Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CAWAS I KLATEN
NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
NAMA NIM
: Arif Madriffa’i : J 210.131.017
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
0
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
1
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
2
PENELITIAN HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAWAS I KLATEN Arif Madriffa’i* H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep ** Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep *** Abstrak Skizofrenia merupakan penyakit distorsi mental tentang apa yang dirasakan dengan orang lain adalah berbeda, lebih cenderung persepsi terhadap dirinya sendiri. Kekambuhan pada pasien skizofrenia 100% terjadi pada tahun kelima setelah terdiagnosis skizofrenia. Keluarga merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung, keluarga juga merupakan perawat utama bagi klien dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan di rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antar variable. Penelitian dilakukan bulan Maret 2015 di puskesmas Cawas I Klaten. Jumlah responden sebanyak 35 responden dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Uji Chi square. Hasil penelitian adalah 16 responden (46%) berperan rendah dan 14 responden (40%) berperan cukup serta 5 responden (14%) berperan tinggi dilihat dari kekambuhan pasien skizofrenia yang tergolong kekambuhan jarang 13 pasien (37%) dan tergolong kekambuhan sering 22 pasien (63%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten.
Kata kunci
: Peran Keluarga, Kekambuhan Skizofrenia
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
3
THE ROLE OF FAMILY RELATIONSHIP WITH RELAPSE IN SCHIZOPHRENIA PATIENTS PUSKESMAS CAWAS I KLATEN Arif Madriffa’i* H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep ** Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep *** Abstract chizophrenia is a mental illness distortion of what is perceived by others is a different, more likely perceptions of himself. Relapse in patients with schizophrenia 100% occurred in the fifth year after diagnosis of schizophrenia. The family is a safe and comfortable place for shelter, the family is also the primary caregivers for clients in determining the required nursing care at home. The purpose of this study was to determine the role of families with relapse in patients with schizophrenia. This research is a quantitative study with a descriptive correlational design is to look for relationships between variables. The study was conducted in March 2015 in the clinic Cawas I Klaten. Total respondents 35 respondents using purposive sampling. Methods of data collection using the questionare. Data analysis using Chi-square test. Results of the research are 16 respondents (46%) plays low and 14 respondents (40%) to act fairly and 5 respondents (14%) play a role lofty views of relapse of schizophrenia patients were classified as recurrence rare 13 patients (37%) and classified as recurrence often 22 patients (63%). The conclusion from this study is that there is a significant relationship between the role of families with recurrence in patients with schizophrenia in the working area health centers Cawas I Klaten.
Keyword : Family roles, Recurrence Schizophrenia
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
PENDAHULUAN Hampir 1% dari jumlah penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka (Fausiah, 2005). Berdasarkan data World Health Organition WHO (2010) masalah skizofrenia sudah menjadi masalah yang sangat serius, angka kejadian pertahun mencapai 15-20/100.000 individu, dengan resiko morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa (Katona, 2013). Depkes RI (2008) melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita gangguan jiwa berat sekitar 6juta orang atau sekitar 2,5% dari penduduk di indonesia, Sebanyak 1-3 orang dari 1000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Dari 1-3 penderita tersebut separuh diantaranya berlanjut menjadi gangguan jiwa berat skizofrenia. Berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Tengah (2013) terdapat 3/1000 dari 32.952.040 penduduk di jawa tengah terdiagnosa skizofrenia, jadi terdapat sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia (Sri, 2008). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten angka kejadian gangguan jiwa pada tahun 2014 sebanyak 1.565 penderita. . Kekambuhan adalah timbulnya gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuard and Laraia, 2006). Pasien dengan diagnosis skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu klien, penanggung jawab klien (care manager), dokter, dan keluarga (Kelliat, 2011). Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika
3
tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit adalah meningkatkan dan memberdaya kemampuan keluarga secara mandiri dalam merawat klien di rumah (Kelliat, 1992). Data rekam medik puskesmas Cawas I Klaten didapatkan bahwa prevelensi penderita skizofrenia pada tahun 2012 ditemukan frekuensi kekambuhan sebanyak 530 kunjungan dari sejumlah 60 penderita, sedangkan laporan tahun 2013 mencatat angka kejadian kekambuhan penyakit skizofrenia sebanyak 449 kunjungan dari 55 penderita, dan tahun 2014 terdapat angka kekambuhan skizofrenia sebanyak 487 kunjungan dari 55 penderita skizofrenia. Jumlah keseluruhan penderita skizofrenia di puskesmas Cawas I Klaten pada tahun 2014 sebanyak 93 penderita tetapi yang mengalami kekambuhan sebanyak 55 pasien LANDASAN TEORI Definisi Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi realita dan ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari - hari. Seseorang yang mengalami skizofrenia biasanya isi fikirnya tidak teratur, dan mungkin mengalami delusi atau halusinasi pendengaran (Ardani, 2013) Kambuh pada skizofrenia merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya (Andri, 2008). Frekuensi kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Kelliat, 2011). Pasien skizofrenia yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial (Kelliat, 2011)
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan skizofrenia Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan skizofrenia adalah klien, dokter penanggung jawab klien dan keluarga (Kelliat, 2011). 1. Faktor klien Secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 1996). Klien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga. 2. Faktor dokter Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menibulkan efek samping yang dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping. 3. Faktor penanggung jawab klien. Setelah klien pulang ke rumah maka penanggung jawab kasus mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien, sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan. 4. Faktor keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Keluarga mempunyai
4
tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan setelah No.
Umur Jumlah Persentasi Responden (%) 1. Remaja 4 11 akhir (17 25) 2. Deawasa 9 26 awal (26 35) 3. Dewasa 13 37 akhir (36 45) 4. Lansia 7 20 awal (46 - 55) 5. Lansia 2 6 akhir (56 65) Jumlah 35 100 pasien pulang kerumah, sebaiknya pasien melakukan perawatan lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan jiwa. Keluarga membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat serta membuat jadwal aftercare. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status klien meningkat.
METODE PENELITIAN Desain penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan desain Cross-Sectionalf, yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable, digunakan untuk mengetahui antara peran keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anggota keluarga
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
yang sakit skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten yang pernah mengalami kekambuhan sebanyak 55 responden. Sampel sebanyak 35 responden. teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah kuesioner. HASIL PENELITIAN Berikut hasil dan pembahasan mengenai peran keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia pada responden penelitian : Tabel 1 Distribusi frekuensi responden bedasarkan umur Distribusi responden menurut umur diketahui bahwa responden termuda adalah remaja akhir (17 - 25 tahun) sebanyak 4 responden (11%), dan responden tertua adalah kategori lansia akhir (55 - 65 tahun) sebanyak 2 reponden (6%) sedangkan distribusi terbanyak adalah dewasa akhir (36 - 45 tahun) yaitu sebanyak 13 (37%). Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No. 1. 2.
Jenis Kelamin laki-laki perempuan Total
Jumlah 22 13 35
Persentasi (%) 63 37 100
Distribusi responden menurut Jenis Kelamin menunjukkan distribusi terbesar adalah laki - laki yaitu sebanyak 22 (63%) dan distribusi terendah adalah perempuan sebanyak 13 responden (37%).
5
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan No.
Pendidikan
Jumlah
1. 2. 3. 4.
SD SMP SMA PT Jumlah
14 10 9 2 35
Persentasi (%) 40 29 26 5 100
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan menunjukkan distribusi terbesar adalah SD yaitu sebanyak 14 (40%) dan distribusi terendah adalah perguruan tinggi (PT) sebanyak 2 responden (5%). Rata - rata responden berpendidikan SMP (29%) dan SMA (26%). Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan No.
Pekerjaan
Jumlah
1. 2. 3.
Petani PNS Pegawai Swasta Wiraswasta jumlah
14 1 5
Persentasi (%) 40 3 14
15 35
43 100
4.
Distribusi responden menurut pekerjaan diketahui sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 15 (43%), lebih banyak dibandingkan dengan responden yang pekerjaan sebagai PNS yaitu sebanyak 1 responden (3%).
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Hubungan dengan Pasien No.
1 2 3 4 5
Hubungan dengan Pasien Ayah Ibu Kakak Adik Lain-Lain Total
Jumlah
13 5 9 3 5 35
Persentasi (%) 37 14 26 9 14 100
Distribusi responden menurut Hubungan dengan pasien menunjukkan distribusi terbesar adalah ayah yaitu sebanyak 13 (37%) dan distribusi terendah adalah adik sebanyak 3 responden (9%). Rata - rata responden hubungan sebagai ibu (14%), kakak (26%) dan lain-lain (14%). Tabel 4.6 Distribusi Responden menurut Lama Pasien Menderita Skizofrenia No. 1. 2.
Lama menderita 1-4 tahun 5-8 tahun Total
Jumlah 10
Persentasi (%) 29
25
71
35
100
Distribusi responden menurut lama pasien menderita skizofrenia menunjukkan distribusi terbesar adalah 5 – 8 tahun yaitu sebanyak 25 responden (71%) dan distribusi terendah adalah 1 - 4 tahun sebanyak 10 responden (29%).
6
Analisis univariat Tabel 4.5 Peran keluarga No. 1. 2. 3.
Peran Jumlah Persentasi keluarga (%) Rendah 16 46 Cukup 14 40 Tinggi 5 14 Jumlah 35 100
Data tentang peran keluarga diperoleh dari 18 pertanyaan kuesioner. Peran keluarga dibagi menjadi 3 kategori, yaitu peran rendah, cukup dan tinggi. Distribusi peran tertinggi adalah kategori cukup yaitu sebanyak 16 responden (46%) dan distribusi terendah adalah kategori tinggi sebanyak 5 responden (14%). Tabel 4.6 Frekuensi Kekambuhan Pada Penderita Skizofrenia No. Kekambuhan Jumlah Persentasi (%) 1. Jarang 13 37 2. Sering 22 63 Jumlah 35 100 Kekambuhan responden dibagi dalam 2 kategori, yaitu kekambuhan jarang dan sering. Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam kategori sering yaitu 22 (63%) sedangkan distribusi terendah adalah kategori jarang sebanyak responden (37%)
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Tabel 4.7 Crosstab Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada pasien skizofrenia Peran Kekambuhan skizofreni Total keluarg Jarang Sering a Fre % Fre % Frek % Rendah 2 6 14 40 16 100 Cukup 8 23 6 17 14 100 Tinggi 3 9 2 5 5 100 13 38 22 62 35 100 X2 = 7.679 H0 ditolak Ρ- value = 0,022 Tabel 4.5 menunjukkan responden yang berperan rendah dengan kekambuhan jarang sebanyak 2 responden (6%), peran rendah dengan kekambuhan sering sebanyak 14 responden (40%). Responden yang berperan cukup dengan kekambuhan jarang sebanyak 8 responden (23%), peran cukup dengan sering sebanyak 6 responden (17%). Sedangkan responden yang berperan tinggi dengan kekambuhan jarang sebanyak 3 responden (9%) dan peran tinggi dengan kekambuhan sering sebanyak 2 responden (5%). Hasil pengujian Chi-Square hubungan peran keluarga dengan kekambuhan diperoleh nilai X2 sebesar 7.679 dengan ρ-value = 0,022. Nilai ρ-value lebih kecil dari 0,05 (0,022< 0,05) maka disimpulkan H0 ditolak. Berdasarkan uji tersebut maka disimpulkan terdapat Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi berdasarkan pengelompokan usia responden di dapatkan data bahwa sebagian besar keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit skizofrenia adalah dewasa
7
akhir yaitu sebanyak 13 responden dengan jumlah presentase 37%, sedangkan sebagian kecil keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sakit skizofrenia yaitu lansia akhir sebanyak 2 responden dengan presentase 6%. Berdasarkan hasil penelitian distribusi berdasarkan jenis kelamin responden di dapatkan data bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki yaitu 22 responden (63%) dan hubungan dengan pasien skizofrenia sebagai ayah yaitu 13 responden (37%). Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Cawas I Klaten hampir sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendy (2007) di lingkungan keluarga, ibu kurang berperan secara optimal sehingga ibu cenderung menjadi bad-enough mother. Selain itu kedudukan ibu lebih lemah daripada ayah sehingga ibu hanya cenderung menurut kepada ayah. Ayah memiliki kedudukan yang paling kuat danb berperan lebih aktif sehingga ayah menjadi figur sentral dan memegang keputusan keluarga. Distribusi responden menurut pekerjaan didapatkan data bahwa pekerjaan responden paling banyak sebagai wiraswasta yaitu 15 responden (43%) dan paling sedikit sebagai PNS sebanyak 1 responden (3%), frekuensi tingkat pendidikan responden paling banyak adalah SD sebanyak 14 responden (40%) dan paling sedikit adalah PT sebanyak 2 responden (6%). Hasil penelitian tersebut hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Meta (2010) bahwa status ekonomi dan kualitas hidup yang sangat bermakna antara pasien skziofrenia gejala positif menonjol dan gejala negatif menonjol serta proporsi pasien skizofrenia yang mempunyai kualitas hidup baik secara sangat bermakna lebih banyak didapatkan pada kelompok pasien skizofrenia yang mempunyai gejala positif menonjol daripada yang negatif menonjol.
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Distribusi responden menurut lama anggota keluarga menderita skziofrenia didapatkan data bahwa sebagian besar lama pasien menderita selama 5 - 8 tahun sebanyak 25 responden (71%) dan sebagian kecil lama menderita pasien selama 1 – 4 tahun sebanyak 10 responden (29%) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2009) bahwa keluarga pasien skizofrenia mempunyai kecenderungan depresi dibandingkan dengan keluarga pasien psikis lainya, terdapat hubungan yang kuat antara lama sakit pasien skizofrenia dengan skor depresi pada keluarganya dan terdapat hubungan negatif yang kuat antara persepsi dukungan sosial dengan skor depresi pada keluarga pasien skizofrenia. Data tentang peran keluarga tentang skizofrenia diperoleh dari 18 pertanyaan kuesioner. Distribusi peran keluarga tertinggi adalah kategori cukup yaitu sebanyak 16 responden (46%) dan distribusi terendah adalah kategori tinggi sebanyak 5 responden (14%). Peran keluarga terhadap penderita skizofrenia merupakan serangkaian tindakan yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan dalam keluarganya. Sebagian besar peran keluarga yang diberikan sebagai pendorong, sahabat, pendamai, penyalah, dominator, pengasuh keluarga, terapi keluarga dan perawatan selama dirumah sesuai dengan teori peran keluarga menurut Friedman (2002). Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia - sia jika tidak diteruskan di rumah Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit adalah meningkatkan dan memberdaya kemampuan keluarga secara mandiri dalam merawat klien di rumah (Kelliat, 1992). Penelititan ini serupa dengan penelitian Nurdiana (2007) bahwa keluarga biasanya menganggap anggota keluarganya yang sakit
8
skizofrenia sudah sembuh dan pengawasan aftercare di pelayanan kesehatan jiwa (RSJ/puskesmas integrasi) menjadi terabaikan. Hal inilah yang menyebabkan peran keluarga terhadap pasien skizofrenia menjadi rendah ( Kelliat, 1992). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar peran keluarga 46% responden dalam kategori rendah. Peran keluarga yang diberikan salah satunya Keluarga membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat serta pelaksanaan program aftercare. Peran keluarga yang diberikan terhadap pasien skizofrenia dapat dipengaruhi oleh perbedaan kelas sosial seperti keluarga yang berpenghasilan rendah, keluarga kelas pekerja dan menengah, karena keluarga dengan kelas sosial yang tinggi peran tentang kepedulian dan cara menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang menderita skizofrenia lebih maksimal dibandingkan dengan kelas sosial yang rendah. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Friedman (2002) bahwa variabel yang dapat mempengaruhi peran keluarga antara lain perbedaan kelas sosial, bentuk keluarga, pengaruh kebudayaan / etnik, tahap perkembangan keluarga, dan model peran. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden dalam kategori sering yaitu 22 responden (63%) sedangkan distribusi terendah adalah kategori jarang sebanyak 13 responden (37%). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar Kekambuhan skizofrenia 63% responden dalam kategori sering. Kekambuhan yang terjadi dipengaruhi oleh obat psikotropik dan faktor keluarga. Keluarga yang rutin berkoordinasi dengan petugas kesehatan dalam pelaksanaan program aftercare pengobatan pada penderita skizofrenia akan mengurangi angka kekambuhanya. Kekambuhan skizofrenia sering kali di sembunyikan oleh keluarga dan dikucilkan agar tidak diketahui oleh masyarakat. Persepsi
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
keluarga yang positif sangat dibutuhkan dalam perawatan pasien skizofrenia untuk mengurangi kekambuhanya. Membangun persepsi positif pada keluarga bisa dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan kepada keluarga tentang skizofrenia dan tempat pelayanan kesehatan jiwa perlu mengembangkan promosi kesehatan di masyarakat agar terciptanya persepsi yang positif terhadap skizofrenia baik oleh keluarga maupun masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010) bahwa semakin sulit atau semakin tidak adanya pelayanan kesehatan yang diterima oleh responden semakin besar kemungkinan untuk seringnya terjadi kekambuhan atau dengan kata lain semakin baik pelayanan kesehatan yang tersedia semakin besar peluangnya dalam mencegah terjadinya kekambuhan. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Kelliat (2011) bahwa faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pasien skizofrenia antara lain oleh pasien, dokter, case manager dan keluarga. Dari penelitian ini didapatkan hasil 46% responden berperan rendah yaitu sejumlah 16 responden dari 35 responden secara keseluruhan. Sedangkan yang berperan sedang 40% dan yang berperan tinggi ada 14%. Dari responden yang berperan rendah tersebut, terdapat 46% responden yang mengalami kekambuhan skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diartikan bahwa peran keluarga berpengaruh besar pada kekambuhan pasien skizofrenia. Peran merupakan serangkaian tindakan yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan dalam keluarganya (Friedman, 2002). Peran keluarga merupakan cara keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh penderita skizofrenia selama di rumah, semakin tinggi peran keluarga yang diberikan semakin rendah kekambuhanya. Pelaksanaan program aftercare yang dilakukan oleh keluarga bersama pasien di tempat pelayanan
9
kesehatan jiwa terdekat, kekambuhan skizofrenia dapat diminimalkan (Kelliat, 1992). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristin (2012) tentang faktor faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang bahwa semakin baik peran serta keluarga terhadap pasien skizofrenia maka kekambuhan skizofrenia dapat diminimalkan. Namun dari penelitian ini juga terdapat 5% kekambuhan dengan responden yang berperan tinggi sejumlah 2 responden. Hal tersebut menunjukan bahwa peran keluarga bukan merupakan satu - satunya yang dapat memicu kekambuhan pada pasien skizofrenia. Adapun faktor lain yang dapat memicu kekambuhan pada skizofrenia selain keluarga adalah dokter, klien, dan case manager (Kelliat, 1992). Pada penelitian ini dapat diteliti karakteristik responden yang berhubungan dengan penyebab kekambuhan skizofrenia yaitu karakteristik tingkat pendidikan responden. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD yaitu sebanyak 40% identik dengan pengetahuan yang rendah sehingga peran terhadap pasien skizofrenia masih kurang sedangan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 6% identik dengan pengetahuan yang lebih luas dan tepat dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan pada pasien skizofrenia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya Mulyadi Fadli (2013) tentang gambaran pengetahuan dan Ekspresi keluarga terhadap frekuensi kekambuhan skizofrenia di RSJD tampan provinsi riau bahwa pengetahuan yang baik, ekspresi responden tidak berlebihan frekuensi kekambuhan pada penderita skizofrenia berkurang. Peran keluarga merupakan satu - satunya hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya kekambuhan skziofrenia. Peran keluarga yang dapat dilakukan untuk
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
mengurangi kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah ikut berperan dalam perawatan aftercare di puskesmas integrasi / RSJ terdekat seperti kunjungan berobat, mengambil obat, pengawasan minum obat, terapi keluarga dan bekerjasama dengan petugas kesehatan terkait peran sebagai case manager terhadap pasien (Kelliat, 1992). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada keluarga pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten yang dilakukan pada bulan april 2015 mengenai peran keluarga skizofrenia dengan kekambuhan pasien skizofrenia dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar keluarga skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten berperan rendah dan sebagian kecil responden berperan tinggi pada anggota keluarga yang menderita skizofrenia 2. Sebagian besar keluarga skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten mengalami kekambuhan sering sedangkan sebagian kecil responden mengalami kekambuhan jarang 3. Ada hubungan antara peran keluarga dengan kekambuhan pada penderita skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I klaten. Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian ini penulis tujukan bagi: 1. Responden, disarankan dapat; Keluarga diharapkan lebih dapat menambah dan meningkatkan perannya terhadap pasien skizofrenia melakukan aftercare di puskesmas integrasi dalam peranya menjaga ekspresi emosi dan jadwal berkunjung selama perawatan. 2. Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
10
Pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kesehatan berulang tentang perawatan pasien skizofrenia sehingga keluarga dapat berkontribusi dan berkolaborasi dengan petugas kesehatan dalam perawatan anggota keluarga yang menderita skizofrenia sehingga mencegah terjadinya kekambuhan skizofrenia yang berulang 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan dan upaya untuk melakukan penelitian lebih lanjut kearah penelitian yang lebih luas, yaitu dapat melakukan penelitian secara mendalam tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia misalnya Klien, dokter/pemberi resep, dan penanggung jawab klien (case manager). DAFTAR PUSTAKA Ardani, Tristiardi Ardi. 2013. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Bandung : Karya Putra Darwati. Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Astuti, Reni. 2013. Hubungan Masalah Psikososial Dengan Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Kota Cimahi. Jurnal Penelitian. Cimahi: Stikes Budi Luhur Cimahi. Elenkolis, Kristin. 2012. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal penelitian. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. Fausiah, Fitri. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Friedman, M.M. 2002. Buku Ajar keperawatan Keluarga Riset, Teori, & praktek edisi : 5. Jakarta : EGC. Fytrhiani, Silva. 2011. Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Jurnal penelitian. Medan : Universitas Sumatera Utara. Hadisukanto, Gitayanti. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga edisi : pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hendi, Purwo Prabowo. 2007. Interaksi Keluarga Pada Remaja Penderita Skizofrenia : Tinjauan Psikokultural Jawa. Jurnal penelitian. Semarang : Undip. Hidayat, A,A. (2008), 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Idiani M, Sri. 2006. Kecenderungan Depresi Pada Keluarga Pasien Skizofrenia. Jurnal Penelitian. Semarang : Undip. Katona, Cornellius. 2012. At a glance Psikiatri. Jakarta : Erlangga. Kelliat, Budi Anna. 2011. Manajement Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course ). Jakarta : EGC. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Dua. Surabaya : Airlangga University Press . Mixrofa Sebayang, Septian. 2011. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di poliklinik RSJD Propsu Medan. Jurnal penelitian. Medan : Universitas Sumatera Utara. Muhlisin, H.M. Abi. 2012. Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Gosyen Publishing. Nancye, Pandeirot M. 2009. Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Masalah Perilaku Kekerasan Di Kota Surabaya. Jurnal Penelitian. Surabaya : Poltekes Surabaya.
11
Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Penelitian. Banjarmasin : Stikes Muhammadiyah Banjarmasin. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Priyanti, Leni. 2012. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Unit Rawat Inap RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Jurnal penelitian. Samarinda : Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur. Putri,B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri edisi 2. Jakarta : EGC. Ruspawan, Dewa Made. 2011. Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik RSJ Provinsi Bali. Jurnal penelitian. Bali : Politeknik Kesehatan Denpasar. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendika Press. Safitri, Meta. 2010. Perbedaan Kualitas Hidup Antara Pasien Skizofrenia Gejala Positif Dan Gejala Negatif Menonjol. Jurnal penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Sumantri Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rajawali. Sumiati, Neneng Tati. 2012. Hubungan Ekspresi Emosi (Ee) Keluarga Dengan Fprekuaensi Kekambuhan Skizofrenia Warga Kersamanah,Garut. Jurnal Penelitian. Garut : Stikes Garut. Susianto, Jaya. 2005. Promosi Kesehatan Pada Keluarga Penderita Dalam Deteksi Awal Kekambuhan Skizofrenia Pasca Pengobatan Di Rumah Sakit Jiwa Kota
Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)
Bengkulu. Jurnal Penelitian. Bengkulu : Poltekes Bengkulu. Sri, Wulansih. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Surakarta. Berita ilmu keperawatan, ISSN 1979-2697. Vol.1.N0.4. Http.//eprints.UMS.ac.id./1130/1/4f.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2015. Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama. Wijaya, Aji. 2010. Peran Pelayanan Kesehatan Dalam Mencegah Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Jurnal Penelitian. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada. Wiwin, Karlin. 2010. Persepsi Keluarga Terhadap Skizofrenia Di RS X. Jurnal Penelitian. Bandung : unpad.
*Arif Madriffa’i : Mahasiswa S1 Transfer Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
12