Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
Hubungan Serapan Hara N, P, dan K dengan Hasil Gabah di Lahan Sawah Tadah Hujan 1
I Putu Bagus Eliezer1, Suprihati2, Antonius Kasno3
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia. 2 Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia. 3 Balai Penelitian Tanah, jalan Tentara Pelajar No.12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114, Indonesia.
[email protected]
Abstrak Pada lahan sawah tadah hujan kondisi lahan yang kering dan basah secara bergantian akan mempengaruhi serapan hara oleh padi yang berdampak pada produktivitas padi. Tujuan penelitian untuk mempelajari hubungan serapan hara N, P, dan K terhadap hasil gabah pada lahan sawah tadah hujan. Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali, dimulai bulan Oktober 2014 – Februari 2015. Ketinggian tempat penelitian ± 300 mdpl. Perlakuan yang dicobakan berdasarkan metode petak omisi terdiri dari 6 perlakuan yaitu –NPK, PK (-N), NP (-K), NK (-P), N (PK), dan NPK dengan pengulangan sebanyak 3 kali yang dirancang menurut Rancangan Acak Kelompok. Hubungan serapan hara dengan hasil gabah (GKG) dilakukan uji korelasi dan regresi. Dosis pupuk yang digunakan 250 kg urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1 dengan varietas padi situ bagendit. Teknik tanam jajar legowo 4:1. Penelitian menunjukan bahwa serapan N, P dan K pada gabah+jerami sebesar 33,9 – 69,3 kg N ha-1, 18,4 – 64,5 kg P ha-1, dan 70 – 129 kg K ha-1. Hubungan antara serapan N gabah+jerami dinyatakan dengan y = -0,0011x2 + 0,1722x – 1,1925 (R² = 0,8428; n=18; y= t GKG ha-1; x= serapan gabah+jerami kg N ha-1). Hubungan antara serapan P pada gabah+jerami dinyatakan dengan y = 0,0025x2 + 0,2531x – 1,0431 (R² = 0,8279; n=6; y= t GKG ha-1; x= serapan pada gabah+jerami kg P ha-1). Korelasi antara serapan K gabah+jerami dengan bobot gabah sebesar 0,41 (n=18). Kata Kunci : Serapan hara, pemupukan, lahan sawah tadah hujan, padi gogo. PENDAHULUAN Perubahan keadaan kering dan basah secara bergantian pada lahan sawah tadah hujan merupakan kendala utama dalam pengelolahan lahan sawah tadah hujan dan minimnya pengetahuan petani akan peningkatan potensi lahan sawah tadah hujan menjadikan produktivitas padi gogo pada lahan sawah tadah hujan rendah. Menurut hasil survey yang dilakukan Fagi dan Kartaatmadja (2002) menunjukkan bahwa padi varietas lokal yang ditanam dengan sistem gogo rancah secara tradisional pada lahan sawah tadah hujan menghasilkan 1,8 – 3,1 t ha-1 sedangkan pada keadaan yang sama, ditanam dengan teknologi yang modern menghasilkan 4,0 – 6,1 t ha-1. Penerapan teknologi modern sangat dibutuhkan dalam penetapan pemupukan. Pemupukan yang tepat dan berimbang sangatlah dibutuhkan untuk mecapai produktivitas yang maksimal. Pemupukan yang diberikan didasarkan dengan hara yang tidak cukup tersedia dalam tanah dalam jumlah yang tepat sesuai kebutuhan tanaman
1
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
untuk mencapai target hasil yang realistis (Suyamto, 2012). Pemupukan yang tepat akan meningkatkan serapan hara bagi tanaman padi tetapi kondisi kering dan basah yang bergantian berpotensi menurunkan serapan hara oleh padi. Padi tumbuh dengan baik pada kondisi tergenang dan permasalahan yang ditimbulkan ketika lahan tidak tergenang, menyebabkan pemupukan pada lahan sawah tadah hujan mengalami kendala. Kondisi tidak tergenang (oksidatif) di lahan sawah tadah hujan akan menyebabkan terjadinya peningkatan Al dan Fe serta kemasaman tanah yang dapat mengganggu ketersediaan hara terutama N, P, dan K sehingga akan menurunkan serapan hara oleh padi.Menurut Munawar (2011) kemasaman tanah akan mempengaruhi hara N dan peningkatan Al dan Fe pada tanah masam akan berpengaruh pada ketersediaan P dan K. Serapan hara sangat mempengaruhi produktivitas padi. Menurunnya hara yang terserap oleh padi menyebabkan produktivitas padi rendah. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan serapan hara N, P, dan K baik serapan pada gabah, jerami, maupun gabah+jerami dengan hasil gabah pada lahan sawah tadah hujan. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali. Ketinggian tempat penelitian ± 300 mdpl. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Oktober 2014 – Februari 2015. Perlakuan yang dicobakanberdasarkanmetodepetakomisiterdiridari 6 perlakuanyaitu –NPK, PK (-N), NP (-K), NK (-P), N (-PK), dan NPK denganpengulangansebanyak 3 kali yang dirancangmenurutRancanganAcakKelompok.Dosis pupuk yang digunakan adalah 250 kg Urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, dan 100 Kalium kg KCl ha-1. Pemupukan N dilakukandua kali.Pemupukanpertamadiberikansaattanamanberumur 7 HST dengantakaran 125 kg ha-1selanjutnyapemupukankedua pada 35 HST.Pemupukan SP-36 diberikansekaligussaattanamanberumur 7 HST dengantakaran 50 kg ha 1 danpemupukan KCldiberikandua kali saattanamanberumur 7 HST sebanyak 50 kg ha 1 dansaatfaseprimordiadengantakaran 50 kg ha-1. Dosis pupuk P dan K diberikan sesuai dengan status hara tanah, status hara P tinggi dan K rendah. Varietas padi yang digunakan adalah situ bagendit dengan teknik tanam jajar legowo 4:1. Untuk mengetahui Hubungan serapan N, P, dan K baik gabah, jerami, dan gabah+jerami dengan hasil padi dilakukan uji korelasi dan regresi sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Data Hasil Padi dan Serapan Hara N, P, dan K di Lahan Penelitian Perlakuan
bobot jerami
bobot gabah
serapan di gabah N
P
K
serapan di jerami N
-1
Kontrol PK (-N) NP (-K) NK (-P) N (-PK) NPK
P
K
N
P
K
33,9 32,7 56,4 67,6 50,7
18,4 26,1 60,6 58,7 64,5
70,0 79,2 82,8 129,0 75,5
69,3
32,9
119,3
-1
t ha 3,79a 3,06a 4,48a 3,12a 6,89b 5,08b 7,80c 5,39b 6,66b 5,21b
16,7 18,8 33,1 35,2 30,6
16,7 23,1 57,6 53,9 61,9
24,3 27,3 37,9 43,3 18,3
17,3 13,9 23,4 32,4 20,1
kg ha 1,7 45,7 3,0 51,9 3,0 44,9 4,8 85,7 2,6 57,2
7,49c
34,9
26,3
35,0
34,4
6,6
5,19b
Serapan gabah+jerami
2
84,3
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan analisis DMRT pada kepercayaan 5%. Hasil gabah dan Jerami Padi. Hasil gabah panen merupakan gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14%. Dari data bobot gabah pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk N memberikan hasil gabah yang terendah yaitu 3,06 t ha-1 pada kontrol dan 3,12 t ha-1 pada PK (-N). Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa pemberian pupuk N (NP, NK, N dan NPK) sangat berbeda nyata daripada tanpa pupuk N (Kontrol, dan PK). Hara nitrogen sangat penting dalam peningkatan produktivitas padi lahan sawah tadah hujan.Sedangkan untuk hara P, pada data bobot gabah dapat terlihat bahwa pemberian P dalam lahan penelitian cenderung akan menekan bobot gabah, terlihat dari bobot gabah NPK 5,19 t ha-1lebih rendah dari pada bobot gabah NK (-P) yaitu 5,38 t ha-1. Hal tersebut disebabkan kandungan P dalam tanah tinggi sehingga penambahan hara P akan menekan produktivitas padi. Eliezer dkk (2016) melaporkan bahwa Kadar P total (HCl 25%) yaitu 82,92 mg 100 g-1 sangat tinggi dan P tersedia (Bray 1) 26,25 mg P2O5 kg-1 sangat tinggi di lahan penelitian. Pemberian pupuk K cenderung akan meningkatkan produktivitas padi terlihat dari rendahnya hasil panen perlakuan NP (-K) 5,08 t ha-1 dibandingkan dengan perlakuan NPK 5,19 t ha-1. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa kekurangan hara kalium menyebabkan produksi merosot karena organ penyimpanan memiliki bobot yang rendah. Dari data bobot jerami pada Tabel 1 juga menunjukkan hal yang sama yaitu perlakuan tanpa pupuk N (Kontrol, dan PK) menghasilkan bobot jerami lebih rendah daripada perlakuan dengan pupuk N (NP, NK, N dan NPK). Pada data bobot jerami juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk P tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan bobot jerami terlihat pada perlakuan NK (-P) jika dibandingkan dengan NPK, tidak berbeda nyata. Peranan K juga terlihat pada perlakuan NP (-K) berbeda nyata dengan perlakuan NPK terlihat bahwa tanpa pemberian pupuk K akan menurunkan bobot jerami.
Produksi (t GKG ha-1)
6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00
y = -0.1126x2 + 1.8641x - 2.4083 R² = 0.8077; n=18
2,50 2,50
4,50
6,50
8,50
10,50
Bobot jerami Kering (t ha-1)
Gambar 1. Hubungan regresi antara bobot jerami kering dengan bobot gabah (GKG). Peningkatan bobot gabah juga diikuti dengan meningkatnya bobot jerami panen sehingga dua variabel ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan nilai 3
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
korelasi 0.80 dengan kriteria hubungan sangat kuat. Pada gambar 1 juga menunjukkan hubungan bobot jerami kering panen dengan bobot gabah (GKG) yang bersifat kuadratik dinyatakan dengan persamaan y = -0,1126x2 + 1,8641x – 2,4083 (R² = 0,8077; n=18; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= bobot jerami kering t ha-1). Hubungan serapan N terhadap bobot gabah (GKG) Menurut penelitian Gupta dan Toole (1986) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen akan meningkatkan gabah panen dinyatakan dalam persamaan y= 715,9 + 15,96x – 0,005x2 (y= gabah panen t ha-1; x= jumlah N kg ha-1). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pupuk N sangat berpengaruh terhadap hasil gabah panen karena N merupakan hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. hasil penelitian amin dkk. (2013) juga menegaskan bahwa tanpa pemberian pupuk N akan menurunkan produktivitas komponen hasil padi. Pada data serapan gabah+jerami dalam Tabel 1 menunjukkan jumlah N yang diserap oleh gabah dan jerami yaitu 33,9 kg ha-1– 69,7 kg ha-1. Menurut Doberman dan Fairhust (2000) hara N yang terangkut saat panen dengan kondisi laha yang optimum sekitar 14 kg N t -1. Terdapat hubungan antara serapan N pada gabah, jerami, maupun gabah+jerami terhadap bobot gabah. 6,00
6,00 5,50
5,00
produksi (t GKG ha-1)
produksi (t GKG ha-1)
5,50
4,50 4,00 3,50 3,00
2,50 2,00 10,0
y = -0.0042x2 + 0.3488x 1.7257 R² = 0.9443; n=18 20,0 30,0 40,0 50,0
5,00
4,50 4,00 3,50 y = -0.0011x2 + 0.1722x 1.1925 R² = 0.8428; n=18
3,00 2,50 20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
serapan N gabah+jerami (kg N ha-1)
Serapan N gabah (kg N ha-1)
Gambar 2. Hubungan serapan N gabah dengan bobot gabah (GKG) (kiri), dan Hubungan serapan jerami+gabah dengan bobot gabah (GKG) (kanan). Peningkatan produktivitas padi juga dipengaruhi oleh serapan hara N oleh tanaman sehingga pemberian pupuk N sangat dibutuhkan. Menurut Soplanit dan Nukuhaly 2012 menyatakan bahwa perlakuan pupuk N berpengaruh nyata terhadap serapan N tanaman. Grafikbagian kiri pada Gambar 2 menunjukkan hubungan antara serapan N gabah. Dari grafik hubungan antara serapan N gabah dengan bobot gabah dinyatakan dengan persamaan y = -0,0042x2 + 0,3488x – 1,7257(R² = 0,9443; n=18; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan N gabah kg ha-1). Sedangkan Hubungan serapan N jerami dengan bobot gabah dinyatakan dengan nilai korelasi 0,66 dan R2= 0,43. Korelasi serapan N gabah+jerami dengan bobot gabah memiliki nilai korelasi 0,86. hal ini menunjukan bahwa hubungan antara serapan N gabah+jerami dengan bobot gabah sangatlah kuat sehingga serapan N gabah+jerami sangat mempengaruhi bobot gabah. Selanjutnya pada Grafik bagian kanan pada gambar 2, menunjukkan hubungan serapan N gabah+jerami dengan bobot gabah dinyatakan
4
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
denganpersamaan y = -0,0011x2 + 0,1722x – 1,1925(R² = 0,8428; n=18; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan N gabah+jerami kg ha-1).
6,00
6,00
5,50
5,50 Produksi ( t GKG ha-1)
produksi (t GKG ha-1)
Hubungan Serapan P terhadap bobot gabah (GKG) Selain hara N, hara P juga memiliki peran yang sangat vital bagi tanaman. Menurut Munawar (2011) menyatakan bahwa kecukupan P dapat memacu kemasakan tanaman, terutama pada biji-bijian dan mengurangi masa untuk pemasakan biji. Pada Tabel 1 menunjukkan serapan P pada gabah dan jerami padi yaitu 18,4 kg ha -1 – 64,5 kg ha-1 pada lahan sawah tadah hujan. Terdapat hubungan serapan P pada gabah, jerami dan gabah+jerami dengan bobot gabah.
5,00 4,50 4,00 3,50 3,00
y=
-0.0029x2
+ 0.2744x - 0.8236 R² = 0.7537; n=6
2,50 10
30
50
70
5,00 4,50 4,00 3,50 y = -0.0025x2 + 0.2531x 1.0431 R² = 0.8279; n=6
3,00 2,50 15,0
Serapan P Gabah (kg ha-1)
35,0
55,0
75,0
Serapan P Gabah+Jerami (kg ha-1)
Gambar 3. Hubungan serapan P gabah dengan bobot gabah (GKG) (kiri), dan Hubungan serapan P gabah+jerami dengan bobot gabah (GKG) (kanan). Pergantian kondisi kering dan basah yang berkepanjangan pada lahan sawah tadah hujan akan menurunkan persentase P disebabkan oleh fiksasi oleh Al pada keadaan tanah masam dan pada keadaan tanah masam yang digenangi difiksasi oleh Fe. Fiksasi oleh Ca pada keadaan tanah alkalis (basa) (Goswami, 1986; Hardjowigeno, 2010). Sehingga serapan P sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah dan jumlah hujan selama masa tanam.Serapan P gabah dan bobot gabah pada lahan sawah tadah hujan memiliki hubungan yang kuat dengan niai korelasi 0,77. Grafik bagian kiri pada gambar 3 menunjukkan hubungan serapan P gabah dengan bobot gabah dinyatakan persamaan y = -0,0029x2 + 0,2744x – 0,8236 (R² = 0,7537; n=6; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan P gabah kg ha-1). Sedangkan serapan P jerami dengan bobot gabah menunjukkan hubungan yang sedang nilai korelasi 0,51 dengan R2= 0,26. Untuk serapan P gabah+jerami dengan bobot gabah memiliki hubungan yang sangat kuat nilai dengan nilai korelasi 0,82. Grafik bagian kanan pada gambar 3 menunjukkan hubungan serapan P gabah+jerami dengan bobot gabah dinyatakan dengan persamaan y = -0,0025x2 + 0,2531x – 1,0431 (R² = 0,8279; n=6; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan P gabah+jerami kg ha-1).
5
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
Pengaruh Serapan K terhadap bobot gabah (GKG) Hara K memiliki fungsi penting dalam osmoregulasi, aktivasi enzim, regulasi pH seluler, keseimbangan kation anion, dan pengaturan transpirasi stomata. Pada sawah tadah hujan kalium juga memiliki peran yang sangat menguntungkan terhadap keadaan kekeringan dan serangan penyakit (Goswami, 1986). Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa serapan hara K total (gabah+jerami) yaitu 70 kg ha-1 – 129 kg ha-1 pada lahan sawah tadah hujan. Serapan K lebih tinggi dibandingkan hara N dan P pada lahan sawah tadah hujan. Hal yang sama dilaporkan dalam percobaan Linquist dan Sengxua (2001) menyatakan dari hasil panen 2,4 ton di ketahui hara yang terangkut yaitu 29,8 kg N ha-1, 5,9 kg P ha-1, dan 34,4 kg K ha-1 pada lahan sawah tadah hujan. Hubungan serapan K dengan bobot gabah berbeda dengan hara N maupun P. Hubungan serapan K memiliki hubungan yang lebih rendah dalam peningkatan bobot gabah. Serapan K gabah dengan bobot gabah memiliki hubungan yang lemah dengan nilai korelasi 0,27. Sedangkan serapan K jerami terhadap bobot gabah terpantau memiliki hubungan yang lemah juga dengan nilai korelasi 0,32 dan hubungan serapan K gabah+jerami dengan bobot gabah memiliki hubungan yang sedang dengan nilai korelasi 0,41. Penelitian Razie dkk (2013) melaporkan hubungan serapan K dengan produksi padi memliki hubungan yang rendah dengan nilai R 2 = 0,34 daripada serapan hara N dan P. Kesimpulan 1. Serapan N, P dan K pada gabah+jerami sebesar 33,9 – 69,3 kg N ha-1, 18,4 – 64,5 kg P ha-1, dan 70 – 129 kg K ha-1. 2. Hubungan antara serapan N gabah dengan bobot gabah dinyatakan dengan persamaan y = -0,0042x2 + 0,3488x – 1,7257 (R² = 0,9443; n=18; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan N gabah kg ha-1) dan Hubungan antara serapan N gabah+jerami dinyatakan dengan y = -0,0011x2 + 0,1722x – 1,1925 (R² = 0,8428; n=18; y= t GKG ha-1; x= serapan gabah+jerami kg N ha-1). 3. hubungan serapan P gabah dengan bobot gabah dinyatakan persamaan y = 0,0029x2 + 0,2744x – 0,8236 (R² = 0,7537; n=6; y= bobot gabah t GKG ha-1; x= serapan P gabah kg ha-1) dan Hubungan antara serapan P pada gabah+jerami dinyatakan dengan y = -0,0025x2 + 0,2531x – 1,0431 (R² = 0,8279; n=6; y= t GKG ha-1; x= serapan pada gabah+jerami kg P ha-1). 4. Serapan K gabah dengan bobot gabah memiliki hubungan yang lemah dengan nilai korelasi 0,27 sedangkan serapan K gabah+jerami dengan bobot gabah memilik hubungan yang sedang dengan nilai korelasi 0,41 (n=18). Saran Pemupukan yang dianjurkan untuk lokasi adalah Nitrogen dan Kalium. Fosfor dapat ditunda pemberiannya guna menciptakan keseimbangan hara, karena status fosfor sangat tinggi didalam tanah. Pengembalian jerami akan sangat membantu sebagai pembenah tanah dan menciptakan keseimbangan hara serta mengurangi penggunaan pupuk anorganik pada lahan sawah tadah hujan.
6
Prosiding Seminar Nasional dalam Ekspose Inovasi Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk Pencapaian Swasembada Pangan” Kabupaten Semarang, 14 Desember 2016
Daftar Pustaka Amin, M.F., D. Nath, M.Sh. Islam and M.A. Saleque. 2013. Site Specific Nutrient Management in Ganges Tidal Floodplain Soil of Barisal for Rice (Oryza sativa). Eco-friendly Agril. J. 6(02), 21-24. Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorber and Nutrient Management. Internasional Rice Research Instituse – Potash & Phosphate Institute (PPI) – Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). Eliezer, IP.B., Suprihati, dan A. Kasno. 2016. Metode Petak Omisi: Penetapan Pembatas Hara Tanah dan Efisiensi Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Skripsi program Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW. Salatiga. 34 hlm. Fagi, A.M. and S. Kartaatmadja. 2002. Gogorancah Rice in Indonesia: A Traditional Method in the Modern Era. In Direct Seeding: Research Strategies and Opportunities. Internasional Rice Research Instituse, Los Banos. Gupta, P.C. and J.C. Toole. 1986. Upland Rice : A Global Prespective. International Rice Research Institute, Laguna-Philippines. Goswami, N.N., S.K. De Datta and M.V. Rao. 1986. Soil Fertility and Fertilizer Management for Rainfed Lowland Rice. Progress in : Rainfed Lowland Rice. International Rice Research Institute, Laguna-Philippines. Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Linquist B, Sengxua P. 2001. Nutrient management of rainfed lowland rice in the Laos PDR.International Rice Research Institute,Los Baños (Philippines). Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor. Razie, F., I. Anas, A. Sutandi, Sugiyanta, dan L. Gunarto. 2013. Efisiensi Serapan Hara dan Hasil Padi pada Budidaya SRI di Persawahan Pasang Surut dengan Menggunakan Kompos diperkaya. Jurnal Agronomi Indonesia 41 (2), 89 – 97. Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Soplanit, R. dan S.H. Nukuhaly. 2012. Pengaruh Pengelolaan Hara NPK terhadap Ketersediaan N dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Waelo Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ilmu Budidaya tanaman Agrologia vol. 1 no. 1, 82-90. Suyamto. 2012. Konsep dan Penerapan Pemupukan Berimbang Rasional dan Spesifik Lokasi pada Padi Sawah. Membumikan Iptek Pertanian Seri 1. IAARD Press. Jakarta.
7