S krip si
HUBUNGAN EGOSENTRISME DENGAN KOMPETENSI SOSIAL REMAJA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 22 SETIABUDI PAMULANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan jenjang strata satu
Oleh: Fauzi Rahman NIM: 102070026038
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M i
HUBUNGAN EGOSENTRISME DENGAN KOMPETENSI SOSIAL REMAJA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 22 SETIABUDI PAMULANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Fauzi Rahman NIM: 102070026038
Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Diana Mutiah, M.Si 1967102 199603 2 001
Natris Indriyani, M.Psi 150 411 200
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDA YATU LLA H JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Remaja Siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 6 September 2010 Sidang Munaqosyah Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si 19561223 198303 2 001 Anggota:
Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si 19620724 198903 2 001
Gazi, M.Si 19711214 200701 1014
Dra. Diana Mutiah, M.Si 1967102 199603 2 001
Natris Indriyani, M.Psi 150 411 200
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Fauzi Rahman
NIM
: 102070026038
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Remaja Siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang adalah benar merupakan karya saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipan dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, September 2010
Fauzi Rahman NIM: 102070026038
iv
MOTTO
Ego adalah budak yang baik, namun tuan yang sangat buruk. (Robert Frager, Ph.D)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Qur’an, surat Al Hujurat: 13)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Penuh Makna Ini Untuk Kedua Orang Tua Tercinta, Mama dan Papa
vi
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B)
September 2010
(C)
Fauzi Rahman
(D) Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Remaja (E)
xv + 55 halaman + lampiran
(F)
Remaja perlu memiliki kompetensi sosial, yakni sekumpulan kemampuan personal individu untuk berperilaku yang sesuai dan tepat dalam berinteraksi dengan orang lain, hingga menghasilkan hubungan sosial yang baik. Sementara itu seiring dengan perkembangan, dalam diri remaja terdapat kecenderungan pola pikir yang dapat menghambat penyesuaian tersebut, yakni adanya egosentrisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja serta mengungkap hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan egosentrisme dan kompetensi sosial remaja. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode korelasional, yakni mencari hubungan antara dua variabel yang melekat pada suatu populasi. Populasi penelitian ini adalah siswa/siswi SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, kelas VII dan VIII, berjumlah 120 orang. Diambil sampel secara non-probabilitas purposif sejumlah 88 orang. Dari sampel penelitian, data dikumpulkan menggunakan dua instrumen skala perilaku model Likert. Skala egosentrisme remaja merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari dua skala baku egosentrisme (Imaginary Audience Scale milik Walters, dkk. (1991), dan The New Personal Fable Scale dari Alberts, dkk. (2007)). Dan skala kompetensi sosial remaja juga merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari skala baku keterampilan sosial milik Gresham & Elliot (1990). Dari hasil uji validitas skala, pada skala egosentrisme memuat 20 aitem valid dari 25 aitem yang diuji, dan pada skala kompetensi sosial remaja memuat 23 aitem valid dari 34 aitem yang diuji. Reliabilitas kedua skala adalah kuat, sebesar α = 0,892 (N = 23) untuk skala kompetensi sosial dan sebesar α = 0,800 (N = 20) untuk skala egosentrisme remaja. Hasil uji hipotesis dengan rumus korelasi prodect moment dari Pearson, diketahui terdapat hubungan signifikan antara egosentrisme (baik imaginary audience maupun personal fable) dengan kompetensi sosial remaja. Di antara subjek penelitian tergambar bahwa rendahnya egosentrisme remaja cenderung diikuti dengan tingginya kompetensi sosial. Sementara itu, pada variabel usia dan jenis kelamin tidak didapat hubungan yang signifikan dengan egosentrisme dan kompetensi sosial remaja. Selanjutnya, untuk penelitian lebih lanjut disarankan agar memperhatikan variasi dan jumlah subjek yang diteliti, serta dapat mengembangkan instrumen penelitian yang sebaik-baiknya.
(G) Bahan Bacaan: 30 (1976 – 2009)\
vii
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat, hidayah, serta pertolongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW, beserta kepada seluruh keluarga, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis merasa wajib menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas keterlibatan semua pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, serta memfasilitasi penulis selama menjalani prosesnya. Oleh karena itu, penulis sepantasnya menyampaikan terima kasih kepada: 1) Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, Ph.D, beserta jajaran dekanat lainnya, yakni Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si., Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D. 2) Pembimbing I, Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si, dan pembimbing II, Ibu Natris Indriyani, S.Psi, M.Si. yang dengan ketulusan hati telah mencurahkan tenaga dan pikiran, serta meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini dengan semaksimal mungkin. 3) Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah membagi ilmu serta pengetahuannya kepada penulis selama studi di kampus ini. 4) Bapak dan Ibu staf Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu memfasilitasi berbagai urusan penulis. 5) Bapak pimpinan beserta staf perpustakaan Fakultas Psikologi, perpustakaan utama Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah membantu memfasilitasi bahanbahan bacaan untuk penulis selama melakukan studi dan menyusun skripsi. 6) Bapak Kepala SMP Muhammadiyah 22 Setabudi Pamulang beserta dewan guru yang telah memfasilitasi penulis dalam penelitian, dan Bapak Kepala SMP Nusantara Plus beserta para guru yang telah membantu penulis dalam melakukan tryout.
viii
7) Ibunda Idiniah (mama) tercinta, dan ayahanda Suyono Mulya (papa) tersayang, atas semua cinta, kasih, doa, motivasi, dan ketulusan yang diberikan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini, serta semua yang telah dicurahkan untuk kebaikan ananda. 8) Kakak-adikku tercinta, Firmansyah, Fahmi Rifani beserta istri, Murniwati, dan Feny Cattleya atas dorongan, dukungan, serta semangat yang diberikan. 9) Teman-teman seperjuangan, teman-teman angkatan 2002 atas perhatian, bantuan, kerja sama, dan semangat yang diberikan. 10) Sahabat-sahabat di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ciputat, Ikatan Abiturient Darul Arqam, DeA 19/7, Komunitas Hijau, dan alumni SDI Muslimat atas dorongan, perhatian, celaan membangun, guyonan menggugah, serta semangat yang diberikan. 11) Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun tak kalah memberikan kontribusi berarti dalam penyusunan skripsi ini.
Jakarta, September 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………... ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………………......................... iii LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………….
iv
MOTTO ............................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................. vi ABSTRAK ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ......................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
1.2. Batasan Masalah ...............................................................
5
1.3. Rumusan Masalah ............................................................. 5 1.4. Tujuan Penelitian ..............................................................
6
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................
6
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................
8
x
2.1. Kompetensi Sosial .............................................................
8
2.1.1. Pengertian ....................................................................
8
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial
10
2.1.3. Kompetensi Sosial Remaja ........................................... 14 2.1.4. Aspek-aspek Kompetensi Sosial Remaja .....................
19
2.2. Egosentrisme ...................................................................... 20 2.2.1. Pengertian ..................................................................... 20 2.2.2. Egosentrisme dalam Perkembangan Kognitif ..............
21
2.2.3. Egosentrisme Remaja ...................................................
24
2.2.4. Penyebab Egosentrisme Remaja ..................................
27
2.3. Kerangka Berpikir .............................................................
30
2.4. Hipotesis ............................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................
33
3.1. Jenis dan Pendekatan penelitian ........................................
33
3.2. Variabel Penelitian ...………………………...................... 33 3.3. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ….............
33
3.3.1. Definisi Konseptual Variabel ………………………...
33
3.2.2. Definisi Operasional Variabel ......................................
34
3.4. Populasi dan Sampel .......................................................... 35 3.4.1. Populasi ........................................................................
35
3.4.2. Sampel ..........................................................................
35
3.5. Pengumpulan Data ............................................................. 35
xi
3.5.1. Metode Pengumpulan Data ..........................................
35
3.5.2. Instrumen Penelitian ..................................................... 36 3.5.3. Pengujian Instrumen dan Analisis Data .......................
37
3.6. Prosedur Penelitian ............................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................... 39 4.1. Gambaran Subjek penelitian .............................................. 39 4.2. Presentasi dan Analisis Data .............................................. 40 4.2.1. Uji Instrumen Penelitian ............................................... 40 4.2.1.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kompetensi Sosial ............................................... 40 4.2.1.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Egosentrisme Remaja .......................................... 41 4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................ 43 4.2.2.1. Kategorisasi Variabel .............................................. 43 4.2.2.2. Uji Hipotesis ...........................................................
45
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................ 49 5.1. Kesimpulan ........................................................................
49
5.2. Diskusi ...............................................................................
49
5.3. Saran ..................................................................................
51
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................... 53
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 31
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Cetak Biru Skala Egosentrisme ................................................
36
Tabel 3.2. Cetak Biru Skala Kompetensi Sosial Remaja .........................
37
Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia .......
39
Tabel 4.2. Cetak Biru Skala Kompetensi Sosial Remaja Setelah Uji Validitas .....................................................................................
41
Tabel 4.3. Cetak Biru Skala Egosentrisme Remaja Setelah Uji Validitas .....................................................................................
42
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Masing-masing Variabel ...........................
43
Tabel 4.5. Kategorisasi Egosentrisme ........................................................
43
Tabel 4.6. Kategorisasi Kompetensi Sosial ................................................
44
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Kategori Variabel ...........................................
44
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial dengan Egosentrisme..
45
Tabel 4.9. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial dengan Imaginary Audience ..……………………………………………………. 46 Tabel 4.10. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial Dengan Personal Fable .………………………………………………………...
46
Tabel 4.11. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial, Egosentrisme dan Usia .………………………………………………………….
47
Tabel 4.12. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial, Egosentrisme dan Jenis Kelamin ………………………………………………..
xiv
48
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Kompetensi Sosial Remaja (tryout) Lampiran 2 Skala Egosentrisme Remaja (tryout) Lampiran 3 Skor Hasil Tryout Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 5 Surat Keterangan SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Lampiran 6 Skala Kompetensi Sosial Remaja Lampiran 7 Skala Egosentrisme Remaja Lampiran 8 Skor Penelitian Lampiran 9 Descriptive Statistics dan Uji Korelasi
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Proses sosialisasi merupakan salah satu tugas perkembangan terpenting bagi anak-anak juga remaja. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya; dan kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Ditambahkan bahwa beberapa dari tugastugas perkembangan itu muncul sebagai akibat dari sejumlah faktor, pertama faktor kematangan fisik, seperti belajar berjalan; kedua faktor tuntutan budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca; dan ketiga faktor aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan pekerjaan. Namun pada umumnya, tugastugas perkembangan muncul dikarenakan ketiga faktor tersebut secara sekaligus. Seiring pertumbuhan dan perkembangan individu, aktivitas sosialisasinya terus meningkat. Pada tiap-tiap tahap perkembangan muncul berbagai keadaan tipikal yang dapat mendukung atau malah menghambat proses sosialisasi tersebut. Salah satu tahap perkembangan yang paling krusial dan juga kritis adalah saat mencapai masa remaja. Masa remaja dikenal sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di masa tersebut individu muda banyak mengalami perubahan, meliputi perubahan pada fisik, mental, emosional, serta sosial. Perubahan-perubahan itu cenderung membuat remaja mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Dahsyatnya perubahan dalam fisik, mental-psikis, serta sosial 1
2 remaja menyebabkan kegoncangan dalam dirinya. Hingga remaja seringkali menampilkan perilaku-perilaku yang buruk, atau bahkan menyimpang dari norma. Dalam laporan tahunan dari Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya), dinyatakan bahwa angka kenakalan remaja mengalami kenaikan sepanjang tahun 2009 . Kenaikan yang terjadi bahkan melonjak drastis jika di banding tahun 2008. Di tahun 2009, terjadi 26 kasus kenakalan remaja, yaitu mengalami kenaikan 160 persen jika dibanding tahun 2008 yang hanya mencapai 10 kasus (Republika, 2009/12/30). Dalam konteks tugas perkembangan dan proses sosialisasi, fenomena kondisi remaja tersebut jelas menjadi hambatan dalam perkembangan sosialnya. Para remaja yang terjebak dalam kecenderungan perilaku-perilaku bermasalah akan mendapat stigma buruk yang kuat dari masyarakat. Akibatnya mereka akan menemui kesulitan untuk mengembangkan perilaku sosial yang baik karena lingkungan sosial terlanjur memberi cap buruk terhadap mereka. Untuk penyesuaian diri serta sosial yang baik, remaja sebenarnya dapat mengembangkan sejumlah kemampuan dan perilaku positif dalam pergaulannya di lingkungan sosial. Kemampuan itu dapat disebut sebagai kompetensi sosial. Secara sederhana, kompetensi sosial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertindak secara bijaksana dalam hubungan antar manusia (Thorndike, 1920, dalam Smart & Sanson, 2003). Sebuah penelitian baru-baru ini di Amerika menyebutkan bahwa anakanak muda yang memiliki masalah perilaku diketahui memiliki kompetensi sosial yang rendah (Groot, 2009). Penelitian tersebut dilakukan pada 113 remaja (62 orang laki-laki, dan 51 orang perempuan) yang diidentifikasi mengalami
3 gangguan emosional berat (serious emotional disturbances-SEDs) dan dirawat pada sebuah pusat perawatan setempat. Hasilnya ditemukan bahwa subjek penelitian tersebut memang memiliki masalah perilaku yang serius dan kekurangan dalam kompetensi sosialnya. Jadi, terdapat hubungan negatif signifikan antara masalah perilaku remaja dengan kompetensi sosialnya. Secara positif kompetensi sosial banyak terkait dengan sejumlah perilaku sosial yang baik dan memberi kontribusi terhadap tercapainya penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang baik. Sebuah studi dilakukan oleh Smart & Sanson (2003) terhadap 940 anak muda Australia (41 persen laki-laki dan 59 persen perempuan) yang berusia 19-20 tahun untuk mengungkap hubungan antara kompetensi sosial dengan beberapa aspek dari penyesuaian dan kebaikan diri (seperti memiliki hubungan yang erat dengan orangtua, kemampuan komunikasi yang baik, kualitas pertemanan yang baik, dan sikap sosial yang baik). Kemudian diketahui bahwa anak-anak muda yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi diketahui lebih memiliki hubungan yang erat serta jarang mengalami konflik dengan orangtua mereka. Di samping itu, mereka juga lebih dapat memiliki hubungan pertemanan yang berkualitas dan sedikit mengalami keterasingan oleh teman-teman. Jadi disimpulkan bahwa sejumlah aspek dari kompetensi sosial yang dimiliki para subjek dapat menjadi faktor penting dalam penyesuaian dan kebaikan diri mereka. Studi mengenai kompetensi sosial remaja yang dilakukan di Indonesia juga mengungkapkan fakta yang sejalan. Misalnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amri (2005) diketahui bahwa remaja putri yang memiliki body image yang positif memiliki kompetensi sosial yang tinggi, demikian sebaliknya
4 yang memiliki body image negatif memiliki kompetensi sosial yang rendah. Selain itu, menurut hasil penelitian Santoso (2009), didapat remaja perempuan memiliki kepercayaan diri dan kompetensi sosial yang lebih tinggi ketimbang remaja laki-laki. Dari kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa kompetensi sosial memiliki kaitan yang positif dengan kepercayaan dan pencitraan diri remaja. Saat memasuki masa remaja mulai muncul suatu ciri pemikiran khusus yang disebut dengan egosentrisme remaja. Secara umum, egosentrisme dimaknai sebagai keterbatasan membedakan hubungan subjek-objek (Piaget, 1929 & 1958, dalam Greene, Walters, Rubin, & Hale, 1996). Secara lebih spesifik, egosentrisme remaja merujuk pada kesadaran individu bahwa ia menjadi pusat perhatian lingkungan sosialnya, dibarengi dengan pemikiran bahwa selain dirinya tidak ada orang yang memahaminya. Beberapa studi melaporkan bahwa egosentrisme berkaitan dengan hubungan interpersonal remaja, yakni tingkat egosentrisme yang tinggi pada diri remaja berhubungan dengan macam-macam masalah dalam hubungan interpersonalnya (Jahnke, HC & Blanchard-Fields, F, 1993; Vartanian, LR, 2001; Burack, JA, Flanagan, T, Peled, T, Sutton, HM, Zygmuntowicz, C, & Manly, JT, 2006; dalam Yamamoto, M, Tomotake, M, & Ohmori, T, 2008). Penelitian lain mengenai egosentrisme remaja menunjukkan bahwa nilai yang tinggi pada aspek egosentrisme remaja berhubungan dengan rendahnya nilai penyesuaian (adjusment), serta besarnya depresi dan perasaan kesepian (loneliness) (Goossens, dkk, 2002; Schonert-Reich, 1994, dalam Smetana & Villalobos, Lerner, & Steinberg, 2009). Diketahui pula bahwa tingginya egosentrisme berhubungan dengan rendahnya harga diri remaja (Ryan &
5 Kuczkowski, 1994, dalam Smetana & Villalobos, Lerner & Steinberg, 2009). Dari beberapa hasil temuan penelitian mengenai egosentrisme di atas dapat dikatakan bahwa fenomena egosentrisme remaja memiliki hubungan dengan sejumlah perilaku sosial remaja. Berdasarkan fakta tersebut di atas serta menyadari pentingnya aspek kompetensi sosial pada diri remaja, maka penulis merasa tertarik untuk mengungkap hubungan antara egosentrisme remaja dengan kompetensi sosialnya melalui penelitian ini.
1.2. Batasan Masalah Adapun pada penelitian ini, masalah penelitian dibatasi seperti sebagai berikut: • Egosentrisme
remaja
yang
dimaksud
adalah
kecenderungan
untuk
memandang dunia dari perspektif pribadi seseorang tanpa menyadari bahwa orang lain bisa memiliki sudut pandang yang berbeda. Kecenderungan tersebut memiliki dua bentuk berbeda, yakni imaginary audience dan personal fable. • Kompetensi sosial remaja adalah sejumlah kemampuan dan perilaku remaja yang digunakan untuk bertindak secara bijaksana dalam hubungan sosial. • Sebagai subjek pada penelitian ini adalah remaja awal siswa/siswi SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang dengan rentang usia 11-14 tahun.
1.3. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah seperti dipaparkan di atas, maka masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
6 •
Apakah terdapat hubungan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja?
•
Apakah terdapat hubungan antara imaginary audience dengan kompetensi sosial remaja?
•
Apakah terdapat hubungan antara personal fable dengan kompetensi sosial remaja?
•
Apakah terdapat hubungan antara usia, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja?
•
Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja?
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk mengungkap hubungan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja serta mengungkap perbedaan usia dan jenis kelamin dalam hubungan egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
1.5. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menyediakan/menambah data-data empiris mengenai tema penelitian, sekaligus menambah khazanah dan wawasan keilmuan di bidang psikologi perkembangan atau pendidikan. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada orangtua dan guru mengenai perkembangan perilaku sosial
7 remaja sehingga dapat dikembangkan pola asuh dan didik yang sesuai dengan perkembangannya.
1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: •
Bab 1, merupakan pendahuluan. Mencakup latar belakang masalah penelitian,
lalu
identifikasi,
pembatasan,
serta
rumusan
masalah.
Selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. •
Bab 2, kajian teori. Berisi penjelasan teoritis mengenai permasalahan yang diteliti, kerangka berpikir peneliti, dan pengajuan hipotesis oleh peneliti.
•
Bab 3, metodologi penelitian. Mengungkapkan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian, meliputi pendekatan penelitian, variabelvariabelnya, teknik pengambilan sampel dan pengumpulan data, serta prosedur penelitian.
•
Bab 4, presentasi dan analisa data. Menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh mencakup gambaran umum responden, hasil uji instrumen penelitian, dan deskripsi hasil akhir penelitian.
•
Bab 5, merupakan penutup. Berisi kesimpulan umum penelitian, diskusi, dan saran-saran.
8 BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Kompetensi Sosial 2.1.1. Pengertian Definisi dari kompetensi sosial adalah sama banyaknya dengan jumlah peneliti yang mengkajinya (Rubin & Rose-Krasnor, 1992 dalam Meisels, Atkins-Burnett, & Nicholson, 1996), sekaligus memuat variasi makna yang banyak pula. Berikut beberapa pengertian kompetensi sosial menurut beberapa peneliti. Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai sejumlah kemampuan serta perilaku yang meliputi aspek sosial, emosional, dan kognitif yang dibutuhkan anak-anak untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya dengan masyarakat (Welsh & Bierman, 2001). Ford (1982), Waters & Sroufe (1983), & Zigler (1973) dalam Chen, Li, Li, Li, & Liu (2000) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai kemampuan untuk bertindak secara efektif dan tepat pada berbagai situasi sosial. Ditambahkan bahwa aspek efektivitas dan penerimaan sosial merupakan dua hal yang paling sering ditekankan dalam pengertian kompetensi sosial. Artinya, seseorang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi cenderung menampilkan perilaku yang efektif dan dapat diterima dalam hubungan sosialnya. Senada dengan pengertian di atas, Meisels, Atkins-Burnett, & Nicholson (1996) berpendapat bahwa kompetensi sosial adalah sejumlah keterampilan dan perilaku dari seorang anak yang menuntunnya menuju hasil
9 hubungan sosial yang baik dan menghindarkannya dari respon-respon sosial yang buruk. Mereka lantas mengajukan beberapa kriteria pencapaian kompetensi sosial, di antaranya: a) Adanya kebaikan (kindness), kerja sama (cooperation), dan kerelaan yang pantas (appropriate compliance), serta tidak menampilkan sikap bermusuhan atau menentang. b) Ekstroversi (kecenderungan untuk menampilkan minat terhadap orang atau sesuatu hal), seperti bersosialisasi secara aktif, dan tidak takuttakut atau menarik diri dalam berinteraksi dengan orang lain. c) Memiliki kemampuan komunikasi sosial, misalnya mampu memahami bahasa non-verbal orang, mampu berhumor dan menanggapi humor orang, serta mampu secara tepat mengajukan dan merespon usul. Selanjutnya, Gresham & Elliot (1990, dalam Smart & Sanson, 2003) memaknai kompetensi sosial sebagai cara-cara berperilaku yang dipelajari agar seseorang dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Cara-cara tersebut meliputi sejumlah tindakan dan respon individu yang pantas secara sosial, seperti berbagi, menolong, bekerja sama, memulai hubungan interpersonal, peka dalam berinteraksi dengan orang, dan menghadapi situasi konflik dengan baik. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil titik temu bahwa kompetensi sosial adalah sekumpulan kemampuan personal individu untuk berperilaku yang sesuai dan tepat dalam berinteraksi dengan orang lain, hingga menghasilkan hubungan sosial yang baik.
10 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Fabes, Gaertner, & Popp (dalam McCartney & Philips, 2006) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi sosial. Ke semuanya menggambarkan berbagai kondisi dasar yang dapat memberi kontribusi terhadap pencapaian kompetensi sosial di kemudian hari. Di antaranya adalah sebagai berikut. a) Temperamen Istilah temperamen secara umum digunakan untuk merujuk pada pola perilaku secara mendasar dan menjelaskan perbedaan individu dalam bertingkah laku sejak dari tahun pertama masa kanak-kanak awal. Perilaku yang dimaksud mencerminkan kondisi khas emosi, motorik, dan perhatian terhadap stimulus bagi setiap individu; dan perilaku tersebut secara potensial mempengaruhi kemampuannya dalam membentuk hubungan sosial yang positif. Chess & Thomas (1977, 1987, 1991, dalam Santrock, 2002) mengemukakan bahwa sejak kanak-kanak, seorang individu telah memiliki kecenderungan memiliki temperamen tertentu, seperti sebagai berikut. 1) Anak bertemperamen sedang (easy child), pada umumnya memiliki suasana hati yang positif, cepat membangun rutinitasnya yang teratur pada masa bayi, dan mudah menyesuaikan diri dengan pengalamanpengalaman baru. 2) Anak bertemperamen tinggi (difficult child), cenderung bereaksi secara negatif dan sering menangis, melibatkan diri dalam hal-hal
11 rutin sehari-hari secara tidak teratur, dan lambat menerima pengalaman-pengalaman baru. 3) Anak bertemperamen rendah (slow-to-warm-up child), memiliki tingkat aktivitas yang rendah, agak negatif, memperlihatkan daya adaptasi yang rendah, dan memperlihatkan intensitas suasana hati yang rendah. Banyak peneliti meyakini temperamen telah menjadi karakteristik yang tetap pada diri individu sejak masa yang amat muda (bayi), tetapi dapat terus terbentuk dan diperbarui oleh pengalaman-pengalaman hidup seiring dengan perkembangannya (Goldsmith, 1988; Thomas & Chess, 1987, dalam Santrock 2002). Jadi, seseorang terlahir dengan memiliki karakteristik tertentu pada temperamennya, namun pada perkembangan selanjutnya temperamen tersebut dipengaruhi oleh respon-respon yang diterima selama dalam pengasuhan orangtua dan juga pengalaman hidup individu dalam lingkungan sosialnya. b) Faktor keterampilan sosio-kognitif Disebutkan bahwa kognisi sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial. Ia merupakan fungsi kognitif yang dengannya seseorang belajar untuk mengenal dan menginterpretasikan informasi mengenai orang lain, teman sebaya, situasi-situasi sosial, serta belajar tentang perilaku dan respon sosial secara efektif. Fungsi tersebut memberi dukungan terhadap perkembangan keterampilan kognisi sosial yang memungkinkan individu membentuk pemahaman yang lebih baik mengenai pikiran, perasaan serta kecenderungan perilaku orang lain.
12 Dengan demikian, saat individu berinteraksi dengan orang lain, atau berperilaku dalam situasi sosial pikirannya membantu mengatur tingkah laku yang akan dimunculkan sedemikian rupa hingga memungkinkannya bersosialisasi secara efektif. Paling tidak terdapat dua hal penting dalam kognisi sosial, yaitu pemrosesan informasi dan pengetahuan sosial. Dodge (1983, dalam Santrock, 2002) meyakini bahwa ketika seseorang melakukan interaksi sosial, ia melampaui lima tahap dalam memroses informasi tentang dunia sosialnya,
yaitu
membaca
kode/sandi
isyarat-isyarat
sosial,
menginterpretasikan, mencari suatu respon, memilih respon yang optimal, dan bertindak. Jadi, bagaimana seseorang berperilaku dalam interaksi sosialnya ditentukan oleh bagaimana ia mempersepsi perilaku-perilaku orang lain, dan juga bagaimana pikirannya memberi pertimbangan tentang pilihan respon/tindakan yang akan diambil orang tersebut. Di samping itu, pengetahuan sosial juga dilibatkan dalam kemampuan individu agar dapat akrab dengan lingkungan sosialnya. Yaitu pengetahuan tentang arti dan tujuan-tujuan dari relasi sosial, nilai-nilai yang berlaku dalam berhubungan sosial, pentingnya membangun interaksi sosial yang baik, serta pengetahuan tentang kondisi emosi dirinya ataupun orang lain. Semua pengetahuan tersebut terus berkembang sesuai dengan pengalaman individu menjalani interaksi sosial dari waktu ke waktu, dan sejalan dengan pengertian yang ditanamkan oleh pengasuh atau orangtua. c) Keterampilan berkomunikasi
13 Bahasa merupakan cara utama bagi seseorang untuk membangun interaksi, mengelola hubungan dengan orang lain, dan membangun kontak interpersonal. Dapat dipahami bahwa individu dengan keterampilan bahasa yang rendah tidak dapat menjalin hubungan sosial dengan baik. Kapasitas untuk memahami orang lain, serta menunjukkan kebutuhan, pikiran, dan tujuan-tujuan
individu
seringkali
tergantung
pada
kemampuan
berbahasanya. Jika seseorang mampu mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhnnya dengan baik dalam interaksi sosialnya, maka dapat dikatakan bahwa ia adalah orang yang kompeten secara sosial. Bagaimanapun, bahasa dan komunikasi merupakan sarana terpenting dalam hubungan sosial atau proses sosialisasi. Di samping tiga hal di atas beberapa faktor lain dapat pula memberi kontribusi terhadap kompetensi sosial anak, di antaranya yaitu: a) Faktor keluarga Keluarga merupakan lingkungan sosial paling awal bagi individu untuk melakukan sosialisasi. Kompetensi sosial seseorang berkembang seiring pengalamannya mendapat perlakuan sosial dalam keluarga. Atkinson, Atkinson, Smith, & Biem (1990) mengungkapkan, cara bagaimana orangtua merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan anaknya – secara sabar, dengan kehangatan dan perhatian, atau secara kasar, dengan sedikit kepekaan – akan mempengaruhi hubungan si anak dengan orang lain hingga kelak di kemudian hari setelah ia dewasa. b) Pengalaman sosialisasi di masa paling awal
14 Seseorang yang di masa kecilnya mengikuti program pendidikan prasekolah atau mendapatkan kesempatan lebih awal untuk berinteraksi sosial dengan pihak selain keluarga, cenderung lebih mudah mencapai kompetensi sosial yang matang. Ketersediaan kesempatan yang luas sejak masa paling dini memungkinkan seseorang memperoleh latihan dan pengalaman sosial yang kaya hingga dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi sosial yang tinggi. Hurlock (1980) menyatakan, kalau pada saat anak berusia empat tahun telah mempunyai pengalaman sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan kelompok, dan sadar akan pendapat orang lain. Pengertian akan dasar-dasar interaksi sosial dalam permainan serta kesadaran akan adanya pandangan orang lain sangatlah penting dalam menunjang kompetensi sosial anak. Dari beberapa faktor di atas, tiga yang awal dapat dikategorikan sebagai faktor internal (inheren dalam diri individu) dan dua yang terakhir merupakan faktor eksternal (berasal dari luar diri individu). Meskipun faktorfaktor internal cenderung dipahami sebagai faktor bawaan, tapi faktor-faktor tersebut terus berkembang sesuai dengan pengalamannya belajar dalam lingkungan sosial.
2.1.3. Kompetensi Sosial Remaja Perkembangan dari anak menuju remaja sering dicirikan dengan perubahan yang dramatis bagi orang muda, meliputi perubahan pada fisik, mental-psikis, maupun sosial. Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut remaja juga menerima sejumlah tugas perkembangan baru. Menurut Hurlock (1980), salah satu tugas perkembangan yang paling sulit bagi remaja adalah
15 yang
berhubungan
dengan
penyesuaian
sosialnya.
Remaja
harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Agar mencapai perkembangan sosial yang optimal, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Di antara yang paling penting adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya (peers). Selama masa kanak-kanak, seseorang baik laki-laki atau perempuan sangat terorientasi pada peran orangtua. Ketika memasuki remaja, peran orangtua menjadi berkurang dan digantikan oleh peran kelompok sebaya yang pengaruhnya begitu kuat. Hurlock (1980) mencontohkan, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minuman alkohol, obat-obat terlarang, atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akan akibatnya. Di samping penyesuaian terhadap menguatnya pengaruh kelompok sebaya, remaja juga harus menyesuaikan diri akibat adanya perubahan dalam perilaku dan hubungan sosial. Di antara perubahan sikap dan perilaku sosial yang menonjol pada remaja adalah dalam hubungan heteroseksual. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa dalam waktu singkat remaja mengadakan perubahan radikal, dari tidak menyukai berteman dengan lawan jenis menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenis daripada dengan yang sejenis. Lalu
16 terjadi pula pengelompokan sosial baru. Teman-teman di masa kanak-kanak dulu berangsur-angsur berganti dengan teman-teman baru disertai adanya pola hubungan yang lebih serius dan matang ketimbang masa kanak-kanak. Penyesuaian yang juga penting bagi remaja adalah karena munculnya nilai-nilai baru dalam pola pergaulan remaja. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai dalam seleksi persahabatan, dalam dukungan dan penolakan sosial, serta dalam memilih pemimpin kelompok (Hurlock, 1980). Para remaja tidak lagi memilih teman berdasarkan kemudahannya sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak. Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilainilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa nyaman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua ataupun guru. Remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau menolak teman-teman sebaya sebagai bagian dari kelompok. Utamanya didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Dalam hal menentukan pemimpin kelompok, remaja menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang-orang lain, dan dengan demikian akan menguntungkan mereka. Ini didasari pada pemikiran bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili diri mereka dalam masyarakat yang lebih besar. Dalam berbagai upaya penyesuaian tersebut, dibutuhkan keterampilan yang dapat membantu remaja dalam menyesuaikan diri, atau disebut sebagai kompetensi sosial. Smart & Sanson (2003) menyatakan bahwa kompetensi sosial yang dikembangkan dengan baik dapat memudahkan anak-anak muda
17 (youngsters) untuk mengatasi sekaligus melampaui macam-macam kesulitan dalam proses penyesuaian. Dalam studinya Smart & Sanson (2003) memberi gambaran tentang kompetensi sosial remaja. Remaja dengan kompetensi sosial yang tinggi sedikit sekali mengalami perasaan tertekan (depressed), cemas (anxious), ataupun stres. Mereka juga amat kurang menampilkan perilaku yang buruk, dan merasa sangat puas dengan kehidupan yang dijalaninya. Welsh & Bierman (2001) mengungkapkan bahwa remaja yang menampilkan tingkat kompetensi sosial yang tinggi selalu dapat diterima dengan baik dalam komunitas sosialnya. Mereka begitu bersahabat, mudah bekerja sama, dan bercakap-cakap dengan amat baik dengan orang lain. Teman-teman sebaya sering menggambarkan mereka sebagai orang yang suka menolong, baik, pengertian, atraktif, serta bagus dalam permainan. Remaja yang kompeten dalam hubungan sosial, biasanya mampu menyadari cara pandang orang lain dan mampu menghadapi situasi konflik dengan tetap tenang. Sebaliknya, para remaja yang kurang memiliki kompetensi sosial cenderung mengalami banyak masalah dalam hubungan sosial, dan sering terkait dengan macam-macam masalah perilaku dan kenakalan (Hair, Jager, & Garrett, 2001). Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan sejumlah remaja yang memiliki gangguan emosional serius dan terbukti mengalami berbagai masalah perilaku menunjukkan bahwa para remaja itu memiliki kompetensi sosial yang rendah. Lebih parah, disebutkan bahwa mereka
18 mempunyai pemahaman dan kecakapan hubungan sosial yang tidak matang dan terbelakang (Groot, 2009). Selanjutnya Smart & Sanson (2003) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kompetensi sosial di antara remaja laki-laki dan perempuan. Berbagai kecakapan yang menjadi bagian dari kompetensi sosial cenderung ditampilkan lebih menonjol oleh remaja perempuan ketimbang remaja lakilaki. Dijelaskan bahwa dorongan dari norma serta harapan sosial yang menginginkan remaja perempuan agar lebih kooperatif (penurut, hormat terhadap figur orangtua/guru), dan memiliki tanggung jawab (taat, memenuhi tugas-tugas yang diberikan) lebih membantu mereka dalam mengembangkan kompetensi sosial ketimbang remaja laki-laki. Demikian pula, proses sosialisasi dalam keluarga dan pengalaman-pengalaman mendapat pengasuhan selama kanak-kanak turut menyokong perkembangan emosional dan rasa empati para remaja perempuan, sementara
remaja
laki-laki kurang
mendapatkan dorongan tersebut. Mengembangkan kompetensi sosial yang baik selama remaja adalah mutlak diperlukan. Kompetensi sosial memungkinkan remaja melakukan penyesuaian terhadap berbagai perubahan yang dialaminya secara optimal dan tanpa kesulitan. Selanjutnya kompetensi sosial dapat membantu remaja untuk memiliki hubungan sosial yang berkualitas. Kompetensi sosial bahkan dapat membantu remaja dalam perkembangan sosial berikutnya di masa dewasa, misalnya dalam menjalin hubungan pernikahan yang harmonis, atau mengembangkan hubungan yang positif dengan anak-anak yang dimiliki (Hair, Jager, & Garrett, 2001).
19
2.1.4. Aspek-aspek Kompetensi Sosial Remaja Sebagaimana telah dikemukakan di bagian awal, kompetensi sosial didefinisikan dengan amat bervariasi oleh para ilmuwan. Dengan demikian, aspek-aspek yang berkaitan dengannya juga bervariasi. Misalnya, Hair, Jager, & Garrett (2001) mengajukan bahwa kompetensi sosial meliputi dua ranah, yaitu
macam-macam
keterampilan
dalam
hubungan
interpersonal
(interpersonal skills), dan sejumlah atribut personal (personal attributes). Termasuk dalam keterampilan-keterampilan dalam hubungan sosial di antaranya, kemampuan penyelesaian konflik/masalah, keakraban dengan orang lain, dan perilaku prososial. Dan yang termasuk di antara atribut personal, yaitu kemampuan pengendalian diri, kepercayaan sosial (social confidence) meliputi perilaku asertif, efikasi diri, dan inisiatif dalam hubungan sosial, serta sikap empati dan simpati. Berikut
merupakan
aspek-aspek
kompetensi
sosial
remaja
sebagaimana dikemukakan oleh Gresham & Elliott (1990, dalam Smart & Sanson, 2003). a) Assertif, yaitu perilaku berinisiatif seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain. b) Kooperatif, meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang. c) Empati,
yaitu
perilaku
yang
menunjukkan
kepedulian
penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain.
serta
20 d) Tanggung jawab, yaitu menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan. e) Pengendalian diri, yaitu perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang mengganggu, atau berkompromi akan sesuatu. Aspek-aspek kompetensi sosial menurut Gresham & Elliott di atas akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat kompetensi sosial subjek.
2.2. Egosentrisme 2.2.1
Pengertian Dalam kamus besar bahasa Indonesia, egosentrisme didefinisikan
sebagai sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal. Sedangkan dalam wikipedia, istilah egosentrisme (egocentrism) disebutkan berasal dari kata bahasa Yunani dan Latin “ego” yang artinya saya, aku, atau diri. Egosentrisme merupakan istilah psikologi yang bermakna diferensiasi yang tidak sempurna antara diri (the self) dengan dunia di luar diri (the world), termasuk orang lain; kecenderungan individu untuk melihat (perceive), memahami (understand), dan menafsirkan (interpret) dunia menurut pandangan dirinya. Dalam kamus istilah psikologi (Kartono dalam Chaplin, 2008), egosentris didefinisikan sebagai menyangkut diri sendiri, keasyikan terhadap diri sendiri; menurut Piaget, berkaitan dengan kemampuan berbicara dan berpikir yang diarahkan pada kebutuhan pribadi. Sementara egosentrisme
21 didefinisikan sebagai kecenderungan menilai obyek-obyek atau peristiwaperistiwa berdasarkan kepentingan pribadi dan menjadi kurang sensitif terhadap kepentingan-kepentingan atau hal-hal yang menyangkut orang lain; menurut Piaget, merupakan ketidakmampuan memahami bahwa orang lain juga mempunyai kepentingan atau pandangan yang mungkin berbeda dengan yang dimilikinya (Kartono & Gulo, 2003). Shaffer (2009) mendefinisikan egosentrisme sebagai kecenderungan untuk memandang dunia dari perspektif pribadi seseorang tanpa menyadari bahwa orang lain bisa memiliki sudut pandang yang berbeda. Dari beberapa pengertian umum yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil titik temu bahwa egosentrisme adalah kemampuan persepsi yang terbatas pada kepentingan dan/atau kebutuhan pribadi, tidak berorientasi pada pemisahan/pembedaan antara diri sendiri dengan orang/objek lain.
2.2.2. Egosentrisme dalam Perkembangan Kognitif Diketahui bahwa terminologi egosentrisme berhubungan dengan teori perkembangan kognitif Piaget (1896-1980). Maka perlu dibahas secara singkat mengenai salah satu pokok
teori Piaget tersebut, yaitu tentang stadium
perkembangan kognitif. Berdasarkan observasinya, Piaget menjadi yakin bahwa kemampuan berpikir dan bernalar anak berkembang melalui sejumlah stadium yang berbeda secara kualitatif bersamaan dengan kematangan mereka (Atkinson, Atkinson, Smith, & Bem, 1990). Stadium pertama dari perkembangan kognitif adalah sensori-motorik. Tahap sensori-motorik berlangsung dari sejak kelahiran hingga kira-kira 2 tahun, sama dengan periode perkembangan masa bayi (Santrock, 2002).
22 Selama masa ini, perkembangan mental dicirikan oleh beberapa kemampuan bayi (Atkinson, Atkinson, Smith, & Bem, 1990). a) Diferensiasi antara diri dengan objek, yaitu kesadaran pemikiran bayi bahwa dirinya terpisah/berbeda dari dunia luar. b) Bayi mengenali dirinya sebagai subjek/pelaku dari suatu tindakan dan mulai bertindak dengan sengaja, misalnya menggoyang-goyangkan mainan untuk menghasilkan bunyi. c) Mencapai kepermanenan objek (object permanency), yaitu menyadari bahwa benda-benda terus ada walaupun tidak lagi tertangkap indera. Stadium kedua adalah praoperasional. Berlangsung mulai usia 2 hingga 7 tahun. Ciri-ciri perkembangan mental yang utama di antaranya, anak mulai belajar menggunakan bahasa dan merepresentasikan objek melalu citra dan kata-kata; munculnya egosentrisme, yaitu keterbatasan pemikiran yang kesulitan dalam memandang dari sudut pandang orang lain; dan mengklasifikan objek dengan ciri tunggal, contohnya mengelompokkan semua balok merah tanpa memandang bentuknya atau semua balok persegi tanpa memandang warnanya. Stadium perkembangan kognitif berikutnya adalah operasional konkret. Terentang mulai usia 7 sampai 11 tahun. Beberapa ciri perkembangan pemikiran di tahap ini ialah, anak dapat berpikir logis tentang objek dan peristiwa meski hanya untuk hal-hal yang konkret, mencapai keterampilan konservasi (yaitu pemikiran tentang ketetapan atribut suatu objek atau situasi tertentu, terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal),
23 dan mampu mengklasifikasikan objek menurut beberapa ciri sekaligus dapat mengurutkannya secara serial mengikuti dimensi tunggal, seperti ukuran. Stadium perkembangan kognitif yang terakhir adalah operasional formal. Dimulai sejak usia 11 tahun hingga tahun-tahun selanjutnya. Pada tahap ini individu telah sampai pada model pemikiran dewasa atau mencapai tahap kematangan intelektual. Di antara cirinya
seperti, mampu berpikir
secara logis tentang masalah abstrak lalu menguji hipotesis secara sistematik. Selain itu, dengan kematangan pemikiran yang diperoleh, individu dapat memahami masalah-masalah kompleks seperti cinta, masa depan, atau yang menyangkut dengan idealisme. Dari penjelasan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif di atas, diketahui bahwa masing-masing tahap memiliki ciri-ciri yang khas dari kemampuan berpikir individu. Meski egosentrisme disebut sebagai salah satu ciri yang menonjol dari pemikiran praoperasional, namun diyakini bahwa egosentrisme (sebagai keterbatasan dalam membedakan hubungan subjekobjek) timbul pada permulaan tiap-tiap pencapaian kemampuan kognitif baru. Piaget (1962, dalam Alberts, Elkind, & Ginsberg, 2007) menyatakan bahwa egosentrisme dapat terwujud secara unik dalam pemikiran-pemikiran serta tindakan-tindakan pada setiap tahap perkembangan mental. Jadi, munculnya egosentrisme ialah pada tiap transisi di antara tahaptahap dari perkembangan kognitif. Alberts, Elkind, & Ginsberg (2007) memberikan gambaran, seorang anak kecil dengan pemikiran praoperasional, gagal/tidak mampu membedakan antara sebuah nama dengan benda. Di usia ini si anak tidak dapat menerima fakta bahwa suatu objek/benda yang sama
24 bisa saja memiliki nama yang berbeda, begitu pula bahwa nama bisa saja diubah untuk objek yang sama. Setelah usia 6 atau 7 tahun dan mencapai pemikiran operasional konkret, anak terbebas dari egosentrisme kata-kata dan benda, tetapi terkena “sasaran” timbulnya bentuk baru dari egosentrisme. Pada tahap ini anak tidak mampu membedakan antara ‘diri’ yang dibangun dalam pikiran dengan yang ada pada kenyataan. Ketika sedang bermain sebuah permainan yang memerlukan strategi, anak usia sekolah lebih terpaku pada strategi awal dan mencoba memaksakan fakta-fakta baru agar cocok dengan pemikiran akan strategi awal tersebut. Ketika pemikiran operasional formal tercapai, individu terbebas dari model pemikiran egosentrisme hipotetis seperti yang dilakukan anak sekolah tersebut. Tetapi muncul sebuah tipe baru dari egosentrisme, yaitu egosentrisme yang menimbulkan keyakinan bahwa pikiran-pikiran orang lain tertuju pada diri subjek.
2.2.3. Egosentrisme Remaja Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, egosentrisme remaja terjadi dalam transisi dari pemikiran operasional konkret menuju operasional formal. Elkind (1967, 1976, & 1978, dalam Santrock, 2003) mengemukakan dua bentuk egosentrisme remaja, yaitu imaginary audience dan personal fable. a) Imaginary audience Imaginary audience merupakan bentuk egosentrisme remaja yang melibatkan pemikiran sendiri yang kebingungan terhadap anggapan adanya penonton yang memperhatikannya dan membuat ia menyimpulkan bahwa orang lain berbagi keasyikan dengannya (Shaffer, 2009). Jadi para remaja (dalam pikirannya) seperti yakin bahwa orang lain memiliki perhatian yang
25 amat besar terhadap diri mereka sebesar perhatian mereka sendiri, dan melebihi dari apa yang sesungguhnya terjadi. Greene, Rubin, & Hale (1995) menambahkan, para remaja yang terlalu memperhatikan dirinya secara berlebihan memperluas keasyikannya tersebut dan menganggap bahwa orang lain sama asyiknya seperti mereka dalam memperhatikan diri mereka. Santrock (2003) mengemukakan bahwa gejala imaginary audience mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian seperti keinginan agar kehadirannya diperhatikan, semua aktivitasnya disadari oleh orang lain dan menjadi pusat perhatian. Ditambahkan bahwa remaja terutama merasa bahwa mereka “ada di atas panggung” dan beranggapan bahwa merekalah pemeran utamanya, sementara orang lain adalah penontonnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gejala imaginary audience lebih merupakan produk dari pikiran atau hanya ada dalam pikiran remaja, dan bukan yang sebenarnya terjadi. b) Personal fable Sedangkan personal fable adalah bagian egosentrisme remaja berkenaan dengan perasaan keunikan pribadi yang dimiliknya. Elkind (1967 & 1978, dalam dalam Greene, Rubin, & Hale, 1995) menyatakan bahwa personal fable merupakan kecenderungan remaja untuk meyakini bahwa diri mereka sangat unik, dan karenanya tidak ada orang lain yang dapat memahami mereka ataupun pernah merasakan pengalaman-pengalaman seperti yang mereka alami.
26 Alberts, Elkind, & Ginsberg (2007) menjelaskan bahwa personal fable merupakan akibat wajar dari imaginary audience. Dengan remaja berpikir bahwa dirinya sebagai pusat perhatian orang lain membuatnya percaya bahwa perhatian orang tersebut adalah karena dirinya spesial dan unik. Greene, Walters, Rubin, & Hale (1996) menyatakan bahwa personal fable dicirikan oleh ketidakmampuan untuk membayangkan bahwa diri (the self) bisa saja sama dengan orang lain, dan menghasilkan perasaan ke-dirian yang ekstrim (extreme individuation). Keyakinan akan keunikan tersebut membuat remaja berpikir seperti misalnya, orang lain bisa saja tidak menyadari keinginan mereka, tapi saya tidak demikian; atau, orang lain bisa saja kecanduan narkoba, tapi saya tidak akan seperti itu, dan sebagainya. Karenanya, gejala-gejala dari personal fable dipercaya sebagai pemicu sejumlah perilaku ceroboh remaja Menurut Lapsley (1991, dalam Greene, Walters, Rubin, & Hale, 1996) egosentrisme remaja yang berupa personal fable terdiri dari tiga dimensi, yaitu kedigdayaan (omnipotence) yaitu pikiran bahwa remaja mampu dan lebih dari siapapun dalam melakukan segala hal, keunikan (uniqueness) yaitu perasaan bahwa diri remaja sangat unik dan tidak ada orang lain yang dapat memahaminya, serta ketangguhan (invulnerability) yaitu pikiran bahwa dirinya sanggup menghadapi berbagai risiko dan kesulitan. Namun demikian, sebagai pengagas utama dari ide tentang egosentrisme remaja Elkind (1967, dalam Alberts, Elkind, & Ginsberg 2007) mengajukan bahwa personal fable memuat dua aspek saja, yakni perasaan ketangguhan (invulnerability), yaitu pikiran bahwa dirinya tidak terancam bahaya seperti
27 orang lain dan sanggup menghadapi berbagai kesulitan, dan kekhususan (speciality), yaitu perasaan bahwa diri remaja sangat khusus dan unik, serta tidak ada orang lain yang dapat memahaminya. Greene, Walters, Rubin, & Hale (1996) mengungkapkan bahwa secara teoritis egosentrisme remaja (imaginary audience dan personal fable) semestinya muncul di usia 11 atau 12 dengan dimulainya transisi pemikiran menuju operasional formal. Dan tergantung pada proses perkembangan, biasanya egosentrisme mulai berkurang di usia 16 atau 17, atau mungkin saja di usia 15.
Secara umum, egosentrisme memiliki hubungan terbalik
(inversely related) dengan usia, artinya semakin bertambahnya usia maka egosentrisme akan semakin berkurang. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa egosentrisme remaja adalah fenomena yang wajar dan umum terjadi di masa remaja sebagai bagian dari perkembangan kognitifnya. Egosentrisme remaja merupakan sebuah fase transisi model pemikiran yang terjadi sebelum remaja mencapai model pemikiran yang lebih matang sesuai perkembangannya. Secara akademis, mengkaji egosentrisme remaja lebih lanjut adalah penting. Bertujuan untuk mengungkap berbagai aspek yang berkaitan dengannya hingga gambaran yang lebih utuh mengenai fenomena tersebut dapat diperoleh.
2.2.4. Penyebab Egosentrisme Remaja Para ilmuwan masih terus meneliti mengenai fenomena egosentrisme remaja, dan masih belum bersepakat dalam beberapa hal. Di antara hal yang para peneliti masih berbeda adalah mengenai sebab-sebab munculnya egosentrisme pada diri remaja.
28 Santrock (2003) mengemukakan bahwa Elkind (1985) sebagai penggagas utama ide egosentrisme remaja dan beberapa ilmuwan lain berbeda pandangan dalam memahami bagaimana egosentrisme remaja muncul. Dinyatakan bahwa Elkind (1985 dalam Santrock, 2003)) meyakini munculnya egosentrisme remaja adalah disebabkan oleh adanya cara berpikir operasional formal. Menurut
Elkind
(1976),
cara
berpikir
operasional
formal
memungkinkan remaja untuk menyadari betul segala perasaan dan pikiran yang dimilikinya, serta yang dimiliki oleh orang lain. Dengan keasyikannya (preoccupation) memikirkan dan memperhatikan berbagai perubahan fisik serta kemunculan perasaan-perasaan baru pada dirinya, remaja lalu membentuk anggapan bawa orang lain turut memperhatikan apa yang diperhatikannya. Elkind (1976) menyebut hal tersebut sebagai assumptive psychologies, yakni anggapan bahwa apa yang khas dimiliki olehnya, merupakan sesuatu yang umum bagi orang-orang lain; dan apa yang umum bagi orang kebanyakan adalah sesuatu yang unik bagi dirinya. Pikiran semacam inilah yang menjadi dasar atas timbulnya pemikiran egosentrisme pada remaja berupa imaginary audience dan personal fable. Sementara itu, ahli lainnya berpendapat bahwa egosentrisme remaja tidaklah sepenuhnya merupakan gejala kognitif. Para ahli tersebut memandang bahwa selain karena adanya kemampuan berpikir operasional formal, egosentrisme remaja muncul karena remaja memiliki kemampuan untuk keluar dari diri sendiri dan membayangkan reaksi orang lain dalam suatu
situasi
imajinatif,
atau
disebut
juga
sebagai
kemampuan
29 pengambilalihan cara pandang (perspective-taking) (Gray & Hudson, 1984; Jahnke & Blanchard-Fields, 1993; Lapsley, 1985, 1990, 1991, 1993; Lapsley, dkk., 1986; Lapsley & Murphy, 1985; lapsley & Rice, 1988; O’Coor &Nikoli, 1990; dalam Santrock, 2003). Berdasarkan teori dari Robert Selman (1980, dalam Santrock, 2003), perspective-taking dimaknai sebagai kemampuan untuk mempergunakan cara pandang orang lain dan memahami pemikiran serta perasaan orang tersebut. Di samping itu, sejalan dengan pendapat para ilmuwan di atas, secara tegas Lapsley (1991 & 1993, dalam Greene, Walters, Rubin, & Hale, 1996) bahkan
membantah
pendapat
Elkind
dengan
menyatakan
bahwa
egosentrisme remaja tidak berkaitan dengan perkembangan kognitif, tetapi berhubungan dengan perkembangan ego remaja. Jadi, egosentrisme pada diri remaja muncul seiring dengan perkembangan kesadaran remaja akan dirinya (self). Selanjutnya, beberapa studi menunjukkan bukti bahwa egosentrisme pada remaja terkait dengan status sosio-ekonomi. Greene, Kremer, Walters, Rubin & Hale (2000, dalam Smetana & Villalobos, Lerner & Steinberg, 2009) menunjukkan bahwa tingginya aspek invulnerability (sebagaimana diukur pada subskala personal fable) berhubungan dengan tingginya tingkat pendidikan orang tua. Yang lain menyebutkan bahwa tingkat kelas sosial yang tinggi di kalangan perempuan, berhubungan dengan perilaku imaginary audience yang menonjol dan rendahnya nilai pada subskala personal fable; sementara tingkat kelas sosial yang tinggi di kalangan laki-
30 laki, berhubungan dengan aspek personal fable yang menonjol (SchonertReichl, 1994, dalam Smetana & Villalobos, Lerner & Steinberg, 2009). Dengan demikian diketahui bahwa paling tidak terdapat dua pandangan pokok tentang fenomena egosentrisme remaja. Yakni pandangan yang berdasar pada perkembangan kognitif, dan pandangan yang berdasar pada perkembangan ego. Pendapat-pendapat mengenai penyebab timbulnya egosentrisme pada remaja tampaknya berkisar pada dua poros pandangan tersebut.
2.3. Kerangka Berpikir Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit bagi remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosialnya. Oleh karena itu, remaja perlu mengembangkan sejumlah kecakapan untuk membantunya melakukan berbagai penyesuaian baru dalam hubungan sosial, yakni kompetensi sosial. Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai sekumpulan kemampuan personal individu untuk berperilaku yang sesuai dan tepat dalam berinteraksi dengan orang lain, hingga menghasilkan hubungan sosial yang baik. Diketahui bahwa kecenderungan cara berpikir seseorang tentang lingkungan sosialnya memberi pengaruh terhadap kompetensi sosialnya. Sementara saat memasuki masa remaja mulai muncul suatu ciri pemikiran khusus yang disebut dengan egosentrisme remaja. Egosentrisme remaja dapat timbul dalam dua bentuk berbeda, yakni imaginary audience dan personal fable. Dengan pemikiran imaginary audience, remaja selalu merasa bahwa kehadirannya diperhatikan oleh orang, dan dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang. Kondisi tersebut sering membuat remaja merasa sangat canggung atau malah
31 terlampau percaya diri dalam berperilaku dalam situasi sosial. Sementara itu, sejumlah perilaku nekat dan ceroboh oleh remaja disinyalir merupakan hasil dari pemikiran personal fable. Menurut Elkind (1976), cara berpikir remaja yang amat menonjol dalam egosentrisme seringkali menimbulkan salah pengertian dari orang lain. Gejala-gejala egosentrisme seperti dikemukakan di atas sering membuat remaja menampilkan sikap dan perilaku yang tidak bisa diterima dengan baik oleh lingkungan sosial, terutama orang-orang dewasa seperti orangtua dan guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa egosentrisme remaja (baik imaginary audience maupun personal fable) sebagai keterbatasan fungsi kognitif memiliki hubungan dengan pencapaian kompetensi sosial remaja. Menonjolnya egosentrisme pada diri remaja baik dalam imaginary audience maupun personal fable mungkin bisa menghambat pencapaian kompetensi sosial yang optimal. Demikian pula sebaliknya, bila egosentrisme pada diri remaja tidak mewujud dengan kuat, maka remaja dapat mengembangkan kompetensi sosialnya secara optimal. Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Egosentrisme Remaja
Imaginary Audience
Personal Fable
Kompetensi Sosial
32 2.4. Hipotesis Penulis mengajukan hipotesis penelitian seperti sebagai berikut: a) Hipotesis alternatif (Ha) •
Terdapat hubungan signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
•
Terdapat hubungan signifikan antara imaginary audience dengan kompetensi sosial remaja.
•
Terdapat hubungan signifikan antara personal fable dengan kompetensi sosial remaja.
•
Terdapat hubungan signifikan antara usia, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
•
Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
b) Hipotesis nol (H0) •
Tidak terdapat hubungan signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
•
Tidak terdapat hubungan signifikan antara imaginary audience dengan kompetensi sosial remaja.
•
Tidak terdapat hubungan signifikan antara personal fable dengan kompetensi sosial remaja.
•
Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
•
Tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin, egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja.
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sevilla (1993) penelitian korelasi dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data-data berupa angka yang kemudian diolah memakai teknik statistik.
3.2. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebasnya adalah egosentrisme remaja. Dan variabel terikatnya adalah kompetensi sosial remaja.
3.3. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 3.3.1. Definisi Konseptual Variabel Egosentrisme remaja sebagai variabel bebas didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memandang dunia dari perspektif pribadi seseorang tanpa menyadari bahwa orang lain bisa memiliki sudut pandang yang berbeda (Shaffer, 2009). Terdiri dari dua bentuk, yakni imaginary audience dan personal fable.
34 Sedangkan
variabel
terikat
yaitu
kompetensi
sosial
remaja
didefinisikan sebagai cara-cara berperilaku yang dipelajari agar seseorang dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain (Gresham & Elliott, 1990 dalam Smart & Sanson, 2003).
3.3.2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dari egosentrisme remaja yakni skor yang didapat dari skala perilaku egosentrisme remaja yang terdiri dari sub-skala imaginary audience dan sub-skala personal fable yang meliputi 2 dimensi yaitu: a) Kekhususan (speciality) yaitu pikiran bahwa diri remaja sangat khusus dan unik, serta tidak ada orang lain yang dapat memahaminya. b) Ketangguhan (invulnerability) yaitu pikiran bahwa dirinya
tidak
terancam bahaya seperti orang lain dan sanggup menghadapi berbagai kesulitan. Sedangkan definisi operasional dari kompetensi sosial yakni skor yang didapat dari skala perilaku kompetensi sosial remaja yang meliputi beberapa aspek, yakni: f) Perilaku assertif, yaitu perilaku berinisiatif seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain. g) Kerja sama, meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang. h) Empati,
yaitu
perilaku
yang
menunjukkan
kepedulian
penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain.
serta
35 i) Tanggung jawab, yaitu menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan. j) Pengendalian diri, yaitu perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang mengganggu, atau berkompromi akan sesuatu.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, kelas VII dan VIII. Secara keseluruhan berjumlah 120 orang.
3.4.2. Sampel Sampel diambil secara non-probabilitas dengan jenis purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Artinya penarikan sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan dengan strata ataupun random, tapi didasarkan pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Menurut, Danim (2004), sampel yang diambil secara purposif harus dipilih peneliti dengan pertimbangan bahwa sampel tersebut betul-betul sesuai dengan apa yang hendak ditelitinya. Oleh karenanya, dengan mempertimbangkan kecenderungan teori peneliti menentukan sampel dengan menggunakan syarat-syarat sebagai berikut: •
Sampel adalah benar siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang kelas VII dan VII.
36 •
Berusia minimal 11 tahun, dan maksimal 14 tahun.
•
Pada saat pengumpulan data dilakukan subjek hadir dan menyatakan bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.5. Pengumpulan Data 3.5.1. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen skala perilaku model Likert, baik untuk variabel bebas maupun variabel terikat.
3.5.2. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 pokok skala. Yaitu skala egosentrisme remaja yang terdiri dari 2 sub-skala (skala imaginary audience dan skala personal fable) serta skala kompetensi sosial remaja. Sub-skala imaginary audience yang digunakan merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari Imaginary Audience Scale (IAS) yang dikembangkan oleh Walters, dkk (1991, dalam Greene, Walters, Rubin, & Hale, 1996). Subskala personal fable yang memuat 2 dimensi (kekhususan dan ketangguhan) merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari The New Personal Fable Scale seperti yang diajukan oleh Alberts, Elkind, & Ginsberg (2007). Berikut adalah cetak biru (blue-print) dari skala egosentrisme yang memuat 2 sub-skala.
37 Tabel 3.1. Cetak Biru Skala Egosentrisme No.
Aspek
Sub-skala 1 1 Imaginary audience Sub-skala 2 1 Ketangguhan (Invulnerability) 2
Aitem
Jumlah Aitem
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
11
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14
7
Kekhususan (speciality) 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13
7 25
Sementara skala kompetensi sosial remaja yang digunakan merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari skala keterampilan sosial (social skills) sebagaimana dikembangkan oleh Gresham & Elliot (1990, dalam Smart & Sanson, 2003). Berikut adalah cetak biru dari skala kompetensi sosial remaja.
Tabel 3.2. Cetak Biru Skala Kompetensi Sosial Remaja Setelah Uji Validitas No. 1 2 3 4 5
Aspek
Favorable 1, 2, 13, 18, 24, 26, 33 Empati 3, 8, 14, 19, 25, 34 Tanggung jawab 4, 10, 20, 27, 32 Pengendalian 5, 16, 21, 28, diri 30 Kerja sama 6, 12, 22, 29, 31 Perilaku asertif
Aitem Jml Unfav. 7 7, 23
Jml 2
Total Aitem 9
6
9
1
7
5
15
1
6
5
11
1
6
5
17*
1
6 34
38 3.5.3. Pengujian Instrumen dan Analisis Data Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data, akan diuji terlebih dahulu melalui uji validitas dan reliabilitas skala. Validitas skala diuji dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Sedangkan reliabilitas skala diuji melalui teknik alpha dari Cronbach. Dan untuk menganalisis data yang telah terkumpul digunakan uji korelasi product moment dari Pearson.
3.6. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa prosedur: a) Persiapan Pada tahap ini peneliti merumuskan masalah, menentukan variabel, dan melakukan studi kepustakaan. Di samping beberapa hal tersebut, peneliti juga mempersiapkan instrumen, melakukan uji coba, serta mempersiapkan lapangan penelitian. b) Pengambilan dan pengolahan data Pada tahap ini peneliti mulai memasuki lapangan penelitian. Dan segera setelah data diperoleh maka langsung dilakukan pengolahan, berupa pemberian skor c) Analisis data Pada tahap ini, semua data yang telah diolah akan dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai hasil penelitian. Selanjutnya dibuatlah kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian beserta laporannya.
39 BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian Keseluruhan subjek dalam penelitian ini (populasi) adalah remaja awal yakni, siswa/siswi kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang berjumlah 120 orang. Dari keseluruhan populasi diambil sampel secara accidental sejumlah 88 orang. Berikut gambaran jelas mengenai subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia No
Usia
Jenis Kelamin
11 th
12 th
13 th
14 th
Jumlah
1.
Laki-laki
3
25
13
1
42 (48%)
2.
Perempuan
5
24
17
-
46 (52%)
8 (9%)
49 (56%)
30 (34%)
1 (1%)
88 (100%)
Jumlah
Berdasarkan data dari tabel di atas diketahui bahwa di antara subjek yang digunakan dalam penelitian ini subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 42 orang (48%) dan perempuan berjumlah 46 orang (52%). Dari seluruh subjek yang terbanyak ialah yang berusia 12 tahun yakni berjumlah 49 orang (56%), diikuti oleh yang berusia 13 tahun yakni berjumlah 30 orang, lalu yang berusia 11 tahun berjumlah 8 orang (9%), dan yang paling sedikit ialah yang berusia 14 tahun yaitu 1 orang (1%).
40 4.2. Presentasi dan Analisis Data 4.2.1. Uji Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 pokok skala. Yaitu skala egosentrisme remaja yang terdiri dari 2 sub-skala (skala imaginary audience dan skala personal fable) serta skala kompetensi sosial remaja. Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dilakukan pengujian instrumen terlebih dahulu (try out). Uji instrumen dilakukan pada 26 Agustus 2010 dengan sampel berjumlah 60 orang, keseluruhannya
merupakan
siswa-siswi
SMP
Nusantara
Ciputat.
Penghitungan uji instrumen menggunakan program SPSS versi 17 for Windows. Berikut merupakan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk dua skala yang digunakan.
4.2.1.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kompetensi Sosial Remaja Hasil penghitungan yang didapat dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 yakni x > 0,3. Dari total 34 aitem didapatkan butir-butir aitem yang tidak valid berjumlah 11 butir aitem dan yang valid berjumlah 23 butir, dan semuanya masih mewakili tiap aspek yang hendak diukur. Berikut merupakan cetak biru (blue-print) dari skala kompetensi sosial remaja.
41 Tabel 4.2. Cetak Biru Skala Kompetensi Sosial Remaja Setelah Uji Validitas Aitem No.
Aspek
1
Perilaku asertif
2
Empati
3
Tanggung jawab Pengendalian diri Kerja sama
4 5
Jml
Jml Aitem
7, 23
2
9
Jml Aitem Valid 6
6
9
1
7
5
5
15
1
6
4
5
11
1
6
3
5
17*
1
6
5
34
23
Favorable
Jml
1*, 2*, 13, 18*, 24*, 26*, 33* 3*, 8*, 14, 19*, 25*, 34* 4*, 10, 20*, 27*, 32* 5*, 16*, 21*, 28, 30 6*, 12*, 22*, 29*, 31
7
Unfav.
(*) aitem valid Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha dari Cronbach. Dari hasil penghitungan diperoleh skor reliabilitas α = 0,892 (N aitem = 23). Dengan demikian, merujuk pada klasifikasi koefisien reliabilitas Guilford yang menyebut bahwa skor reliabilitas 0, 7 – 0,9 adalah relaibel, maka skala kompetensi sosial remaja yang digunakan pada penelitian ini adalah reliabel.
4.2.1.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Egosentrisme Remaja Berdasarkan hasil uji coba terhadap 25 aitem pada instrumen egosentrisme remaja dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 yakni x > 0,3, didapatkan aitem yang valid hanya berjumlah 15 butir. Sebagian besar aitem tidak valid adalah untuk aspek personal fable, yakni 8 aitem, hingga hanya menyisakan 6 butir aitem untuk dua aspek turunan (invulnerability dan speciality). Khawatir tidak dapat mewakili aspek yang hendak diukur, maka
42 koefisian validitas diturunkan dengan melihat nilai kritik pada tabel r product momen, menjadi x > 0,213 (N subjek = 85, dengan taraf signifikansi 0,05). Hingga kemudian didapat aitem valid berjumlah 20 butir. Penurunan standar
koefisien
validitas
tersebut
adalah
dimungkinkan
mempertimbangkan pendapat dari Azwar (2003) yang menyatakan bahwa seringkali suatu tes yang memiliki koefisien validitas kurang tinggi masih berguna dalam membantu keputusan. Berikut cetak biru (blue-print) dari skala egosentrisme remaja. Tabel 4.3. Cetak Biru Skala Egosentrisme Setelah Uji Validitas No.
Jumlah Aitem
Jumlah Aitem Valid
1*, 2*, 3*, 4*, 5*, 6*, 7*, 8*, 9*, 10*, 11*
11
11
2*, 4, 6, 8*, 10, 12*, 14
7
3
1*, 3*, 5*, 7, 9*, 11*, 13*
7
6
25
20
Aspek
Aitem
Sub-skala 1 1
Imaginary audience
Sub-skala 2 1 Ketangguhan (Invulnerability) 2
Kekhususan (speciality)
(*) aitem valid Sementara untuk reliabilitas, diperoleh skor α = 0,800 (N aitem = 20). Maka instrumen egosentrisme remaja reliabel dan layak digunakan dalam penelitian ini.
4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.2.1. Kategorisasi Variabel
43 Kategorisasi variabel dibuat untuk mengetahui tingkat egosentrisme dan kompetensi sosial pada subjek penelitian. Kategorisasi dibuat menggunakan kategorisasi jenjang ordinal. Kategorisasi jenjang ordinal bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah menurut suatu kontinum berdasar pada atribut yang diukur (Azwar, 2004). Tingkatan masing-masing variabel dibuat dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut penghitungan statistik untuk kategorisasi kedua variabel.
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Masing-masing Variabel Mean
Std. Deviation
N
Egosentrisme
39.6818
6.32191
88
Kompetensi Sosial
61.0227
9.76150
88
Tabel 4.5. Kategorisasi Egosentrisme Kategori Klasifikasi Skor Interval Jumlah Persentase X > (M + 1SD) Tinggi X > 46 7 8% X > (40 + 6) (M - 1SD) < X < (M + 1SD) Sedang 34 – 46 67 76 % (40 – 6) < X < (40 + 6) X < (M - 1SD) Rendah X < 34 14 16 % X < (40 – 6) 88 100 % Jumlah Dari tabel 4.5. di atas diketahui bahwa di antara subjek yang diteliti yang masuk dalam kategori egosentrisme tinggi berjumlah 7 orang (8%), sedang 67 orang (76%), dan rendah 14 orang (16%).
Kategori Tinggi
Tabel 4.6. Kategorisasi Kompetensi Sosial Klasifikasi Skor Interval Jumlah X > (M + 1SD) X > 71 14
Persentase 16%
44 X > (61 + 10) (M - 1SD) < X < (M + 1SD) (61 – 10) < X < (61 + 10) X < (M - 1SD) X < (61 – 10) Jumlah
Sedang Rendah
51 – 71
67
76 %
X < 51
7
8%
88
100 %
Dari tabel 4.6. di atas diketahui bahwa di antara subjek yang diteliti yang masuk dalam kategori kompetensi sosial yang tinggi berjumlah 14 orang (16%), sedang 67 orang (76%), dan rendah 7 orang (8%).
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Kategori Variabel Kategori Egosentrisme Rendah Sedang Tinggi 1 6 0 Rendah Kategori Kompetensi Sedang 13 50 4 Sosial 0 11 3 Tinggi Total 14 67 7
Total
7 67 14 88
Dari data hasil tabulasi silang sebagaimana di atas, diketahui bahwa di antara subjek penelitian, yang terbanyak adalah yang masuk kategori sedang pada dua variabel sekaligus, yaitu berjumlah 50 orang. Dan tidak ada subjek yang masuk kategori tinggi pada egosentrisme yang memiliki kompetensi sosial rendah. Sama hal dengan sebaliknya, tidak ada subjek yang termasuk kategori rendah dalam egosentrisme yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi.
4.2.2.2. Uji Hipotesis Berdasarkan penghitungan program SPSS versi 17 for Windows dengan menggunakan rumus korelasi Pearson untuk menguji hipotesis
45 pertama, yakni hubungan dari variabel kompetensi sosial dan egosentrisme remaja, diperoleh hasil hitung seperti sebagai berikut: Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial dengan Egosentrisme Kompetensi sosial Kompetensi sosial
Pearson Correlation
Egosentrisme
.327** .002 88 1
1
Sig. (2-tailed) N Egosentrisme
88 .327** .002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
88
88
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari hasil tersebut diketahui bahwa antara variabel kompetensi sosial dan egosentrisme remaja diperoleh skor korelasi sebesar 0,327 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002, jadi x < α = 0,01. Maka, di antara kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja adalah ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja adalah diterima. Penghitungan rumus korelasi Pearson untuk menguji hipotesis kedua, yakni hubungan antara variabel kompetensi sosial dengan imaginary audience, diperoleh hasil seperti berikut: Tabel 4.9. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial dengan Imaginary Audience Kompetensi sosial
Imaginary audience
46 Kompetensi sosial
Pearson Correlation
1
.261 .007 88 1
Sig. (1-tailed) N
88 .261 .007
Pearson Correlation
Imaginary audience
Sig. (1-tailed) N
88
88
Dari hasil tersebut diketahui bahwa antara variabel kompetensi sosial dengan imaginary auidience diperoleh skor korelasi sebesar 0,261 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,007, jadi x < α = 0,05. Maka, di antara kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan. Jadi, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara imaginary auidience dengan kompetensi sosial remaja adalah diterima. Selanjutnya, penghitungan korelasi antara variabel kompetensi sosial dengan personal fable sebagai pengujian terhadap hipotesis ketiga diperoleh hasil seperti berikut: Tabel 4.10. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial dengan Personal Fable Kompetensi sosial Kompetensi sosial
Pearson Correlation
Personal fable
1
Sig. (1-tailed) N Personal fable
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
88 .285 .004 88
.285 .004 88 1
88
Data di atas menyatakan bahwa antara variabel kompetensi sosial dengan personal fable diperoleh skor korelasi sebesar 0,285 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004, jadi x < α = 0,05. Maka, di antara kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan. Oleh karenanya, hipotesis alternatif (Ha)
47 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara personal fable dengan kompetensi sosial remaja adalah diterima. Uji korelasi terhadap hipotesis keempat, yakni hubungan antara kompetensi sosial, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dan usia, diperoleh hasil hitung sebagai berikut: Tabel 4.11. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial, Egosentrisme dan Usia
Kompetensi sosial
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Personal fable
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Usia
Imaginary audience
1
.261 .007
.285 .004
.124 .124
88 .261 .007 88 .285 .004
88 1
88 .368 .000 88 1
88 -.173 .053 88 -.071
Sig. (1-tailed) N
Imaginary audience
Kompetensi sosial
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
88
.124 .124 88
Personal fable
88 .368 .000 88 -.173 .053 88
Usia
.255
88 -.071 .255 88
88 1 88
Dengan hasil seperti tersebut di atas, diketahui bahwa variabel usia tidak berkorelasi secara signifikan dengan tiga variable lain. Maka hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dan kompetensi sosial remaja adalah ditolak. Dan hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dan kompetensi sosial remaja adalah diterima.
48 Terakhir, penghitungan atas korelasi antara variabel kompetensi sosial, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dengan jenis kelamin untuk menguji hipotesis kelima diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.12. Hasil Uji Korelasi Kompetensi Sosial, Egosentrisme dan Jenis Kelamin
Kompetensi sosial
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Personal fable
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Jenis kelamin
Imaginary audience
1
.261 .007
.285 .004
-.148 .085
88 .261 .007 88 .285 .004
88 1
88 .368 .000 88 1
88 .023 .415 88 -.094
Sig. (1-tailed) N
Imaginary audience
Kompetensi sosial
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
88
88 .368 .000
Personal fable
Jenis Kelamin
.192
-.148
88 .023
88 -.094
88 1
.085 88
.415 88
.192 88
88
Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel jenis kelamin tidak berkorelasi dengan signifikan terhadap tiga variable lain. Maka hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dan kompetensi sosial remaja adalah ditolak. Dan hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, egosentrisme (imaginary audience & personal fable) dan kompetensi sosial remaja adalah diterima.
49 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian sebagaimana dipaparkan di bab 4, diambil kesimpulan, terdapat hubungan signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial remaja pada siswa/siswi kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Begitu pula pada imaginary audience dan personal fable, keduanya memiliki hubungan yang signifikan dengan kompetensi sosial remaja. Variabel usia dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan egosentrisme baik imaginary audience maupun personal fable. Demikian pula dengan kompetensi sosial remaja.
5.2. Diskusi Temuan penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara egosentrisme dengan kompetensi sosial pada remaja adalah sejalan dengan beberapa studi terdahulu yang menemukan bahwa egosentrisme remaja memiliki kaitan dengan sejumlah perilaku remaja dalam relasi sosial (Goosens, dkk., 2002; Schonert-Reichl, 1994; Ryan & Kuczkowski, 1994, dalam Smetana & Villalobos, Lerner & Steinberg, 2009). Pada kelompok subjek penelitian ini diketahui bahwa meski kebanyakan dari mereka menunjukkan tingkat egosentrisme pada level sedang, yakni berjumlah 67 orang (76%), tapi tak sedikit di antaranya berada pada tingkat egosentrisme yang rendah, yaitu 14 orang (16%). Dan sedikit yang berada pada
50 tingkat egosentrisme tinggi (7 orang atau sekitar 8% dari keseluruhan). Sementara pada aspek kompetensi sosial, sebagian besar subjek juga termasuk pada kategori sedang, yaitu sejumlah 67 orang (76%). Sedikit di antara mereka termasuk kategori rendah, yakni 7 orang (8%), dan cukup banyak yang termasuk kategori tinggi (14 orang atau sekitar 16% dari keseluruhan). Namun demikian, secara detil tidak ditemukan adanya subjek yang menunjukkan egosentrisme yang rendah diikuti dengan adanya kompetensi sosial yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, tidak ditemukan subjek yang menunjukkan egosentrisme yang tinggi disertai dengan adanya kompetensi sosial yang rendah. Hasil temuan mengenai tidak adanya hubungan antara usia dengan egosentrisme baik imaginary audience maupun personal fable tidaklah seperti yang diharapkan. Hal ini semakin menambah variasi temuan studi-studi terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu ada yang menemukan bahwa egosentrisme (baik imaginary audience maupun personal fable) berkorelasi secara negatif dengan usia, sementara studi lain menemukan bahwa personal fable berkorelasi positif (Greene, Walters, Rubin & Hale, 1996). Namun demikian sebagai tambahan dalam penelitian ini, perbedaan nilai rata-rata egosentrisme menunjukkan bahwa remaja dengan usia lebih muda yakni 11-12 tahun (M = 21.37 untuk imaginary audience, dan M = 18.42 untuk personal fable) adalah lebih tinggi ketimbang remaja yang lebih tua yakni 13-14 tahun (M = 21.29 untuk imaginary audience, dan M = 18.19 untuk personal fable). Meski pada studi ini jenis kelamin ditemukan tidak berkorelasi dengan egosentrisme maupun kompetensi sosial, diketahui terdapat perbedaan nilai antara laki-laki dengan perempuan pada kedua variabel. Dalam imaginary audience,
51 subjek laki-laki ditemukan memiliki nilai yang lebih rendah (M = 21.24) dibanding subjek perempuan (M = 21.44). Sedang dalam personal fable subjek laki-laki ditemukan memiliki nilai yang lebih tinggi (M = 18.67) ketimbang subjek perempuan (M = 18.04). Hasil tersebut sesuai dengan studi sebelumnya oleh Greene, Walters, Rubin & Hale (1996). Sementara dalam kompetensi sosial, secara cukup signifikan subjek laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi (M = 62.52) dibanding subjek perempuan (M = 59.65). Hal ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Smart dan Sanson (2003) bahwa perempuan cenderung lebih tinggi kompetensi sosialnya dibanding dengan laki-laki.
5.3. Saran Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan
dan
dengan
mempertimbangkan hasil analisis beserta kesimpulannya, penulis mencatat beberapa saran yang dapat menyempurnakan penelitian lanjutan. Saran dimaksud terdiri dari saran teoritis dan saran praktis. Saran teoritis diajukan kepada pihakpihak yang ingin menyempurnakan penelitian yang penulis lakukan, sedangkan saran praktis diajukan terutama kepada subjek penelitian beserta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini. a. Saran teoritis •
Penelitian ini dilakukan hanya pada satu sekolah saja, maka untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti subjek yang lebih bervariasi dan dalam jumlah yang lebih besar.
•
Dalam penyusunan instrumen pengumpul data, bagi para peneliti yang berminat
untuk
melakukan
studi
lanjutan
hendaknya
dapat
52 mengembangkan
alat
ukur
yang
sebaik-baiknya
dengan
mempertimbangkan kondisi subjek dan tempat penelitian dilakukan. b. Saran praktis Penulis memberikan saran kepada beberapa pihak, yaitu: 1) Kepada siswa-siswi SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang yang menjadi subjek penelitian, agar dapat meningkatkan kesadaran akan diri pribadi serta terus melatih diri untuk memperoleh kompetensi sosial yang sebaik-baiknya. 2) Kepada dewan guru, diharapkan dapat mengembangkan pola pengajaran dan pendidikan yang dapat meningkatkan kompetensi sosial para anak didik. 3) Kepada orangtua, diharapkan dapat meningkatkan perhatian serta dukungan terhadap anak untuk mencapai perkembangan sosial yang sebaik-baiknya. Demikian saran-saran penulis, semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
53 DAFTAR RUJUKAN
Alberts, A., Elkind, D., & Ginsberg, S. (2007). The personal fable and risk-taking in early adolescence. Journal Youth Adolescence, 36, 71-76. Amri, Elly Septriyani & Retnaningsih. (2005). Hubungan antara body image dengan kompetensi sosial pada remaja putri. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., & Bem, D.J. (1990). Pengantar psikologi. Edisi ke-11. Jilid 1. Batam: Interaksara. Azwar, Saifuddin. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2003). Validitas dan reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, James P., Kartono, Kartini (alih bahasa). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008 Chen, X., Li, D., Li, Z., Li, B., and Liu, M. (2000). Sociable and prosocial dimensions of social competence in chinese children: Common and unique contributions to social, academic, and psychological adjustment. Developmental Psychology, Vol. 36, 302-314. Danim, Sudarwan. (2004). Metode penelitian untuk ilmu-ilmu perilaku. Jakarta: PT Bumi Aksara. Elkind, David. (1976). Child development and education. New York. Greene, K., Rubin, D. L., &Hale, J. L. (1995). Egocentrism, message explicitness, and AIDS messages directed toward adolescents: an application to the theory of reasoned action. Journal of Social Behavior and Personality, volume10, nomor 3, halaman 547-570. Greene, K., Walters, L. H., Rubin, D. L., &Hale, J. L. (1996). The utility of understanding adolescent egocentrisme in designing health promotin messages. Health Communication, 8 (2), 131-152. Lawerence Erlbaum Associates, Inc. Groot, Jodi Morstein. (2009). Assesing behavior and social competence of severely emotionally disturbed youth admitted to psychiatric residential treatment. Journal of Child and Adolescent Psychiatric Nursing, Volume 22, Nomor 3, Halaman 143-149.
54 Hair, Elizabeth C., Jager, J., & Garrett, S. (2001). Background for communitylevel work on social competency in adolescence: reviewing the literature on contributing factors. Child Trends: John S. & James L. Knight Foundation. Hurlock, Elizabeth B. (!980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini, & Gulo, Dani. (2003). Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya. McCartney, K., & Philips, D. (Editors). (2006). Blackwell handbook of early childhood development. Blackwell Publishing. Meisels, S.J., Atkins-Burnett, S., Nicholson J. (1996). Assessment of social competence, adaptive behaviors, and approaches to learning young children. Working Paper. Washington, D.C.: National Center for Education Statistic. Santoso, Singgih W. (2009). Kepercayaan diri, kompetensi sosial remaja perkotaan dan pedesaan. Laporan penelitian. Yogyakarta: UGM. Santrock, John W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga. Sevilla, Consuello G., dkk. (1993). Pengantar metodologi penelitian. Jakarta: UI Press. Shaffer, David R. (2009). Social and personality development. Edisi 6. Wadsworth, Cengage Learning. Smart, Diana, dan Sanson, Ann. (2003). Social competence in young adulthood, its nature and antecedents. Family Matters, no.64. Australian Institute of Family Studies. Smetana, JG & Villalobos, M; Lerner, RM & Steinberg, L, (editor). (2009). Social cognitive development in adolescence. Handbook of Adolescent Psychology, vol.1: Individual Bases of Adolescent Development. Edisi ketiga. New Jersey: Wiley & Sons, Inc. Welsh, Janet A. & Bierman, Karen L. (2001). Social competence. Encyclopedia of childhood and adolescence. The Pennsylvania State University. Diunduh dari http://findarticles.com/p/articles/mi_g2602/is_0004/ai_2602000487/, pada Juli 2010 Yamamoto, M, Tomotake, M, & Ohmori, T. (2008). Construction and reliability of the Japanese version of the Adolescent Egocentrism-Sociocentrism (AES) scale and its preliminary application in the Japanese university students. The Journal of Medical Investigation Vol. 55. Jepang: University of Tokushima Faculty of Integrated Arts and Sciences.
55
Situs Web: http://en.wikipedia.org/wiki/Egocentrism, diunduh pada Juni 2010. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh pada Juni 2010. http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/09/12/30/99026tingkat-pelanggaran-sipil-turun-pelanggaran-polisi-naik, diunduh pada Agustus 2010.
Blue print skala egosentrisme remaja
No.
Aspek
Penjelasan
Aitem
1
Penonton imajiner (imaginary audience)
anggapan palsu remaja bahwa orang lain berpikir tentang mereka, dan terus-menerus (asyik) dengan pemikiran tentang mereka itu
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
2
Ketangguhan (Invulnerability)
2, 4*, 6*, 8, 10*, 12, 14*
3
Kekhususan (speciality)
pikiran bahwa dirinya tidak terancam bahaya seperti orang lain dan sanggup menghadapi berbagai kesulitan pikiran bahwa diri remaja sangat khusus dan unik, serta tidak ada orang lain yang dapat memahaminya
1, 3, 5, 7*, 9, 11, 13
(*) aitem tidak valid, tidak digunakan pada penelitian
Skala Egosentrisme Remaja (Try out) Petunjuk: •
• •
Berikut beberapa pernyataan tentang suatu keadaan yang mungkin dialami. Di antara 4 pilihan respon (tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu), silakan tentukan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Misalnya, saya “selalu” seperti pada keadaan no.1; atau, saya “jarang” seperti keadaan no.2, dan seterusnya. Perlu diingat, tidak ada respon/jawaban yang betul atau salah! Tentukan respon sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan pribadi Anda. Menentukan pilihan respon dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
Subskala Imaginary Audience No 1.
Pernyataan Saya merasa tidak nyaman kalau semua orang memperhatikan saya ketika ada yang salah dengan penampilan saya
2.
Saya merasa gugup karena khawatir kalaukalau orang tidak menyukai saya
3.
Saya merasa akan terlihat jelek karena saat dalam perjalanan ke suatu acara penting bersama teman-teman pakaian saya terkena noda
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
4.
Saya merasa malu kalau orangtua tidak membolehkan saya pergi ke suatu acara bersama teman-teman populer yang lebih tua
5.
Saya merasa sangat malu kalau ada jerawat besar di hidung saya
6.
Saya merasa malu kalau datang ke acara teman dengan setelan yang tidak pas
7.
Saya merasa malu kalau berpikir bahwa orang lain akan melecehkan sebab saya tidak punya pacar
8.
Saya merasa malu kalau tidak diajak mengikuti acara teman-teman
9.
Saya merasa malu kalau berpikir teman-teman akan kecewa karena saya tidak memiliki cukup uang untuk mentraktir jajan teman
10.
Saya membayangkan apa yang akan temanteman pikirkan tentang saya kalau saya datang ke suatu acara dan saya tidak kenal satu pun orang di sana
11.
Saat harus maju ke depan kelas, saya merasa gugup karena saya tahu teman-teman memikirkan banyak hal tak enak tentang saya
Subskala Personal Fable No
Pernyataan
1.
Walaupun teman-teman mendapat nilai bagus dalam tugas mengarang, saya rasa guru tetap menyukai tugas buatan saya sebagai yang terbaik
2.
Sementara teman-teman menemui masalah akan sesuatu, saya tahu saya bisa keluar dengan mudah
3.
Ketika sadar saya telah berkata/melakukan hal menyakitkan terhadap teman baik saya, bagi saya itu seperti tindakan paling buruk yang
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
belum pernah orang lain lakukan 4.
Para remaja (termasuk saya) merasa tidak takut terluka saat melakukan olahraga
5.
Meski saya tahu banyak orang lain tidak pernah menyadari tujuan dan keinginan mereka, saya yakin saya pasti menyadarinya
6.
Para remaja yakin, meski mencoba mengkonsumsi narkoba mereka tidak akan kecanduan
7.
Saat suatu tim olahraga akan dibentuk, saya tahu saya pasti akan terpilih
8.
Saya tidak khawatir dengan apa-apa yang saya makan karena saya tahu saya tidak akan jadi gemuk
9.
Ketika orangtua atau teman-teman saya berkata bahwa mereka tahu apa yang saya rasakan, saya tidak yakin mereka betul-betul begitu
10.
Para remaja yakin mereka tidak perlu memakai sabuk pengaman saat naik mobil
11.
Suatu waktu kalau saya melihat anak perempuan/laki-laki yang cantik/ganteng, saya pikir dia melihat saya dengan rasa suka
12.
Para remaja berpikir bahwa memakai helm saat main papan seluncur (skateboard), sepeda, atau sepatu roda (roller-blade) tidaklah perlu, karena tidak akan terjadi apaapa pada diri mereka
13.
Saya yakin, teman-teman tidak memiliki ide sebagus yang saya punya
14.
Saya tidak khawatir melakukan hal-hal baru meskipun menurut orang itu berbahaya
Skala Egosentrisme Remaja (Penelitian) Petunjuk: •
• •
Berikut beberapa pernyataan tentang suatu keadaan yang mungkin dialami. Di antara 4 pilihan respon (tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu), silakan tentukan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Misalnya, saya “selalu” seperti pada keadaan no.1; atau, saya “jarang” seperti keadaan no.2, dan seterusnya. Perlu diingat, tidak ada respon/jawaban yang betul atau salah! Tentukan respon sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan pribadi Anda. Menentukan pilihan respon dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
Subskala Imaginary Audience No 1.
Pernyataan Saya merasa tidak nyaman kalau semua orang memperhatikan saya ketika ada yang salah dengan penampilan saya
2.
Saya merasa gugup karena khawatir kalaukalau orang tidak menyukai saya
3.
Saya merasa akan terlihat jelek karena saat dalam perjalanan ke suatu acara penting bersama teman-teman pakaian saya terkena noda
4.
Saya merasa malu kalau orangtua tidak membolehkan saya pergi ke suatu acara bersama teman-teman populer yang lebih tua
5.
Saya merasa sangat malu kalau ada jerawat besar di hidung saya
6.
Saya merasa malu kalau datang ke acara teman dengan setelan yang tidak pas
7.
Saya merasa malu kalau berpikir bahwa orang lain akan melecehkan sebab saya tidak punya pacar
8.
Saya merasa malu kalau tidak diajak mengikuti acara teman-teman
9.
Saya merasa malu kalau berpikir teman-teman akan kecewa karena saya tidak memiliki cukup uang untuk mentraktir jajan teman
10.
Saya membayangkan apa yang akan teman-
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
teman pikirkan tentang saya kalau saya datang ke suatu acara dan saya tidak kenal satu pun orang di sana 11.
Saat harus maju ke depan kelas, saya merasa gugup karena saya tahu teman-teman memikirkan banyak hal tak enak tentang saya
Subskala Personal Fable No
Pernyataan
1.
Walaupun teman-teman mendapat nilai bagus dalam tugas mengarang, saya rasa guru tetap menyukai tugas buatan saya sebagai yang terbaik
2.
Sementara teman-teman menemui masalah akan sesuatu, saya tahu saya bisa keluar dengan mudah
3.
Ketika sadar saya telah berkata/melakukan hal menyakitkan terhadap teman baik saya, bagi saya itu seperti tindakan paling buruk yang belum pernah orang lain lakukan
4.
Meski saya tahu banyak orang lain tidak pernah menyadari tujuan dan keinginan mereka, saya yakin saya pasti menyadarinya
5.
Saya tidak khawatir dengan apa-apa yang saya makan karena saya tahu saya tidak akan jadi gemuk
6.
Ketika orangtua atau teman-teman saya berkata bahwa mereka tahu apa yang saya rasakan, saya tidak yakin mereka betul-betul begitu
7.
Suatu waktu kalau saya melihat anak perempuan/laki-laki yang cantik/ganteng, saya pikir dia melihat saya dengan rasa suka
8.
Para remaja berpikir bahwa memakai helm saat main papan seluncur (skateboard),
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
sepeda, atau sepatu roda (roller-blade) tidaklah perlu, karena tidak akan terjadi apaapa pada diri mereka 9.
Saya yakin, teman-teman tidak memiliki ide sebagus yang saya punya
Blue-print skala kompetensi sosial remaja: No.
Aspek
1
Perilaku asertif
2
Empati
3
Tanggung jawab
4
Pengendalian diri
5
Kerja sama
Penjelasan perilaku berinisiatif seperti menanyakan informasi kepada orang lain, memperkenalkan diri, dan menanggapi tindakan orang lain perilaku yang menunjukkan kepedulian serta penghargaan terhadap perasaan dan pandangan orang lain menggambarkan kemampuan berkomunikasi dengan orang dewasa dan penghormatan terhadap kepemilikan benda atau pekerjaan yang dilakukan perilaku-perilaku yang muncul saat situasi konflik, meliputi tindakan tepat ketika menghadapi hal-hal yang mengganggu, atau berkompromi akan sesuatu meliputi perilaku seperti menolong orang, berbagi sesuatu, menaati aturan, serta memenuhi permintaan orang
(*) aitem tidak valid, tidak digunakan pada penelitian
Aitem Favorable Unfavorable 1, 2, 13*, 7*, 23* 18, 24, 26, 33 3, 8, 14*, 19, 25, 34
9*
4, 10*, 20, 27, 32
15*
5, 16, 21, 28*, 30*
11*
6, 12, 22, 29, 31*
17
Skala Kompetensi Sosial Remaja (Try out) Petunjuk: •
• •
No 1.
Bagi tiap pernyataan, silakan tentukan respon berdasarkan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Misal, saya “selalu” dalam keadaan sebagaimana disebut no.1; atau, “kadang-kadang” saya pada keadaan sebagaimana disebut no.2. Perlu diingat, tidak ada respon/jawaban yang betul atau salah! Tentukan respon sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan pribadi Anda. Menentukan pilihan respon dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
Pernyataan Saya mudah menjalin pertemanan dengan orang lain
2.
Saya mengajak orang untuk mengikuti aktivitas bersama
3.
Saya mencoba memahami perasaan teman-teman saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih
4.
Saya bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab
5.
Saya bisa menyatakan pendapat tanpa berselisih atau berdebat
6.
Saya menerima arahan dari orang yang memimpin
7.
Saya sulit menyampaikan apa yang saya inginkan
8.
Saya mencoba untuk jadi orang yang baik dan peduli
9.
Saya merasa biasa saja saat teman saya sedang murung
10.
Saya melaksanakan tugas dengan tepat waktu, meski batas waktunya ditentukan oleh orang lain
11.
Saya ikut emosi bila ada teman yang bertengkar
12.
Saya dapat bekerja dalam situasi
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
kelompok/tim 13.
Saat berkumpul dalam suatu kelompok, saya memulai percakapan
14.
Teman-teman datang kepada saya untuk berbagi tentang masalahmasalah mereka
15.
Saya lalai terhadap tugas yang diberikan pada saya
16.
Saya berunding dan berkompromi dengan orang jika kita tak sepaham
17.
Saya mengabaikan masukan dari teman bila sedang bekerja kelompok
18.
Saya pantas jadi pemimpin/ketua kelas
19.
Saya merasa turut berduka saat sesuatu yang buruk terjadi pada orang lain
20.
Saya memenuhi kewajibankewajiban saya
21.
Saya menerima kritikan yang membangun
22.
Saya mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pribadi saya untuk orang lain
23.
Saya ragu mengawali perkenalan dengan teman baru
24.
Saya mengemukakan kenginan saya dengan jelas
25.
Saya menunjukkan kepedulian saya saat orang lain mengalami kesulitan
26.
Saya mengemukakan alasan untuk tiap tindakan yang saya ambil
27.
Saya dapat dipercaya untuk melaksanakan sesuatu dengan
baik 28.
Saya bersikap biasa saja terhadap teman yang mengejek
29.
Saya menunjukkan rasa hormat saya terhadap orang lain
30.
Saya tetap tenang meski teman saya berteriak-teriak kesal di depan saya
31.
Jika teman saya terlambat mencatat pelajaran, saya meminjamkan catatan saya
32.
Saya menjaga barang-barang tidak hanya milik pribadi tapi juga yang miliki orang lain
33.
Saat bertemu dengan orang baru saya mengawali perkenalan
34.
Saya ikut sedih jika teman baik saya sedih
Skala Kompetensi Sosial Remaja (Penelitian) Petunjuk: •
• •
Bagi tiap pernyataan, silakan tentukan respon berdasarkan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Misal, saya “selalu” dalam keadaan sebagaimana disebut no.1; atau, “kadang-kadang” saya pada keadaan sebagaimana disebut no.2. Perlu diingat, tidak ada respon/jawaban yang betul atau salah! Tentukan respon sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan pribadi Anda. Menentukan pilihan respon dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
No 1.
Pernyataan Saya mudah menjalin pertemanan dengan orang lain
2.
Saya mengajak orang untuk mengikuti aktivitas bersama
3.
Saya mencoba memahami perasaan teman-teman saya saat mereka marah, kecewa, atau sedih
4.
Saya bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab
5.
Saya bisa menyatakan pendapat tanpa berselisih atau berdebat
6.
Saya menerima arahan dari orang yang memimpin
7.
Saya mencoba untuk jadi orang yang baik dan peduli
8.
Saya dapat bekerja dalam situasi kelompok/tim
9.
Saya berunding dan berkompromi dengan orang jika kita tak sepaham
10.
Saya mengabaikan masukan dari teman bila sedang bekerja kelompok
11.
Saya pantas jadi pemimpin/ketua kelas
12.
Saya merasa turut berduka saat
Respon Tidak pernah
Kadang2
Sering
Selalu
sesuatu yang buruk terjadi pada orang lain 13.
Saya memenuhi kewajibankewajiban saya
14.
Saya menerima kritikan yang membangun
15.
Saya mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pribadi saya untuk orang lain
16.
Saya mengemukakan kenginan saya dengan jelas
17.
Saya menunjukkan kepedulian saya saat orang lain mengalami kesulitan
18.
Saya mengemukakan alasan untuk tiap tindakan yang saya ambil
19.
Saya dapat dipercaya untuk melaksanakan sesuatu dengan baik
20.
Saya menunjukkan rasa hormat saya terhadap orang lain
21.
Saya menjaga barang-barang tidak hanya milik pribadi tapi juga yang miliki orang lain
22.
Saat bertemu dengan orang baru saya mengawali perkenalan
23.
Saya ikut sedih jika teman baik saya sedih
Scale: VALIDITAS & RELIABILITAS KOMPETENSI SOSIAL
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
item1
86.8644
141.499
.498
.867
item2
87.2542
145.469
.313
.870
item3
86.8305
139.523
.497
.866
item4
87.0847
139.838
.602
.864
item5
87.3051
141.181
.442
.867
item6
86.7458
140.434
.542
.866
item7*
86.9322
148.995
.075
.875
item8
86.4068
140.452
.500
.866
item9*
86.3559
147.957
.181
.872
item10*
87.4068
149.349
.065
.875
item11*
86.5085
148.634
.073
.876
item12
86.7458
138.227
.628
.863
item13*
86.8644
145.671
.246
.872
item14*
87.2203
145.313
.241
.872
item15*
86.4915
149.806
.082
.874
item16
86.8983
143.196
.332
.870
item17
86.2034
144.820
.333
.870
item18
88.0169
141.120
.513
.866
item19
86.4068
138.935
.549
.865
item20
86.7966
138.199
.648
.863
item21
86.8983
138.886
.585
.864
item22
87.6949
144.905
.308
.870
item23*
86.6271
148.824
.069
.876
item24
87.2034
144.406
.332
.870
item25
86.8983
136.196
.659
.862
item26
87.2203
139.864
.485
.866
item27
87.1525
140.373
.573
.865
item28*
87.3390
144.607
.270
.871
item29
86.5932
137.659
.674
.863
item30*
87.6102
146.414
.168
.874
item31*
86.8983
145.300
.280
.871
item32
87.2373
142.770
.400
.868
item33
87.0339
142.378
.344
.870
item34
86.8305
137.419
.490
.866
(*) Aitem tidak valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items .872
34
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .892
23
Scale: VALIDITAS & RELIABILITAS EGOSENTRISME
Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
N of Items
.776
25
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach’s Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Sub-scale 1 item1
47.1167
67.495
.332
.767
item2
47.5000
67.237
.383
.764
item3
47.8333
67.599
.378
.765
item4
48.2500
66.903
.441
.761
item5
47.8500
68.367
.269
.771
item6
47.6667
65.718
.469
.759
item7
48.5833
69.705
.336
.768
item8
48.2000
66.129
.537
.757
item9
48.3500
69.350
.331
.768
item10
47.9667
68.067
.347
.766
item11
47.5667
69.470
.233
.773
item1
47.7667
70.216
.223
.773
Item2
47.6833
68.932
.277
.770
Item3
47.6333
69.050
.227
.774
Item4*
47.4167
71.230
.133
.778
Item5
47.3667
67.999
.365
.766
Item6*
48.4167
70.315
.180
.776
Item7*
47.9333
71.351
.102
.780
Item8
47.9667
66.101
.480
.759
Item9
47.6333
67.287
.448
.761
Item10*
47.8500
73.587
-.041
.787
Item11
47.8667
66.050
.424
.761
Item12
48.1500
67.858
.329
.767
Item13
48.1000
66.702
.428
.762
Item14*
48.1333
71.440
.105
.780
Sub-scale 2
(*) Aitem tidak valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .801
15
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .800
20
Lampiran 9: Descriptive Statistics dan Uji Korelasi Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
EGOSENTRISME
39.6818
6.32191
88
KOMPETENSISOSIAL
61.0227
9.76150
88
Correlations 1 Egosentrisme Egosentrisme
Pearson Correlation
Kompetensi Sosial 1
Sig. (2-tailed)
.327** .002
N Kompetensi Sosial Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
88
88
.327**
1
.002
N
88
88
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Laki-laki Perempuan Usia 11-12 Usia 13-14
Imaginary Audience Mean Standard Dev. 21.2381 4.9771 21.4348 3.5756 21.3684 3.7208 21.2903 5.2166
Personal Fable Mean Standard Dev. 18.6667 3.5999 18.0435 3.0909 18.4211 2.3856 18.1936 4.3391
Correlations 2
Kompetensi Sosial Mean Standard Dev. 62.5238 9.2743 59.6522 10.0912 61.0175 10.0933 59.5807 10.2949
Pearson Correlation
Kompetensi
Kompetensi
Imaginary
Personal
Sosial
Audience
Fable
.261
.285
.124
-.148
.261
1.000
.368
-.173
.023
Personal Fable
.285
.368
1.000
-.071
-.094
Usia
.124
-.173
-.071
1.000
-.020
-.148
.023
-.094
-.020
1.000
.
.007
.004
.124
.085
.007
.
.000
.053
.415
Personal Fable
.004
.000
.
.255
.192
Usia
.124
.053
.255
.
.428
Jenis Kelamin
.085
.415
.192
.428
.
88
88
88
88
88
Imaginary Audience
Jenis Kelamin Kompetensi Sosial Imaginary Audience
N
Kelamin
1.000
Sosial
Sig. (1-tailed)
Jenis
Usia
Data Tryout Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Skala Egosentrisme NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
NAMA MWS AA AN AD MF AS AMP AS AAK MIS CA MI DD DTO DAP DDN ARM ANS AVW AJN EE IM ME MD NWN ROS ROS RNL SSD TLF ET FR GBP GR HT IP MRA M A BAF AC DK MAA
KLS VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII
JK P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L
ITEM 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 3
ITEM 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 2 4 3 2 4 4 4 1 3 3 4 4 3 1 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3
ITEM 3 1 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 3 2 3 1 4 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 4 1 2 2 2 3 4 2 3 2
ITEM 4 4 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 4 2 4 3 4 2 2 2 4 1 2 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2
ITEM 5 4 3 1 4 2 2 2 1 3 4 1 1 2 3 4 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 1 1 1 2 2 4 2 2 3 2 3 1 1 2 4 3 1 3
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
MA AA AB AAL SN FAP K JI SF RMN IF GBS SPA MHP NEW MA WAS
VII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII
L L L L L L L L L L L L L L L L L
1 3 3 2 1 2 2 1 2 4 2 1 2 3 2 3 2
3 3 4 3 4 2 4 1 4 2 1 4 3 1 1 2 2
1 2 3 1 4 1 2 2 3 2 1 2 2 1 1 3 3
3 3 2 3 4 1 2 1 2 1 1 3 1 1 3 2 2
2 2 2 2 1 2 3 2 4 1 1 3 2 2 1 2 2
KLS VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII
JK P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
ITEM 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 4 2 2 2
ITEM 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 2 3
ITEM 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 4 3 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4
ITEM 4 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 4 2 2 2
ITEM 5 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1
Skala Kompetensi Sosial NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
NAMA MWS AA AN AD MF AS AMP AS AAK MIS CA MI DD DTO DAP DDN ARM ANS AVW AJN EE IM ME MD NWN ROS
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
ROS RNL SSD TLF ET FR GBP GR HT IP MRA M A BAF AC DK MAA MA AA AB AAL SN FAP K JI SF RMN IF GBS SPA MHP NEW MA WAS
VIII VIII VIII VIII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII
P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
2 3 3 2 2 4 4 2 2 3 2 1 3 4 4 3 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3
2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3
3 4 2 4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 1 1 3 2
2 3 2 3 4 2 4 4 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 3 2 4 2 4 2 2 3 2
1 4 2 2 3 2 4 4 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 4 3 3 4 1 1 3 4
ITEM 3 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 4 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 5 2 2 2 2 2 2 2
Data Field-test Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Skala Egosentrisme NO 1 2 3 4 5 6 7
NAMA ER DNN NC SR AS DM FSR
USIA 2 2 2 1 2 2 1
JK P P P P P P P
ITEM 1 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 2 2 2 2 2 2 2 2
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
NF JS NFK CS IS RH RA GF EL RD IS NF MD FR ND CN ID WIN RS AD MC DY RM NNS MGF ELZ YF AF DR HZS RL MK IBP DA YS WL RSY PR JD MIR APD MIH ATP AP LAW JAS MRF
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L
2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 4 2 3 2 1 2 2 1 2 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 3 4 2 4 1 4 2
2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 3 1 3 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 3 3 1 4 1 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 4 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 4 2 4 3 2 3 4 1 2 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 2 1 2 2 2 2 4 4 2 2 1 4 3 1 4 2 2 2 1 3 4 1 1 2 3 4 2 2 4 2 2 1 2 3 2 4 1
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
FJ SFU HAM YCN ER MAA MRA IS RA MI DE AJ MAF AA AM SU AS APH MI HIA MHF YIS MLR MI CDE RMP WGD MAR JP MYS CAM BA MF HA
3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 3 1 3
1 4 3 1 1 2 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 1 4 1 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3
1 2 2 1 1 3 3 3 4 2 3 2 1 2 3 1 4 1 2 2 3 3 4 1 2 2 2 3 4 2 3 2 1 2
1 3 1 1 3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 2 3 4 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 3 3
1 3 2 2 1 2 2 2 4 3 1 3 2 2 2 2 1 2 3 2 4 2 3 2 3 1 1 2 4 3 1 3 2 2
USIA 2 2 2 1 2 2 1 2 2
JK P P P P P P P P P
ITEM 1 2 3 2 4 4 2 2 2 2
ITEM 2 2 2 3 3 4 2 2 3 2
ITEM 3 4 3 4 4 4 2 2 4 3
ITEM 4 4 3 2 4 4 2 2 2 2
ITEM 5 2 2 2 2 4 2 2 1 1
Skala Kompetensi Sosial NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NAMA ER DNN NC SR AS DM FSR NF JS
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
NFK CS IS RH RA GF EL RD IS NF MD FR ND CN ID WIN RS AD MC DY RM NNS MGF ELZ YF AF DR HZS RL MK IBP DA YS WL RSY PR JD MIR APD MIH ATP AP LAW JAS MRF FJ SFU
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L
3 3 2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 3
2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2
4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 2 2 3 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 4 3 2 2 2 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 1 2
3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 2 3 3 2 4 2
4 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 4 3 3
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
HAM YCN ER MAA MRA IS RA MI DE AJ MAF AA AM SU AS APH MI HIA MHF YIS MLR MI CDE RMP WGD MAR JP MYS CAM BA MF HA
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 1 3 4 4 3 4 3 3
2 3 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2
3 1 1 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 2 2 3 2 4 2 1 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 2 4 4 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3
4 1 1 3 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 2 3 2 2 2 4 4 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2
ITEM 6 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 1 4 3 3 1 2 2 2 1 4 2 1 4 2 2 3 2 1 4 4 2 2 1 2 1 2 3 2
ITEM 7 3 3 1 2 1 3 2 1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 2 3 4 3
ITEM 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 2 1 1 4 1 1 1 2 2 3 4 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1
ITEM 9 2 3 2 2 2 2 2 3 4 3 1 4 2 2 1 2 4 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2
ITEM 10 2 3 2 1 2 2 3 2 1 4 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1 4 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 1 4 2 2 1 4 2 1 2 1
ITEM 11 1 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 1 1 1
ITEM 12 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 4 2 4 2 2 2 2 3 4 1 4 4 1 2 2 2 2 4 1 3 2 2 1 1 1 2 2 3 2
ITEM 13 1 2 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 3 2 3 2 4 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
ITEM 14 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1
2 3 2 2 4 1 4 3 2 2 4 3 2 3 4 2 3
1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 3 2 1 1 1 2
2 3 4 2 4 2 2 3 4 4 3 4 3 2 2 2 2
2 2 1 3 3 1 1 2 1 1 1 4 3 2 1 2 1
1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 2
3 3 2 3 2 2 2 2 4 1 1 4 1 1 1 2 3
1 2 2 1 2 4 2 2 2 4 4 4 2 4 1 3 2
2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
ITEM 6 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 2 3 2 4 2 3 4 2 2 4 4 2 2 3
ITEM 7 1 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 2 4 2 1 2 3 2
ITEM 8 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 2 4 4 4 2 2 4
ITEM 9 3 4 2 4 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4
ITEM 10 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 4 2 2 1 2
ITEM 11 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 1 2 4 3 4 3 1 4 1
ITEM 12 2 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 3 4 2 3 2 2 4 4 2 2 2
ITEM 13 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 3 2 2 4 2 3 4 4 2 2 3
ITEM 14 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4
1 3 3 3 3 2 4 4 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3
3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 1 1 3 4 1 4 2 3 2 3 3 3
3 2 4 4 4 3 4 4 3 2 4 1 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 2 3 2
4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2
1 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3 2 4 1 2 2 1 2 3 4
4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 1 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 1 4 4 4 1 4 2
2 4 2 2 3 3 4 4 3 3 4 1 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 3
3 3 2 2 2 4 4 2 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 4 2 3 2 4 2 2 4 2 4 2 3 3 2 4
1 2 3 3 4 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 3
ITEM 6 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 8 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 9 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 10 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 12 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 14 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 15 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 16 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 17 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 4 1 2 3 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 1 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 4 3 1 4 2 2 1 2 4 3 4 2 4 2 2 3 4 4
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 1 1 3 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 1 4 2 2 2 2 4 2 2 2 1 3 3 1 1 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 4 2 4 2 2 3 2 2 2 2 4 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 4 1 1 2 2 1 2 4 2 2 2 2 3 1 1 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 4 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4
1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 4 4 2 2 1 2 1 2 3 2 1 2
1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2
3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 4 2 2 3 4 4 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3
1 4 3 2 1 2 1 4 2 1 2 1 2 2 1 3 3 1 1 2 1 1 1 4 2 2 1 4 2 1 2 1 2 2
1 4 1 1 1 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4 1 3 2 2 1 1 1 2 2 3 2 3 3
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
1 2 1 3 1 3 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 2 3 1 1 2 2 4 1 1 1 1 2 2 1 2 1 3 3
1 3 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2
1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 4 2 2 2
ITEM 6 4 2 2 4 4 2 2 3 1
ITEM 8 3 2 4 4 4 2 2 4 3
ITEM 12 3 2 2 4 4 2 2 2 2
ITEM 16 3 2 2 3 4 3 4 2 1
ITEM 17 4 4 4 4 4 3 3 2 3
ITEM 18 1 2 2 2 3 1 2 1 1
ITEM 19 4 3 3 4 4 4 4 4 2
ITEM 20 4 2 4 4 4 2 2 2 2
ITEM 21 2 2 3 4 4 2 2 1 2
3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 2 3 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4
2 4 4 4 3 4 3 2 4 2 2 2 2 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4
4 2 2 3 3 4 3 3 2 4 2 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 2 2 2
3 4 2 2 4 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 4 1 3 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 4 3 3 4 1 3 3 2 2 2 1 4 2 1 2 3 3
2 1 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 3 3 3 4
1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 4 3 4 2 1 3 1 1 1 1 1 2
4 4 1 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 1 3 3 3 3 1 4
4 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 4 3 4 2 2 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 2 4 2 4 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 2
4 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 1 3 2 4 3 4 2 3 2 2 4 3 4 2 3 1 3 2 3 3 1 3
4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3
4 4 2 3 2 4 2 3 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 2 4 1 2 4 3 3 2 2 3
4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 1 3 4 2 2 2 2 3
4 1 3 2 3 2 3 2 4 4 2 2 4 3 1 4 2 3 2 2 3 2 4 2 2 2 4 3 4 2 2 3
3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 4 3 3
3 3 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 1 1 4 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2
4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 1 3 4 3 2 2 3 3
4 4 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 2 3 2 4 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3
2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 2 4 2 3 2 2 3
ITEM 15 2 2 1 1 2 2 1 1 2 4 1 1 2 2 1 2 4 2 2 3 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 4 1 2 4 1 1 1 1 2 2 1 2 1
ITEM 16 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 3 3 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 2 3 2 4 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1
ITEM 17 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 4 2 2 4 2 3 3 2 2 2 4 3 2 4 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 4 2
ITEM 18 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 3 1 1 2 1
ITEM 19 1 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 1 4 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 4 3 2 1 1 1
ITEM 20 2 2 2 1 1 3 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 4 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 4 4 2 2 1 1 2 2 3 2
ITEM 21 1 2 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 1 2 3 1 4 3 2 4 1 2 2 3 3 4 1 4 4 2 2 1 2 2 1 2 1
ITEM 22 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 1 3 2 3 2 4 2 2 4 1 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2
ITEM 23 1 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 1 2 1 1 4 2 2 1 1 1 2 2 4 4 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1
3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 1 2 1 3 1 3 2
2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 3 1 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 3 2 2 1 2 2
2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2
3 2 2 1 2 4 2 2 3 3 1 3 2 3 1 1 3
3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 4 1 1
2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 4 3 2
4 3 4 2 1 4 2 1 3 2 2 3 2 2 1 1 1
4 2 3 1 2 2 1 2 2 3 1 3 1 1 1 2 2
ITEM 15 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4
ITEM 16 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 4 3 3 4 1 3 3 3 2 2 3 4 3 4 2
ITEM 17 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2
ITEM 18 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 4 3 1 2 2 2 3 1 2 1
ITEM 19 2 2 4 4 3 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4
ITEM 20 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 2 4 2 4 3 4 2 4 4 4 2 2 2
ITEM 21 3 3 2 2 3 2 1 3 2 4 3 4 2 3 2 2 4 3 2 2 3 4 4 2 2 1
ITEM 22 3 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 1 2 1 4 2 2 1
ITEM 23 4 3 3 3 4 2 1 2 2 4 3 4 4 3 4 3 1 4 2 4 3 4 3 1 3 1
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 3 4 3
1 3 4 2 2 4 2 3 2 4 2 2 2 4 3 4 2 2 3 2 2 2 1 4 2 1 2 3 3 4 1 3 2 3
3 2 1 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 4 3 3 4 2 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 4 2 1 3 1 1 1 1 1 2 3 3 1 2 2
2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 1 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 1 4 4 4 2 3 4
2 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 4 2 3 3
2 4 2 3 3 2 4 4 3 3 3 2 2 4 2 3 2 2 3 4 2 3 1 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 4
ITEM 18 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 20 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 21 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 22 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 23 2 2 2 2 2 2 2
ITEM 24 2 2 2 2 2 2 2
TOTAL 40 40 40 40 40 40 40
1 2 2 1 3 1 4 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2
4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 2
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 4 2 2 3 1 2 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 3 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 2 1 2 2 2 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 4 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 1 4 2 1 4 2 1 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 2 2 1 2 2 3
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 1 4 1 1 2 4
40 40 40 40 40 40 40 38 33 38 49 37 33 45 37 38 45 43 36 40 27 38 43 34 38 33 40 42 38 38 42 27 41 40 33 43 36 66 45 46 42 43 41 36 32 44 42
1 1 1 1 2 3 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 3 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1
1 3 2 2 4 1 1 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2
2 2 2 3 4 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 4 4 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1
2 3 2 2 1 1 1 2 1 2 4 2 4 3 4 2 1 4 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 4 3
1 3 1 1 1 2 2 3 2 1 2 1 4 2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 4 2
1 2 2 3 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 4 1 1 2 1 4 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2
25 52 36 35 33 43 35 42 38 35 50 35 45 44 46 42 43 41 36 32 44 32 58 48 35 31 25 42 38 35 50 35 45 44
ITEM 22 2 1 2 1 4 2 2 1 1
ITEM 24 2 3 2 4 2 2 2 4 1
ITEM 25 3 2 3 4 4 2 1 2 1
ITEM 26 3 2 2 4 4 2 1 2 1
ITEM 27 3 2 2 3 3 2 2 2 2
ITEM 29 4 3 4 4 4 2 2 3 2
ITEM 32 4 2 3 3 4 2 2 1 1
ITEM 33 2 3 2 4 3 1 1 3 1
ITEM 34 4 2 4 4 3 2 1 4 2
2 2 1 3 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 4 2 4 2
2 4 2 4 4 3 3 2 2 2 2 1 2 3 4 4 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 4 4 4 3 2 1 2 2 4 2 3 3
2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 1 2 3 4 1 2 2
2 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 1 3 2 2 4 2 4 2 2 2 3 1 2 2 2 4
3 4 3 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 4 4 3 2 2 2 3 4 2 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 4 4 2 3 2 4 3
2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3
3 4 2 2 4 2 2 4 2 3 1 1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 4 3 2 2 2 4 3 4 3 2 4 4 2 2 2 4 2
4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 1 2 4 4 4 2 3 1 3 2 3 4 4 3 3 2 2 4 1 4 3 2 4 2 2 4 4 3 2 1 2 1 4 1 1 3
1 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 4 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3
4 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2
4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3
2 1 1 2 1 4 1 2 4 4 3 2 2 2 4 2 2 3 3 4 3 2 4 2 1 2 4 2 2 2 3 3
2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 4 2 2 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2
4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3
4 2 2 3 4 2 4 2 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3
4 3 4 2 3 2 3 1 2 4 2 2 4 2 2 4 4 3 2 2 2 1 2 2 1 3 4 3 4 2 2 3
1 3 1 3 2 4 2 4 3 4 2 3 1 3 4 2 4 2 2 4 4 4 3 1 1 2 4 3 3 2 2 2
ITEM 24 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 1 4 2 2 1 1 2 2 2 3 2
ITEM 25 3 2 1 1 1 2 2 1 1 4 2 2 1 1 1 3 1 3 2 2 1 3 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2
TOTAL 47 52 40 45 40 52 53 47 46 53 35 50 47 40 52 46 78 57 53 48 47 57 64 43 54 49 34 45 48 56 68 61 41 67 57 44 38 36 55 48 44 59 44
2 2 1 1 1 4 1 1 2 4 1 2 2 3 2 3 1
1 2 1 1 2 1 2 2 3 1 1 2 2 3 1 1 2
53 54 55 48 54 52 47 42 56 53 36 67 45 49 41 53 47
ITEM 24 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2 2 2 4
ITEM 25 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 4 4 3 2 3 4 4 2 1 2
ITEM 26 2 3 2 4 2 2 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 4 4 2 1 2
ITEM 27 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 1 3 2 2 4 2 3 2 2 3 3 2 2 2
ITEM 28 3 2 2 4 1 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 1 3 2 2 4 1
ITEM 29 2 3 4 4 3 2 2 2 3 4 2 3 2 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3
ITEM 30 3 2 1 3 1 2 2 1 2 2 1 4 2 2 1 2 4 1 2 2 2 3 1 1 2 1
ITEM 31 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 1 4 3 3 3 4 3 2 2 1
ITEM 32 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 4 2 4 2 3 3 4 2 2 1
1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 4 2 4 2 4 2 2 3 2
1 2 4 2 4 4 3 4 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 1 2 2 4 2 3 3 4 4 2 3 3
1 2 2 2 2 2 4 3 2 4 2 1 2 4 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 4 1 2 2 2 1 1 2 1
2 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 1 2 2 2 4 2 4 3 3 3
1 4 2 2 3 2 4 2 3 3 3 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 4 4 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2
2 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 2 4 4 2 3 2 4 3 4 4 2 3 3
1 2 4 4 3 1 4 2 1 2 2 4 2 2 2 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2
2 2 4 2 3 4 3 3 1 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 3 2 4 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 4 2 2 3 4
TOTAL 69 54 63 81 86 48 47 55 39
65 60 55 68 68 74 60 54 55 65 48 47 54 63 70 63 51 52 51 54 58 61 74 60 57 49 54 51 74 51 67 52 55 63 51 78 70 79 53 54 51 61 53 64 54 70 79
53 54 51 61 53 64 54 57 64 75 65 50 63 64 78 64 56 61 77 52 63 75 64 64 61 79 62 52 78 77 56 61
ITEM 33 3 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 4 3 2 2 2 4 3 2 3 2 4 3 1 1 3
ITEM 34 3 2 3 4 4 3 3 2 2 4 1 4 3 2 4 2 2 4 4 2 4 4 3 2 1 4
TOTAL 83 85 89 109 88 86 77 82 78 107 76 102 82 85 92 79 110 100 98 85 93 120 115 70 79 79
1 3 4 2 2 4 2 2 1 2 2 1 3 4 3 4 2 2 3 4 3 2 4 4 2 2 2 4 2 4 3 4 2 3
2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 1 2 4 3 3 2 2 2 4 3 2 1 2 1 4 1 1 3 1 3 1 3 2
67 96 93 87 98 97 113 107 81 89 87 60 80 110 86 77 81 83 88 107 84 80 74 91 82 91 86 84 92 104 94 75 93 94