JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
HUBUNGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN LITERASI SAINS PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MODEL PBM DAN STM (Diterima 14 November 2016; direvisi 30 Desember 2016; disetujui 31 Desember 2016) Galuh Rahayuni Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Nahdatul Ulama Al Ghazali, Cilacap Email:
[email protected]
Abstract The aims of this research were to find out: (1) correlation between critical thinking skills and science literacy, (2) indentify the instructional model that is better to improve student’s critical thinking skills, and (3) indentify the instructional model that is better to improve student’s science literacy. The research was quasi-experimental research that used randomized pretest-posttest comparison group design. The sampling technique used in this research was cluster random sampling. Data analysis technique used bivariate correlation product moment Pearsons and multivariate test with significance level of 0.05. The results of this research indicate that: (1) there is a strong correlation between critical thinking skills and science literacy, (2) science technology society instructional model is better than problem-based-learning instructional model to improve student’s critical thinking skills, and (3) science technology society instructional model is better than problem-based-learning instructional model to improve student’s science literacy. Keywords: Problem-Based-Learning, Science Technology Society, Critical Thinking Skills, Science Literacy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) korelasi antara keterampilan berpikir kritis dan literasi sains, (2) mengidentifikasi model pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan (3) mengidentifikasi model pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan literasi sains peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian Randomized PretestPosttest Comparison Group Design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji bivariat korelasi product moment Pearson dan multivariat dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) terdapat korelasi kuat antara keterampilan berpikir kritis dan literasi sains, (2) model STM lebih baik daripada PBL untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan (3) model STM lebih baik dari pada model PBM untuk menigkatkan literasi sains peserta didik. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, Keterampilan Berpikir Kritis, Literasi Sains
131
Huda, dkk (2013) yang menyatakan
PENDAHULUAN Secara
umum
sains
bahwa pendidikan IPA merupakan salah
memiliki arti sebagai Ilmu Pengetahuan.
satu aspek pendidikan sebagai alat untuk
Oleh karena itu, sains didefinisikan
mencapai
sebagai kumpulan pengetahuan yang
membangkitkan individu-individu yang
tersusun
berliterasi IPA.
secara
istilah
sistematis,
sehingga
tujuan
pendidikan,
yaitu
secara umum istilah sains mencakup Ilmu
Literasi IPA merupakan suatu hal
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu
yang sangat penting untuk dikuasai setiap
Pengetahuan Alam (IPA). Secara khusus,
individu karena hal ini berkaitan erat
istilah sains dimaknai sebagai Ilmu
dengan
Pengetahuan Alam (IPA) atau natural
memahami
science. Depdiknas (2011) menyatakan
masalah-masalah lain yang dihadapi oleh
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
masyarakat
berkaitan
dengan
bergantung pada perkembangan ilmu
berbagai
fenomena
upaya
memahami
alam
bagaimana
seseorang
lingkungan
modern
hidup
yang
dapat dan
sangat
secara
pengetahuan dan teknologi, termasuk
sistematis, sehingga IPA bukan hanya
juga masalah sosial kemasyarakatan.
penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Akan tetapi, sampai tahun 2011 tujuan
berupa
dari pendidikan tersebut belum tercapai
fakta-fakta,
prinsip-prinsip
konsep-konsep,
saja,
tetapi
juga
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
merupakan suatu proses penemuan. Berdasarkan mempelajari
IPA,
kedalaman Chiappetta
rendahnya hasil survei TIMSS (Trends in cara
International Mathemathic and Science
dan
Study)
dan
The
Programme
For
Koballa (2010) menyatakan bahwa IPA
International Student Assesment (PISA)
harus dipandang dari 4 dimensi, yaitu
yang
IPA sebagai cara berpikir, IPA sebagai
peringkat 10 besar terbawah. TIMSS
cara untuk menyelidiki, IPA sebagai
merupakan studi internasional tentang
sebagai batang tubuh pengetahuan, serta
prestasi matematika dan IPA siswa SMP
IPA dan interaksinya dengan teknologi
yang dikoordinasikan oleh IEA (The
dan masyarakat. Oleh karena itulah,
International
dalam kegiatan pembelajarannya harus
Evaluation of Educational Achievement).
mencakup 4 dimensi IPA agar tujuan
Berdasarkan hasil survei dari TIMSS
pendidikan IPA yaitu menumbuhkan
pada tahun 2011 dilaporkan bahwa
peserta didik yang berliterasi sains dapat
prestasi belajar IPA siswa kelas VIII di
terwujud. Hal ini senada dengan yang
Indonesia berada pada peringkat 40 dari
dinyatakan oleh Sadia (1998) dalam
42 negara peserta TIMSS (Utomo, 2011).
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
132
menempatkan
Indonesia
Association
for
pada
the
Rahayuni
Dari
hasil
PISA,
Elianur
(2011)
Permanasari (2011), menyatakan
menyatakan bahwa pada tahun 2009
bahwa
kemampuan
anak-anak
membangun literasi sains peserta didik
Indonesia usia 15 tahun masing-masing
dapat dilakukan dengan pembelajaran
berada pada peringkat 60 dari 65 Negara
yang semuanya bertumpu pada “student
peserta PISA dengan skor perolehan 383.
active learning”. Pembelajaran yang
Angka tersebut sangat jauh dari nilai skor
berpusat pada peserta didik, sudah pasti
rata-rata yang diperoleh seluruh negara
berpusat pada proses inkuiri ilmiah
peserta PISA di mana skor rata-rata
dengan prinsip konstruktivisme. Model
literasi IPA adalah 501.
pembelajaran
literasi
IPA
Fathurohman, menyatakan
dkk
bahwa
(2014),
model
rendahnya
pembelajaran
berbasis
pembelajaran
masyakarat
sains
untuk
masalah sains
merupakan
dan
teknologi
suatu
model
kemampuan literasi sains peserta didik
pembelajaran yang mengusung teori
Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal,
konstruktivisme. Eviani, dkk. (2014),
antara
sistem
menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendidikan, pemilihan metode dan model
model pembelajaran berbasis masalah
pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas
berpengaruh tinggi terhadap peningkatan
belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan
literasi sains dalam pembelajaran IPA.
lain sebagainya. Salah satu faktor yang
Subratha (2004) juga menambahkan
secara langsung bersinggungan dengan
bahwa pembelajaran STM efektif dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik dan
meningkatkan literasi sains peserta didik.
mempengaruhi rendahnya kemampuan
Hal ini dapat diimplikasikan bahwa
literasi peserta didik Indonesia adalah
kemampuan literasi sains peserta didik
pemilihan metode dan model pengajaran
akan meningkat dengan menerapkan
oleh guru. Selain itu, Depdiknas (2011),
model pembelajaran berbasis masalah
menyatakan
dan model pembelajaran sains teknologi
lain
kurikulum
bahwa
dan
kecenderungan
pembelajaran IPA pada masa kini hanya
masyarakat.
berorientasi pada produk IPA. Hal ini
Pembelajaran
memiliki
sangat
kompleks
ditunjukan dengan banyaknya peserta
karakteristik
didik yang mempelajari IPA dengan cara
karena memerlukan berpikir kritis dalam
menghafal konsep, prinsip, hukum, dan
melakukan
teori. Akibatnya, dimensi sikap, proses,
permasalahan. Memberikan peserta didik
dan aplikasi tidak dapat tercapai secara
berpikir kritis merupakan salah satu
optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan
outcome
perubahan dalam pembelajaran IPA.
pendidikan IPA. Hal ini juga senada
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
133
yang
IPA
analisis
yang
terhadap
sebuah
diharapkan
dari
Rahayuni
dengan pernyataan bahwa pembelajaran
Dalam perspektif lain, 78% siswa
IPA yang sebaiknya dilakukan adalah
Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-
pembelajaran yang dapat menyiapkan
soal dalam kategori rendah, yaitu hanya
peserta didik untuk melek IPA dan
mengetahui (knowing) atau hafalan. Hal
teknologi, mampu berpikir logis, kritis
ini menunjukan bahwa materi yang
dan kreatif, berpikir secara komprehensif
diajarkan
dalam memecahkan berbagai persoalan
reasoning. Bila materi yang diajarkan
dalam
kehidupan
kurang menekankan pada reasoning,
2011).
Dari
nyata
kalimat
(Depdiknas,
menekankan
pada
dapat
maka akibatnya peserta didik kurang
tujuan
mempunyai keterampilan berpikir kritis.
pembelajaran IPA selain menciptakan
Susilo, dkk. (2012), menyatakan bahwa
peserta didik yang berliterasi sains, juga
pembelajaran yang dilakukan guru IPA
menciptakan peserta didik yang mampu
tidak membuat peserta didik terbiasa
berpikir kritis.
berlatih untuk aktif berpikir kritis. Oleh
diimplikasikan
tersebut
kurang
bahwa
Hasil survei literasi IPA dapat
karena
itulah,
dibutuhkan
menggambarkan kemampuan literasi IPA
pembelajaran
peserta didik Indonesia masih sangat
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
rendah. Bila kemampuan literasi IPA
Keterampilan berpikir kritis dapat
peserta didik di Indonesia rendah, dapat
dilatih melalui pelajaran IPA atau disiplin
diimplikasikan
ilmu lain dengan pembelajaran yang
bahwa
keterampilan
berpikir kritisnya juga rendah. Di
Indonesia,
berpusat
yang
suatu
pada
dapat
melatih
peserta
didik.
rendahnya
Pembelajaran berpusat pada peserta didik
kemampuan kognitif peserta didik pada
merujuk pada teori kontruktivisme yang
mata pelajaran IPA berdasarkan hasil
menempatkan
survei dari PISA dan TIMSS selain
individu yang memiliki bibit ilmu di
dikarenakan ketidak sesuaian materi yang
dalam
diajarkan, juga terkait dengan kedalaman
memerlukan
materi yang diajarkan. Pada umumnya
kegiatan
siswa
dapat
menjadi pemahaman bermakna. Dalam
mengajarkan soal sampai level menengah
pandangan ini peserta didik terlibat
saja. Hanya 5% siswa Indonesia yang
melalui
dapat
dalam
maupun dalam kelompok diskusi atau
kategori tinggi dan advance (memerlukan
suatu kelompok kecil yang membahas
reasoning).
suatu materi belajar. Guru lebih bersifat
Indonesia
mengerjakan
hanya
soal-soal
sebagai JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
134
diri
peserta
peserta berbagai
untuk
didik
sebagai
didik
yang
aktivitas
atau
mengembangkannya
penalaran
fasilitator
oleh diri
dalam
sendiri
proses Rahayuni
membangun pengetahuan tersebut. Untuk
Instruction, ceramah, dan lain-lain akan
dapat
tetapi,
meningkatkan
keterampilan
untuk
pembelajaran
berbasis
berpikir kritis peserta didik, maka guru
masalah dan model pembelajaran sains
dihimbau untuk menggunakan model
teknologi
pembelajaran yang mengusung teori
maksimal diterapkan. Hal ini disebabkan
konstruktivisme.
dalam penerapan model pembelajaran
Menurut Permanasari (2011), salah satu
model
pembelajaran
masyarakat
berbasis
belum
masalah
dan
secara
model
yang
pembelajaran sains teknologi masyarakat
mengusung teori kontruktivisme adalah
guru harus melakukan persiapan yang
pembelajaran sains teknologi masyarakat
matang dan juga harus mengkondisikan
dan
siswa
pembelajaran
Pernyataan
ini
penelitian
yang
berbasis
masalah.
diperkuat
dengan
dilakukan
kedalam
kecil. Hal inilah yang membuat guru
oleh
kurang
berminat
Nurchayati (2013), yang menyatakan
pembelajaran
bahwa model pembelajaran STM lebih
model
baik
masyarakat
dibanding
model
kelompok-kelompok
pembelajaran
untuk
berbasis
pembelajaran di
menerapkan masalah
sains
kelas.
dan
teknologi
Bagi
guru
belajar langsung dalam hal meningkatkan
pembelajaran berbasis masalah dan sains
keterampilan berpikir kritis. Redhana
teknologi
(2012),
model
pembelajaran yang merepotkan. Menurut
pembelajaran berbasis masalah (problem
beberapa penelitian yang telah dilakukan,
based
pembelajaran
menyatakan
learning)
bahwa
efektif
untuk
masyarakat
berbasis
adalah
model
masalah
dan
meningkatkan kemampuan berpikir ktitis
pembelajaran IPA teknologi masyarakat
peserta didik pada mata pelajaran IPA.
dapat meningkatkan literasi IPA dan
SMP Negeri 15 merupakan salah
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
satu SMP Negeri di Kota Yogyakarta
Tema interaksi mahluk hidup dan
yang menyandang akreditas A. Sebagai
lingkungan merupakan tema IPA kelas
sekolah yang menyandang akreditas A,
VII yang membahas tentang hubungan
tentunya dari segi fasilitas, guru, dan
mahluk hidup dan lingkungan, interaksi
kegiatan KBM tidak mengalami suatu
yang terjadi di antara mahluk hidup dan
kendala
hasil
lingkungan, serta dampak dari adanya
wawancara tidak terstruktur dengan guru
interaksi mahluk hidup dan lingkungan.
di SMP 15, dalam proses pembelajaran di
Bila dilihat dari karakteristik materinya,
sekolah sebagian besar guru IPA sudah
tema
menerapkan
model
lingkungan merupakan tema yang sesuai
Direct
dengan model pembelajaran berbasis
apapun.
pembelajaran
Berdasarkan
beberapa seperti
inkuiri,
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
135
interaksi
makhluk
hidup
dan
Rahayuni
masalah dan model pembelajaran sains
keterampilan berpikir kritis dan literasi
teknologi
sains peserta didik.
masyarakat.
Hal
ini
dikarenakan tema ini merupakan tema
METODE PENELITIAN
kontekstual yang mengangkat isu-isu yang
terjadi
pencemaran
Penelitian
ini
ekperimen
merupakan
di
masyarakat
seperti
penelitian
dan
pemanasan
global.
eksperiment) dengan desain penelitian
Selain itu, tema ini merupakan tema yang
yang
digunakan
dapat ditanggapi dan didiskusikan secara
Pretest-Posttest
interdisiplin.
Design.
semu
adalah
(quasi
Randomized
Comparison
Group
El Islami (2015) pernah melakukan
Penelitian ini dilakukan di SMP
penelitian yang menghubungkan antara
Negeri 15 Yogyakarta pada semester II
literasi sains dan kepercayaan diri peserta
tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Maret
didik. Hasil penelitiannya menyatakan
sampai
bahwa
yang
penelitian ini adalah seluruh kelas VII
dan
SMP Negeri 15 Yogyakarta tahun ajaran
tidak
signifikan
ada
antara
hubungan literasi
sains
Mei
2014.
Populasi
kepercayaan diri peserta didik (El Islami,
2013/2014.
2015). Dengan demikian, Peneliti ingin
dilakukan dengan teknik cluster random
melakukan
penelitian
sampling, yaitu mengambil dua kelas
menghubungkan
antara
yang
keterampilan
Pengambilan
dalam
sampel
secara acak dalam populasi.
berpikir kritis dan literasi sains, sehingga
Penelitian ini dilakukan dengan
penelitian ini merupakan penelitian yang
desain penelitian Randomized Pretest-
baru dan penting dilakukan.
Posttest
Berdasarkan
latar
belakang
Design.Secara
Comparison
Group
skematis,
rancangan
masalah inilah perlu dilakukan penelitian
eksperimen
studi komparasi yang bertujuan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut
mengetahui hubungan yang terjadi antara
(Sukmadinata, 2012):
keterampilan berpikir kritis dan literasi
Tabel 1 Rancangan Penelitian Randomized Pretest-PosttestComparison Group Design Group Pretes Perlakuan Postes Ekperimen 1 Y1 X1 Y2 Ekperimen 2 Y1 X2 Y2 Keterangan:
sains, mengetahui perbedaan keefektifan pembelajaran
berbasis
masalah
dan
pembelajaran sains teknologi masyarakat dalam meningatkan keterampilan berpikir kritis dan literasi sains peserta didik, dan
Pretes
mengetahui model pembelajaran yang lebih
baik
untuk
yang
Y1
meningkatkan
digunakan
terhadap
dalam
keterampilan
: berpikir kritis dan literasi peserta didik.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
136
Rahayuni
Postes Y2
terhadap
keterampilan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
: berpikir kritis dan literasi peserta
dikumpulkan dengan instrumen tes dan
didik. X1
:
X2
:
nontes,
Pembelajaran
dengan
model
instrumen
yang
digunakan adalah lembar obeservasi dan
PBM
lembar soal keterampilan berpikir kritis
Pembelajaran
dengan
model
peserta
STM
Data
sehingga
didik.
Lembar
observasi
keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
diperoleh
dalam
diberikan
kepada
observer
penelitian ini berupa data kualitatif dan
melakukan
kuantitatif.Data kualitatif yang diperoleh
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dalam penelitian ini adalah data respon
selama proses pembelajaran berlangsung.
peserta
Fungsi dari data obsevasi keterampilan
didik
terhadap
model
penilaian
guna
pembelajaran yang dilakukan dan data
berpikir
keterlaksanaan
Pelaksanaan
sebagai triangulasi data keterampilan
Pembelajaran (RPP). Data respon peserta
berpikir kritis peserta didik. Lembar soal
didik terhadap model pembelajaran yang
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dilakukan dikumpulkan dengan lembar
diberikan kepada peserta didik sebelum
angket respon peserta didik terhadap
dan
model pembelajaran. Lembar angket ini
dilakukan. Lembar
diberikan kepada peserta didik setelah
berpikir kritis peserta didik memuat 5
semua kegiatan pembelajaran selesai
buah soal uraian keterampilan berpikir
dilakukan.Peserta
kritis peserta didik yang telah disusun
Rencana
didik
akan
kritis
terhadap
sesudah
peserta didik adalah
kegiatan
soal keterampilan
memberikan penilaian terhadap model
sesuai
pembelajaran
dilakukan
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
berdasarkan indikator-indkator yang telah
Data literasi sains peserta didik
disusun. Untuk data keterlaksanaan RPP
dikumpulkan dengan teknik tes, sehingga
dikumpulkan dengan lembar observasi
instrumen yang digunakan adalah lembar
keterlaksanaan RPP. Lembar observasi
soal literasi sains peserta didik yang
ini diberikan kepada observer guna
terdiri dari soal uraian dan soal pilihan
menilai
ganda.Soal literasi sains peserta didik
yang
keterlaksanaan
RPP
yang
dilakukan oleh guru.
penelitian
indikator-indikator
diberikan sebelum dan sesudah kegiatan
Data kuantitatif yang diperoleh dalam
dengan
pembelajaran
ini
adalah
pembelajaran
data
untuk
kemampuan literasi sains peserta didik
keterampilan berpikir kritis dan data
sebelum
literasi
pembelajaran dilakukan.
sains
peserta
didik.
mengetahui
Data
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
137
dan
sesudah
kegiatan
Rahayuni
Data yang akan dianalisis untuk
sains peserta didik secara bersama-sama
menjawab hipotesis penelitian ini adalah
ataupun secara terpisah-pisah serta untuk
data posttest keterampilan berpikir kritis
mengetahui model pembelajaran yang
dan literasi sains peserta didik. Uji yang
lebih
dilakukan adalah uji korelasi bivariate
keterampilan berpikir kritis dan literasi
product
sains peserta didik. Untuk mengetahui
moment
Pearson
dan
uji
multivariat manova.
efektif
untuk
meningkatkan
perbedaan
keefektifan
bivariate product
pembelajaran
secara
dilakukan
untuk
keputusan diambil dengan melihat tabel
mengetahui adanya korelasi/hubungan
multivariat tes yang memaparkan empat
antara keterampilan berpikir kritis dan
jenis tes yaitu Pillai’s Trace, Wilks’
literasi. Nilai signifikansi digunakan
Lamda, Hotteling’s Trace, dan Roy’s
untuk
Largest Root. Kriteria keputusan adalah
Uji moment
korelasi Pearson
pengujian
hipotesis.
Kriteria
keputusan adalah Ho ditolak jika nilai
model
bersama-sama,
Ho ditolak jika nilai signifikansi < 0,05.
signifikansi < 0,05.
Setelah
dilakukan
uji
untuk
Untuk mengetahui besar kekuatan
mengetahui apakah terdapat perbedaan
korelasi/hubungan antara dua variabel
atau tidak terhadap keterampilan berpikir
dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil
kritis dan literasi sains kelas PBM dan
analisis korelasi. Besar nilai r selanjutnya
STM secara bersama-sama, kemudian
diinterpretasikan untuk memperkirakan
dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
kekuatan hubungan korelasi, seperti pada
ada/tidak
tabel berikut:
berpikir kritis/literasi sains antara kelas
Tabel 2 Tabel Interpretasi Terhadap Nilai r-Pearson Hasil Analisis Korelasi Interval Interpretasi Nilai r* 0,001-0,200 Korelasi sangat lemah 0,201-0,400 Korelasi lemah 0,401-0,600 Korelasi cukup kuat 0,601-0,800 Korelasi kuat 0,801-1,00 Korelasi sangat kuat *) Interpretasi berlaku untuk nilai r
PBM dan kelas STM satu persatu.
positif maupun negatif (Budi, 2006).
BK
perbedaan
keterampilan
Penginterpretasian hipotesis penelitian dilakukan dengan melihat tabel test of between-subjects effects pada kolom corrected
model.
Kriteria
keputusan
adalah Ho ditolak jika nilai signifikansi < 0,05. Apabila terdapat perbedaan nilai
Uji multivariat manova digunakan
(Berpikir
Kritis)
dan
terdapat
perbedaan nilai LS (Literasi Sains)
untuk mengetahui perbedaan keefektifan
karena
model pembelajaran untuk meningkatkan
dilanjutkan dengan
keterampilan berpikir kritis dan literasi
tabel
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
138
perbedaan
model,
maka
penginterpretasian
parameterestimates
untuk Rahayuni
mengetahui antara model pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diterapkan, model mana yang paling
berpengaruh
terhadap
nilai
Hasil
penelitian
dan
penginterpretasian
hipotesis
diperoleh
posttest keterampilan berpikir kritis dan
dari
beberapa
uji
statistika
dengan
literasi sains peserta didik (Trihendradi,
program SPSS 20. Tabel 3 merupakan
2013).
tabel hasil uji korelasi keterampilan berpikir kritis dan literasi sains. Tabel 4, 5, dan 6 merupakan tabel hasil uji multivariat manova. Tabel 3 Uji Korelasi Bivariat Product Moment Pearson Variabel Deskripsi BK LS BK Pearson Correlation 1 0,463 Sig. (2-tailed) 0,005 LS Pearson Correlation 0,463 1 Sig. (2-tailed) 0,005 kritis dan literasi sains adalah “cukup
Tabel 3 merupakan tabel uji korelasi
bivariat
product
moment.
kuat”. Selain memiliki hubungan yang
Berdasarkan Tabel 3, nilai signifikansi
“cukup kuat”, keterampilan berpikir kritis
yang diperoleh adalah 0,000. Oleh karena
dan literasi sains juga memiliki pola
nilai signifikansi < 0,05, maka Ho
hubungan
ditolak. Bila Ho ditolak, maka keputusan
Hubungan “positif atau searah” ini dapat
yang diambil adalah Ha, yaitu ada
dilihat
hubungan antara keterampilan berpikir
dimana tidak ada tanda di depan angka
kritis dan literasi sains. Hubungan yang
0,463.
terbentuk antara keterampilan berpikir
diartikan
kritis dan literasi sains adalah hubungan
keterampilan berpikir kritis peserta didik,
postitif yang cukup kuat.
maka semakin tinggi nilai literasi sains
Penginterpretasian positif
yang
cukup
hubungan kuat
“positif
dari
nilai
Hubungan bahwa
atau
searah”.
koefisien
positif
korelasi
ini
semakin
dapat tinggi
peserta didik.
antara
Hal ini sesuai dengan pernyataan
keterampilan berpikir kritis dan literasi
Zuriyani (2012),
sains dapat dilihat dari angka koefisien
bahwa proses kognitif yang terlibat
korelasi atau nilai r = 0,463. Berdasarkan
dalam kompetensi sains antara lain
Tabel 2, angka tersebut menunjukan
penalaran
korelasi cukup kuat karena terletak di
kritis
antara 0,401-0,600 (Budi, 2006). Dengan
representasi, mengkonstruksi eksplanasi
demikian
berdasarkan
dapat
disimpulkan
bahwa
hubungan antara keterampilan berpikir
yang menyatakan
induktif/deduktif,
dan
terpadu,
data,
berpikir
pengubahan
berpikir
dengan
menggunakan model dan menggunakan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
139
Rahayuni
matematika. Dari pernyataan tersebut
sains peserta didik karena pengaruh
dapat diimpilkasikan bahwa keterampilan
model
berpikir kritis merupakan salah satu
bersama-sama
faktor
serta
kognitif
kemampuan
yang
literasi
mempengaruhi sains.
Bila
pembelajaran
baik
secara
ataupun terpisah-pisah,
untuk
mengetahui
model
pembelajaran yang lebih baik untuk
keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
meningkatkan
peserta didik baik, maka kemampuan
kritis dan literasi sains dilakukan dengan
literasi sainsnya juga akan baik.
uji
Untuk
mengetahui
perbedaan
multivariat
merupakan
keterampilan berpikir kritis dan literasi
keterampilan
manova.
deskripsi
uji
berpikir
Berikut multivariat
manova:
Tabel 4 Uji Multivariat Nilai Posttest Keterampilan Berpikir Kritis dan Literasi Sains Kelas PBM dan STM Effect Value F Sig b Intercept Pillai’s Trace 0,979 1458,817 0,000 Wilks’ Lambda 0,021 1458,817b 0,000 Hotteling’s Trace 47,059 1458,817b 0,000 Roy’s Largest Root 47,059 1458,817b 0,000 Model Pillai’s Trace 0,305 13,596b 0,000 Wilks’ Lambda 0,695 13,596b 0,000 Hotteling’s Trace 0,439 13,596b 0,000 b Roy’s Largest Root 0,439 13,596 0,000 Tabel 5 Test of Between-Subjects Effects Nilai Posttest Keterampilan Berpikir Kritis dan Literasi Sains Kelas PBM dan STM Source Dependent Type III df Mean Square F Sig Variable Sum of Squares Corrected BK 64,862a 1 64,862 25,460 0,000 Model LS 11,787b 1 11,787 9,346 0,003 Intercept BK 3178,215 1 3178,215 1247,524 0,000 LS 3251,715 1 3251,715 2578,365 0,000 Model BK 64,862 1 64,862 25,460 0,000 LS 11,787 1 11,787 9,346 0,003 Eror BK 160,500 63 2,548 LS 79,453 63 1,261 Total BK 3452,500 65 LS 3368,031 65 Corrected BK 225,362 64 total LS 91,239 64 Tabel 6 Parameter Estimates pada Uji Manova Dependent Parameter B T Sig 95% Confidence Internal Variabel Lower Upper Bound Bound BK Intercept 8,000 29,226 0,000 7,453 8,547 Model=1.00 -2,000 -5,046 0,000 -2,792 -1,208 Model=2.00 0a LS Intercept 7,507 38,977 0,000 7,122 7,892 Model=1.00 -0,853 -3,057 0,003 -1,410 -0,295 Model=2.00 0a JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
140
Rahayuni
Keterangan: Model 1 =PBM, Model 2 =STM
Tabel 4 merupakan tabel hasil uji
sains peserta didik, dapat dilihat pada
multivariat tes. Berdasarkan data pada
tabel parameter estimates yang disajikan
Tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai
pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 nilai
signifikansi dari keemapt tes yaitu
signifikansi posttest literasi sains (LS)
Pillai’s
Lambda,
antara kelas PBM dan STM adalah
Largest
0,003 < 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal
Rootyang diperoleh adalah 0,000 dan
ini berarti model STM lebih baik dari
kurang dari 0,05. Jika nilai sig < 0,05
pada model PBM untuk meningkatkan
berarti Ho ditolak, yang berarti ada
literasi sains peserta didik dengan
perbedaan nilai keterampilan berpikir
perolehan nilai di mana nilai posttest
kritis dan literasi sains karena perbedaan
kelas STM lebih tinggi 1,410 dari pada
model.
kelas PBM.
Trace,
Hotteling’s
Untuk
Wilks’
Trace,
Roy’s
perbedaan
Hal ini senada dengan yang
keefektifan keterampilan berpikir kritis
dinyatakan oleh Akgul (2002), yang
dan literasi sains secara terpisah-pisah
menyatakan bahwa science technology
dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5
and society (STS) is a course designed
merupakan tabel test of between-subjects
to improve pepople’s understanding
effects. Berdasarkan Tabel 5, dapat
about science and scientific literacy,
dilihat bahwa pada kolom corrected
artinya
sains
model
adalah
sebuah
nilai
mengetahui
signifikansi
dependent
teknologi
masyarakat
pembelajaran
variabel BK (Berpikir Kritis) adalah
didesain
0,000 dan
0,003 untuk dependent
pemahaman orang-orang tentang sains
variabel LS (Literasi Sains). Dilihat dari
dan literasi sains. Dari kalimat yang
kriteria pengujian hipotesis nilai sig
disampaikan Akgul, terlihat jelas bahwa
dependent variabel BK ataupun LS
pembelajaran
keduanya memiliki nilai sig < 0,05;
masyarakat
yang berarti Ho pada kedua hipotesis
pembelajaran
ditolak.
melatih literasi sains.
Dengan
demikian
dapat
diartikan bahwa ada perbedaan nilai BK karena
perbedaan
model
dan
untuk
yang
meningkatkan
sains
teknologi
merupakan yang
didesain
model untuk
Adanya perbedaan nilai posttest
ada
literasi sains antara kelas PBM dan
perbedaan nilai LS karena perbedaan
STM, di mana nilai literasi sains kelas
model.
STM lebih tinggi dibandingkan kelas
Untuk melihat model mana yang lebih
baik
untuk
meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan literasi JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
PBM dikarenakan oleh sintaks dari masing-masing tersebut.
model
Dilihat
pembelajaran dari Rahayuni
141
sintaks
pembelajaran
model
STM,
terlihat
sains yaitu membangun peserta didik
bahwa pada fase III yaitu fase aplikasi
yang berliterasi sains akan terwujud.
konsep dalam kehidupan sehari-hari
Hal ini berbeda dengan kegiatan
peserta didik diminta untuk mengkaitkan
pembelajaran
konsep sains yang telah mereka kuasai
walaupun di awal kegiatan pembelajaran
pada fase II dengan masalah atau isu
pada kelas PBM dan kelas STM sama,
yang
tahap
akan tetapi bila diilihat dari sintaks PBM
pembelajaran. Masalah atau isu yang
dalam keseluruhan fase pembelajaran
diperoleh di awal tahap pembelajaran
PBM tidak terdapat fase aplikasi konsep
merupakan masalah yang dekat dengan
untuk memecahkan masalah seperti
kehidupan peserta didik yang biasanya
yang ada dalam fase STM. Fase III
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
dalam
Dengan berlatih mengkaitkan antara
membantu
konsep sains yang telah dipelajari untuk
kelompok, dalam kegiatan ini guru
memecahkan masalah sehari-hari, maka
hanya membantu peserta didik dalam
peserta
untuk
kegiatan investigasi untuk memecahkan
mengkaitkan ilmu sains yang diperoleh
masalah. Bila pada kelas STM, fase III
di sekolah dengan kehidupan sehari-
pada kelas PBM kegiatanya sama
hari. Ditambah lagi pada fase keempat
dengan fase II pada kelas STM. Dilihat
yaitu fase pemantapan konsep, dalam
dari keseluruhan fase pembelajaran pada
fase ini peran guru sangat diperlukan
kedua kelas perlakuan yaitu kelas PBM
untuk mengecek kembali apakah peserta
dan STM, terlihat bahwa pada kelas
didik
memahami
PBM tidak terdapat fase aplikasi konsep
konsep sains yang diperoleh atau masih
dalam kehidupan untuk menyelesaikan
bias. Bila pemahaman peserta didik
masalah/isu seperti pada kelas STM. Hal
tentang konsep sains yang dipelajari
inilah yang diduga menjadi penyebab
masih bias, maka guru perlu melakukan
terjadinya
pemantapan
agar
literasi sains antara kelas PBM dan kelas
peserta didik jelas dengan konsep sains
STM, dimana nilai posstest kelas STM
yang sedang dipelajari. Dengan kegiatan
lebih tinggi 1,410 dari kelas PBM.
diperoleh
didik
telah
di
akan
awal
terlatih
benar-benar
konsep
kembali
pada
pembelajaran investigasi
perbedaan
kelas
PBM mandiri
rata-rata
PBM,
yaitu dan
nilai
seperti ini peserta didik akan terlatih
Di sisi lain, berdasarkan tabel test
melihat sains dari sudut pandang yang
of between subjects effect terlihat bahwa
luas
kegiatan
nilai signifikansi yang diperoleh adalah
pembelajaran STM dilatih secara terus
0,000 < 0,05. Dengan nilai signifikansi
menerus maka tujuan pembelajaran
0,000 < 0,05 berarti bahwa Ho ditolak,
sehingga
bila
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
142
Galuh Rahayuni
hal ini berarti ada perbedaan nilai literasi sains
karena
model
diperoleh data bahwa terdapat perbedaan
data
keterampilan berpikir kritis peserta didik
parameter estimates terlihat bahwa nilai
antara kelas PBM dan STM. Hal ini
signifikansi yang diperoleh adalah 0,000
senada dengan yang diungkapkan oleh
< Ho, sehingga Ho ditolak. Hal ini
Takwin
berarti model PBM tidak lebih baik dari
menyatakan bahwa salah satu faktor
pada model STM untuk meningkatkan
yang
keterampilan
berpikir kritis peserta didik adalah
pembelajaran.
perbedaan
Dari uji hipotesis dengan manova
Dilihat
berpikir
dari
kritis
peserta
(Nurhasanah,
mempengaruhi
didik, di mana nilai posttest kelas PBM
metode
lebih rendah 2,792 dari pada kelas STM.
didukung
Dilihat
data
oleh
uji
yang
keterampilan
Pernyataan korelasi
ini
antara
yang
keterampilan berpikir kritis dan literasi
mengungkapkan bahwa model PBM
sains, dimana diantara keduanya terjadi
tidak lebih baik dari pada model STM
hubungan/korelasi yang kuat.
untuk
dari
pengajaran.
2010)
meningkatkan
keterampilan
Uji manova menyatakan bahwa
berpikir kritis peserta didik tidak sesuai
terdapat perbedaan literasi sains peserta
dengan teori yang dinyatakan oleh
didik antara kelas PBM dan STM. Bila
Yazdani (2008) dalam Nur (2011), yang
pada uji manova menyatakan terdapat
menyatakan bahwa salah satu outcome
perbedaan literasi sains peserta didik
dari pembelajaran berbasis masalah
antara kelas PBM dan STM, maka
adalah melatih keterampilan berpikir
secara tidak langsung hal tersebut juga
kritis
Adanya
akan berpengaruh terhadap perbedaan
ketidaksesuaian antara teori dengan
keterampilan berpikir kritis kelas PBM
data, disebabkan oleh banyak faktor.
dan STM. Hal ini disebabkan karena
Salah satu faktor yang mempengaruhi
keduanya berkorelasi kuat, di mana
ketidaksesuaian antara teori dengan data
berpikir kritis merupakan salah satu
adalah motivasi peserta didik ketika
faktor
mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat
mempengaruhi literasi sains peserta
dari data observasi keterampilan berpikir
didik.
peserta
didik.
berpikir
kognitif
yang
kritis peserta didik dari pertemuan
Berdasarkan hasil uji hipotesis
pertama sampai ketiga. Pada kelas PBM
dengan uji multivariat manova diperoleh
hanya mengalami kenaikan nilai sebesar
hasil
0,82, sedangkan kelas STM mengalami
masalah
peningkatan sebesar 0,94.
teknologi masyarakat sama-sama dapat
bahwa dan
mempengaruhi JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
143
pembelajaran pembelajaran
keterampilan
berbasis sains
berpikir
Galuh Rahayuni
kritis dan literasi sains peserta didik.
berbeda dengan pembelajaran sains
Walaupun kedua model pembelajaran
terknologi
ini berpengaruh terhadap keterampilan
pembelajaran
berpikir kritis dan literasi sains peserta
dilanjutkan dengan kegiatan investigasi
didik,
baru pembentukan konsep, maka pada
akan
tetapi
kedua
model
masyarakat,
pembelajaran ini mempunyai perbedaan
pembelajaran
keefektifan
masyarakat
dalam
meningkatkan
bila
berbasis
sains
pada
masalah
teknologi
dilanjutkan
dengan
keterampilan berpikir kritis dan literasi
pembentukan konsep terlebih dahulu
sains peserta didik. Hal ini sesuai
baru
dengan
dan
investigasi untuk memecahkan masalah.
Arabacioglu (2011) yang menyatakan
Perbedaan sintaks inilah yang diduga
bahwa “the two methods which seem to
menjadi
be very similar and frequently focused
keterampilan berpikir kritis dan literasi
with each other are different in many
sains antara kelas PBM dan kelas STM
aspect” yang artinya dua model yang
secara bersama-sama.
nampaknya
KESIMPULAN
pernyataan
Unver
mirip
dan
sering
membingungkan satu sama lain ternyata
dilanjutkan
dengan
penyebab
kegiatan
perbedaan
Berdasarkan hasil penelitian dan
berbeda dalam banyak aspek.
pembahasan yang telah dilakukan dapat
Pembelajaran berbasis masalah
disimpulkan bahwa:
pembelajaran
teknologi
1. Terdapat hubungan positif yang
masyarakat mempunyai kesamaan di
cukup kuat antara keterampilan
awal kegiatan pembelajaran. Di awal
berpikir kritis dan literasi sains.
dan
kegiatan
sains
pembelajaran,
kedua
2. Model sains teknologi masyarakat
pembelajaran dimulai dengan orientasi
lebih
peserta didik kepada masalah. Dalam
pembelajaran
penelitian ini, peserta didik dihadapkan
untuk meningkatkan keterampilan
dengan masalah seperti polusi udara,
berpikir kritis peserta didik.
kerusakan
ekosistem,
dan
global
baik
daripada berbasis
model masalah
3. Model sains teknologi masyarakat
warming. Pada fase berikutnya kedua
lebih
baik
daripada
kelompok ini mendapat perlakuan yang
pembelajaran
berbeda. Setelah fase orientasi peserta
untuk meningkatkan literasi sains
didik pada masalah, pada pembelajaran
kritis peserta didik.
berbasis
model masalah
berbasis masalah dilanjutkan dengan kegiatan investigasi baru dilanjutkan dengan pembentukan konsep. Hal ini JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
144
Galuh Rahayuni
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
hal-hal
yang
Akgul, E. M. 2002. Teaching scientific literacy through a science technology and society course: perspective elementary science teacher’s case. The Turkish Online Journal of Education Technology. 3 (4): 1-4.
dapat
disarankan adalah: 1. Pembelajaran dengan model sains teknologi masyarakat lebih efektif dari
pada
model
pembelajaran
berbasis
masalah,
disarankan
menggunakan
pembelajaran
Budi, T.P. 2006. SPSS 13.0 terapan riset statistik parametrik. Penerbit Andi. Yogyakarta
sehingga
sains
model
teknologi
Chiappetta, E.L., and T. R, Jr. Koballa,. 2010.Science instruction in the middle and secondary schools developing fundamental knowledge and skills. 7th edition. Pearson. USA
masyarakat dalam pembelajaran IPA untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan literasi sains peserta didik pada materi interaksi mahluk hidup
Depdiknas. 2011. Panduan pengembangan pembelajaran IPA secara terpadu. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Depdiknas. Jakarta.
dan lingkungan. 2. Pembelajaran IPA dengan model sains teknologi masyarakat cocok untuk membelajarkan topik-topik
Elianur, R. 2011. Indonesia peringkat 10 besar terbawah dari 65 Negara peserta PISA. http://edukasi.kompasiana.com/201 1/01/30/indonesia-peringkat-10besar-terbawah-dari-65-negarapeserta-pisa-338464.html. Diakses Tanggal 12 November 2013.
yang dapat dibahas melalui berbagai disiplin ilmu, oleh karena itu perlu dicobakan pada materi lain agar kesimpulan lebih kuat. 3. Kemampuan
literasi
sains
dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
akan
meningkat
Eviani, S. Utami, dan T. Sabri,. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains IPA Kelas V SD. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 3 (7): 1-13.
secara
kontinyu, disarankan apabila akan melatih keterampilan berpikir kritis dan
kemampuan
literasi
sains Fathurohman, A., Zulherma, dan F. Kurnia. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas IX di Kecamatan Indralayu Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika. 1 (1): 43-47.
peserta didik secara absolut, maka diperlukan penilaian keterampilan berpikir dan kemampuan literasi sains secara kontinyu pada materimateri berikutnya.
Huda, N., Marhaeni, A. A. A. I. N., & Suastra, I. W. 2013. Pengaruh pembelajaran quantum dalam JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
145
Galuh Rahayuni
pembelajaran IPA terhadap motivasi belajar dan penguasaaan konsep siswa kelas IV SDN Pancor [ Versi electronik]. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1): 1-7.
Subratha, N. 2004. Efektivitas pembelajaran kontektual dengan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa SLTP negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. XXXVII (4): 4556.
El Islami, R. A. Z. 2015. Hubungan Literasi Sains dan Kepercayaan Diri Siswa pada Konsep Asam Basa. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. 1 (1): 16-25.
Sukmadinata, N. S. 2012. Metode penelitian pendidikan. PT. Remaja Rosdakaya. Bandung
Nur, M. 2011. Model pembelajaran berdasarkan masalah. Pusat Sains Dan Matematika Sekolah UNESA. Surabaya.
Susilo, A.B., Wiyanto, & Supartono. 2012. Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir Kritis Siswa SMP. Unnes Science Education Journal. 1 (1): . 12-20.
Nurchayati, N. 2013. Pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) terhadap keterampilan berpikir kritis dan sikap sains siswa SMP. Jurnal Ilmiah PROGESSIF.10 (30): 29-41.
Trihendradi. 2013. Langkah-langkah menguasai spss 21. Penerbit Andi. Yogayakarta.
Nurhasanah, S. 2010. Pengaruh Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Belajar Matematika. Skipsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Jakarta.
Unver, A. O and S. Arabacioglu,. 2011. Overviews on inquiry based and problem based learning methods. Western Anatolia journal of educational science. Special Issue: Selected papers presented at WCNTSE:303-310.
Permanasari, A. 2011. Pembelajaran Sains: Wahana Potensial untuk Pembelajaran Soft Kkill dan Karakter. Prosiding pada Seminar Nasional Pendidikan IPA. 26 November 2011, Universitas Lampung. Hal 1-11.
Utomo, Y. S. 2011.Survei internasional timss. http://litbang.kemdikbud.go.id/inde x.php/timss. Diakses tanggal 2 Desember 2014. Zuriyani, E. 2012. Literasi sains dan pendidikan. http://sumsel.kemenag.go.id/file/fil e/TULISAN/wagj1343099486. Diakses tanggal 3 Desember 2014
Redhana, I. W. 2012. Model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan socratik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Cakrawala Pendidikan. XXXI (3): 351-365.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 131-146 e-ISSN 2477-2038
146
Galuh Rahayuni