Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
HUBUNGAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA PANGKALAN BRANDAN
Juliati : E-mail : Juliati_80 @ yahoo.co.id ABSTRACT:
Training is an attempt to develop human resources, particularly to develop intellectual abilities and personality. Performance is the appearance of the work of both the quantity and quality of personnel within an organization. This type of research is descriptive cross sectional correlation with the aim to describe how the relationship of training on the performance of nurses in Pertamina Hospital Pangkalan Brandan in 2014. Amount study sample as many as 36 people. The results of chi-square analysis between the variables of knowledge and have meaningful relationships of anemia characterized by the value of p <0.05 (p = 0.000) so that Ha is accepted that there is a relationship between training on the performance of nurses. It is expected that health workers to always be able to constantly develop their potential, both skills and abilities in order to produce good performance.
Keywords
: Nurse Performance
Vol 2. No. 5 Juli 2015
1
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
ABSTRAK
Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Jenis penelitian ini ialah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengambarkan bagaimana hubungan pelatihan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan pada Tahun 2014. Jumlah sampel penelitian sebanyak 36 orang. Hasil analisis chi square antara variabel pengetahuan dan anemia mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) sehingga Ha diterima yakni ada hubungan antara pelatihan terhadap kinerja perawat pelaksana. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar senantiasa dapat terus-menerus mengembangkan potensi yang dimilikinya, baik keterampilan maupun kemampuan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kata Kunci
: Kinerja Perawat
Vol 2. No. 5 Juli 2015
2
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
PENDAHULUAN
. METODE PENELITIAN
Latar belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau
oleh
masyarakat
agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Undang – Undang RI No. 44 tahun 2009, tugas pokok rumah sakit adalah: memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan fungsi antara lain: (1) penyelengaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan, (2) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan, (3) penyelengaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, (4) penyelenggaraan
penelitian
dan
pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif corelasional. Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pelatihan terhadap kinerja perawat pelaksana yang dilihat dari evaluasi tindakan perawat
dalam
melaksanakan
keperawatan. Populasi subyek
penelitian
asuhan
adalah keseluruhan yang
akan
diteliti
(Notoatmojo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksanadi Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang berjumlah ± 36 orang. Instrumen
Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar pernyataan yang terdiri dari empat bagian. Pada bagian pertama berisi isian mengenai
nomor
responden
dan
data
demografi responden yakni umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir keperawatan dan lama bekerja. Bagian kedua berisi dua puluh enam item pernyataan mengenai kinerja sembilan
perawat. item
Bagian
ketiga
pernyataan
berisi
mengenai
Vol 2. No. 5 Juli 2015
3
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
pelatihan. Uji validitas dilakukan untuk
Uji reliabilitas penelitian ini akan
mengetahui tingkat kesahian suatu instrumen. dilakukan terhadap responden yang telah Suatu instrumen dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sampel peneliti. Kemudian mampu mengukur apa yang diinginkan dan jawaban dari responden diolah dengan dapat mengungkapkan data dari variabel menggunakan program SPSS 17.00. Bila yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2005). dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai Untuk menguji validitas, dapat digunakan cronbach’s alpha 0,71 maka insrumen pendapat Pendapat
dari
ahli
orang
(judgment yang
ahli
experts). dinyatakan reliabel (Polit & Hungler, 2009). diminta
pendapatnya mengenai instrumen yang telah disusun (Riduwan, 2006). Setelah dilakukan uji validitas oleh salah seorang dosen keperawatan di STIKes Putra Abadi Langkat Stabat, didapatkan hasil bahwa instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Setelah
dilakukan
uji
validitas
instrumen, maka untuk mengetahui tingkat
Reliabilitas instrumen dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Insani Stabat, dengan perawat pelaksana di rumah sakit tersebut sebagai responden yang berjumlah 30 orang perawat.
Hasil
reliabilitas
instrumen
pelatihan yang di dapatkan setelah dilakukan pengolahan data yakni sebesar 0.765 dan instrumen kinerja perawat sebesar 0,714, yang artinya kuesioner telah reliabel.
kepercayaan instrumen maka dilakukan uji HASIL Berdasarkan kategori pelatihan yang
reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan dilaksanakan
hasil oleh
apabila orang
pengukuran dilaksanakan oleh kepala ruangan mayoritas yang
berbeda responden menggolongkan kategori baik
ataupun pada waktu yang bebeda (Setiadi, yakni sebanyak 31 responden (86,1%) dan 2007). Menurut Nazir (1989) suatu bagian minoritas dengan kategori kurang dengan alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi atau jumlah responden 5 orang (13,9%). Berdasarkan
dapat dipercaya serta stabil dan dapat
kategori
kinerja
dihandalkan jika alat ukur tersebut digunakan perawat pelaksana mayoritas baik yakni berkali-kali maka akan memberikan hasil sebanyak yang relatif sama.
33
responden
(91,7%)
dan
minoritas kurang yakni sebanyak 3 responden (8,3%).
Vol 2. No. 5 Juli 2015
4
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
Dari
hasil
tabel
silang
antara yakni sebanyak 31 responden (86,1%) dan
variabel pelatihan yang diberikan oleh kepala minoritas dengan kategori kurang dengan ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di jumlah responden 5 orang (13,9%). Menurut Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan asumsi peneliti, semakin baik dan seringnya Brandan, di dapat bahwa pelatihan dengan pelatihan berupa upaya-upaya mengenai kategori
terlaksana
dengan
baik pengendalian
infeksi
nosokomial
menghasilkan kinerja perawat yang baik dilaksanakan atau diikuti perawat, maka akan sebanyak 31 orang perawat dan pelatihan meningkatkan pengetahuan perawat yang yang kurang menghasilkan kinerja perawat akan meningkatkan peran perawat tersebut pelaksana yang kurang juga sebanyak 3 dalam melaksanakan kinerjanya sehari-hari orang perawat.
dengan
tetap
mempertahankan
upaya
Pada analisa bivariat menggunakan pengendalian terhadap infeksi nosokomial uji Chi Square untuk melihat hubungan dan tersebut. tingkat masing-masing variabel yaitu variabel
Hasibuan (2011) menjelaskan bahwa
bebas dianalisis dengan variabel terikat. Hasil pelatihan merupakan suatu usaha untuk analisis antara variabel pelatihan dan kinerja meningkatkan kemampuan tekhnis, teoritis, perawat pelaksana mempunyai hubungan konseptual dan moral karyawan. Mathis & yang bermakna yang ditandai dengan nilai p Jackson (2006) menyatakan pelatihan adalah < 0,05 (p = 0,000) sehingga Ho ditolak dan sebuah proses dimana orang mendapatkan Ha diterima yakni ada hubungan antara kapabilitas
untuk
membantu
pencapaian
pelatihan dengan kinerja perawat pelaksana tujuan-tujuan di
Rumah
Sakit
Pertamina
Pangkalan organisasional. Rivai (2004) menyatakan
Brandan.
pelatihan adalah proses secara sisitematis mengubah tingkah laku pegawai untuk
PEMBAHASAN
mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan Kepala Ruangan
Perawat merupakan salah satu sumber daya
Berdasarkan hasil penelitian dilihat
bahwa
kategori
diatas, dapat
pelatihan
yang
dilaksanakan oleh kepala ruangan mayoritas responden menggolongkan kategori baik
manusia yang sangat berperan bagi sebuah rumah sakit. Dengan demikian, kinerja perawat perlu menjadi fokus perhatian rumah sakit. Dalam menjaga eksistensinya rumah
Vol 2. No. 5 Juli 2015
5
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
sakit yang menghadapi tantangan dari luar meningkatkan seperti
persaingan
dalam
industri
dan dengan
kompetensi
kebutuhan
yang
pekerjaan.
sesuai Moekijat
tantangan dari dalam rumah sakit seringkali (1996) berpendapat bahwa ada tiga syarat mengalami permasalahan yang menyangkut yang
harus
dipenuhi
dalam
kegiatan
tentang kondisi sumber daya manusia yang pelatihan. Ketiga syarat tersebut adalah dimiliki. Rumah sakit seringkali menghadapi bahwa pelatihan harus membantu pegawai kesulitan dimana perawat baru yang masih menambah pengetahuan dalam menjalankan memiliki sedikit pengalaman kerja perlu tugasnya; diberikan
pelatihan
untuk
dapat perubahan
pelatihan kebiasaan
harus
menimbulkan
bekerja
karyawan,
menghasilkan kinerja yang baik. Oleh sebab sikapnya terhadap pekerjaan, informasi dan itu
perlu
dilaksanakan
pelatihan
guna pengetahuan yang diterapkan dalam tugas;
meningkatkan kinerja perawat. (Nabilah, dan pelatihan harus berhubungan dengan 2010)
pekerjaan tertentu.
Berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 15 Tahun
1974
pelaksanaan
tentang
pembinaan
Berdasarkan
hasil
dapat
dilihat
pokok-pokok bahwa kategori kinerja perawat pelaksana pendidikan
dan mayoritas baik yakni sebanyak 33 responden
pelatihan, bahwa pelatihan adalah proses (91,7%)
dan
minoritas
kurang
belajar mengajar untuk memperoleh dan sebanyak 3 responden (8,3%).
yakni Dunia
meningkatkan keterampilan di luar sistem Keperawatan saat ini telah memperlihatkan pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang paradigma
keperawatan
dimana
profesi
singkat, dan dengan metode yang lebih perawat dituntut untuk dapat memberikan mengutamakan Sedangkan
praktek
menurut
daripada
Simamora
teori. pelayanan
yang
professional
dalam
(2001), memberikan pelayanan kepada masyarakat
pelatihan adalah proses sistematik yang yang dinamakan dengan kinerja.
Kinerja
mengubah perilaku para karyawan dalam adalah penampilan hasil kerja personil baik suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasional.
Hollenback
and
Wright organisasi.
Kinerja
dapat
merupakan
(2003), menyatakan juga bahwa pelatihan penampilan individu maupun kelompok kerja adalah
usahausaha
terencana
dalam personil,
penampilan
hasil
kerja
tidak
menfasilitasi pembelajaran karyawan untuk terbatas kepada personil yang memangku
Vol 2. No. 5 Juli 2015
6
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
jabatan fungsional maupun struktural, tetapi
kecakapan interpersonal, dan kecakapan
meliputi keseluruhan jajaran personil dalam
teknis.
organisasi (Ilyas, 2001).
2. Usaha yang dicurahkan, adalah etika kerja,
Definisi kinerja karyawan yang
kehadiran dan motivasi karyawan
dikemukakan Bambang Kusriyanto dalam 3. Dukungan
organisasional, fasilitas
perusahaan
Mangkunegara (2005) adalah perbandingan
menyediakan
bagi
karyawan
hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga
meliputi pelatihan dan pengembangan,
kerja persatuan waktu (lazimnya per jam).
peralatan, teknologi dan manajemen.
Sedangkan menurut Moenir (1995), kinerja
Kinerja dalam penelitian ini adalah kinerja
adalah sebagai hasil kerja seseorang pada perawat pelaksana yaitu hasil kerja atau kesatuan
waktu
atau
ukuran
tertentu. prestasi kerja yang nyata dari seluruh aspek
Menurut Robbins (1996) kinerja adalah suatu pelayanan keperawatan di rumah sakit, yang ukuran yang mencakup keefektifan dan dilihat dari proses keperawatan mulai dari efisiensi
dalam
pencapaian
tujuan
dan pengkajian,
diagnosis
efisiensi merupakan rasio dari keluaran perencanaan,
keperawatan,
implentasi,
efektif terhadap masukan yang diperlukan kemudian
evaluasi
mendokumentasikan
dan hasil
untuk mencapai tujuan. Kinerja menurut kerjanya. Mangkunegara (2000) adalah hasil kerja
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai kinerja perawat pelaksana di ruang rawat oleh
seseorang
melaksanakan
karyawan
tugasnya
sesuai
dalam inap
Rumah
dengan Pangkalan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. asuhan
Sakit
Brandan
Umum dalam
keperawatan
Pertamina memberikan
setelah
dilakukan
Menurut Robert L. Mathis & Jhon H. Jackson pelatihan tergolong dalam kategori baik, (2006)
ada
3
faktor
utama
memperngaruhi kinerja karyawan yaitu :
yang namun masih terdapat jawaban dari 3 responden yang mengatakan kurang. Menurut
1. Kemampuan indivual, mencakup bakat, asumsi
peneliti,
penyebab
dari
belum
minat dan faktor kepribadian. Tingkat maksimalnya nilai kinerja dari masingketerampilan, merupakan bahan mentah masing perawat pelaksana setelah dilakukan yang dimiliki seseorang karyawan berupa pelatihan
dikarenakan
para
perawat
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, pelaksana belum sepenuhnya menerapkan materi yang didapatkan pada saat pelatihan
Vol 2. No. 5 Juli 2015
7
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
dan kurangnya motivasi perawat dalam Hubungan Pelatihan dengan Kinerja melaksanakan
kinerjanya
Menurut
Ilyas Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum
(2001), kinerja individu dalam organisasi Pertamina Pangkalan Brandan dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur,
pendidikan,
masa
kerja
dan
pengalaman kerja. Menurut Hasibuan (2003), umur dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental kemampuan kerja dan tanggung jawab. Penelitian Daryo (2003) yang mana tidak ada hubungan umur dengan kinerja perawat pelaksana. sesuai dengan pendapat Gibson dalam Ilyas, (2001) bahwa umur mempunyai efek tidak langsung dengan kinerja. Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun perawat pelaksana secara umum berpendidikan strata
diploma,
pendidikan
sehingga
sama,
namun
secara yang
membedakan pengalaman kerja dan pelatihan yang pernah diikuti. Menurut Siagian (2000) menyatakan bahwa pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan
dan
kualitas
kepribadaian
seseorang, dimana semakin tingginya tingkat pendidikan dan pelatihan yang sering di ikuti maka
semakin
besar
keinginan
untuk
memanfaatkan pegetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan
dan
tingkat
masing-masing
variabel yaitu variabel bebas dianalisis dengan
variabel
dihubungkan pelaksana
terikat
dengan didapatkan
yaitu
pelatihan
kinerja
perawat
hasil
terdapat
hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2010) yang menunjukkan bahwa pelatihan mempunyai hubungan yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 34,1%.. Secara simultan pelatihan dan motivasi mempunyai hubungan yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat pada Rumah
Sakit
Jakarta
sebesar
49,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa hasil pengujian
secara
simultan
menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan dari program pelatihan dan kompetensi perawat
Vol 2. No. 5 Juli 2015
8
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
secara simultan terhadap kinerja perawat di signifikan terhadap kinerja kepala Desa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.Besarnya Kecamatan Pakis dan Tumpang Kabupaten persentase
pengaruh
dari
program Malang.
kompetensi perawat dan pelatihan perawat terhadap kinerja perawat adalah 53.8%.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Pranata (2010) tentang Hubungan antara
Musafir (2009) telah melakukan pelatihan
dan
motivasi
dengan
kinerja
penelitian tentang Pengaruh Pelatihan dan perawat di ruang rawat inap RSU Prof. dr. H Motivasi
terhadap
Kinerja
Pegawai Aloei Saboe Kota Gorontalo dimana terdapat
Pelabuhan Indonesia IV Gorontalo. Dalam hubungan antara pelatihan dan motivasi penelitiannya tersebut diperoleh hasil bahwa dengan kinerja perawat di ruang rawat inap pelatihan dan motivasi memiliki pengaruh RSU Prof. dr. H. Aloei Saboe. positif secara simultan terhadap kinerja
Berdasarkan penelitian oleh Dai
pegawai pada kantor Pelabuhan Indonesia IV (2009) mengenai hubungan pelatihan dan Gorontalo. Berdasarikan hasil penelitian oleh motivasi terhadap kinerja perawat di RSU Ernawati (2012) diperoleh hasil uji t atau uji Pancaran Kasih Manado terdapat hubungan parsial, maka diperoleh jawaban hipotesis, yang signifikan antara pelatihan dan motivasi yang pertama adalah H1 dengan nilai t hitung terhadap kinerja perawat di RSU Pancaran = 5,437 > t tabel= 1, 98 dengan demikian Kasih Manado. Penelitian oleh Siregar dapat
disimpulkan
berpengaruh
bahwa
signifikan
pelatihan (2009) tentang pengaruh motivasi terhadap
terhadap
kinerja kinerja perawat pelaksana di ruang rawat
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. inap RSUD Swadana tarutung Tapanuli utara Saiful Anwar Malang.
dengan kesimpulan bahwa terdapat hubungan
Soetjipto (2007) telah melakukan antara motivasi terhadap kinerja perawat penelitian
Pengaruh
Faktor
Pendidikan, pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Pelatihan, Motivasi, dan Pengalaman Kerja Swadana Tarutung Tapanuli. terhadap Kinerja Kepala Desa (Studi pada
Penelitian
Kepala Desa di Kecamatan Pakis dan Lubis
(2008)
yang
dimana
dilakukan hasil
oleh
penilitian
Tumpang Malang). Dalam penelitiannya menunjukan bahwa antara pelatihan dan dapat
dibuktikan
bahwa
pendidikan, kinerja karyawan terdapat hubungan, ini
pelatihan, motivasi, dan pengalaman kerja, ditunjukan
dengan
secara bersamasama berpengaruh secara determinasi
di
peroleh
nilai
koefisisien
sebesar
8,81%.
Vol 2. No. 5 Juli 2015
9
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
Berdasarkan
teori
Hasibuan
(2009)
Daerah
Kabupaten
Kepulauan
pengembangan karyawan mutlak diperlukan Sangihe adalah salah satu daerah kepulauan dalam tujuan peningkatan produktivitas kerja terluar yang sementara berkembang lewat karyawan. Perawat di Rumah Sakit Umum otonomisasi daerah, untuk itu masih perlu LiunKendage
Tahuna
masih
kurang banyak pengembangan serta pendanaan yang dengan dibutuhkan dalam pembangunan, Pimpinan
mengikuti
pelatihan
padahal
mengikuti
pelatihan
dapat
meningkatkan
membantu daerah dalam hal ini harus memberikan
keterampilan
mereka, perhatian
ekstra
terutama
dalam
sehingga tugas yang diberikan tidak akan pengembangan sumber daya manusia yang menjadi suatu beban bagi mereka. Menurut
realita
yang
ada ada
di
Kabupaten
Kepulauan
Sangihe.
di Pelatihan pegawai merupakan prosedur yang
lapangan pada saat peneliti melakukan penting dalam membentuk suatu tim kerja wawancara
dengan
bagian
keperawatan yang efektif, hal ini berarti bahwa pelatihan
dimana, ada begitu banyak pelatihan yang merupakan
suatu
yang
penting
untuk
seharusnya diikuti oleh perawat yang ada di diberikan kepada sumber daya manusia yang Rumah Sakit Umum Daerah LiunKendage ada disuatu organisasi seperti di rumah sakit Tahuna namun ada beberapa faktor yang guna tercapainya kinerja yang baik, sehingga menghambat salah satunya ketersediaan dana tercapai sasaran sesuai yang diinginkan. yang ada sehingga menjadi penghambat
Dari penelitian- penelitian terdahulu
untuk mengirim para perawat di Rumah Sakit terlihat
bahwa
ada
keterkaitan
antara
Umum Daerah LiunKendage Tahuna dalam pelatihan maupun motivasi dengan kinerja mengikuti pelatihan. Kepala Rumah Sakit karyawan. Pelatihan dan motivasi kerja selaku pimpinan harus lebih kreatif dalam terbukti
berpengaruh
secara
signifikan
memotivasi perawat untuk dapat mengikuti terhadap kinerja karyawan. pelatihan guna peningkatan kompetensi yang
Menurut asumsi peneliti, semakin
dimiliki, agar dalam dalam memberikan sering dan semakin banyak pelatihan yang pelayanan kepada pasien dapat memberikan didapatkan
oleh
seorang
pelayanan berkualitas. Selain minimnya dana berkenaan
dengan
perawat
upaya
yang
peningkatan
di rumah sakit daerah dalam hal ini kurang pengetahuan ataupun pelaksanaan tugas dan memberikan dana kepada pihak rumah sakit kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat untuk diplot.
sehari-harinya,
maka
akan
semakin
Vol 2. No. 5 Juli 2015
10
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
bertambah baik pula kinerja perawat tersebut. jawabnya. Kemampuan tersebut mencakup Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian pemahaman tentang tugas yang menjadi yang dilakukan oleh Hasib (2003) yang tanggung
jawabnya,
menguasai
bidang
menemukan ada hubungan antara pelatihan tugasnya dengan baik, mampu mengambil dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD keputusan
dalam
keadaan
darurat,
Pandan Arang Boyolali. Gillies (1996) kemampuan dalam menjalin hubungan yang menyatakan pelatihan merupakan proses harmonis dengan pasien, sesama perawat pembentuk karyawan untuk memperoleh maupun atasannya dan juga kemampuan efektivitas dalam pekerjaan dan merupakan dalam menganalisis masalah serta pemecahan salah satu kegiatan pengembangan staf yang masalah sesuai dengan program pelatihan bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber yang telah di dapatkan. daya manusia.
Rahmanto
Pelatihan
merupakan
salah
(2007)
menyebutkan
satu prestasi kinerja sebagai tingkat pelaksanaan
usaha organisasi yang sengaja dilakukan tugas yang bisa di capai oleh seseorang, unit, untuk meningkatkan kinerja. Sesuai dengan atau
devisi,
dengan
menggunakan
pendapat Moekijat (1996), bahwa pelatihan kemampuan yang ada dan batasan-batasan harus bisa membantu pegawai menambah yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan pengetahuannya dalam menjalankan tugasnya perusahaaan. Pelatihan merupakan salah satu serta
mampu
kebiasaan,
menimbulkan
sikap,
diterapkan
dalam
dan
perubahan usaha organisasi yang sengaja dilakukan
informasi
tugas.
yang untuk meningkatkan kinerja. Sesuai dengan
Berdasarkan pendapat Moekijat (1996 dalam Ernawati
interpretasi di atas, menunjukkan bahwa teori 2012), bahwa pelatihan harus bisa membantu tentang
pelatihan
dapat
mempengaruhi pegawai menambah pengetahuannya dalam
kinerja karyawan pada suatu perusahaan menjalankan adalah
benar
kemampuan
yang
melaksanakan maksimal,
adanya.
Perawat
baik
karena
kemampuan
serta
mampu
dengan menimbulkan perubahan kebiasaan, sikap,
akan
tugas-tugasnya
tugasnya
dapat dan informasi yang diterapkan dalam tugas. dengan Berdasarkan
interpretasi
di
atas,
tersebut menunjukkan bahwa teori tentang pelatihan
merupakan kapasitas yang dimiliki yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada memungkinkan
orang
tersebut
untuk suatu perusahaan adalah benar adanya.
melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung
Vol 2. No. 5 Juli 2015
11
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Bagi Rumah Sakit Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
Kesimpulan 1. Mayoritas
responden
pelatihan
mengkategorikan
yang diberikan oleh kepala
ruangan di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan dengan kategori baik yakni sebanyak 31 responden (86,1%). 2. Mayoritas
kategori
kinerja
perawat
pelaksana perawat di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan tergolong baik,
yakni
sebanyak
33
responden
(91,7%). Terdapat hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan
dan pembahasan, pelaksanaan program pelatihan hendaknya tetap terus diberikan dan
berkelanjutan
agar
kemampuan
perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan
keperawatan
meningkat
dan
juga
kesempatan
yang
lebih
dapat
terus
memberikan luas
kepada
perawat untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, selain itu pelatihan yang diberikan juga harus tetap disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan yang di emban oleh perawat. Perlu
melakukan
penilaian
kinerja
berdasarkan uraian tugas yang jelas,
Saran
kontiniu dan rutin minimal setiap enam
1. Bagi Peneliti
bulan sekali.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti mengenai hubungan pelatihan dengan sehingga
kinerja
perawat
disarankan
pelaksana,
kepada
peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar senantiasa
dapat
mengembangkan
terus-menerus potensi
yang
Alimul, A. Aziz. (2003). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
dimilikinya, baik keterampilan maupun Ardinata, Dedi. (2007). Multidimensional kemampuan agar dapat menghasilkan
Nyeri. Jurnal Keperawatan
kinerja yang baik.
Rufaidah Sumatera Utara,
Vol 2. No. 5 Juli 2015
12
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
Volume 2 Nomor 2. Diunduh
Jitowiyono & Kristiyanasari. (2010). Asuhan
pada tanggal 21 Januari 2014 dari
Keperawatan Post Operasi
http://www.google.com/url?q=htt
dengan Pendekatan Nanda, NIC,
p://www.researchgate.net/publica
NOC. Yogyakarta: Kuha Medika
tion Ernawati, S. M. (2012). Pengaruh Pelatihan
Jubaidi, Dian Novisen. (2010). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre
terhadap Kinerja Perawat
Operasi Sectio Caesarea Sebelum
dengan Motivasi sebagai
dan Setelah Dilakukan Informed
Variabel Moderasi. Jurnal
Consent Di Ruang Mawar RSUD
Manajemen Bisnis Volume 02
Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
No. 02
2010. Karya Tulis Ilmiah.
Ginting, Henny Sri Ulina. (2008). Pengalaman Ibu Tentang Nyeri Post Partum Dengan Riwayat
Bengkulu: Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu. Judhita dan Cynthia. (2009). Tips Praktis
Sectio Caesarea Di Rumah Sakit
Bagi Wanita Hamil, Jakarta :
Umum Sembiring Delitua Tahun
Penebar Swadaya.
2008. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Hamid S. Achir Yani. (2007). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, & Instrumen. Edisi 2. Jakarta: EGC
Krestiana. (2006). http://digilib.umm.ac.id/files/disk 1/161/jiptummpp-gdl-s1-2006anitakrest-8024-Pendahul-n.pdf Kozier, etc. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Vol 2. No. 5 Juli 2015
13