HUBUNGAN PEMENUHAN NUTRISI TINGGI SERAT DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA IBU NIFAS 3-6 HARI Andri Tri Kusumaningrum Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masa nifas berlangsung sekitar 6 minggu, yang terjadi perubahan fisiologis yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran air susu ibu (Prawirohardjo, Sarwono, 2009). Masa nifas ini terjadi beberapa masalah diantaranya ibu nifas mengeluh karena mengalami kesulitan dalam buang air besar dimana feses menjadi lebih padat sehingga sulit untuk dikeluarkan yang disebut konstipasi. Masalah penelitian ini adalah masih ada ibu nifas yang mengalami konstipasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan kebutuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas. Desain penelitian ini menggunakan metode analitik. Pendekatan yang digunakan cross sectional. Populasi sebanyak 30 ibu nifas dan sampel yang diambil 28 ibu nifas di Ponkesdes desa NguwokBabat. Variabel independen pemenuhan nutrisi serat dan variabel dependen konstipasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tertutup dan indepth interview (wawancara), kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan uji koefisien kontingensi, tingkat signifikan α=0,05 (p<α). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 ibu nifas, lebih dari sebagian ibu dengan pemenuhan nutrisi serat kurang mengalami konstipasi sebesar 4 (66,7%) ibu nifas, lebih dari sebagian ibu dengan pemenuhan nutrisi serat yang cukup mengalami konstipasi sebesar 11 (73,3%) seluruhnya ibu nifas dengan pemenuhan nutrisi tinggi serat yang baik tidak mengalami konstipasi sebesar 7(100 %). Hasil uji koefisien kontingensi C = 0,450 dimana p≤0,05. Sehingga hasil H1 diterima, ada hubungan pemenuhan kebutuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi ibu nifas. Berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan pemberian healht education yang efektif dan pemberian menu nutrisi tinggi serat saat memberikan asuhan kebidanan kunjungan nifas yang pertama untuk meminimalkan kejadian konstipasi pada ibu nifas. Kata Kunci :
Nutrisi Tinggi Serat, Konstipasi
PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masa nifas adalah masa setelah alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung sekitar 6 minggu, pada masa nifas terjadi perubahan fisiologis yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluatan lochea, laktasi atau pengeluaran air susu ibu (Prawirohardjo, Sarwono,2009). Seringkali pada masa nifas ini terjadi beberapa masalah diantaranya ibu nifas mengeluh karena mengalami kesulitan dalam buang air besar atau BAB dimana feses menjadi lebih padat sehingga sulit untuk dikeluarkan yang disebut dengan konstipasi. Buang air besar secara spontan bisa ditunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada masa awal pascapartum, SURYA
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi (Bobak,2005). Pada keadaan normal dalam 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur. Konstipasi mungkin terjadi pada masa nifas awal karena kurangnya makan berserat selama persalinan dan karena ibu nifas menahan defekasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis pada otot-otot tubuh dan gerakan peristaltik pada usus (Bahiyatun, 2009). Adanya pantang makan makanan berserat juga mempunyai bagian besar dalam kejadian konstipasi pada ibu nifas. Massa feses sangat ditentukan oleh asupan serat. Diet yang mengandung serat dalam jumlah besar akan menghasilkan feses yang lunak dan akan cepat melalui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan feses yang kecil dan melewati usus secara perlahan ( Hesty Widyasih, 2007).
86
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari Di Indonesia lebih dari 2,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi, hingga prevelensinya mencapai sekitar 2%. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tiap tahunnya. Menurut survey yang di lakukan di BPS Ny.insulami Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan pada bulan September tahun 2014 dari 10 orang ibu nifas didapatkan 6 orang ibu nifas belum bisa buang air besar >3hari setelah pasca persalinan dengan atau 60% ibu nifas belum bisa buang air besar pasca persalian dan 4 orang ibu nifas yang pada hari ke 3 sudah bisa buang air besar 1-3 kali dengan konsistensi lunak. Dari hasil survey awal dapat diapat disimpulkan bahwa masih banyaknya ibu nifas yang belum bisa buang air besar ≥ 3 hari masa nifas. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses defekasi/ buang air besar antaralain : diet atau pola nutrisi, misalnya asupan serat yang tidak adekuat, dehidrasi, obat-obatan, penyakit, kurang latihan fisik atau imobilisasi, psikologis atau kondisi kurang nyaman, serta kehamilan (Johnson Ruth,2005). Dampak dari susah buang air besar yaitu perut kembung, penuh, sakit pada bagian bawah, nafsu makan berkurang. Tubuh tidak fit,lesu, mudah lelah, sering mengantuk dan berkeringat dingin. Resiko terjadi wasir atau ambient hemorrhoid. Pernafasan sesak karena volume perut untuk bernafas kurang.Resiko usus besar, terjadinya kanker usus, akibat dari toksin (racun) yang terlalu lama mengendap di bagian lambung. Upaya yang dilakukan untuk menghindari kejadian diatas maka pola makan ibu nifas harus memenuhi syarat yaitu bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanlah makanan yang mengandung protein-sayuran, banyak cairan, sayur-sayuran dan buahbuahan, diet yang mengandung serat halus, peningkatan asupan cairan dan penggunaan laktasif profilaksis yang tidak mengiritasi usus dapat diberikan untuk mengurangi konstipasi (Bobak,2005). Diet sangat berperan penting dalam mencegah keadaan konstipasi, yaitu diet yang mengandung banyak serat seperti: sayuran, buah, mentega, telur, dan daging dapat mengurangi angka kejadian konstipasi (Iqbal, Wahid, 2008). Untuk mendukung manfaat serat ini, ibu nifas diharapkan mencukupi asupan cairan sebanyak dua sampai tiga liter perharinya.Selain itu, ibu SURYA
nifas diharapkan untuk cukup aktivitas atau mobilisasi dan olahraga untuk membantu mengatasi konstipasi.Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau bidan yaitu memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan nutrisi pada ibu nifas.Sebaiknya penyuluhan ini dilakukan sejak masa kehamilan.Selain itu dapat diberikan sejak masa kehamilan.Selain itu juga dapat diberikan pengobatan pada ibu nifas untuk mengatasi konstipasi. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi konstipasi sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan pemenuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi di BPS Ny. Insulami SST, Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan” 2. Tujuan 1) Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas di BPS Ny. Insulami Desa Nguwok,Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. 2) Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi nutrisi tinggi seratdi BPS Ny. Insulami SST Desa Nguwok, Kecamatan. Modo, Kabupaten. Lamongan. (2) Mengidentifikasi kejadian Konstipasi pada ibu Nifas di BPS Ny.Insulami SST Desa Nguwok, Kecamatan. Modo, Kabupaten. Lamongan. (3) Menganalisis Hubungan kebutuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas di BPS Ny. Insulami SST Desa Nguwok, Kecamatan. Modo, Kabupaten. Lamongan. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel pada situasi atau kelompok subyek (Arikunto, Suharsimi. 2006) dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada suatu saat (Nursalam, 2008). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan nutrisi dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas di BPS Ny. Insulami, Desa Nguwok, kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. 87
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang periksa di ponkesdes bulan Agustus sampai Oktober tahun 2015 sebanyak 30 orang. Sampel yang digunakan adalah sebagian ibu nifas yang ada dibulan sebanyak 28 orang. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum 1) Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ponkesdes terletak di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Desa ini terbagi menjadi 6 RT dengan jumlah penduduk ± 250 KK. Wilayah ponkesdes dibatasi oleh beberapa desa sebagai berikut; sebelah utara kecamatan Babat, sebelah selatan : kecamatan Kedungpring Ponkesedes mempunyai program pelayanan kesehatan meliputi pelayanan KIA yang terdiri pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, KB dan imunisasi serta pelayanan kesehatan pada lansia. 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Umur di Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan. No Umur (Tahun) F % 1 <20 2 7,1 2 21-30 25 89,3 3 31-40 1 3,6 Jumlah 28 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu nifas berumur 21-30 tahun sebesar 25 atau 89,3% dan sebagian kecil ibu nifas berumur 31-40 tahun sebesar 1 atau 3,6 %. 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 2 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan di Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan. No Pendidikan F % 1 Tidak sekolah 2 7.1 2 SD/MTS 5 17.9 3 SMP/MTS 7 25.0 4 SMA/MA 13 46.4 5 PT 1 3.6 Jumlah 28 100
SURYA
Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir setengah ibu nifas berpendidikan SMA/MA sebesar 13 orang atau 46,4% dan sebagian kecil ibu nifas berpendidikan PT sebesar 1 atau 3,6%. 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan di Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan. No Pekerjaan F % 1 IRT 10 35 2 Petani 4 14 3 Wiraswasta 6 21 4 Swasta 6 21 5 PNS 1 3.6 6 Buruh 1 3.6 Jumlah 28 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah ibu nifas tidak bekerja (IRT) sebanyak 10 orang atau 35,7% dan sebagian kecil ibu nifas sebagai pegawai negeri dan buruh masing-masing sebanyak 1 orang (3,6%). 5) Paritas Tabel 4 Karakteristik Responden Menurut Paritas di Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan. No Paritas F % 1 1 10 35.7 2 2-3 15 53.6 3 >3 3 10.7 Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa sebagian ibu nifas memiliki anak 2-3 yaitu sebanyak 15 orang atau 53,6% dan sebagian responden memiliki anak >3 yaitu sebanyak 3 orang atau 10,7%. 2. Data Khusus 1. Nutrisi Tinggi Serat Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nutrisi Tinggi serat Desa Nguwok Kec.Modo Kab. Lamongan No Nutrisi Tinggi Serat F % 1 Kurang 10 35.7 2 Cukup 15 53.6 3 Baik 3 10.7 Jumlah 28 100 88
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar ibu nifas mengkonsumsi nutrisi tinggi serat yang cukup sebanyak 15 orang atau 53,6%, dan sebagian kecil responden mengkonsumsi nutrisi tinggi serat yang kurang sebanyak 6 orang (21,4%). 2. Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Konstipasi di Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan No 1 2 Jumlah
PEMBAHASAN
Konstipasi
F
%
Ya Tidak
8 20 28
28,6 71,4 100
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami konstipasi keras sebanyak 20 responden atau (71,4 %) dan hampir dari setengah reponden mengalami konstipasi yaitu sebanyak 8 (28,6%). 3.
Hubungan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas di Desa Nguwok, Kec.Modo, Kab.Lamongan. Tabel 7 Tabulasi Silang Hubungan Nutrisi Tinggi Serat Dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas Desa Nguwok Kec.Modo Kab.Lamongan Kejadian konstipasi Ya Tidak N % N % 1. Kurang 4 66,7 2 33,3 2. Cukup 4 26,7 11 73,3 3. Baik 0 0 7 100 Total 8 28,6 20 71,4 C = 0, 450 p value = 0,029
Nutrisi No. Serat
Total N 6 15 7 28
% 100 100 100 100
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa responden mendapat nutrsi serat yang kurang mengalami konstipasi sebanyak 4 responden atau 66,7% dan, sedangkan sebagian besar dari 28 responden yang mendapat nutrisi tinggi serat yang cukup tidak mengalami konstipasi sebanyak 11 responden atau 73,3%, dan seluruh responden sebanyak 7 responden atau 100 % yang mendapat nutrisi tinggi serat yang baik tidak mengalami konstipasi. Sehingga ada kaitan erat antara pemenuhan
SURYA
nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi yang dialami oleh ibu nifas. Dari hasil uji statistik yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan IBM SPSS for windows versi 16,0 dan menggunakan uji koefisien kontingensi dengan hasil C = 0,450 dimana p ≤ 0,05 yang artinya terdapat hubungan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi ibu nifas di BPS Ny. Insulami S.ST Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan tahun 2015.
1. Nutrisi Tinggi Serat Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar nutrisi tinggi serat ibu nifas cukup sebanyak 53,6%, dan sebagian kecil nutrisi tinggi serat ibu nifas baik sebanyak 21,4%. Artinya bahwa sebagian besar ibu nifas dengan nutrisi tinggi serat yang cukup. Kondisi demikian harus dikendalikan dengan baik maka akan berakibat baik pula terhadap semua proses metabolisme tubuh, sehingga tidak akan berakibat yang lebih luas dan sistemik, dapat berpengaruh pada sistem pencernaan yang beresiko pada pengaruh BAB, tetapi dapat pula mempengaruhi sistem tubuh yang lain, lebih-lebih ibu masih dalam masa nifas. Seseorang yang bisa dikatakan sudah memenuhi gizi yang baik apabila seseorang tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang, sedangkan yang disebut gizi seimbang meliputi karbohidrat, protein, vitamin, mineral serta air. Dari jawaban yang diperoleh dari questioner didapatkan bahwa banyak ibu nifas yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi utama. Protein berfungsi menggantikan jaringan yang rusak dengan jaringan baru, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi. dan dari hasil jawaban ibu nifas menunjukkan bahwa pemenuhan nutrisi tinggi serat cukup, sedangkan ada juga ibu nifas yang belum memenuhi kebutuhan sayur dan buah. Padahal vitamin yang terkandung didalam sayuran dan buah-buahan memiliki banyak manfaat terutama serat yang penting bagi tubuh untuk mencegah terjadinya konstipasi. Masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nutrisi tinggi serat yang kurang, salah satunya adalah kebudayaan, selain itu masih ada ibu nifas melakukan pantangan makanan, hal ini dapat 89
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari mempengaruhi proses defekasi, sehingga dapat mengalami konstipasi. Hal tersebut sesuai dengan teori (Iqbal Wahid 2008), klien yang mengkonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani seperti daging, produk susu, telur dan karbohidrat murni, sering mengalami konstipasi dengan frekuensi buang air besar abnormal karena dapat memperlambat peristaltik. Menurut anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan RI, ibu menyusui membutuhkan satu mangkok nasi (200 g), 2 ikan (50 g), 5 tempe (25 g), 3 mangkok sayur (100 g), 2 iris buah pepaya (100 g), ibu nifas juga membutuhkan susu. Kebutuhan asupan cairan berkisar antara 1200-1500 cc/hari. Atau minimal 8 gelas/hari. Kebutuhan nutrisi ibu nifas harus terpenuhi secara optimal dengan menghindari pantangan makanan, diit yang salah, memperhatikan kandungan gizi yang seimbang (Nanny, Vivian,dkk, 2011). Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu nifas berumur 2130 tahun sebanyak 25 ibu nifas atau 89,3%, dan sebagian kecil ibu nifas berumur 31-40 tahun sebanyak 1 ibu nifas atau 3,6 %. Menurut pendapat Notoatmodjo, Soekidjo (2010), usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan kematangan pola pikir seseorang, semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap, kematangan pola pikir serta pengetahuan yang diperoleh dari pengalamannya sendiri sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin bertambah. Di ponkesdes kebanyakan keluarganya memiliki rentang umur dewasa muda (21-30 tahun) kemungkinan pengalaman yang di peroleh masih kurang dan dengan semakin bertambahnya usia seseorang maka dimungkinkan akan meningkat pula tingkat penalaran dan tingkat kematangan berpikir karena usia juga menentukan tingkat pendidikan, pekerjaan dan ekonomi. Semakin tinggi pikiran seseorang maka akan meningkat kematangan emosional yang dapat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir setengah dari ibu nifas berpendidikan SMA 13 orang (46,4) dan sebagian kecil ibu nifas berpendidikan PT sebanyak 1 orang atau 3,6%. Menurut pendapat Notoatmodjo,S (2010) tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang SURYA
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Semakin tinggi pendidikan maka pengetahuan, keterampilan dan peran positif akan meningkat pula, begitu juga sebaliknya. Ibu nifas di BPS Ny. Insulami ibu nifas yang berpendidikan tingkat PT dan SMA sederajat lebih mampu menyerap pengetahuan dengan baik dan mendapatkan informasi lebih banyak dibandingkan ibu nifas yang berpendidikan SMP, SD apalagi yang tidak bersekolah. 2. Kejadian Konstipasi pada Ibu Nifas Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas tidak mengalami konstipasi keras sebanyak 20 ibu nifas atau 71,4 % dan sebagian kecil ibu nifas mengalami konstipasi yaitu sebanyak 8 atau 28,6%. Hal ini melatar belakangi frekuensi konstipasi ibu nifas diantaranya ibu nifas melakukan pantangan makanan, menunda keinginan defekasi karena takut jahitan perinium robek atau takut merasakan nyeri dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan peryataan dalam Saleha,Siti (2009), bahwa ibu nifas ketika buang air besar secara sepontan bisa tertunda 2-3 hari pasca melahirkan. Konstipasi mungkin terjadi pada masa nifas awal karena kurangnya makan berserat selama persalinan dan karena ibu nifas menahan defekasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis pada otot-otot tubuh dan gerakan peristaltik pada usus. Adanya pantang makan makanan berserat juga mempunyai bagian besar dalam kejadian konstipasi pada ibu nifas. Massa feses sangat ditentukan oleh asupan serat. Diet yang mengandung serat dalam jumlah besar akan menghasilkan feses yang lunak dan akan cepat melalui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan feses yang kecil dan melewati usus secara perlahan (Sulistyawati,Ari,.2010) Paritas dan kejadian konstipasi sangat berhubungan dengan pengalaman menurut Notoatmojo S (2010). Pengalaman juga merupakan sumber atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran. Dimana seorang ibu yang pertama kali melahirkan memiliki pengalaman yang kurang. Oleh sebab itu pengalaman pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa 90
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari sebagian ibu nifas memiliki anak 2-3 yaitu sebanyak 15 ibu nifas (53,6%) dan sebagian ibu nifas memiliki anak >3 yaitu sebanyak 3 ibu nifas (10,7%). Perry Potter (2006) menyebutkan bahwa penyebab umum frekuensi buang air besar abnormal antara lain kebiasaan defekasi yang tidak teratur, klien yang mengkonsumsi diit rendah serat, tirah baring yang panjang, atau kurangnya olahraga, pemakaian laksantif atau obat-obatan, kelaianan saluran GI, kondisi neurologis yang menghambat syaraf ke kolon serta penyakit organik. Menurut tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah ibu nifas bekerja (IRT) sebanyak 10 orang atau 35,7% dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri dan buruh masing-masing sebanyak 1 orang (3,6%). Menurut Notoatmodjo S (2010) Pekerjaan yaitu seseorang yang bekerja akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi dan pengalaman mengenai kejadian konstipasi. Selain itu ibu yang tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga akan mempunyai sedikit informasi tentang kejadian konstipasi. 3. Hubungan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Ibu Nifas Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa ibu nifas mendapat nutrsi serat yang kurang mengalami konstipasi sebanyak 4 ibu nifas atau 66,7% dan tidak mengalami konstipasi sebanyak 2 ibu nifas atau 33,3%, sedangkan sebagian besar dari 28 ibu nifas yang mendapat nutrsi tinggi serat yang cukup mengalami konstipasi sebanyak 4 ibu nifas atau 26,7% dan tidak mengalami konstipasi sebanyak 11 ibu nifas atau 73,3%. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan IBM SPSS for windows versi 16,0 dan menggunakan uji koefisien kontingensi dengan hasil p = 0,029 dimana p≤0,05 serta nilai t hitung sebesar 7,093 artinya terdapata ada hubungan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi ibu nifas di BPS Ny. Insulami S.ST Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan tahun 2015. Kebutuhan nutrisi tinggi serat amatlah penting untuk dipenuhi, ibu nifas memerlukan unsur gizi tambahan untuk membantu memulihkan kondisi setelah melahirkan, disamping pembentukan dan pengeluaran SURYA
ASI, apabila gizi atau nutrisi tinggi serat yang di konsumsi kurang maka akan dapat mempengaruhi pergantian sel-sel yang rusak dan produksi air susu ibu (Varney, Helen,dkk. 2008) Diet rendah serat, asupan cairan kurang, kondisi psikis, kondisi metabolic, penyakit yang diderita mengakibatkan absorbsi dan elektrolit sehingga memperpanjang waktu transit dikolon karena absorbsi terus berlangsung dan feses mengeras, sehingga mengakibatkan gangguan defekasi yang mempengaruhi reflek penyekat rekto anal,dan relaksasi sfingter interna serta eksterna,selain itu dapat mempengaruhi tekanan intra abdomen meningkat, membrane mukorektal dan muskulatur tidak peka terhadap rangsangan fekal, dan terjadi kelemahan sehingga diperlukan rangsangan yang lebih kuat untuk mendorong feses, spasme setelah makan, nyeri kolik pada abdomen bawah, pada saat terjadi nyeri kolon kehilangan tonus sehingga tidak respondif lagi terhadap rangsangan normal, dan terjadilah konstipasi (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006). Selain diet rendah serat, dan asupan cairan kurang terdapat juga penggunaan obat- obatan terutama, seperti golongan opiate dan mengandung Al dan Ca, memberi efek pada segmen usus yang dapat memperpanjang waktu transit di kolon, dan kontraksi tidak dapat mendorongdan terjadilah konstipasi (Sulistyawati, Ari,dkk.2010) Diet dalam masa nifas harus banyak mengandung protein, zat besi atau kalsium, vitamin serta serat makanan. Karena nutrisi tinggi serat penting untuk menstabilkan keadaan ibu nifas terutama membantu proses pembuangan zat-zat yang tidak diperlukan untuk tubuh dan juga membantu dalam proses pengeluaran ASI. Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau bidan diperlukan pemberian healt education serta contoh tentang pentingnya pola makan terutama nutrisi tinggi serat untuk meminimalkan kejadian konstipasi pada ibu nifas. Hal ini sesuai dengan peryataan dari Yanti, Damai, dkk. (2011) bahwa dampak yang terjadi apabila pola makan ibu nifas kurang maka dapat menyebabkan timbulnya masalah antara lain, frekuensi BAB abnormal, terganggunya proses involusi uteri, dan menghambat produksi ASI atau mengganggu status gizi ibu.
91
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat dengan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 28 ibu nifas di BPSNy. Insulami S.ST Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan dapat disimpulkan bahwa: 1) Sebagian besar ibu nifas hari ketiga di BPS Ny. Insulami S.ST Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan pemenuhan nutrisi tinggi serat cukup. 2) Sebagian besar ibu nifas hari ketiga di BPS Ny. Insulami S.ST Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan tidak mengalami konstipasi. 3) Ada hubungan antara pemenuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas di BPS Ny. Insulami S.ST Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. 2. Manfaat 1) Bagi Profesi Kebidanan Bidan dapat memberikan motivasi pada ibu nifas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tinggi serat agar tidak terjadi konstipasi. 2) Bagi Peneliti Yang Akan Datang Hasil penelitian ini banyak hal yang perlu diteliti lebih lanjut yang berhubungan dengan nutrisi tinggi serat dan konstipasi dengan variable dan metodologi yang berbeda. 3) Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori penelitian khususnya dalam hal pengetahuan nutrisi tinggi serat. 4) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Petugas kesehatan khususnya bidan lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi tinggi serat sehingga ibu nifas tidak mengalami konstipasi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Bobak.
2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Hesty Widyasih, SST. Anita Rahmawati, SSiT. 2007. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta :Penerbit Fitamaya Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :Salemba Medika Iqbal
Wahid, 2008. Kebutuhan Manusia. Jakarta : EGC
Dasar
Johnson Ruth, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan, Jakarta : ECG Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmojdo, Soekidjo. 2010. Pendidikan dan Prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nanny, Vivian Lia Dewi, dkk, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta .Salemba Medika Perry
Potter, 2006. Fundamental Keperawatan, vol 2, Jakarta :EGC
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Varney Helen, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, vol 2. Jakarta: EGC Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta.Salemba Medika
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatann Praktik.: Jakarta : Rhineka Cipta
Sulistyawati, Ari. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas, Jogyakarta. CV.Andioffset
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Yanti, Damai, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Bandung, Refika Aditama
SURYA
92
Vol. 07, No. 03, Desember 2015