SKIRPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUNG TEMPEL KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
Oleh AGUNG RAMADAN 11 02 153
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKIRPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUNG TEMPEL KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
Skripsi ini di ajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh AGUNG RAMADAN 11 02 153
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUNG TEMPEL KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Sabtu, 22 Agustus 2015
Ketua Penguji
: Ns. Jek Amidos, M.Kes, Sp.KepJ
(
)
Anggota
: Jenny Purba, SKp, MNS
(
)
Ns. Johansen Hutajulu, M.Kep
(
)
Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep
(
)
Disetujui Fakultas Keperawatan & Kebidanan Dekan
Medan, 22 Agustus 2015 Program Studi Ilmu Keperawatan Ketua
(Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB)
(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS)
i
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Agustus 2014 Agung Ramadan Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. xiii + 36 hal + 9 tabel + 1 Skema + 11 lampiran
Pola asuh orang tua merupakan sikap dan perilaku orang tua kepada anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola asuh dapat bekerja sangat baik ketika diterapkan pada anak secara individu dan dalam situasi yang spesifik sehingga dapat terbina hubungan yang baik antar remaja dan orang tua (Sipahutar, 2010). Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan menggunakan Cross-Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak remaja berusia 10-19 Tahun di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 sebanyak 197 orang dengan teknik pengambilan sampel random sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Hasil penelitian inimenggunakan uji chi-square, sehingga dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja (ρ=0,000), ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku menyimpang anak (ρ=0,025), ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan perilaku menyimpang anak (ρ=0,000). Diharapkan kepada orang tua untuk selalu memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, arahan dan pengawasan kepada anak remajanya supaya terhindar dari perilaku menyimpang. Kata kunci Daftar pustaka
: Pola Asuh Orangtua, Perilaku Menyimpang, Anak Remaja. : 29 (2006-2014)
iii
STUDY PROGRAM NERS FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, Augustus 2015 Agung Ramadan Parenting Parents With Deviant Behavior Of Teenagers In The District Environment Kampung Tempel Perbaungan Serdang Bedagai Year 2015 Xiii + 36 pages + 9 tables + 1 schemes + 11 attachments
ABSTRACT nting parents are the attitudes and behavior of parents to children to interact, communicate during the conduct of parenting activities. Parenting can work very well when applied to children individually and in a specific situation that can be built up a good relationship between adolescents and parents (Sipahutar, 2010). The purpose of this research is to know the relationship parenting parents with deviant behavior of teenagers in the District Environment Kampung Tempel Perbaungan Serdang Bedagai year 2015. This study used a descriptive correlation design using Cross-Sectional. The population in this study were all 10-19 year olds in the District Environmental Tempel Perbaungan Kampung Serdang Bedagai 2015 as many as 197 people with sampling random sampling techniques, to obtain the number of samples in this study as many as 50 people. Results of research inimenggunakan chi-square test, so it can be concluded bahwaada significant relationship between the authoritarian parenting with deviant behavior children (ρ = 0.000), there was a significant relationship between parenting democratic with deviant behavior of children (ρ = 0.025), there is a relationship Significant between permissive parenting children with deviant behavior (ρ = 0,000. It is expected to parents to always pay attention, affection, guidance, direction and supervision of their teenage children in order to avoid deviant behavior.
Keywords References
: Parenting Parents, Deviant Behavior, Teenagers. : 29 (2006-2014)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
Penyelesaian proposal penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015. Selama proses penyusunan proposal penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan proposal penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/ibu: 1.
Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5.
Ns. Jek Amidos, M.Kes, Sp.KepJ, selaku Ketua penguji yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
6.
Jenny Purba, SKp, MNS, selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
7.
Ns. Johansen Hutajulu, M.Kep selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
v
8.
Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, selaku Penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
9.
Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
10. Keluarga peneliti terutama kedua orang tua penulis tercinta yang telah memberikan dukungan doa, semangat, material maupun moril. 11. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan proposal penelitian ini.
Medan,
Juni 2015 peneliti
Agung Ramadan
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................... LEMBAR PERNYATAAN .. ................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ ABSTRAK ................................................................................................ ABSTRACT ............................................................................................... KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR SKEMA .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan Penelitian................................................................... 1. TujuanUmum .................................................................... 2. TujuanKhusus ................................................................... D. Manfaat Penelitian.................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Perilaku .................................................................... 1. Definisi Perilaku ............................................................... 2. Bentuk-Bentuk Perilaku ................................................... B. Pola asuh Orang Tua ............................................................. 1. Definisi Pola Asuh ............................................................ 2. Jenis-Jenis Pola Asuh ........................................................ 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ................................................................ 4. Karakteristik Anak ............................................................ C. Konsep Remaja ..................................................................... 1. Definisi ............................................................................. 2. Batasan Usia Remaja ........................................................ 3. Perkembangan Remaja ..................................................... D. Hubungan Polas Asuh Orang Tua dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja .................................................. E. Kerangka Konsep ................................................................. F. Hipotesis ............................................................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................... B. Populasi dan Sampel .............................................................
vii
i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii
1 4 4 4 4 5
6 6 6 7 7 7 8 10 11 11 12 12 14 15 15
16 16
C. D. E. F. G.
H. I.
1. Populasi ............................................................................ 2. Sampel .............................................................................. Lokasi Penelitian ................................................................... Waktu Penelitian ................................................................... Definisi Opersional ............................................................... Aspek Pengukuran ................................................................. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data................................... 1. Alat Pengumpulan Data .................................................... 2. Prosedur Pengumpulan Data ............................................. Etika Penelitian ..................................................................... Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................... 1. Pengolahan Data ................................................................ 2. Analisa Data ......................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian . ................................................................... 1. Gambaran Umum Lingkungan Kampung Tempel. .......... 2. Karakter Responden. ........................................................ 3. Analisa Univariat. ............................................................. 4. Analisa Bivaria. ................................................................ B. Pembahasan. .......................................................................... 1. Interprestasi dan Diskusi Hasil. ........................................ 2. Keterbatasan Peneliti . ...................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran . .................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
viii
16 16 16 17 17 18 19 19 19 19 20 20 21
24 24 24 25
DAFTAR SKEMA Halaman Skema 2.1. Kerangka Konsep ..................................................................
ix
15
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................
x
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Pendidikan Universitas Mutiara Indonesia
Lampiran 5
: Surat Balasan Memperoleh Data Dasar Dari Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan
Lampiran 6
: Lembar Konsul
xi
Sari
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi, dimana pada masa-masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan emosi maupun jiwa. Pada masa transisi ini remaja juga sedang mencari jati diri nya sebagai seorang remaja. Masa remaja dikenal juga sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan hanya kesukaran individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan seringkali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan proses dari kanak-kanak menjadi dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosi dan sosial (Aini, 2010).
Kenakalan remaja hampir ditemukan setiap hari di media-media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Data di Jakarta tahun 2002 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 2004 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 2005 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 2008 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas (DepSos, 2010).
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, 2001). Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30% dari 40150.000 dan 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Dep.Sos, 2010).
2
Perilaku menyimpang banyak dilakukan anak usia remaja sampai dengan umur menjelang dewasa. Tindakan merampok, membegal dilakukan orang-orang mudaberusia 17-30 tahun. Selanjutnya mayorita sanak-anak remaja yang terpidana dan dihukum itu disebabkan nafsu serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan mencopet, menjambret, menipu, merampok dan lain-lain. Menurut catatan kepolisian, pada umumnya anak laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang-gang diperkirakan 50 kali lipat dari pada anak gang perempuan, sebab anak perempuan pada umumnya lebih banyak jatuh kelimbah pelacuran, promikuitas (bergaul bebas dan seks bebas dengan banyak pria) dan menderita gangguan mental, serta perbuatan minggat dari rumah atau keluarganya (BKKBN, 2011).
Orang tua mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Maka keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Sebab pendidikan itu pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak bisa menjadi mandiri, penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak (Kartono, 2012).
Pola asuh orang tua sebagai gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua kepada anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola asuh dapat bekerja sangat baik ketika diterapkan pada anak secara individu dan dalam situasi yang spesifik sehingga dapat terbina hubungan yang baik antar remaja dan orang tua (Sipahutar, 2010). Pola asuh bersifat otoriter, demokratis dan permisif. Pola asuh otoriter adalah gaya yang membatasi dan menguhukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang
3
mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pola asuh permisif adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak (Santrock, 2010).
Menurut penelitian Panjaitan (2012) yang berjudul hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMA Negeri 15 Medan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan. Penelitian lain juga yang dilakukan oleh Murtiyani (2011) tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo, menunjukan ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,668 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 28 Maret 2015 di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Kampung Tempel didapatkan jumlah remaja dari Kepala Lingkungan Kampung Tempel sebanyak 197 orang. Lingkungan kampung tempel ini lingkungan yang kurang baik bagi anak remaja, karena anak remaja dilingkungan itu mudah terpengaruh dengan lingkungannya sendiri. Penduduk dilingkungan kampung tempel ini kebanyakan pekerjaannya seorang pedagang, sehingga orang tua sibuk dengan pekerjaannya dan anak remaja di desa itu kurang mendapatkan pola asuh dari orang tuanya yang baik. Sehingga anak remaja dikampung tempel ini cenderung berperilaku kurang baik, pada remaja yang masih sekolah sudah merokok dan remaja dikampung itu sering tawuran. Dari hal tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada “hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
b. Mengetahui hubungan pola asuh demokratis dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
c. Mengetahui hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Pada hasil penelitian ini remaja dapat berperilaku baik dan dapat menerima pola asuh yang tepat dari orangtua.
5
2. Bagi Orang Tua Sebagai masukan dalam penerapan pola asuh terhadap anak remaja sehingga dapat diterapkan dalam memberikan pola asuh dan meminimalisir terjadinya perilaku yang buruk pada remaja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pola asuh orang tua terhadap perilaku remaja dalam bentuk metode penelitian lainnya.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2011).
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive domain), domain afektif (affective domain) dan domain psikomotor (psychomotor domain), meskipun domain tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas (Notoatmodjo, 2011). Menurut Sekarningsih (2009), perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu: a. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan. b. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya. c. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol. d. Gaya hidup yang lain dari yang lain.
7
B. Pola Asuh Orang Tua 1. Definisi Pola Asuh Orang Tua Pola asuh adalah pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya yang memiliki pengaruh terhadap kepribadian anak. Pengertian pola asuh dalam penelitian ini diartikan sebagai sikap, prilaku atau tindakan tertentu yang berkenaan dengan orang tua, dalam mendidik anak-anaknya (Marini, 2012).
Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang
terbuka, fleksibel, penuh inisiatif dan produktif, suka akan
tantangan dan percaya diri (Rachmawati, 2011).
2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua a. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satua arah. Orang tua tipe ini akan memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh otoriter akan meghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menantang, suka melanggar norma, berkepribaian lemah, cemas dan menarik diri (Indriani, 2010).
b. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis adalah jenis pola asuh yang mana orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk berkreasi dan mengeksoplorasi berbagai hal, tentu dengan batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Pola asuh ini
8
dianggap sesuai dan baik untuk diterapkan oleh orang tua. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat (Yusak, 2012).
c. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola asuh yang mana orang tua bersikap cuek terhadap anak. Pola ini dapat disebut juga sebagai pola “pembiaran”. Karena dalam pola ini orang tua membiarkan apapun yang dilakukan oleh anaknya. Misalnya tidak mau sekolah, tidak pulang ke rumah atau pulang sesuka hati, memiliki pergaulan bebas dan negatif dan sebagainya. Penyebab dari jenis pola asuh ini adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau urusan lainnya sehingga tidak memiliki waktu untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik. Anak-anak hanya diberi materi atau harta, terserah anak mau tumbuh dan berkembang seperti apa. Bila orang tua menerapkan jenis pola asuh ini, maka anak akan merasa tidak berarti, rendah diri, liar dan nakal (Yusak,2012).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang tua Pola asuh yang diberikan orang tua pada anak dapat berbeda-beda dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal, misalnya latar belakang keluarga orang tua, usia orang tua, jenis kelamin orang tua dan anak, pendidikan dan wawasan orang tua, karakter anak dan konsep peranan orang tua dalam keluarga. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal, misalnya tradisi yang berlaku dalam lingkungan, sosial ekonomi lingkungan dan semua hal yang berasal dari luar keluarga tersebut yang bisa mempengaruhi orang tua dalam menerapkan pola asuhnya (Hajrah, 2013). a. Usia Orang Tua Usia merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mengenai perilaku yang sesuai untuk mendidik anak. Anak-anak dengan orang tua usia
9
muda akan mendapatkan pengawasan yang lebih longgar karena dalam diri orang tua usia muda cenderung memiliki sifat toleransi yang tinggi dan memaklumi terhadap anak. Usia ibu muda juga dapat mempengaruhi sumber daya yang tersedia untuk anak.
b. Jenis kelamin Perbedaan gender diantara orang tua akan ikut berpengaruh dalam cara mereka mengasuh anak, hal ini mungkin disebabkan karena realisasi perbedaan dalam bagaimana mereka berpikir dan berperilaku. Diantara ayah dan ibu, keduanya memiliki keinginan untuk melakukan apa yang menurut mereka benar untuk memaksimalkan potensi anak-anak mereka. Misalnya seorang ibu ingin putrinya menjadi lebih tegas dan mahir dalam bersosialisasi dan seorang ayah ingin anaknya menjadi, lebih fleksibel, tumbuh dengan tegas dan berkepribadian kuat. c. Pendidikan dan wawasan Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif terhdap orang lain dan masyarakat. d. Kondisi sosial ekonomi Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anak. Untuk anakanak yang hidup dalam kemiskinan, watak yang terbentuk akan lebih keras karena faktor-faktor lain dalam lingkungan sosial anak di samping orang tua telah ditemukan memiliki dampak pada perkembangan anak.
10
e. Kondisi psikologi Psikologis orang tua juga mempengaruhi cara orang tua dalam mengasuh anak, orang tua yang rentan terhadap emosi negatif, baik itu depresi, lekas marah, cenderung berperilaku kurang peka dan lebih keras dari Orang tua lainnya.
Karakteristik kepribadian orang tua
juga
berperan dalam
mempengaruhi emosi yang mereka alami, kognitif dan atribusi yang berdampak pada perkembangan kepribadian anak.
f. Budaya Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh pada anaknya.
4. Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis Pola Asuh Orang Tua Menurut Hajrah (2013), mengelompokkan karakteristik anak berdasarkan jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu: a. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, mudah curiga pada orang lain dan mudah stress. Selain itu, orang tua seperti ini juga akan membuat anak tidak percaya diri, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan seringkali menarik diri dari lingkungan sosialnya, bersikap menunggu dan tak dapat merencakan sesuatu dengan baik. b. Pola Asuh Demokratif Literatur yang ada telah mendokumentasikan bahwa pola asuh demokratif secara signifikan terkait dengan hasil perkembangan yang positif antara anakanak. Baumrind dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik
11
asuhan orang tua yang demokratif akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.Pola asuh demokratif ini juga dapat membuat anak mudah berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh, dan berorientasi pada prestasi. c. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, merasa berkuasa dan kurang mampu mengontrol diri. Karakter anak dengan pola asuh orang tua demikian menjadikan anak impulsif, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Dalam referensi lain disebutkan bahwa anak yang diasuh orang tuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain dan agresif. C. Konsep Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga, dan menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian. Pendapat lain mengatakan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan penting baik fisik maupun psikis. Masa ini menunutut kesabaran dan pengertian yang luar biasa dari orang tua (Sarwono, 2011).
12
2. Batasan Usia Remaja Adapun batasan usia remaja menurut beberapasumber lain (Sarwono, 2011): a. Menurut WHO (2009) mendefinisikan bahwa anak bisa dikatakan remaja apabila telah mencapai umur 10-19 tahun. b. Dalam UU No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. c. Menurut UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. d. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.
3. Perkembangan Remaja Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadian (Hurlock, 2010): a. Perkembangan fisik remaja Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal.
b. Perkembangan sosial Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat
13
banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. Remaja dengan kepribadian yang labil dan pengaruh teman pergaulan di masyarakat ataupun di lingkungan sekolah bisa menjadikan remaja terjerat dalam lingkaran penyalahgunaan alkohol. Remaja bisa mengkonsumsi alkohol karena orang tua memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan, ini merupakan sebuah pemicu penyalahgunaan uang tersebut. Selain itu juga peredaran alkohol yang merajalela di perkotaan sampai ke pelosok desa akan mempermudah remaja untuk mendapatkan alkohol.
c. Perkembangan emosi Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Pada masa ini remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, atau dengan suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
d. Perkembangan moral Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
14
e. Perkembangan kepribadian Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifatsifat yang baik dan yang buruk dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal”. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka. D. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Menurut Penelitian Panjaitan (2012) yang berjudul hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMA Negeri 15 Medan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan dengan p:0.001.
Menurut Murtini (2011) tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo, menunjukan ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,668 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.
Menurut Vive Vike Mantiri (2014) tentang perilaku menyimpang di kalangan remaja di kelurahan pondang, kecamatan amurang timur kabupaten minahasa selatan menunjukkan bahwa: a) Tindakan nonconform; seperti Pergi keluar rumah tanpa pamit, pulang sampai larut-larut malam, merokok, b) Tindakan anti sosial atau asosial seperti blapan liar, minum-minuman keras, c) Tindakan-tindakan kriminal seperti membaca dan menonton video porno, hubungan seks diluar nikah, narkotika / menghirup lem ehabond. d) Faktor pergeseran budaya dan sikap individualistis juga berpengaruh hal ini tercermin karena masyarakat mulai
15
meninggalkan perilaku dan budaya yang mencerminkan kesetiakawanan dan gotong royong. E. Kerangka Konsep Skema 2.1 Variabel Independen Pola Asuh Orangtua: Otoriter Demokratis Permisif
VariabelDependen Perilakumenyimpangan akremaja
F. Hipotesis Ha: Ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Ha: Ada hubungan pola asuh demokratis dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Ha Ada hubungan pola asuh permisif dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan menggunakan CrossSectional karena pada saat melakukan penelitian, penulis hanya melakukan satu kali penelitian terhadap subjek yang diteliti dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak remaja berusia 10-19 Tahun di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 yang didapatkan dari Kepala Lingkungan Kampung Tempel sebanyak 197 orang.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagiananak remaja berusia 10-19 di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling dimana pengambilan sampel ini secara acak (Notoatmodjo, 2010)
Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menggunakan rumus Arikunto (2006), jika jumlah populasi>100 maka diambil 10%-15% atau 20%-25%, maka dalam proposal penelitian ini diambil 25% dari jumlah populasi yaitu: 197 = 50 orang
16
17
Jadi jumlah sampel yang telah ditetapkan oleh penulis berjumlah 50 orang.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
D. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Maret - Juli Tahun 2015.
E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian No 1
Variabel
Defenisi Operasional
Variabel
Suatu bentuk pola yang
Bebas
menuntut anak agar patuh
a. Pola asuh otoriter
dan tunduk terhadap semua
Alat Ukur Kuisioner
Hasil Ukur Otoriter: 10-12
Tidak Otoriter: 6-9
perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua.
b. Pola asuh demokratis
Pola asuh dimana orang tua memberikan kepada
c. Pola asuh permisif
dibarengi
kebebasan
anak
berekreasi,
Demokratis: 10-12
untuk
tetapi oleh
Tidak demokratis: 6-9
tetap
kontrol-
kontrol dari orang tua.
Suatu jenis pola asuh yang memberikan
pengawasan
yang sangat longgar tanpa menegur atau memberikan peringatan
Permisif: 10-12
apabila
dalam masalah
anak
Tidak permisif: 6-9
Skala Ukur Nominal
18
2
Perilaku
Tingkah laku anak remaja
menyimpang
yang dianggap menyimpan
Kuisioner
Menyimpang: 13-18
g dan tidak sesuai dengan
Tidak
norma-norma
8-12
yang
yang
disebabkan
ada
Nominal
menyimpang:
oleh
berbagai macam faktor.
F. Aspek pengukuran 1. Pola Asuh Orangtua a. Pola Asuh Otoriter Untuk mengukur pola asuh otoriter penulis memberikan 6 pertanyaan kepada reponden, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2, “Tidak diberi nilai 1. Sehingga skor tertingi 12 dan skor terendah 6. Selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan rumus statistik menurut (Hidayat, 2009). P=
Keterangan : P
= Panjang kelas
R
= Rentang (Skor tertinggi-skor terendah)
BK = Banyak kelas P= P= P= 3
Pola asuh otoriter: a. Otoriter
: 10-12
b. Tidak otoriter : 6-9
b. Pola Asuh Demokratis Untuk mengukur pola asuh demokratis penulis memberikan 6 pertanyaan kepada reponden, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2, “Tidak diberi
19
nilai 1. Sehingga skor tertingi 12 dan skor terendah 6. Selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan rumus statistik menurut (Hidayat, 2009). P= Keterangan : P
= Panjang kelas
R
= Rentang (Skor tertinggi-skor terendah)
BK = Banyak kelas P= P= P= 3
Pola asuh demokratis: 1) Demokratis
: 10-12
2) Tidak demokratis : 6-9
c. Pola Asuh Permisif Untuk mengukur pola asuh permisif penulis memberikan 6 pertanyaan kepada reponden, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2, “Tidak diberi nilai 1. Sehingga skor tertingi 12 dan skor terendah 6. Selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan rumus statistik menurut (Hidayat, 2009). P= Keterangan : P
= Panjang kelas
R
= Rentang (Skor tertinggi-skor terendah)
BK = Banyak kelas P= P=
20
P= 3
Pola asuh permisif: 1) Permisif
: 10-12
2) Tidak permisif
: 6-9
2. Perilaku Menyimpang Untuk mengukur perilaku menyimpang penulis memberikan 8 pertanyaan kepada responden, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2, “Tidak” diberi nilai 1. Sehingga skor tertinggi 16 dan skor terendah 8. Selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan rumus statistik menurut (Hidayat, 2009). P= Keterangan : P
= Panjangkelas
R
= Rentang (Skortertinggi-skorterendah)
BK
= Banyak kelas
P= P= P= 4
Perilaku Menyimpang: a. Menyimpang
: 13-18
b. Tidak menyimpang
: 8-12
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data
21
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan 2 cara yaitu menggunakan data primer dengan menggunakan kuisioner dan data sekunder dengan mengambil data dasar di Kelurahan.
2. Prosedur Pengumpulan Data Pada proses penelitian penulis memberikan kuisioner tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015, sebelumnya penulis telah memberikan penjelasan tentang pengisian kuisioner.
H. Etika Penelitian Resiko penelitian yang mungkin akan muncul pada responden dan peneliti selama penelitian berlangsung yaitu ketidaksetujuan responden menjadi sampel penelitian karena takut akan menjelekkan nama baiknya, sehingga peneliti susah mencari responden yang setuju menjadi sampel penelitian, maka pada penelitian ini mendapatkan pengantar dari Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia, untuk mendapatkan persetujuan penelitian bagi perawat yang akan dijadikan sebagai sampel. Setelah mendapatkan persetujuan, baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi: 1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent) Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
22
Untuk
menjaga
kerahasiaan
identitas
responden,
peneliti
tidak
akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.
4. Keadilan (Justice) Memberikan sepenuhnya kesempatan sebagaimana yang menjadi haknya menjadi responden.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Seluruh data yang telah terkumpul kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menurut Notoatmodjo (2010) pengolahan dengan menggunakan: a. Editing Editing dilakukan setelah peneliti memperoleh data yang mencakup pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi sesuai petunjuk. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dapatdilakukan pengisian ulang dalam lembar kuisioner.
b. Coding Setiap jawaban diberi pengkodean untuk memudahkan peneliti dalam bentuk angka
c. Entry data
23
Proses penyusunan data atau pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun untuk dapat disajikan dan dianalisis. Selanjutnya akan dilakukan entering pengolahan data dengan uji statistic Chi-Square dengan menggunakan komputerisasi.
d. Tabulating Memasukkan data kedalam table distribusi frekuensi maupun tabulasi silang dari kedua variable untuk mempermudah pengolahan dan analisis data dan pengambilan keputusan apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja. 2. Analisa data a. Univariat Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variable independent dan variabel dependent.
b. Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan ujiChi square dengan nilai probabilitas (p) < α=0,05.
BAB IV
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Lingkungan Kampung Tempel terdapat 4 RT dan terletak disuatu Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, dimana dulunya sebelum diganti nama terbentuk Kabupaten Serdang Bedagai nama Kabupatennya Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, kemudian menurut keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang persetujuan DPRD Kabupaten Deli Serdang atas usul rencana pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, dan penduduk di Kampung Tempel kebanyakan pedagang.
Lingkungan Kampung Tempel ini memiliki lingkungan yang kurang baik sehingga pada anak remajanya mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Remaja di lingkungan Kampung Tempel ini terdiri dari 197 orang, kebanyakan remaja dilingkungan ini melakukan suatu prilaku menyimpang salah satunya dengan kebiasaan merokok tanpa sepengetahuan orang tuanya.
2. Karakter Responden Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecematan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015. Pada penelitian ini karateristik remaja yang diteliti terdiri dari umur, jenis kelamin dan suku. Distribusi katateristik responden ditampilkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
25
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Suku Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50) Variabel Umur
n 8 25 17 19 31 12 24 5 9
<=13 Tahun 14-17 Tahun >17 Tahun Perempuan Laki-laki Batak Jawa Melayu Nias
Jenis Kelamin Suku
% 16,0 50,0 34,0 38,0 62,0 24,0 48,0 10,0 18,0
Dari tabel di atas hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan umur remaja mayoritas berusia 14-17 Tahun sebanyak (50,0%), jenis kelamin remaja menunjukkan mayoritas laki-laki sebanyak (62,0%), suku remaja menunjukkan mayoritas bersuku Jawa sebanyak (48,0%). 3. Analisa Univariat a. Pola Asuh Otoriter Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
pada
50
responden
didapat bahwa pola asuh otoriter di Lingkungan Kampung Tempel Kecematan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Otoriter di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50) Pola Asuh Otoriter Tidak otoriter
n 20 30
% 40,0 60,0
Dari tabel di atas hasil penelitian menunjukkan pola asuh otoriter mayoritas tidak otoriter sebanyak (60,0%).
26
b. Pola Asuh Demokratis Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
pada
50
responden
didapat bahwa pola asuh demokratis di Lingkungan Kampung Tempel Kecematan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Demokratis di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50) Pola Asuh Demokratis Tidak demokratis
n 24 26
% 48,0 52,0
Dari tabel di atas hasil penelitian menunjukkan pola asuh demokratis mayoritas tidak demokratis sebanyak (52,0%).
c. Pola Asuh Permisif Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
pada
50
responden
didapat bahwa pola asuh permisif di Lingkungan Kampung Tempel Kecematan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
27
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Permisif di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50) Pola Asuh Permisif Tidak permisif
n 21 29
% 42,0 58,0
Dari tabel di atas hasil penelitian menunjukkan pola asuh permisif mayoritas tidak permisif sebanyak (58,0%).
d. Perilaku Menyimpang Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
pada
50
responden
didapat bahwa perilaku menyimpang anak di Lingkungan Kampung Tempel Kecematan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Menyimpang Anak Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50) Kategori Menyimpang Tidak Menyimpang
n 23 27
% 46,0 54,0
Dari tabel di atas hasil penelitian menunjukkan perilaku menyimpang anak mayoritas tidak menyimpang sebanyak (54,0%).
3. Analisa Bivariat a. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Bersarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50 responden maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square yaitu untuk melihat apakah ada Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Menyimpang Anak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
28
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Berdasarkan Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50)
Pola Asuh Otoriter
Perilaku Menyimpang Anak Remaja Tidak Menyimpang Menyimpang
Total
n
%
n
%
n
%
Otoriter
16
32,0
4
8,0
20
40,0
Tidak otoriter
7
14,0
23
46,0
30
60,0
P Value
0,000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak (40,0%) yang mendapat pola asuh otoriter dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (32,0%) dan tidak menyimpang sebanyak (8,0%). Sedangkan (60,0%) yang mendapat pola asuh tidak otoriter dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (14.0%) dan tidak menyimpang sebanyak (46,0%). Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja didapatkan ρ=0,000.
b. Hubungan Pola Asuh Demokratis dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Tabel 4.7 Tabulasi Silang Berdasarkan Pola Asuh Demokratis Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Agustus 2015 (n=50)
Pola Asuh Demokratis
Perilaku Menyimpang Anak Remaja Tidak Menyimpang Menyimpang
Total
n
%
N
%
n
%
Demokratis
15
30,0
9
18,0
24
48,0
Tidak demokratis
8
16,0
18
36,0
26
52,0
P Value
0,025
29
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak (48,0%) yang mendapat pola asuh demokratis dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (30,0%) dan tidak menyimpang sebanyak (18,0%). Sedangkan (52,0%) yang mendapat pola asuh tidak demokratis dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (16.0%) dan tidak menyimpang sebanyak (36,0%). Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku menyimpang anak remaja didapatkan ρ=0,025. c. Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Tabel 4.8 Tabulasi Silang Berdasarkan Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n=50)
Pola Asuh Permisif
Perilaku Menyimpang Anak Remaja Tidak Menyimpang Menyimpang
Total
N
%
N
%
n
%
Permisif
20
40,0
1
2,0
21
42,0
Tidak permisif
3
6,0
26
52,0
29
58,0
P Value
0,000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak (42,0%) yang mendapat pola asuh permisif dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (40,0%) dan tidak menyimpang sebanyak (2,0%). Sedangkan (58,0%) yang mendapat pola asuh tidak permisif dimana terdapat perilaku menyimpang anak remaja sebanyak (6.0%) dan tidak menyimpang sebanyak (52,0%). Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan perilaku menyimpang anak remaja didapatkan ρ=0,000.
30
B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Pola asuh orang tua yang otoriter dimana orang tua tidak pernah berunding kepada anaknya untuk menentukan peraturan dan orang tua memaksakan peraturan yang dibuatnya untuk anak. kebanyakan orang tua di Lingkungan Tempel menentukan peraturan pada anaknya. Sehingga memungkinkan remaja atau anak tidak diberi kesempatan untuk bebas bahkan menentang orang tua karena orang tua sangat mengekang remaja atau anak, menyebabkan anak jarang keluar rumah atau jarang berkomunikasi dengan dunia luar sehingga pada kemudian hari anak akan merasa menikmati dunia luar dengan bebas. Dari pola asuh tersebut anak akan senantiasa menuruti orang tua sewaktu dirumah. Dan anak akan melakukan suatu perilaku menyimpang diluar rumah, karena anak beranggapan kalau dirinya bebas dan tidak ada yang mengaturnya di luar rumah. Anak akan melakukan suatu perilaku menyimpang (kenakalan remaja) antara lain kebut-kebutan dijalan, merokok, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib (2010) bahwa anak yang dididik dengan pola asuh otoriter mungkin memang tidak memiliki masalah dengan pelajaran dan juga bebas dari masalah perilaku menyimpang anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fortuna (2008) yang berjudul hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan nilai korelasi variabel (0,041) bahwa pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Manalu (2010) yang berjudul pola asuh orang tua dan perilaku agresif remaja di STM Raksana Medan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki anak yang berperilaku agresif sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasinya. Santrock (2010) juga berpendapat bahwa anak dari orang tua
31
yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Putra dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif sehingga akan tercipta perkembangan sosialisasi yang buruk. Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak, dimana jika orang tua menerapkan pola asuh yang otoriter pada remaja cenderung akan semakin nakal karena orang tua memaksakan remaja untuk mematuhi segala peraturan yang dibuatnya, orang tua suka menghukum terutama hukuman fisik dan kurang kasih saying, sehingga membuat remaja memunculkan perilaku agresif pada remaja dalam hal ini membuat anak mempunyai sifat pemarah.
b. Hubungan Pola Asuh Demokratis dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Pola asuh demokratis adalah sikap orang tua yang berdasarkan prinsip-prinsip atau
aturan-aturan
untuk
memperoleh
kesempatan
mengemukakan
pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anak. memberikan anak kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, dan keinginannya. Pola asuh orang tua dalam mengembangakan kontrol terhadap prilaku anak dalam masyarakat. mendorang untuk mampu mandiri, bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri .
Pola asuh orang tua yang diterima setiap anak berbeda, sebagaimana yang dialami dan diterima sejak kecil. Perbedaan pola asuh yang diterima oleh remaja tentu akan terdapat pula perbedaan proses pembentukan kompetensi sosial. Kompetensi sosial remaja sebenarnya bergantung bagaimana remaja melihat, merasakan dan menilai pola asuh orang tuanya sendiri. Sifat dan perilaku anak sangat dipengaruhi dengan pola asuh kedua orang tuanya.
32
Terlalu memanjakan atau memandang sebelah mata keberadaan mereka, bisa berakibat buruk terhadap kepribadian mereka kelak (Surya, 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Vandana Sharma (2014) menyatakan bahwa pola asuh orang tua seperti kehangatan, regulasi, pendekatatan, penegakan hukuman secara tegas, dan pengakuan demokratis sudut pandang anak telah konsisten dikaitkan dengan rendahnya tingkat masalah perilaku pada anak. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian oleh Stansbury (2012) mengungkapkan bahwa pola asuh yang berkaitan dengan pertumbuhan kemampuan diri anak untuk mengontrol dan mengarahkan tingkah laku secara mandiri serta untuk bekerja sama dengan orang lain adalah orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk menentukan pilihan yang berhubungan dengan kepentingan dirinya sendiri.
Penelitian oleh Afriyani (2012) menambahkan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua yang demokratif akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri serta mendorong tindakan-tindakan mandiri yang akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab pada anak.
Menurut asumsi peneliti bahwa pola asuh yang demokratis mempengaruhi perilaku menyimpang remaja, dimana orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka dewasa.
c. Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Menyimpang Anak Remaja Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib (2011) bahwa anak dengan pola asuh permisif akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah karena anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya sehingga akan menciptakan perkembangan sosialisasi yang buruk. Pendapat Santrock (2011) bahwa anak
33
dengan pola asuh permisif cenderung tidak memiliki kemampuan sosial dan banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri.
Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya (Aisyah, 2010). Menurut Spock (2011) orang tua permisif memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. Hurlock (2010) mengatakan bahwa pola asuhan permisif bercirikan adanya kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang. Ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya.
Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan bagi anak. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja (Sumiati et al, 2010).
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa ada pengaruh pola asuh permisif dengan perilaku menyimpang anak, karena semakin orang tua menerapkan pola asuh permesif tingkat kenakalan remaja akan meningkat, ini disebabkan orang tua yang selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa mengontrol sama sekali membuat anak menentukan kehidupannya sendiri sehingga bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas.
2. Keterbatasan Penelitian
34
a. Sampel dalam penelitian ini masih sedikit sehingga kemungkinan hasil penelitian ini belum menjeneralisasi seluruh anak remaja yang ada dikampung tempel. b. pengumpulan data digunakan menggunakan kuesioner tertutup,jadi ada kemungkinan responden mengisi kuesioner asal-asalan, yang menyebabkan hasil penelitian kurang akurat, namun kuesioner ini telah diuji reliabilitasnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan uji Chi-Square, maka disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku menyimpang anak remaja didapatkan ρ=0,000. 2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku menyimpang anak didapatkan ρ=0,025. 3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan perilaku menyimpang anak didapatkan ρ=0,000.
B. Saran 1. Bagi Remaja Diharapkan kepada remaja untuk mematuhi peraturan orang tua tanpa mengubah identitasnya sebagai anak. Sebagai remaja baiknya tidak terlalu mengikuti pergaulan remaja yang mengarah kehal-hal yang negatif tetapi bekali lah diri untuk melakukan hal-hal yang positif.
35
2. Bagi Orangtua Diharapkan kepada orang tua untuk selalu memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, arahan dan pengawasan kepada anak remajanya supaya terhindar dari perilaku menyimpang. Orang tua memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengutarakan pendapatnya supaya terjalin keharmonisan dalam keluarganya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneliti selanjutnya menggunakan kuesioner terbuka untuk menggali lebih dalam anak remaja di lingkungan Kampung Tempel, dapat menjadi panduan dalam melakukan penelitian dalam masalah yang sama dan perlu variabel yang lain,selain pola asuh yang mencakup faktor-faktor yang menyebabkan prilaku menyimpang anak remaja saat berada di lingkungan kampung tempel dengan sampel yang luas.
36
DAFTAR PUSTAKA Aini. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: EGC Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta BKKBN. (2007). Remaja dan SPN (Seks Pranikah). (2007. http: www.bkkbn.go.id WebsDetailRubrik.phpMyID=518.pdf. diperoleh pada tanggal 27 April 2015) Depsos. (2009). Masalah NAPZA dan Bahaya Penyalahgunaannya. Jakarta : Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA Hajrah. (2012). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia 3-5 Tahun. ( http: repository.unhas.ac.id. diperoleh pada tanggal 27 April 2015. Jurnal Keperawatan) Hidayat. (2009). Metode Penelitian keperawatan dan Tehnik analisis data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock. (2010). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Indriani. (2009). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Berprestasi Di Sekolah. Universitas Islam Negeri Malang. Indonesia. (http: digilib.esaunggul.ac.id/publ ic/UEU-Undergraduate-5079. diperoleh 24 April 2015. Jurnal Kesehatan). Kartono. (2007). Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga. Mantiri. (2014). perilaku menyimpang di kalangan remaja di kelurahan pondang, kecamatan amurang timur kabupaten minahasa selatan.
37
Marini. (2012). Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua. (http: www.researchgate.net/publication/42362651. diperoleh pada tanggal 13 Mei 2015. Jurnal Keperawatan). Murtiyani. N., (2011). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kenakalan Remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo (http: www.dianhusada.ac.id/j urnalimg/jurper1-7-nin.pdf. diperoleh pada tanggal 27 April 2015. Jurnal Keperawatan) Notoatmodjo. (2011). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. , (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Panjaitan. D.S., (2012). Pola Asuh Orangtua dan Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA 15 Negeri Medan. (http:portalgaruda.org/article.php?article=59052&val =4132.diperoleh pada tanggal 13 Mei 2015. Jurnal Keperawatan) Rachmawati. (2011). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Se Kecamatan Dukun Magelang Tahun Ajaran 2010/2011. http: eprints.uny.ac.id/9745/4/bab5.pdf. diperoleh pada tanggal 27 April 2015. Jurnal Keperawatan) Sarwono. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sekarningsih. (2009). Pengantar Pekerjaan Sosial. Bandung : UNPAD Sipahutar. (2009). Pola Asuh Orangtua dan Tingkat Kebiasaan Remaja dalam Mengkonsumsi Alkohol di Desa Sirajaoloan Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. (http: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17158/7/.pdf. diperoleh pada tanggal 13 Mei 2015. Jurnal Keperawatan) WHO (Word Health Organization). (2009). Profil Usia Penduduk. Jakarta : KOMNAS Yusak. (2012). Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia
38
39
40
41
42
Permohonan Menjadi Responden
Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agung Ramadan NIM
: 11.02.153
Saya Mahasiswa Jurusan Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul “hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data maupun informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia untuk menjadi responden, mohon saudara/i untuk menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesediaan saudara/i, saya ucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2015 Peneliti
(Agung Ramadan)
43
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Nama Peneliti
: Agung Ramadan
Judul Penelitian
: Hubunganpola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remajadi Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
Saya adalah Mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku menyimpang anak remaja di Lingkungan Kampung Tempel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015..
Hasil penelitian ini akan dijadikan bahan masukan bagi orang tua untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan pola asuh yang baik untuk anak. Oleh karena itu, saya mengharap kepada saudara/i agar dapat bekerjasama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data saudara/i yang diperoleh baik dalam dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun dalam penyajian laporan nantinya.
Melalui penjelasan singkat ini, penulis sangat mengharapkan partisipasi saudara/i dalam penelitian ini. Atas kesedian dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan terimakasih. Medan, Agustus 2015 Responden
(Agung Ramadan )
44
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUNG TEMPEL KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 A. Identitas Responden No. Responden
:
Umur
:.......Tahun
Pendidikan
:
SMP SMA
Suku
:
B. Petunjuk Pengisian Isilah pertanyaan dibawah ini dan beri tanda silang () pada pilihan yang menurut anda benar. 1. Ya 2. Tidak
45
1. Kuisioner Pola Asuh a. Otoriter No
Pertanyaan
1.
Apakah pada saat nilai pelajaran disekolah anda
Ya
Tidak
Ya
Tidak
jelek orang tua memarahi anda? 2.
Apakah orang tua anda selalu memukul anda jika anda melakukan kesalahan?
3.
Apakah
orang
tua
selalu
memaksakan
keinginannya kepada anda? 4.
Apakah anda merasa terbebani dengan semua peraturan yang diterapkan oleh orang tua anda?
5.
Saya tidak boleh bermain dengan teman sebaya, sebelum mengerjakan semua pekerjaan rumah
6.
Jika saya sakit terlebih dahulu orang tua saya memarahi saya setelah itu baru dibawa berobat.
b. Demokratis No
Pertanyaan
1.
Apakah orang tua anda selalu meluangkan waktunya untuk anda? Apakah orang tua selalu membicarakannya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan tentang diri anda? Ketika saya meminta untuk bertukar pikiran, orang tua akan membantu memecahkan masalah saya, tetapi sayalah yang memutuskan jalan keluarnya Apakah anda selalu menceritakan semua masalah anda kepada orang tua anda? Jika saya sedang berselisih pendapat dengan anggota keluarga, orang tua member saya kesempatan untuk mengutarakannya Orang tua menjelaskan kesalahan yang saya lakukan dengan rasional dan objektif agar saya mengerti dan tidak mengulangi kesalahan saya
2. 3.
4. 5.
6.
46
c. Permisif No
Pertanyaan
1.
Apakah orang tua selalu memberikan kebebasan penuh kepada anda? Apakah orang tua selalu memberikan apa saja yang anda inginkan? Apakah anda terbiasa melakukan sesuatu tanpa izin dari orang tua? Apakah pada saat anda ketahuan bolos sekolah orang tua bersikap biasa saja? Orang tua menyerahkan sepenuhnya penggunaan uang saku , terserah untuk apapun orang tua tidak mau tahu. Orang tua tidak pernah membatasi sampai jam berapa saya harus pulang kerumah
2. 3. 4. 5.
6.
Ya
Tidak
Ya
Tidak
2. Perilaku Menyimpang No Pertanyaan 1 Apakah anda pernah membolos sekolah? 2 Apakah anda izin tidak mesuk sekolah dengan alasan sakit padahal anda sedang tidak sakit? 3 4 5 6 7 8
Apakah anda pernah mengambil uang teman tanpa izin? Apakah anda pernah berbohong kepada orang tua? Apakah anda pernah membantah nasihat orangtua? Apakah anda pernah minum minuman keras? Apakah anda pernah menggunakan zat psikotoprika? Apakah anda senang melakukan tindakan yang tidak disukai orang tua anda seperti merokok
47
MASTER DATA
Frequencies Statistics
Umur Remaja N
Valid Missing
Pendidikan Terakhir Remaja
Pola Asuh Demokrat is
Pola Asuh Otoriter
Suku Remaja
Pola Asuh Pemisif
Perilaku Menyim pang
50
50
50
50
50
50
50
0
0
0
0
0
0
0
Frequency Table Umur Remaja
Valid
<=13 Tahun
Frequency 8
Percent 16,0
Valid Percent 16,0
Cumulative Percent 16,0
14-17 Tahun
25
50,0
50,0
66,0
>17 Tahun
17
34,0
34,0
100,0
Total
50
100,0
100,0
Jenis Kelamin Remaja
Valid
Perempuan
Frequency 19
Percent 38,0
Valid Percent 38,0
Cumulative Percent 38,0 100,0
Laki-laki
31
62,0
62,0
Total
50
100,0
100,0
Suku Remaja
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Batak
12
24,0
24,0
24,0
Jawa
24
48,0
48,0
72,0
Melayu
5
10,0
10,0
82,0
Nias
9
18,0
18,0
100,0
Total
50
100,0
100,0
Pola Asuh Otoriter
Frequency Valid
Otoriter
20
Tidak otoriter
30
Total
50
Percent 40,0
Valid Percent
Cumulative Percent
40,0
40,0
60,0
60,0
100,0
100,0
100,0
48
Pola Asuh Demokratis
Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Demokratis
24
48,0
48,0
48,0
Tidak demokratis
26
52,0
52,0
100,0
Total
50
100,0
100,0
Pola Asuh Pemisif
Valid
Frequency 21
Percent 42,0
Valid Percent 42,0
Cumulative Percent 42,0
Tidak permisif
29
58,0
58,0
100,0
Total
50
100,0
100,0
Permisif
Perilaku Menyimpang
Frequency Valid
Menyimpang
23
Tidak Menyimpang
27
Total
50
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
46,0
46,0
46,0
54,0
54,0
100,0
100,0
100,0
Crosstabs Pola Asuh Otoriter * Perilaku Menyimpang Crosstabulation
Perilaku Menyimpang Tidak Menyimpang Menyimpang Pola Asuh Otoriter
Otoriter
Count % of Total
Tidak otoriter
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
16
4
20
32,0%
8,0%
40,0%
7
23
30
14,0%
46,0%
60,0%
23
27
50
46,0%
54,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,000
13,315
1
,000
16,382
1
,000
Value 15,513(b)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-sided)
,000
Linear-by-Linear Association
15,202
N of Valid Cases
50
1
,000
Exact Sig. (1-sided)
,000
49
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,20. Pola Asuh Demokratis * Perilaku Menyimpang Crosstabulation
Perilaku Menyimpang Tidak Menyimpang Menyimpang Pola Asuh Demokratis
Demokratis
Count % of Total
Tidak demokratis
9
24
30,0%
18,0%
48,0%
8
18
26
16,0%
36,0%
52,0%
23
27
50
46,0%
54,0%
100,0%
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
15
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,025
3,862
1
,049
5,143
1
,023
Value 5,059(b)
Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-sided)
,046
Linear-by-Linear Association
4,957
N of Valid Cases
50
1
Exact Sig. (1-sided)
,024
,026
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,04. Pola Asuh Pemisif * Perilaku Menyimpang Crosstabulation
Perilaku Menyimpang Tidak Menyimpang Menyimpang Pola Asuh Pemisif
Permisif
Count % of Total
Tidak permisif
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
20
1
21
40,0%
2,0%
42,0%
3
26
29
6,0%
52,0%
58,0%
23
27
50
46,0%
54,0%
100,0%
50
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
35,338(b)
1
,000
32,003
1
,000
41,663
1
,000
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-sided)
,000
Linear-by-Linear Association
34,631
N of Valid Cases
50
1
,000
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,66.
Exact Sig. (1-sided)
,000
51
52
53