HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05
Keluarga
Perceraian
Psychological Well-Being
Apakah ada hubungan antara forgiveness dan psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua
Forgiveness
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Forgiveness : Definisi : suatu sikap kesedian individu yang telah disakiti untuk melupakan luka yang telah diberikan, kemarahan, rasa benci, sakit hati, dan keinginan untuk membalas dendam apa yang telah dilakukan terhadapnya, dengan cara menghapus luka atau bekas luka dalam hati, serta secara ikhlas mencoba untuk berdamai dan berbaik hati terhadap individu yang telah mencoba menyakiti hatinya.. Dimensi : McCullough (2000) : avoidance motivation, revenge motivation, dan benevolence motivation
“AVOIDANCE MOTIVATION” Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya. “REVENGE MOTIVATION”
Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap orang yang telah menyakiti BENEVOLENCE MOTIVATION
Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun pelanggaranya termasuk tindakan berbahaya, keinginan unuk berdamai atau melihat well-being orang yang menyakitinya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PWB : Definisi : suatu keadaan psikologis dimana seseorang bebas dari penyakit mental, dengan kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, dapat menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu menghadapi tekanan sosial, dapat mengontrol lingkungan, serta mampu meningkatkan potensi dirinya, sehingga dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis. Dimensi : Ryff (dalam Wells, 2010) (selfacceptance), (positive relation with others), (autonomy), (environmental mastery), (purpose in life), (personal growth)
“ENVIRONMENTAL MASTERY “SELF-ACCEPTANCE” Memiliki kemampuan untuk memilih dan Adanya sikap positif terhadap diri, mengakui menciptakan lingkungan yang sesuai dengan dan menerima berbagai aspek pada diri, kondisi dirinya. Mampu IN menghadapi kejadian “PURPOSE LIFE” termasuk kualitas yang baik maupun yang buruk. “POSITIVE RELATIONS WITH OTHERS” yang berasal dari luar dririnya, sehingga sesuai Memiliki arah danterhadap tujuanmemiliki dalam hidup, Perasaanmenyenangkan, positif peristiwa masaadanya lalu. Hangat, kepercayaan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang perasaan bahwaorang kehidupan masa terhadap kini, dan masa terhadap lain, peduli dianut serta mampu mengembangkan diri lalu memiliki makna dalam hidup. Memiliki kesejahteraan orang lain, memiliki empati, secaradalam kreatif. keyakinan hidup. “PERSONAL GROWTH” keterlibatan dan intimacy, saling memberi dan Kemampuan untuk mengambangkan menerimaindividu dalam hubungan manusia. “AUTONOMY” potensi dalam diri dan berkembang sebagai Determinasi diri dan memiliki kebebasan; seorang manusia. Adanya kebutuhan untuk mampu bertahan dalam tekanan sosial dan mengaktualisasikan diri, memiliki perasaan berfikir dan bertindak dengan cara tertentu; untuk berkembang. regulasi perilaku, evaluasi diri dengan standar personal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Remaja : Definisi : Steinberg (dalam Karina, 2014) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan yang bergerak dari ketidakmatangan pada usia anak-anak menuju kematangan seorang dewasa. Remaja dibagi kedalam tiga rentang usia, yaitu remaja awal (usia 10 tahun sampai usia 13 tahun), remaja pertengahan (usia 14 tahun sampai usia 17 tahun), dan remaja akhir (usia 18 tahun sampai usia 22 tahun). Remaja Korban Perceraian : seorang individu yang berusia sekitar 10 tahun hingga 22 tahun, yang kedua orang tuanya memutuskan untuk tidak bersama lagi atau berpisah untuk mengakhiri status pernikahan mereka dikarenakan kegagalan dalam menjalankan peran masing-masing sebagai suamiistri.
Dinamika Hubungan Forgiveness dan Psychological Well-being Pada Remaja Korban Perceraian Terhadap Peritiwa Perceraian Orang Tua
Forgiveness
Psychological Well-Being
Dengan adanya forgiveness terhadap suatu permasalahan yang membebani maka psychological well-being akan tercapai , dalam hal ini adalah peristiwa perceraian orang tua.
BAB III METODE PENELITIAN Variabel bebas : Forgiveness Variabel terikat : Psychological Well-Being Subjek Penelitian : Remaja yang memiliki orang tua yang telah bercerai, usia sekitar 10 tahun hingga 22 tahun. Teknik Pengumpulan Data : Skala forgiveness TRIM-18 (berdasarkan dimensi McCullough (2006), terdiri dari 7 item favorable dan 11 item unfavorable. Skala psychological well-being (diadaptasi dari Maulina (2012) berdasarkan dimensi Ryff (1989), terdiri dari 33 item favorable dan 15 item unfavorable. korelasi Pearson Product Moment dari Karl Pearson dengan alat bantu program SPSS versi 22 for windows.
BAB IV HASIL PENELITIAN Reliabilitas Skala Forgiveness memiliki reliabilitas 0,905 Skala psychological well-being memiliki reliabilitas 0,942 Linearitas Normalitas Variabel Variabel
Forgiveness Hubungan Forgiveness psychological well-being dan psychological well-being
KolmorogorovF Nilai ρ smirnov Hitung
22.4530,000 0,066
0,00
ρ
ρ
Keterangan Keterangan
normal ρ ≤ 0,05 ρ ≤ 0,05 TidakLinear Normal ρ ≥ 0,05
BAB IV HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara forgiveness dengan psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan uji hipotesis dengan teknik korelasi Pearson’s product moment yang menghasilkan nilai korelasi F=0,498 dengan nilai signifikansi 0,00 (ρ ≤ 0,01), sehingga hipotesis penelitian ini diterima. Dari penelitian ini terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara forgiveness dengan psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua. Dimana semakin tinggi maka forgiveness maka semakin tinggi pula psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua, begitu juga sebaliknya jika semakin rendah forgiveness maka semakin rendah pula psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua.
BAB V KESIMPULAN & SARAN Pada penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara forgiveness dengan psychological well-being pada remaja korban perceraian terhadap peritiwa perceraian orang tua. Dimana semakin tinggi forgiveness terhadap peritiwa perceraian orang tua maka semakin tinggi pula psychological well-being pada remaja korban perceraian, begitu juga sebaliknya semakin rendah forgiveness terhadap peritiwa perceraian orang tua, maka semakin rendah pula psychological well-being pada remaja korban perceraian.