HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3.5 TAHUN DI DESA ' SINDANGWANGI Skipsi diajukan sebagai tugas akhir strata-l (S-l) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan rmtuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan
I ITL.
LITT
I
Universilas lslam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
RISMA BUDTYA}ITI 108104rI00018
PROGRAM STI]I}I ILMU KEPERAWATAT\I FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAH
JAKARTA 143s rV 201s
M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
S
kripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAIVI MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing
skipsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakurtas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSTIN OLEH
RISMA BUDIYANTI
NIM
108104000018
I
lakarta, Januai 2Ol4 :
Pembimbing
I
MAULINA H4JYDAYANI
S.K
NIP: 197902102005012002
NIP:150408687
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN I-IIN SYARIF HIDAYATULLAI{ 1435
W2ot4M
JAIi{ITTA
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI SKRIPSI DENGAN JUDUL HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU
IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA3-5 TAHT]N DI DESASINDANGWANGI Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh Nama : Risma Budiyanti Nim: 108104000018
Penguji I
Maulina Handayani. S.kep. M.Sc NIP : 197902102005012002
Penguji I
NIP: I5040868 Penguji III
f-J
Ns. Usrlatun Khasanah, S.Kep. MNS
NIP:
19770401 2009122003
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C>
h_
Prof. Dr. (hc)dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa
l.
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di Fakurtas Kedokteran dan
Il*ru Kesehatan universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatulrah Jakarta
2.
Serrua surnber yang saya gunakan dalarn penulisan ini telah saya canturnkan sesuai dengan ketenfuan yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Irrnu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatultah Jakarta
3.
Jika kernudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
IV
RIWAYATHIDUP
Nama
Risrna Budiyanti
Tempat Tanggal
Lahir
: Ciamis, 12 November 1990
Agama
Islarn
Status
Belum Menikah
Alamat
Jl. Raya Pangandaran no. 843 Dusun Balater RT 006/
RW 003 Desa Sindangwangi, Kecamatan padaherang, Kabupaten Pangandaran
Telepontlp
: 083827150169
E-rnail
: rismabudiyanti
1
-
Jawa ba rat 462g4
[email protected]
Riwayat Pendidikan
1. TK PGRI Pataruman
2.
SDN I Ciganjeung
(r996-2002)
3.
SMP N 2 Padaherang
(2002-200s)
4. SMAN l Ciarnis
(2005-2008)
Pengalaman Seminar I
.
2'
Seminar "The Porver of Herbal,' pa
Pclatihan Sirkunrsisi "Menumtruhkan Insan cita yang Terarnpil Dan peduri Masyarakat" pada tahun 2009
3.
Seminar "Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era,, pada tahun 2009
4.
Seminar Kesehatan "Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes
di
Rurnah,.
pada tahun 2010
5.
Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat ..Sudah Amankah Anda Berkendara?,, pada tahun 201
6.
1
Seminar Nasional "Peningkatan Peran dan Fungsi pemuda Dalam Rangka
Mewujudkan Masyarakat
Adil Makmur di
Tengah Era Globalisasi,. pada
tahun 201 I
7.
Seminar Nasional
20l
8-
"
Combat Antirnicrobial Drugs Resistance,. pada tahun
l
Diskusi Publik "Profesionalisrne Kepe,rimpinan Mahasisrva Kesehatan Islar., dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015,'pada tahun
2012
9.
Seminar Nasional "Sinergi
10. Seminar Nasional
LKMI Untuk
Bangsa yang Sehat,,pada tahun 2012
"Uji Kompetensi Nasional perawat: Meningkatkan
peran
dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global,' pada tahun 201 1
1.
2
Diskusi Publik "Forum Kcimunikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional.. pacla tahun 201 2
12. Pelatihan Insan Cita Rescuc pada tahun 20
l2
13. Serninar "sosialisasi Otoritas .tasa Keuangan', pada 2013
\,r
14. Seminar Nasional "Kesiapan
SDM Kesehatan (Dokter, perawat, Apoteker)
Menyongsong Era BPJS" pada tahun 2013
Rirvayat Organisasi II BEMJ PSIK FKIK
1.
Bendahara
2.
Staff Ahli Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Kesehatan Mahasiswa
2009-2011
Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LKMI-HMI)
HMI
2011-2012
3.
Ketua Bidang Kewirausahaan KOMFAKDIK
4.
Staff Ahli Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat
(HMI)
2OlZ-2013
201 3 sekarang
vll
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014 Risma Budiyanti
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi xvii+107 hal, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun, kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan turnbuh kembang anak. Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh orang tua sebagai orang terdekai. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan sesuai dengan tahap perkembangan akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat itimulasi atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 97. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalarn rnemberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan (p talue:0.007) dan usia +8-60 bulan (p value : 0.001) serta ada hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalarn memberikan stimulasi perkernbangan sosial anak 36-48 bulan Qt value: 0.000) dan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stimulasi perkernbangan sosial anak usia 48-60 bulan (p valtrc
= 1.000). Diharapkan orang tua khususnya ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap serta perilaku dalarn rnemberikan stinulasi perkembangan sosial anak dan mernberikan stimulasi yang teratur sesuai tahap perkembangan anak. Kata kunci : perilaku stimulasi perkenrbrngan sosial anak. 1;engetahuan, sikap
\ lll
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA Undergraduate thesis, January 20 1 4 Risma Budiyanti
Relationship Betrveen Knowledge and Attitude with Mother,s Behavior in the Social Development Stimulation 0f 3-5 Years Old Children in Desa Sindangwangi
xvii+l0f
pngs51, 14 tables, 2 sketch, 3 appendixes
ABSTRACT Stimulation is the basic ability to stimulate activity of children aged 0-6 years , the lack of stimulation cim cause deviations of child development . Stimulation of growth and development is done by the parents as the nearest person . Children who received stimulation directed and in accordance with the stage ofdevelopment will grow faster than children who received less stimulation or no stimulation . The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and attitude to provide stimulation of rnatemal behavior in the social development of children aged 3-5 years . This research is a quantitative study with cross-sectional design and nurnber sample were 97 respondents. The analysis we found that there is a relationship between knowledge of the mother's behavior in a stimulating social development ofchildren aged 36-48 months ( p value: 0.007 ) and age 4g-60 months ( p value: 0.001 ) and no relationship between maternal attitudes and behavior in a stimulating social development of children 36-48 months ( p value : 0.000 ) and there was no relationship between uratemal attitudes and behavior in a stirnulating social development ofchildren aged 48-60 r)lonths (p value = 1.000) . It is expected that parents, especially mothers can increase knowledge and irnprove attitudes and behaviors in a stirrulating social developrnent of childr-en and piovide appropriate stirnulation regularly stages of child developrnent. Keyr.vords : behavior in stin.rulation of social developrrent of children , knowledge attitudes
l\
,
KATA PENGANTAR As s a I anu'
alailatm l{r. Wb Alharndulitlah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah rnemberikan
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang rnenjadi
salah satu syarat kelulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkar kepada baginda revolusi Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi alam jagad raya ini.
Skripsi ini membahas tentang
"
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stirnulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi
"
Dalam penyrsunan skripsi ini, penulis telah rnendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
1. Allah SWT yang telah memberikan
2.
:
rahmat dan karunia-Nya-
Terima kasih kepada Papah "Enjo Sua4'o" dan Marnah "Tita Hartati" atas do'a dorongan dan semangat, sehingga peneliti dapat rrenyelesaikan pendidikan perguruan tinggi ini.
3.
Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ihnu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla
4.
Bapak Waras Budi Utorno, S. Kep, MKM selaku Ketua Prograur Studi llrnu I(epera"vatan dan pembirnbing akademik.
5.
Ibu Eni Nur'aini Agustini, S. Kep, M.Sc selaku Seketaris Program Studi Ihnu Keperawatan
6. Ibu Maulina Handayani, S.Kep,M.Sc selaku Pembirnbing I yang telah mernbirnbing dan nemberikan motivasi
7.
Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM selaku Pembimbing
II
yang telah rnernbirnbing
dan mernberikan motivasi
8.
Segenap Dosen
Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan
dan
rrotivasi
9.
Segenap Staff bidang Akademik
FKIK dan Program Studi ilmu Keperar.vatan
Penulis menyadari bahwa rnasih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini,
karena sesungguhnya kesempumaan
milik Allah.
Semoga skripsi
ini
bisa
dikembangkan kembali dan dapat mernberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umurnnya bagi pembaca yang metnpergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan. Amien lVu s s a I a nt
u' a la i ktun Wr.
llb
Jakarla, Januari 2014
Risma Budiyanti
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBARPERNYATAAN
.
.. -... ....... ......--. ......... ,...
. II
RIWAYATHIDI]P ABSTRAK
..
ABTRACT
vl
................................ VUt
KATAPENGANTAR
......
vlll
DAFTARISI DAFTARTABEL DAFTARBAGAN
BAB I PENDAIIT]LUAN A. . Latar Belakang .....................
B.
,
Rumusan Masalah
D- Manfaat Penelitian
.'..'..,.....................'.. 9
........................
\II
.......
l9
C.
Perken.rb angan Sosial
D.
Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun
,o
E.
Kebutuhan Dasar Turnbuh Kembang
29
F.
Stimulasi
30
G.
Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ....-.............................32
H.
Cara Stimulasi Perkembangan Sosial
Anak
....24
Anak
....................... 36 .................... 41 44 ................-.. 57
BAB
III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ......59
B.
Hipotesis
C. Definisi Operasional BABIV N{ETODOLOGI PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
C.
Populasi dan Sanrpel
................................. 66
l.
................................. 66
Populasi
xlll
.67
F. 1t-
G.
H. ..................7
xl\
5
...........................
7
5
............................
7
6
2.
Gambaran pengetahuan ibu terhadap stirnulasi perkembangan sosial anak usia 3-5
3.
tahun
Gambaran sikap ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun
4.
9l
.,...-.....,
................................,92
Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ...........94
5.
Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ................................ 97
B.
Kelerbatasan Penelitian
100
BAB \TI KESIMPULAII DAN SARAN
A.
Kesirnpulan
. 101
DAFTAR TABEL Nornor
tabel
Halaman
Tabel
3.1
Definisi Operasional
Tabel
4.1
Tabel Indeks Korelasi
Tabel4.2 Tabel
5.1
..................... ............
5.2
......................72
Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ................... ...........74
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak di Desa Sindangwangi Tahun
Tabel
................ 62
2014
..............79
Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014
Tabel
5.3
.............
............. 80
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun
Tabel
5.4
2014
................ 80
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun
Tabel
5.5
2014
................
t,
Distribusi Frekuensi Perilaku ibu Tentang Stimulasi Perkenbangan Sosial Anak Usia48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014 ........................................... 82
Tabel
5.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan lbu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 46-60 Bulan di Desa Sintlangrvangi Tahun 2014 ......................................._.... 82
\\'l
Tabel
5.7
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun
Tabel
5.8
2014
................ 83
Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi
Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan
di Desa Sindangwangi Tahun Tabel
5.9
2014
............. 84
Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun
Tabel
5.10
2014
...................... 86
Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku lbu dalarn Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi
Tahun Tabel
5.11
2014
...................... 87
Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi Tahun
2014
...................... 88
x!
DAFTARBAGAN
Nomor Bagan Bagian 2.1 Bagian 3.1
\\
l
.BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG Perkembangan raerupakan bertambah sempumanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kembang kematangan dan belajar (Wong, 2000
dalam Hidayat, 20O9).perkembangan pada anak mencakup perkembangan
motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa,
dan
perkembangan sosial (Hidayat, 2009).
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan
orang lain untuk dapat mernbantu
mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan dan kelebihannya.
Untuk mencapai perkembangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka anak membutuhkan rangsangan dari orang_orang yang ada disekitamya. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh John Locke dalam
Gunarsa (19g6)
anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Rasulullah SAW bersabda
JE : JU
a;
it
o-r;1-r^ gi
;t f """J, Jj.l 4iL-.,,r- ti ;et
:
;;-)tt.o a/ ;.J .Ji af ,S-tilt if-.; 3i ,r U"u ,.rl u-u 1i,ir.r..? otlij .rt;Jr ._sI" Jr: ,f J-<J -, &,iir ,rf.-;r 'tc,-r'>
l.,i .,i .l^ i.:*,l
"Setiap a,ak lahir (daranr keadaa,) tih'ah. kedua orang tua,ya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beraga,ra yarrudi. Nasra.i atau bahka, beragarna
l\4,ilrusi. Scbaqainra,a tcntak me,tltcra,akan scckor. binatang (yang sempurna
2
tetapi paling terpenting mempengaruhi perkembangan manusia adalah kedua orang tuanya sendiri. Perkembangan sosial pada masa prasekolah atau usia 3-5 tahun adalah adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2009). Di dalam pergaulan antar sesama manusia, keterampilan sosial memainkan peranan yang penting. Jika ini tidak terjadi dengan baik, maka manusia tidak mampu berfungsi dengan baik, sehingga hubungan dengan orang lain akan berjalan tidak lancar (Steven dkk, 1999). Jean piaget mengatakan bahwa interaksi sosial, terlebih interaksi dengan teman-teman sekelompok, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran anak. Dengan interaksi ini anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Proses sosialisasi untuk lingkungan anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak bergaul (Soetjiningsih, 1995) Keluarga menjadi fokus perhatian untuk memaksimalkan potensi anak.Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih saying, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak memegang peranan yang sangat penting (DepKes RI, 2011). Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antar faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan.Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak,
3
maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.Menurut Soetjiningsih (2000) dalam Nursalam (2008) kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih dan asah. Menurut Kurniasih (2006), tiga kebutuhan pokok untuk mengembangankan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan fisik, emosi (kasih sayang) dan stimulasi. Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Dimana anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi(Soetjiningsih, 1995). Menurut penelitian yang dilakukan Martiningsih, dkk(2008), tentang pengaruh stimulasi terhadap perkembangan anak sebagai tindak lanjut pasca DDTK massal. Dari penelitian ini didapatkan hasil perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi dalam kategori sesuai sebanyak 0%, kategori meragukan 70%, kategori menyimpang sebanyak 30%.Setelah dilakukan intervensi perkembangan anak pada kategori sesuai sebanyak 65%, kategori meragukan sebanyak 25% sedang dalam kategori menyimpang sebanyak 10%.Hasil uji terdapat pengaruh stimulasi perkembangan terhadap perkembangan anak.Peneliti melakukan pendidikan atau penyuluhan kepada orang tua anak tentang stimulasi dan menganjurkan untuk melakasankannya, untuk kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya. Data post-test diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP). Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa keterampilan mengasuh dan memberikan stimulasi pada anak dengan sendirinya dimiliki jika waktunya tiba.Padahal pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi harus dipahami dengan benar oleh setiap orang tua. Perilaku orang tua dalam bentuk pengetahuan
4
(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) tentang stimulasi merupakan salah satu faktor penting karena orang tua dapat lebih memahami cara mengasuh dan mendidik anak yang baik dan benar (Arip, 2008 dalam Ani, 2008). Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terurtama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995). Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah, mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2008).Dalam hal ini pendidikan dapat dikaitkan dengan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2002). Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain, media massa serta lingkungan (Hurlock, 2002). Menurut penelitian Qoriah dan Mardikaningsih (2011), tentang tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan sosial balita umur 4-5 tahun didapatkan tingkat pengetahuan baik sebanyak 46,7% dan responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 23,3%. Sedangkan tingkat perkembangan sosial tinggi anak (36,7%), tingkat perkembangan sosial kategori rendah (33.3%) dan tingkat perkembangan sosial sedang (30%). Hendaknya ibu member kesempatan dan kebebasan yang cukup untuk anak melakukan kegiatan yang bermanfaat, meluangkan waktu untuk berdialog dengan
5
menjawab seluruh pertanyaan dan tidak menghambat fantasi serta kreasi anak dalam bermain dan berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya, jika ibu menghambat perkembangan pada masa ini, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan (Eni, 2008). Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting.Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang maksud dari stimulasi perkembangan pada anak maupun tujuan pemberian stimulasi. Daniel Goleman (1996) dalam Iriyanto (2006) menyatakan bahwa kecerdasan sosial
sangat
penting
peranannya
dalam
menentukan
keberhasilan
seseorang.Persentasenya bias mencapai 80%. Berdasarkan penelitian Hurlock (1995) dalam Nugraha dan Rachmawati (2005), anak yang kurang mendapat stimulasi perkembangan sosial banyak yang mengalami kehausan atau kelaparan emosi (emotional starved). Kondisi ini kemudian berkembang menjadi pribadi yang labil, memiliki hambatan dalam penyesuaian diri, dan menjadi pribadi yang tidak bahagia pada tahap perkembangan selanjutnya. Anak yang kurang mendapat stimulasi kasih sayang dari lingkungan sosialnya juga berdampak pada fisik.Fisik anak menjadi lemah, kurang berkembang, dan tidak berdaya.Ini terjadi karena anak-anak yang sedih (mengalami emosi negatif) terdapat hambatan pada sekresi hormon kelenjar dibawah otak (pituitary hormon) termasuk didalamnya
hormone
pertumbuhan.Dapat
disimpulkan
bahwa
stimulasi
perkembangan sosial dan emosi menentukan perkembangan individu selanjutnya (Hurlock, 1995). Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi
6
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon (Notoatmodjo, 2007). Stimulasi paling banyak didapatkan dari lingkungan terdekat anak.Keluarga atau orang tua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak balita (soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin untuk memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen sisanya adalah softskill yang termasuk didalamnya kemampuan membina hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukan betapa pentingnya stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk merangsang perkembangan sosial pada anak.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antar anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 1995 dalam Latifah, 2007). Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia dini, sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan pribadi anak. Pengsuh yang diterapkan orang tua pun berdampak pada perkembangan sosial anak. Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh
7
kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Orang tua harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak bisa tumbuh kembang secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.Orang tua jangan terlalu overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi anak penghargaan berupa pujian, belaian, pelukan dan sebagainya (Feiby, 2001 dalam Cahyani, 2009). Hasil penelitian Handayani (2007), menunjukan bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang baik (58,3%) dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang baik (58,3%). Hasil uji statistic menunjukan bahwa p <0,001. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang mempunyai anak 3-5 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Perkembangan sosial pada anak sangat diperlukan karena anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak akan mampu melakukan hubungan sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebgai anggota kelompok sosial ditempat mereka mengembangkan diri (Hurlock, 1998). Menurut Nursalam (2008), stimulasi perkembangan sosial anak dapat dilakukan oleh lingkungan luar. Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun masih kurang. Hanya 30% (3 orang) dari sepuluh ibu yang mengatakan bahwa stimulasi perkembangan anak datang dari lingkungan luar anak yang lainnya mengatakan bahwa stimulasi datang dari anak itu sendiri. Selain itu, ibu kurang mengetahui
8
bagaimana cara menstimulasi perkembangan sosial anak. Hal ini terlihat dari perilaku ibu yang lebih banyak membiarkan anaknya bermain sendiri di rumah setelah pulang sekolah sebanya 70% (7 orang). Sebagian besar ibu juga jarang membawa anaknya untuk berinteraksi. Ibu mengatakan kendala yang dialami dalam menstimulasi perkembangan sosial anak diantaranya adalah anak sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi kecuali dengan teman yang dikenalnya, anak pemalu, anak sering bertengkar dengan teman sebayanya, ibu sering mendapat kata-kata yang kasar dan jorok dari anak serta lingkungan yang kurang mendukung anak untuk bersosialisasi. Hotmaria (2010), hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa pada anak usia 1-3 tahun dapat dikategorikan cukup dengan persentase 45,5%. Sedangkan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun sesuai dengan persentase 47,8%. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seorang ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Penelitian
sebelumnya
yang
pernah
dialakukan
diantaranya
antara
pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun serta pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa pada anak usia 1-3 tahun. Stimulasi perkembangan sosial yang dilakukan oleh ibu penting agar anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan sosial secara optimal.Namun
masih
sedikit
penelitian
yang
dilakukan
terkait
stimulasi
perkembangan sosial anak.Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian stimulasi perkembangan sosial anaknya. A. RUMUSAN MASALAH
9
Berdasarkan hasil pendahuluan yang dilakukan di Desa Sindangwangi pada bulan September 2013 terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun didapatkan bahwa 60% ibu kurang mengetahui bagaimana cara melakukan stimulasi perkembangan sosial anak sesuai tahap perkembangan sosial anak sesuai tahap perkembangan serta perilaku yang tidak memberikan kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dirumah. Mengingat peranan ibu yang besar, maka pengetahuan ibu tentang stimulasi dan perkembangan sosial anak sangat diperlukan. Keterlambatan juga sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari cara bersosialisasi dengan teman sebayanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian: Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam meberikan stimulasi stimulasi perkembangan sosial anak umur 3-5 tahun di Desa Sindangwangi? B. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
2. Tujuan Kuhusus: a. Diketahui tentang gambaran perilaku ibu dalam meberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
10
b. Diketahui tentang gambaran ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. c. Diketahui tentang gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. d. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. e. Diketahui hubungan antara sikap ibu engan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anka usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. C. MANFAAT PENELITIAN 1. Untuk Orang Tua Hasil penelitian ini untuk menemabah minat dan perhatian orang tua untuk melakukan stimulasi perkembangan sosial anak sehingga anak dapat berkembang secara optimal. 2. Untuk Pendidikan Ilmu Keperawatan Anak Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pendidikan keperawatan khususnya mata ajar keperawatan anak. 3. Untuk Penelitian Akan Datang Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian lain dengan ruang lingkup yang sama.
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi pengetahuan dan sikap dihubungkan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial
11
yang mempunyai anak usia 3-5 tahun. Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2013. Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode cross sectional pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak umur 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan Angket/kuesioner.Kuesioner menggunakan skala likert untuk identifikasi sikap dan perilaku ibu.Sedangkan data sekunder diperoleh dari data di Desa Sindangwangi.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang Anak 1. Konsep Tumbuh Kembang Anak Pertumbuhan merupakan beratmbah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000). Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu peristiwa percepatan dan perlambatan (Hidayat, 2009).Peristiwa tersebut merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, namun masih saling berhubungan satu dengan yang lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, dan ukuran di tingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional.Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuranbesar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sehingga perubahan organ tubuh.Pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolok maupun abstrak, seperti bicara, bermain, berhitung, membaca dan lainlain.Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial dilingkungan anak (Berhman 2000 dalam Hidayat 2009).
13
2. Prinsip Tumbuh Kembang Anak Menurut Hidayat (2009), Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya . Proses tersebut dapat menentukan cirri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat begantung pada aspek kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau komplek kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan dewasa. b. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama anatara individu yang satu dengan yang lain. c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola yang khas yang dapat terjadi mulai dari kepala hingga keseluruh bagian tubuh dan juga mulai dari kemampuan yang sederhana hingga mencapai kematangan yang lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan perkembangan (Narenda, 2002 dalam Hidayat, 2009). 3. Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain. a. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
14
1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain. 2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat dilihat dari proporsi fisik atau organ manusia yang muncul dari mulai masa konsepsi hingga dewasa. 3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya reflek-reflek tertentu. 4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri-ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada (Hidayat, 2009). b. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Perkembanga selalu melibatkan pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi, akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin. 2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hokum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kea rah kaudal atau dari bagian proximal ke bagian distal. 3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan yang sederhana menuju kemampuan yang melakukan hal yang sempurna. 4. Perkembangan
setiap
individu
perkembangan yang berbeda.
memiliki
kecepatan
pencapaian
15
5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat, 2009). 4. Tahap Tumbuh Kembang Menurut Nursalam (2008), manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap tumbuhkembang mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak. Menurut Hurlock (1998), tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Masa pralahir (pembuahan sampai lahir) Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh. 2. Masa neonates (lahir sampai 10-14 hari) Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata Yunani ”neos” yang berarti “baru” dan kata kerja latin “nascor”yang berarti dilahirkan). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim ibu.Pertumbuhan untuk sementara terhenti. 3. Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun) Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka belajar untuk mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri.Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri.
16
4. Masa kanak-kanak (2 tahun sampai remaja) Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian: 1) Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok” . Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial. 2) Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”. 5. Masa puber (11 sampai 16 tahun) Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira dua tahun meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja. Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12 sampai 16 tahun pada jejaka. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh orang dewasa. Setiap anak melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan kesinambungan (Nursalam, 2009).Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga masa kehidupan berikutnya.Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. 6.
Tahap tumbuh kembang usia 3-5 tahun Menurut Nursalam (2008), pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini. Anak kelihatan lebih langsing, pertumbuhan fisik juga relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri, demikianlah pula halnya dengan berdiri dengan satu kaki secara bergantian dan melompat.Anak mulai
17
berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru. Menurut teori Sigmund Frued, anak berada fase phalik, di mana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.Anak juga mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya. Sedangkan menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berbeda pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guility). Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya.Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak (Jamaris, 2006). Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa perkembangan psikososial merupakan suatu bentuk perkembangan yang bersifat kumulatif.Hal ini berarti bahwa perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan dalam perkembangan psikososial pada tahap awal, maka keadaan ini akan mempengaruhi perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya (Jamaris, 2006). B. Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai
18
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi IDAI (2002) dalam Nursalam (2008). 1. Aspek-aspek perkembangan Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan berbagai aspek dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif, dan aspek-aspek tersebut saling psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain (Hidayat, 2009). 1) Perkembangan fisik (misalnya, pertumbuhan bdan dan otak, kapasitas sensor, keterampilan motorik, dan kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain dalam perkembangan. 2) Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada mampuan mental: belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas) berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi. 3) Perkembangan psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan relasi sosial), aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Menurut
Soetjiningsih
(1995),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan anak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor dalam (internal) a. Genetik Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, dan saraf.
19
b. Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal yaitu saat janin berumur 4 bulan.Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar pituitary dan tiroid mulai bekerja.Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. 2) Faktor lingkungan (eksternal) Faktor yang berasal dari lingkungan dapat dikelompokkan menjadi faktor pranatal (selama kehamilan), dan faktor postnatal. a. Faktor pranatal (Selama Kehamilan), meliputi: 1. Gizi Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati.Disamping itu, dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya. 2. Toksin, zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap obatobatan kimia kerna dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat. 3. Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex), PMS (Penyakit Menular Seksual), penyakit virus lainya dapat mengakibatkan kelainan pada janin.
20
4. Kelainan imunologi Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus, selain itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah. 5. Psikologi ibu Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karena janin dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak sehat. b. Faktor postnatal, meliputi: 1. Pengetahuan ibu Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu
yang mempunyai
pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan terlambat, sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik, maka akan memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya. 2. Gizi Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang anak, seperti: protein,
21
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpeuhi, maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. 3. Budaya lingkungan Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat. 4. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.Hal ini dapat terlihat pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi, pemenuhan kebetulan gizinya sangat baik dibandingkan dengan anak yang status ekonominya rendah. 5. Lingkungan fisik Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, mempunyai dampak yang negative terhadp pertumbuhan anak.Kebersihan lingkungan maupun kebersihan perseorangan memegan peranan penting dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan populasi udara baik yang berasal daripabrik, asap rokok atau asap kendaraan dapat menyebakan timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh kembangnya akan terganggu. 6. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Interaksi timbal balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban anatara ibu dan anak. Anak akan terbuka kepada ibunya, sehingga komunikasi dapat dua
22
arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara keduanya. 7. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, misalnya: penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegitan anak, perilaku ibu terhadap perilaku anak. Anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. 8. Olahraga atau latihan fisik Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur.Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot pertumbuhan sel. C. Perkembangan Sosial Anak Menurut Hurlock (1998), perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Wong (2000) dalam Hidayat (2009), perkembangan perilaku sosial/adaptasi sosial pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut: 1.
Masa Neonatus (0-28 hari) Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonates ini dapat ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.
23
2.
Masa bayi (28 hari-1 tahun) a. Usia 1-4 bulan Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenalinya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing). b. Usia 4-8 bulan Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal. c. Usia 8-12 bulan Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cankir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain.
3.
Masa Anak (1-2 tahun) Perkembangan adaptasi sosial anak dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai mengosok gigi, serta mengenakan baju sendiri.
4.
Masa prasekolah (2-6 tahun) Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,
24
membuat permintaansederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga. Nugraha
dan
Rachmawati
(2005)
dalam
Soetjiningsih
(1995),
mengemukakan ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk mengembangkan kemampuan sosial anak yaitu: 1. Lakukan
rutinitas,
seperti
memberikan
makan,
mengganti
pakaian,
memandikan atau merindukan, sehingga anak mengerti tentang rutinitas tersebut dan akan membuat anak mengenal lebih dekat siapa yang berinteraksi dengannya setiap hari. 2. Libatkan anak dalam kehidupan keluarga (anak berada di antara anggota keluarga yang lain) 3. Sertakan anak dalam aktivitas di rumah, biarkan anak membantu dan merasa tanggung jawab di rumah, seperti saat makan atau minum membersihkan perobatan dan memberi makan hewan peliharaan. 4. Bila memungkinkan sertakan anak jika akan berpergian. 5. Beri anak waktu atau kesempatan untuk mengamati atau mendengarkan situasi tertentu, misal ke sekolah atau tempat berkumpul anak. 6. Ajarkan anak sikap-sikap yang perlu dimiliki dalam sebuah persahabatan dan berilah semangat agar sikap-sikap tersebut saat melekat dengan baik. 7. Kenalkan tentang rasa hormat, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang lain. 8. Ajaklah anak berbicara terbuka tentang hal-hal yang disarankan. 9. Berikan saran atau petunjuk tentang cara mengatasi masalah atau menenmukan kesetujuan dengan teman ketika hal tersebut muncul saat bermain.
25
10. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang mendapakan stimulasi. Stimulasi dapat berfungsi sebagai penguat (reinforcement). 11. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tehap-tahap perkembangannya. 12. Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian
beralih
ke
teman
sebayanya
(pergroup).
Akan
sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak. 13. Anak memerlukan stimulasi taktil. Kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial. 14. Perhatian dan kassih saying juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak lebih responsive terhadap lingkungannya lebih berkembang. D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain (Hurlock, 1998). Masa kanak-kanak awal sering disebut “Usia Pragang” (Pregang Age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak yang lain meningkat bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka (Hurlock, 1998).
26
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Meskipun satu atau dua anak bermain didalam ruangan yang sama dan dengan jenis mainan yang sama, inetraksi sosial yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil mainan anak lain. (Hurlock, 1998). Selama periode prasekolah, anak telah mengatasi berbagai ansietas yang berkaitan dengan adanya orang asing dan perpisahan.Namun demikian mereka masih membutuhkan bimbingan dan persetujuan dari orang tua.Mereka sudah menghadapi perubahan dalam anak toddler (Azziah, 2012). Anak prasekolah sudah mampu mengungkapkan keinginan dan melakukan secara mandiri (Wong, 2009). Bermain merupakan hal yang penting bagi perkembangan sosial anak terutama asosiatif, yaitu permainan kelompok dengan aktivitas yang sama dan tanpa aturan yang kaku. Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-ank mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang paling umum dari kelompok ini ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan memberikan saran lisan (Hurlock, 1998). Studi terhadap anak-anak dalam masa prasekolah telah membuktikan bahwa semakin dengan meningkatnya usia anak, pendekatan yang ramah meningkat dan interaksi permainan semakin berkurang. Tahun demi tahun anak laki-laki semakin melakukan pendekatan yang bermusuhan terhadap anak lain (Hurlock, 1998). E. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang Menurut Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dikelompokan dasar ini menjadi tiga yaitu asuh, asih dan asah.
27
a.
Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis) Yang termasuk kebutuhan asuh adalah nutrisi yang mencakupi dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene diri dan lingkungan dan keseragaman jasmani (olahraga dan rekreasi).
b.
Asah (Kebutuhan Stimulus) Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain.Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sendini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
F. Stimulasi Menurut Nursalam (2008), stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak (soetjiningsih, 1995). Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu mendapat
28
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat dilingkungan rumah tangga masing-masing penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan yang menetap (DepKes, 2008). Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu sahn. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang memperoleh stimulus (Nursalam, 2008). Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulus terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisi dan kemandirian (DepKes, 2008). Menurut Departemen Kesehatan (2008), dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. 2. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya. 3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. 4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi bervariasi, menyenagkan , tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. 5. Lakukan dengan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke empat aspek kemampuan dasar anak. 6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak. 7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
29
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu hadiah atas keberhasilan. Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan; kemampuan bahasa; mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan sportifitas; mengembangkan koordinasi motorik; mengembangkann dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus; memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong-royong (Nursalam, 2008). G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun Stimulasi perkembangan sosial mempunyai tujuan untuk melatih kemampuan bergaul agara anak dapat mudha berkawan, tidak canggung dlam memasuki lingkungan baru, mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan baik di dalam maupun diluar rumah (Prayoto, 2003). Berikut ini adalah berbagai stimulasi perkembangan berdasarkan panduan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) yang dapat dilakukan oleh ibu terhadap anaknya yang tergolong usia prasekolah: a. Stimulasi pada anak umur 36-48 bulan 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya. Dorong agar anak mau mengutarakan perasaannya. Ajak anak anda makan berasama keluarga. Sering-sering ajak anak main ke taman, kebun binatang, perpustakaan dan lain-lain.
30
Bermain dengan anak, ajak agar anak mau membantu melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan. 2. Mengancingkan kancing tarik Bila anak sudah bisa mengancingkan kencing besar, coba dengan kancing yang lebih kecil. Ajari cara menutup dan membuka kancing tarik di bajunya. 3. Makan pakai sendok garpu Bantu anak makan pakai sendok dan garpu dengan baik. 4. Memasak Berikan anak membantu memasak seperti mngukur dan menimbang menggunakan timbangan masak, mebubuhkan sesuatu, mengaduk, memotong kue, dan sebagainya. Bicara pada anak apa yang diperbuat oleh anak berdua. 5. Mencuci tangan dan kaki Tunjukan pada anak cara memakai sabun dan membasuh dengan air ketika mencuci kaki dan tangannya. Setelah itu dapat dilakukannya, ajari ia untuk mandi sendiri. 6. Menentukan batasan Pada umur ini, sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya, anak-anak mulai mengenal batasan dan peraturan. Bantu anak anda dalam membuat keputusan dengan cara anada menentukan batasanya dan menawarkan pilihan. Misalnya “kau bisa memilih anatara dua hal: dibacakan cerita atau bermain sebelum tidur, kau tidak boleh memilih keduanya”. b. Stimulasi pada anak umur 48-60 bulan 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan Berikan tugas rutin pada anakl dalam kegiatan di rumah, ajak anak membantu anda didapur dan makan bersama keluarga.
31
Buat anak bermain dengan teman sebayanya. Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak. Bersama-sama anak buatlah rencana jalan-jalan sesering mungkin. 2. Membentuk kemandirian Beri kesempatan pada anak untuk mengunjungi tetangga terdekat, teman atau saudara tanpa ditemani anda.Selanjutnya minta anak bercerita tentang kunjungannya itu. 3. Membuat “boneka” Tunjukan cara membuat “boneka” dari kertas. Gambar bagian muka dengan spidol.Agar dapat berdiri tegak, pasang lidi sebagai “rangka/badan” boneka.Atau buat “boneka” dari kaos kaki bekas.Gambar mata, hidung dan mulut.Gerkan jarijari tangan anda seolah-olah beoneka itu dapat berbicara.Buat agar anak mau bermain dengan temannya selain bermain sendiri. 4. Membuat “album” keluarga Bantu anak membuat album keluarga yang ditempeli dengan foto-foto anggota keluarga. Tulis nama setiap orang dibawah fotonya. 5. Menggambar orang Tunjukan pada anak cara menggambar orang pada selembar kertas. Jelaskan ketika anda menggambar mata, hidung, bibir dan baju. 6. Mengikuti aturan permainan/petunjuk Ajak anak bermain sekaligus belajar mengikuti aturan dan petunjuk permainan.Pada awal permainan, beri perintah kepada anak, “berjalan tiga langkah besar kedepan atau berjalan mundur lima langkah jinjit”. Setiap kali akan menjalankan perintah itu, minta anak mengatakan: “boleh saya memulainya?”.
32
Setelah anak bisa memainkan perintah ini, bergantian anak yang memberikan perintah dan anda yang mengatakan: “boleh saya memulainya?”. 7. Bermain kreatif dengan teman-temannya Undang kerumah 2-3 anak yang sebaya.Ajari anak-anak permainan dengan bernyanyi, membuat boneka dengan kertas atau kaos kaki bekas dan kemudian memainkannya.Minta anak untuk mau meniru tingkah laku binatang seperti yang dilihatnya di kebun binatang. 8. Bermain “berjualan dan belanja di toko” Kumpulkan benda-benda yang ada dirumah seperti sepatu, sandal, buku, mainan, majalah, dan sebagainya untuk bermain “berjualan dan belanja di toko”.Tulis harga setiap benda pada secarik kertas kecil.Buat “uang kertas” dari potongan kertas dan “uang logam” dari kancing atau tutup botol.Kemudian minta anak berperan sebagai pemilik toko, anda dan anak yang lain pura-pura membeli benda-benda itu dengan “uang kertas” dan “uang logam”.Selanjutnya secara bergantian anak-anak menjadi pembeli dan pemilik toko. H. Cara Stimulasi Perkembangan Sosial Anak 3-5 Tahun Prayoto (2003), mengatakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang dilakukan oleh lingkungan (ayah, ibu, pengasuh anak, anggota keluarga lain) untuk mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan kelambatan tumbuh kembang anak. Adapun kemampuan perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah sebgai berikut: 1. Usia 3-4 tahun a.
Bermain dengan teman-teman seusia/sebaya Tujuan:
33
Untuk melatih anak agar mau bersosialisasi/bergaul dengan temantemannya Untuk melatih anak berani berkomunikasi Cara melatih: Berikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan teman seusianya Sediakan beberapa jenis permainan yang bisa dipergunakan secara bersama-sama. Biasakan anak minta izin jika akan meminjam mainan temannya dan harus mengembalikannya. b.
Menunggu giliran Tujuan: Untuk melatih anak agar dapat membiasakan diri untuk disiplin, sabar dan menghargai hak-hak orang lain. Cara melatih: Biasakan anak untuk bersabar, mau mengerti dan menunggu giliran Pujilah anak jika berhasil menunggu giliran Tanamkan disiplin dan hargai orang lain
c.
Bisa memberi dan menerima Tujuan: Untuk melatih anak memahami kebutuhan orang lain dan menghargai orang lain. Cara melatih: Ajak anak untuk mau berbagi dengan teman, misalkan meberi sebagian kue kepada temannya.
34
2. Usia 4-5 tahun a.
Bermain dan bergaul Tujuan: Mengenal orang lain Berkomunikasi dengan orang lain Cara melatih: Latih anak untuk mampu/mau bergaul dengan anak-anak lain Biarkan anak bermain dan bergaul dengan teman-temannya Apabila anak enggan bergaul dengan orang lain, orang tua perlu mengajak anak bermain dengan teman sebayanya
b.
Mamahami akan berbagi dan menunggu giliran Tujuan: Melatih kesabaran Melatih kasih saying Cara melatih: Ajarkan anak berbagi makanan dengan bermain Biasakan anak untuk bersabar dan memahami bagaimana harus menunggu giliran Puji anak jika berhasil melakukan
c.
Mulai menyadari perilaku baik dan buruk Tujuan: Mengetahui perbedaan perilaku, baik dan buruk Mengajarkan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk Cara melatih:
35
Ajarkan anak memahami perilaku baik dengan memberi contoh tingkah laku d.
Terlihat percaya diri Tujuan: Melatih keberanian Cara melatih: Ajari anak untuk memiliki konsep diri missal: tidak pemalu
e.
Menunjukan dengan cara sopan jika kesal atau gagal Tujuan: Melatih mengendalikan emosi Cara melatih: Biasakan anak menunjukan tingkah laku sopan bila sedang kesal
Menurut Nursalam (2008), masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua maupun. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini. Petunjuk bimbingan untuk orang tua bagi anak usia 3-5 tahun a. Umur 3 tahun 1. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak terhadap hubungan yang luas. 2. Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak. 3. Menekan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan. 4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan. 5. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.
36
6. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak kurang berkoordinasi motorik dan emosionalnya, merasa tidak aman, serta menunjukan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim seperti gagap. 7. Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan akan perhatian ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi tidak aman dan ketakutan akan kehilang. 8. Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia 3 tahun akan berubah ke tingkah laku agresif diluar batas pada usia 4 tahun. 9. Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan pemilihan makanan yang lebih luas. b. Umur 4 tahun 1.
Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk aktivitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2.
Mempersiapkan orang tua untuk menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua.
3.
Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
4.
Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti menetapkan anak pad ataman kanak-kanak selama setngah hari.
5.
Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu seksual pada anak.
6.
Menekan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah laku.
7.
Mendiskusikan disiplin.
8.
Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya.
9.
Menyarankan pelajaran berenang.
37
10. Menjelaskan perasaan-perasaan oedipus dan reaksi-reaksinya. 11. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan menganjurkan merka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari mimpi yang menakuktkan. c. Umur 5 tahun 1.
Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang relatif lebih tenang dibandingkan dengan masa sebelumnya.
2.
Menyiapkan dan membantu anak-anak untuk memasuki lingkungan sekolah.
3.
Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum sekolah.
I. Peran Pengasuhan Mengasuh adalah proses mendidik, agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, sehingga menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk serta mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan kelak (pranyoto, 2010). Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilainilai yang dimiliki keluarga.Pada budaya timur seperti di Indonseia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama. Peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi selama tahapan perkembangan anak yang dijalamkan melalui interaksi antar anggota keluarga (Hafied, 2003). Pada dasarnya tujuan utama pengsuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya.
38
Orang tua harus mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menjalakan peran pengasuhan ini.Terutama dalam pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemeliharaan kebersihan perseorangan, penggunaan alat permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta komunikasi efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengan anak dan anggota keluarga lainnya. 1. Faktor-faktor yang memoengaruhi peran pengasuhan Untuk dapat menjalankan peran pengasuhan tersebut, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain: (Wong, 2001) a. Usia orang tua Tujuan perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal kerena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. b. Keterlibatan ayah Pendekatan muktahir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk menggendongnya langsung setelah ibunya mendekap dan menyusukan (bonding and attachment). Dengan demikian kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati aka nada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa ayah yang tidak dapat terlihat secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa hari atau minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi, seperti
39
mengganti popok, bermain, dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam perawatan anak. c. Pendidikan orang tua Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Shifrin (1997) dalam Wong (2001) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah terlibat dengan aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat. Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua.Oleh karena itu, anak dan orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi anak.Orang tua dapat berbicara pada anak, perpihan hanya sementara (Jamaris, 2006). J. Perilaku 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Skinner, 1983 dalam Notoatmodjo, 2007) berdasarkan pengertian tersebut Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu: a.
Responden respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap. Responden respon ini juga mencakup perilaku emosional.
40
b.
Operant respons atau instrumental respons yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing atau reinforce, karena memperkuat respon. Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003), pada dasarnya merupakan
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit.Sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sedangkan perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya), maupun secara aktif (praktek) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku
merupakan
suatu
kegiatan
atau
aktivitas
organisme
yang
bersangkutan.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.Blumm (1986), menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan luar perilaku. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok adalah: 1. Faktor mempermudah (Predisposing Factor) yaitu faktor pertama yang mempengaruhi untuk berperilaku yang mencakup karakteristik individu,
41
pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, persepsi dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. 2. Faktor pendukung (Enabling Factor) yaitu faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas masyarakat atau pemerintah dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. 3. Faktor pendorong (Reinforcing Factor) yaitu faktor yang memperkuat/mendorong perubahan tingkah laku, kaitannya dengan kesehatan, meliputi dukungan keluraga (suami, orang tua, famili), majikan, tokoh masyarakat dan lainnya. 3. Domain Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek: 1. Perlikau pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana sembuh dari sakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Domain perilaku kesehatan mencakup 3 komponen yaitu: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice). Oleh sebab itu mengukur perilaku dan perubahannya, ksususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut (Notoatmodjo, 2005).
42
1. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Meurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasinya sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Nursalam, 2000). b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) mempunyai 6 tingkat yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
43
3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analisys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesi (shinthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi bari dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
44
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut sukanto (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: 1. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Makin tinggi tingkat pendidikan, seseorang mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki termasuk pengetahuan tentang stimulasi. 2. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar inforamasi media. Pengetahuan tetntang stimulasi dapat diperoleh dari TV, radio, majalah maupun sumber informasi lainnya. 3. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) akan berpengaruh terhadap kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah mencukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk sekunder.
45
Status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadapa seseorang dalam memperoleh informasi termasuk tentang stimulasi pada perkembangan anak. 4. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinu akan lebih besar terpapar informasi. Pengetahuan seseorang tentang stimulasi perkembangan anak termasuk aktivitas bermain akan bertambah jika ada interaksi dengan orang lain yang ada disekitarnya. 5. Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi atau pengalaman lain. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Pengalaman dari orang tua tentang stimulasi bagi anak dapa dilihat. d. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan, kemudahan dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang.Dikatakan baik (>75%), cukup (60-50%), dan kurang (<60%).(Nursalam, 2008).
46
2. Sikap a. Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah respon individu yang masih bersifat tertutup terhadap sesuatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan (perilaku).Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu.Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau efektif (senang, benci, dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), dan konatif (kecenderungan bertindak) (Sawori (2007) dalam Maulana (2010)). Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) mengatakan sikap merupakan oraganisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif sama, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Beberapa batasan lain tentang sikap yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut: a.
Sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merukan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku, bukdan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhdap objek lingkungan tertentu sebabgai suatu penghayatan terhadap objek.
47
b.
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya (Sarwo (1997) dalam Maulana (2010)), akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berpikir ini mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup (koentjaraningrat (1983) dalam Maulana (2010)).
c.
Dengan sikap yang minimal, masyarakat memiliki pola berpikir tertentu dan pola berpikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan melalui inetraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sarwono (1997) dalam Maulana (2010)) bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
b. Komponen Pokok Sikap Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.
Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan bertindak (tebd to behave). Ketiga komponen tersebut, secara bersam-sama membentuk total
attitude.Dalam hal uini, determinan sikap adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi. Menurut Azwar (1995), sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu kognitif, efektif, dan konatif.
48
1. Komponen kognitif (cognitive). Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Sebagai contoh, seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa nikmatnya sehat. 2. Komponen efektif (kompinen emosional). Komponen ini menunjukan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negative (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek tersebut. 3. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan prediposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. c. Fungsi Sikap Menurut Attikinson dkk, seperti dikutip dalam sunaryo (2004) sikap memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut: 1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alas an praktisi atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan. 2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. 3. Fungsi nilai ekpresi, yaitu sikap yang menunjukan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu berasangkutan.
49
4. Fungsi pengentahuan, setiap individu memiliki motif untukn ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya. d. Pengukur Sikap Menurut Notoatmodjo (2005), pengkur sikap dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulasi atu objek yang bersangkutan. Pertnyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara meberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu, dengan menggunakan skala likert. Misalnya: beri pendapat anda tentang pertnyaan-pertnyaan di bawah ini dengan memberikan penelitian sebgai berikut: Bila sangat setuju: 5 Bila setuju: 4 Bila biasa saja: 3 Bila tidak setuju: 2 Bila sangat tidak setuju: 1 3.
Praktik Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan seseorang dapat melaksanakan atau mepraktikan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behavior).
50
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas ornag dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau peraktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor kesehatan, yaitu: a. Tindakan atau praktik yang sehubungan dengan penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementar). b. Tindakan atau praktik yang sehubungan dengan faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pengguanaa (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan. d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum. Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu.
51
K. Proses Adaptasi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengdopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: 1.
Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.
Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.
Evaluation (menimbang-nimbang baik dari tindakannya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.
4.
Trial, yakni orang telah mencoba perilaku baru.
5.
Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
L. Kerangka Teori Pengukuran dan indikator perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005) Pengetahuan
Sikap
Perilaku stimulasi perkembangan sosial anak
Tindakan/praktik
Kerangka teori stimulasi perkembangan anak, sumber: Notoatmodjo (2005)
52
BAB III KERANGAKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008). Kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam mehubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau variable (Nursalam (2003)) dalam (Hidayat (2008)). Kerangka konsep dalam penemuan ini terdiri dari dua variabel, yaitu: variabel independen adalah pengetahuan dan sikap ibu. Variabel dependen adalah perilaku ibu dalam memberikan stimulus perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun
Perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak
Sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
53
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun memiliki hubungan atau tidak dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia tersebut, setelah ditentukan sesuai kriteria peneliti. Pengetahuan yang dinilai dalam penelitian ini adalh tentang pengertian stimulasi, prinsip stimulasi, pentingnya stimulasi, cara stimulasi, fungsi stimulasi pada usia 3-5 tahun, tujuan stimulasi sosial pada usia 3-5 tahun dan contoh stimulasi sosial pada anak usia 3-5 tahun. Pengetahuan dan sikap adalah faktor predisposisi (mepermudah) yang mempengaruhi perilaku manusia.Faktor predisposisi merupakan faktor pertama yang mempengaruhi manusia untuk berperilaku, termasuk ibu.Hal ini seiring dengan yang dikekmukakan oleh Notoatmodjo (2007) yaitu pengetahuan dan sikap merupakan domain dari perilaku.Pengetahuan, sikap dan perilaku yang diteliti karena pengetahuan dan sikap sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (perilaku).Pengetahuan yang adekuat jika tidak diimbangi oleh sikap dan perilaku yang berkesinambungan tidak mempunyai makna yang berarti bagi kehidupan. Menurut Notoatmodjo (2007), setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapa terhadap yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan seseorang dapat melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behavior). Sehingga pengkur dan indikator perilaku kesehatan dapat digambarkan dari apa yang di ketahui dan bagaimana orang itu bersikap (Notoatmodjo, 2005).
54
Pengetahuan ibu dalam menstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun diklasifikasikan menjadi tingkat pengetahuan yang baik, cukup, rendah. Sikap ibu dalam menstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun diklasifikasikan menjadi sikap yang positif dan negatif. Berdasarkan pengetahuan dan sikap tersebut, peneliti menganalisis perilaku ibu melalui kuesioner yang telah diuji terlebih dahulu validasi dan reliabilitasnya.Selanjutnya peneliti ingin mengetahui gambaran hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian stimulasi perkembangan sosial anak 3-5 tahun di Desa SIndangwangi. B. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan masalah diatas: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial pada anak usia 3-5 tahun. 2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial pada anak umur 3-5 tahun.
66
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode cross sectional pendekatan kuantitatif.Metode Cross Sectional merupakan rancangan penelitian yang melakukan pengukuran atau pengamatan variabel dependen dan variabel independen pada saat bersamaan (sekali waktu) (Chandra, 2009). Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakanangket/kuesioner. Kuesioner menggunakan skala likert untuk pengetahuan ibu dan skala guttman untuk sikap perilaku.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dengan anak usia 35 tahun di Desa Sindangwangi B. Lokasi dan Waktu Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan uji reabilitas, penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun di Desa Ciganjeung. Selanjutnya, penelitian dilakukan di Desa Sindangwangi dengan waktu penelitian di bulan Desember 2013 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2004 dalam Hidayat, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
67
2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Hidayat, 2008). Responden jumlahnya tidak begitu banyak sehingga seluruh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun dijadikan sebagai responden. Kriteria Inklusi :
Ibu dan anak usia 3-5 tahun yang tinggal di Desa Sindangwangi
Ibu dengan anak usia 3-5 tahun tanpa penyimpangan perkembangan
Ibu dapat membaca dan menulis
Ibu mau menjadi responden
D. Jumlah Sampel Pada penelitian ini, perhitungan sampel tidak dilakukan karena terbatasnya jumlah populasi yang diteliti sehingga menggunakan total populasi atau sampling jenuh. Jumlah responden ibu dengan anak usia 36-48 bulan berjumlah 44 dan ibu dengan anak usia 48-60 bulan berjumlah 53 sehingga total populasinya adalah 96 ibu dengan anak usia 3-5 tahun E. Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian 1. Alat pengumpul data a. Lembar kuesioner Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner atau angket. Kuesioner diberikan langsung kepada responden untuk diisi melalui proses wawancara. Kuesioner dibagi 2, Kuesioner pertama dibuat untuk ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan kuesioner kedua dibuat untuk ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan
68
yang masing-masing berisi pertanyaan tertutup yang terdiri atas 37 pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum digunakan akan dikonsulkan dengan dosen pembimbing skripsi. Kemudian kuesioner tersebut diuji validitas dan uji realibilitas. Jenis pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu adalah pernyataan yang menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban benar bernilai 1 dan salah bernilai 2, untuk mengidentifikasi sikap adalah pernyataan yang menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1. sedangkan untuk mengidentifikasi perilaku ibu adalah pernyataan yang menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban selalu bernilai 4, sering bernilai 3, jarang bernilai 2 dan tidak melakukan bernilai 1 Merujuk
pada
Nursalam
(2008)
maka
hasil
pengukuran
pengetahuan dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh >11 (Nilai Baik > 75 %), pengetahuan dikatakan cukup apabila nilai yang di peroleh 9-10 (nilai cukup 60 % - 75 %), dan pengetahuan kurang apabila nilai yang diperoleh <9 (nilai kurang < 60%). Hasil pengukuran sikap ibuusia anak 36-48 dikatakan positif apabila nilai yang diperoleh lebih dari median (Nilai median 35) dan sikap negatif apabila nilai yang diperoleh kurang dari median (Nilai Median 35). Sedangkan hasil untuk pengukuran perilaku ibu dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh lebih dari median (Nilai median 40), dan Perilaku ibu kurang apabila nilai yang diperoleh
69
kurang dari median (Nilai Median 36).Hasil pengukuran sikap ibuusia anak 48-60 dikatakan positif apabila nilai yang diperoleh lebih dari median (Nilai median 34) dan sikap negatif apabila nilai yang diperoleh kurang dari median (Nilai Median 34). Sedangkan hasil untuk pengukuran perilaku ibu dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh lebih dari median (Nilai median 34), dan Perilaku ibu kurang apabila nilai yang diperoleh kurang dari median (Nilai Median 34). 2. Prosedur Penelitian Prosedur-prosedur dalam pegumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu : a. Melakukan perizinan penelitian kepada kepala Desa sekaligus meminta data anak dan alamat anak yang berusia 3-5 tahun. b. Melakukan pendataan calon responden sesuai kriteria yang telah ditentukan c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada responden d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner f. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner h. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa
70
F. Uji Validitas dan Reabilitas Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas untuk mendapatkan instrument yang valid untuk penelitian. Uji validitas dilakukan di Desa Ciganjeung pada. Uji validitas dilakukan bulan Desember 2013, dan sampel yang diambil untuk masing-masing kuesioner sebanyak 30 responden untuk ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan 30 responden untuk ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan sehingga total keseluruhan responden untuk uji validitas adalah 60 responden Tujuan dari uji kuesioner adalah untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian mudah dimengerti atau sulit/tidak dimengerti oleh responden Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tentang pengetahuan dan perilaku ibu serta perkembangan anak perlu untuk dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel (Setiadi, 2007) Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2010). pada penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga pertanyaan dalam kuesioner yang dibuat harus mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Validitas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah validitas kriteria. Validitas kriteria akan merujuk kepada hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Setiadi, 2007). Validitas kuesioner tersebut dapat
71
menggunakan rumus korelasi momen produk dari pearson. setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks kolerasinya Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product moment” Rumus: ( √[
) (
(
)(
) ][
) (
) ]
Keterangan: r hitung = koefisien korelasi n = banyaknya subyek ∑Xi = Jumlah skor item ∑Yi = jumlah skor total n = Jumlah responden (Hidayat, 2003) Rumus : Uji t 𝑡
√(
2
√(1
)
Keterangan : t = nilai thitung r = koefisien kolerasi hasil r hitung n = jumlah responden (Hidayat, 2003) Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2) Jika nilai hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika
72
nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Indeks Korelasi 0,800-1,000 : Sangat tinggi 0,600-0,799 : tinggi 0,400-0,599 : cukup tinggi 0,200-0,399 : rendah 0,000-0,199 : sangat rendah (tidak valid)
Hasil uji validitas valiabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dengan r tabel 0,3610 terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid sehingga peneliti tidak menggunakan/ menghilangkanya dan uji validitas variabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan dengan r tabel 0.3610 terdapat 4 pertanyaan
yang
tidak
valid,
kemudian
peneliti
tidak
menggunakan
/menghilangkan 3 pertanyaan dan memperbaiki 1 pertanyaan. Hasil uji validitas variabel sikap ibu dengan r tabel 0,254, semua pertanyaan dinyatakan valid. Reliabilitas
adalah
adanya
kesamaan
hasil
apabila
pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Ary dkk (1977) dalam Setiadi (2007)). Teknik yang digunakan untuk perhitungan reabilitas dengan menggunakan metode Alpha-cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliable atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perhitungan nilai r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5 % Rumus koefisien reabilitas Alpha-cronbach : 𝑘 (𝑘
1)
{1
(
𝑠𝑖 )} 𝑠𝑡
73
Keterangan : ri = reabilitas instument k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal ∑si2 = jumlah varian butir St2 = varian total (Sugiyono, 2005) Tabel 4.2 Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Alpha
Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20
Kurang reliabel
>0.20 s.d 0.40
Agak reliabel
0.40 s.d 0.60
Cukup reliabel
>0.60 s.d 0.80
Reliabel
>0.80s.d 1.00
Sangat reliabel
Hasil uji reabilitas variabel sikap pada penelitian ini nilai Alpha Cronbach0.776 (>0.60-0.80), berdasarkan tabel diatas uji reliabel untuk variabel sikap adalah reliabel. Hasil uji reabilitas variabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan nilai Alpa Cronbach 0.866 (>0.80s.d 1.00) dan variabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan nilai Alpha Cronbach 0.893 (>0.80s.d 1.00), berdasarkan tabel diatas uji reliabel untuk variabel perilaku adalah sangat reliabel. G. Pengolahan Data Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data dan ringkasan berdasarkan suatu kelompok data yang
74
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi,2007). Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah
yang harus ditempuh (Hidayat,
2008),
diantaranya : a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. c. Entry data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
d. Cleaning Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
75
yang hendak dianalisis. Analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial (menarik kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistika (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial. H. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat (Sumantri,2011). Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian Variabel dependen menjelaskan pegetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun dan variabel independen menjelaskan perilaku ibu dalam stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Analisa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan ibu yang memiliki anak usia 4860 bulan 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui uji statistik.
76
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dependen dan independenya itu pegetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam memberikanstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Analisa bivariat dibagi menjadi 2 kelompokyaitu ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan Tekhnik analisa menggunakan chi square menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan α 5 %. Sehingga jika nilai p (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna atau menunjukan adanya hubungan antara variable dependen dan variable independen, sebaliknya jika nilai p> 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. I. Etika Penelitian Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi etika penelitian harusdiperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain : (Hidayat,2008) 1. Informed consent Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Anomity (tanpa nama)
77
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian
78
BAB V Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Tempat dan Responden Penelitin 1. Gambaran umum Desa Sindangwangi Desa Sindangwangi adalah salah satu Desa dari empat belas Desa di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, yang terdiri dari 4 Dusun, 11 RW dan 31 RT. 4 dusun tersebut adalah Dusun Balater, Dusun Kawarasan, Dusun Karanghonje dan Dusun Sindangsari. Terletak di jalur jalan Propinsi antara Banjar – Pangandaran.Desa Sindangwangi
merupakan pemekaran dari
Desa Ciganjeng
yang
dimekarkan pada tahun 1982 melalui Surat keputusan Bupati Ciamis Nomor: 05/PM.0241.022.I/SK/1982, tanggal 31 Juli 1982. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Karangsari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ciganjeng, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bojong sari, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukanagara. Luas wilayah Desa Sindangwangi ± 615,677 ha, terdiri atas Pemukiman 121,00 Ha, Persawahan 333,46 Ha, Perkebunan 112,33 Ha, Pekarangan 44,00 Ha, Perkantoran 1,24 Ha, Kuburan 1,00 Ha, dan Jalan 5, 07 Ha. Jumlah penduduk Desa Sindangwangi adalah 4.112 jiwa, jumlah laki-laki 2.045 jiwa dan jumlah perempuan 2.067 jiwa terdiri dari kepala keluarga (KK) laki-laki 1.119 kk dan kepala keluarga perempuan 184 kk.
79
2. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalahibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun atau usia antara 36-60 bulan. Jumlah anak yang masuk kedalam kriteria sampel dalam penelitian ini adalah 97 responden.Mereka berperan aktif untuk membantu peneliti dalam menjawab semua kuesioner. Usia anak pada penelitian ini antara 3-5 tahun. Hasil analisis menunjukan bahwa persentase anak terbanyak adalah kelompok usia 4860 bulan yaitu sebanyak 54.6 % dan terendah adalah kelompok usia 3648 bulan yaitu sebanyak 45.5 %. Variasi usia anak dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak di Desa Sindangwangi Tahun 2014 No
Usia anak (Bulan)
Jumlah
Persentase (%)
1
36-48
44
45.4
2
48-60
53
54.6
97
100.0
TOTAL
B. Analisa Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan variabel. Variabel yang dianalisis univariat dalam penelitian ini yaitu mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak, gambaran sikap ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak
80
dan gambaran perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. 1. Analisis univariat ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan a. Gambaran distribusi perilaku Ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial usia 36-48 bulan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 No
Perilaku
Jumlah
Persentase (%)
1
Baik
14
31.8
2
Kurang
30
68.8
44
100.0
TOTAL
Hasil analisa data untuk variabel perilaku diperoleh nilai median 40. Peneliti menggolongkan variabel perilaku berdasarkan 2 kategori, yaitu perilaku baik (skor > 40) dan perilaku kurang (skor ≤ 40) dengan menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel 5.4, bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang yaitu 68.8%
81
b. Gambaran distribusi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014 No
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Pesentase (%)
1
Baik
29
65.9
2
Cukup
15
34.1
44
100.0
TOTAL
Hasil analisa untuk variabel pengetahuan peneliti mengolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dikatakan baik 12-15 (> 75%), cukup 9-11 (60-75%), dan kurang 1-8 (<60%). Hasil yang didapat pada tabel 5.2 bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 65.9% c. Gambaran distribusi sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 No
Sikap
Jumlah
Persentase (%)
1
Positif
13
29.5
2
Negatif
31
70.5
44
100.0
TOTAL
82
Hasil analisa data untuk variabel sikap di peroleh nilai median 35. Peneliti menggolongkan variabel sikap berdasarkan 2 kategori, yaitu sikap positif (skor > 35) dan negatif (skor ≤ 35) dengan menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel 5.3 diatas, bahwa responden sebagian besar mempunyai sikap negatif yaitu 70.5% 1. Analisis univariat ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan a. Gambaran distribusi perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 No
Perilaku
Jumlah
Persentase (%)
1
Baik
24
45.3
2
Kurang
29
54.7
53
100.0
TOTAL
Hasil analisa data untuk variabel perilaku diperoleh nilai median 34. Peneliti menggolongkan variabel perilaku berdasarkan 2 kategori, yaitu perilaku baik (skor > 34) dan perilaku kurang (skor ≤ 34) dengan menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel 5.7, bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang yaitu 54.7%
83
b. Gambaran distribusi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 No
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Pesentase (%)
1
Baik
42
79.2
2
Cukup
11
20.8
53
100.0
TOTAL
Hasil analisa untuk variabel pengetahuan peneliti mengolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dikatakan baik 12-15 (> 75%), cukup 9-11 (60-75%), dan kurang 1-8 (<60%). Hasil yang didapat pada tabel 5.5 bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 79.2% c. Gambaran distribusi sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014 No
Sikap
Jumlah
Persentase (%)
1
Positif
23
43.4
2
Negatif
30
56.6
53
100.0
TOTAL
84
Hasil analisa data untuk variabel sikap di peroleh nilai median 34. Peneliti menggolongkan variabel sikap berdasarkan 2 kategori, yaitu sikap positif (skor > 34) dan negatif (skor
≤ 34) dengan
menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel 5.6 diatas, bahwa responden sebagian besar mempunyai sikap negatif yaitu 56.6% C. Analisa Bivariat Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu variabel bebas (pengetahuan dan sikap ibu ) dengan variabel terikat (perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun) 1. Analisis bivariat ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan a. Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Tabel 5.8 Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3648 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 Perilaku
OR
P
(95%CI)
value
Total Baik
Baik
Kurang
N
%
N
%
5
17.2
24
82.8
N
%
29 100.0
0.139
Pengetahuan
0.007 Cukup
Total
9
60.0
6
40.0
15 100.0
14
31.8
30
68.3
44 100.0
(0.034-0.570)
85
Hasil analisa tabel 5.8 diatas, analisa antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan menunjukan proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan baik (17.2) lebih sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan cukup (60%) Berdasarkan uji statistik, nilai p value =0.007 (p<0,05). Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi. Nilai OR = 0.139 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik beresiko 0.139 kali lebih tinggi umtuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan kurang
86
b. Hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Tabel 5.9 Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014 Perilaku
OR
P
(95%CI)
Value
Total Baik
Kurang
N
%
N
%
N
%
Positif
10
76.9
3
23.1
13
100.0
22.500
Negatif
4
12.9
27
87.1
31
100.0
(4.263-118.751)
14
31.8
30
68.2
44
100.0
Sikap
0.000
Total
Hasil analisis pada tabel 5.11 diatas, analisis antara sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan menunjukan bahwa proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap positif (76.9%) lebih besar dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap nrgatif (12.9%). Berdasarkan uji statistik, nilai p value = 0.000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia38-48 bulan di Desa Sindangwangi. Nilai OR = 22.500 dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki sikap positif beresiko 22.500 kali lebih tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai sikap negatif.
87
2. Analisis bivariat ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan a. Hubungan
pengetahuan
dengan
perilaku
ibu
dalam
memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Tabel 5.10 Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak 48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014 Perilaku
OR
P
(95%CI)
value
Total Baik N Baik
%
Kurang N
%
N
%
14 33.3 28 66.7 42 100.0
0.050
Pengetahuan
0.001 Cukup 10 90.9
Total
1
9.1
11 100.0
(0.006-0.431)
24 45.3 29 54.7 53 100.0 Hasil analisa tabel 5.8 diatas, analisa antara pengetahuan dengan
perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan menunjukan proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan baik (33.3) lebih sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan cukup (90.9%) Berdasarkan uji statistik, nilai p value =0.001 (p<0,05). Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan di Desa Sindangwangi. Nilai OR = 0.050 dapat
88
disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik beresiko 0.050 kali lebih tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan kurang. b. Hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Tabel 5.11 Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014 Perilaku
P Total
Baik
Positif
Value
Kurang
N
%
N
%
N
%
10
43.5
13
56.5
23
100.0
Sikap
1.000 Negatif Total
14
46.7
16
53.3
30
100.0
24
45.3
29
54.7
53
100.0
Hasil analisis pada tabel 5.11 diatas, analisis antara sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan menunjukan bahwa proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap positif (43.5%) lebih sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap negatif (46.7%). Berdasarkan uji statistik, nilai p value = 1.000 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan.
89
BAB VI PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. Dalam membahasan ini responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial usia 36-48 bulan dan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan di Desa sindangwangi.
A. Pembahasan Variabel Penelitian 1. Gambaran perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Pada penelitian ini perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan di peroleh 14 ibu mempunyai perilaku yang baik (31.8%) dan 30 ibu mempunyai perilaku kurang (68.8%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
90
sebagian besar ibu mempunyai perilaku kurang dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan diperoleh 24 ibu mempunyai perilaku yang baik (45.3%) dan 29 ibu mempunyai perilaku kurang (54.7%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai perilaku kurang dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Pada penelitian ini perilaku diukur melalui kuesioner.Perilaku ibu kurang dapat terlihat dari ibu jarang mengajak anak untuk berekreasi, cenderung mengacuhkan anak ketika anak menangis dan ibu tidak membuat anak bermain dengan teman sebanyanya. Perilaku kesehatan pada dasarnya berkaitan dengan sakit dan penyakit. Sedangkan perilaku seseorang dari sakit atau penyakit adalah cara manusia berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya), maupun secara aktif (praktek) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut asumsi peneliti, perilaku kurang ibu disebabkan oleh sikap yang negatif terhadap stimulasi perkembangan sosial anak.Walaupun sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan yang baik namun mereka bersikap atau bereaksi kurang sehingga ibu tidak secara aktif (praktek) dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak.
91
2. Gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah ibu mampu
mengetahui
perkembangan
sosial
hal-hal
yang
anak,
prinsip
berkaitan serta
dengan
stimulasi
pentingnya
stimulasi
perkembangan sosial anak. Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan diperoleh 29 ibu mempunyai pengetahuan baik (65.9%) dan 15 ibu mempunyai pengetahuan kurang (34.1%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang stimulasi perkembangan sosial anak. Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan diperoleh 42 ibu mempunyai pengetahuan baik (79.2%) dan 11 ibu mempunyai pengetahuan kurang (20.8%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang stimulasi perkembangan sosial anak. Pengetahuan baik dapat terlihat dari seluruh ibu mampu menjawab dengan benar pernyataan pengertian stimulasi yaitu merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun, serta pernyataan bahwa anak akan cepat berkembang optimal jika mendapat stimulasi yang terarah dan stimulasi dapat dilakukan dengan cara latihan dan bermain. Hanya sebagian kecil ibu beranggapan bahwa kesempatan pemberian stimulasi
92
anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan Menurut Nursalam (2000), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasinya sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Pada penelitian ini rata-rata pendidikan terakhir ibu adalah SMP. Pengetahuan yang baik ini hendaknya di pertahankan dan diperdalam dengan cara memberikan informasi
seputar
stimulasi
perkembangan
anak
sesuai
tahap
perkembanganya oleh tenaga kesehatan setempat.
3. Gambaran sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif sama, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004)). Sikap ibu dalam penelitian ini adalah bagaimana ibu bersikap terhadap stimulasi perkembangan sosial anak. Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan di peroleh 13 ibu mempunyai sikap yang positif (29.5%) dan 31 ibu mempunyai sikap negatif (70.5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai sikap negatif terhadap stimulasi perkembangan sosial anak.
93
Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan diperoleh 23 ibu mempunyai sikap positif (43.4%) dan 30 ibu mempunyai sikaf negatif (56.6%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai sikap negatif terhadap stimulasi perkembangan sosial anak. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Pada penelitian ini sikaf negatif ibu pada stimulasi perkembangan sosial anak dapat terlihat dari pernyataan negatif dalam kuesioner dimana sebagian besar ibu menjawab tidak setuju menyamakan laki-laki dan perempuan dalam bersosialisasi, mengajak teman sebaya kerumah untuk bermain bersama serta tidak setuju memberikan mainan pada anak. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan anak bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut asumsi peneliti, yang menimbulkan sikap negatif ibu terhadap stimulasi perkembangan anak adalah kurangnya ibu mencari informasi mengenai stomulasi perkembangan sosial yang bisa didapatkan melalui membaca buku, menonton acara tv dan kurangnya stimulus atau informasi yang tepat dari tenaga kesehatan setempat. Sejalan dengan peryantaan (Sarwono (1997) dalam maulana (2010)) bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya informasi tentang suatu objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
94
4. Hubungan
antara
pengetahuan
dengan
perilaku
ibu
dalam
memberikan stimulasi perkembangan sosial usia 3-5 tahun Telah dijelaskan sebelumnya bahwapengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu
objek
tertentu
(Notoatmodjo,
2003).Pengetahuan
merupakan salah satu domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007), Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (skinner, 1983 dalam Notoatmodjo, 2007).Stimulus atau rangsangan dari luar salah satunya pengetahuan. Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan menunjukan 5 dari 29 responden (17.20%) mempunyai pengetahuan baik dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak dan 9 dari 15 responden (60.0%) mempunyai pengetahuan yang cukup dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial p value = 0,007 (p<0.05) untuk responden
95
dengan anak 36-48 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika pengetahuan ibu baik pula. Nilai OR = 0.139 dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik beresiko 0.139 kali lebih tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan kurang. Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan menunjukan 14 dari 42 responden (33.3%) mempunyai pengetahuan baik dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak dan 10 dari 11 responden (90.9%) mempunyai pengetahuan yang cukup dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Nilai OR = 0.050 dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik beresiko 0.050 kali lebih tinggi
untuk
berperilaku
baik
dibandingkan
yang
mempunyai
pengetahuan kurang. Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial p value = 0,001 (p<0.05) untuk responden dengan anak 48-60 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika pengetahuan ibu baik pula Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi (mempermudah) yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia.Pengetahuan responden yang baik dapat dijadikan dasar dalam pembentukan perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak karena pengetahuan merupakan domain dalam pembentukan perilaku seseorang.
96
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan handayani (2007), yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang baik (58,3%) dengan perilaku stimulasi perkembangan anak yang baik (58,3%). hasil uji statistik menunjukan bahwa taraf signifikan p<0,01 artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang mempunyai anak 35 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta. Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru, sebaliknaya apabila pengetahuan kurang akan lebih sulit untuk bersikap dan bertindak. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan menimbulakan perilaku yang baik. Sementara itu perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, makan perilaku tersebut tidak berlangsung lama. Hasil
penelitian
ini
juga
menjelaskan
keterkaitan
antara
pengetahuan kurang yang berdampak pada perilaku kurang.Pengetahuan kurang yang dialami responden karena responden kurang mencari informasi terkait stimulasi perkembangan sosial anak, dan petugas kesehatan yang berada di Desa Sindangwangi tidak ada program tentang penyuluhan tumbuh kembang dan stimulasinya. Petugas kesehatan sebaiknya memberikan informasi tentang dampak negatif jika ibu tidak mengetahui bagaimana stimulasi perkembangan sosial anak selanjutnya berperilaku sesuai dengan apa yang diketahui.
97
5. Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial usia 3-5 tahun Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah respon individu yang masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan (perilaku). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif sama, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001) dalam Sunaryo, 2004). Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan, seperti pengetahuan responden tentang stimulasi perkembangan sosial. Rangsangan tersebut menstimulus diri responden untuk memberi respon, dapat berupa sikap positif atau negatif, akhirnya akan diwujudkan dalam perilaku atau tidak (Notoatmodjo, 2003) Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan menunjukan 10 dari 13 responden (76.9%) mempunyai sikap positif dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak dan 4 dari 31 responden (12.9%) mempunyai sikap negatif dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Nilai OR = 22.500 dapat disimpulkan bahwa ibu yang
98
memiliki sikap positif beresiko 22.500 kali lebih tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai sikap negatif Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial p value = 0,000 (p<0.05) untuk responden dengan anak 36-48 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika sikap ibu positif Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan menunjukan 10 dari 23 responden (43.5%) mempunyai sikap positif dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak dan 14 dari 30 responden (46.7%) mempunyai sikap negatif dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak Berdasarkan uji statistik, menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial p value = 1,000 (p>0.05) untuk responden dengan anak 48-60 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika sikap ibu positif Tidak adanya hubungan antara sikap ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi
perkembangan
anak
usia 48-60
bulan
dijelaskan sebagai berikut : Semakin bertambahnya usia anak maka akan berpengaruh juga pada kemampuan anak untuk bersosialisasi. Anak tidak hanya berhubungan dengan orang tua saja, namun menuju pada hubungan sosial diluar rumah seperti saudara dan anak tetangga,
99
anak mulai terlibat dalam permainan dengan teman sebaya sehingga anak mulai berbagi rasa dan perhatian dengan temanya (Hurlock (1993) dalam Suharsono (2009)). Berdasarkan penelitian Hotmaria (2010), menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dengan p value>0.05. Pengetahuan dan sikap ibu tidak mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Pembentukan sikap menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) , komponen pokok sifat meliputi : kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek: kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) penentuan sikap yang utuh tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap responden yang negatif, bisa menjadi baik jika tenaga kesehatan bisa mempengaruhi pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi dari responden. Karena ke empat faktor tersebut sangat menentukan terjadinya sikap yang utuh pada responden..Hal ini dikuatkan oleh teori Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa tenaga kesehatan harus bisa memberikan contoh kepada responden, dampak negatif pada anak jika ibu bersikap negatif terhadap perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Tenaga kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
100
emosi responden Responden akan bersikap positif karena mengetahui dan memahami pentingnya stimulasi perkembangan yang sesuai denga tahap tumbuh kembangnya agar anak dapat berkembang terarah dan optimal. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Houthrome effect; Subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden 2. Belum ada instrumen baku dalam penelitian ini, sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan mengenai stimulasi perkembangan social. Instrumen telah dilakukan uji validitas dan uji reabilitas sehingga layak dipergunakan. 3. Pada penelitian ini
perilaku dilihat dari kuesioner, sehingga
menyebabkan bias. perilaku lebih baik bila diukur melalui observasi.
101
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perilaku ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak di Desa Sindangwangi tergolong kurang baik (68.8%) dan perilaku ibu yang mempunyai anak usia 48-60 dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak juga kurang baik (54.7%) 2. Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai anak usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi tergolong baik (65.9%) dan pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan juga baik (79.2%) 3. Sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai anak usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi tergolong negatif (70.5%) dan sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai anak usia 48-60 bulan juga negatif (56.6%) 4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan dengan nilai p value= 0.007 (p<0.05).
102
5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 tahun dengan nilai p value = 0.000 (p<0.05) 6. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan dengan nilai p value = 0.001 (p<0.05). 7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 tahun dengan nilai p value = 1.000 (p>0.05)
103
B. Saran 1. Bagi orang tua Memberikan informasi kepada ibu tentang pengetahuan, cara bersikap dan berperilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial pada anak. Pengetahuan terkait stimulasi perkembangan sosial anak dapat diperoleh dari membaca buku tentang tumbuh kembang anak, bertanya pada petugas kesehatan dan datang ke klinik khusus untuk tumbuh kembang anak.Setelah pengetahuan baik diharapkan ibu dapat melakukan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan tahap perkembangan anak agar anak dapat lebih cepat berkembang optimal. 2. Bagi tenaga kesehatan Lebih meingkatkan upaya promosi kesehatan pada ibu dengan anak usia 3-5 tahun dalam upaya mengubah sikap dan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak karena akan membantu anak untuk berkembang sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangan anak serta akan mempengaruhi anak untuk berkembang secara optimal. 3. Bagi penelitian selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait dengan perilau kesehatan khususnya dalam memberikan stimulasi perkembangan sosia anak.Saat ini penelitian perilaku dilakukan melalui kuesioner, lebih baiknya perilaku diukur melalui observasi sehingga data lebih akurat.
104
Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, A.1997.Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ke Tiga. Jakarta: BinarupaAksara. Azwar S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bakhtiar, A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Benrman, RE dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1 diterjemahkan oleh A. Samik Wahab. Jakarta: EGC. Bonner, H. 1953. Social psycologi An Inter Disciplinary Approach New York. American : Book company. Cahyani, PB. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Boyolali. Surakarta : UM Surakarta. Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan Dan Komunitas. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta : Depkes RI. ______________________, 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : DepKes RI. ______________________, 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: DepKes RI. ______________________. Puskesmas Sebagai Penggagas PembangunanKesehatan Setempat. Available at: http://www.depkes.go.id (diakses 17 November 2012). Gerungan, W.A. 2003. Psikologi Sosial . Bandung : Refika Aditoma. Goleman, D. 1996. Social intelligence : Ilmu Baru Tentang Hubungan antar Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa, S. D. 1986. Dasar dan Teori Perkembangan anak.Jakarta : Gunung Mulia.
105
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. 2004.Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hafied, C 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta : Grafindo Handayani, T.I. 2007. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Stimulasi Perkembangan Anak pada Ibu yang Mempunyai Anak Usia 3-5 tahun di Play droup Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta. Yogyakarta : UMY. Hartini, dkk. 2008. Hubungan antara Pengetahuan dengan Motivasi Ibu Untuk melakukan Stimulasi Perkembangan Kognitif Pada Balita. Depok : Universitas Indonesia. Hidayat, A.A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. __________________. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika. _________________.2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, D.R. 2009. Ilmu perilaku manusia. Jakarta : Trans Info Media. Hotmaria, Y. 2010.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 35 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Sumatra Selatan : USU. Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. _________________.1998.Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &Istiwidayanti.Jakarta: Penerbit Erlangga. Iriyanto,D. 2006. Membangun Keluarga Cerdas Dunia Akherat. Eri Mega Cerdas. Yogyakarta: Penerbit aksara Indonesia. Kurniasih, T. .2006. Kiat Siapkan Anak Cerdas. Diambil pada tanggal 21 desember 2012 dari http//: www.tabloid nova.com. Latifah, dkk. 2010. Pengaruh Pemberian Asi Dan Stimulasi Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial-Emosi Anak Balita Pada Keluarga Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja. Bogor : IPB. Martiningsih, dkk. 2008. Pengaruh Stimulasi Terhadap Perkembangan Anak Sebagai Tindak Lanjut DDTKA Massal Pasca Pencatatan Rekor Muri di Kota Blitar.Malang : Poltekes Depkes Malang.
106
Narendra, M. B., dkk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _____________.2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. _____________. 2008. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraha, A. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Nursalam, dkk. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung seto. ___________. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. ____________. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. ____________. 2008. Konsep dan PenerapanMetodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. ___________. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prayoto. 2010. Pengasuhan dan Pembinaan tumbuh kembangn anak. Jakarta : BKKBN. Qoriah, I dan Mardikaningsih. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perkembangan Sosial Balita Umur 4-5 tahun di Kota Semarang. Semarang : Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang. Ristanti, A. D. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Stimulasi Bahasa dengan Perkembangan Bahasa pada Anak usia 1-3 Tahun Studi di PAUD Harapan Bunda Kedurus Surabaya. Surabaya : Stikes Yarsis.
107
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta : Graham ilmu. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. _______. 2005. Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfa beta. _______. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumantri, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Prenada media Group. Sunaryo. 2003. Prikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Stevens, dkk . 1999. Ilmu Keperawatan . Jakarta: EGC. Werdiningsih 2012.Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Kediri :STIKES RS Baptis Kediri. Wong, D. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. _________. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Diterjemahkan oleh Monica Ester. Jakarta : EGC.
ffi r rrr, l\llr t I
..----..\-----.J
KEMENTERIANAGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
I
l
Jl. Kelramul i No. 5 Prsangan. Crpurar t54
t:,
J"(aJ1a
Nonror : I.ln.0l/Fl0/Kl\4 I-ampiran
Hal
01 2911212013
:: Permohonan Izin
Telp.
| (62-21)-/ 4116718 Fax | (62-21)7404985
Websi!e
:
www.uinjkr.ac.id; E,mail I
[email protected]
Ciputat.2fl)esember' 20 I 3
Penelitian
Kepada Yang Terhormat, Kepala Kepala Desa Sindangwangi di Tempat
Ass
a
la m
u'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tr:gas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi". Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan penelitian atas nama:
Nama NIM Semester Program
Studi
Fakultas
: Risma Budiyantt
: 108104C00018 : XI : Ilmu Keperawatan : Kedokteran dan ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb. A.n. Dekan Wakil Dekan
Bidra\ffT5
\->
_-
dr.H.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF-., PFK Tembusan: I . Dekan
l
KEMENTERIAN AGAMA trnrrvEnsrus ISLAM NEGERT ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKUI-,TAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
r
Keitamukri No. 5 pisangan ciputat
154re--
l:ii;r" , *liil,iXlllil: ;fr;,[:?1iU,1ff-,?,.
Nomor : Un.0t/Fl0/KM.01.2t0)113t2013 I-arnpiran
FIal
Ciputat,2lDesember 20
:-
:
I
l
Permohonan Izin Uji Validitas Reabilitas Kepada Yang Terhormat, Kepala Kepala Desa Ciganjeng di Tenrpat
Assalam u'alaikum Wr. Wb.
Dalam langka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Stimulasi perkembangan Sosial Anat Usia 3-5 Tahun di Desa Sindang Wangi". Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan penelitian atas nama: Nama
: Risma Budiyanti
NIN,I
:108104000018
Semester
:XI
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Kedokteran dan
llmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakana
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih. Wassala
mu'alaikum Wr. Wb, A.n. Dekan Wakil Dekan Bid
'fernbusan:
l.
Dekan
dr.H.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF., pFK
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN
STII'{ULASI PERKEMBANGAN SOSTAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI
Oleh:
Risma Budiyanti
Saya adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk memberikan jawaban atau
tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Infonnasi yang saudara berikan hanya akan
dipergunakan
untuk
pengembangan
ilmu
keperawatan
dan tidak
akan
dip ergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian
ini. Jika
saudara
bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani
fonnulir ini.
No Responden : (diisi peneliti) Tanggal
:
Tanda tangan
KUISIONER PENELITIAN
:
.HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI" Instrumen yang digrmakan dalam penelitian
ini
adalah dalam bentuk
kuisioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang memenuhi kriteria penelitian.
Ada 3 bagian yang termazuk dalam kuisioner ini yaitu: Bagian 1. Kuisioner Data Demografi Bagian 2 Kuisioner Pengetahuan Ibu Bagian 3 Kuisioner Sikap Ibu Bagian 4. Kuisioner Perilaku Ibu
co
I
.
Selamat Mengerjakan
Kuisioncr Data Dcmografi
"o
Petunjuk pengisian
a. Bacalah pemyataan di bawah ini dengan teliti b. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan pertanyaan c. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan tanda (r/) pada kolom yang telah disediakan
d.
Jika trnda salah memilih beri tanda @)dan beri tanda jawaban yang sesuai
A.Ibu 1) Inisial nama : 2) Nomor rcsponden: B. Anak 1)
2)
Inisial nama anak Usia anak : 1./
(
1
:
:6-+A eulan
) 48-60
Bulan
($
kembali pada
2. Kuesioner pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak Petunjuk pengisian
a. b.
Bacalah pemyataan di bawah ini dengan
teliti
Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan tanda (r/) pada kolom yang telah disediakan
c.
Jika anda salah memilih beri tanda
f${an
beri tanda (r/) kembali pada
jawaban 1,ang sesuai yaitu sebagai berikut :
1. 2.
d.
Benar (B) : jika menurut anda pernyataaa tersebut benar Salah (S) : jika mentuut anda pemyataan tersebut salah
Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara/i kesulitan dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner
l'to 1
Peryataan
Benar
Stimulasi adalah
kegiatan
merangsang kemampuan
dasar
anak umur 0-6 tahun ,2
Stimulasi (Merangsang)
hanya
dapat dilakukan oleh ibu dan ayah 3
Anak akan cepat optimal
jika
berkembang
mendapat stimulasi
yang terarah 4
Stimulasi perkembangan
(Merangsang)
anak
dapat
dilakukan dengan cara latihan dan bennain 5
Stirnulasi harus dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang
6
Menujukan sikap dan perilaku
yang baik a,blah
prirrsip
Salah
melakukan stirnulasi 7
Prinsip rnelakukan stimulasi adaiah tanpa paksaan
8
bermain dengan anak
bukan
merupakan bentuk stimulasi 9
Memberikan mainan
bukan
termasuk bentuk stimulasi 10
Anak perlu diberi hukuman jika
tidak dapat melakukan instruksi dalam stimulasi
1l
Kesempatan pemberian stimulasi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan
t2
Anak perlu diberi pujian, bila perlu hadiah atas keberhasilanya
13
Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun,
anak sudah mulai
mampu
mengembangkan keativitas dan sosialisasinya
t4 Stimulasi perkemba.ngan
sosial
mempunyai tujuan untuk melatih
kemampuan bergar-rl agar anak dapat mudah betkarvan.
l5
Membiarkan anak bennain dengan
tanan sebayanya bukan men.lpakan
contoh stimulasi
perkembangan
sosial
l.
Kuesioner sikap tcntang pcrlielnbangan sosial anak Petunjuk pengisian
a.
Bacalah pcrtanyaan rlibarvlh ini rlcngan bcnar
b.
Jarvablah sclurulr pcttanyaan bcrikut clcngarr nrengisi ntcnrbcrikan tantla
(r/) pada kolonr r:rrr!. lcllh rliscrlirrl,rrrr
Jika anda salah meurilih beri tanda
(|dau
beri tancla (r/) kernbali pada
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sanga Tidak Setuju) d. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti
dalam mengisi pertanyaan dalarn kuesioner
Ibu perlu melatih kemampuan dasar anak lbu perlu melakukan latihan dan bermain terhadap anak
Ibu perlu merangsang kemampuan sosial anak usia 3-5 tahun
Ibu perlu memberikan mainan agar anak berkembang
Ibu tidak perlu membedakan antara laki-
laki dan perernpuan dalam bersosialisasi Ibu perlu mendampingi anak dalam melakukan sosialisasi dengan teman sebayanya
Ibu perlu rnengajak teman sebaya kerumah untuk bcnnain bersama anak
Anak perlu diajarkan untuk beLbagi dengan teman scbayannya
Ibu perlu mengajak anak mengunjungi keluarga atau tetangga di lingkungan
jika
saudara./i kesulitan
rumah 10
Ibu perlu mengajarkan anak memaharni perilaku baik
a. Kuesioner perilaku stimulasi perkembangan sosial Petunjuk pengisian
a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar b. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi mernberikan tanda
c.
({)
pada kolom yang telah disediakan
Jika anda salah memilih beri tanda
f${an
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut
l.
beri tanda
({)
kembali pada
:
SI. 1SeHu1 : Jika anda melakukan hal tersebut Z hari dalam seminggu
2.
SR (Sering) : Jika anda melakukan hal tersebut 4-6 hari dalam seminggu
3.
JR (Jarang) : Jika anda melakukan l -3 hari dalam seminggu
4. tU
ltiAat melakukan) : Jika anda tidak melakukan hal tersebut sama
sekali
d.
Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara./i kesulitan dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner
Saya membujuk dan menenangkan
anak ketika kecewa dengan
cara
memeluk dan berbicara kepadanya
Saya mendorong agar anak
mau
mengutarakan perasaanya
Saya rnengajak anak makan bersarra
keluarga' Saya mengajak anak berekreasi Saya bennain dengan anak
Saya menrbuat anak benrairr cicrtran
teman seusianya
Saya mengajak teman-teman 7
anak
saya untuk bermain bersama dirumah
Saya mengajak anak mengu4jungi 8
keluarga atau tetangga dilingkungan rumah
Saya
membia-sakan
meminta 9
ijin jika
anak agr
akan meminjam
mainan temannya dan
harus
mengembalikanya
Saya membantu anak l0
mernbuat
keputusan
Misalnya
:
mandi dulu atau makan
dahulu
Saya mengajarkan anak untuk mau
berbagi dengan teman, misalnya 11
memberi sebagian kuenya
kepada
temannya
t2
Saya membiasakan anak
bersabar,
mau mengantri dan menunggu giliran
o Terima
Kasih
co
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELTTIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAB SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERTKAN
STIMULASI PERKEMBANGAN SOSTAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI Oleh: Risma Budiyanti
Saya adalah mahasiswa Jurusan [Imu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk merrberikan jawaban atau
tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan
pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan
ilmu
keperawatan
dan tidak
akan
dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian
ini. Jika saudara
bersedia rnenjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani
formulir ini.
No Responden: (diisi peneliti)
Tanggal
:
Tanda tartgan
:
KUISIONER PENELITIAN
"HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STTMULAST PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGT"
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini a&lah
dalam bentuk
kuisioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang memenuhi kriteria penelitian.
Ada 3 bagian yang termasuk dalam kuisioner ini yaitu: Bagian 1. Kuisioner Data Demografi Bagian 2 Kuisioner Pengetahuan Ibu Bagian 3 kuisioner Sikap Ibu Bagian 4. Kuisioner Perilaku Ibu
co
Selamat Mengerjakan
co
rI
1. Kuisioner Data Dernografi Petunjuk pe[gisian
a.
Bacalah pemyataan di bawah ini dengan
teliti
b. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan pertanyaan c. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan tanda
d.
({)
pada kolom yang telah disediakan
Jika anda salah memilih beri tanda
ffian
jawaban yang sesuai
A.Ibu
l)
Inisial nama :
2)
Nomor responden
:
B. Anak 1) Inisial nama anak : 2) Usia anak: ( ) 36-48 Bulan 1
./ ; +8-oo Bulan
beritanda
(V)
kembalipada
2. Kuesioner pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak Petunjuk pengisian
a. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti b. Jawablah seluruh perta.nyaan berikut dengan inengisi ({)
c.
pada kolom yang telah disediakan
Jika anda salah mernilih beri tanda ($dan beri tanda (r/) kembali pada jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut
d.
inemberikan iaMa
:
1.
Benar (B) : jika menurut anda pemyataan tersebut benar
2.
Salah (S) : jika menurut anda pemyataan tersebut salah
A.nda dapat bertanya langsung kepada peneliti
jika
saudara./i kesulitan
dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner
No
I
Peryataan
Benar
Stimulasi adalah
kegiatan
merangsang kemampuan
dasar
anak umur 0-6 tahun
2
Stimulasi (Merangsang)
hanya
dapat dilakukan oleh ibu dan ayah
Anak akan cepat optirnal
jika
berkembang
mendapat stimulasi
yang terarah 4
Stimulasi perkembangan
anak
dapat dilakukan dengan cara latihan dan bermain 5
Stimulasi harus dilakukan dengan pcnuh citrta dan kasih sayang
6
I\'{enujukan sikap
dan
perilaku
yrng baik adalah
prinsip
rrelakukan stirnulasi
l
Prinsip rnelakukan stimulasi adalah tanpa plksaan
Salah
8
bermain dengan anak
bukan
merupakan bentuk stirnulasi 9
Memberikan mainan
bukan
termasuk bentuk stimulasi
l0 Anak perlu diberi hukurnan jika tidak dapat melakukan instruksi dalam stimulasi
ll
Kesempatan pemberian stimulasi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan
t2
Anak perlu diberi pujian, bila perlu haCiah atas keberhasilanya
13
Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun,
anak sudah mulai
mampu
mengembangkan keativitas dan sosialisasinya
t4
Stimulasi perkembangan
sosial
mempunyai tujuan unhrk melatih
kemampuan bergaul agar anak dapat mudah berkawan. 15
Mernbiarkan anak bermain dengan teman sebayanya bukan merupakan
contoh stirnulasi perkerlbangan sosial
3. Kuesioner sikap tentang perkcmbangan sosial anak Petunjuk pengisian
a. Bacalah pcrtanyaan dibarvah ini dengan benar b. Jarvablah scluruh pcrtanyaan berikut dengan mengisi tanda
(ri; pada kolorri yang telali disecliakau
rnemberikan
Jika anda salah memilih heri tanda
dldan
beri tanda (d) kembali pacla
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sanga Tidak Setuju) Anda dapat bertanya langsung kepada penelitijika saudara/i kesulitan dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner
Ibu perlu melatih kemampuan dasar anak Ibu perlu melakukan latihan dan bermain tertadap anak Ibu perlu merangsang kemampuan sosial anak usia 3-5 tahun
Ibu perlu memberikan mainan agar anak berkernbang
Ibu tidak perlu membedakan antara laki-
laki dan perempuan dalam bersosialisasi Ibu perlu mendampingi anak dalam melakukan sosialisasi dengan teman sebayanya
Ibu perlu mengajak teman sebaya kerumah urrtuk bermain bersama anak
Anak perlu diajarkan untuk berbagi dengan teman sebayannya
lbu perlu nrengajak anak urengunjungi keluarga atau tetangga di lingkungan rumah
l0
Ibu perlu mengajarkan anak meruahami perilaku baik
4.
Kuesioner perilaku stimulasi perkembangan sosial Petunjuk pengisian
a.
Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar
b.
Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan tanda
c.
({)
pada kolom yang telah disediakan
Jika anda salah memilih beri tanda
(|dan
beri tanda ({) kembali
padajawaban yang sesuai 1,2i1u 5g6rgai berikut :
1. St lselatu;
: Jika anda meiakukan hal tersebut 7
hari dalam
seminggu
2,
SR(Sering): Jika anda melakukan hal tersebut 4-6 hari dalam seminggu
3. lR (Jarangl 4.
: Jika anda rnelakukan l -3 hari dalam seminggu
TM ltiaak melakukan) : Jika anda tidak melakukan hal tersebut sama sekali
d.
Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti
jika
saudara./i
kesulitan dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner
No
Pernyataan
SL
Saya melatih anak untuk mampu/mau
bergaul dengan teman sebayanya 2
Saya membuat anak bermain dengan teman sebayanya
Apabila anak enggan bergaul dengan
orang lain, saya merrgajak
ternarl
.,}
sebayanya untuk hcnnain bcrsarna dirumah L
Saya mendorong agar anak rnengutarakan perasaanya
5
Saya nrengajak anak bcrekrcasi
rnau
SR
JR
TM
Saya memberi kesernpatan kepada
anak uutuk rnengunjungi
tetangga
dekat, teman atau saudara
tanpa
ditemani, kemudian meminta anak unfuk menceritakan kunj ungannya
Saya membuat album
keluarga
dengan menulis nama setiap anggota
keluarga
Saya menggambar orang
menceritakan
saya
sambil sedang
menggambar apa
Saya membuat boneka menggerakan
jari-jari
jari
lalu
seolah-olah
boneka itu dapat berbicara. Saya membuat anak bermain bclneka
dengan temannya seiain bermain
sendiri Saya mengajarkan anak untuk bertagi
makanan dengan bermain Saya mengajarkan anak untuk
memiliki konsep diri, misal : tidak pemalu
oo
Terima Kasih
oo
Hasil Penelitian SPSS (36-48 bulan)
Frequencies Statistics Kategori_Penget ahuan N
Kategori_Perilak
lGtegori_Sikap
Valid Missing
u
44
44
44
0
0
0
Frequency Table Kategori_Pen getah u an Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Perceot
Baik
29
65.S
65.S
65.9
Cukup
15
34.1
34.1
100.c
Total
44
100.0
100.0
Kategori_Sikap Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Positif
13
Negatif
31
70.5
70.s
Total
44
100.0
100_0
Percent
29.5 't00.c
Kategori_Perilaku Cumulative Frequency
Virlid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
,|
4
31.8
31.8
31.8
Kurang
30
68.2
68.2
100.0
Total
44
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Missing Percent
N
Total
Percent
N
N
Percent
Kategori_Pengetahuan' '100.00/0
0
-Oo/o
44
100.0%
100.0%
0
.iya
44
[email protected]%
Kategori_P€rilaku Kategori_Sikap * 44
Kategori_Pedlaku
Kategori_Pengetahuan * Kategori_Perilaku Crosstab
Kategori Perilaku Baik
Kategori_Pengetahuan
Baik
Count
Kurang
Total
5
24
17.20/o
a2.a%
100.00t
o
b
15
60.0%
40.oo/.
100.001
14
30
44
31.8%
64.2%
100.001
% within
Kategori_Pengetahuan
Cukup
Count Y. lvithin
Kategori_Peng€tahuan
Total
count % within
Kategori_Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact pig. (1
sided)
sided)
sided)
8.3324
'I
.004
Continuity Conectionb
6.477
I
.01
Likelihood Ratio
8.191
1
1
004
Fisheis Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
a
1
.007 B.142
I
.004
44
cells (25.0%) have expected count less than S The minin.rum expected couni is 4.77
.006
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Conectionb
Df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.'(1-
sided)
sided)
sided)
a3324
1
.004
6_477
1
.011
1
.004
Likelihood Ratio Fisheds Exact Test
.007
Linear-by-Linear Associatioo
8.142
'|
.o0€
_004
N of Valid Casesb
a.
1
cells (25,0%) have expected count less than S. The minimum expected count is 4,77.
b. Computed only for a 2)O.
l
,ble
Risk Estimate 95% Confidence lnterval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Kategori_Pengetahuan (Baik /
.139
.034
.57C
.287
.117
.70€
2.069
1.089
3.93C
cukup)
For cohort Kategori_Pe rilaku = Baik
For cohort Kategori_Perilaku = Kurang N of Valid Cases
44
Kategori_Sikap * Kate gori_Perilaku Crosstab Kategori_Perilaku Baik
Kategori
Sikap Positif
Count
10
.
% vrithin Kategori_Sikap
Negatif
Count
Count % within
l(aterori
Sikap
Total 3
76.9'/o
4
% lvithin Kateltori_Sikap
Total
Kurang
1: 100 00/
27
12.9./"
31
100.0%
14
30
31.S%
68 2%
100 00r
Chi-Square Tests
df
Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
17.304"
1
.000
Continuity Conectionb
14.478
1
.000
Likelihood Ratio
17.156
,|
.000
Fishe/s Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
16.910
N of Valid Casesb
a.
1
.000
1
44
cells (25,0%) have expected count less than 5- The minimum expected count is 4,14.
b. Computed only fo(
a2x2table Risk Estimate 95% Confidence lnterval Value
Lovler
Upper
Odds Ratio for Kategori_Sikap (Positif
/
22.50A
4.263
118.751
2.27e
15.59€
.097
.721
Negatio For cohort KategorlPerilaku = Baik
For cohort KategorlPerilaku = Kurang N of
Valid Cases
.265 44
Hasil Penelitian SPSS (48-60 bulan)
Frequencies Statistics Kategori_Penget ahuan N
Kategod_Pedlak Kategori_S ikap
Valid Missing
u
53
53
53
0
0
0
Frequency Table Kategori_Pengetahuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
42
79.2
792
79.2
Cukup
11
20.8
20.8
100.0
100.0
100.0
Total
Kategori_Sikap Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
23
43.4
43.4
43.4
Negatif
30
56.6
56.6
100.0
Total
53
100.0
100.0
Kategori_Perilaku Cumulative Frequency Valid
Baik Kurang Total
24
Percent
Valid Percent
45,3
Percent 45.3
54.1
54.7
100.0
100.0
100.c
Crosstabs
Pengetahuan *
Kategori_Pen getahuan * Kategori_perilaku
Kategori_Perilaku Baik
Kategori_Pengetahuan
Baik
Cou,.rt o/o
Total
14
28
42
33.3%
66.7%
100.0%
'tc
1
11
90.9%
9.10k
100.002
within
Kategori_pgngetahuan
Cukup
Kurang
Count % within
Kategori_Pengetahuan Total
Count
24
.29
53
% within
45.3%
Kategori_Pengetahuan
Pearson Chi-Square
.001
.002 .000
-by-Linear Assocration of Vatid Casesb
.00'1
100.0%
a'
1
cells (25,0%) have expected munt ress than s. The minimum
b. Computed only fo( aZxZ table
",pected
count is 4,98.
Rlsk Estimate 95% Confidence lnterval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Kategori_Pengetahuan (Baik
.0s0
.006
.43'l
.367
-23(l
.585
7.333
1.118
4{t.105
/ Cukup)
For cohort Kategori_perilaku = Baik For cohort KategoJi_Perilaku = Kurang N of Valid Cases
53
Kategori_Sikap * Kategori_perilaku
Negatif
Count % within Kategori_Sikap
% within Kategori_Sikap
Asymp. Sig. (2sided)
-by-Linear Association of Valid Casesb
a
0 colls (0%) havc cxpected count less than
5 Thc nlininrunr expecte(j counl is
10 42
of Valid Cases! a. 0 cells ('0%) har€ expected count ress than s. Th-- minimum expected count is 10,42. b. Computed only for a
2*.
|€lble
Risk Estimate 95% Confidence lnterval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Kategori_Sikap (Positif
/
.879
.295
2.622
.932
.510
1.703
1.060
.649
1.731
Negatio For cohort Kategori_Perilaku = Baik
For cohort Kategori_Perilaku = Kurang N of Valid Cas€s
53