HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh: Totok Riyadi NIM. ST 14066
PROGRAM STUDI TRANSFER S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
KATA PENGANTAR
Pujisyukurdansujudsyukursenantiasa kami panjatkankehadirat Allah SWT, atassegalakeagungandankemahabesaranNya.Hanyadenganpetunjuk, rahmatdankaruniaNyahingga skripsi yang berjudul“Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Asma di RSUD Kota Surakarta” inidapatterselesaikan. Proses penyusunan skripsi initidaksedikithalangandanrintangan yang penulishadapi.
Penulissangatmenyadaribahwa
skripsi
inimasihjauhdarikesempurnaan, olehkarenaitupenulissangatmengharapkan saran dankritik yang bersifatmembangundariberbagaipihak demi perbaikan skripsi ini.Atasbantuan, arahandanmotivasi yang senantiasadiberikanselamapenyusunan skripsi ini, dengansegalakerendahanhatipenulismenghaturkanucapanterimakasih kepada : 1. Ns.
Wahyu
Rima
Agustin,
S.Kep.,
M.Kep,
selaku,
selaku
KetuaSTIKesKusumaHusada Surakarta. 2. Ns. Atiek Murhayati, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns.
Meri
Oktariani,
S.Kep,
M.Kep,
selakupembimbing
I
yang
telahbanyakmeluangkanwaktudanbegitubijaksanadalammemberikanarahan, bimbingansertamotivasidalampenyusunan skripsi ini.
iv
4. Ns.
Galih
Priambodo,
S.Kep,
M.Kep,
selakupembimbing
II
yang
telahbanyakmeluangkanwaktudanbegitubijaksanadalammemberikanarahan, bimbingansertamotivasidalampenyusunan skripsi ini. 5. Seluruhdosen,
stafpengajardankaryawanSTIKesKusumaHusadayang
telahbanyakmemberikanwawasandansegalabentukbantuankepadapenulis. 6. Segenap pasien yang melakukan pemeriksaan di RSUD Kota Surakarta yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis. 8. Calon istriku yang telah memberikan motivasi dan doa serta kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena itu dengan hati yang lapang serta terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan kualitas dan kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan dating. Akhirnya penulis mengharapkan semoga Allah SWT, memberikan taufik serta hidayahNya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Surakarta,
Maret 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
x
ABSTRAK .................................................................................................
xi
ABSTRACT...................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang .................................................................
1
1.2. Rumusan masalah ............................................................
4
1.3. Tujuan penelitian .............................................................
4
1.4. Manfaat penelitian ..........................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teori ..................................................................
7
2.1.1 Konsep Asma.........................................................
7
2.1.2 Konsep Peran .........................................................
12
2.1.3. Konsep Keluarga ................................................... vi
14
2.1.4. Konsep Kekambuhan .............................................
17
2.2. Keaslian penelitian ..........................................................
19
2.3. Kerangka teori .................................................................
22
2.4. Kerangka konsep .............................................................
23
2.5. Hipotesis .........................................................................
23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan rancangan penelitian ..........................................
24
3.2 Populasi dan sampel ...........................................................
24
3.3 Tempat dan waktu penelitian ............................................
26
3.4 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran ..........
27
3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data .......................
28
3.6 Teknik pengolahan data dan analisa data ...........................
34
3.7 Etika penelitian ..................................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
4.1. Karakteristik responden .....................................................
39
4.2. Analisis univariat ...............................................................
40
4.3. Analisis bivariat .................................................................
41
PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden .......................................................
43
5.2. Peran Keluarga ..................................................................
45
5.3. Kekambuhan Asma ............................................................
46
5.4. Hubungan antara Peran Keluarga dengan Kekambuhan Asma 47 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan........................................................................
49
6.2. Saran ................................................................................
49
vii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor tabel
Judul tabel
Halaman
Tabel 2.1 Keaslian penelitian
20
Tabel 3.1 Definisi operasional
27
Tabel 3.2 Keterangan Kuesioner Peran Keluarga
29
Tabel 3.3 Panduan Interprestasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, nilai p dan Arah Korelasi
37
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
39
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
39
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
40
Tabel 4.4 Analisis univariat variabel peran keluarga
40
Tabel 4.5 Analisis univariat variabel kekambuhan asma
41
Tabel 4.6 Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan asma
41
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar
Judulgambar
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka teori
22
Gambar 2.2 Kerangka konsep
22
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor lampiran
Keterangan
1
F01 Usulan topik penelitian
2
F02 Pengajuan judul skripsi
3
F04 Pengajuan ijin studi pendahuluan
4
F07 Pengajuan ijin penelitian
5
Jadwal penelitian
6
Surat studi pendahuluan
7
Surat ijin penelitian
8
Surat keterangan balasan penelitian
9
Lembar permohonan menjadi responden
10
Lembar persetujuan menjadi responden
11
Kuesioner
12
Tabulasi hasil penelitian
13
Hasil penelitian SPSS
14
Lembar konsultasi
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Totok Riyanto Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Asma di RSUD Kota Surakarta Abstrak Peningkatanprevalensipenderitaasmadisebabkanpolusiudara, gayahidupmasyarakatdankurangnyapengetahuankeluarga. Keluarga yang baikakanberpengaruhpositif dankeluarga yang kurangbaikakanberpengaruhnegatif, misalnyakeluarga yang melakukanperannya, maka akan muncul rasa percaya diri pada penderita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian anggota keluarga dari pasien asma di ruang penyakit dalam RSUD Kota Surakarta.Sampel sebanyak 44 orang dengan teknik purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi.Analisis data menggunakan spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas respondenberusia 30-40 tahun sebanyak 22 orang (50,0%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (77,3%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang (65,9%). Mayoritas responden cukup berperan dalam membantu pasien yaitu 21 orang (47,7%) dengan kekambuhan asmanya kadang-kadang yaitu 28 orang (63,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan peran keluarga dengan kekambuhan asma (r = -0,451 dan palue 0,002) sehingga secara statistik signifikan. Nilai koefisien korelasi berada diantara (0,400 – 0,599) sehingga hubungan peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma adalah sedang. Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan hubungan peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma dimana semakin baik prean keluarga maka semakin menurunkan tingkat kekambuhan asma. Kata Kunci Daftar Pusatka
: peran keluarga, kekambuhan, asma : 38 (2002-2015)
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2016 Totok Riyadi Correlation between Role of Family and The Recurrence Rateof Asthma at RSUD Surakarta ABSTRACT The increasing prevalenceof asthmacaused byair pollution, people's lifestylesand lackof family knowledgeabout the conditionof the disease andthetreatment ofasthma patients. A good familywillinfluence positively, andpoorfamilieswill have negative effect, such as familywhichdid its partonthe patient's disease will display asense ofconfidence.The research objectivewas todetermine the relationship ofthe family's role witha recurrence rateof patients with asthma. Type of this researchisquantitative with cross sectional approach. Population at the study arefamily membersofpatients withasthmain thespaceof disease in RSUD Surakarta. A sample of44peoplewithpurposivesamplingtechnique. Collected data used questionnaires andobservation sheets. Data analysis used Spearmanrank. The results showed thatthe majority ofrespondents agedbetween30yearsto 40 yearsas many as22 people(50.0%) withthe malesexas many as 34people(77.3%) with a high school educationwere 29people(65.9 %). The majority of respondentswere instrumental inhelping patientsas many as21 people(47.7%) with arecurrence ofasthmasometimesas many as28 people(63.6%). Spearmanrankcorrelation resultsindicatethatthere is a relationshipbetween the role ofthe familywithrecurrence rate of asthma(r =-0.451 and p value 0,002) and statistically significant. Correlation value between range (0,400 – 0,599) so that therole offamilyrelationshipwitha recurrence rateof asthmaismoderat
Patientsshouldcommunicate orsubmit a complaintbya family memberwhen experiencingsymptomsof liverdisordersasthma, so it can beearlyto getfirst aidto the patient. Keywords : role of family, recurrenct rate, asthma References : 38 (2002-2015)
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Asmaadalahgangguaninflamasikroniksaluranpernafasan
yang
melibatkanbanyakseldanelemennyadengangejalaklasikasmaada 3 yaitumengi, batuk,
dansensasinafastak
normal
ataudispeni,
pengolonganasmaterbaikseharusnyadilakukanpadasaatdinidenganberbagitinda kanpencegahan
agar
penderitatidakmengalamiserangan.
Padadasarnyapenyakitasmatidakkambuhbila tidak terpapar dengan pencetus asma, penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktifitas pencegahan asma antaralain:menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari faktor pencetus asma dan mengunakan obat obat anti asma, penyakitasma paling
banyakditemukan
di
negaramajuterutama
yang
tingkatpolusiudaranyatinggibaikdariasapkendaraanmaupundebupadangpasir( Depkes RI,2009). Berdasarkan sebanyak
300
data
WHOWorld juta
Health
orang
Organizationtahun
menderitaasmadan
ribupenderitameningalkarenaasmadiseluruhdunia,
2009 225
angkakejadianasma
80%terjadidinegaraberkembangakibatkemiskinan, kurangtingkatpendidikan, pengetahuan,
danfasilitaspengobatan.
Angkakematian
disebabkanolehpenyakitasmadiseluruhduniadiperkirakanakanmeningkat 1
yang
2
20%untuk
10
tahunmendatang,
2009).Indonesia
jikatidakterkontroldenganbaik
(WHO,
sendirisaatinipenyakitasmamasukdalam
10
besarpenyebabkesakitandankematiandenganjumlahpenderitapadatahun 2010 sebanyak 15 juta.SKRT (SurveiKesehatanRumahTangga) tahun 2011 sebanyak
350
ribu
orang
meninggalkarenaasma
(Depkes
RI,
2010).MenurutRiskesdas(2013),Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke 7 denganpersentase
4,3%darijumlahpenduduk,
angkainimenunjukanbahwapenyakitasma Tengahsangattinggi
di
wilayahprovinsi
Jawa
dan
rata-
ratapenyakitasmapertamakalimengalamisesaknafaspadasaatusialebihdari
40
tahun (Riskesdas, 2013).Dari data rekammedik RSUD Kota Surakarta selamaperiode April-Juni 2015 didapatkansebanyak150 dengan rata rata 50perbulanpasiendenganasmaberobatkeruangpenyakitdalam
RSUD
Kota
Surakarta. Peningkatanprevalensipenderitaasmadisebabkanpolusiudara, gayahidupmasyarakatdankurangnyapengetahuankeluargamengenaikondisipen yakitdanpengobatanpasienasmatersebut 2009),keluargaadalahunit
(Iris,
2008).
Menurut(Efendi,
kecildarimasyarakat
terdiriataskepalakeluargadanbeberapa
yang yang
terkumpuldantinggaldisuatutempatdibawahatapdalamsalingketergantungan.Pe rankeluargamerupakansuatu hubunganantaraanggotakeluargadenganadanyahubungantimbalbalik, umpanbalikdanketerlibatanemosional.
proses
3
Perankeluargadapatmemberikankekuatansatusama
lain
dankemampuananggotakeluargamenciptakansuasanasalingmemiliki, untukmemenuhikebutuhanpadaperkembangankeluarga, inimerupakanstrategipreventif
yang
paling
baik,
untukmeningkatkandukungansosialkeluarga
yang
adekuatdalammembantuanggotakeluarga
yang
mengalamimasalahdalamkesehatandanmembutuhkanperhatian. yang
baikakanberpengaruhpositif,
kurangbaikakanberpengaruhnegatif,
Keluarga
dankeluarga
yang
misalnyakeluarga
yang
melakukanperannyapadapenderitapenyakitmakaakanmuncul lebihpercayadiri
rasa (Efendi,
2009).Sesuaidenganfungsipemeliharaankesehatankeluargamempunyaiperanda ntugasdibidangkesehatan
yang
perludipahamidandilakukan,
mengenalmasalahkesehatanmerupakankebutuhankeluarga
yang
tidakbolehdiabaikankarenatanpakesehatansegalasesuatutidakberarti, halsekecilapapunkeluargaperlumengenalperubahan yang dialamipadakeluarga agar tidaksakitataumengalamikekambuhan (Suprajitno, 2006). Faktorpemicuasmaantaralaindebu, adadilingkungansehari-hari,
polusirokok
danasmamerupakanpenyakitkronis,
sehinggamembutuhkanpengobatan
yang
perludilakukansecarateraturuntukmencegahkekambuhan
(Ikawati,
Kekambuhanadalahperistiwatimbulnyakembaligejala-gejala sebelumnyasudahdiperoleh
yang
kemajuan
atau
sembuh
2006). yang (Yosep,
4
2006).Asmamerupakanganguankronikpadaparu-paru
yang
ditandaidengansesaknafas.Penderitaasmamemilikisalurannafas yang sangat sensitif,Salurannafasbereaksidengancaramenyempitataumengerutjikateriritasi sehingamenyulitkankeluarmasuknyaudara. bersin,batuk,
nafaspendek,
Gejalaasmabisaberupabersinserta
Pemicukekambuhanberupaudaradingin,
dada debu,
sesak. asaprokok,
gejolakemosiataukeletihan(Pramudianto 2009). Berdasarkan
hasilstudipendahuluan
yang
dilakukanmenggunakanmetodewawancarapada pasienasmadidapatkansebanyak
5
6 pasien
(83.33%)
mengatakanperankelurgasangatpentinguntukmengurangitingkatkekambuhan, sedangkansebanyak
1
pasien
(16,67%)
mengatakanperankeluargatidakpentingkarenakekambuhanasmadapatdiatasiny asendiritanpaadanyaperandarikeluarga. Berdasarkanuraiandiataspenelititertarikmelakukanpenelitiandenganjudul“Hub unganPeranKeluargadenganTingkatKekambuhanPasienAsma di PoliInterna RSUD Kota Surakarta”
1.2. RumusanMasalah Rumusan
masalah
dalam
penelitian
ini
“Adakahhubunganantaraperankeluargadengantingkatkekambuhanpasienasma di RSUD Kota Surakarta ?
5
1.3. TujuanPenelitian 1.3.1 TujuanUmum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD Kota Surakarta. 1.3.2. TujuanKhusus 1.3.2.1. Untukmendeskripsikanhubunganperankeluargadengantingkat kekambuhanpasienasma 1.3.2.2. Untukmendeskripsikantingkatkekambuhanpadapasienpenyaki tasma 1.3.2.3. Menganalisis
hubunganantaraperankeluarga
dengan
tingkatkekambuhanpadapasienpenyakitasma di RSUD Kota Surakarta
1.4. ManfaatPenelitian 1.4.1. Bagipasien asmadan masyarakat Hasilpenelitianinidapat
di
gunakansebagaimotivasi,danmenumbuhkansikappositifuntukmencega hkekambuhanAsma.Bagimasyarakat
agar
memberikandukungankepadapenderitaasma
agar
tidakberlanjutpadakekambuhanpenyakitasma. 1.4.2. BagiRSUD Kota Surakarta
6
Bagipihakrumahsakit, di harapkanpenelitianinisebagaibahanmasukan agar
memberikanasuhankeperawatantentang
pentingnya
peran
keluargadengantingkatkekambuhanpasienpenyakitasma. 1.4.3. BagiInstitusiPendidikan Diharapkandapat
di
masukkankedalammatakuliahkeperawatan,
danmengembangkankeilmuanterkait
denganhubungan
peran
keluargadengantingkatkekambuhanpenyakitasma. 1.4.3. BagiPeneliti Lain Hasilpenelitianinidapatdijadikansebagai
data
daninformasidalammelakukanpenelitianlebihlanjutterkaitdenganpenya kitasma.
1.4.4. BagiPeneliti Menambahpengetahuandanwawasantentanghubunganperan dengantingkatkekambuhan pada pasien penyakit asma.
keluarga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TinjauanTeori 2.1.1 Konsep Asma 2.1.1.1 Pengertian Asma Asma adalah proses reversibleobstruksipernafasan yang dikarakteristikan dengan periode buruk dan remisi di mana bronchial mengalami spasme yang mengobstruksi jalan (Astuti, 2010).Asma adalah suatu penyakit pernafasan yang ditandai dengan
inflamasi
saluran
pernafasan
(bronkus)
yang
menyebabkan aliran udara ke dan dari paru menjadi kurang lancar, sehinggamenimbulkan gejala-gejala khas yaitu mengi, batuk, konstriksi dada, dan sesak nafas (Pramudianto, 2010). 2.1.1.2 Penyebab Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang hiperresponsif terhadap iritan.Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan sumbernya: 1. Faktor ekstrinsik: latihan berlebihan atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat
7
8
yang ditambahkan kedalam makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan. 2. Faktor intrinsik: sakit, stress, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang ekstrim (Astuti, 2010). 2.1.1.3 Klasifikasi Asma Klasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain ; 1. Mild Intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan yang sebentar. 2. Mild Persisten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau menetap. 3. Moderate Persistent, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus atau menetap. 4. Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau menetap (Astuti, 2010) 2.1.1.4 Manifestasi Klinis 1. Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk. 2. Peningkatan frekuensi nafas. 3. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat. 4. Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada. 5. Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronchial. 6. Gejala umum asma: batuk. (Astuti, 2010).
9
2.1.1.5 Komplikasi 1. Pneumothoraks 2. Kesulitan emosional 3. Kematian 2.1.1.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinis, riwayat, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. 1. Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun, dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan nafas rutin. Dalam Spirometri akan mendeteksi : a. Penurunan forced expiratory volume (FEV) b. Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR) c. Kehilangan forced vital capacity (FVC) d. Kehilangan inspiratory capacity (IC) 2. Laboratorium darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan sel darah putih selama fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi. 3. X-ray dada Frontal dan lateral menunjukkan infltrat dan hiperekspansi jalan nafas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan fisik.
10
4. Uji kulit untuk mengidentifikasi allergen spesifik (Astuti, 2010). 2.1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Penegakan diagnosis asma memerlukan anamnesis riwayat pasien dan pemeriksaan fisik yang cermat serta penggunaan sarana pemeriksaan diagnostik tambahan. Gejala khas yang menunjukkan penyakit asma berupa : mengi, dada terhimpit, sesak nafas dan batuk. Semua gejala ini dapat berulang, bertambah parah pada malam hari atau dini hari, atau dapat dipicu oleh olahraga, zat iritan, allergen, atau infeksi virus.Namun, gejala asma sangat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya, dan hal penting yang harus diperhatikan adalah tidak adanya gejala tidak berarti diagnosis asma dapat disingkirkan (Chang, 2009). 2.1.1.8 Penatalaksanaan asma 1. Pengobatan teratur Asmamerupakanpenyakit
yang
sangatmenganggudanpadatahaptertentubisamenyebabkanbahay a.Asmamemangharusdiobatiuntukmeringankansesaknafasdang anguanpernafasansaatasmakambuh, pengobatansecarateratursangatdianjurkanuntukmenghindaripen deritalebih parah dan menyebabkan kematian.
11
2. Kebersihan lingkungan Tinggal dalam sebuah lingkungan akan menjadi potensi besar penyebab asma, hal ini disebabkan karena suatu lingkungan
banyak
terdapat
zat-zat
yang
berbahaya,
menciptakan suatu lingkungan tempat tinggal yang bersih akan mengurangi tingkat kekambuhan suatu penyakit. 3. Peran masyarakat Salah satupenyebabasmakambuhadalahtingkatemosional, dalamsutukehidupanbermasyarakatterdapatpolafikirdansifat yang
berbeda-beda,
untukmenghindarinya
maka
perlu
menciptakansuasanatenangdalamkehidupanbermasyarakat. 4. Peran keluarga Keluarga berperan dalam pemeliharaan kesehatan yaitu untuk menjalankan tugas dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat dalam membantu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan membutuhkan perhatian, keluarga yang baik akan
berpengaruh
yang
baik
begitu
juga
sebaliknya
peningkatan prevalensi asma banyak terjadi karena faktor lingkungan dan keluarga (Iris, 2008).
2.1.2 Konsep Peran
12
2.1.2.1 PeranSecaraUmum Peran berarti laku, bertindak.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Harahap, dkk, 2007). Makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara: historis dan ilmu sosial, historis adalah konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur dalam zaman kuno Yunani atau Romawi. Dalam hal ini peran adalah karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas atau lelakon tertentu.Peran ilmu sosial adalah suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut (Harahap, dkk, 2007). 2.1.2.2 Perandalamkeluarga Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir.Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008).
13
1. Peran ayah, ayah merupakan suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peran ibu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peran sebagai mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai angota masyarakat dari lingkungannya, dari itu seorang ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peran anak adalah anak-anak melaksanakan peranannya psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Wijayakusuma, 2008). 2.1.2.3 Perankeluargaterhadappasienasma 1. Keluarga mampu mengenal masalah asma 2. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat 3. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada angota keluarga yang sakit asma 4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang kekambuhan penyakit asma
14
5. Keluarga mampu mengunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk penatalaksanaan asma. 2.1.3 Konsep Keluarga 2.1.3.1 Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadan saling ketergantungan (Effendi, 2009). 2.1.3.2 Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah 1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
15
5. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. 2.1.3.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga 1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. 2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan teatpi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. 2.1.3.4 Tipe Keluarga Menurut Effendi (2009) secara
tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluarga Inti (Nuclear Famili) Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh keturunannya atau adopsi atau keduanya. 2. Keluarga Besar (Extended Family) Adalah keluarga inti ditumbuh anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, pamanbibi)
16
3. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. 5. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinan berpoligami dan hidup secara bersama. 6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 2.1.2.5 Tugas Keluarga dibidang Kesehatan Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3. Sosialisasi antaranggota keluarga 4. Pengaturan jumlah anggota keluarga 5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga 6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas 7. Membangitan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy, 2008). 2.1.4 Konsep Kekambuhan 2.1.4.1 Pengertian
17
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda (Dorland, 2002).Kekambuhan merupakan keadaan klien hipertensi dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien hipertensi harus di rawat kembali (Andri, 2008). 2.1.4.2 Penyebab Terjadinya Kekambuhan Asma Asma, merupakan suatu bentuk peradangan kronis yang terjadi pada saluran pernapasan.Biasanya asma memiliki gejalagejala yang bervariasi pada tiap orang, yang dipicu oleh banyak faktor.Asma biasanya membuat penderitanya menjadi sesak napas dan sulit untuk bernapas karena terjadinya peradangan pada saluran pernapasan tersebut. Menurut Ana (2015) faktor penyebab asma paling utama, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Faktor Genetik Salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab dari kambuhnya asma, atau terjangkitnya seseorang dengan penyakit
asma
adalah
faktor
genetik
atau
faktor
bawaan.Faktor genetik atau bawaan ini diturunkan oleh generasi sebelumnya, seperti orang tua, nenek kakek, ataupun buyut.Seseorang yang mendapatkan bakat asma karena
keturunan
atau
faktor
genetik
ini
biasanya
mengalami gejala–gejala asma yang mirip dengan orang tua
18
atau kakek neneknya dahulu.Asma yang diperoleh karena faktor genetic atau bawaan ini lebih sulit untuk dihilangkan, hanya
dapat
dikurangi
saja
gejala–gejalanya
secara
bertahap.Faktor genetik ini, selain berasal dari faktor keturunan, memeiliki beberapa faktor lain, yaitu
jenis
kelamin dan ras. 2. Faktor Lingkungan Faktor lain yang mempengaruhi kambuhnya penyakit asma ini adalah faktor yang berasal dari lingungan sekitar. Lingkungan sekitar memiliki banyak jenis polutan dan hal lain yang sanggup membuat saluran pernafasan. Debu yang berada di dalam rumah memiliki peran yang penting dalam meningkatkan resiko asma, debu yang terhirup dapat menjadi sesak nafas. 3. Faktor kondisi medis Faktor
kondisi
medis
dapat
berupa
efek
dari
penggunaan obat-obatan tertentu, ataupun kondisi pasien yang mengalamisuatu penyakit ydang dapat mempengaruhi kondisi saluran pernafasan.
4. Stres Stres sudah terbukti dapat berpengaruh secara negatif dengan kondisi kesehatan seseorang. Orang-orang dengan
19
stres yang tinggi bahkan merasa depresi akan mengalami beberapa gangguan kesehatan yang antara lain adalah asma. 5. Olahraga yang berlebihan Olahraga memang sangat baik bagi kesehatan tubuh, namun olahraga yang berlebihan sangat tidak disarankan, terutama bagi orang yang memiliki bakat sebagai penderita asma. Olahraga berlebihan akan sangat mengganggu kemampuan pernafasan, sehingga gejala asma dan sesak nafas akan timbul dn sangat mengganggu aktivitas seharihari.
2.2. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dimaksudkan bahwa masalah yang hendak diteliti belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, jika permasalahannya mirip, maka harus ditegaskan perbedaan penelitiannya dengn peneliti terdahulu.
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian No
Nama Peneliti
Judul
Metode
Hasil penelitian
20
1
Novita Fajar Lestari dan Nurul Hartini, S. (2014)
Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Frekuensi Kekambuhan pada Wanita Penderita Asma Usia Dewasa Awal yang Telah Menikah
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala jenisl ikert. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Spearman rank.
2
Arin Satria Ningrum (2012)
Hubungan Pengetahuan tentang Asma dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan
Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
3
Juan C. celedo, dkk., 2003
Day care attendance in early life, maternal history of asthma, and asthma at the Ageof 6 years
Penlitian dilakukan dengan mengambil sampel 505 bayi yang ditempatkan di penitipan dan diberi perlakuan dan dibedakan menurut jumlah
4
Hidayati (2015)
Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma dengan Kejadian
Penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Populasi sebanyak 49 orang dan seluruhnya
Hasil penelitian diperoleh nilai korelasi antara tingkat stres dengan kekambuhan asma sebesar 0,730 dengan ρ sebesar 0,000. Hal ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan frekuensi kekambuhan pada wanita penderita asma usia dewasa awal yang telah menikah. Hasil penelitian dari 47 orang dengan teknik sampling total sampling didapatkan hasil : (1) pengetahuan responden sebagian besar cukup, (2) upaya pencegahan kekambuhan asma responden sebagian besar cukup, dan (3) ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan pada penderita asma di wilayah kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten magetan. Penlitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penitipan bayi yang menderita asma pada tahun pertama, penurunan resiko asma pada bayi yang berada pada penitipan (day care) dan sejarah ibu yang menderita asma mempengaruhi resiko asma pada anak Hasil penelitian menunjukkan 16 responden (33%) mempunyai pengetahuan kurang, 19 responden (39%) mempunyai pengetahuan sedang, dan
21
5
Utami (2013)
Kekambuhan Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta
dijadikan sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis chisquare
Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi. Sampel pada penelitian ini adalah 105 orang dengan teknik sistematik random sampling. Alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis Pearson Product Moment.
14 responden (28%) mempunyai pengetahuan baik. Dilihat dari kekambuhan asma yang tergolong kekambuhan sering ada 23 responden (47%), kadang ada 18 responden (37%), dan jarang ada 8 responden (16%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pencegahan asma dengan kekambuhan pada penderita asma Hasil penelitian menunjukkan nilai r sebesar 0,687 dengan p sebesar 0,000. Berdasarkan hasil diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri individu yang mengalami asma
2.3 Kerangka Teori Faktor penyebab kekambuhan -Faktor genetik -Faktor lingkungan
Pengobatan teratur
-Faktor kondisi medis -Stres -Olahraga yang berlebihan
Kebersihan lingkungan
22
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Astuti (2010), Harahap, dkk (2007), Ana (2015)
2.4 Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
23
Peran Keluarga
Tingkat Kekambuhan Gambar 2.2.KerangkaKonsep
2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2015). Ho : Tidak terdapat hubungan antara peran keluarga dan tingkat kekambuhan pada penderita asma di poli interna RSUD Kota Surakarta. Ha : Terdapat hubungan antara peran keluarga dan tingkat kekambuhan pada penderita asma di poli interna RSUD Kota Surakarta.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,yaitujenispenlitian
yang
menekankanpadawaktupengukuran/
observasi data variabelindependendandependenhanyasatu kali satuwaktu (Nursalam, 2013), variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah peran keluarga sedangkan variabel terikat (dependen) adalah tingkat kekambuhanasma.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari pasien asma di ruang penyakit dalam RSUD Kota Surakarta. Berdasarkan data rekam medik RSUD Kota Surakarta periode bulan April – Juni 2015 diperoleh data sekitar 150 dengan rata-rata 50 pasien asma per bulan yang berobat ke rawat inap penyakit dalam RSUD Kota Surakarta.
1 24
25
3.2.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yangd iambil dari populasi harus betulbetul representiatif/mewakili (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah 44 pasien asma di RSUD Kota Surakarta.Adapunkriteria inklusi yang penelititetapkanadalah : 1. Tidak mengalami gangguan kejiwaan 2. Tinggal serumah bersama pasien 3. Pendengaran dan penglihatan yang masih berfungsi dengan baik 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Usia>18 tahun, hal ini karena responden sudah dianggap dewasa dan memahami tentang kuesioner yang diajukan. 6. Keluarga yang terlibat langsung dalam perawatan Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000 yang dikutip dari Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut : N n = ––––––––– 1 + N.(d2) Keterangan : n : Besarnya sampel N : Jumlah Populasi
26
d : Ketepatan yang diinginkan Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh jika menggunakan ketepatan yang diinginkan 0,05 adalah sebagai berikut: 50 n = ––––––––––––– = 44 orang 1 + 50 . (0,05)2 Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut jumlah sampel yagn diambil pada penelitian ini adalah 44 orang. Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakanadalah non probability sampling
dengan
tehnik
purposivesampling.Purposive
samplingyaitupenetapansampeldengancaramemilihsampeldiantarapopulasi sesuai
yang
dikehendakipeneliti
(tujuan/masalahdalampenelitian)
sehinggasampeltersebutdapatmewakilikarakteristik populasi (Nursalam, 2013).
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo,
2010).
Penelitian
ini
dilakukan
di
ruangrawatinappenyakitdalam RSUD Kota Surakarta.Tempat ini juga belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pada penderita asma.
27
3.3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan
penelitian
(Notoatmodjo,
2010).
Penelitian
ini
dilakukanselamabulan Januari 2016. 3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Variabel independen (bebas) yaitu peran keluarga dan variabel dependen (terikat) yaitu kekambuhan asma . Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo 2010). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Peran keluarga
Definisi Alat Ukur Skala Peran keluarga Kuesioner Ordinal adalah bantuan yang diterima oleh individu yang mengalami asma dari anggota keluarga individu yang mengalami asma
Skor • Baik Apabila 76% 100% • Cukup Apabila 56% – 75% • Kurang Apabila < 56% (Wawan dan Dewi, 2010)
28
Kekambuhan asma
Lembar Kekambuhan Oservasi merupakan keadaan klien asma dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien asma harus dirawat kembali
Ordinal
•
Sering bila > 3 kali dalam 3 bulan • Kadang-kadang bila <2-3 kali dalam 3 bulan • Jarang bila < 2 kali dalam 3 bulan (Hidayati, 2015)
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian 1.
Variabel bebas (peran keluarga) Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk pengukuran
peran
keluarga.Instrumen
penelitian
ini
adalah
kuesioner tertutup yang diisi oleh responden.Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010).Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti yaitu untuk pengetahuan benar dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007).Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan positif dimana jika ya
29
nilai 1 (satu) jika tidak nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu pertanyaan negatif jika ya nilai 0 (nol) jika tidak nilainya 1 (satu).Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 25 butir soal.Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada teori yang digunakan.Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar. Tabel 3.2. Keterangan Kuesioner Peran Keluarga Sub Variabel
1. 2. 3. 4. 5.
Faktor genetik/keluarga Faktor lingkungan Faktor kondisi medis Stres Olahraga berlebihan Jumlah Sebelumnya
No. item Favourable
No. item unfavourable
5,6,7,18,22 2,3,15,17 10,11,19 8,9 23,25 16
1,4 9,12,21,24 13,14 20 16 9
kuesioner
tersebut
diuji
Jumlah Total Item 7 8 5 3 3 25
validitas
dan
reliabilitas.Uji coba instrumen dilakukan pada Puskesmas Nusukan Surakarta.Menurut
Sugiyono
(2015),
bahwa
beberapa
ahli
menggunakan 30 orang sebagai sampel dalam uji coba instrumen. 2.
Variabel terikat (kekambuhan asma) Pengukuran kekambuhan asma menggunakan kuesiner dengan tentang seberapa sering asma tersebut kambuh. Kriteria pengukuran menggunakan seringbila > 3 kali dalam tiga bulan, kadang-kadang bila <2-3 kali dalam tiga bulan dan jarang bila < 2 kali dalam tiga bulan (Hidayati, 2015)
30
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkatkevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen. Sebuah
instrumendikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment adalah:
rxy =
n.(Σxy) - (Σx . Σy) {n Σx − (Σx ) } {n Σy 2 - (Σy ) } 2
2
2
Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi product moment
n
: Jumlah responden
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program
komputer statistik.Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung >r tabel pada taraf signifikan 5% (Ghozali, 2009). Hasil uji validitas pada sampel uji coba di RSUD Karanganyar diketahui bahwa dari 25 item kuesioner peran keluarga diketahui bahwa sebanyak 23 item kuesioner dinyatakan valid karena nilai r hitung
31
(> 0,361), sedangkan sebanyak 2 item kuesioner yaitu kuesioner nomor 9 dan 14 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung (< 0,361), sehingga item yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas untuk variabel peran keluarga terlampir. 2.
Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer statistik. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 2 k Σ σb r11 = 1 − σ 2 t k − 1
Keterangan: r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
32
Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria(0,70) (Ghozali, 2009). Hasil Uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach Alpha (0,865) > 0,70 sehingga dinyatakan reliabel. 3.5.3 Teknik Pengumpulan Data 1.
Pengumpulan data Pengumpulan
data
merupakan
pencatatan
peristiwa–
peristiwa atau hal sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian (Arikunto, 2010).Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan
membagikan
kuesioner
pada
responden,
kemudian
menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013).Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang peran keluarga dan kekambuhan asma. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013).Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.
33
2. Langkah – langkah pengumpulan data. a. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus STIKES Kusuma Husada Surakarta untuk melakukan studi pendahuluan di RSUD Kota Surakarta. b. Setelah mendapat ijin dari RSUD Kota Surakarta, peneliti melakukan studi pendahuluan. c. Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal hingga seminar penelitian dan melakukan revisi setelah seminar d. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus STIKES Kusuma Husada Surakarta untuk diserahkan ke Kesbangpol Kota Surakarta dengan tembusan ke Badan Perencanaan Daerah Kota Surakarta dan ke Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan akhirnya diserahkan ke RSUD Kota Surakarta. e. Peneliti bekerja sama dengan perawat RSUD Kota Surakarta dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data tentang peran keluarga dan kekambuhan asma. f. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan, manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent. g. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi lembar informed consent.
34
h. Peneliti memberikan kuesioner bagi responden yang bisa mengisi sendiri sedangkan bagi responden yang ingin dibantu maka data diisi oleh peneliti. i. Setelah dirasa lengkap peneliti melakukan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakananalisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu: 1.
Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan.Editing dalam penelitian ini adalah mengecek kembali hasil jawaban responden sudah lengkap atau belum dan jika belum lengkap maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali.
2.
Coding atau mengkode data merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya.
3.
Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.
35
4.
Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.
3.6.2. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian distribusi frekuensi terdiri dari usia, pendidikan, jenis kelamin, peran keluarga dan kekambuhan asma. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah
analisis yang dilakukan untuk
mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo 2010). Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini berasal dari variabel peran keluarga (X) dan variabel kekambuhan asma (Y) yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat pengukuran yang memungkinkan peneliti mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi. Melalui pengukuran ini penulis dapat membagi respondennya ke dalam urutan rangking atas dasar sikapnya pada objek atau tindakan tertentu, maka dalam menguji hipotesis ini digunakan teknik statistik non parametrik.Hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi Rank
36
Spearman.
Korelasi
Rank
Spearman
menurut
Sugiyono
(2010)digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji spesifikasi hipotesis assosiatif, bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Rumus untuk mengukur koefisien Rank Spearman adalah sebagai berikut : 6 ∑di2 rs = –––––––––––– N (n2 – 1) Keterangan :
rs
= koefisien korelasi Rank Spearman
di
= selisih mutlak antara rangking data variabel X dan variabel Y
n
= banyaknya responden atau sampel yang diteliti(Sugiyono, 2015) Data
diolah
dengan
menggunakan
software
SPSS
(Statistical Product for Social Science).Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α 0,05. Kriteria keputusan : a. Apabila rs hitung < rs tabel atau p value> 0,05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak berarti peran keluarga tidak mempunyai hubungan dengan kekambuhan asma
37
b. Apabila rs hitung > rs tabel atau p value< 0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, berarti peran keluarga mempunyai hubungan dengan kekambuhan asma. Menurut Dahlan (2011) interpretasi dari kekuatan korelasi dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3.3 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, nilai p dan arah korelasi No. 1
Paramater Kekuatan Korelasi
Nilai 0.00 – 0.199 0.200 – 0.399 0.400 – 0.599 0.600 – 0.799 0.800 – 1.000
Interpretasi Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
2
Nilai p
p < 0,05
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
p > 0,05
Tidak Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
+ (postif)
Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
- (negatif)
Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variael, semakin kecil nilai variabel lainnya
3
Arah korelasi
3.7 Etika Penelitian Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
38
3.7.1 Informed consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3.7.2 Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Umur responden Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur Umur 18-29 tahun 30-40 tahun > 40 tahun Total
f 9 22 13 44
% 20.5 50.0 29.5 100
Tabel 4.1.menunjukkan bahwa mayoritas respondenberusia antara 30 tahun sampai 40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (50,0%). 4.1.2 Jenis Kelamin responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
f 10 34 44
% 22.7 77.3 100
Tabel 4.2.menunjukkan bahwa mayoritas respondenadalah lakilaki yaitu sebanyak 34 orang (77,3%).
39
40
4.1.3 Tingkat Pendidikan Responden Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan SD SMP SMA PT Total
f 3 7 29 5 44
% 6.8 15.9 65.9 11.4 100
Tabel 4.3.menunjukkan bahwa mayoritas respondenmemiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 29 orang (65,9%).
4.2 Analisis Univariat Hasil analisis univariat variabel penelitian (peran keluarga dan kekambuhan asma) adalah sebagai berikut : 4.2.1 Analisis univariat variabel peran keluarga Hasil analisis univariat variabel peran keluarga dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4. Analisis univariat variabel peran keluarga Peran Keluarga Baik Cukup Kurang Total
f 4 21 19 44
% 9,1 47,7 43,2 100
Tabel 4.4.menunjukkan bahwa mayoritas respondenmempunyai peran yang cukup dalam membantu pasien yaitu sebanyak 21 orang (47,7%).
41
4.2.2 Analisis univariat variabel kekambuhan asma Hasil analisis univariat variabel kekambuhan asma dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5. Analisis univariat variabel kekambuhan asma Kekambuhan asma Sering Kadang-kadang Jarang Total
f 0 28 16 44
% 0,0 63,6 36,4 100
Tabel 4.5.menunjukkan bahwa mayoritas respondenkekambuhan asmanya kadang-kadang yaitu sebanyak 28 orang (36,4%).
4.3. Analisis Bivariat Hasil
analisis
bivariat
menggunakan
uji
rank
spearmanuntuk
mengetahui hubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan asma dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6. Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan asma Keterangan Hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma
Koefisien Korelasi rs p value -0,451 0,002
Hasil penelitian menunjukkannilai korelasi (r = -0,451) dengan p value (0,002< 0,05), berarti ada hubungan ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD Kota Surakarta. Nilai koefisien korelasi bernilai negatif sehingga hubungannay adalah berlawanan arah yang berarti semakin baik peran keluarga maka semakin menurunkan tingkat kekambuhan asma.Nilai koefisien korelasi sebesar (-
42
,0451) yang berada diantara (0,400 – 0,599) sehingga kekuatan hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan asma pada pasien di RSUD Surakarta adalah sedang.
43
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur responden Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas
respondenberusia antara 30 tahun sampai 40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (50,0%). Umur seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang asma. Atmoko, dkk (2011) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tentang asma pada keluarga pasien membuat keluarga pasien mampu memberikan informasi kepada pasien untuk tingkat kontrol yang lebih baik pada asma pasien, dimana dengan umur yang dalam rentang usia produktif membuat pengalaman seseorang juga sudah mengalami peningkatan sehingga mampu memperoleh informasi khususnya pengetahuan tentang asma. 5.1.3. Jenis Kelamin Responden Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
bahwa
mayoritas
respondenadalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (77,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan antara laki-laki dan perempuan secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga adalah laki-laki.Di dalam keluarga, laki-lakilah yang paling sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga adalah suami (Efendi & Makhfudli, 2009).
43
44
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di tumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah (Nurdiana, dkk, 2007). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran serta keluarga dalam perawatan kondisi kesehatan keluarganya berpengaruh besar bagi anggota keluarganya, karena keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perhatian langsung pada setiap keadaan pasien. Keluarga merupakan sisitem pendukung utama yang member perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien keluarga mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah akan dapat menekan perilaku maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilku adaptif (pencegahan tertier) sehingga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Keliat, 2008). 5.1.2. Pendidikan responden Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas
respondenmemiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang (65,9%). Tingkat pendidikan responden yang cukup baik menyebabkan responden memiliki kemampuan untuk menyerap informasi-informasi
45
tentang penyakit asma dan cara pencegahannya. Informasi-informasi tentang penyakit asma tersebut diperoleh dari media massa, informasi orang yang dipercaya (keluarga, saudara dan lain-lain) serta petugas kesehatan, sehingga dengan pengetahuannya tersebut dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada keluarganya selaku penderita asma sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan asma. Ningrum (2012) menyatakan bahwa berdasarkan pendidikan yang dimiliki responden maka dapat mempengaruhi pengetahuan responden. Pengetahuan yang diperoleh tentang penyakit asma menyebabkan keluarga pasien memberikan informasi kepada pasien asma, sehingga ketika
pasien
memahami
tindakan-tindakan
yang
baik
dalam
pencegahan penyakit asma, maka pasien tersebut akan berperilaku benar dalam pencegahan penyakit asma, sehingga upaya yang dilakukan dalam pencegahan asma menjadi baik. 5.2. Peran Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas respondenmempunyai peran keluarga yang cukup dalam membantu pasien yaitu sebanyak 28 orang (63,6%). Utami (2013) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial dari keluarga, membuat individu yang memperoleh dukungansosial yang tinggi akan menjadi individu yang lebih optimis. Dukungan sosial dapat secara efektif mengurangi stres yang dialami individu terlebih lagi pada individu yang mengalami sakit kronis, salah satunya adalah asma.
46
Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga seperti rasa empati, selalu ada mendampingi individu ketika mengalami permasalahan, dan keluarga menyediakan suasana yang hangat di keluarga dapat membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan lebih baik. Begitu juga dengan dukungan penghargaan yang diberikan oleh keluarga yang dapat berupa pemberian apresiasi ketika individu mencapai suatu keberhasilan, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Dukungan ini membantu individu
dalam
membangun
harga
diri
dan
kompetensi.Dukungan
penghargaan sangat dibutuhkan oleh individu yang mengalami asma karena berbagai dampak yang ditimbulkan oleh asma cenderung dapat membuat rasa percaya diri individu yang mengalami asma menurun. Adanya penghargaan yang positif dari keluarga akan membantu individu untuk meningkatkan rasa percaya dirinya (Utami, 2013).
5.3. Kekambuhan Asma Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas respondenkadangkadang mengalami kekambuhan asma yaitu sebanyak 28 orang (63,6%). Ana (2015) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan asma antara lain adalah
faktor genetik, faktor lingkungan,
faktor medis, stres dan olahraga yang berlebihan.
47
Sundari (2007) menyatakan bahwa risiko munculnya asma meningkat pada anak yang terpapar sebagai perokok pasif.Asma pada anak juga dapat disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas tipe I.
5.4. Hubungan Antara Peran Keluarga dengan Kekambuhan Asma Hasil penelitian menunjukkannilai korelasi (r = -0,451) dengan p value (0,002< 0,05), berarti ada hubungan ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kekambuhan pasien asma di RSUD Kota Surakarta. Nilai korelasi bernilai negatif berarti semakin baik peran keluarga maka tingkat kekambuhan asma semakin menurun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Taufik (2014), bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan skizofernia.Nurdiana, dkk (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia.Peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan, hal ini karena keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit klien. Penelitian Handayani, dkk (2011) menunjukkan hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga berperan dalam mencegah kekambuhan pasien.Peran keluarga dalam bentuk finansial, informasi,
48
emosional dapat membantu seseorang untuk mengenal dan mengatasi masalahnya dengan lebih mudah. Imam (2005) dalam penelitiannya bahwa dalam perawatan klien dibutuhkan peran keluarga sebab keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya dan keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan perawat utama bagi klien. Liansyah (2014) bahwa komunikasi yang baik dan terbuka antara praktisi dokter keluarga dan pasien serta orang tua atau keluarga pasien adalah hal yang penting sebagai dasar penatalaksanaan asma. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Friedman (2010) yang menyebutkan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional, jika dukungan tersebut ada pada keluarga pasien, maka akan berdampak positif pada pasien.
49
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Sebagian besar respondenberusia antara 30 tahun sampai 40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (50,0%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (77,3%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang (65,9%). 6.1.2.Mayoritas responden cukup berperan dalam membantu pasien yaitu sebanyak 21 orang (47,7%). 6.1.3.Mayoritasrespondenkekambuhan
asmanya
kadang-kadang
yaitu
sebanyak 28 orang (63,6%). 6.1.4.Adahubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan asma (r = -0,451) dan secara statistik signifikan (p = 0,002).
6.2. Saran 6.2.1. Bagi tenaga kesehatan (klinik) Tenaga kesehatan hendaknya memberikan konseling kepada keluarga pasien yang mengalami asma untuk tidak terjadi kekambuhan asma. 6.2.2. Institusi pendidikan Institusi pendidikan hendaknya menambah literatur tentang asma demi meningkatkan pemahaman mahasiswa.
49
50
6.2.3. Pasien Pasien hendaknya berkomunikasi atau menyampaikan keluhan dengan anggota keluarga bila mengalami gejala tejadinya gangguan asma, sehingga dapat secara dini mendapatkan pertolongan pertama pada pasien. 6.2.4. Keluarga Pasien Keluarga pasien hendaknya tetap memberikan dukungan kepada pasien dengan cara menjaga kepatuhan berobat pada pasien asma apabila dibutuhkan. 6.2.5. Peneliti lain Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang faktor lain yang dapat menyebabkan kekambuhan asma, misalnya adalah kepatuhan berobat.
DAFTAR PUSTAKA
Ana,.(2015). 6 faktor Penyebab Asma http://halosehat.com, tanggal 20 Februari 2016.
Paling
Utama.Diakses
Andri, B. (2008). Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan Tahun 2005-2006. Skripsi. Medan : FKM USU. Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta : Rineka Cipta. Astuti. (2010). Paparan Asap Dalam Rumah, Hewan Peliharaan, Lingkungan Tempat Tinggal Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 26, No. 3, September 2010. Atmoko, W, dkk.(2011). Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.Jurnal Respirasi Indonesia. Vol 31 No. 2 Celedon, J.C. dkk, (2003).Day Care Attendance In Early Life, Maternal History Of Asthma, And Asthma At The Ageof 6 Years. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.Volume 167, Issue 9 Dahlan, S. (2011).Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Jakarta, Salemba Medika Depkes RI. (2009). Standar Pelayanan Minimal.Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Dorland, N. (2002). Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC Efendi.(2009). Pengertian Keluarga.Jakarta : Penerbit Medika. Efendi, Fdan Makhfudli.(2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Friedman, M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Semarang : Universitas Diponegoro. Harahap, dkk.(2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka.
Hidayat, A.A.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Books Publishing. Hidayati.(2015). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Ikawati, Z. (2006). Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM. Imam. (2005). Pengaruh Peran Serta Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu HamilDalam Menghadapi Proses Persalinan, Yogyakarta : Stikes Surya Global Iris,
R. (2008). Diagnosis dan KedokteranIndonesia.Vol 58 No 11.
Tatalaksana
Asma.Majalah
Keliat, BA. (2008). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Jakarta : EGC. Kurniawan, S.T. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menarche pada Siswi SD Negeri 1 Gayam Kabupaten Sukaharjo.Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lestari, NF dan Hartini, N. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Frekuensi Kekambuhan pada Wanita Penderita Asma Usia Dewasa Awal yang Telah Menikah. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.Volume 2, No. 1, Liansyah, TM. (2014). Pendekatan Kedokteran Keluarga Dalam Penatalaksanaan Terkini Serangan Asma Pada Anak.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.Vol 14 No 3. Ningrum, AS. (2012). Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.Naskah Publikasi. Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nurdiana, dkk.(2007). Korelasi Peran Serta Keluarga TingkatKekambuhan Klien Skizofrenia.Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol 3, No. 1
Terhadap Kesehatan
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta : SalembaMedika. Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press. Sugiyono.(2015). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta. Sundari, S. (2007).Kearah Memahami Kesehatan Mental.Yogyakarta: PPB FIP UNY. Suprajitno.(2006). Asuhan Praktik.Jakarta : EGC.
Keperawatan
Keluarga.
Aplikasi
Dalam
Taufik, Y. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pasa Pasien Skizofernia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.Naskah Publikasi. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Utami, N.M.S. 2013.Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 1 Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan,, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Wijayakusuma.(2008). Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan. http://www.ciberindo-aditama. Diakses tanggal 12 Januari 2016 Yosep, I. (2006). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama.