PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN KETRAMPILAN PRAKTEK LABORATORIUM AKPER MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA RELATIONSHIP WITH THE MOTIVATION TO BE NURSE LABORATORY PRACTICE SKILLS AKPER MAMBA'UL 'ULUM SURAKARTA
Isnani Nurhayati AKPER Mamba‟ul „Ulum Surakarta Jl. Ringroad Utara Tawangsari, Mojosongo, Jebres, Surakarta
[email protected]
ABSTRACT The quality nursing Diploma graduates are skilled and least visible when dealing with patien. The emergency problems assosiated with the lack of quality of the selection system is receiving less attention to the motivation to be a nurse from prospectives students. The second is less skill in handling cases of nursing practice in the hospital so that students are less confident and less skilled in performing the procedure act. The purpose of this research was to analyze the relationship between motivation to be a nurse and nursing skills laboratory practice courses I basic human needs. The study was quantitative research with cross sectional approach. The population was first rate student, using simple random sampling. Validity and reliability was tested by using Product Moment test and Alpha Chonbrach. Data analysis by using the Product Moment Chorelation hypotesis one and two Followed Dual Linear Regression on three hypotheses with the significant level of 5%. Data collection by questionnaire. The conclusions of this study, there was no relationship between motivation to be anurse and the nursing skills laboratory practice (r = 0.151, p> 0.05). Keywords: Motivation, practical laboratory skills
ABSTRAK Kualitas Lulusan Diploma keperawatan akan terlihat ketika berhadapan dengan pasien dan melaksanakan terampilnya. Masalah yang sering didapatkan di rumah sakit adalah kurangnya kualitas sistem seleksi mengenai motivasi untuk menjadi perawat dari prospektif siswa. Yang kedua adalah keterampilan kurang dalam penanganan kasus praktik keperawatan di rumah sakit sehingga siswa kurang percaya diri dan kurang terampil dalam melakukan tindakan prosedur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan keterampilan praktek laboratorium keperawatan kebutuhan dasar manusia I. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah populasi mahasiswa tingkat pertama, menggunakan rendom sampel sampilng sederhana. Validitas dan reliabilitas menggunakan uji Product Moment dan Alpha Chonbrach. Analisis data menggunakan Product Moment Chorelation untuk hipotesis satu dan dua, diikuti Dual-Linear Regression pada hipotesis tiga pada tingkat signifikan 5%. Pengumpulan data melalui kuesioner. Hasil dan kesimpulan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi untuk menjadi perawat dengan praktek keterampilan laboratorium (r = 0.151, p > 0,05). Kata kunci: Motivasi, Praktek Keterampilan Laboratorium
9
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 pilan praktek labotaroium 30% mahasiswa yang belajar di lab keperawatan, hal ini ditunjukkan dengan daftar hadir mahasiswa yang menggunakan laboratorium untuk memperdalam materi yang telah diberikan Penelitian ini berjuan untuk menganalisis hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan
PENDAHULUAN Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan tujuan pendidikan sesuai dengan Undang-undang RI No: 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Negara Cina memiliki populasi 1,3 milyar orang, merupakan salah satu penduduk terbesar sumber daya manusia. Tahun 2005 terdapat mahasiswa keperawatan 500.000 namun lemah dalam karir. 1.800 rumah sakit, 2 juta penduduk sebagai perbandingan Amarika Serkat memiliki satu perawat untuk setiap seratus orang (Wijayanto, 2012). Munculnya permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya kualitas dari lulusan D III keperawatan, yang pertama dari sistim seleksi penerimaan kurang memperhatikan motivasi dari calon peserta didik karena banyak mengandalkan selekasi tes kognitif pada ujian tulis. Faktor desakan orang tua yang memaksa putra putrinya untuk masuk akademi perawat walaupun pada dasarnya mereka tidak memiliki kemauan untuk menggeluti profesi tersebut. Kedua kurang terampilnya praktek keperawatan dalam menangani kasus di Rumah Sakit. Keadaan ini muncul karena saat seleksi penerimaan lulusan D III keperawatan di Rumah Sakit ataupun di instansi kesehatan kurang percaya diri dan kurang trampil dalam melakukan prosedur tindakan saat menangani pasien. Mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia Manusia (KDM) I diberikan di semester I, mata kuliah ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan ketrampilan dasar praktek keperawatan (Depkes, 2006). Hasil Observasi awal penerimaan mahasiswa baru tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 113 mahasiswa baru yang mengundurkan diri di Akper Mamba‟ul „Ulum Surakarta 8 anak (6 karena minat masuk di keperawatan dari orang tua dan 2 diterima di Poltekes Negeri). Mahasiswa semester III yang tinggal kelas karena tidak memenuhi tarjet dalam perkuliahan baik teori maupun ketrampilan praktek. Dari segi keteram-
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Akademi Keperawatan Mamba‟ul Ulum Surakarta, pada bulan Desember 2013. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Tingkat I semester I terdiri dari kelas 1A 50 mahasiswa dan 1B 50 mahasiswa sehingga total 100 mahasiswa di Akademi Keperawatan Mamba‟ul „Ulum Surakarta. Peneliti menggunakan teknik simple random sampling dimana sampel dipilih secara acak dari jumlah yang telah ditentukan. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus “Perhitungan Slovin” dari rumus tersebut dapat diambil sampel secara undian baik kelas 1A dan 1 B berjumlah 100 mahasiswa. Pengambilan sampelnya dengan menggunakan kertas undian 1 sampai dengan 80 diberikan pada seluruh mahasiswa tingkat I. Ketentuannya mahasiswa yang mendapat kertas bernoror berarti dijadikan sampel yang tidak bernomor tidak dijadikan sampel. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada responden berisi tentang motivasinya menjadi perawat sejumlah 30 pertanyaan (dengan skala likert) terdiri dari 20 pertanyaan positif (favourabel) dan10 pertanyaan negatif (unfavourabel), dengan memberikan tanda centang pada kolom yang disediakan yang sebelumnya kuesioner dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan mahasiswa yang mempunyai karakteristik yang sama, apakah kuesioner valid atau tidak, bila tidak valid maka akan diganti pernyataannya. Melakukan Observasi Ketrampilan Praktek Laboratorium Peneliti melakukan penilaian pada responden tentang kemampuannya melakukan ketrampilan (prosedur tindakan keperawatan) pada semua kopetensi mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I di ruang laboratorium keperawatan. Penilaian dapat diperoleh dengan menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap tindakan dari responden. Jumlah skore ideal untuk seluruh item adalah 100, dengan
10
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 Distribusi Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Rerata Standar Deviasi Median Modus Variasi
penilaian: Tidak dilakukan = score 0, dilakukan tapi tidak benar = 1, dilakukan dengan benar = 2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Data Motivasi Belajar Mahasiswa Hasil tabulasi data skor angket motivasi menjadi perawat pada mahasiswa semester I Akper Mamba‟ul „Ulum Surakarta dapat didiskripsikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Skor Angket Motivasi Menjadi Perawat Distribusi Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Rerata Standar Deviasi Median Modus Varians
Nilai 50 98 78,73 8,820 78 75 77,797
Nilai 95 147 126,44 12,341 125 120 152,300
Data tentang ketrampilan praktek keperawatan diperoeh melalui angket dan data pada tabel 2 menunjukan bahwa jumlah responden sebanyak 80, skor ketrampilan minimum 50, skor maximum 98, Mean (rata-rata) 78,73, standar deviasi 8,820, Median (nilai tengah) 78, Modus 75 dan Varians 9,291. Data tentang ketrampilan praktek di laboratorium keperawatan (Y) disajiakan dengan grafik histogram bersama kurva normal
Data tentang motivasi menjadi perawat diperoeh melalui angket dan data pada tabel 1 menunjukan bahwa jumlah responden sebanyak 80, motivasi mahasiswa menjadi perawat mempunyai skor minimum 95, skor maximum 147, Mean (rata-rata) 126,44, standar deviasi 12,341, Median (nilai tengah) 125, Modus 120 dan Varians 152,300. Data motivasi menjadi perawat (X1) disajiakan dalam grafik histogram bersama kurva normal Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Ketrampilan Praktek di laboratorium Uji Prasyarat Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variable terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas yang dibantu program SPSS 17.0 dapat dilihat dengan nilai p-value pada uji Kolmogorov Smirnov, maka interpretasinya adalah apabila nilai p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila p-value < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Prayitno, 2012). Hasil uji normalitas sebagai berikut:
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi menjadi perawat 2. Ketrampilan Praktek Laboratorium Keperawatan Hasil tabulasi data skor ketrampilan praktek laboratorium keperawatan pada mahasiswa semester I Akper Mamba‟ul „Ulum Surakarta dapat didiskripsikan dalam tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Skor Angket Ketrampilan praktek
11
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 Tabel 3. Hasil uji distribusi normal variable penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov motivasi
Ketram pilan
80
80
126.44
78.60
Std. 12.341 Deviation Absolute .089
9.291
N Normal Parametersa,,b Most Extreme i Differences
Mean
Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I. Berdasarkan hasil tabel 3 dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan adalah sebesar 0,151, di mana nilai tersebut lebih kecil dari r tabel (0,05 ; 80) = 0,220 atau dilihat dari nilai p- value 0,180 > 0,05 nilai ini menunjukkan bahwa motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan tidak ada hubungan.
.090
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
.071 -.089 .797
.090 -.089 .806
Asymp. Sig. (2-tailed)
.549
.500
Pembahasan Jenis penelian ini adalah kuantitatif, menggunakan pendekatan Cross Sectional karena dilakukan pada satu saat atau satu periode yaitu bulan Desember sampai dengan April 2013, dan pengamatan objek hanya dilakukan sekali. Populasinya adalah seluruh mahasiswa tingkat I , dan pengambilan sampelnya menggunakan simple random sampling sehingga didapatkan 80 mahasiswa yang dijadikan anggota sampel. Hasil Uji Instrumen motivasi dan Ketrampilan praktek menggunakan uji “Korelasi Product Momen Pearson dengan pertimbangan skala data interval. Hasil uji validitas instrumen penelitian menggunakan jumlah sampel 20 orang dengan karakteristik sama dengan responden penelitian. Hasil uji instrumen motivasi menjadi perawat dan keaktifan belajar menunjukkan valid karena r hitung > r tabel (0,444), sedangkan uji reliabilitasnya untuk motivasi menjadi perawat adalah 0.945 dan untuk keaktifan belajar adalah 0.903 yang berarti bahwa instrument tersebut reliable. Berdasarkan rumus Alpha Cronbach (r hitung) mencapai lebih atau sama dengan 0,600 maka dikatakan bahwa kuesioner sudah reliabel. Hubungan motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan mata kuliah KDM I. Berdasarkan hasil uji Analisa korelasi Product Moment Pearson dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan adalah r hitung < r tabel dengan nilai 0,151 < 0,220 atau nilai p-value 0,180 > 0,05 nilai ini menunjukkan bahwa motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan kebutuhan dasar manusia I tidak ada hubungan. Artinya mahasiswa yang termotivasi menjadi perawat tidak ada hubungannya dengan hasil
Berdasarkan tabel diatas, maka: 1) Motivasi menjadi perawat: terlihat bahwa nilai p-value lebih dari 0,05 yaitu 0,549 maka data berdistribusi normal 2) Ketrampilan praktek: terlihat bahwa nilai p-value lebih dari 0,05 yaitu 0,500 maka data berdistribusi normal Hasil dari uji normalitas data di atas menunjukkan data berdistribusi normal semua sehingga memenuhi syarat untuk di analisa secara parametrik. Uji Hipotesis Hipotesis yang akan diuji adalah hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan dianalisis dengan uji korelasi Product Moment Pearson. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17.00 disajikan dalam tabel tersebut dibawah ini: Tabel 4. Hasil Uji Analisa Korelasi Product Moment Pearson Motivasi Ketrampilan Moti vasi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
.151
80
.180 80
Tabel di atas menjelaskan tentang besarnya korelasi dan tingkat signifikasi antara variabel motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktik laboratorium keperawatan. Hubungan motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek laboratorium keperawatan Mata
12
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 ketrampilan praktek laboratorium keperawatannya. Motivasi menjadi perawat adalah keinginan yang kuat seseorang untuk menjadi perawat, keinginan tersebut dipengaruhi dari dalam diri individu atau faktor intrinsik sebagai kebutuhan psikologis untuk menginginkan sesuatu serta merasakan kepuasan bila kegiatnnya berhasil (Ulwanullah. 2010). Motivasi instrinsik ada dalam kegiatan tanpa paksaan. Sedangkan untuk mencapai ketrampilan praktek laboratorium keperawatan mata kuliah kebutuhan dasar manusia I dibutuhkan faktor intrinsik dan ekstrinsik diantaranya belajar untuk memenuhi kewajiaban, belajar agar mendapatkan hasil atau nilai yang baik (Djamarah, 2000). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sri Agustina (2010) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar (p = 0,17) hal ini terjadi karena meskipun mempunyai motivasi untuk mengkuti kuliah di keperawatan sedang atau tinggi tetapi prestasi yang diraih tidak sesuai dengan yang diharapkan, di karenakan input mahasiswa yang memiliki kwalitas rendah maupun karena faktor keterpaksaan dari lingkungan keluarga. Keinginan atau motivasi meskipun kuat untuk menjadi perawat tetapi bila tidak ada dukungan dari faktor intrinsik dan ekstrinsik maka hasil yang diharapkan tidak maksimal. Seperti yang disampaikan Mudjiman (2009) yang menyatakan seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila di dalam dirinya ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu di pelajari maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan (Syah. 2003). Seseorang yang keinginan belajarnya didorong oleh motivasi instrinsik melakukan kegiatannya semata-mata untuk menguasai suatu kopetensi, minikmati proses belajar sesuatu dari proses yang berlangsung, serta merasakan kepuasan bila kegiatannya berhasil. Motivasi instrinsik ada dalam kegiatan tanpa paksaan, tanpa iming-iming sebagai pendorong yang bersifaat eksternal (Mudjiman, 2009 ; Hamdu, 2011). Mencapai keberhasilan dalam ketrampilan praktek tidak hanya dibutuhkan motivasi yang kuat tetapi juga dibutuhkan ketekunan dan kesungguhan dalam bealajar untuk mencapai tujuan seperti yang diungkapkan oleh Mc Donal dalam Hamalik (2003) yang menyatakan bahwa
motivasi merupakan perubahan energi didalam diri seseorang yang ditandai dengan efektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan Ketrampilan praktek laboratorium membutuhkan upaya yang nyata dalam bentuk tindakan setiap kali melakukan prosedur tindakan. Ketrampilan praktek laboratorium keperawatan dinilai melalui hasil obeservasi dan dokumentasi. Observasi mulai dari persiapan alat, melakukan vase orientasi, melakukan fase kerja, fase terminasi dan penampilan selama tindakan (Akpermus: 2012), sehingga bila mahasiswa menginginkan hasil ketrampilan praktek laboratorium baik maka harus ditunjang dengan ketekunannya belajar tidak hanya keinginan atau motivasi menjadi perawat (Nurjayanti. 2008). Hasil Penelitian tersebut berbeda dengan Sunanto (2011) menyatakan adanya hubungan motivasi terhadap kompetensi ketrampilan dasar praktek klinik kebutuhan dasar manusia I, karena motivasi memberikan dorongan pada individu atau mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar klinik, semakin tinggi motivasi baik dari lingkungan maupun dari dalam diri, semakin membuat seseorang melakukan tindakan tertentu agar lebih dapat belajar atau lebih siap untuk belajar sehingga dapat melakukan praktek ketrampilan dasar Praktek klinik dengan baik dan lebih kompeten (Cahyanto, 2009). Hasil penelitian Sunanto tersebut di perkuat juga oleh penelitian Herli Agustina (2012) yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar dimana r hitung 0,619 > r tabel 0,205. Penerimaan hipotesis ini sesuai dengan pendapat Hasibuan (2001) bahwa motivasi diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang maksimal. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Sunanto dan Agustini terletak pada variabel motivasi, dimana peneliti lebih memfokuskan motivasi mahasiswa menjadi perawat sedangkan peneliti lain motivasi belajar yang sifatnya lebih luas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tidak ada hubungan motivasi menjadi perawat dengan ketrampilan praktek labora-
13
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 torium keperawatan, dimana nilai r = 0,151; p value > 0,05.
Hamdu.G. Lisa Agustina. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah Dasar (Studi kasus terhadap siswa kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya). Jurnal.upi.edu/file/8-GullamHamdu.pdf/pengaruh-motivasi-belajarsiswa-terhadap-prestasi. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2013.
Saran 1. Guna peningkatan kwalitas lulusan D III keperawatan sebaiknya saat penerimaan mahasiswa baru calon mahasiswa dilakukan tes motivasi terlebih dahulu sebelum dinyatakan diterima, untuk mengetahui sejauh mana keinginan calon mahasiswa mengikuti kuliah di bidang keperawatan. 2. Adanya peningkatan ketrampilan mahasiswa dalam melakukan praktek di laboratorium keperawatan sehingga mahasiswa diharapkan trampil melakukan prosedur tindakan dan siap bila di lahan praktek serta penuh percaya diri bila berhadapan dengan pasien.
Hasibuan. M, 2001. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. Mudjiman. H. 2009. Belajar mandiri. Surakarta: UNS Press Nurjayanti. (2008). Hubungan ketrampilan laboratorium dengan prestasi belajar. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Agustina. S. 2010. Hubungan minat dan motivasi menjadi perawat dengan prestasi blajar pada mahasiswa program studi D-III keperawatan di Stikes Hutama Abdi Tulungagung. Tesis. Universitas Sebelas maret Surakarta.
Syah.M. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafido Persada Sunanto. 2011. “Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar dengan Ketrampilan praktek klinik kebutuhan dasar manusia mahasiswa tingkat I Akademi keperawatan Hafshawty Zainul Hasan Probolinggo”. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Akpermus. 2012. Buku panduan prkatek keperawatan. Surakarta: Akper mamba‟ul „Ul Surakarta Cahyanto. E. 2009. Implementasi pembelajaran skills lab (Studi kasus di fakultas kedokteran UNS). Surakarta: Pascasarjana UNS.Tesis.
Ulwanullah. H. 2010 Arti pentingnya motivasi dalam belajar. Ejournal.unirow.ac.id> Home>2010>ulwanullah. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2013.
Departemen Kesehatan. 2006. Kurikulum pendidikan D III keperawatan. Jakarta: Pusdiknakes
Wijayanto. 2012. Hubungan motivasi kerja perawat dengan pelayanan pasien hipertensi. Tesis. Universitas Negeri Semarang.
Djamarah. S.B 2000. Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
14