Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
STRATEGI MADRASAH TSANAWIYAH MAMBA’UL-ULUM AWANG-AWANG MOJOSARI DALAM MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP SISWA Mohammad Nur Ubaidilah/094254023 PPKn, FIS, UNESA (
[email protected])
Abstrak Kecakapan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk dapat berdaptasi, bertahan hidup, dan berperilaku positif secara fisik maupun verbal dengan baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awangawang Mojosari dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa. Penelitian ini berlokasi di Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret-April 2013. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi, karena yang akan diteliti adalah 36 guru MTs Mamba’ul-Ulum Awang-Awang Mojosari. dengan teknik pengumpulan data berupa angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif deskriptif menggunakan prosentase. Hasil penelitian bahwa strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa yaitu strategi dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa melalui pembiasaan baik pembiasaan akhlak, fiqih praktikum, dan hafalan doa sehari-hari dan didukung dengan rancangan kurikulum yang mengarah pada kecakapan hidup, terutama kecakapan personal dan sosial. Strategi yang kedua adalah pembelajaran kontekstual yang meliputi komponen kontruktivistik, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, dan refleksi. Strategi pengembangan diri yang meliputi ekstrakurikuler dan OSIS dan hal ini didukung dengan banyaknya kegiatan pada ekstrakurikuler dan program kerja OSIS yang melibatkan siswa itu sendiri. Ketiga strategi yang dilakukan oleh MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari dalam kategori baik. Kata Kunci: Kecakapan Hidup, Madrasah Tsanawiyah.
Abstract Life skills a person’s ability to be able to adapt, survive, and behave physically and verbally properly so that it can be accepted by society. The study aimed to describe the MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari strategy to develop life skills. This study is located in MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari. this study uses a quantitative approach with descriptive methods. The time of the study started in march and april 2013. This study is a population study because which will be researched is 36 teachers in MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari with data collection techniques such as questionnaires and interviews. Data analysis technique that used is descriptif quantitative analysis using percentage. The result of research strategy of MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari to develop life skills through habitual action that is included supported by the design of the curriculum that leads to life skills especially personal skill and social skill. Second strategy that Contextual learning strategies include components of construktivist, inquiry, questioning, learning community, modelling, and reflection. Last Strategy of self-development include extracuricular activities and student council. This is supported by the many activities that involve students themselves. All of strategy in the category of good. Keywords: Life Skills, Madrasah Tsanawiyah.
367
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
jenis dan jenjang pendidikan pada dasarnya didorong
PENDAHULUAN
oleh anggapan bahwa relevansi antara pendidikan dengan
Pendidikan merupakan sebuah penentuan kemajuan
kehidupan nyata kurang erat. Kesenjangan antara
bangsa. Data terakhir United Nations Educational
keduanya dianggap lebar, baik dalam kuantitas maupun
Scientific and Cultural (UNESCO) yang membawahi
kualitas. Pendidikan makin terisolasi dari kehidupan
bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
nyata, sehingga tamatan pendidikan dari berbagai jenis
tentang indeks pembangunan pendidikan atau education
dan
development index (EDI) menunjukkan, Indonesia berada
kecakapan
berada pada posisi 34, serta terpaut empat poin dari pada
posisi
Pendidikan
merupakan
menjadi
pendidikan. Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan
manusia
yang
unggul.
Pendidikan
juga
lingkungan disekitarnya.
Sekolah
Usaha dalam mengembangkan kecakapan hidup
Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) merasa
diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa dan
lulusan SMP/MTs tidak siap mengikuti pembelajaran di
program-program sekolah. Usaha tersebut dilakukan agar
sekolah menengah, dan kalangan Perguruan Tinggi (PT)
siswa pada akhirnya mampu menghadapi dan mengatasi
merasa lulusan SMA/MA belum cukup untuk mengikuti
problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan
perkuliahan (Anwar, 2006: 2). menunjukkan
mengembangkan
meningkatkan hubungan dengan Allah, masyarakat, dan
atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) kurang mencukupi untuk kalangan
mampu
diharapkan dapat mendorong siswa untuk menjaga diri,
muncul keluhan bahwa bekal lulusan Sekolah Dasar (SD)
pula
harus
masalah tanpa merasa takut, tertekan, dan minder untuk
sebagai pengguna lulusan terhadap kualitas output
tersebut
hidup
memanfaatkan potensi siswa agar berani menghadapi
juga ditandai dengan adanya ketidakpuasan publik
Fakta
Kecakapan
dengan baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Kurang tercapainya mutu pendidikan di Indonesia
Begitu
hidup.
hidup, dan berperilaku positif secara fisik maupun verbal
tanggal 27 Februari 2013).
SMP.
siap
kemampuan seseorang untuk dapat berdaptasi, bertahan
65
(okezone.com/read/2012/10/24/373/708654 diakses pada
memasuki
kurang
dunia pendidikan lebih diarahkan pada pengembangan
dan lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam yang
berada
dianggap
Berdasarkan penjelasan di atas, perbaikan dalam
pada tahun 2011 ini jauh menurun dari tahun sebelumnya
yang
pendidikan
mengahadapi kehidupan nyata.
diposisi ke 69 dari 127 negara. Indeks yang dikeluarkan
Malaysia
jenjang
bahwa
jelas manfaatnya bagi siswa. Pendidikan tidak sekedar
kualitas
penumpukan ilmu pengetahuan yang tidak bermakna,
pendidikan Indonesia masih belum mencapai taraf
namun diarahkan untuk kehidupan siswa dan tidak
signifikan. Maka, diperlukan upaya untuk memperbaiki
berhenti pada materi pembelajaran saja.
dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya
Salah satu indikator pengembangan kecakapan hidup
yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, melalui
melalui pendidikan tercantum pada Undang-Undang
berbagai pendidikan dan pelatihan guru, peningkatan
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat (1) menyatakan
kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan
bahwa, ”Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
buku ajar, peningkatan manajemen pendidikan dan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
peningkatan kesejahteraan guru.
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah harus
Slamet (2002:1) menyebutkan bahwa tantangan
menyusun
pendidikan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
(KTSP)
dari waktu ke waktu meliputi empat hal, yaitu
Kurikulum dan
Tingkat
silabusnya
Satuan
dengan
cara
Pendidikan melakukan
penjabaran dan penyesuaian standar isi dan standar
pemerataan kesempatan, kualitas, efisiensi, dan relevansi.
kompetensi lulusan. Lebih lanjut dalam Peraturan
Pengenalan pendidikan kecakapan hidup pada semua
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar 368
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
Nasional Pendidikan pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa:
bentuk
Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain
muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
jasmani, olah raga, dan kesehatan.” Berdasarkan hal
dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Pada
tersebut, maka kurikulum Madrasah Tsanawiyah sangat
pasal 13 ayat (2) menyatakan bahwa: Pendidikan
mendukung dengan konsep pendidikan kecakapan hidup
Kecakapan Hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat
yang akan dikembangkan kepada siswa.
(1) mencakup kecakapan personal (pribadi), kecakapan
lain yang
Konsep
sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
sederajat
pendidikan
dilaksanakan
kecakapan
hidup
melalui
menjadi
wacana yang gencar dikumandangkan oleh jajaran
Pada panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini juga
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kurikulum untuk
diperkuat dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 20
Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI)/ Sekolah
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
(SMP)/
Sekolah
BSNP pasal 13, bahwa pada tingkat pendidikan dasar dan
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
menengah atau sederajat dapat memasukkan pendidikan
Menegah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Sekolah
kecakapan hidup. Dengan adanya aturan ini apabila
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah
sekolah ingin melaksanakan pendidikan kecakapan hidup
Menengah
perlu menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan
Madrasah
Kejuruan
Tsanawiyah
(SMK)
(MTs)/
dapat
memasukkan
pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar itu, sekolah
pembelajaran.
formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan
Pada dasarnya, aspek kecakapan hidup tidak berdiri
pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup. Pada kurikulum
sendiri dalam mata pelajaran, akan tetapi menjadi satu
Madrasah Tsanawiyah mengacu
kesatuan yang dapat diintegrasikan pada setiap mata
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
pelajaran.
kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama
pengembangan diri dan atau kegiatan ekstrakurikuler,
mengenai kurikulum pendidikan keagamaan. Pada KTSP
misalnya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),
sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Pramuka, Seni Al Banjari, dan lain sebagainya.
yaitu:
(1)
kebutuhan,
berpusat dan
pada
potensi,
diintegrasikan
pada
Lembaga pendidikan islam yang mengembangkan
lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap
Tsanawiyah. Bersekolah di Madrasah Tsanawiyah siswa
terhadap perkembangan ilmu pegetahuan, teknologi, dan
diharapkan mampu mengetahui ajaran Islam secara
seni, (4) relevan dengan kebutuhan hidup. Sedangkan
mendalam, mempunyai akhlak yang terpuji, dan dapat
kurikulum Departemen Agama tertuang pada pasal 5 ayat
menyelesaikan problema kehidupan dengan bijaksana
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang
sesuai dengan perkembangan kognitif anak usia MTs.
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yaitu
Sehingga kecakapan hidup harus dimiliki siswa MTs
“kurikulum pendidikan agama dilaksanakan sesuai
ketika berhadapan dengan lingkungan sekitar, khususnya
Standar Nasional Pendidikan”. Hal ini sesuai pada pasal
teman sebaya. Hal ini dikarenakan siswa lebih sering
7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
berada di sekolah, apalagi jika mengikuti kegiatan
Tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu “Kelompok
ekstrakurikuler, bimbingan belajar, bahkan melakukan
mata
pada
kegiatan di luar rumah yang dilakukan bersama teman-
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
temannya. Perkembangan potensi siswa berjalan seiring
SMA/MA/SMALB/
perkembangan
dan
Paket
C,
akhlak
didik
juga
kecakapan hidup, salah satunya adalah Madrasah
agama
peserta
bisa
dan
pelajaran
keperntingan
perkembangan,
Serta
mulia
SMK/MAK,
atau
369
kecerdasan
personal
dan
perasaan
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
sosialnya. Kesadaran terhadap nilai dan norma dipelajari
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengemukakan
melalui pergaulan di dalam interaksi sosial dengan
pengertian
lingkungannya. Berdasarkan ciri-ciri perkembangan anak
kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
pada usia 12-15 tahun dapat dikembangkan general life
positif
skills yang meliputi kecakapan personal dan kecakapan
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam
sosial.
kehidupan secara efektif (Anwar 2006: 54).
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengenai
life
yang
skill
sebagai
keterampilan
memungkinkan
seseorang
atau
mampu
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami,
strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awang-
bahwa
awang mojosari
dalam mengembangkan kecakapan
kecakapan-kecakapan yang dapat membekali peserta
hidup siswa. fokus permasalahan dalam penelitian ini
didik dalam mengatasi berbagai macam problema-
yaitu: Bagaimana strategi
problema kehidupan.
mamba’ul-Ulum
Madrasah Tsanawaiyah
Awang-awang
mengembangkan
kecakapan
kecakapan
hidup
(life
skill)
merupakan
Mojosari
dalam
Kecakapan hidup (life skill) tidak hanya berorientasi
siswa?.
Tujuan
pada satu kemampuan saja, namun juga memiliki
hidup
penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi Madrasah
kemampuan
dasar
Tsanawaiyah mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari.
kemampuan
individu
penelitian
dalam
kehidupannya. Maksudnya, selain seseorang mempunyai
mengembangkan kecakapan hidup siswa. Kecakapan
kecakapan tertentu dalam bidang tertentu, ia juga
hidup (life skill) merupakan kecakapan yang dimiliki
memiliki
seseorang
membekali dan menunjang dirinya untuk dapat eksis di
ini
membahas
anak
permasalahan
cara
untuk
hidup
madrasah
mampu
secara
wajar
memecahkan dan
menjalani
lainnya, untuk
kecakapan-kecakapan
yaitu tetap
dasar
kemampuaneksis
lain
dalam
yang
kehidupannya.
kehidupan secara bermartabat tanpa merasa tertekan,
Hal ini sesuai dengan pengertian, bahwa kecakapan
kemudian secara proaktif mencari serta menemukan
hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu
solusi,
(vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar
sehingga
akhirnya
mampu
mengatasinya
(Departemen Agama, 2005: 11).
pendukung secara fungsional, seperti membaca, menulis,
Kecakapan hidup merupakan pengembangan diri
dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,
untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
memiliki
menggunakan teknologi (Diksdasmen dalam Pusat
kemampuan
untuk
berkomunikasi
dan
berhubungan baik secara individu, kelompok maupun
Kurikulum, 2002: 4).
melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu
Pendidikan kecakapan hidup adalah salah satu usaha
(Hopson dan Scally dalam Pusat Kurikulum, 2006: 4). Menurut
Brolin,
kecakapan
hidup
untuk membimbing dan membantu aktualisasi potensi
merupakan
diri peserta didik agar dapat mencapai sejumlah
interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan,
kompetensi, baik berupa pengetahuan, sikap, nilai, dan
sehingga seseorang mampu hidup mandiri (Brolin dalam
keterampilan yang mengarah pada kemampuan untuk
Pusat Kurikulum, 2006: 4).
proaktif dalam memecahkan permasalahan kehidupan
Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan
dan menjalani kehidupan secara bermartabat dan
yang dimiliki seseorang anak untuk mampu memecahkan
mandiri. Maka dari itu, pendidikan kecakapan hidup
permasalahan
harus merefleksikan nilai-nilai yang terdapat dalam
hidup
secara
wajar
dan
menjalani
kehidupan secara bermartabat tanpa merasa tertekan,
kehidupan
kemudian secara proaktif mencari serta menemukan
diupayakan relevansinya dengan nilai-nilai kehidupan
solusi,
nyata, sehingga pendidikan akan bersifat aplikatif,
sehingga
akhirnya
mampu
mengatasinya
(Departemen Agama, 2005: 11).
nyata
sehari-hari.
Pendidikan
perlu
realistis, kontekstual, dan pada akhirnya pendidikan akan 370
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
menjadi lebih mempunyai makna, serta benar-benar
kemampuan bekerjasama atas dasar simpati maupun
mampu membimbing dan membantu generasi muda agar
empati untuk membangun semangat komunalitas yang
bisa eksis serta unggul di dalam kehidupannya.
harmonis.
Menurut konsep yang ada, kecakapan hidup dapat dikelompokkan
menjadi
jenis
bersifat
khusus
merupakan
kecakapan yang diperlukan sesorang untuk menghadapi
kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life
permasalahan pada bidang-bidang tertentu. Kecakapan
Skill/GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus
ini
(Specific Life Skill/SLS). Untuk memperjelas konsep
vokasional. Kecakapan akademik dapat dipahami dengan
dari kecakapan hidup tersebut, berikut ini ilustrasi bagan
kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah.
yang menggambarkan bagian-bagian kecakapan hidup.
Kecakapan ini pada dasarnya adalah pengembangan dari
yang bersifat
utama,
yang
yaitu
Kecakapan hidup
dua
Kecakapan
meliputi kecakapan akademik dan kecakapan
umum dapat
bagian kecakapan berpikir pada kecakapan hidup
diartikan kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik
generik. Jika kecakapan berpikir masih bersifat umum,
yang sedang menempuh pendidikan, sedang bekerja, dan
maka kecakapan akademik adalah bagian yang lebih
yang tidak bekerja. Kecakapan hidup generik terdiri atas
terfokuskan
kecakapan personal dan kecakapan sosial.
keilmuan/akademik. Kecakapan akademik lebih cocok
pada
kegiatan
yang
bersifat
Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam
untuk dikembangkan pada jenjang pendidikan menegah
memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan
dan pendidikan tinggi. Kecakapan akademik juga terkait
berpikir (thinking skill). Kecakapan ini diperlukan
dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan
seseorang untuk dapat mengaktualisasikan pribadinya
pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional
dan menemukan jati dirinya dengan cara menguasai dan
merupakan kecakapan yang berkaitan dengan suatu
merawat jiwa dan raga.
bidang kejuruan atau keterampilan yang meliputi
Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan
keterampilan fungsional, keterampilan bekerja, dan lain-
penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
lain. Kecakapan ini lebih menekankan pada kecakapan
Esa, sebagai anggota didalam masyarakat dan warga
pada bidang pekerjaan yang mengandalkan keterampilan
negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
motorik. Sementara itu Slamet (Anwar, 2006: 35)
kekurangan yang dimiliki dan sebagai modal dalam
membagi kecakapan hidup menjadi dua bagian, yaitu
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat
kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Kecakapan
bagi lingkungannya. Kecakapan berpikir mencakup,
yang bersifat dasar adalah kecakapan universal dan
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan
berlaku sepanjang jaman, tidak tergantung perubahan
informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta
waktu dan ruang yang merupakan pilar bagi peserta didik
memecahkan masalah secara kreatif.
untuk mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat
Manusia selain sebagai makhluk individu juga
instrumental. Sedangkan, kecakapan instrumental adalah
sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan
kecakapan yang relatif, kondisional, dan dapat berubah
dengan manusia lainnya, dalam pergaulan ini manusia
sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, kondisi,
dituntut untuk mempunyai kecakapan sosial agar terjadi
dan harus mengalami perubahan secara dinamis, karena
keselarasan dalam hidup bersosial. Kecakapan sosial
perubahan kehidupan berlangsung secara terus menerus,
terbagi dalam kecakapan komunikasi dan kecakapan
maka
bekerjasama.
antisipatif.
Kecakapan
komunikasi
merupakan
diperlukan
keterampilan
yang
adaptif
dan
kemampuan individu dalam berkomunikasi secara baik,
Adapun kategori dimensi kecakapan hidup yang
mudah dimengerti, dan menunjukkan perhatian kepada
bersifat dasar dan instrumental menurut Slamet adalah
lawan
sebagai berikut:
bicara.
Kecakapan
bekerjasama
merupakan
371
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
a)
Kecakapan dasar:
Maka dari itu, pendidikan sudah seyogyanya
1.
Kecakapan belajar terus menerus,
mengoptimalkan
2.
Kecakapan membaca, menulis, dan mendengar,
peserta didik. Pendidikan menjadikan kemampuan
3.
Kecakapan berkomuniksi secara lisan, tertulis,
peserta didik untuk terampil di dalam kehidupannya, di
tergambar, dan mendengar,
antaranya adalah melalui pendidikan yang berorientasi
Kecakapan berpikir induktif, deduktif, ilmiah,
pada kecakapan hidup. Konsep pendidikan kecakapan
nalar,
hidup sangat tepat sebagai upaya dalam dunia pendidikan
4.
5.
kritis,
kreatif,
lateral,
eksploratif,
untuk menjawab persoalan pendidikan nasional. Hal itu
Kecakapan kalbu, spiritual, emosional, rasa, dan
terkait dengan lulusan sekolah yang dianggap kurang
moral,
kompeten dan belum memiliki keterampilan yang cukup.
Kecakapan mengelola kesehatan badan,
7.
Kecakapan
merumuskan
upaya-upaya
yang
Program pendidikan keterampilan yang dinilai tidak
kepentingan diperlukan
dan
hanya efektif dalam pelaksanaan pengajaran teori, akan
untuk
tetapi efektif juga untuk pengajaran praktek. Semaksimal
memenuhinya,
mungkin,
Kecakapan berkeluarga dan bersosial.
aplikasi atau prakteknya dalam kehidupan yang nyata,
b) Kecakapan instrumental: 1.
2.
kelebihan-kelebihan
discovery, dan berpikir sistem,
6.
8.
perkembangan
pembelajaran teori dihubungkan dengan
sehingga diharapkan peserta didik menguasainya sebagai
Kecakapan menggunakan dan memanfaatkan
kecakapan hidup, baik kecakapan hidup dasar, kecakapan
teknologi dalam kehidupan,
hidup umum maupun operasional yang lebih tinggi
Kecakapan mengelola sumber daya manusia dan
(Nana, 2006:32).
sumber daya selebihnya,
Tujuan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan
3.
Kecakapan bekerja sama dengan orang lain,
hidup adalah memfungsikan pendidikan sebagai wahana
4.
Kecakapan memanfaatkan informasi,
pengembangan fitrah manusia, yaitu mengembangkan
5.
Kecakapan
menggunakan
sistem
dalam
seluruh potensi peserta didik sehingga sadar akan tugas
kehidupan,
dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah SWT
6.
Kecakapan berwirausaha,
untuk siap menjalani hidup serta menghadapi perannya
7.
Kecakapan keterampilan kejuruan, termasuk
dimasa yang akan datang (Departemen Agama, 2005:8).
olahraga dan seni,
Tujuan
8.
Kecakapan
memilih,
menyiapkan,
dan
Kecakapan
menjaga
yang
berorientasi
pada
pengembangan kecakapan hidup secara spesifik menurut
mengembangkan karir, 9.
pendidikan
Anwar (2006:43-44) adalah: harmoni
dengan
a.
lingkungan,
Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap, dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui
Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-
pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan
nilai Pancasila.
pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-
Pada hakekatnya, manusia telah diberikan potensi-
hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga
potensi yang sangat luar biasa, sehingga diperlukan suatu
kelangsungan hidup dan perkembangannya.
proses pendidikan untuk mengoptimalkan potensi-
b.
Memberikan
wawasan
yang
luas
tentang
potensi tersebut. Firman Allah SWT dalam QS Ar Ra’d
pengembangan
ayat 11, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
pengenalan diri, eksplorasi karir, otoritas karir,
keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan
dan penyiapan karir.
diri mereka sendiri”.
c.
karir
yang
dimulai
dari
Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-
372
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
nilai
d.
e.
kehidupan
dapat
Kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan yang
memampukan peserta didik untuk berfungsi
berciri khas agama Islam atau MTs adalah diharapkan
menghadapi kehidupan masa depan yang sarat
mampu untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam secara
kompetisi dan kolaborasi sekaligus.
mendalam, minimal dengan bersekolah di sekolah yang
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
berciri khas agama Islam atau MTs, peserta didik
sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis
mempunyai
sekolah
peningkatan
menyelesaikan problema-problema kehidupan dengan
kemandirian sekolah, partisipasi pengambil
benar dan bijak. MTs yang peserta didiknya rata-rata
kebijakan, dan fleksibilitas pengelolaan sumber
berusia antara 12-15 tahun atau yang lebih dikenal
daya sekolah.
dengan anak usia ABG, tentunya mempunyai tingkat
Memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan
kesukaran yang lebih tinggi dari siswa SD. Apalagi jika
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-
siswa MTs adalah lulusan SD yang notabene rata-rata
hari, seperti kesehatan mental dan fisik,
kurang paham tentang ajaran agama Islam serta apabila
kemiskinan, kriminal, pengangguran, narkoba,
memilih MTs hanya gara-gara tidak lolos seleksi masuk
dan kemajuan iptek.
SMP Negeri. Peserta didik dengan rentang usia antara
dengan
sehari-hari
mendorong
yang
akhlak
yang
terpuji
dan
mampu
Manfaat pendidikan kecakapan hidup bagi peserta
12-15 tahun sangat rentan sekali terhadap hal-hal yang
didik pada umumnya sebagai bekal peserta didik dalam
sensitif, karena pemikiran mereka sangatlah labil. Maka
menghadapi dan memecahkan masalah dikehidupannya.
dari itu, orang tua yang lebih percaya anaknya
Baik sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri warga
mengenyam pendidikan di MTs mempunyai harapan
masyarakat maupun sebagai warga Negara (Departemen
agar anaknya kelak menjadi pribadi yang bijak dan
Agama, 2005:9). Apabila hal tersebut dapat tercapai
budiman.
dengan
pendidikan kecakapan hidup yang menandakan, bahwa
maksimal,
maka
problema-problema
yang
Salah
satunya
pendidikan
dengan
haruslah
adanya
konsep
dialami oleh siswa perlahan akan terselesaikan dengan
proses
mengimplementasikan
baik dan benar. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia dan
kecakapan hidup. Proses pendidikan ini mencakup
tuntunan agama islam.
bentuk-bentuk belajar secara formal yang menekankan pada kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
Pada era global seperti saat ini, pendidikan memang
akademik, dan kecakapan vokasional.
sebagai sebuah tren baru. Menjamurnya sekolah-sekolah
Pendidikan kecakapan hidup merupakan bukan hal
baru yang berbasis Islam merupakan tanda bahwa,
baru dalam dunia pendidikan. Dalam pelaksanaannya,
keinginan pasar atau publik sangat tinggi untuk
Madrasah sebagai penyelenggara pendidikan masih perlu
menyekolahkan anaknya di sekolah yang berbasis agama
panduan
Islam, salah satunya seperti Madrasah Tsanawiyah.
kecakapan hidup yang diinginkan. Pendidikan kecakapan
Madrasah Tsanawiyah atau yang lebih dikenal dengan
hidup
nama MTs merupakan sekolah lanjutan setelah SD atau
memperhatikan tingkat perkembangan siswa sesuai
MI. MTs adalah sekolah umum yang mempunyai ciri
dengan jenjang pendidikan dan jenis kelamin.
agar
yang
sesuai
dengan
dilaksanakan
di
konsep
pendidikan
Madrasah
perlu
khas agama, yaitu agama Islam. Meskipun MTs berciri
Mengingat situasi sekolah dan kondisi lingkungan
khas Islam, MTs tetap memberikan porsi pendidikan
sekolah yang beragam dan masing-masing sekolah juga
pada umumnya akan tetapi lebih banyak memberikan
memiliki kekhususan, pelaksanaan pendidikan kecakapan
materi pendidikan keagamaan dibandingkan dengan
hidup perlu memperhatikan keragaman dan kekhususan
sekolah umum non-keagamaan.
masing-masing lembaga (Tim Bbe Depdiknas, 2003:26). Misalnya, pada lembaga pendidikan MTs yang hampir
373
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
seluruh
siswanya
ingin
melanjutkan
ke
jenjang
pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa
pendidikan selanjutnya, kecakapan hidup dipandang
knowledge is construct by human. Atas dasar itu maka
perlu untuk mendapatkan penekanan. Sementara itu,
dikembangkan pembelajaran kontruktivis yang membuka
sekolah yang mempunyai kondisi lingkungan berbasis
peluang
industri bermuatan teknologi, akan sangat tepat jika
memberdayakan diri. Cara yang belajar yang baik adalah
sekolah tersebut mengembangkan pendidikan teknologi
siswa
dasar. Perlu diperhatikan,
pemahamannya.
bahwa pada umumnya
seluas-luasnya
mengkonstruksi
kepada
siswa
sendiri
secara
untuk
aktif
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup adalah sesuai
Pendekatan kontekstual dapat dipandang sebagai
dengan konteks kehidupan nyata siswa, sehingga
artikulasi dari prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan
pendidikan tidak terpisah dengan dunia nyata.
islam, salah satunya yaitu pembiasaan, alqur’an dan
Untuk lebih jelasnya, pola pelaksanaan kecakapan
hadits menjadikan pembiasaan itu sebagai salah satu
hidup dibagi menjadi lima bagian, yaitu reorientasi
teknik atau metode pendidikan yang dilakukan secara
pembelajaran, pengembangan budaya sekolah untuk
bertahap dalam menciptakan kebiasaan yang baik dan
mendukung pembelajaran, pengembangan manajemen
menghilangkan kebiasaan yang buruk dalam diri
sekolah, pengembangan hubungan sinergis dengan
seseorang, baik dalam bentuk perbuatan, maupun juga
masyarakat, dan program kecakapan pra-vokasional bagi
dalam bentuk perasaan dan pikiran. Pada pembelajaran di
siswa
tidak
MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari terdapat
melanjutkan (Tim Bbe Depdiknas, 2003:26-35). Salah
pembiasaan sebelum memulai mata pelajaran, yang
satu pola pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup yang
meliputi pembiasaan dalam bidang akidah, fiqih,
diterapkan di MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang
alqur’an dan hadits, serta hafalan doa sehari-hari. Hal ini
Mojosari adalah melalui reorientasi pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan kecakapan ubudiyah
didalamnya terdapat model pembelajaran kontekstual dan
dan kecakapan akhlakul karimah siswa.
yang
potensial
putus
sekolah
atau
pembiasaan, serta melalui pengembangan diri.
Pengertian pengembangan diri adalah kegiatan
Komponen pendidikan kecakapan hidup bukan
pendidikan di luar mata pelajaran wajib yang merupakan
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri dan tidak
bagian integral dari kurikulum sekolah atau madrasah.
ada penambahan jam pelajaran khusus. Pada reorientasi
Kegiatan
pembelajaran
mengatur
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang
pendidikan
dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling
kecakapan hidup ke dalam mata pelajaran. Reorientasi
serta kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan kecakapan
pembelajaran
kurikulum,
yang
diperlukan
khususnya
melaksanakan
dapat
adalah
pengintegrasian
dilakukan
pendidikan
pula
pengembangan
dapat
dilakukan
merupakan
melalui
upaya
dengan
cara
hidup
hidup
yang
ekstrakurikuler, misalnya pramuka, PMR, OSIS, dan
kecakapan
juga
diri
disajikan secara tematis menganai problema-problema
lain-lain.
kehidupan sehari-hari. Metode atau cara yang digunakan
kesempatan
adalah pemecahan masalah secara khusus yang dapat
mengembangkan
dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran lain untuk
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
memperkuat penguasaan konsep kecakapan hidup.
perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
Kegiatan tersebut bertujuan
kegiatan
kepada dan
peserta
memberikan
didik
mengekspresikan
diri
untuk sesuai
kondisi sekolah atau madrasah.
karakterisitik siswa dan kondisi lingkungan adalah pembelajaran kontekstual, yaitu proses pembelajaran
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang dikaitkan dengan konteks dimana siswa berada.
dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2009: 14),
Pembelajaran
pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti pada
kontekstual
merupakan
rancangan 374
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
populasi atau sampel tertentu, teknik pengumpulan
Variabel dalam penelitian ini adalah strategi MTs
sampel pada umumnya dilakukan secara random,
Mamba’ul-Ulum
Awang-Awang
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
mengembangkan
kecakapan
analisis data bersifat kuantitatif. Menurut Whitney
Madrasah adalah cara-cara atau teknik guru dalam
(dalam Nazir, 2003: 54), metode deskriptif adalah
mengembangkan kecakapan hidup siswa.
hidup
Mojosari siswa.
dalam Strategi
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Nazir
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
(2003: 54) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
melalui angket dan wawancara. Angket merupakan
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-
kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008: 147).
kegiatan,
serta
Angket berupa sejumlah pertanyaan dan pernyataan
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
kepada guru dalam mengembangkan kecakapan hidup
pengaruh dari suatu fenomena.
pada siswa.
sikap-sikap,
pandangan-pandangan,
Penelitian dilaksanakan di MTs Mamba’ul-Ulum,
Angket berupa data yang diambil untuk menjawab
Awang-Awang, Mojosari yang berlokasi di Jalan Ahmad
rumusan masalah mengenai strategi MTs Mamba’ul-
Yani,
Mojosari,
Ulum Awang-Awang Mojosari dalam mengembangkan
Kabupaten Mojokerto. Alasan memilih MTs Mamba’ul-
kecakapan hidup siswa, melalui seperangkat instrumen
Ulum
didalam
pertanyaan yang diberikan kepada guru MTs Mamba’ul-
kurikulum yang diterapkan di MTs tersebut, terdapat
Ulum Awang-Awang Mojosari yang menjadi sampel
pendidikan kecakapan hidup yang berguna untuk
penelitian. Angket terdiri dari tiga puluh lima (35)
mengembangkan potensi-potensi siswa, sehingga mereka
pertanyaan dengan disertai beberapa kemungkinan
mampu memanfaatkan ilmu yang diterima dan dapat
jawaban sehingga responden dapat memilih jawaban
memecahkan problema kehidupan sesuai dengan nilai
yang dinilai paling sesuai disertai dengan alasan. Dari
dan norma agama Islam. Waktu penelitian mulai dari
jawaban masing-masing item soal disediakan empat
bulan Februari sampai bulan April 2013.
alternatif jawaban.
Desa
Awang-Awang,
sebagai
objek
Kecamatan
penelitian,
karena
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek
yang
mempunyai
kualitas
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
dan
tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan
2009:80). Menurut Arikunto (2006: 130), populasi
itu (Moleong, 2011: 135). Wawancara dalam penelitian
adalah keseluruhan objek penelitian. Berdasarkan uraian
ini dilakukan dengan bertanya kepada guru untuk
tersebut, maka penelitian ini adalah penelitian populasi
mendapatkan informasi tentang strategi Madrasah dalam
karena yang akan diteliti adalah 36 guru MTs Mamba’ul-
mengembangkan kecakapan hidup siswa.
Ulum Awang-Awang Mojosari.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitk
ini untuk memperoleh data-data yang relevan dan untuk
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:
mendapatkan data secara objektif, kuat, dan dapat
81). Sedangkan Arikunto (2002: 112) mengatakan bahwa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Teknik analisis
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
data juga digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
diteliti, maka penelitian ini menggunakan penelitian
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
populasi, karena seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu
yaitu analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis
36 guru MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari.
375
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
deskriptif kuantitatif menggunakan metode prosentase.
dan menghilangkan kebiasaan yang buruk dalam diri
Adapun rumus analisis data yang dipakai sebagai berikut:
seseorang, baik dalam bentuk perbuatan, maupun juga dalam bentuk perasaan dan pikiran. Pada pembelajaran di MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari terdapat
Keterangan:
pembiasaan sebelum memulai mata pelajaran, yang
P = Nilai persentase strategi guru
meliputi
n = Jumlah guru yang memilih
untuk
Setelah diperoleh hasil akhir yang berupa persentase,
1.
76%-100% adalah kategori sangat baik.
2.
51%-75% adalah kategori baik.
3.
26%-50% adalah kategori cukup baik.
4.
0%-25% adalah kategori kurang baik.
yang
diteliti.
dikembangkan kecakapan
dan
analisis
data.
Dengan
lebih ditekankan
siswa,
Kecakapan
khususnya mengenal
pada
kecakapan diri
melalui
Kecakapan mengenal diri melalui Ketakwaan dalam mengemban
amanah-Nya
sebagai
makhluk
Allah
mempunyai skor 124. Kecakapan mengenal diri melalui
mengambil kesimpulan adalah kepastian
diri.
siswa
menghayati sebagai makhluk Allah mempunyai skor 119.
Mengajarkan siswa untuk mengamalkan doa sehari-hari
akan
mempunyai
kebenaran dari suatu penelitian yang berdasarkan hasil pengolahan
dan
tertinggi yaitu 126. Kecakapan mengenal diri melalui
dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya dari suatu
memperoleh
ubudiyah
pembiasaan taat beribadah kepada Allah mempunyai skor
Dengan
sampel dan selajutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga
untuk
pada
personal
mengenal
persentase, maka akan dapat menggambarkan keadaan
cara
kecakapan
hari sebelum jam pertama dimulai. Kecakapan hidup yang
menggunakan teknik ini, dimana hasilnya berupa
sebagai
mengembangkan
hidup siswa melalui pembiasaan yang dilaksanakan setiap
hasil persentase yang akan digunakan sebagai hasil
Tindakan
fiqih
Ulum Awang-awang dalam mengembangkan kecakapan
Kriteria penelitian ini sebagai pengkategorian dari
populasi.
akhlak,
analisis angket strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-
berikut:
masalah
bidang
kecakapan akhlakul karimah siswa. Berdasarkan hasil
maka dikualifikasikan adanya kriteria penelitian sebagai
tentang
dalam
praktikum, dan hafalan doa sehari-hari. Hal ini bertujuan
N = Jumlah sampel total
penelitian
pembiasaan
skor
119.
Kecakapan
mengenal
diri
mempunyai skor rata-rata sebesar 165,33. Sedangkan
menarik
pengembangan kecakapan berpikir melalui Menggunakan
kesimpulan, berarti akan memberi jawaban tentang benar
cara berpikir yang menunjukkan kesadaran diri siswa
atau tidaknya dari permasalahan yang diajukan dalam
mempunyai skor 119. Kecakapan berpikir melalui
penelitian ini.
Menggunakan cara berpikir yang menilai sama hak dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data angket yang dihasilkan melalui
kewajiban diri sendiri dan orang lain mempunyai skor
penelitian tentang strategi yang diterapkan Madrasah
116. Kecakapan berpikir melalui Cara berpikir untuk
Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awang-awang Mojosari
memahami doa
dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa melalui
Kecakapan berpikir mempunyai skor rata-rata 117,66.
pembiasaan,
Pengembangan kecakapan hidup aspek kecakapan sosial
pembelajaran
kontekstual,
dan
sehari-hari mempunyai
skor 118.
khususnya kecakapan komunikasi melalui pembiasaan
pengembangan diri. program
berkomunikasi dengan baik mempunyai skor 116.
pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari yang
Kecakapan komunikasi mempunyai skor rata-rata 116.
berdasarkan alqur’an dan hadits. Pembiasaan itu sebagai
Sedangkan
salah satu teknik atau metode pendidikan yang dilakukan
melalui
secara bertahap dalam menciptakan kebiasaan yang baik
mempunyai skor 118. Kecakapan bekerjasama melalui
Pembiasaan
merupakan
salah
satu
pengembangan
pembiasaan
Kecakapan
bekerjasama
bekerjasama
dalam
bergaul
pembiasaan sikap yang menunjukkan kepedulian sosial 376
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
mempunyai
skor
113.
Kecakapan
bekerja
sama
berperilaku yang sesuai dengan tuntunan islam, pada
mempunyai skor rata-rata 115,5.
aspek fiqih praktikum, siswa diajarkan bagaimana
Strategi pembiasaan yang diterapkan di MTs
merawat jenazah, dan pada aspek hafalan doa sehari-hari
Mamba’ul-Ulum Awang-Awang Mojosari terdiri dari
siswa
beberapa sub indikator. Sub indikator mengajarkan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala
pembiasaan taat beribadah kepada Allah termasuk dalam
Madrasah dengan adanya pembiasaan ini, kecakapan
kategori ”baik”, sub indikator menghayati diri sebagai
hidup siswa lebih berkembang, karena pembiasaan
makhluk Allah dalam kategori ”kurang baik”, sub
dilakukan setiap hari dan materinya lebih menekankan
indikator ketakwaan dalam mengemban amanah-Nya
pada praktiknya,
sebagai makhluk Allah dalam kategori ”baik”, sub
memahami pembiasaan, serta dengan adanya program
indikator mengajarkan siswa untuk mengamalkan doa
pembiasaan kecakapan hidup siswa jadi berkembang,
sehari-hari
dalam
kategori
”baik”,
sub
indikator
karena
Menggunakan cara berpikir yang menunjukkan kesadaran
diajarkan
siswa
untuk
selalu
jadi siswa
diberi
bekal
mengamalkannya.
lebih mudah
untuk
dalam
mempraktekkan
pengetahuannya di lingkungannya masing-masing.
diri siswa dalam kategori ”kurang baik”, sub indikator
Strategi yang keduaadalah melalui pembelajaran
menggunakan cara berpikir yang menilai sama hak dan
kontekstual. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
kewajiban diri sendiri dan orang lain pada kategori
dengan karakterisitik siswa dan kondisi lingkungan adalah
“baik”, sub indikator cara berpikir untuk memahami doa
pembelajaran kontekstual, yaitu proses pembelajaran
sehari-hari
dalam
kategori
“baik”,
sub
indikator
yang dikaitkan dengan konteks dimana siswa berada.
Pembiasaan berkomunikasi dengan baik dalam kategori
Pembelajaran
“baik”, sub indikator pembiasaan bekerjasama dalam
pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa
bergaul pada kategori “baik”, sub indikator pembiasaan
knowledge is construct by human. Atas dasar itu maka
sikap yang menunjukkan kepedulian sosial pada kategori
dikembangkan pembelajaran kontruktivis yang membuka
“baik”.
peluang
Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
pembiasaan
kontekstual
merupakan
seluas-luasnya
kepada
rancangan
siswa
untuk
memberdayakan diri. Cara yang belajar yang baik adalah
merupakan strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-
siswa
Ulum Awang-awang Mojosari dalam mengembangkan
pemahamannya. Berdasarkan hasil analisis angket strategi
kecakapan hidup siswa, terutama kecakapan personal dan
Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-Ulum Awang-awang
kecakapan
dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa melalui
sosial
siswa
khususnya
dalam
bidang
mengkonstruksi
secara
pembelajaran
Kepala Kurikulum MTs Mamba’ul-Ulum Awang-awang
dikembangkan
Mojosari, pembiasaan merupakan program rutin setiap
kecakapan
tahun pelajaran, rancangan kurikulum mengarah pada
mengenal
pengembangan kecakapan hidup siswa. Pembiasaan
menyadari potensi diri mempunyai skor 113. Kecakapan
dibimbing oleh para guru agama maupun para guru
mengenal diri melalui Menyadari bahwa tahu akan
pesantren
Mamba’ul-Ulum
Awang-awang
kelebihan
pada
personal diri.
dan
Kecakapan
aktif
keagamaan. Berdasarkan wawancara dengan Wakil
pondok
kontekstual.
sendiri
siswa siswa,
Kecakapan
kekurangan
hidup
yang
lebih ditekankan
pada
khususnya mengenal
mempunyai
kecakapan diri
melalui
skor
104.
Mojosari. Pembiasaan dilakukan setiap sebelum jam
Kecakapan mengenal diri melalui memberikan contoh
pertama dimulai. Pada umumnya pembiasaan ini berisi
kepada siswa sebagai makhluk Allah untuk menjalankan
mengenai materi akhlak, fiqih praktikum, dan hafalan doa
perintah-Nya dengan belajar yang baik mempunyai skor
sehari-hari, pembiasaan tidak terpaku pada pembelajaran
126. Kecakapan mengenal diri mempunyai skor rata-rata
teoritik, akan tetapi lebih menekankan pada praktiknya
114,33. Sedangkan pengembangan kecakapan berpikir
langsung. Contohnya pada aspek akhlak siswa diajarkan
siswa melalui Memberikan kesempatan kepada siswa
377
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri
kepada siswa untuk membentuk kelompok-kelompok
mempunyai skor 111. Kecakapan berpikir melalui
belajar mempunyai skor 109. Kecakapan bekerjasama
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
mempunyai skor rata-rata 108.
pengamatan-pengamatan
mempunyai
109.
Strategi pembelajaran kontekstual yang diterapkan di
Kecakapan berpikir melalui Memberikan kesempatan
MTs Mamba’ul-Ulum Awang-Awang Mojosari terdiri
kepada siswa untuk menggali dan mengolah informasi
dari beberapa sub indikator. Sub indikator mengupayakan
mempunyai skor 111. Kecakapan berpikir melalui
kepada siswa untuk menyadari potensi diri termasuk pada
Memberikan
untuk
kategori “baik”, menyadari bahwa tahu akan kelebihan
mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui mempunyai
dan kekurangan termasuk pada kategori “baik”, sub
skor 110. Kecakapan berpikir melalui Memberikan
indikator memberikan contoh kepada siswa sebagai
contoh cara berpikir memproses materi dan membuat
makhluk Allah untuk menjalankan perintah-Nya dengan
keputusan dengan cara tepat mempunyai skor 113.
belajar yang baik termasuk pada kategori “baik”, sub
Kecakapan berpikir melalui Mengupayakan kepada siswa
indikator memberikan kesempatan kepada siswa untuk
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari mempunyai
menemukan dan menerapkan idenya sendiri termasuk
skor 113. Kecakapan berpikir melalui Mengupayakan
pada kategori baik, sub indikator memberikan kesempatan
kepada
kepada siswa untuk melakukan pengamatan-pengamatan
kesempatan
siswa
kepada
untuk melihat
skor
siswa
sudah sejauh mana
pengetahuan yang dibangun sebelumnya mempunyai skor
termasuk
112. Kecakapan berpikir mempunyai skor rata-rata
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali
111,29. Sedangkan pengembangan kecakapan hidup
dan mengolah informasi termasuk pada kategori “baik”,
khususnya
sub indikator memberikan kesempatan kepada siswa
kecakapan
sosial
terutama
kecakapan
pada
kategori
siswa untuk mengolah interaksi yang baik secara mandiri
termasuk pada kategori “baik”, sub indikator memberikan
mempunyai skor tertinggi 121. Kecakapan komunikasi
contoh cara berpikir memproses materi dan membuat
melalui Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
keputusan dengan cara tepat termasuk pada kategori
mengajukan dugaan-dugaan dengan komunikasi yang
“cukup baik”, sub indikator mengupayakan kepada siswa
baik mempunyai skor 107. Kecakapan komunikasi
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari termasuk
melalui Mengupayakan kepada siswa untuk berani
pada kategori “baik”, sub indikator mengupayakan
bertanya mempunyai skor 110. Kecakapan komunikasi
kepada
melalui Mengupayakan cara berpikir siswa untuk saling
pengetahuan yang dibangun sebelumnya termasuk pada
berinteraksi sesama teman yang efektif dan komunikatif
kategori “baik”, sub indikator memberikan kesempatan
mempunyai skor 109. Kecakapan komunikasi melalui
kepada siswa untuk mengolah interaksi yang baik secara
Memberikan contoh interaksi yang baik kepada siswa
mandiri termasuk pada kategori “baik”, sub indikator
mempunyai skor 120. Kecakapan komunikasi melalui
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
Mengupayakan
secara
dugaan-dugaan dengan komunikasi yang baik termasuk
komunikatif kejadian atau pengetahuan yang baru
pada kategori “baik”, sub indikator mengupayakan
diterima mempunyai skor 111. Kecakapan komunikasi
kepada siswa untuk berani bertanya termasuk pada
mempunyai skor rata-rata 113. Pengembangan kecakapan
indikator “baik”, sub indikator mengupayakan cara
bekerjasama melalui Memberikan kesempatan kepada
berpikir siswa untuk saling berinteraksi sesama teman
siswa
dan
yang efektif dan komunikatif pada kategoti “baik”, sub
menyimpulkan data dalam tugas kelompok mempunyai
indikator memberikan contoh interaksi yang baik kepada
skor 107. Kecakapan bekerjasama melalui Mengupayakan
siswa termasuk pada kategori “baik”, sub indikator
untuk
siswa
bekerjasama
merespon
mengumpulkan
378
yang
untuk melihat
sudah
inidikator
untuk
siswa
apa
sub
komunikasi melalui memberikan kesempatan kepada
kepada
mengkonfirmasi
“baik”,
diketahui
sudah sejauh mana
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
mengupayakan
kepada
siswa
merespon
secara
banjari.
Kegiatan
tersebut
kepada
bertujuan
komunikatif kejadian atau pengetahuan yang baru
kesempatan
diterima termasuk pada kategori “sangat baik”, sub
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
indikator memberikan kesempatan kepada siswa untuk
kebutuhan,
bekerjasama mengumpulkan dan menyimpulkan data
perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
dalam tugas kelompok termasuk pada kategori “baik”,
kondisi sekolah atau madrasah. Berdasarkan hasil analisis
dan sub indikator Mengupayakan kepada siswa untuk
angket tentang strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-
membentuk kelompok-kelompok belajar “baik”.
Ulum Awang-awang dalam mengembangkan kecakapan
potensi,
peserta
memberikan
bakat,
didik
minat,
untuk
kondisi
dan
Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran
hidup siswa melalui program pengenmbangan diri.
kontesktual merupakan strategi Madrasah Tsanawiyah
Kecakapan hidup yang dikembangkan pada siswa juga
Mamba’ul-Ulum
lebih ditekankan pada
Awang-awang
Mojosari
dalam
kecakapan personal siswa,
mengembangkan kecakapan hidup siswa. pembelajaran
khususnya kecakapan berpikir siswa. pengembangan
kontekstual dipandang sebagai model pembelajaran yang
kecakapan mengenal diri melalui mengaktualisasikan
sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi lingkungan
potensi diri mempunyai skor 112. Kecakakapan mengenal
siswa.
diri melalui Mengupayakan untuk bertindak tepat dan
Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala
Kurikulum
Mamba’ul-Ulum
Awang-awang
proporsional mempunyai skor 114. Kecakapan mengenal
Mojosari, pada proses belajar mengajar, menyarankan
diri mempunyai skor rata-rata 113. Pengembangan
kepada guru-guru untuk menerapkan model kontekstual
kecakapan berpikir melalui mengupayakan cara berpikir
dalam proses belajar mengajar, agar siswa lebih mudah
untuk menumbuhkan kreatifitas siswa mempunyai skor
dalam mengkontruksi sendiri pemahamannya dalam
115. Kecakapan berpikir melalui Mengupayakan kepada
pembelajaran dan tentunya guru sebagai fasilitatornya
siswa untuk amanah dalam mengemban tanggung jawab
untuk mencapai tujuan belajar siswa. Berdasarkan hasil
mempunyai skor 118. Kecakapan berpikir mempunyai
wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah tentang
skor
penerapan model pembelajaran kontekstual, diperoleh
kecakapan
temuan yaitu bertanya, membentuk kelompok dan refleksi
komunikasi melalui mengupayakan untuk berkomunikasi
merupakan
dengan baik mempunyai skor 113 dan kecakapan
cenderung
MTs
komponen sering
pembelajaran
digunakan
oleh
kontekstual
guru-guru
dan
rata-rata
116,5.
sosial
komunikasi
Sedangkan
khususnya
mempunyai
melalui
skor
kecakapan
rata-rata
Pengembangan
meningkat. Hal ini dikarenakan mereka menemukan
mengupayakan untuk bekerja sama dalam kelompok
sendiri pengetahuan dari berbagai sumber.
mempunyai skor 115. Kecakapan bekerjasama melalui
madrasah
dalam
bekerjasama
113.
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran cenderung
Strategi
kecakapan
pengembangan
melalui
mengembangkan
mengupayakan untuk dapat memimpin dengan sikap
kecakapan hidup siswa yang terakhir adalah melalui
simpati mempunyai skor 109. Kecakapan bekerja sama
pengembangan diri. Pengertian pengembangan diri adalah
mempunyai skor rata-rata 112.
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran wajib yang
Strategi pengembangan diri yang diterapkan di MTs
merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah atau
Mamba’ul-Ulum Awang-Awang Mojosari terdiri dari
madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan
beberapa sub indikator. Sub indikator mengupayakan
upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik
kepada siswa untuk mengaktualisasikan potensi diri
yang
dan
termasuk pada kategori “cukup baik”, sub indikator
konseling serta kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan
mengupayakan untuk bertindak tepat dan proporsional
kecakapan hidup juga dapat dilakukan melalui kegiatan
termasuk
OSIS dan ekstrakurikuler, misalnya pramuka dan seni al
mengupayakan
dilakukan
melalui
kegiatan
bimbingan
379
pada
kategori cara
“baik”,
berpikir
untuk
sub
indikator
menumbuhkan
Header halaman genap: Nama Jurnal. VoluStrSSme 0SSssss1 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
kreatifitas siswa termasuk pada kategori “baik”, sub
makhluk Allah dalam kategori ”kurang baik”, sub
indikator mengupayakan kepada siswa untuk amanah
indikator ketakwaan dalam mengemban amanah-Nya
dalam mengemban tanggung jawab termasuk pada
sebagai makhluk Allah dalam kategori ”baik”, sub
kategori “cukup baik”, sub indikator Mengupayakan
indikator mengajarkan siswa untuk mengamalkan doa
untuk berkomunikasi dengan baik termasuk pada kategori
sehari-hari
“baik”, sub indikator Mengupayakan untuk bekerja sama
Menggunakan
dalam kelompok termasuk pada kategori “baik”, dan sub
kesadaran diri siswa dalam kategori ”kurang baik”, sub
indikator mengupayakan kepada siswa untuk dapat
indikator menggunakan cara berpikir yang menilai sama
memimpin dengan sikap simpati termasuk pada kategori
hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain pada
“cukup baik”.
kategori “baik”, sub indikator cara berpikir untuk
dalam
kategori
cara
berpikir
”baik”, yang
sub
indikator
menunjukkan
Berdasarkan penjelasan di atas, pengembangan diri
memahami doa sehari-hari dalam kategori “baik”, sub
merupakan strategi Madrasah Tsanawiyah Mamba’ul-
indikator Pembiasaan berkomunikasi dengan baik dalam
Ulum Awang-Awang Mojosari dalam mengembangkan
kategori “baik”, sub indikator pembiasaan bekerjasama
kecakapan hidup siswa. Pengembangan diri yang
dalam bergaul pada kategori “baik”, sub indikator
dikembangkan pada MTs Mamba’ul-Ulum Awang-
pembiasaan sikap yang menunjukkan kepedulian sosial
Awang
pada kategori “baik”.
Mojosari
dilakukan
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan pada
bidang Kesiswaan dalam hal pengembangan diri terdapat
pihak madrasah baik kepala madrasah maupun guru agar
ekstrakurikuler yaitu pramuka, seni banjari, dan ada
menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang lebih
kegiatan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
variatif lagi, agar dapat lebih meningkatkan kemampuan
setiap hari minggu pukul 15.00 WIB dan diikuti oleh
kecakapan hidup siswa.
siswa kelas VII dan kelas VIII. Sedangkan kegiatan OSIS
DAFTAR PUSTAKA
mempunyai program kerja peringatan hari besar Islam
Rujukan Buku
maupun peringatan hari nasional, misalnya pada bulan
Anwar, 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi. Alfabeta: Bandung Al Qur’an dan terjemahnya. 2010. PT Sygma Examedia Arkanleema: Bandung Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Agama. 2005. Pedoman Integrasi Life Skill dalam Pembelajaran di MI & MTs. Jakarta: Dirjen Bagais Hasbullah, 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Keputusan Menteri Agama No. 369 Tahun 1993 Tentang Madrasah Tsanawiyah Moleong, Lexy J. 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia PP No. 19 Tahun 2005 Tentang BSNP Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung Syoudin, Nana. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung
puasa, anggota OSIS bertugas untuk menerima dan menyalurkan zakat fitrah, saat peringatan Idul Adha anggota OSIS bertugas untuk menerima, membagi, dan menyalurkan hewan kurban. Tentunya dengan mengikuti OSIS
maupun
ekstrakurikuler
lain
juga
dapat
mengembangkan kecakapan hidup siswa, khususnya kecakapan personal dan kecakapan sosial. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Strategi pembiasaan yang diterapkan di MTs Mamba’ul-Ulum Awang-Awang Mojosari terdiri dari beberapa sub indikator. Sub indikator mengajarkan pembiasaan taat beribadah kepada Allah termasuk dalam kategori ”baik”, sub indikator menghayati diri sebagai 380
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
Tim BBE Depdiknas. 2002. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya: Surabaya Intelectual Club Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoritis. PT Imperial Bakti Utama: Bandung UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Rujukan Internet id.wikipedia.org/wiki/Madrasah_tsanawiyah diakses pada 7 Desember 2012 Kiswoyowati, Amin. 2011. Jurnal Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Belajar Siswa terhadap Kecakapan Hidup Siswa. (Online). (jurnal.upi.edu/file/11-Amin_Kiswoyowati.pdf, diakses tanggal 20 Desember 2012) Pusat Kurikulum Dikti. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Online). (http://www.puskur.net/inc/mdl/070_model_pkh.pdf, diakses pada 7 Desember 2012) Sugianto, Dwi. 2011. Jurnal Implementasi Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Keterampilan (Kecakapan) Hidup Di Tingkat Pendidikan Dasar. (Online). (library.um.ac.id/images/.../pdfdwisugianto/kecakapa n%20hidup.pdf diakses tanggal 20 Desember 2012) Sukardi. 2008. Jurnal Analisis Pendidikan Life Skill Dalam Implemetasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Online). (isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5208190205.pdf diakses tanggal 20 Desember 2012) okezone.com/read/2012/10/24/373/708654 diakses pada tanggal 27 Februari 2013
381