NERACA HARA N, P, DAN K PADA PENGELOLAAN HARA TERPADU LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT CAMPURAN DAN 1:1 A. Kasno, Nurjaya, dan D.A. Suriadikarta Balai Penelitian Tanah, Bogor
ABSTRAK Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia dan jumlahnya semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan beralihnya orang yang biasa makan jagung, sagu dan singkong makan beras. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan dengan pemupukan berimbang yang mempertimbangkan neraca hara. Neraca hara adalah perimbangan jumlah hara yang ditambahkan (input) dengan jumlah hara yang dikeluarkan dari sistem produksi (output). Penelitian bertujuan untuk mempelajari neraca hara N, P, dan K pada pengelolaan hara terpadu lahan sawah bermineral liat campuran dan 1:1 di rumah kaca. Penelitian dilakukan dengan menggunakan contoh tanah bulk yang di ambil pada lahan sawah dari Desa Bakung, Cirebon dan Metro, Lampung Tengah. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, 10 perlakuan dan tiga ulangan. Berat contoh tanah yang digunakan 7,5 kg, dan air yang digunakan untuk menyiran adalah air bebas ion. Perlakuan merupakan kombinasi pupuk anorganik (urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk mikro Cu dan Zn), dolomit dan bahan organik (jerami dan pupuk kandang) dan dolomit. Jerami diberikan dengan dosis 5 t/ha, pupuk kandang dengan dosis 2 dan 10 t/ha. Pupuk urea diberikan dengan dosis 300 kg/ha, pupuk ZA 42 kg/ha, pupuk SP-36 dan KCl adalah 100 dan 80 kg/ha, pupuk Mg dan Ca diberikan dalam bentuk dolomit dengan dosis 20 kg Mg/ha. Pemupukan Zn diberikan dengan cara mencelupkan bibit padi yang siap tanam ke dalam larutan 0,05% ZnSO4 selama lima menit. Pupuk mikro Cu diberikan dalam bentuk CuSO4 dengan dosis 5 kg/ha. Pada tanah bermineral liat 1:1, dosis pupuk SP-36 dan KCl diberikan dengan dosis 100 dan 120 kg/ha. Perhitungan neraca hara dihitung dengan mengurangi jumlah hara yang ditambahkan (input) dengan jumlah hara yang dikeluarkan dari sistem produksi (output). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kation pada tanah bertipe liat campuran lebih tinggi, dan ber pH lebih tinggi, kadar C-organik dan Ntotal sama. Berat gabah kering panen pada tanah bertipe liat campuran juga lebih tinggi, hal ini berarti tanah bertipe liat campuran berpotensi hasil lebih tinggi dibandingkan tanah bertipe liat 1:1. Penambahan jerami 5 t/ha cukup untuk menggantikan dosis pupuk K sesuai status hara tanah pada tanah bertipe liat 1:1, dan tidak dapat menggantikan pada tanah bertipe liat campuran. Pada kedua tanah, penambahan 10 t pupuk kandang/ha tidak dapat meningkatkan berat gabah kering panen dibandingkan perlakuan pemupukan NPK. Neraca hara N pada tanah bertipe liat campuran negatif, hara P dan K positif pada perlakuan 10 t pupuk kandang/ha. Neraca hara N dan P pada tanah bertipe liat 1:1 juga 205
A. Kasno et al.
negatif, hara K positif. Penambahan 5 t jerami/ha dan 10 t pupuk kandang/ha juga dapat membuat neraca hara N dan P positif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua hara yang terkandung dalam bahan organik langsung dapat diserap oleh tanaman. PENDAHULUAN Beras merupakan makanan pokok, sebagian besar masyarakat Indonesia mengatakan belum makan kalau belum makan beras. Kebutuhan beras semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk yang beralih makan beras. Kekurangan beras dapat mempengaruhi keamanan nasional. Peningkatan produksi beras telah ditempuh dengan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Pemupukan dalam program tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara atau neraca hara. Neraca hara adalah perimbangan jumlah unsur hara yang dimasukkan ke dalam sistem produksi (input) dengan jumlah hara yang keluar dari sistem produksi (output). Apabila jumlah hara yang dimasukan lebih rendah daripada hara yang dikeluarkan, berarti kekurangan hara akan dipenuhi hara dari dalam tanah, sehingga akan terjadi pengurasan hara tanah. Dalam jangka panjang akan terjadi pemiskinan hara tanah. Keseimbangan hara akan dicapai jika rekomendasi pemupukan didasarkan pada status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara. Keseimbangan hara K negatif pada lahan sawah daerah Delta Sungai Mekong yang tidak dipupuk K, dan jerami padi sisa hasil panen dibuang ke luar lahan sawah (Nguyen et al., 2006). Membuang jerami dari lahan sawah tanpa disertai pemupukan K semakin memperluas lahan sawah kekurangan K (Dobermann and Fairhurst, 2002). Kehilangan hara melalui sedimen pada lahan berteras saat pengolahan tanah sebesar 0,01-0,03 kg N/ha dan 0,28-0,58 kg K/ha dan terdeposisi di sawah berteras (Sukristiyonubowo, 2007). Pada umumnya pemupukan padi dilakukan hanya dengan pupuk N dan P, sebagian wilayah penggunaan pupuk urea > 500 kg/ha. Pemakaian pupuk anorganik yang tidak terkontrol dapat pula menurunkan produktivitas serta kualitas lingkungan (Adiningsih et al., 1989; Moersidi et al., 1990; Rochayati et al., 1990; Adiningsih, 1992). Penggunaan pupuk N dan P terus-menerus dengan dosis tinggi yang tidak diikuti pengembalian sisa panen mengakibatkan pengurasan hara makro (K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Zn dan Cu).
206
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
Pengembalian jerami padi minimal selama lima tahun dosis pupuk N berkurang 28 kg N/ha, keseimbangan hara K tercapai pada pengembalian jerami selama tiga tahun dan penambahan 60 kg K2O/ha (Byous et al., 2004). Pemberian pupuk kandang sapi dan abu sekam nyata meningkatkan hasil padi pada musim kemarau selama sembilan tahun pada tanah Vertic Endoaquepts di Bangladesh (Saleque et al., 2004). Makalah ini bertujuan untuk menelaah neraca hara tanah pada pengelolaan hara terpadu lahan sawah bermineral liat campuran dan 1:1. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian menggunakan tanah bermineral liat campuran dari Desa Bakung, Cirebon dan tanah bermineral liat 1:1 dari Metro, Lampung Tengah. Contoh tanah dari Desa Bakung bermineral liat campuran antara smektit dan kaolinit, bertekstur liat berdebu, pH H2O (1:5) 5,6, kadar bahan organik 12 g/kg, N-total 1,2 g/kg, kadar P terekstrak 25% HCl 470 mg/kg, K dapat dipertukarkan 0,26 cmolc/kg tanah, dan KTK tanah 27 cmolc/kg. Tanah dari Metro didominasi oleh mineral liat kaolinit dan sedikit kuarsa, bertekstur lempung berliat, kadar bahan organik 12,2 g/kg, N-total 1,5 g/kg, kadar P terekstrak 25% HCl 1.200 mg/kg, K dapat dipertukarkan 0,20 cmolc/kg, dan KTK tanah 10,56 cmolc/kg. Contoh tanah bulk diambil pada kedalaman 0-20 cm, dengan menggunakan cangkul, dimasukkan ke dalam karung karuna yang dilapisi kantong plastik. Contoh tanah bulk dikeringanginkan, ditumbuk, dan disaring dengan saringan berdiameter 2 mm. Kemudian ditimbang 7,5 kg dan dimasukkan ke dalam pot, disiram dengan air bebas ion sampai tergenang, diaduk dan diinkubasi. Penyiraman dilakukan apabila tanah tidak tergenangi dengan menggunakan air bebas ion. Percobaan rumah kaca menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 10 perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan merupakan kombinasi pemupukan anorganik (hara makro, makro sekunder, dan hara mikro) dan bahan organik. Pada tanah bermineral liat campuran, perlakuan merupakan kombinasi pupuk anorganik (urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk mikro Cu dan Zn), dan bahan organik. Sumber bahan organik yang dicoba adalah jerami padi dan pupuk kandang sapi. Perlakuan disusun dengan mengkombinasikan pupuk NPK, dengan pupuk ZA sebagai sumber S, Cu, dan Zn dan bahan organik. Susunan perlakuan adalah (1) NPK, (2) NP + 5 t jerami/ha, (3) NP(-50 kg SP-36)K +2 t pupuk kandang/ha, (4) 10 t pupuk kandang/ha, (5) NPK + 5 t jerami/ha, (6) NPK +
207
A. Kasno et al.
SZA, (7) NPK + SZA + Cu, (8) NPK + SZA + Zn, (9) NPK + SZA + Cu + Zn, dan (10) NP + 5 t jerami/ha + SZA + Cu + Zn. Bahan organik berupa jerami sisa hasil panen diberikan dengan dosis 5 t/ ha dan pupuk kandang dengan dosis 2 dan 10 t/ha. Pada perlakuan 5 t jerami/ha tidak diberi pupuk K. Pupuk urea diberikan dengan dosis 300 kg/ha, pupuk ZA 100 kg/ha, pupuk SP-36 dan KCl adalah 100 dan 80 kg/ha. Pupuk mikro Cu diberikan dalam bentuk CuSO4 dengan dosis 5 kg/ha. Pupuk Zn diberikan dengan cara merendam bibit padi ke dalam larutan 0,05% ZnSO4. Pada tanah bermineral liat 1:1, perlakuan merupakan kombinasi pupuk NPK dengan bahan organik (jerami dan pupuk kandang), Ca dan Mg (dolomit), pupuk mikro Cu dan Zn. Dosis bahan organik, urea, Cu, dan Zn sama dengan dosis yang diberikan pada tanah bermineral liat campuran. Dosis pupuk SP-36 dan KCl ditentukan berdasarkan status hara tanah, yaitu 100 dan 120 kg/ha. Lahan sawah di daerah Lampung memerlukan Ca dan Mg (Widowati et al., 1999), untuk itu pupuk Mg dan Ca diberikan dalam bentuk dolomit dengan dosis 20 kg Mg/ha. Susunan perlakuan adalah (1) NPK, (2) NP + 5 t jerami/ha, (3) NP(50 kg SP-36)K+2 t pupuk kandang/ha, (4) 10 t pupuk kandang/ha, (5) NPK + (Ca+Mg), (6) NPK + (Ca+Mg) + Cu, (7) NPK + (Ca+Mg) + Zn, (8) NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn, (9) NP + 5 t jerami/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn, dan (10) NP(-50 kg SP36)K + 2 t pupuk kandang/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn. Pupuk SP-36 diberikan pada saat tanam, pupuk dolomit, ZA, Zn, dan Cu diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam. Pupuk Zn diberikan dengan cara merendam bibit padi pada larutan 0,05% ZnSO4 sebelum ditanam. Jerami yang telah dipotong-potong (2-3 cm) diberikan dua minggu sebelum tanam atau bersamaan awal inkubasi tanah, pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam. Jerami dan pupuk kandang diberikan dengan cara disebar di permukaan tanah dalam pot, selanjutnya diaduk dengan tanah sampai merata. Pupuk KCl diberikan dua kali, yaitu saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam dan pada saat primordia, masing-masing setengah dosis. Pemupukan dilakukan dengan menimbang bahan organik (jerami dan pupuk kandang), pupuk urea, SP-36, KCl, ZA, dolomit, dan Cu, kemudian masingmasing disebar di atas permukaan tanah dan diaduk. Pengamatan dilakukan terhadap berat jerami dan gabah kering. Jerami padi merupakan bagian tanaman padi di atas permukaan tanah, diambil dengan cara dipangkas menggunakan gunting atau pisau. Dibersihkan dari tanah dengan air, kemudian dioven pada suhu 70oC selama 48 jam, ditimbang dan digiling untuk dianalisis. Gabah kering diambil dengan cara memotong bagian malai,
208
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
merontok gabahnya dengan tangan, dikeringkan di bawah sinar matahari dan ditimbang. Contoh tanah setelah panen, diambil dengan menggunakan bor tanah ukuran kecil pada tiga tempat. Tanah dikeringanginkan, dihaluskan dan dianalisis di laboratorium. Tanah setelah panen dianalisis C-organik, N-total, P-Bray dan Ca-dd, contoh tanaman dianalisis hara N, P, dan K (HNO3 + HClO4). Analisis data ditujukan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan hara terhadap hasil tanaman yang dianalisis dengan program SPSS ver. 12, dan nilai rata-rata diuji dengan metode DMRT dengan tingkat ketelitian 5%. Perhitungan neraca hara dilakukan dengan cara mengurangi input hara ke dalam tanah dan output hara dari tanah. Hara dikatakan seimbang apabila selisih input dan output mendekati nol. Input hara terdiri atas pupuk anorganik, jerami, dan pupuk kandang. Air yang digunakan adalah air bebas ion. Output hara terdiri atas hara yang terangkut jerami, dan gabah. Neraca hara dihitung berdasarkan selisih antara input dengan output (Dierolf et al., 2000) sebagai berikut: Neraca hara = Input-Output, Input = pupuk, jerami, pupuk kandang, Output = jerami dan gabah. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemupukan terhadap hasil padi Hasil tanaman padi pada tanah bertipe liat campuran Penambahan jerami tanpa pemupukan K cenderung meningkatkan berat jerami kering dibandingkan pemupukan NPK (Tabel 1). Penambahan 5 t jerami/ ha pada pemupukan NPK justru nyata menurunkan berat jerami kering. Hal ini mungkin pemberian pupuk K dari pupuk anorganik dan jerami menyebabkan ketidak seimbangan hara dalam tanah. Pemupukan NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha, dan 10 t pukan/ha tidak berpengaruh terhadap peningkatan berat jerami kering. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada Typic Epiaquepts di Bantul yang melaporkan bahwa hasil padi pada perlakuan penggunaan 10 t pupuk kandang/ha dalam SRI (6,35-6,96 t/ha) lebih rendah dibanding hasil pada PTT (7,57-8,10 t/ha) (Riyanto et al., 2007). Demikian juga penambahan 5 t jerami/ha, pemupukan ZA, pupuk mikro Cu dan Zn serta kombinasinya tidak berpengaruh terhadap berat jerami kering. Berat gabah kering panen pada pemupukan NPK lebih tinggi dan nyata dibandingkan dengan NP + 5 t jerami/ha, NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha dan 10 t pukan/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bahan organik pada
209
A. Kasno et al.
musim pertama belum dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hasil penelitian Adiningsih (1984) menujukkan bahwa penambahan 5 t jerami/ha/ musim selama empat musim tanam pada tanah kahat K dapat memperbaiki sifat kimia (C-organik, N, P, K, Mg, KTK, dan Si) dan sifat fisika tanah (stabilitas agregat). Penambahan hara S, Cu, dan Zn atau kombinasinya cenderung menurunkan berat gabah kering panen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keseimbangan hara tercapai dengan hanya pemupukan NPK, namun karena kadar C-organik tanah rendah maka penambahan bahan organik perlu tetap dipertimbangkan untuk digunakan. Tabel 1. Pengaruh pemupukan terhadap berat jerami dan gabah kering padi hibrida varietas PP1 pada tanah dengan tipe liat campuran di rumah kaca, MK 2008 Perlakuan NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K+ 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + 5 t jerami/ha NPK + SZA NPK + SZA + Cu NPK + SZA + Zn NPK + SZA + Cu + Zn NP + 5 t jerami/ha + SZA + Cu + Zn KK (%)
Berat jerami kering
Berat gabah kering panen
…….................... g/pot ……................... 35,74 ab 82,75 a 36,68 a 74,39 cd 33,47 abc 76,19 bc 28,81 bc 57,84 e 26,74 c 69,99 d 31,13 abc 74,00 cd 32,94 abc 75,01 bcd 32,32 abc 79,11 abc 31,69 abc 75,55 bcd 34,37 ab 80,67 ab 11,8
4,3
Keterangan : Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Hasil tanaman padi pada tanah bertipe liat 1:1 Berat jerami kering pada penambahan 10 t pupuk kandang/ha sama dengan pada pemupukan NPK, namun tidak berpengaruh terhadap berat gabah kering panen (Tabel 2). Hal ini berarti penambahan bahan organik yang tinggi hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Perlakuan jerami tanpa pupuk K (NP + 5 t jerami/ha) dan pupuk kandang dengan mengurangi 50 kg SP-36/ha (NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha) cenderung menurunkan berat jerami kering dibandingkan pemupukan NPK. Hal
210
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
ini berarti pemberian 5 jerami/ha belum dapat mensuplai hara K yang dibutuhkan tanaman, dengan demikian pemberian 2 t pupuk kandang/ha belum dapat mensuplai hara P setara 50 kg SP-36/ha. Penambahan pupuk Ca + Mg nyata menurunkan berat jerami kering, sedang penambahan pupuk mikro Cu dan Zn tidak berpengaruh terhadap berat jerami kering. Berat gabah kering panen pada penambahan 10 t pupuk kandang/ha tanpa pupuk anorganik justru lebih rendah dibandingkan dengan pemupukan NPK. Hal ini memberi gambaran bahwa penambahan bahan organik tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan berat gabah kering panen. Demikian juga penambahan bahan organik berupa jerami belum mampu menggantikan hara K dan penambahan 2 t pupuk kandang/ha tidak mampu menggantikan 50 kg SP36/ha. Penambahan pupuk Ca + Mg tidak dapat meningkatkan berat gabah kering panen, penambahan hara mikro Cu dan Zn tidak dapat meningkatkan berat gabah kering panen. Tabel 2. Pengaruh pemupukan terhadap berat jerami dan gabah kering padi hibrida varietas PP1 pada tanah dengan tipe liat 1:1 di rumah kaca, MK 2008 Perlakuan
Berat jerami
Berat gabah kering panen
NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K+ 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca + Mg) NPK + (Ca + Mg) + Cu NPK + (Ca + Mg) + Zn NPK + (Ca + Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca + Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha + (Ca + Mg) + Cu + Zn
............. g/pot ............. 24,28 a 50,82 a 21,62 abc 46,73 abc 22,33 ab 48,86 ab 22,86 a 34,33 f 17,90 cde 40,62 de 17,22 de 40,75 de 16,38 e 39,81 e 21,05 a-d 45,31 bcd 18,56 b-e 43,14 cde 21,30 abc 48,34 abc
KK (%)
10,2
6,4
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf pengujian DRMT 5%
211
A. Kasno et al.
Pengaruh pengelolaan hara terhadap hara tanah Pemberian 5 t jerami/ha sisa hasil panen tanpa pemupukan K cenderung menurunkan kadar C-organik. Penambahan 2 t pupuk kandang/ha pada musim pertama belum berpengaruh terhadap C-organik tanah, sedangkan penambahan 10 t pupuk kandang/ha cenderung meningkatkan C-organik tanah. Pemupukan dolomit cenderung menurunkan C-organik tanah, hal ini mungkin penambahan dolomit dapat meningkatkan pH tanah yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas mikroba perombak bahan organik. Penambahan bahan organik (jerami dan pupuk kandang), pupuk dolomit, pupuk mikro Cu dan Zn, dan kombinasinya tidak dapat meningkatkan N-total dan Ca dapat dipertukarkan. Penambahan 10 t pupuk kandang/ha cenderung meningkatkan kadar P terekstrak Bray-1, hal ini mungkin dekomposisi pupuk kandang mengeluarkan asam organik yang mampu melepaskan hara P yang diikat oleh Fe dan tersedia bagi tanaman. Selain pupuk kandang juga mengandung hara P. Penambahan pupuk mikro Cu dapat meningkatkan hara P terekstrak Bray-1. Tabel 3. Pengaruh pemupukan terhadap hara C-organik, N, P, dan Ca tanah pada tanah dengan tipe liat campuran di rumah kaca, MK 2008 Perlakuan NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca+Mg) NPK + (Ca+Mg) + Cu NPK + (Ca+Mg) + Zn NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn KK (%)
C-org
N-total
...........%......... 1,23 ab 0,11 1,21 b 0,11 1,32 ab 0,12 1,39 a 0,12 1,20 b 0,12 1,34 ab 0,12 1,23 ab 0,12 1,30 ab 0,13 1,25 ab 0,11 1,34 ab 0,12 6,8
9,1
P-Bray1
Ca-dd
mg/kg 9,5 bc 9,0 c 8,8 c 10,6 abc 9,3 c 11,9 a 11,0 abc 12,0 a 11,7 ab 12,4 a
cmol/kg 19,8 19,5 19,6 19,8 20,1 20,7 19,2 21,2 19,5 20,2
11,9
7,9
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf pengujian DRMT 5%
Penambahan 5 t jerami dan 10 t pupuk kandang/ha dapat meningkatkan kadar C-organik dalam tanah, namun masih sangat rendah. Pemupukan dolomit, hara mikro, dan pemberian 5 t jerami, 2 dan 10 t pupuk kandang/ha tidak dapat meningkatkan hara N tanah. Pemupukan dolomit, pemberian 5 t jerami, 2 dan 10 t pupuk kandang/ha dapat meningkatkan kadar P tersedia dan Ca dapat dipertukarkan. 212
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
Tabel 4. Pengaruh pemupukan terhadap hara N, P, dan K tanah pada tanah dengan tipe liat 1:1 di rumah kaca, MK 2008 Perlakuan NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K+ 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca+Mg) NPK + (Ca+Mg) + Cu NPK + (Ca+Mg) + Zn NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha + (Ca + Mg) + Cu + Zn KK (%)
C-org
N-total
........... % ........... 1,11 abc 0,09 1,16 a 0,09 1,09 abc 0,08 1,16 a 0,09 1,06 abc 0,08 1,04 bc 0,08 1,00 c 0,08 1,09 abc 0,09 1,14 ab 0,09 1,18 a 0,10 5,6
8,7
P-Bray1
Ca-dd
mg/kg 15,9 c 20,4 ab 20,6 ab 19,8 ab 19,5 ab 22,9 a 21,9 a 23,1 a 18,1 bc 21,6 ab
cmol/kg 4,86 ef 5,37 bcd 4,79 f 5,68 abc 5,21 de 5,34 cd 5,38 bcd 5,49 a-d 5,87 a 5,77 ab
9,2
4,1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf pengujian DRMT 5%
Pengaruh pengelolaan hara terhadap neraca hara N, P, dan K Hasil penelitian TA. 2007 (Balittanah, 2007) menunjukkan bahwa kadar N, P2O5, dan K2O dalam pupuk kandang adalah 074; 1,12 dan 1,79%, dan dalam jerami 1,12; 0,38 dan 2,62%. Menurut Pillai (2005) jumlah hara terangkut panen dalam jerami adalah 7,6 kg N; 1,1 kg P2O5; dan 28,4 kg K2O/t jerami, dalam gabah 14,6 kg N; 6,0 kg P2O5; dan 3,2 kg K2O/t gabah. Penambahan pupuk kandang 10 t/ha dapat meningkatkan hara P dan K yang ditambahkan ke dalam tanah dan neraca hara P dan K menjadi positif. Dalam kata lain penambahan 10 t pupuk kandang/ha sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman padi. Namun penambahan pupuk kandang 10 t/ha tidak dapat meningkatkan berat gabah kering panen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai sebagian besar hara hasil pelapukan belum dapat digunakan oleh tanaman padi musim pertama.
213
A. Kasno et al.
Tabel 5. Neraca hara N, P2O5, dan K2O pada pengelolaan hara lahan sawah bertipe liat campuran di rumah kaca Perlakuan
N ditambah
Output Jerami
Gabah
Neraca hara
Neraca hara N NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + 5 t jerami/ha NPK + SZA NPK + SZA + Cu NPK + SZA + Zn NPK + SZA + Cu + Zn NP + 5 t jerami/ha + SZA + Cu + Zn
………................. N g/pot ………................. 0,506 0,112 0,967 -0,573 0,703 0,138 0,869 -0,304 0,558 0,110 0,890 -0,442 0,259 0,081 0,676 -0,498 0,703 0,079 0,817 -0,193 0,540 0,097 0,864 -0,421 0,540 0,113 0,876 -0,449 0,540 0,103 0,924 -0,487 0,540 0,101 0,882 -0,443 0,736 0,096 0,942 -0,302
Neraca hara P2O5 NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + 5 t jerami/ha NPK + SZA NPK + SZA + Cu NPK + SZA + Zn NPK + SZA + Cu + Zn NP + 5 t jerami/ha + SZA + Cu + Zn
………................. P2O5 g/pot ………................. 0,135 0,017 0,397 -0,279 0,202 0,023 0,357 -0,178 0,146 0,016 0,366 -0,236 0,391 0,018 0,278 0,095 0,202 0,017 0,336 -0,151 0,135 0,017 0,355 -0,237 0,135 0,018 0,360 -0,243 0,135 0,021 0,380 -0,266 0,135 0,015 0,363 -0,243 0,202 0,019 0,387 -0,204
Neraca hara K2O NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + 5 t jerami/ha NPK + SZA NPK + SZA + Cu NPK + SZA + Zn NPK + SZA + Cu + Zn NP + 5 t jerami/ha + SZA + Cu + Zn
………................. K2O g/pot ………................. 0,180 0,503 0,212 -0,535 0,460 0,508 0,190 -0,238 0,305 0,519 0,195 -0,409 0,626 0,422 0,148 0,056 0,640 0,398 0,179 0,063 0,180 0,418 0,189 -0,427 0,180 0,480 0,192 -0,492 0,180 0,473 0,203 -0,496 0,180 0,444 0,193 -0,457 0,460 0,451 0,207 -0,198
214
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
Tabel 6. Neraca hara N, P2O5, dan K2O pada pengelolaan hara lahan sawah bertipe liat 1:1 di rumah kaca Perlakuan
N ditambah
Output Jerami
Gabah
Neraca hara
Neraca hara N NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca+Mg) NPK + (Ca+Mg) + Cu NPK + (Ca+Mg) + Zn NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K+ 2 t pukan/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn
…….................. N g/pot …….................. 0,506 0,109 0,594 -0,197 0,703 0,090 0,546 0,067 0,558 0,096 0,571 -0,109 0,259 0,113 0,401 -0,255 0,506 0,087 0,474 -0,055 0,506 0,069 0,476 -0,039 0,506 0,077 0,465 -0,036 0,506 0,098 0,529 -0,121 0,703 0,091 0,504 0,108 0,703 0,087 0,565 0,051
Neraca hara P2O5 NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca+Mg) NPK + (Ca+Mg) + Cu NPK + (Ca+Mg) + Zn NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn
…….................. P2O5 g/pot …….................. 0,135 0,017 0,244 -0,126 0,202 0,017 0,224 -0,039 0,146 0,014 0,235 -0,103 0,391 0,020 0,165 0,206 0,135 0,014 0,195 -0,074 0,135 0,014 0,196 -0,075 0,135 0,016 0,191 -0,072 0,135 0,017 0,217 -0,099 0,202 0,016 0,207 -0,021 0,134 0,015 0,232 -0,113
Neraca hara K2O NPK NP + 5 t jerami/ha NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha 10 t pukan/ha NPK + (Ca+Mg) NPK + (Ca+Mg) + Cu NPK + (Ca+Mg) + Zn NPK + (Ca+Mg) + Cu + Zn NP + 5 t jer./ha + (Ca + Mg) + Cu + Zn NP(-50 kg SP-36)K + 2 t pukan/ha + (Ca+Mg) + Cu + Zn
…….................. K2O g/pot …….................. 0,270 0,157 0,130 -0,017 0,460 0,185 0,120 0,155 0,395 0,161 0,125 0,109 0,626 0,212 0,088 0,326 0,270 0,083 0,104 0,083 0,270 0,076 0,104 0,090 0,270 0,081 0,102 0,087 0,270 0,101 0,116 0,053 0,460 0,151 0,110 0,199 0,730 0,126 0,124 0,480
215
A. Kasno et al.
KESIMPULAN Lahan sawah bermineral liat campuran 2:1 dan 1:1 untuk padi berpotensi hasil tinggi : 1. Pemberian 5 t jerami/ha tidak dapat menggantikan hara K dari pupuk anorganik, pemberian 2 t pupuk kandang tidak dapat memenuhi kebutuhan pupuk 50 kg pupuk SP-36. 2. Berat gabah kering panen pada pemupukan NPK berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan hara tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. 3. Pemberian 10 t pupuk kandang/ha, dapat meningkatkan C-organik tanah, meningkatkan jumlah hara yang ditambahkan, namun tidak meningkatkan berat gabah kering panen. Berarti hara yang ditambahkan dari pupuk kandang tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi. 4. Neraca hara N, P, dan K negatif, namun penambahan jerami pada pemupukan NPK dan penambahan 10 t pupuk kandang/ha menjadi positif. Lahan sawah bermineral liat dominan 1:1 untuk padi berpotensi hasil tinggi : 1. Pemberian 5 t jerami/ha tidak dapat menggantikan hara K dari pupuk anorganik, pemberian 2 t pupuk kandang tidak dapat memenuhi kebutuhan pupuk 50 kg pupuk SP-36. 2. Berat gabah kering panen pada pemupukan NPK berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan hara tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. 3. Pemberian 10 t pupuk kandang/ha tidak meningkatkan berat gabah kering panen, dapat meningkatkan C-organik tanah, meningkatkan jumlah hara yang ditambahkan. Berarti hara yang ditambahkan dari pupuk kandang tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi. 4. Neraca hara N dan P negatif, pada penambahan bahan organik (jerami dan pupuk kandang), pupuk dolomit menyebabkan neraca hara K positif.
DAFTAR PUSTAKA Byous, E.W., G.E. Jones, W.R. Horwath, and Chris van Kessel. 2004. Nutrient requirement of rice with alternative straw management. Better Crops 88(3):6-7, 11. Dierolf, T., T. Fairhurst, and E. Mutert. 2000. Soil fertility kit. (First. Ed.). A Toolkit for Acid Upland Soil Fertility Management in Southeasth Asia. Photas & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
216
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
Dobermann, A. and T.H. Fairhurst. 2002. Rice straw management. Better Crop International 16:7-9. Special Suplement, May 2002. Moersidi, S., J. Prawirasumantri, W. Hartatik, A. Pramudia, dan M. Sudjadi. 1990. Evaluasi kedua keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua 12-13 November 1990. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Nguyen, M.H., H.B. Janssen, O. Oenema, and A. Dobermann. 2006. Potassium budgets in rice cropping system with annual flooding in the Mekong River Delta. Better Crops 90(3):25-29. Riyanto, D., R. Mahening, dan M. Suhardjo. 2007. Pengkajian komparatif SRI dan PTT padi pada tanah aluvial dengan status hara fosfat tinggi di Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta. Hlm 43-50. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Lingkungan Pertanian. Buku II. Bogor, 7-8 November 2007. BBSDLP. Saleque, M.A., M.J. Abedin, N.I. Bhuiyan, S.K. Zaaman, and G.M. Panaullah. 2004. Long-term effects of inorganic and organic fertilizer sources on yield and nutrient accumulation of lowland rice. Field Crops Research 86:53-65. Adiningsih, J.S. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Adiningsih, J.S., S. Moersidi, M. Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1989. Evaluasi keperluan Fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Hlm 63-89. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah. Adiningsih, J.S. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor pada Fakultas Pasca Sarjana IPB. BPS. 2002 dan 2003. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Rochayati, S., Mulyadi, dan J.S. Adiningsih. 1990. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Sukristiyonubowo. 2007. Sedimen dan unsur hara yang terangkut saat pengolahan tanah pada sawah berteras. Hlm 253-272. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Lingkungan Pertanian. Buku II. Bogor, 7-8 November 2007. BBSDLP.
217
A. Kasno et al.
TANYA JAWAB Pertanyaan (Subowo, Balittanah) : Agar data analisis ini lebih operasonal perlu kiranya dalam memonitor diasumsikan neraca hara perlu dilakukan antara kondisi hara di dalam tanah dengan fisiologi tanaman. Dengan pendekatan ini kira-kira dapat mengetahui secara persis momen dimana inefisiensi hara terjadi dan perlu tindakan mengatasinya sehingga efisiensi hara tercapai. Jawaban : Fisiologi tanaman merupakan dasar dari perkembangan tanaman termasuk perkembangan kebutuhan hara yang semakin meningkat. Pemupukan tanaman padi sudah dilakukan pada saat dimana tanaman padi membutuhkan hara serta disesuaikan dengan sifat pupuk yang diberikan. Dalam penelitian ini pupuk P diberikan bersamaan tanam, pupuk N dan K diberikan dua kali, yaitu pada umur 7 dan 30 hari setelah tanam. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hara pada saat tanaman membutuhkan, pemupukan pada umur 7 hari untuk mendukung pembentukan anakan, pada umur 30 hari untuk pembentukan malai dan pembuahan. Pertanyaan (L.R. Widowati, Balittanah) : Penelitian neraca hara di rumah kaca sangat simplifikasi karena faktor lain diabaikan yang sangat penting seperti sumbangan dari mineralisasi N, P, K. Jawaban : Hasil penelitian rumah kaca dapat dijadikan informasi awal sebagai dasar melaksanaan penelitian di lapangan. Memang sangat simplifikasi, mengabaikan peranan air pengairan. Padahal air pengairan sangat penting terutama dalam penyediaan hara K. Pertanyaan (Sukristiyonubowo, Balittanah) : Minimal scale untuk evaluasi neraca hara, yaitu plot scale kalau kita melakukan pada percobaan, terus bagaimana ?, padahal filosofi dari nutrient balance adalah untuk memvalidasi rekomendasi pemupukan dengan memperhatikan input dari lingkungan.
218
Neraca Hara N, P, dan K pada Pengelolaan Hara Terpadu Lahan Sawah
Jawaban : Hasil penelitian rumah kaca digunakan sebagai informasi awal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui apa yang akan dipelajari penelitian di lapangan. Pertanyaan (Husnain, Balittanah) : 1. Jerami yang ditambahkan masih segar ? 2. Bagaimana menyimpulkan penelitian neraca hara di rumah kaca misal positif sekian g/pot? Atau negatif sekian g/pot ? Jawaban : 1. Jerami padi yang digunakan dalam penelitian ini yang sudah dikomposkan. 2. Kesimpulan neraca hara justru lebih bisa dihitung karena air yang digunakan air bebas ion, tidak terjadi pencucian, jadi hara masih tetap di dalam pot, kecuali terjadi penguapan. Air diberikan hanya bila perlu. Beda dengan di lapang, air limpas tidak diukur, pencucian tidak diperhitungkan, aliran lateral yang juga membawa hara juga tidak diperhitungkan.
219