HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
Disusun Oleh: HERLIN LIDYA NPM: 32105001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ALIH JALUR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
A
T AR
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
Disusun Oleh: HERLIN LIDYA NPM: 32105001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ALIH JALUR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
i
A
T AR
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI INTISARI Herlin Lidya1, Sutejo2, Masta Hutasoit3 Latar belakang: Pasien hemodialisis mengalami berbagai masalah fisik dan psikologis yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Keluarga, sahabat, tetangga, teman, rekan kerja maupun petugas kesehatan merupakan sumber dukungan sosial. Dukungan sosial berpengaruh positif terhadap kesejahteraan fisik maupun psikis sehingga dapat menumbuhkan harapan, mengurangi stress, depresi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan: Mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Metode: Menggunakan metode deskriptif korelational dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012 berjumlah 52 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner dukungan sosial dan kuesioner kualitas hidup. Data selanjutnya dianalisis dengan korelasi Spearman dan dihitung koefisien determinasinya. Hasil: Koefisien korelasi (ρ) antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup sebesar 0.760 dengan signifikansi 0.000 (p<0.01), dan koefisien determinasi sebesar 57.76%. Analisis dukungan sosial menunjukkan sebagian besar responden yaitu 50 orang (96.20%) mendapatkan dukungan sosial tinggi. Kualitas hidup pasien hemodialisis sebagian besar baik yaitu 40 responden (76.9%) dan hanya 1 responden (1.9%) yang memiliki kualitas hidup rendah. Kesimpulan: Ada hubungan positif, kuat dan bermakna antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup. Oleh karena itu dukungan sosial dan keefekifan pasien menggunakan sumber dukungan sosial yang tepat akan membantu meningkatkan kualitas hidupnya.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Kata kunci: hemodialisis, dukungan sosial, kualitas hidup 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Alih Jalur STIKES A. Yani Yogyakarta Dosen Jurusan Keperawatan POLTEKES KEMENKES Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta 2
iii
A
T AR
THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT ON QUALITY OF LIFE IN HEMODIALYSIS PATIENTS IN THE HEMODIALYSIS UNIT OF RSUD PANEMBAHAN SENOPATI ABSTRACT Herlin Lidya1, Sutejo2, Masta Hutasoit3 Backgrounds: Hemodialysis patients have a variety of physical and psychological problems that affect quality of life. Family, friends, neighbors, colleagnes and health workers are source of social support. Social support has a positive effect on physical and psychological well-being so that the growing expectations, reduce the stress, depression and improves quality of life of patients. Purpose/ Objective: This study aims to determine the relationship of social support on quality of life in hemodialysis patients in the hemodialysis unit of RSUD Panembahan Senopati in Bantul district. Method: This research uses descriptive correlational method with approach cross sectional. Sampling research is hemodialysis patients in RSUD Panembahan Senopati in April 2012 were selected by purposive sampling. Data collected using a questionnaire of social support and quality of life questionnaire. The data were analyzed using Spearman correlation and then calculated the coefficient of its determination. Result: Coefficient of correlation (ρ) between social support on quality of life by 0.760 at the level of significance 0.000 (p<0.01), and the coefficient of determination of 55.76%. The analysis of social support showed 50 respondents (96.20%) have a high social support. Quality of life of hemodialysis patients who responded well most of the 40 respondents (76.90%), and only 1 respondent (1.90%) who has a lower quality of life. Conclusion: There is positive relationship, a strong and significant association between social support on quality of life. Therefore the effectiveness of social support for patients using appropriate resources will greatly help improve their quality of life.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Keywords: hemodialysis, social support, quality of life 1
Student of Nursery Study Programme Ahmad Yani Yogyakarta, School of Health Sciences 2 Lecture of Nursery Study Programme POLTEKES KEMENKES Yogyakarta 3 Lecture of Ahmad Yani Yogyakarta, School of Health Sciences
iv
A
T AR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala curahan kasih dan kemurahanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisis di unit hemodialisis Rumah Sakit Panembahan Senopati” dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaaan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Program Alih Jalur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
dr. I. Edi Purwoko, Sp.B selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Ibu Dwi Susanti, S. Kep., Ns. selaku ketua prodi ilmu keperawatan. 3. Ibu Ida Nursanti, S. Kep., Ns, MSc. selaku pembimbing akademik program alih jalur. 4. Bapak Ns. Sutejo, M. Kep., Sp. Kep. J. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Masta Hutasoit, S. Kep., Ns. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Paulus Subiyanto, M. Kep., Sp. KMB selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan-masukan yang berarti. 7. dr. I Wayan Sudana, M. Kes. selaku direktur RSUD Panembahan Senopati yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Bapak Mujiyanto, S. Kep. Selaku kepala unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan selama dilakukan penelitian. 9. Perawat unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati tas kerjasamanya selama penelitian. 10. Bapak, Ibu, mbak Suswi, mas Pendi, mas Heri, mas Dori, Siska dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan baik materil maupun spiritual. 11. Teman-temanku kelas alih jalur yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan semangat disaat lelah.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari
viii
A
T AR
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun agar kedepan dapat lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Yogyakarta, Juni 2012 Penulis
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
ix
A
T AR
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i HALAMAN PENGESAHAN.…...……………………………………………….ii INTI SARI… ………………………………………………………………...…..iii ABSTRACT ………………………...……………………………………………..iv HALAMAN PERNYATAAN ...………………………………………………….v HALAMAN MOTTO ..…………………………………………………………..vi HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………...vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………….viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….......x DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….xii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………xiii
AN
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………...………………………………….1 B. Rumusan Masalah ……….…………………………………………….….5 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………5 D. Manfaat Penelitian.………….…………………………………………….6 E. Keaslian Penelitian………….……………………………………………..7
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G.
P
Dukungan Sosial ………………………..……………………………….10 Gagal ginjal……………………………………………………….……...18 Hemodialisis……………………………………………………………...19 Kualitas hidup….………………………………………………………...23 Kerangka teori…. ………………………………………………………..27 Kerangka konsep….. …………………………………………………….28 Hipotesis ….. ……………………………………………………………29
S
E K I T
S
D
N JE
Bab III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H.
Desain penelitian ………………………………………………………..30 Lokasi dan waktu penelitian …………………………………………….31 Variabel penelitian……………………………………………………….31 Definisi operasional……………………………………………………...31 Populasi dan sampel……………………………………………………...36 Teknik pengumpulan data………………………………………………..39 Metode pengolahan dan analisis data……………………………………39 Prinsip etika dalam penelitian……………………………………………42 x
A
T AR
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil penelitian ………………………………………………………….44 B. Pembahasan penelitian …………………………………………………..53 C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………….62 Bab V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………...………………………………………63 B. Saran …………………………………………………………………….63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xi
A
T AR
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3. 1
Definisi Operasional…………………………………………….32
Tabel 4. 1
Distribusi Karakteristik Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012…………………………………………..45
Tabel 4. 2
Dukungan Sosial yang diterima pasien hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD PanembahanSenopati pada bulan April 2012…………………………………………..47
Tabel 4. 3
Penilaian Kualias Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012…………………………………………..48
Tabel 4. 4
Tingkat kualitas hidup pasien hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012…………………………………………..69
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Tabel 4. 5
Distribusi Skor Tingkat Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012 ………………………………………….50
P AL A R E ER
P
Tabel 4. 6
Hasil Uji Korelasi Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati pada bulan April 2012…………..52
S
E K I T
D
N JE
S
xii
A
T AR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar konsultasi Lampiran 2. Jadwal penyusunan skripsi mahasiswa Lampiran 3. Penjelasan tentang penelitian Lampiran 4. Persetujuan penelitian Lampiran 5. Kuesioner karakteristik responden Lampiran 6. Kuesioner dukungan sosial Lampiran 7. Kuesioner kualitas hidup Lampiran 8. Surat ijin uji validitas dan reliabilitas
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
AN
D
N JE
S
xiii
A
T AR
A YAK K A OG
Lampiran 9. Surat ijin penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gagal ginjal merupakan salah satu jenis penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menurut data di Amerika Serikat pada tahun 2010 terjadi peningkatan 6–7% penderita gagal ginjal dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2011 diperkirakan terdapat 150 ribu pasien penderita ginjal dan tidak kurang dari tiga ribu pasien yang benar-benar membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal. Negara Malaysia dengan populasinya 18 juta orang diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal
AN
pertahunnya. Bersamaan dengan itu di negara-negara berkembang lainnya insiden
A YAK K A OG
Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2007).
T ANI Y S U .Y
Sama halnya dengan negara lain di Indonesia berdasarkan data laporan Indonesian Renal Registry (Roesli, et al, 2010), pasien gagal ginjal kronis yang
P AL A R E ER
menjalani hemodialisis (cuci darah) pada tahun 2008 berjumlah 7328 orang
P
kemudian meningkat menjadi 12900 orang pada 2009 dan 14833 orang pada
D
N JE
tahun 2010. Hal tersebut terjadi karena di Indonesia penyakit gagal ginjal kronik
S E K I hipertensi ST yang tinggi diantara populasi dan semakin bertambahnya jumlah orang semakin banyak diderita masyarakat sebagai akibat kejadian diabetes dan
yang lanjut usia dalam masyarakat Indonesia (Hartono, 1991). Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
menerus (Corwin, 2001). Hal tersebut mengakibatkan keadaan ginjal tidak dapat disembuhkan bahkan dapat menyebabkan ginjal tidak berfungsi sama sekali (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). Oleh karena itu GGK memerlukan suatu tindakan terapi yang berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal (Lubis, 2006). Terapi terhadap pasien gagal ginjal kronis meliputi dialisis (baik hemodialisis maupun dialisis peritoneal) dan transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart,
1
A
T AR
ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun (Sudoyo,
2
2001). Saat ini dialisis peritoneal semakin populer sebagai tindakan pilihan untuk penderita penyakit ginjal stadium tertentu, akan tetapi di Indonesia hemodialisis masih menjadi pilihan utama sebagai terapi gagal ginjal kronik, meskipun belum menyeluruh atau terjangkau sebagian besar masyarakat (Anonim, 2002). Hemodialisis menimbulkan rasa sakit bagi pasien dan membatasi hidup mereka (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). Namun demikian terapi ini harus dilakukan sepanjang hidup pasien atau sampai pasien mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan (Smeltzer, 2002). Menurut Tel H dan Tel H (2011) terapi dialisis menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan pasiennya. Pada studinya tersebut dinyatakan bahwa kualitas hidup pasien hemodialisis lebih rendah dibandingkan orang pada umumnya. Sejalan dengan
itu hasil
penelitiannya juga mengatakan kualitas hidup pasien hemodialisis lebih rendah
AN
jika dibandingkan dengan pasien yang menggunakan dialisis peritoneal ataupun
A YAK K A OG
transplantasi ginjal.
Mendukung pernyataan diatas selain menurunnya kualitas hidup, pasien
T ANI Y S U .Y
dengan hemodialisis jangka panjang juga mengalami stres. Selain itu juga terjadi
P AL A R E ER
penurunan aktifitas seksual dan ancaman kematian yang dapat terjadi sewaktuwaktu serta diet ketat yang membatasi jenis dan jumlah makanan yang boleh
P
dimakan (Hartono, 1991). Masalah lain yang sering terjadi adalah mereka merasa
D
N JE
khawatir dengan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan, masalah finansial,
S
E K I T
A
T AR
kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, depresi akibat sakit yang kronis dan
S
ketakutan menghadapi kematian (Beck, 1988, dalam Marthan, 2005). Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Demikian pula dalam pemenuhan kebutuhan baik fisik, sosial, maupun psikis manusia membutuhkan orang lain terlebih pada saat seseorang mengalami ketidakmampuan karena sakit (Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial adalah sumber daya eksternal yang utama yaitu berasal dari lingkungan maupun orang-orang disekitarnya dan memiliki pengaruh pada penyelesaian masalah yaitu sebagai moderator stres kehidupan yang efektif (Smeltzer, 2002). Dukungan sosial memfasilitasi perilaku koping seseorang. Individu yang mendapatkan dukungan sosial kelihatan lebih tahan terhadap pengaruh psikologis
3
dari stresor lingkungan daripada individu yang tidak mendapatkan dukungan sosial (Stuart & Sundeen, 1998). Selain itu akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan akan merasa diperhatikan, disayangi, merasa berharga, dapat berbagi beban, percaya diri, dan menumbuhkan harapan sehingga mampu menangkal atau mengurangi stress yang pada akhirnya akan mengurangi depresi dan meningkatkan kualitas hidup (Brunner & Suddart, 1996). Dukungan sosial juga didefinisikan sebagai segala macam dukungan instrumental, emosional, informasi dan penghargaan yang diterima individu dari lingkungan terdekatnya (Smeltzer, 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan bertambah baiknya kondisi dan kemampuan untuk bertahan hidup pada beberapa penyakit kronis termasuk
AN
gagal ginjal (Tel H & Tel H, 2011). Hal ini telah dilaporkan bahwa dukungan
A
RdanT sosial memiliki efek yang signifikan terhadap kesehatan umum pasien dialisis A AK adaptasinya dengan terapi (Gencoz; Astan, 2006 dalam Tel H & Tel H 2011). Y G O Menurut Dedhiya dan Kong (1995, dalam Murti, 1997) kualitas hidup Y I N didefinisikan sebagai ukuran kebahagiaan Y danAkepuasan hidup, keberhasilan . A dalam masyarakat. Pendapat serupa mencapai tujuan, dan kegunaan seseorang L RANegler, (1996) yang mendefinisikan kualitas dinyatakan oleh Renwick, Brown, E D Ntertinggi hidup sebagai tingkatan yang dicapai seseorang dalam hidupnya secara E J S menyeluruh yang sering dihubungkan dengan kepuasan hidup, kebahagiaan, E K I moral ST dan kesehatan. Kesehatan memberikan kontribusi terhadap tingkat kualitas
A K A
T S U
P R E
P
hidup seseorang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan dukungan sosial atau interaksi yang dekat dengan teman dan kerabat lebih dapat menghindari penyakit sedangkan untuk mereka yang sedang dalam masa penyembuhan akan sembuh lebih cepat apabila memiliki keluarga yang menolong mereka (Baron & Byrne, 1994). Selain itu Spinale, et al (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa skor dukungan sosial berkorelasi dengan skor spiritualitas, agama sebagai mekanisme koping skor dan nilai keterlibatan agama dan dukungan sosial terhadap kemampuan bertahan hidup yaitu bahwa pasien
4
yang mendapatkan dukungan sosial tinggi akan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Hasil penelitian Tel H dan Tel H (2011) menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien hemodialisis rendah dan terdapat hubungan yang bermakna positif dan kuat antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Ratnasari (2004) menunjukkan hasil pasien tuberkulosis yang mendapat dukungan sosial yang tinggi akan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Dukungan sosial dinilai menjadi sangat penting bagi pasien hemodialisis karena hubungan sosial mempengaruhi tingkah laku dan memberikan identitas serta sumber untuk evaluasi diri secara positif. Hal ini dapat meningkatkan persepsi kendali dan penguasaan diri serta mengurangi kecemasan. Pengurangan rasa cemas, rasa tidak berdaya, dan rasa putus asa dapat meningkatkan status
AN
kesehatan sehingga kualitas hidupnyapun meningkat (Smeltzer & Bare, 2001).
A
T R Penulis memilih RSUD Panembahan Senopati Bantul karena rumah sakit A AK tersebut menjadi rumah sakit rujukan khususnya bagi masyarakatYdaerah Bantul, OG yang signifikan dan memiliki pasien hemodialisis yang mengalami peningkatan Y NIdari rekam medik RSUD A setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh .Y A Panembahan Senopati pertama kaliL unit hemodialisis dibuka yaitu pada tahun A R 234 meningkat menjadi 1964 pada tahun 2005 tindakan hemodialisisE berjumlah D 2006. Hal itu terkait ENdengan penambahan jumlah mesin dan program jaminan J S kesehatan E masyarakat dari pemerintah sehingga memfasilitasi golongan tidak K I mampu ST untuk mendapatkan pengobatan yang terjangkau. Pada tahun 2009 jumlah
A K A
T S U
P R E
P
tindakan hemodialisis sudah mencapai jumlah 2.511. Selain itu berdasarkan laporan diagnosis hemodialisis RS. Panembahan Senopati jumlah pasien hemodialisis pada bulan November 2011 tercatat ada 110 orang yang menjalani hemodialisis dengan masing-masing pasien berbeda frekuensi terapi (Tim Rekam Medis, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan menurut kepala ruang hemodialisis RS. Panembahan Senopati, pasien yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan kemampuan dalam kehidupannya. Selain itu pasien juga mengatakan stres dan depresi karena penyakit yang diderita. Mereka bercerita bahwa kemampuan
5
beraktivitasnya menjadi menurun setelah menderita penyakit dan menjalani terapi sehingga pekerjaan menjadi terganggu dan lebih emosional. Berdasarkan keterangan perawat juga mengatakan bahwa keluarga pasien masih banyak yang belum mengerti pentingnya dukungan sosial bagi pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan pasien. Oleh karena itu peneliti berminat melakukan penelitian terkait yaitu untuk mengetahui apakah dukungan sosial yang diterima pasien hemodialisis memiliki hubungan dengan kualitas hidupnya. Selain itu juga untuk mengetahui karakteristik pasien hemodialisis, besarnya dukungan sosial yang diperoleh dan sejauh mana kualitas hidup pasien tersebut. Dengan demikian diharapkan hasil dari penelitian ini kelak dapat digunakan sebagai rujukan dalam melakukan perawatan terhadap pasien dan keluarga.
AN
A
T AR
A YAK K A OG
B. Rumusan Masalah
T ANI Y S U .Y
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka pertanyaan penelitian
P AL A R E ER
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisis”.
P
S
E K I T
D
N JE
C. Tujuan Penelitian
S Tujuan umum
1.
Mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup
pada
pasien hemodialisis di unit hemodialisis Rumah Sakit Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. 2.
Tujuan khusus a.
Mengetahui karakteristik penderita yang menjalani hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul muliputi: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, lama menjalani hemodialisis dan kontribusinya terhadap kualitas hidup pasien hemodialisa.
6
b.
Mengetahui dukungan sosial yang diterima oleh pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c.
Mengetahui tingkat kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti Menambah pengalaman mengenai proses penelitian serta memberikan pengetahuan tentang aspek psikososial pasien hemodialisis khususnya tentang dukungan sosial dan hubungannya terhadap kualitas hidup.
2.
Bagi mahasiswa
AN
Memberikan tambahan informasi mengenai pentingnya dukungan sosial pada pasien hemodialisis. 3.
Bagi peneliti selanjutnya
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Diharapkan dapat memberikan dasar bagi peneliti selanjutnya untuk
P AL A R E ER
melakukan penelitian lebih mendalam tentang pentingnya dukungan sosial terhadap kualitas hiduppasien hemodialisis. 4.
P
Bagi masyarakat
D
N JE
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi masyarakat
S
E K I T
khususnya keluarga pasien yang menjalani hemodialisis untuk dapat mengerti
S tentang pentingnya dukungan sosial bagi pasien yang menjalani hemodialisis. 5.
Bagi rumah sakit Memberikan informasi bagi rumah sakit khususnya unit hemodialisis tentang hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisis. Selain itu diharapkan hasil akhir dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam penatalaksanaan pasien yang menjalani terapi hemodialisis.
6.
A
T AR
Bagi ilmu keperawatan Diharapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya dalam penatalaksanaan pasien hemodialisis dengan selalu
7
memperhatikan aspek psikososial pasien dan membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga dan pasien tentang pentingnya dukungan sosial bagi tingkat kualitas hidup pasien.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai dukungan sosial sudah banyak dilakukan diantaranya oleh: 1.
Marthan (2005) tentang hubungan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada pasien hemodialisis di RS. Sardjito. Penelitian ini merupakan non eksperimental korelational dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan aksidental sampling. Responden yang diambil berjumlah 32
AN
orang. Hasil penelitian yang diperoleh yakni bahwa sebagian besar pasien
A
RT yang mendapatkan dukungan sosial tinggi mengalami depresi lebih A rendah AK dengan dibandingkan yang tidak mendapatkan dukungan sosial. Persamaan Y OG penelitian ini adalah sama-sama menggunakan cross-sectional study. Y I N Perbedaannya terletak pada variabel terikat YAyaitu kualitas hidup, subyek dan . A sampel yaitu peneliti menggunakan tempat penelitian serta cara pengambilan L RA metode purposive sampling. E NDterkait terapi pada pasien hemodialisis dilakukan oleh 2. Penelitian lainE yang S J (2009) yang berjudul pengaruh terapi kognitif terhadap Kristiyaningsih E IK harga diri dan kondisi depresi pasien gagal ginjal kronik di ruang T perubahan S
A K A
T S U
P R E
P
hemodialisis RSUP Fatmawati, Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode quasi exsperiment dengan desain pre-post design with control group. Pengambilan sampel dengan cara consequtive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat harga diri meningkat lebih bermakna dan kondisi depresi menurun lebih bermakna pada kelompok pasien gagal ginjal kronik yang mendapatkan terapi kognitif dibanding kelompok yang tidak mendapat terapi. Metode, desain serta cara pengambilan sampel dalam penelitian ini berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti.
8
Penelitian mengenai variabel dukungan sosial dan kualitas hidup pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah: 1.
Penelitian Ratnasari (2004) tentang hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada penderita tuberculosis paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross-sectional study. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan cross-sectional study dengan menempatkan kualitas hidup sebagai variabel terikat. Perbedaannya terletak pada subyek dan tempat penelitian serta cara pengambilan sampel.
2.
AN
Penelitian yang dilakukan oleh Ismanto (1999) tentang kontribusi dukungan
A K A
T S U
P R E
3.
P
S
dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan total populasi dengan jumlah responden
31 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan korelasi yang kuat antara dukungan sosial keluarga dengan kualitas hidup penderita kusta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada responden dan tempat penelitian. 4.
A
RT sosial terhadap kesembuhan gangguan psikosomatik asma brokhial. A K Aadalah Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Hasilnya ada Y G O psikosomatik kontribusi dukungan sosial terhadap kesembuhan Ygangguan I ANini pada variabel bebas yaitu asmabronkhiale. Persamaan dengan penelitian Y . Apada dukungan sosial. Perbedaan terletak variabel terikat, subjek, dan tempat L A penelitian. ER D Penelitian Setyawati EN (2007) tentang Pengaruh dukungan sosial keluarga J Skualitas hidup penderita kusta di Puskesmas Kunduran Kabupaten terhadap E K I Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional TBlora.
Penelitian Tel H dan Tel H (2011) tentang Quality of life and social support in hemodialysis patients. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis dengan rancangan cross sectional dan dilakukan di Sivas, Turkey. Responden dalam penelitian ini berjumlah 164 pasien. Hasil penelitian yang diperoleh
9
adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara variabel dukungan sosial dengan kualitas hidup. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan cross-sectional study dengan menempatkan kualitas hidup sebagai variabel terikat. Perbedaannya terletak pada tempat penelitian serta cara pengambilan sampel.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul terletak di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Bantul. Kedudukan rumah sakit ini sebagai pendukung penyelenggaraan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B dengan kapasitas tempat tidur ruang rawat inap 289 tempat tidur. Selain itu fasilitas pelayanan
AN
A
T R A pelayanan rawat jalan, instalasi gawat darurat, pelayanan rawat K inap, A Y radiologi, pelayanan kebidanan dan perinatologi, kamar operasi, pelayanan G YO pelayanan khusus, pelayanan laboratorium, pelayanan rehabilitasi Imedik, ANhemodialisis, dan pelayanan pelayanan farmasi, pelayanan gizi, pelayanan Y A. penunjang lain (Tim Rumah Sakit, 2011). L A R E Unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati merupakan unit yang D N E memberikanJ pelayanan asuhan keperawatan ginjal. Unit hemodialisis dibuka S E 25 Maret 2005 sebagai pelayanan baru dan unggulan karena pada tanggal K I STpada saat itu dari 5 RSUD yang ada di D. I. Yogyakarta baru RSUD kesehatan di rumah sakit ini dapat dikatakan lengkap dengan adanya
A K A
T S U
P R E
P
Panembahan Senopati Bantul yang telah memiliki mesin HD. Pada awalnya unit ini adalah ruang hemodialisis dengan satu mesin hemodialisis dari anggaran APBN. Kemudian menambah dua mesin lagi melalui kerjasama dengan PT Mendjangan Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan agar dapat bekerjasama dengan pelayanan hemodialisis PT. ASKES. Dengan demikian unit ini kemudian bisa melayani para peserta ASKES (Asuransi Kesehatan) (Mujiyanto, 2011). Saat ini terjadi peningkatan insidensi gagal ginjal terminal yang memerlukan hemodialisis di Indonesia, termasuk di RSUD Panembahan
44
45
Senopati kabupaten Bantul. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya antrian pasien atau daftar tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan hemodialisis di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat melayani lebih banyak pasien yang membutuhkan hemodialisis maka RSUD Panembahan Senopati mendirikan gedung baru unit hemodialisis dengan kapasitas 21 unit yang diresmikan pada 27 Mei 2010. 2.
Karakteristik Responden Penelitian berlangsung selama satu minggu yaitu dari tanggal 9 April sampai 14 April 2012. Pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang sedang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati yang berjumlah 52 orang. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada pasien yang sedang
AN
menjalani hemodialisis. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi
A
RT jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, danAlama AK menjalani terapi hemodialisis. Gambaran umum karakteristik responden Y G O frekuensi pada penelitian secara lebih rinci dijelaskan dalam bentuk Ydistribusi I AN tabel 4. 1 berikut: Y A4.. 1 Tabel L A Hemodialisis di Unit Hemodialisis RPasien Distribusi Karakteristik E RSUD Panembahan ND Senopati Bantul pada bulan April 2012 E S JVariabel No Jumlah (n) Persentase (%) E K I S1T Jenis Kelamin
A K A
T S U
P R E
P a. b.
2
3
Laki-laki Perempuan
34 18
65.4 34.6
Total
52
100
0 – 14 tahun 15 – 64 tahun ≥ 65 tahun
0 46 6
0 88.5 11.5
Total Pendidikan a. Tidak sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. Akademi/ PT
52
100
0 20 7 15 10
0 38.5 13.5 28.8 19.2
Umur a. b. c.
46
No 4
Total Variabel Status Perkawinan a. Kawin b. Tidak kawin c. Janda/ duda
52 Jumlah (n)
100 Persentase (%)
45 3 4
86.5 5.8 7.7
52
100
20 12 15 5 52
38.5 23.1 28.8 9.6 100
Total Lama menjalani hemodialisis a. 1 – 6 bulan b. > 6 bulan – 1 tahun c. > 1 tahun – 3 tahun d. > 3 tahun Total
5
Sumber: Data Primer a.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pasien jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding pasien perempuan yaitu pasien laki-laki
AN
berjumlah 34 orang (65.4%) sedangkan pasien perempuan 18 orang
b.
Sebagian besar pasien hemodialisis yang menjadi responden yaitu
T ANI Y S U .Y
sebanyak 46 orang atau 88.5 % berada pada usia produktif (15 – 64 tahun)
P AL A R E ER
c.
Sebagian besar responden yaitu 20 orang (38.5%) tamat SD dan 15 orang
d.
P
(28.8 %) tamat SLTA kemudian disusul tamat akademi/ PT, dan SLTA.
D
N JE
Menurut jenis kelamin sebagian besar responden berstatus kawin/
S E K Te.I Berdasarkan
menikah yaitu 45 orang (86.5%).
S
lama menjalani hemodialisis cukup bervariasi yaitu
sebanyak 20 orang (38.5%) menjalani hemodialisis dalam rentang waktu 1 – 6 bulan, 12 orang (23.1%) menjalani hemodialisis dalam rentang waktu > 6 – 1 tahun, 15 orang (28.8%) menjalani hemodialisis dalam rentang waktu > 1 – 3 tahun dan 5 orang (9.6%) menjalani hemodialisis > 3 tahun.
3.
A
T AR
A YAK K A OG
(34.6%).
Dukungan Sosial Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini meliputi sumber dukungan dan kepuasan yang diterima oleh pasien hemodialisis. Skor dukungan sosial yang terukur dikategorikan menjadi dukungan rendah untuk
47
skor (2 X ≤ 156). Distribusi dukungan sosial yang diterima oleh pasien yang menjalani hemodialisis di unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati dapat dilihat pada gambar berikut:
Tabel 4. 2 Dukungan Sosial yang diterima Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan April 2012 Variabel
Rendah
Sedang
Tinggi
Dukungan sosial
0%
3.8%
96.2%
Sumber: Data primer
AN
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebanyak
A YAK K A OG
50 orang (96.2%) mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
4.
T ANI Y S U .Y
Kualitas Hidup
P AL A R E ER
Kualitas hidup pasien hemodialisis merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan khususnya di unit hemodialisis. Dengan
P
memperhatikan kualitas hidup pasien hemodialisis, petugas kesehatan
D
N JE
khususnya perawat akan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
S
E K I T
A
T AR
holistik. Selain itu dapat mengetahui intervensi pelayanan kesehatan seperti
S morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan kecacatan. Hal tersebut sejalan dengan tujuan khusus keperawatan unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati yaitu “memberikan asuhan keperawatan ginjal dan hipertensi, meningkatkan kualitas hidup, mencegah penularan penyakit dan mencegah komplikasi bagi pasien unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Berikut tabel distribusi penilaian kualitas hidup pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati berdasarkan beberapa komponen, yaitu level aktifitas, kehidupan sehari-hari, kesehatan, dukungan sosial, serta harapan:
48
Tabel 4. 3 Penilaian Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan April 2012 No 1
Kualitas Hidup
50 48.1 1.9
38 13 1
73.1 25 1.9
Dapat melakukan dengan normal Membutuhkan bantuan orang lain Tidak mampu melakukan kehidupan sehari-hari sama sekali
AN
Kesehatan satu minggu terakhir a. b. c.
4
26 25 1
Dapat beraktifitas normal Beraktifitas dengan bantuan orang lain Tidak mampu beraktifitas
Kehidupan satu minggu terakhir a. b. c.
3
Persentase(%)
Aktifitas seminggu terakhir a. b. c.
2
Jumlah (n)
TA
US
Dukungan satu minggu terakhir a. b. c.
KA
Sehat pada sebagian besar waktu Sering merasa lesu, kurang tenaga Selalu merasa sakit atau lemah
RP
. LA
Dukungan keluarga dan teman kuat Dukungan keluarga/ teman terbatas Dukungan keluarga/ teman jarang
PE
I AN
Y
RA E 5 Harapan satu minggu NDterakhir E J a. SMempunyai harapan positif E merasa sedih IK b.c. Kadang Betul-betul sangat takut, bingung, cemas T S
38 13 1
A
Y G O
RT 73.1 A AK25 1.9
Y
49 3 0
94.2 5.8 0
34 18 0
65.4 34.6 0
Sumber: Data Primer Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati dapat beraktifitas dengan normal, yaitu sebanyak 26 orang (50%) dan pasien yang membutuhkan orang lain dalam beraktifitas sebanyak 25 orang (48.1%). Sementara itu sebagian besar pasien hemodialisis menyatakan bahwa kehidupan sehari-hari mereka berjalan normal yaitu sebanyak 38 orang (73.1%). Sebagian besar pasien hemodialisis yang menjadi responden menyatakan merasa sehat pada sebagian besar waktu pada seminggu terakhir yaitu
49
sebanyak 38 orang (73.1%). Selain itu hampir semua responden mendapatkan dukungan keluarga/ teman yang kuat selama satu minggu terakhir yaitu sebanyak 49 orang (94.2%). Sementara itu sebanyak 34 orang (65.4%) menyatakan mempunyai harapan positif selama satu minggu terakhir serta dapat menyesuaikan dengan keadaan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sebanyak 18 orang (34.6%) terkadang merasa sedih karena tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan dengan keadaan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dengan demikian secara garis besar distribusi tingkat kualitas hidup pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 4
AN
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan April 2012 Variabel Kualitas hidup
PEJENDER
Sedang
IY 21.20% N A .Y
U A P R AL 1.90%
Sumber: Data Primer
A YAK K A OG
ST
Rendah
A
T AR
Baik
76.90%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki tingkat kualitas hidup baik yaitu
S
E K I T
sebanyak 40 orang (76.90%). Hal ini berarti sebanyak 40 orang dalam satu
S minggu terakhir dapat beraktifitas normal, dapat mejalani kehidupan seharihari tanpa bantuan orang lain, merasa sehat pada sebagian besar waktu dan memperoleh dukungan sosial kuat dari keluarga serta mempunyai harapan hidup positif. Tingkat kualitas hidup sedang 11 orang (21.20 %) dengan gambaran hidup pada seminggu terakhir dapat bekerja, belajar atau beraktifitas lain tetapi harus mendapat bantuan orang lain atau lama bekerja menjadi berkurang secara nyata, dapat menjalani kehidupan sehari-hari tetapi harus dibantu, seringkali merasa lesu, kurang tenaga atau merasa tidak sehat, kadang-kadang merasa sedih karena tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan
50
dengan keadaan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Selain itu hanya terdapat 1 orang (1.90%) pasien dengan tingkat kualitas hidup rendah yaitu pasien tidak mampu melakukan aktifitas dan kehidupan sehari-hari sama sekali, selalu merasa badan sakit atau lemah, sering merasa bawa dukungan dari keluarga/ teman berkurang dan merasa sangat takut, bingung, cemas akan kelanjutan nasibnya. 5.
Distribusi tingkat kualitas hidup berdasarkan karakteristik responden yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan lama hemodialisis. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji korelasi antara karakteristik responden dengan kualitas
AN
hidup. Akan tetapi melihat gambaran secara umum distribusi skor tingkat
A
RT kualitas hidup berdasarkan karakteristik responden seperti pada tabel berikut: A AK Y Tabel 4. 5 OG Y NIKarakteristik Responden A Distribusi Skor Tingkat Kualitas Hidup Berdasarkan .Y yang Menjalani Hemodialisis di unit Hemodialisis A L RSUD Panembahan Senopati Bantul A R Epada bulan April 2012 D N Variabel JE Kualitas Kualitas hidup Kualitas hidup Jumlah hidup Rendah Sedang Baik (n=52) S E IK Jenis T SPria kelamin 0(0%) 26 (76.5%) 8 (23.5%) 34 (65. 4%)
A K A
T S U
P R E
P
Wanita
1(5.6%)
3 (16.7%)
14 (77.8%)
18 (34. 6%)
Umur 0 – 14 15 – 64 ≥ 65
0(0%) 1(2.2%) 0(0%)
0(0%) 11 (23.9%) 0 (0%)
0 (0%) 34 (73.9%) 6 (100 %)
0 (0%) 46(88. 5%) 6(11. 5%)
0(0%) 0(0%) 1 (6.7%) 0(0%)
6 (30.0%) 1 (14.5%) 2 (13.3%) 2 (20.0%)
14 (70.0 %) 6 (85.7 %) 12 (80.0%) 8 (80.0%)
20 (38. 5%) 7 (13. 5 %) 15 (28. 8%) 10 (19. 2%)
Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi/ PT
51
Variabel
Kualitas hidup Rendah
Kualitas hidup Sedang
Kualitas hidup Baik
Jumlah (n=52)
Status perkawinan Kawin Tak Kawin Janda/ duda
1(2.2%) 0(0%) 0(0%)
10 (22.2%) 1 (33.3%) 0(0%)
34 (75.6%) 2 (66.7%) 4 (100.0%)
45 (86. 5%) 3 (5. 8%) 4 (7. 7%)
Lama Hemodialisis 1 – 6 bulan >6 bulan – 1 tahun >1 tahun – 3 tahun >3 tahun
1(5.0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)
6 (30.0 %) 0(0%) 4 (26.7%) 1(20.0%)
13 (65.0%) 12 (100.0%) 11 (73.3 %) 4(80.0%)
20 (38. 5%) 12 (23. 1%) 15 (28. 8%) 5 (9. 6%)
Sumber: Data Primer Berdasarkan karakteristik, tingkat kualitas hidup responden bervariasi. Menurut jenis kelamin sebagian besar responden laki-laki yaitu 26 orang (76.5%) memiliki kualitas hidup yang baik, demikian juga dengan responden
AN
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 orang (77.8%) memiliki
A YAK K A OG
kualitas hidup baik.
Berdasarkan umur sebagian besar pasien yaitu 34 orang (73.9%) yang
T ANI Y S U .Y
berada pada usia produktif (15 – 64 tahun) memiliki kualitas hidup baik, 11
P AL A R E ER
orang (23.9%) memiliki kualitas hidup sedang, dan terdapat 6 orang ( 11.5%) usia tidak produktif (≥65 tahun) yang memiliki kualitas hidup baik. Selain itu
P
berdasarkan tingkat pendidikan dari 20 responden tamat SD yaitu 14 orang
D
N JE
(70%) memiliki kualitas hidup baik dan 6 orang (30%) memiliki kualitas
S
E K I T
hidup sedang. Pasien dengan pendidikan SLTA sebanyak 12 orang (80.0%)
S memiliki
kualitas hidup baik. Responden dengan pendidikan SLTP dan
akademi/ perguruan tinggi memiliki kualitas hidup baik dan beberapa diantaranya memiliki kualitas hidup sedang. Berdasarkan status perkawinan sebagian besar reponden yang berstatus kawin yaitu 34 orang (75.6%) memiliki kualitas hidup baik, 10 orang (22.2%) memiliki kualitas hidup sedang, dan orang (2.2%) memiliki kualitas hidup rendah. Selain itu terdapat 2 orang (66.7%) responden yang berstatus tidak kawin memiliki kualitas hidup baik dan 1 orang (33.3%) memiliki kualitas hidup sedang. Terdapat pula 4 orang (7.7%) yang janda/ duda yang memiliki kualitas hidup baik.
A
T AR
52
Pada penelitian ini distribusi kualitas hidup berdasarkan lama menjalani hemodialisis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu responden yang menjalani hemodialisis antara 1 – 6 bulan 13 orang (65%) menyatakan memiliki kualitas hidup baik, 6 orang (30%) memiliki kualitas hidup sedang dan 1 orang (5%) memiliki kualitas hidup rendah. Responden yang menjalani hemodialisis dalam rentang waktu >6 – 1 tahun terdiri dari 12 orang yang seluruhnya memiliki kualitas hidup baik, responden dalam rentang >1 – 3 tahun sebanyak 11 orang (73.3%) memiliki kualitas hidup baik, 4 orang (26.7%) memiliki kualitas hidup sedang dan responden yang menjalani hemodialisis > 3 tahun sebanyak 4 orang (80.0%) memiliki kualitas hidup baik dan 1 orang (20.0%) memiliki kualitas hidup sedang. 6.
Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup
AN
Dukungan sosial diharapkan mampu menimbulkan pengaruh positif bagi
A YAK K A OG
kesejahteraan fisik maupun psikologis pasien sehingga pasien
menangkal atau mengurangi stres yang pada akhirnya akan mengurangi
T ANI Y S U .Y
depresi dan meningkatkan kualitas hidup. Hubungan dukungan sosial dengan
P AL A R E ER
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis RSUD Panembahan Senopati selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
P
ND
Tabel 4. 6
E J S
Hasil Uji Korelasi Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan April 2012
E K I T
S
Spearman’s rho
Kualitas hidup
Correlation coefficient Sig. (2-tailed) N Dukungan Correlation coefficient sosial Sig. (2-tailed) N ** correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Kualitas hidup 1.000
.760** .000 52
A
RT mampu A
Dukungan sosial .760** .000 52 1.000 52
Sumber: Data primer Dari tabel 4. 4 didapatkan hasil uji statistik dengan korelasi Spearman’s rho dengan nilai koefisien korelasi (ρ) antara dukungan sosial dengan kualitas hidup adalah 0.760; p< 0.01. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan
53
bahwa ada hubungan positif dan bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup. Interpretasi kekuatan hubungan termasuk kategori tinggi.
B. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan karakteristik responden terlihat bahwa frekuensi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 34 orang (65.4%). Sebagian besar besar diantaranya memiliki kualitas hidup baik (76.5%). Demikian pula dengan pasien perempuan yaitu 18 orang (34.6%) dan 14 orang (77.8 %) diantaranya memiliki kualitas hidup baik. Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan kualitas hidup yang berarti antara
AN
pasien perempuan dan laki-laki. Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian
A
RT Primardi (2010) yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas hidup A K Alebih antara penderita epilepsi laki-laki dan perempuan. Apabila dikaji lanjut Y G besarnya frekuensi laki-laki dibanding perempuan disebabkan YO karena responden I ANakibat terlalu sibuk bekerja laki-laki memiliki riwayat merokok, kurang Y minum A. mengandung pengawet dan pewarna dan konsumsi makanan yang tinggiL garam RA hipertensi. Selain dari itu ada beberapa buatan yang dapat mengakibatkan E ND sering mengkonsumsi minuman suplemen energi responden yang mengatakan E S J gagal ginjal dan harus menjalani hemodialisis. sebelum didiagnosis E IKpenelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kimmel et al T Hasil S
A K A
T S U
P R E
P
(1995) tentang Aspect of Quality of Life in Hemodialysis Patients yang mendapatkan hasil penelitian 61.7% responden berjenis kelamin laki-laki. Apabila dianalisis lebih lanjut hal ini dapat terjadi karena laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas bekerja diluar rumah dan banyak diantaranya memiliki pola hidup tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi minuman suplemen energi secara berlebih serta makanan yang tidak sehat. Pada penelitian ini sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis yaitu 46 orang (88.5%) berada pada usia produktif. Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian Marthan (2005) tentang hubungan dukungan dengan tingkat
54
depresi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RS Dr. Sardjito yaitu 75% respondennya berusia produktif. Hal ini terjadi karena ada fenomena pergeseran usia penderita gagal ginjal kronik dari tahun ke tahun, yang saat ini berada pada usia 25 – 44 tahun (Nu'mang, 2010). Roekmito (2012) mengatakan lebih lanjut bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh pola makan yang mengandung bahan-bahan pengawet dan pewarna makanan yang bukan alami. Banyaknya pasien yang berada pasa usia produktif mengakibatkan masyarakat khususnya keluarga akan menanggung beban sejumlah penderita gagal ginjal yang menjadi berkurang produktifitasnya atau tidak produktif sama sekali. Berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak dari responden adalah SD yaitu 20 orang (38.5%) dan SLTA 15 orang (28.8%). Matt dan Dean (1993, dalam Kodriati, 2004) mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
AN
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
A
RT aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual A K Amulia, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta Y G O dianalisis lebih keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. YApabila I N Apendidikan lanjut dapat dikatakan bahwa pasien dengan lebih tinggi akan Y . Aperilaku hidup sehat dan pengobatan memiliki kesadaran lebih tinggi tentang L A yang memiliki pendidikan rendah. Akan Rpasien penyakitnya dibanding dengan E D Nterbukti, tetapi hal tersebut tidak meskipun berpengetahuan terbatas namun pasien E J S rendah dan menengah memiliki kesadaran yang baik tentang dengan pendidikan E K I pengobatan ST penyakitnya. Keadaan tersebut didukung dengan adanya pelayanan
A K A
T S U
P R E
P
bagi para peserta asuransi kesehatan (ASKES), jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS), maupun jaminan kesehatan daerah (JAMKESDA). Berdasarkan status perkawinan sebagian besar reponden berstatus kawin yaitu 34 orang (75.6%) memiliki kualitas hidup baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa menikah dapat memberikan keuntungan terhadap kesehatan seseorang dengan penyediaan dukungan sosial (Goldman & Hatch, 2000 dalam Kodriati, 2004). Pernyataan tersebut didukung pula dengan penelitian yang membuktikan bahwa seseorang yang menikah hidupnya lebih lama dari pada mereka yang bercerai dan tidak pernah menikah (Sheridan & Radmacher, 1992
55
dalam Kodriati, 2004). Hal ini selaras dengan hasil penelitian Tel H dan Tel H (2011) yang memperoleh hasil sebagian responden yang berstatus kawin mendapatkan dukungan yang baik dan kualitas hidup yang baik. Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan hasil bahwa dukungan sosial dan pernikahan dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan akan tetapi sebaliknya kesendirian dan perpisahan dengan pasangan menyebabkan kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik menjadi lebih buruk. Cukor, Cohen, Peterson, Kimmel (2007) dalam jurnalnya mengatakan bahwa pasien dengan pernikahan yang bahagia akan memiliki tingkat kesehatan yang tinggi. Meskipun demikian dalam penelitian ini juga diperoleh 4 orang (7.7%) janda/ duda yang memiliki kualitas hidup baik. Hal ini disebabkan pasien mampu menerima keadaan sakitnya dengan baik serta mendapatkan dukungan yang baik dari anak, maupun keluarga yang lain sebagai pengganti pasangan.
AN
A
RT Berdasarkan lama menjalani hemodialisis responden yang menjalani A AKmemiliki hemodialisis antara 1 – 6 bulan sebanyak 13 orang (65%) menyatakan Y G kualitas hidup baik, 6 orang (30%) memiliki kualitasIhidup YOsedang dan 1 orang ANyang menjalani hemodialisis (5%) memiliki kualitas hidup rendah. Responden Y . Adari dalam rentang waktu >6 – 1 tahun terdiri 12 orang yang seluruhnya memiliki L A kualitas hidup baik, responden ERdalam rentang >1 – 3 tahun sebanyak 11 orang D (73.3%) memiliki kualitas EN hidup baik, 4 orang (26.7%) memiliki kualitas hidup J S sedang danEresponden yang menjalani hemodialisis > 3 tahun sebanyak 4 orang K I (80.0%) ST memiliki kualitas hidup baik dan 1 orang (20.0%) memiliki kualitas
A K A
T S U
P R E
P
hidup sedang. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tel H dan Tel H (2011) yaitu tidak terdapat perbedaan yang berarti antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien. Apabila dianalisis lebih lanjut hal tersebut dipengaruhi oleh faktor respon pasien terhadap penyakit/ kondisi serta pengobatannya dan dukungan dari lingkungan terdekat. Dukungan sosial merupakan sumber daya ekternal utama. Sifat dan pengaruh dukungan sosial terhadap penyelesaian masalah terbukti sebagai moderator stres kehidupan yang efektif (Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu dukungan sosial juga merupakan salah satu sumber penanggulangan terhadap stres yang penting dan
56
mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang (Cobb, 1976 dalam Smeltzer & Bare, 2002). Hasil pengukuran dukungan sosial pada penelitian ini yaitu 96.2% dari seluruh responden mendapatkan dukungan sosial tinggi, 3.8% responden mendapat dukungan sosial sedang dan tidak ada responden yang mendapat dukungan sosial rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa keluarga, sahabat, tetangga rekan kerja maupun lingkungan sekitar memahami bahwa pasien yang menjalani hemodialisis membutuhkan dukungan sosial yang tepat bagi kondisinya (Thong et al, 2006). Selain itu sebagai pemberi dukungan sosial masing-masing pihak telah menyadari bahwa dukungan sosial merupakan bentuk komunikasi yang positif, harus disertai rasa suka, rasa percaya dan respek sehingga menjadi berarti bagi pasien (Katz dan Kahn 1978, dalam Radiastanti, 2005).
AN
Pernyataan diatas erat kaitannya dengan ketepatan dukungan sosial yang
A
RT diberikan artinya bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan A AK yang diberikan bagi dirinya (Sujono, 2007). Dengan demikianYindividu yang OG mendapatkan dukungan sosial yang tepat akan lebihI Y tahan terhadap pengaruh AN yang tidak mendapatkan psikologis dari stresor lingkungan daripadaY individu A. Hasil penelitian lain menyebutkan dukungan sosial (Stuart & Sundeen, 1998). L RA setidaknya lima mekanisme pada pasien bahwa dukungan sosial meningkatkan E NDtermasuk pasien hemodialisis yaitu meningkatnya dengan penyakit E kronis SJ kemauan untuk melakukan perawatan kesehatan, memiliki kemauan mengikuti E K I instruksi ST tenaga kesehatan terkait penyakitnya, meningkatkan status gizi dan
A K A
T S U
P R E
P
kualitas hidup secara keselurahan, peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menurunkan tingkat depresi (Spinale, et al, 2008). Presentase kualitas hidup pasien hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati sebagian besar mempunyai kualitas hidup yang baik yaitu sebesar 76.90%. Renwick, Brown, Negler (1996) mendefinisikan kualitas hidup sebagai tingkatan tertinggi yang dicapai seseorang dalam hidupnya secara menyeluruh yang sering dihubungkan dengan kepuasan hidup, kebahagiaan, moral dan kesehatan. Selain itu kualitas hidup juga merupakan salah satu kriteria
57
utama untuk mengetahui intervensi pelayanan kesehatan, seperti morbiditas, mortalitas serta kecacatan (Subowo, 2001). Tanpa pengobatan yang tepat, penyakit dapat mempercepat penurunan tingkat kesehatan, hilangnya fungsi tubuh, timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman, akan tetapi pengobatan itu sendiri juga dapat menimbukan efek samping. Oleh karena itu selama pengobatan dilaksanakan harus tetap memperhatikan aspek kualitas hidup pasien karena pengukuran kualitas hidup yang tepat bermanfaat untuk mengetahui proses penyakit dan efek samping yang terjadi (Ratnasari, 2004). Dengan pemantauan selama pengobatan pasien diharapkan kualitas hidup dapat terjaga dengan baik. Sebagian besar pasien hemodialisis yang menjadi responden dalam penelitian ini pada seminggu terakhir memiliki kualitas hidup yang baik. Sebanyak 26 orang (50%) menyatakan bahwa mereka dapat bekerja, belajar atau melakukan aktifitas
AN
lain mendekati normal. Selain itu sebanyak 25 orang (48.1%) menyatakan bahwa
A
RT mereka dapat bekerja, belajar atau melakukan aktifitas lain tetapi harus mendapat A K A bantuan dari orang lain atau mampu melakukan sendiri tapi hanya dalam waktu Y OG atau melakukan sebentar. Sebaliknya pasien yang tidak mampu bekerja, belajar Y I AN(1.9%). aktifitas lain dalam keadaan apapun sebanyak Y 1 orang A.orang lain maupun yang tidak mampu Responden yang membutuhkan bantuan L A lain dalam keadaan apapun kebanyakan Raktifitas bekerja, belajar atau melakukan E D Nmudah dikarenakan pernafasan sesak, badan lemah atau karena badan terasa sakit. E J S dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mutaqqin dan Sari, Hal ini sesuai E K I (2011) ST yang menyebutkan bahwa manifestasi klinis pada pasien gagal ginjal
A K A
T S U
P R E
P
terminal dapat mengenai seluruh sistem yang ada pada tubuh diantaranya gangguan kardiovaskuler (hipertensi, perubahan elektrokardiografi, dll), respirasi (edema paru, efusi pleura, dll), neuromuskuler (lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma), dermatologi (pucat, hiperpigmentasi, pluritis, dan uremia frost), hematologi (anemia, dll). Selain itu terdapat pula masalah yang biasa dihadapi saat hemodialisis atau komplikasi akut meliputi sakit kepala, mual, sindrom disequilibrium dialisis dengan manifestasi klinis: mual dan muntah, hipertensi, disorientasi, kram kaki,
58
dan parestesia peripheral (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi lain yang mungkin terjadi reaksi anafilaktik, demam, infeksi, gangguan kardiopulmonal, anemia, penyakit tulang, masalah kardiovaskuler, toksisitas aluminium, hiperkalemia dan kalemia, hiperkalsemia dan hipokalsemia, perdarahan, hipoksemia, hiponatremia dan hipernatremia (Cahyaningsih, 2009). Mendukung pernyataan diatas Ware (1998, dalam Seviyana, 2009) menyatakan bahwa konsep kualitas hidup mencakup dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek mental yang terdiri dari tujuh elemen. Beberapa elemen tersebut diantaranya adalah fungsi fisik (keterbatasan kesehatan yang mengganggu kerja atau aktivitas keseharian termasuk menyelesaikan pekerjaan lebih sedikit dari yang dikehendaki, keterbatasan dalam bermacam aktifitas atau kesulitan dalam melakukan aktifitas); keterbatasan peran disebabkan masalah emosi (masalah
AN
emosi yang mengganggu kerja atau aktifitas keseharian lainnya, termasuk
A
RdanT mengurangi waktu untuk beraktifitas, menyelesaikan pekerjaan lebih sedikit A AK tidak bekerja secara teliti seperti biasanya) dan vitalitas (perasaan berenergi dan Y OG penuh gairah melawan perasaan lelah dan tidak bertenaga). Y NI hemodialisis di unit A Kualitas hidup pasien hemodialisis yang menjalani .Y A hemodialisis RSUD Panembahan Senopati L terkait kehidupan sehari-hari pada satu A R 73.1% responden menyatakan mereka dapat minggu terakhir adalah baik.ESebesar D N makan, mencuci, E berpakaian sendiri, naik kendaraan umum tanpa bantuan. J S membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas RespondenEyang K I sehari-hari ST dikarenakan sesak nafas, badan lemes, badan terasa sakit atau tak
A K A
T S U
P R E
P
jarang responden yang dilarang atau dibatasi aktifitasnya oleh keluarga karena khawatir. Responden yang sama sekali tidak mampu melakukan kehidupan seharihari lebih dikarenakan komplikasi dari penyakit yang diderita sehingga bergerak sedikit saja sudah merasa sesak dan sangat lelah. Hal ini sesuai dengan salah satu elemen kualitas hidup menurut Ware (1998, dalam Seviyana, 2009) yaitu bahwa intensitas nyeri tubuh yang tinggi berpengaruh terhadap kerja normal baik didalam maupun diluar rumah. Kualitas hidup pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati terkait kesehatan pada satu minggu terakhir adalah baik. Sebanyak 38 orang (73.1%)
59
responden merasa sehat pada sebagian besar waktu. Salah satu elemen kualitas hidup menurut Ware (1998, dalam Seviyana, 2009) adalah persepsi sehat secara umum yang dimiliki pasien merupakan evaluasi terhadap kesehatan, termasuk kesehatan sekarang, pandangan terhadap kesehatan, dan ketahanan terhadap sakit. Responden yang merasa tidak sehat, selalu merasa sakit atau lemah sebanyak 1 orang (1.9%) lebih disebabkan oleh karena nyeri kaki, mudah lelah dan sesak nafas saat beraktifitas. Kualitas hidup pasien hemodialisis yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati terkait dukungan keluarga dan temanteman pasien pada satu minggu terakhir diperoleh angka sebesar 94.2% menyatakan mempunyai hubungan baik dengan orang lain dan memperoleh dukungan kuat dari anggota keluarga dan teman. Responden yang mendapat
AN
dukungan dari keluarga dan teman-teman yang disebabkan karena kondisi pasien
A
RT sebesar 5.8%. Dukungan sosial dapat membuat pasien termotivasi untukA belajar AK dalam tentang penyakit mereka dan terapinya dan menjadi lebih dilibatkan Y G pembelaan diri (pasien mampu membela diri apabilaIdianggap YO lemah dan tidak ANpasien mengetahui batas mampu melakukan apa-apa dalam kataYlain A. dan perawatan diri. Penelitian lain kemampuannya), memanajemen diriLsendiri RA dialisis yang didukung untuk belajar tentang menunjukkan bahwa pasienE dengan D Nhasil terapinya mempunyai yang lebih baik dan memperbaiki kualitas hidup E J S (Lubis, 2006). E K I Harapan hidup pasien hemodialisis yang menjalani hemodialisis di unit ST
A K A
T S U
P R E
P
hemodialisis RSUD Panembahan Senopati tergolong baik. Sebesar 65.4% responden mempunyai harapan positif serta dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar. Sebagian besar responden yang memiliki harapan positif tersebut telah mampu menerima penyakitnya dengan ikhlas meskipun mengetahui bahwa penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan. Selain itu beberapa pasien memiliki harapan positif karena yakin akan sembuh setelah menjalani pengobatan. Responden yang terkadang merasa sedih karena tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan dengan keadaan diri sendiri dan lingkungan sekitar disebabkan oleh gangguan pada salah satu elemen kualitas hidup yaitu fungsi sosial. Hal tersebut
60
menyebabkan responden merasa memiliki keterbatasan kesehatan atau masalah emosi yang mengganggu aktifitas sosial normalnya. Elemen lain yang terpengaruh adalah kesehatan mental secara umum yaitu responden mengalami depresi, cemas, kontrol emosi tingkah laku yang kurang baik sehingga menyebabkan resonden kadang-kadang mengalami kesedihan (Ware, 1998, dalam Seviyana, 2009). Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Spearman’s rho menunjukkan nilai koefisien korelasi (ρ) antara dukungan sosial dengan kualitas hidup adalah 0.760; p<0.01. Interpretasi keeratan korelasi menurut Sugiyono (2007) dkelompokkan menjadi: korelasi sangat lemah (0 – 0.199), korelasi lemah (0.20 – 0.399), korelasi sedang (0.40 – 0.599), korelasi kuat (0.60 – 0.799), korelasi sangat kuat (0.80 – 1.0). Berdasarkan interpretasi tersebut nilai ρ=0.760 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup. Arah korelasi yang
AN
positif menunjukkan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diterima
A
T R responden maka kualitas hidupnya akan semakin meningkat. Selain itu hasil A AKkoefisien Y analisa hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup menghasilkan OGdukungan sosial Y determinasi sebesar 57.76%. Angka ini menunjukkan bahwa I AN sehingga dukungan sosial berpengaruh pada 57.76% terhadap kualitasYhidup A. pencapaian kualitas hidup pasien memberikan kontribusi cukup besar dalam L RA hemodialisis. E D Ndengan Hasil diatas sesuai definisi dukungan sosial menurut Gottlieb (1983, E J S2007) yaitu bahwa dukungan sosial merupakan informasi verbal/ dalam Sujono, E K I non STverbal, saran, bantuan nyata yang diberikan oleh orang-orang terdekat subyek
A K A
T S U
P R E
P
dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya sehingga orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Brehm dan Kassin (1981, dalam Marthan, 2005) yang mengemukakan teori mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan yaitu bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh langsung (direct effect) yang dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak menekan sehingga bermanfaat
61
bagi kesehatan dan kesejahteraan meskipun banyak stres yang dihadapi oleh pasien. Dukungan sosial juga mempunyai pengaruh tak langsung (indirect effect) pada stres yang dihadapi individu dan berpengaruh terhadap penerimaan sosial yang dapat mempengaruhi self esteem/ harga diri. Self esteem ini akan berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang. Seseorang dengan jiwa yang sehat akan berpikiran lebih positif dan lebih kuat dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya serta lebih ringan hidupnya dengan demikian dapat berfungsi lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pengaruh dukungan sosial sebagai penghambat stres yaitu bahwa individu dengan dukungan sosial yang baik akan memiliki pikiran yang tenang dan leih bahagia sehingga tidak mengalami stres yang berkepanjangan. Serupa dengan pernyataan diatas Johnson dan Johnson (1991)
AN
mengatakan bahwa melalui dukungan sosial secara tak langsung akan
A
RT berpengaruh pada kualitas hidup yaitu terhadap produktifitas hidup individu, A AKhubungan kesejahteraan psikologi, kesejahteraan fisik (individu yang memiliki Y G O dekat akan memiliki umur panjang, jarang menderita sakit dan cepat sembuh dari Y I N sakit), dan pengaruh terhadap kemampuan pengendalian YA diri. . Penelitian serupa dilakukan olehLTelAH dan Tel H (2011) memperoleh hasil RAhubungan bermakna positif terhadap kualitas bahwa dukungan sosial memiliki E NDyaitu dukungan sosial memberikan keuntungan dapat hidup pasien hemodialisis E J S kondisi meningkatkan fisik dan psikologis pasien hemodialisis sehingga E K I meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2004) ST
A K A
T S U
P R E
P
tentang Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Penderita Tuberculosis Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran juga menunjukkan bahwa pasien yang memperoleh dukungan sosial tinggi terutama dari keluarga dan teman memiliki kualitas hidup yang baik. Demikian pula dengan penelitian Spinale, et al (2008) yang memberikan hasil yaitu pasien hemodialisis yang mendapat dukungan sosial tinggi memiliki kemampuan bertahan hidup lebih lama dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan dukungan sosial.
62
C. Keterbatasan penelitian 1.
Kesulitan Penelitian a. Tidak semua responden dapat melakukan pengisian kuesioner secara mandiri karena pada saat mengisi kuesioner responden merasa pusing dan lemas sehingga harus dibantu oleh keluarga atau peneliti. b. Peneliti harus memastikan pasien layak untuk menjadi responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
2.
Kelemahan penelitian a. Pada saat mengisi kuesioner ada beberapa responden yang dibantu oleh keluarganya. Meskipun demikian pertanyaan tetap dibacakan kepada responden dan keluarga yang menuliskan ke lembar kuesioner. Akan
AN
tetapi hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan bias pada hasil yang diperoleh.
A YAK K A OG
b. Instrumen kualitas hidup terbatas pada level aktifitas, kehidupan sehari-
T ANI Y S U .Y
hari, kesehatan, dukungan sosial serta harapan sehingga belum mewakili seluruh elemen kualitas hidup seperti keterbatasan peran, nyeri tubuh,
P AL A R E ER
fungsi sosial, fungsi intelektuan dan kognitif serta kepuasan hidup. c. Hasil penelitian tidak dapat seluruhnya digeneralisasikan dan hanya
P
D
berlaku di RSUD Panembahan Senopati.
S
S
E K I T
N JE
A
T AR
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul pada bulan April 2012, peneliti menarik kesimpulan: 1.
Pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul pada bulan April 2012, 40 orang (76.9%) memiliki kualitas hidup baik, 11 orang (21.2 %) memiliki kualitas hidup sedang dan hanya 1 orang (1.9%) pasien memiliki kualitas hidup rendah.
AN
A
T R A menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan K sosial A Y dan tingkat dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis G YO korelasinya adalah kuat. I N 3. Pasien yang menjalani hemodialisis Y di ARSUD Panembahan Senopati A. Kabupaten Bantul pada bulanLApril 2012, sebagian besar mendapatkan A R E dukungan sosial dengan kategori tinggi. D N E 4. Pasien yangJ menjalani hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati S Bantul pada bulan April 2012 memperoleh dukungan sosial yang E Kabupaten K I STberasal dari sumber primer (anggota keluarga, sahabat), sekunder (teman, 2.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank
A K A
T S U
P R E
P
kenalan, tetangga dan rekan kerja),
dan tersier (instansi dan petugas
kesehatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis di unit Hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul pada bulan April 2012, maka peneliti
63
64
memberikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan sebagai berikut: 1.
Bagi pasien Pasien harus mendapatkan informasi tentang pentingnya keluarga, sahabat, tetangga, rekan kerja, petugas kesehatan maupun lingkungan sebagai sumber dukungan sosial yang dapat membantu menguatkan dalam menghadapi kondisi penyakit serta pengobatannyanya sehingga mampu membuat pasien bertahan lebih lama dengan kualitas hidup yang lebih baik.
2.
Bagi orang-orang terdekat/ keluarga pasien. Keluarga pasien harus memahami pentingnya dukungan sosial yang tepat bagi keluarganya yang sakit. Oleh karena itu keluarga pasien harus selalu memberikan dukungan baik secara materi/ finansial, perhatian, kasih sayang,
AN
kepedulian, penghargaan positif terhadap pasien, serta memberikan saran,
A
RT nasehat, maupun umpan balik untuk memperbaiki kualitas hidup pasien yang A AK menjalani terapi hemodialisis. Y OG 3. Bagi petugas kesehatan unit hemodialisis Y I Nperawat A Hendaknya petugas kesehatan khususnya memandang pasien Y . A psikologi, sosial dan spiritual dalam secara holistik yaitu mencakup L biologi, RA sehingga dalam memberikan dukungan memberikan pelayananE keperawatan NDkebutuhan biologi seperti memberikan pendidikan tidak terbatas E pada J Stetapi kesehatan juga diharapkan selalu mengkaji aspek psikologi, sosial E K I STmaupun spiritual pasien dengan cara mengeksplorasi perasaan, empati,
A K A
T S U
P R E
P
membuka diri, memberikan kehangatan, dan lain-lain.
Bagi Unit
Hemodialisis 4.
Bagi Unit Hemodialisis Perlu dilakukan sarasehan atau pertemuan sesama pasien yang menjalani hemodialisis beserta keluarga secara rutin dengan didatangkan ahli psikiatri atau dokter untuk memberikan motivasi dan informasi bagi pasien terkait dengan kondisinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pasien bahwa setelah mengikuti sarasehan mengenai penyakitnya dan hemodialisis pasien tersebut menjadi lebih ikhlas dan sabar menghadapi penyakitnya. Selain itu
65
pasien juga menjadi lebih bersemangat menjalani hidupnya dan dapat beraktifitas sesuai kemampuannya. 5.
Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Jiwa Penerapan keperawatan jiwa juga dapat dilaksanakan bagi pasien hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis juga mengalami masalah psikologis karena penyakit yang diderita dan pengobatannya. Demikian pula keluarga pasien, mereka juga dapat mengalami masalah psikologis karena perubahan peran yang terjadi serta masalah finansial. Oleh karena itu perlu dilaksanakan terapi jiwa yang melibatkan keluarga seperti terapi keluarga. Dengan demikian pasien dapat lebih terbuka dan merasa diterima dan keluargapun lebih dapat menerima kondisi anggota keluarganya yang sakit serta dapat memberikan bantuan dan dukungan yang tepat bagi pasien.
6.
Bagi Peneliti selanjutnya.
AN
A
T R Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dengan menggunakan jenis A AK penelitian kualitatif. Dengan metode wawancara mendalam Y selain kuesioner OG demikian dapat sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap. Dengan Y NIkarena banyak pasien yang A mengetahui kondisi psikologis pasien lebih rinci .Y A mengalami harga diri rendah ataupun L depresi yang mempengaruhi kualitas A hidupnya. ER D EN J S E K I ST
T S U
A K A
P
P R E
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2002). Liputan symposium keperawatan ginjal hipertensi II. Jakarta: FKUI. Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Baron, R. A. & Byrne. D. (1994). Social psychology: Understanding human interaction. ( 7th). Boston: Allyn and Bacon. Brunner, L. S. & Suddart, D. S. (1996). Teksbook of medical surgical nursing. Philadelphia: R.R Donelly and Son Company. Cahyaningsih, N.D. (2009). Hemodialisis (cuci darah): Panduan praktis perawatan gagal ginjal. Cetakan Kedua. Jogjakarta: Mitra Medika Press. Corwin, J. E. (2001). Buku saku patofisiologi. Alih bahasa: Brahm U. P. Jakart: EGC.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Hartono, A. (1991). Prinsip diet penyakit ginjal. Jakarta: ARCAN.
P AL A R E ER
Hidayat. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analitis data. Jakarta: Salemba Medika.
P
D
Ismanto, S. H. (1999). Kontribusi dukungan sosial terhadap kesembuhan gangguan psikosomatik asma bronkhiale di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Karya Ilmiah Paripurna. FK UGM. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
S
E K I T
A
T AR
Cukor, Cohen, Peterson, Kimmel (2007). Psychosocial aspects of chronic disease: ESRD as a Paradigmatic Illness. Journal of the American Society of Nephrology 18: 3042–3055,
N JE
S
Johnson, D.W & Johnson, F. (1991). Joining together: Group theory and group skills. New Jersey: Prentice Hall International Inc. Kodriati, N. (2004). Pengaruh dukungan sosial terhadap respon stres psikologi pada pasien DM Tipe 2 di Yogyakarta, Indonesia dan Kobe, Jepang. PSIK FK UGM (Skripsi). Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Kristyaningsih. (2009). Pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan harga diri dan kondisi depresi pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisis RSUP Fatmawati Jakarta. FIK UI (Tesis). Jakarta. Tidak diterbitkan. Kimmel, et al. (1995). Aspects of quality of life in hemodialysis patients. Journal of the American Society of Nephrology. 6(5): 1418-1426.
Kuntjoro,
S. S. (2002). Dukungan sosial pada lansia. http://www.epsikologi.com/epsi/search.asp . Diakses tanggal 10 Agustus 2011.
Long, C. B. (2002). Perawatan medikal bedah. Alih bahasa: Mulia Raja Siregar. Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran. Lubis, A. J. (2006). Dukungan sosial pada pasien gagal ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisa. USU Respiratory. Tidak diterbitkan. Marthan, A. P. (2005). Hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pasien yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. PSIK FK (Skripsi) UGM: Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Mario, T.P & Sujarweni, V.W. (2006). SPSS untuk paramedis. Yogyakarta: Ardhana Media. Mujiyanto, (2012). Laporan pelayanan hemodialisis tahun 2011 dan rencana kerja tahun 2012. Unit hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Yogyakarta.
AN
A YAK K A OG
Mutaqqin & Sari. (2011). Asuhan keperawatan angguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
T ANI Y S U .Y
Nu’mang, (2010). Penyakit gagal ginjal serang usia produktif. http://makassar.antaranews.com/berita/18015/penyakit-gagal-ginjalserang-usia-produktif . Diakses tanggal 4 Mei 2012.
P AL A R E ER
P
D
Nursalam. (2006). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
N JE
S E (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu K TIkeperawatan: Pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian
S
A
T AR
Murti, B. (1997). Kualitas hidup, isu konseptual dan pengukuran. Medika: XXIII: 473-476.
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. (2011). Manajemen keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Primardi. (2010). Optimism, harapan, dukungan sosial keluarga, dan kualitas hidup orang dengan epilepsi. Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 3(2): 124-132. Radiastanti, T. (2005). Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping orang tua anak leukimia limfoblastik akut di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta (skripsi). Yogyakarta: PSIK FK UGM (skripsi). Tidak diterbitkan. Ratnasari. (2004). Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada penderita tuberkulosis paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4)
Yogyakarta Unit Minggiran: Yogyakarta. PSIK FK UGM (skripsi). Tidak diterbitkan. Renwick, Brown, Negler. (1996). Quality of life in health promotion and rehabilitation. London: Sage Publication. Reeves, Roux, Lockhart. (2001). Keperawatan medikal bedah. Buku 1. Alih bahasa: Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika. Roekmito, (2012). Pasien gagal ginjal di Klaten lebih dari 100 jiwa. http://www.solopos.com/2012/klaten/pasien-gagal-ginjal-di-klaten-lebihdari-100-jiwa-165526 . Diakses tanggal 4 Mei 2012. Roesli, et al. (2010). 3rd Report of Indonesian renal registry 2010. Jakarta. Tim Rekam Medis. (2011). Data laporan diagnosis pasien hemodialisis. RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
AN
Tim Rumah Sakit. (2011). Laporan tahunan 2011 RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. RSUD Panembahan Senopati. Yogyakarta.
A YAK K A OG
Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interaction. 5rd Ed. New York: John Wiley and Sons Inc.
T ANI Y S U .Y
Seviyana. (2009). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup korban pasca gempa di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta. PSIK FK UGM (skripsi). Tidak diterbitkan.
P AL A R E ER
P
A
T AR
Setyawati. (2007). Pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap kualitas hidup penderita kusta di Puskesmas Kunduran Kabupaten Blora: Yogyakarta. PSIK FK UGM (skripsi). Tidak diterbitkan.
D
N JE
S E K I C. S & Bare, G. B. (2001). Teksbook of medical surgical nursing. Smeltzer, ST Philadelphia: R.R Donelly and Son Company. (2002). Buku ajar keperawatan medikal— bedah, Brunner & Suddarth/ editor. Ed. 8, Vol 1. Alih bahasa: Agung Waluyo, I Made Karyasa, Julia, Kuncara, Yasmin Asih. Jakarta: EGC. (2004). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Spinale, et al. (2008). Spirituality, social support and survival in hemodialysis patient. Journal of the American Society of Nephrology; 3(6): 1620-1627. Stuart G. W & Sundeen S. J (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Subowo, (2001). Kualitas hidup penderita dermatitis kontak di RSUD Sragen, Jawa Tengah. Yogyakarta. Pasca Sarjana UGM (Tesis). Tidak diterbitkan. Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing. Sugiyono. (2007). Metode penelitian administrasi. Bandung : CV: Alfabeta (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV: Alfabeta Susanto. (2010). Besar sampel dalam penelitian kesehatan: Manual dan aplikasi software open source (sample size 2.0). Yogyakarta: Digibooks. Sujono. (2007). Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping klien epilepsi dewasa di Instalasi Rawat Jalan RSUD Banyumas. Yogyakarta. PSIK FK UGM (skripsi). Tidak diterbitkan. Tel H dan Tel H. (2011). Quality of life and social support in hemodialysis patient. Pak J Med Sci; 27(1):64-67.
AN
Thong, et al. (2006). Social support predicts survival in dialysis patients. Published by Oxford University Press on behalf of ERA-EDTA. Nephrology Dialysis Transplantations; 22: 845–850
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
WHO. (1996). Creating supportive environment for health: stories from the third international conference on health promotion sundvall, Sweden. Departemen Of International Health and Social Medicine Karolinska Institute. Stockholm. Sweden. Geneva.
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR