HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN SIKAP DALAM PENANGANAN AWAL DIARE PADA ANAK PRASEKOLAH DI RW 12 DESA JAYA MEKAR PADALARANG Lidwina Triastuti Listianingsih * Maria Yunita Indriarini ** Harry Olivia Sitompul *** ABSTRAK Anak prasekolah dikatakan diare jika frekuensi buang air besar sudah lebih dari 3 kali, tinja lebih encer, dan selain itu perlu juga diperhatikan warna dan baunya.Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan melakukan wawancara pada 10 ibu di RW 12 Desa Jaya Mekar, didapatkan hasil masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai penanganan awal diare pada anak prasekolah di rumah.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional, analisa bivariat menggunakan analisa uji Chi Square.Instrumen pengumpulan data menggunakan angket dengan 25 pernyataan tertutup untuk pengetahuan dan 20 pernyataan tertutup untuk sikap.Jumlah sampel 64 orang ibu diambil dengan tehnik sampel jenuh. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar (p-value =0,000<0,05). Peneliti menyarankan kepada pihak terkait terutama Puskesmas Jaya Mekar untuk memberikan penyuluhan mengenai dampak diare menyebabkan kehilangan cairan elektrolit tubuh. Kata kunci
: Pengetahuan, Sikap, Diare
A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 2010 merupakan keadaan seimbang dari kesehatan jasmani, mental/rohani dan sosial dan tidak hanya semata terbebas dari penyakit dan kecacatan. Sehat adalah sebuah investasi, asset, dan harta yang paling berharga bagi setiap individu.Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 adalah “Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”. Pembangunan kesehatan yang tercantum pada Sistem Kesehatan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator yaitu indikator angka harapan hidup, angka kematian dan status gizi masyarakat.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan kesehatan Indonesia pada tahun 2014 adalah menurunnya angka kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun menjadi dua puluh empat per seribu kelahiran hidup (Buku panduan HKN 48 tahun 2012). Ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik atau keturunan (Notoatmojo, 2007).Pemerintah telah memberikan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian anak.Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Kelangsungan hidup anak ditunjukkan dengan angka kematian pada anak, terutama pada anak prasekolah. Angka kematian anak prasekolah Indonesia adalah tertinggi di ASEAN.Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2010 dan Riset Kesehatan Dasar, dari tahun ke tahun diare
masih menjadi penyebab utama kematian anak prasekolah di Indonesia. Prevalensi tertinggi diare terdeteksi pada anak usia 1-4 tahun (16,7%) dan merupakan penyebab tertinggi kematian anak pada usia 12-59 bulan (25,2%) (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Anak prasekolah merupakan anak yang mempunyai rentang usia tiga sampai lima tahun..Fase perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud untuk anak prasekolah masuk pada fase falik, dimana pada masa ini genitalia menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif untuk anak prasekolah. Ketika anak sudah memainkan alat genitalianya, anak lupa akan kebersihan tangannya. Anak tidak mencuci tangan setelah memainkan alat genitalianya.Perilaku yang seperti ini menyebabkan anak rentang terkena suatu penyakit, salah satunya adalah diare (Wong, 2008). Diare pada anak prasekolah adalah sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya.Anak prasekolah dikatakan diare jika frekuensi buang air besar sudah lebih dari 3 kali (lebih lebih banyak dari biasanya) tinja lebih encer, dan selain itu perlu juga diperhatikan warna dan baunya (Sofwan, 2010). Tanda dan gejala diare pada anak prasekolah bergantung pada penyebabnya. Pada umumnya diare yang disebabkan infeksi akan disertai sakit perut atau demam, perasaan kembung , mual, muntah. Diare sifatnya bisa menular.Diare pada anak prasekolah umumnya disebabkan oleh infeksi (±90%), seperti virus, bakteri , atau parasite. Diare juga dapat disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti : efek samping dari obat- obat tertentu, keracunan makanan atau zat kimia tertentu, alergi, gangguan penyerapan (malabsorpsi), induvidu dengan imunodefisiensi (sistem imun yang terganggu), dan penyakit saluran pencernaan (Sofwan, 2010). Diare menyebabkan kehilangan garam (natrium) dan air secara cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika air dan garam tidak digantikan cepat, tubuh akan mengalami dehidrasi. Bila anak banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini menyebabkan kematian.Kematian terjadi jika tubuh anak kehilangan 10% cairan dalam tubuh (Sudarmoko, 2011). Anak-anak yang lebih kecil lebih rentan terhadap dehidrasi karena komposisi cairan tubuh yang besar, fungsi
ginjal yang belum matang, dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri secara bebas, oleh karena itu perlu penanganan awal yang tepat pada diare untuk menurunkan angka kematian pada anak (Huang et al, 2009). Penatalaksanaan penanganan diare pada anak prasekolah di rumah antara lain : memberi tambahan cairan rumah tangga, memberi makanan dan ASI, dan nasihat ibu dan keluarga untuk membawa anak ke petugas kesehatan. Cairan tambahan yang dianjurkan saat anak diare adalah air tajin, kuah sayur, air sup, larutan gula garam, oralit bila ada dan air matang bisa juga digunakan. Makanan yang dianjurkan adalah bubur, sayur-sayuran, buahbuahan, sup dan makanan yang mengandung tepung seperti beras, biskuit dll. Penanganan awal diare pada anak prasekolah sangat membutuhkan suatu pengetahuan dan sikap dari seorang ibu (Hidayat, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek berupa perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2007).Pengetahuan ibu tentang penanganan awal diare pada anak prasekolah merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting dalam melaksanakan penanganan awal diare pada anak prasekolah.Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan sikap yang cepat.(Notoatmodjo S 2007). Ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang penanganan awal diare diharapkan akan membawa dampak positif bagi kesehatan anak, karena resiko anak mengalami dehidrasi dan kematian pada anak dapat dieliminasi seminimal mungkin. (IDAI 2008). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Jaya Mekar menunjukkan bahwa pada tahun 2013 penyakit diare merupakan penyakit yang masuk dalam kategori lima besar untuk kelompok anak usia 1 – 5 tahun. Data yang didapat peneliti dari daftar kunjungan di Puskesmas Jaya Mekar terdapat 7 kasus diare pada anak prasekolah
usia 3-5 tahun di RW 12 Desa Jaya Mekar dari bulan November 2013 sampai Desember 2013. Peneliti mendapatkan data mengenai jumlah ibu yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun di RW 12 Desa Jaya Mekar yang berjumlah 64 orang ibu. Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada 10 orang ibu yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun di RW 12 Desa Jaya Mekar, 9 dari 10 orang ibu mengetahui pengertian diare, 4 dari 10 orang ibu tidak mengetahui bahaya yang akan ditimbulkan dari diare, semua ibu mengatakan tetap memberikan makanan pada saat anak diare, namun 4 diantaranya tidak mengetahui makanan apa yang baik untuk dikonsumsi anak saat diare, 5 dari 10 ibu tidak mengetahui tindakan apa yang akan diberikan di rumah jika anaknya diare, dari 5 orang ibu yang lainnya mengatakan akan memberikan oralit sebagai penanganan diare di rumah, namun 3 orang ibu diantaranya tidak mengetahui bagaimana cara pembuatan oralit dan jumlah dalam pemberian oralit. B.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross-sectional mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu dengan SikapDalam Penanganan Awal Diare pada Anak Prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun di RW 12 Desa Jaya Mekar yang berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability dengan mengambil sampel jenuh yang berjumlah 64 orang.Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar angket dengan 25 pernyataan tertutup untuk pengetahuan dan 20 pernyataan tertutup untuk sikap.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel independen : pengetahuan ibu mengenai penanganan awal diare. Variabel dependen :Sikap ibu dalam penanganan awal diare a. Pengetahuan Ibu Mengenai Penanganan Awal Diare
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Mengenai Penanganan Awal Diare (n=64) Pengetahuan
Jumlah
Baik Cukup Kurang Total
34 23 7 64
Presentasi (%) 53.1 35.9 10.9 100
Tabel 4.4menunjukan bahwa sebagian pengetahuan ibu adalah baik, yaitu sebanyak 34 (53.1 %) orang. b. Sikap Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Penanganan Awal Diare (n = 64) Sikap
Jumlah
Mendukung Tidak Mendukung Total
37 27
Presentasi (%) 57.8 42.2
64
100
Tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian dari ibu memiliki sikap yang mendukung dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah yaitu sebanyak 37 orang (57.8 %). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar.Analisa hubungan pengetahuan pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah dapat dilihat pada tabel 4. 6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Sikap Dalam Penanganan Awal Diare Pada Anak Prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar (n = 64) Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total
Sikap Mendukung
Total Tidak Mendukung n % n % n % 26 76,5 8 23,5 34 100 11 47,8 12 52,2 23 100 0 0 7 100 7 100 37 57,8 27 42.2 64 100 Tabel 4.6 menunjukan hasil analisis hubungan pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah, diperoleh bahwa ada 26 (76,5%) orang ibu memiliki pengetahuan baik dengan sikap mendukung dan 7 (23,5%) orang ibu memiliki pengetahuan baik dengan sikap tidak mendukung. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap mendukung sebanyak 0% dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap tidak mendukung sebanyak 7 (100%) orang ibu. Hasil Uji Chi-square diperoleh Pvalue = 0,000 dibandingkan nilai koefisian alpha (α) = 0,05, maka Pvalue < 0.05, hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga ada hubungan yang berarti antara pengetahuan dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar.
3. Pembahasan a. Pengetahuan Ibu Mengenai Penanganan Awal Diare Peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa sebagian pengetahuan ibu mengenai penanganan awal diare pada anak prasekolah adalah baik yaitu sebanyak 34 orang ibu (53,1%), 23 orang (35,9%) memiliki pengetahuan cukup dan 7 orang (10,9) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui, dipahami, dan diaplikasikan oleh ibu tentang penanganan awal diare pada anak prasekolah.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
P Value
0.002
pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas-fasilitas yang ada, sosial budaya, umur, dan sumber informasi.(Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu dapat mempengaruhi pola pikir ibu tersebut. Semakin tinggi pendidikannya, maka pola pikirnya pun akan semakin baik (Notoatmodjo, 2007). Responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 34 (53.1%) orang ibu, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan responden yang ada di RW 12 Desa Jaya Mekar yaitu 11 orang (17,2%) memiliki jenjang pendidikan SMA dan SMPsebanyak27 orang (42.2%). Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 7 (10,9%) orang ibu, hal tersebut bisa dilihat dari masih adanya ibu yang tingkat pendidikannya SD sebesar 26 (40,6%) orang. Hal tersebut berhubungan dengan penelitian Farliyanti Guamo yang meneliti tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang penyakit diare pada tahun 2013 di Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian diketahui bahwa 19 (47,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang penyakit diare. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar responden memiliki pendidikan SD sebesar 18 (45%) orang, sehingga pengetahuan tentang penyakit diare kurang. Umur berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). Usia dewasa (1840 tahun) merupakan masa dimana seseorang yang lebih cepat menerima pengetahuan dan merupakan masa dimana seseorang dapat secara maksimal mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya (Cuwin, 2009). Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian besar umur dari ibu yang berada di RW 12 Desa Jaya Mekar adalah 26-45 tahun, yaitu 44 orang (68.8%). Pengetahuan dapat dipengaruhi juga dari informasi yang diterima.Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Riyanto, 2013).Responden dalam penelitian ini mendapatkan informasi tentang penanganan awal diare dari informasi non formal dan formal. Informasi non formal melalui interaksi sosial yang sering mereka lakukan setelah mengikuti kegiatan posyandu di RW 12 Desa Jaya Mekar yang diadakan setiap bulannya tepatnya setiap tanggal 10 dan informasi formal berasal dari kegiatan penyuluhan di posyandu RW 12 Desa Jaya Mekar dan Puskesmas Jaya Mekar tentang penanganan awal diare. Angket pada responden dengan pengetahuan yang baik nampak pada pernyataan nomor 1 yaitu diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari, nomor 9 yaitu diare dapat menyebabkan anak kekurangan cairan (dehidrasi), dan nomor 13 yaitu salah satu penanganan diare adalah dengan memberikan oralit. Angket pada responden dengan pengetahuan cukup nampak pada pernyataan tentang diare tidak menyebabkan anak kekurangan elektrolit tubuh.Sebagian responden yang menjawab pernyataan dengan benar. Diare jelas akan mengganggu keseimbangan normal dari air dan garam (elektrolit) pada anak(Suriyadi dan Yuliani, 2006). Hal ini dikarenakan dari sebagian pernyataan responden belum mengetahui dan kurang mendapatkan informasi mengenai elektrolit tubuh yang dapat keluar keluar dari tubuh melalui tinja pada saat diare. Pengetahuan kurang terlihat jelas terutama pada pernyataan tentang susu formuladapat membantu penyembuhan diare. Responden masih kurang terpapar pengetahuan tentang penyembuhan penyakit diare, sebagaimana mereka mengungkapkan bahwa susu formula dapat membantu penyembuhan penyakit diare. Hal tersebut juga terlihat pada pernyataan pemberian air tajin ketika anak diare.Sebagian besar responden
mengungkapkan bahwa air tajin tidak boleh diberikan ketika anak diare.Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan responden mengenai pemberian makanan dan minuman yang baik dianjurkan untuk diberikan ketika anak sedang diare. b. Sikap Sikap Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa sebagian sikap ibu dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah adalah mendukung sebanyak 37 orang (57.8%) dan sikap ibu yang tidak mendukung sebanyak 27 orang (42.2%). Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek berupa perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Faktor-faktor pembentuk sikap pada para ibu adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, lembaga pendidikan dan agama, media massa, dan pengaruh faktor emosional (Notoatmodjo, 2010). Pengalaman yang dialami ibu dalam merawat anaknya yang pernah mengalami penyakit diare menjadi salah satu komponen aktif terhadap suatu objek.Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat (Wawan, 2010).Hal tersebut sesuai dengan penelitian Narayani (2009) didapatkan sikap responden dalam pemberian perawatan pemenuhan kebutuhan sehari – hari pada lansia sebagian besar bersikap positif, yaitu sebesar 62%. Hal ini bisa terjadi karena tingkat pendidikan, pengetahuan cukup, dan pengalaman responden yang cukup dalam merawat usia lanjut. Sikap ibu yang mendukung dapat terlihat dari pernyataan lembar angket sikap yaitu saya yang akan lebih sering memberikan air minum pada anaknya yang lebih dari biasanya. Diare akan menyebabkan kehilangan cairan atau
dehidrasi ringan, sedang dan berat (Suriyadi dan Yuliani, 2006). Hal ini menggambarkan bahwa sudah banyak ibu yang memberi perhatian lebih pada anak yang sedang mengalami diare, karena memang diare harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan.Hasil ini didukung oleh penelitian Endah Purbasari (2009) dalam pernyataan bahwa diare harus segera ditangani 67 responden (98%) menjawab setuju. Sikap ibu yang tidak mendukung dalam penanganan awal diare sebesar 27 (42,2%) orang ibu. Sikap ibu yang mendukung dapat terlihat dari pernyataan lembar angket sikap pada pernyataan saya akan memuasakan ketika anak saya diare. Sikap ibu masih beranggapan bahwa tidak memberikan makan pada saat anak diare akanmengurangi rangsangan anak untuk ingin buang air besar. Akibat tidak memberikan makanan pada saat anak diare akan menyebabkan anak kekurangan nutrisi (Purnamasari, 2011). c. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Sikap Dalam Penanganan Awal Diare pada Anak Prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar Peneliti mendapatkan hasil uji Chisquare diperoleh Pvalue = 0,002 , sehingga disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan sikap yang cepat. Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang penanganan awal diare maka mereka akan cenderung mempunyai sikap yang mendukung atau positif, sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang makan mereka akan cenderung mempunyai sikap yang tidak mendukung atau negatif (Notoatmodjo, 2007).
Sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya.Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan Sikap ibu dalam penanganan awal diare dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka miliki.Sikap ibu yang mendukung tentunya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang baik (Walgito, 2003). Sikap ibu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama dari ibu lainnya yang pernah memiliki pengalaman dalam memberikan penanganan awal pada anaknya yang mengalami diare. Ibu tersebut akan memberikan informasi kepada ibu yang belum pernah memberikan penanganan awal pada anak yang mengalami diare, sehingga mempengaruhi sikap ibu tersebut untuk memberikan penanganan awal diare anaknya yang mengalami diare. Hal ini sesuai dengan fungsi sikap yaitu penyesuaian sikap yang membantu individu (Wawan, 2010). Penelitian ini didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Laily Mazidatur (2013).Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare. Penelitian ini juga didukung dari Penelitian Jihan (2013) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita, didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita dan adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita. Pengetahuan ibu, sikap ibu dan penatalaksanaan diare pada balita merupakan komponen penting yang saling berkaitan.Pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting.Pengetahuan yang sangat penting dari seorang ibu adalah bagaimana penatalaksanaan diare pada balita yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan
dehidrasi, karena itu peran ibu dalam perawatan anak dengan diare sangat diperlukan suatu pengetahuan.Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.Pengetahuan berpengaruh terhadap praktek baik secara langsung atau tidak langsung, melalui perantara sikap.Praktek seseorang dalam hal ini tindakan penatalaksanaan diare pada balita dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian tersebut berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yang menyatakan bahwa adanya hubungan pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar.Ibu dengan pengetahuan baik cenderung memiliki sikap mendukung sebanyak 25 (75.8%) orang. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan , pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap (Wawan, 2010). D.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan ibu adalah baik, yaitu sebanyak 34 (53.1%) orang, sedangkan 23 (35.9%) orang memiliki pengetahuan yang cukup dan 7 (10.9%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar. b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari ibu memiliki sikap yang mendukung, yaitu sebanyak 37 orang (57.8%) dan sikap ibu yang tidak mendukung sebanyak 27 orang (42.2%) dalam penanganan awal
diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar. c.
2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar dengan p-value : 0,002 < 0,05.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan peneliti yaitu : a. Bagi Puskesmas Jaya Mekar Peneliti menyarankan kepada pihak terkait terutama Puskesmas Jaya Mekar untuk melakukan penyuluhan mengenai dampak dari diare yang dapat mengganggu keseimbangan normal dari air dan garam (elektrolit) serta mengenai penanganan awal diare pada anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar. b.
Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menjadikan hasil penelitian sebagai data pendukung dan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat mengambil judul mengenai hubungan motivasi ibu dengan perilaku dalam penanganan awal diare pada anak prasekolah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. 2007. Sikap manusia teori dan pengukurannya.Ed. 2.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes RI. 2008. Buku bagan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Firmansyah, A. 2009. Tata laksana diare pada anak. Jakarata : Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik.
Guamo, Farliyanti. 2013. Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Penyakit Diare Pada Balita di Puskesmas Global Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Skipsi Keperawatan.Retrieved Juni20, 2014, from http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/ article/view/2818. Hidayat, A.Aziz. 2009. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1.Jakarta : Salemba Medika. IDAI. 2008. Diare pada anak. Retrieved Desember 18, 2013, from http://idai.go.id. Juffrie, M., et al, 2010. Buku ajar gastroenterologi – hepatologi. Jakarta : Balai Penerbit IDAI. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi diare di Indonesia. Retrieved Desember17, 2013, from www.depkes.go.id/downloads/Buletin%2 0Diare_Final. Laily, Mazidatur. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Dengan Tindakan Pemberian Cairan Rehidrasi Pada Balita Diare. Sripsi Kesehatan Masyarakat. Retrieved Juni21, 2014, from http://repository.unej.ac.id/handle/123456 789/1779.
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
perilaku
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nur, Jihan. S. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Jurnal Keperawatan. Retrieved Desember20, 2013, from http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/ article/viewFile/2802/2778. Patmonodewo, S. 2003. Pendidikan anak prasekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta. Purbasari, Endah. 2009.Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di puskesmas kecamatan Ciputat, Tangerang selatan, Banten. Skripsi Kedokteran. Retrieved Desember18, 2013, from http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/ Riset%20ENDAH%20PSPD%202006.pd f. Purnamasari, D. 2011. Deteksi dan pengobatan dini balita anda. Yogyakarta : Pustaka Solomontode.
Maryunani, A. 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
Riyanto Agus. 2013. Pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Narayani, Icca. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Terhadap Sikap Dalam Pemberian Perawatan Activities Daily Living (ADL) Pada Lansia Di Rumah Di Desa Tanjungrejo Margoyoso Pati.Retrieved Juni21, 2014, from http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/han dle/123456789/2041.
Santoso, Singgih. 2009. Panduan lengkap menguasai statistik dengan SPSS 17. Jalarta : PT Elex Media Komputindo Sarasvati, Kine. 2010. Menjadi dokter bagi anak anda. Yogyakarta : Bahtera Buku. Simadibrata, M. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 6.Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sofwan, Rudianto. 2010. Cara tepat atasi diare pada anak. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Sudarmoko. 2011. Mengenal, mencegah, dan mengobati gangguan kesehatan pada balita. Yogyakarta : Titano. Sugiyono. 2009. Metode pendidikan. Bandung : Alfabeta.
penelitian
Suriadi & Yuliani. R. 2006. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Sagung Seto. Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan , sikap dan perilaku manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika Wong, Dona L. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. Vol. 2. Ed. 6. Jakarta : EGC. Wulandari Ade. 2012. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita. Retrieved Desember18, 2013, fromhttp://portalgaruda.org/download article.php ?article=41420&val=3594.