
untuk
bermain
bersama teman.
berperilaku atau
berlebihan kekurangan
dan menjauh.
seperti
bergoyang-goyang,
mengepakan tangan, berputar-putar dan
melakukan
gerakan
yang
berulang-ulang.
4). Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.
Gangguan Sensoris
f. Emosi
1). Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. mendengar
2). Memperlihatkan perilaku stimulasi
3). Tidak suka pada perubahan.
4) Bila diajak bermain, ia tidak mau
suara
mencium-cium,
keras
menjilat
mainan atau benda-benda. 4). Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. d. Pola Bermain 1). Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2). Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. 3). Tidak kreatif, tidak imajinatif.
1). Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis
langsung menutup telinga. 3). Senang
1). Dapat
diri
2). Tidak ada atau sedikit kontak mata
2). Bila
e. Perilaku
(deficit).
menyendiri.
3). Tidak
dan dibawa kemana-mana.
(hiperaktif)
b. Interaksi Sosial
c.
4). Tidak
tanpa alasan. 2). Tempertantrum
(mengamuk
terkendali)
dilarang
jika
tak tidak
diberikan keinginannya. 3). Kadang
suka
menyerang
dan
merusak. 4). Kadang-kadang
anak
berperilaku
yang menyakiti dirinya sendiri. 5). Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Namun gejala tersebut diatas tidak
anak lewat makanan sehari-hari. Pada
harus ada pada setiap anak penyandang
anak yang memiliki pencernaan normal,
autisme. Pada anak penyandang autisme
protein dari susu sapi dan gandum
berat mungkin hampir semua gejala ada tapi
dapat dicerna sempurna sehingga rantai
pada kelompok yang ringan mungkin hanya
protein terurai total. Namun, anak yang
terdapat sebagian saja (Suryana, 2004).
pencernaannya tidak sempurna sulit mencerna sehingga rantai protein tidak
B. Terapi Biomedis
terurai total, melainkan menjadi rantai-
1. Pengertian Terapi Biomedis
rantai pendek asam amino, yang disebut
Terapi
biomedis
suatu
peptida. Di dalam otak, peptida akan
bentuk terapi yang bertujuan memperbaiki
diikat opioid reseptor (penerima opioid),
metabolisme
yang kemudian berfungsi dan bereaksi
tubuh
adalah
melalui
pemberian
suplementasi.
dilakukan
berdasarkan
diet
dan
Terapi
ini
banyaknya
gangguan pencernaan, alergi, daya tahan
seperti morfin. b. Menilai
Problem
dan
Mencari
Persamaan
tubuh rentan, dan keracunan logam berat.
Tahap
ini
dilakukan
dengan
Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya
menggunakan buku harian makanan
mempengaruhi fungsi otak (Widyawati dkk,
dan pemeriksaan laboratorium. Buku
2003).
harian
makanan
dengan
Menurut Shattock (2002), protokol terapi biomedis terdiri dari 3 tahapan dan ditambah
dengan
1
tahap
mencatat
dikonsumsi
2. Tahap-tahap Terapi Biomedis
(food
anak
apa setiap
diary),
diisi
saja
yang
hari,
juga
perilaku, dan kemampuan yang dicapai anak.
intervensi
Setelah
melakukan
diet
bebas
tambahan, yaitu:
kasein
a. Tahapan Genjatan Senjata (Ceasefire)
melakukan tes laboratorium. Hasil tes
dan
bebas
glutein,
anak
Tahap ini dilakukan dengan diet
akan lebih akurat setelah tubuh bersih
susu dan gandum. Anak autis diduga
dari kasein dan glutein. Biasanya hasil
mengalami
uji laboratorium sebelum dan sesudah
kelebihan
opioid
dalam
tubuhnya. Opioid berkumpul di otak,
tes
bereaksi dan berfungsi seperti morfin
berbeda. Setelah kasein dan glutein
sehingga
dibuang
mengacaukan
otak
anak.
akan
menunjukkan
dari
menu
hasil
anak
yang
terlihat
Opioid berasal dari kasein (protein dari
perbaikan fungsi usus sehingga vitamin
susu sapi atau domba) dan glutein
dan
(protein dari gandum) yang dikonsumsi
penurunan
mineral
terserap jumlah
lebih
baik,
alergi,
dan
menunjukkan
adanya
kesembuhan
infeksi jamur. c.
Proses
3. Cara Pemeriksaan Metabolisme Pada Terapi Biomedis
Membangun
Kembali
(Rekonstruksi)
Menurut Budhiman (2002), Untuk menjalankan terapi biomedis terlebih dahulu
Tujuan akhir dari terapi biomedis
anak
harus
menjalani
pemeriksaan
di
adalah agar anak dapat mengkonsumsi
laboratorium
makanan senormal mungkin. Jika kadar
laboratorium bertujuan mencari gangguan
peptida yang merusak bisa mengurangi
metabolisme
di dalam usus maka daya rembes
memperberat gejala autisme atau juga
dinding usus dan sawar otak (blood
pencetus gejala ini. Adapun bahan yang
brain barrier) dapat diperbaiki. Dengan
diperiksa adalah feses, urine, darah, dan
demikian, resiko buruk dapat dikurangi.
rambut.
Inilah
tujuan
akhir
dari
pada
anak
Pemeriksaan
yang
bisa
fase
reskonstruksi.
4. Program Kelasi Pada Terapi Biomedis
Pada tahap ketiga ini ahli medis akan
khusus.
merekomendasikan
Program kelasi merupakan proses
pemberian
pembersihan racun. Program ini kadang
tambahan
digunakan dalam terapi biomedis karena
laboratorium.
dari hasil tes labolatorium ditemukan anak
Dengan demikian, penanganan anak
keracunan logam berat. Jika logam berat
autis satu dengan yang lainnya berbeda.
tidak segera dikeluarkan, ada kemungkinan
suplemen
atau
berdasarkan
makanan
hasil
uji
d. Intervensi Tambahan Intervensi
sel-sel otak anak mengalami kerusakan
tambahan
sengaja
ditempatkan dibagian akhir prosedur
permanen. Untuk mengeluarkan logam berat dari tubuh dan otak. (Shattock, 2002)
karena walaupun ditunjang teori maupun eksperimen,
pemakaian
supplemen,
C. Peran Orangtua
seperti hormon sekretin pada intervensi
1. Pengertian Peran Orangtua Pada
tambahan
Terapi biomedis Untuk anak Autis
masih
dalam
tahap
percobaan.
Peran
orangtua
pada
terapi
Pemakaian vitamin B6 (piridoksin) dosis
biomedis
tinggi banyak ditentang, karena secara
pengawasan yang ketat pada pola
teoritis mengandung resiko. Begitu juga
makan anak, mencatat makanan dan
pemakaian
glycine),
minuman yang dikonsumsi oleh anak
meski efektif, belum dapat diterangkan
agar orangtua dapat mengetahui jenis
cara kerjanya.
makanan
DMG
(dimethyl
adalah
yang
dapat
melakukan
menimbulkan
alergi pada anak, memenuhi kebutuhan
anak khususnya menyediakan makanan
b. Sikap Orangtua yang Menolak Anak
dan minuman yang tidak mengandung
c.
Sikap Orangtua yang Keras
glutein dan kasein (Puspita, 2004) 6. Faktor-faktor 2. Faktor-faktor Peran Orangtua
Keberhasilan
Menurut Mawardi (1990), ada tiga faktor-faktor
peran
orangtua
yang
yang
bertanggungjawab dalam pengasuhan
Menentukan
Orangtua
dalam
Menghadapi Anak dengan Gangguan Autisme Menurut Safaria (2005), adapun
anak adalah sebagai berikut:
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
a. Pengawasan yang Membimbing
orangtua dalam menghadapi anak dengan
b. Pemberian Contoh yang Baik
gangguan autisme adalah sebagai berikut:
c.
a. Hubungan Harmonis
Pendekatan Pribadi
Mampu membina hubungan yang 3. Bentuk-bentuk Peran Orangtua Dalam
Menurut Puspita (2004), ada dua peran
orangtua
melalui
komunikasi
yang
terbuka, berempati, saling menghargai,
Penanganan Anak Autis
bentuk-bentuk
harmonis
saling
mendukung
dan
menghindari
dalam
perilaku menimpakan kesalahan pada
penanganan anak autis adalah sebagai
salah satu pihak atas masalah anak.
berikut:
Adapun hal-hal yang menjadi fondasi
a.
Memahami keadaan anak apa adanya
utama dari hubungan perkawinan yang
b.
Mengupayakan alternatif penanganan
harmonis dan bermakna adalah sebagai
sesuai kebutuhan anak
berikut: 1). Visi Bersama Visi mampu menghubungkan antara
4. Ciri-ciri Peran Orangtua Menurut Maccoby dalam Puspita (2004),
ciri-ciri
penanganan
peran anak
orangtua autis
apa yang terjadi saat ini di dalam
dalam
pengasuhan hubungan cinta dan
yaitu
perkawinan dengan keinginan yang
mengungkapkan perasaan, pikiran, serta sikap terhadap anaknya adalah sebagai
akan dibangun di masa depan. 2). Membina Kebersamaan
berikut:
Hubungan
a. Orangtua yang Menerima Anak
dilandasi oleh kebersamaan
1). Orangtua yang hangat 2). Komunikasi orangtua dan anak yang lancar, hangat, dan terbuka 3). Menghargai anak
cinta
yang
sehat
3). Menjadi Positif dan Produktif Hubungan cinta yang sehat adalah hubungan cinta yang menghasilkan
energi positif bagi pasangan dan diri
orangtua
sendiri.
biomedis adalah sebagai berikut:
4). Penghargaan Tanpa Syarat Hubungan
cinta
pada
a. Mengalami
yang
sehat
untuk
pelaksanaan
kesulitan
pengobatan
terapi
keuangan, anak
autis
dilandasi oleh penghargaan positif
membutuhkan biaya yang cukup
tanpa syarat, dimana pribadi-pribadi
banyak.
menerima
kekurangan
masing-
b. Kesulitan menghadapi anak ketika
masing dan menghargainya sebagai
anak
sebuah realitas manusiawi.
melaksanakan terapi biomedis, anak
5). Kesediaan
Meminta
Maaf
dan
autis
menolak
untuk
autis menjadi tidak mau makan,
Memaafkan
sehingga sebagai orangtua menjadi
Melalui kesediaan untuk meminta
kwatir dengan asupan gizi untuk
maaf
anak menjadi berkurang.
dan
mengakui
kesalahan
dengan sepenuh hati. Kesediaan
c.
Orangtua kesulitan mencari menu
untuk meminta maaf ini berarti
makanan yang sesuai untuk anak
memiliki
autis.
komitmen
untuk
memperbaiki diri dan janji untuk
d. Orangtua
kesulitan
ketika
tidak mengulangi perbuatan yang
melakukan diet untuk anak autis di
sama.
luar
6). Komitmen
rumah,
karena
anak
sulit
dikendalikan oleh orangtua disaat
Komitmen
diartikan
sebagai
tersebar
untuk
kemauan mengikatkan
diri
dalam
ada
kerabat
makanan
dan
yang
memberikan
minuman
yang
prinsip-
mengandung glutein dan kasein.
prinsip, perjanjian dan persetujuan
Dalam permasalahan ini orangtua
bersama
memastikan
harus tegas pada anak dan disiplin
tercapainya tujuan bersama di masa
pada terapi ini demi kesembuhan
depan.
anak.
untuk
7. Kesulitan-kesulitan Yang Umumnya Dihadapi
Oleh
Orangtua
D. Dinamika Peran Orangtua Pada Terapi
Pada
Biomedis Untuk Anak Autis Orangtua adalah orang terdekat
Pelaksanaan Terapi Biomedis Dari
beberapa
Budiman kesimpulan
(2002),
kasus dapat
mengenai
di
dalam
yang
ditarik
perkembangan anak.
paling
besar
peranannya
pada
Orangtua sangat
kesulitan-
berperan dalam merawat dan membesarkan
kesulitan yang umumnya dihadapi oleh
anak, memenuhi kebutuhan fisiologis dan
psikis,
membimbing
dan
mengarahkan,
diantara mereka yang mengalami gangguan
memberikan contoh dan teladan yang baik,
pencernaan,
memberikan afeksi atau kasih sayang yang
alergi, daya tahan tubuh yang rentan, dan
menimbulkan kehangatan, rasa aman dan
mengalami
terlindungi
Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya
yang
diperlukan
oleh
anak
(Gunarsa, 1991). Setiap
mempunyai
keracunan
mempengaruhi orangtua
kecenderungan
logam
fungsi
otak.
berat.
Banyak
menginginkan
pengalaman dan penelitian mengungkapkan
anaknya berkembang sempurna. Namun
bahwa untuk menanggulangi gejala-gejala
demikian, sering terjadi keadaan dimana
autisme maka yang terlebih dahulu harus
anak memperlihatkan suatu gejala atau
dibenahi adalah metabolisme tubuh anak-
masalah perkembangan sejak usia dini.
anak penyandang autis. Caranya, dengan
Orangtua
menerapkan terapi biomedis (Budhiman dkk,
yang
memperhatikan
perkembangan anaknya dan cukup memiliki
2002).
informasi mengenai kriteria perkembangan
Terapi
biomedis
adalah
suatu
anak, umumnya dapat merasakan dalam
bentuk terapi yang bertujuan memperbaiki
hati
metabolisme
kecilnya
bila
anaknya
mengalami
tubuh
melalui
diet
dan
penyimpangan dalam perkembangan sejak
pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan
masa bayi. Misalnya ada gangguan di otak
berdasarkan
yaitu autisme (Puspita, 2004).
pencernaan,
Autisme
adalah
gangguan
rentan,
banyaknya alergi,
dan
daya
keracunan
gangguan tahan
tubuh
logam
berat.
perkembangan neurobiologis yang berat,
Berbagai gangguan fungsi tubuh ini akhirnya
terjadi pada anak dalam 3 tahun pertama
mempengaruhi fungsi otak (Widyawati dkk,
kehidupannya. Masalahnya ini bisa dimulai
2003).
sejak
janin
kandungan,
berusia
dapat
bulan
Peran
orangtua
pada
terapi
biomedis untuk anak autis sangat penting,
dilakukan
terutama pada pemberian food supplement
intervensi secara dini, intensif, optimal, dan
(pemakaian obat, vitamin dan mineral) dan
komprehensif (Sutadi dkk, 2003).
program
hidupnya
bila
terus
dalam berlanjut
semasa
dan
6
tidak
diet
yang
akan
dilakukan.
Berbagai usaha telah dijalankan
Pemakaian obat atau food supplement
para orangtua dalam menanggulangi gejala
harus dipahami benar apa, bagaimana, dan
autisme.
hasil
yang
sesuaikah
lagi
pula
Orangtua harus mengetahui bahwa obat dan
penanganan pada tiap individu berbeda.
food supplement terbuat dari zat kimia
Banyak temuan yang menunjukkan bahwa
(Widyawati dkk, 2003).
dicapai
Namun, masih
seringkali
sulit
diukur,
fisik anak autis jauh dari sempurna. Banyak
dengan
kebutuhan
anak.
Setelah mengikuti terapi biomedis,
autismenya. Ini terlihat bila anak autis sudah
anak autis mengalami perkembangan pesat
dapat mengendalikan perilakunya sehingga
dalam
anak
tampak berperilaku normal, berkomunikasi
menjadi mandiri, konsentrasi anak membaik,
dan berbicara normal serta mempunyai
hiperaktif berkurang, postur tubuh anak
wawasan akademik yang cukup sesuai
berkembang semakin proporsional, adanya
dengan
kontak mata dengan lawan bicara, dapat
2004).
kemampuan
bersosialisasi,
anak
seusianya
(Djamaluddin,
meniru kata-kata yang diajarkan, jam tidur menjadi
teratur
dan
dapat
mengejar
ketinggalan dari anak-anak lain (Budhiman
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
dkk, 2002).
Penelitian
Orangtua memiliki peran dominan dalam
upaya
penyembuhan
ini
mengunakan
pendekatan kualitatif yang berbentuk studi
karena
kasus. Menurut Poerwandari (2001), untuk
orangtua merupakan orang yang paling
mendapatkan pemahaman yang mendalam
dapat
anak
dan khusus atas suatu fenomena serta
penyandang autis. Untuk itu orangtua tetap
untuk dapat memahami manusia dalam
dituntut
segala kompleksitasnya sebagai makhluk
mengerti
untuk
bermanfaat Dalam
dan
berbuat
bagi
mampu
hal-hal
sesuatu
kesembuhan
persoalan
mengerti
dimengerti
ini
anaknya.
orangtua
seputar
yang
dituntut
autisme
mengorganisir
dan
kegiatan
subjektif,
maka
pendekatan
kualitatif
merupakan metode yang paling sesuai untuk digunakan. 1. Pengertian Studi Kasus
penyembuhan terapi biomedis untuk anak
Menurut Heru Basuki (2006), studi
autis. Para ahli tidak akan dapat bekerja
kasus
tanpa peran serta orangtua dan terapi tidak
(inguiry) atau studi tentang suatu masalah
akan efektif bila orangtua tidak dapat
yang
bekerja sama, karena umumnya para ahli
(particularity), dapat dilakukan baik dengan
tersebut bekerja berdasarkan data yang
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif,
diperoleh
dengan
dari
orangtua
yang
paling
adalah
suatu
memiliki
sasaran
bentuk
sifat
perorangan
penelitian
kekhususan
(individual)
memahami dan berada paling dekat serta
maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.
hidup bersama anak penyandang autis
2. Jenis-jenis Studi Kasus
(McCandless, 2003).
Menurut Heru Basuki (2006), ada
Pada anak autis yang telah diterapi dengan
baik
dan
memperlihatkan
tiga macam jenis-jenis studi kasus adalah sebagai berikut:
keberhasilan yang mengembirakan anak
a. Studi kasus intrinsik
autis dapat dikatakan sembuh dari gejala
b. Studi kasus intrumental
c.
Studi kasus kolektif
calon
subjek
penelitian
untuk
memastikan kesediaan mereka dan membuat
B. Subjek Penelitian
waktu
1. Karakteristik Subjek Penelitian Peneliti
menetapkan
karakteristik
kesepakatan
dan
tempat
mengenai
pelaksanaan
wawancara.
subjek penelitian ini adalah pasangan suami
istri
sebagai
orangtua
yang
mempunyai anak penyandang autisme yang mengikuti terapi biomedis.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan yaitu wawancara semiterstruktur dimana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
2. Jumlah Subjek Penelitian Dalam
penelitian
berencana
untuk
ini
peneliti
menggunakan
1
pasangan orangtua yang mempunyai anak
autis
biomedis
yang
untuk
mengikuti
lebih
terapi
mendapatkan
wawancara peneliti perlu mendengarkan secara
teliti
dan
mencatat
apa
yang
dikemukakan oleh informan. Dalam
pengamatan
ini
menggunakan
bentuk
observasi
peneliti non
gambaran yang mendalam mengenai
partisipan dimana peneliti hanya mengamati
peran orangtua pada terapi biomedis
tingkah laku subjek tanpa ikut aktif dalam
untuk anak autis.
kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai pengamat.
C. Tahap-tahap Penelitian Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan di lakukan dalam penelitian,
E. Alat Bantu Pengumpulan Data
meliputi beberapa tahapan, yaitu :
Menurut Poerwandari (2001), penulis sangat berperan dalam seluruh proses
1. Tahap Persiapan Penelitian Langkah dilakukan
oleh
awal
yang
peneliti
adalah
membuat
proposal
penelitian,
membuat
pedoman
wawancara
yang disusun berdasarkan teori-teori yang
relevan
dengan
masalah
mulai
dari
mendekati
topik,
mengumpulkan
Sebelum
melaksanakan peneliti
mengkonfirmasikan
ulang
perlu para
topik, data,
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat instrumen sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data-data yang
1. Pedoman Wawancara
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
memilih
analisis, interpretasi dan menyimpulkan hasil
dibutuhkan, yaitu:
penelitian ini.
wawancara,
penelitian
2. Pedoman Observasi
Menurut Moleong (2005), pedoman
beberapa tahapan yang perlu dilakukan.
observasi yang digunakan dalam bentuk
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
catatan lapangan.
1. Mengorganisasikan Data
3. Alat Perekam (Tape Recorder)
2. Pengelompokan Berdasarkan Kategori,
4. Alat Tulis
Tema dan Pola Jawaban 3. Menulis Hasil Penelitian
F. Keakuratan Penelitian Untuk mencapai keakuratan dalam
HASIL PENELITIAN
suatu penelitian dengan metode kualitatif,
I. Pembahasan
digunakan tehnik trianggulasi. Trianggulasi
1. Kesulitan orangtua pada terapi
adalah
suatu
keakuratan sesuatu
tehnik
pemeriksaan
yang
memanfaatkan
data
yang
diluar
subjek A saat melaksanakan terapi
sebagai
biomedis adalah anak sering kali
pembanding terhadap data itu (Moleong,
mencuri makanan adiknya tanpa
2005).
sepengetahuan orangtua, sehingga
pengecekan
Denzin
(dalam
data
a. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
untuk
keperluan
lain
biomedis untuk anak autis
atau
Moleong,
2005),
subjek kesulitan menerapkan terapi
mengemukakan empat macam triangulasi
karena
sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai
terhadap anak.
keakuratan penelitian, yaitu :
pengawasan
ketat
Subjek A mengalami hal
1. Triangulasi Sumber 2. Triangulasi
perlu
yang
Pengamat
(Investigator
Triangulation)
sama
pada
umumnya
orangtua yang melaksanakan terapi biomedis, hal ini didukung dari
3. Triangulasi Teori (Theory Triangulation)
beberapa kasus di dalam Budhiman
4. Triangulasi
(2002),
Metode
(Methodological
Triangulation)
dimana
hasil
pada
umumnya
orangtua yang melaksanakan terapi
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan
bahwa
kontrak temuan
konfirmabilitas, penelitian
dapat
biomedis
mengalami
kesulitan
dalam penerapan terapi biomedis misalnya
mengalami
kesulitan
dikonfirmasikan pada subjek (Poerwandari,
keuangan untuk pengobatan anak
2001).
yang membutuhkan biaya cukup banyak, kesulitan menghadapi anak
G. Teknik Analisis Data
ketika
anak
menolak
untuk
Menurut Poerwandari (2001), dalam
melaksanakan terapi biomedis, anak
menganalisa penelitian kualitatif terdapat
autis menjadi tidak mau makan,
sehingga sebagai orangtua menjadi
minuman yang mengandung glutein
kwatir dengan asupan gizi untuk
dan kasein untuk anak dan subjek
anak menjadi berkurang. Orangtua
keberatan
kesulitan mencari menu makanan
biomedis karena anak menjadi sulit
yang sesuai untuk anak. Orangtua
makan
kesulitan
berkurang.
ketika
melakukan
diet
dan
untuk anak di luar rumah, karena anak
sulit
dikendalikan
oleh
melaksanakan
menu
terapi
makanannya
Subjek B mengalami hal yang
sama
pada
umumnya
orangtua disaat ada kerabat yang
orangtua yang melaksanakan terapi
memberikan makanan dan minuman
biomedis, hal ini didukung dari
yang
beberapa kasus di dalam Budhiman
mengandung
glutein
dan
kasein. Dalam permasalahan ini
(2002),
orangtua harus tegas pada anak
orangtua yang melaksanakan terapi
dan disiplin pada terapi ini demi
biomedis
kesembuhan anak.
dalam penerapan terapi biomedis
b. Adapun
kesulitan-kesulitan
dihadapi
subjek
melaksanakan adalah
B
terapi
subjek
bahwa
pada
mengalami
umumnya
kesulitan
yang
misalnya
saat
keuangan untuk pengobatan anak
biomedis
autis
kesulitan
cukup
mengalami
yang
kesulitan
membutuhkan banyak,
biaya
kesulitan
melaksanakan terapi biomedis untuk
menghadapi anak ketika anak autis
anak
menolak untuk melaksanakan terapi
terutama
makanan
untuk
pengganti
membutuhkan
mencari
dan
waktu
anak
biomedis, anak autis menjadi tidak
untuk
mau
makan,
sehingga
sebagai
menyukai
makanan
pengganti
orangtua menjadi kwatir dengan
tersebut.
Subjek
kesulitan
asupan gizi untuk anak menjadi
melaksanakan terapi karena anak
berkurang.
sudah
mencari
besar
dan
bila
ada
Orangtua menu
kesulitan
makanan
yang
kesempatan anak sering mencuri
sesuai untuk anak autis. Orangtua
makanan kesukaannya yaitu roti.
kesulitan
Subjek merasa kasihan karena jenis
untuk anak autis di luar rumah,
makanan anak berkurang, tapi untuk
karena anak sulit dikendalikan oleh
kesembuhan anak, subjek berusaha
orangtua disaat ada kerabat yang
untuk konsisten. Subjek kesulitan
memberikan makanan dan minuman
mengatasi teman atau orangtuanya
yang
yang memberikan makanan dan
kasein. Dalam permasalahan ini
ketika
melakukan
mengandung
glutein
diet
dan
orangtua harus tegas pada anak
Dalam
hal
lain,
subjek
dan disiplin pada terapi ini demi
tergolong orangtua yang menerima
kesembuhan anak.
anak. Hal ini terlihat dari hasil observasi bahwa setiap hari Sabtu
2. Peran orangtua pada terapi biomedis
selalu
menemani
untuk anak autis a. Peran
subjek
subjek
A
adalah
subjek
mengantar anak
ekstrakurikuler
dan ketika
bola.
Subjek
kurang berperan secara optimal
menghargai
dalam
biomedis,
belajar dengan memberikan pujian
subjek kurang berinisiatif mencari
pada anak atas nilai bagus yang
tahu tentang terapi secara lengkap
telah
dan
melimpahkan
Komunikasi subjek dengan anak
tanggungjawab untuk proses terapi
lancar, hangat dan terbuka, hal ini
biomedis pada istrinya. Meskipun
terlihat saat subjek berdiskusi pada
demikian subjek mau meluangkan
anak ketika anak ingin masuk klub
waktunya untuk menemani anak
bola, subjek menanyakan keinginan
beraktivitas.
anak,
proses
terapi
banyak
Dari
anak
oleh
diberikan
dalam
anak.
beberapa
pilihan oleh subjek untuk memilih
terapi biomedis untuk anak autis,
klub bola yang disukainya, subjek
dapat ditarik kesimpulan mengenai
mengarahkan
peran
umum.
memberikan penjelasan mengenai
Menurut Mawardi (1990), orangtua
klub bola yang menjadi pilihan anak.
orangtua
subjek
diperoleh
anak
pada
yang
peran
usaha
secara
bertanggungjawab
dalam
anak
dengan
Menurut Maccoby dalam
pengasuhan anak adalah orangtua
Puspita
yang melakukan pengawasan yang
menerima anaknya adalah orangtua
membimbing,
ini
yang hangat, kemudian komunikasi
yang
orangtua dan anak yang lancar,
mengutamakan
dalam
proses
kerjasama
(2004),
didukung oleh rasa kasih sayang
hangat
dan cinta kasih antara orangtua dan
menghargai anak.
anak.
Dalam
permasalahan
dan
orangtua
terbuka,
yang
dan
ini
b. Peran subjek B sebagai orangtua
kerjasama subjek dan pasangannya
pada terapi biomedis untuk anak
sangat
peran
autis adalah subjek berperan sudah
orangtua pada terapi biomedis untuk
cukup optimal, tetapi ada beberapa
anak menjadi optimal.
kekurangan
dibutuhkan
agar
subjek
yaitu
subjek
kurang mencari tahu informasi yang
lengkap tentang terapi biomedis,
pengertian bahwa makanan tersebut
subjek hanya berpatokan dengan
tidak baik untuk anak autis.
saran
dokter
saja.
Meskipun
Menurut Maccoby dalam
demikian, subjek mau meluangkan
Puspita
waktunya untuk menemani anak
menerima anaknya adalah orangtua
beraktivitas.
yang hangat, kemudian komunikasi
Dalam
hal
lain,
subjek
(2004),
orangtua
yang
orangtua dan anak yang lancar,
tergolong orangtua yang menerima
hangat
keadaan anak, serta sabar dalam
menghargai anak.
dan
terbuka,
dan
menghadapi anak ketika menolak melaksanakan terapi biomedis. Hal
3. Faktor-faktor penyebab peran
ini telihat dari hasil observasi bahwa
orangtua demikian
subjek setiap hari Sabtu, subjek
a. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
selalu mengantar dan menemani
subjek A kurang berperan secara
anak ketika ekstrakurikuler bola.
optimal dalam melaksanakan terapi
Subjek
anak
biomedis adalah dikarenakan subjek
dalam belajar dengan memberikan
memiliki inisiatif yang rendah untuk
pujian pada anak atas nilai bagus
mencari
yang telah diperoleh oleh anak.
sehingga
Komunikasi subjek dengan anak
menghandalkan istri pada proses
lancar, hangat dan terbuka, hal ini
terapi biomedis untuk anak autis.
terlihat saat subjek berdiskusi pada
Hal ini terlihat dari hasil observasi
anak ketika anak ingin masuk klub
dan
bola, subjek menanyakan keinginan
kurang memberikan solusi tentang
anak,
permasalahan
menghargai
anak
usaha
diberikan
beberapa
tahu
tentang subjek
wawancara
banyak
bahwa
anak
terapi,
dan
subjek
subjek
pilihan oleh subjek untuk memilih
terlihat
klub bola yang disukainya, subjek
pelaksanaan terapi biomedis untuk
mengarahkan
anak autis.
anak
dengan
memberikan penjelasan mengenai
jarang
ikut
Menurut
serta
Safaria
pada
(2005),
klub bola yang menjadi pilihan anak.
faktor-faktor
Subjek terlihat sabar menasehati
keberhasilan
anak, saat anak meminta makanan
penanganan
yang yang mengandung glutein,
hubungan
dengan tutur kata yang lembut
pasangan, visi bersama, membina
subjek
kebersamaan, menjadi positif dan
memberikan
suatu
yang
menentukan
orangtua anak
yang
autis
harmonis
dalam adalah antar
produktif,
penghargaan
tanpa
syarat, kesediaan meminta maaf
pelaksanaan
terapi
biomedis
memerlukan pengawasan ketat.
dan memaafkan, serta komitmen
b. Kesulitan Subjek B : anak sudah
pasangan. Dalam hal ini komitmen
terlalu besar sehingga anak sudah
subjek
mengenal
dan
pasangan
belum
terlaksana dengan baik. b. Faktor-faktor subjek
B
yang
berinisiatif
menyebabkan demikian,
subjek
kurang
untuk
makanan
dan merasa kasihan karena jenis
berperan
dikarenakan
jenis-jenis
2. Peran orangtua pada terapi biomedis untuk anak autis
tahu
a. Peran subjek A : subjek kurang
secara lengkap mengenai terapi
berperan secara optimal dalam
biomedis untuk anak autis, subjek
proses terapi biomedis, hal ini
tidak tegas pada anak dan merasa
terlihat
kasihan, subjek kurang mendapat
melimpahkan
dukungan dari suami dan subjek
proses
tidak diberikan kesempatan untuk
istrinya. Subjek kurang inisiatif
berdiskusi
untuk
pada
mencari
makanan anak berkurang.
suami.
Hal
ini
dari
subjek
banyak
tanggungjawab
terapi
biomedis
mencari
tahu
pada
secara
terlihat dari hasil observasi dan
lengkap tentang terapi. Meskipun
wawancara
A
demikian subjek mau meluangkan
banyak mengandalkan subjek B,
waktunya untuk menemani anak
dan berpatokan pada dokter saja.
beraktivitas.
Sebaiknya orangtua yang memiliki
orangtua yang menerima anak.
anak autis, memiliki komitmen kuat
b. Peran subjek B : subjek berperan
dimana,
subjek
Subjek
tergolong
dalam pelaksanaan terapi ini. Hal ini
cukup
sesuai pendapat dari Safaria (2005).
beberapa kekurangan subjek yaitu subjek
optimal,
kurang
tetapi
mencari
ada
tahu
PENUTUP
informasi yang lengkap tentang
A. Kesimpulan
terapi biomedis, subjek hanya
Kesimpulan
yang
didapat
dari
penelitian ini adalah 1. Kesulitan-kesulitan
berpatokan dengan saran dokter saja. Meskipun demikian, subjek
orangtua
pada
mau meluangkan waktunya untuk
terapi biomedis untuk anak autis
menemani anak autis beraktivitas.
a. Kesulitan Subjek A : anak sering
Subjek tergolong orangtua yang
mencuri makanan adiknya, pada
sabar dan menerima keadaan anak.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan
terapi biomedis secara lengkap, segera
peran orangtua demikian
melaksanakan
a. Faktor-faktor penyebab subjek A
berdasarkan protokol sunderland secara
berperan demikian : dikarenakan
konsisten, dan laksanakan komitmen
subjek
bersama jangan hanya sekedar berucap
banyak
menghandalkan
istri pada proses terapi untuk anak dan kurang inisiatif untuk mencari tahu
secara
lengkap
tentang
terapi
biomedis
saja. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan subjek A dan B memiliki
terapi. Hal ini terlihat dari hasil
potensi
observasi dan wawancara bahwa
biomedis secara optimal, karena secara
subjek kurang memberikan solusi
umum peran subjek A dan B sebagai
tentang permasalahan anak dan
orangtua
subjek terlihat jarang ikut serta
menerima
pada pelaksanaan terapi biomedis
orangtua
untuk anak.
komunikasi orangtua dan anak yang
b. Faktor-faktor penyebab subjek B berperan demikian : subjek kurang berinisiatif untuk mencari tahu secara lengkap mengenai terapi biomedis
untuk
anak,
subjek
lancar,
untuk
melaksanakan
terapi
tergolong
orangtua
yang
keadaan
anaknya
yaitu
yang
hangat
hangat,
dan
kemudian
terbuka,
dan
menghargai anak. 2. Saran untuk peneliti berikutnya Bagi
peneliti
selanjutnya
dapat
mengembangkan penelitian yang sudah
kasihan dan tidak tegas pada
dilakukan
anak dan subjek kurang mendapat
manambah jumlah subjek, memberikan
dukungan dari suami. Hal ini
petunjuk-petunjuk dan saran-saran yang
terlihat dari hasil observasi dan
diperlukan untuk pelaksanaan terapi
wawancara
A
biomedis. Dengan selesainya penelitian
banyak mengandalkan subjek B
ini, diharapkan akan ada penelitian-
dan
penelitian
dimana,
hanya
subjek
berpatokan
pada
dokter saja.
Ada beberapa saran yang peneliti berikan: 1. Saran untuk Subjek A
peneliti,
selanjutnya
seperti
khususnya
dibidang psikologi anak khusus.
B. Saran
Subjek
oleh
dan
B
diharapkan
secepatnya mencari informasi tentang
DAFTAR PUSTAKA Ariani, E. (2002). Sekilas mengenai intervensi biomedis: Pedoman untuk orangtua. Jakarta: Nirmala. Heru Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif. Depok: Gunadarma.
Berkell,
D. E (ed). (1992). Autism identification, education and treatment. Hillsdale, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publisher.
Budhiman, M. (2002). Makalah: Autistic spectrum disorder. Jakarta: Yayasan Autisma Indonesia. Budhiman, M., Shattock, P., & Ariani, E. (2002). Langkah awal menanggulangi autisme dengan memperbaiki metabolisme tubuh. Jakarta : Nirmala. Djamaluddin, S. U. S. (2004). Makalah: Masalah autisme pengertian & penanganannya. Jakarta : Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Gunarsa, D. S., & Gunarsa, D. Y., Ny. (1991). Psikologi praktis: Anak, remaja & keluarga. Jakarta: Erlangga.
Nawawi, H. H. (2005). Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan. Puspita, D. (2004). Makalah : Masalah peran keluarga pada penanganan individu autistic spectrum disorder. Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia. Safaria, T. (2005). Autisme pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orangtua. Yogyakarta: Graha Ilmu. Shattock, P. (2002). Langkah awal menanggulangi autisme dengan memperbaiki metabolisme tubuh. Jakarta: Nirmala. Sugiono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Handojo, Y. (2003). Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Suryana, A. (2004). Terapi autisme, anak berbakat dan anak hiperaktif. Jakarta: Progres Jakarta.
Judarwanto, W. (2004). Makalah: Masalah deteksi dini dan skreting autis. Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia.
Sutadi, R., Bawazir, L. A., & Tanjung, N. (2003). Penatalaksanaan holistik autisme. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Widyawati, I., Rosadi, D., E., & Yulidar. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Kaplan, I. H., Sadock, J. B., & Grebb, A. J. (1994). Sinopsis psikiatri (7th ed). 2 Vols, terj. Kusuma, W. Jakarta: Bhuana. McCandless, J. (2003). Children with starving brains (2nd ed) atau Anakanak dengan otak yang lapar, terj. Wibowo, F., dkk. Jakarta: Grasindo. Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasir, M (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Yatim, F. (2003). Autisme suatu gangguan jiwa pada anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Yin, K. R. (2006). Studi kasus: Desain dan metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.