HUBUNGAN BULLYING DENGAN DEPRESI PADA REMAJA DI SMP N 1 JAKEN KABUPATEN PATI Yulianti *), Zumrotul Choiriyah **), Rosalina ***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Depresi bisa timbul akibat kejadian hidup yang negatif yang menekan, suatu stresor memiliki karakteristik tertentu untuk dianggap sebagai kejadian yang menekan yakni bersifat negatif, tidak dapat dikendalikan, bersifat ambigu, dan terlalu membebani. Remaja kerap mendapatkan perilaku kekerasan di sekolah, seperti perilaku kekerasan dari teman sekelas, dan kakak kelas. Perilaku kekerasan ini dapat disebut dengan istilah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Jaken Kabupaten Pati yang berjumlah 590 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji kendal tau. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mengalami kejadian bullying dalam kategori bullying ringan yaitu sebanyak 49 responden (57,0 %) dan sebagian besar responden mengalami kejadian depresi dalam kategori depresi ringan yaitu sebanyak 31 responden (36,0 %). Dari hasil uji statistik menggunakan kendal tau diketahui ada hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati dengan p value sebesar 0,000 dan didapatkan nilai r 0,478 dimana ada hubungan dalam kategori sedang dan mengarah positif anatara bullying dengan depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati. Hendaknya pihak sekolah dan keluarga dapat menurunkan kejadian depresi pada remaja khususnya remaja awal dengan mengurangi bullying.
Kata kunci : Bullying, Depresi, Remaja
ABSTRACT Depression can arise as a result of negative life events which are pressing, a stressor has certain characteristics to be considered as a suppressive event that is negative, can not be controlled, ambiguous and overly burdensome. Teens often get violent behavior at school, such as violent behavior from classmates and seniors. This violent behavior may be called as bullying. The aim of this study was to determine the corelation between bullying and adolescents’ depression in Junior High School (SMP) N 1 Jaken Pati regency. This research was a descriptive correlation with cross sectional approach using questionnaires as a data collection tool. The population in this study was the students of Junior High School (SMP) N 1 Jaken Pati regency as many as 590 students. The sampling technique used proportionate random sampling with total samples of 86 people. The data were analyzed by using Kendal tau test. Based on the results of the study, most respondents experience bullying in the category of mild bullying as many as 49 respondents (57.0%) and most respondents have the incidence of depression in the category of mild depression as many as 31 respondents (36.0%). From the statistical test using Kendal tau, there is a corelation between the bullying and adolescents’ depression in Junior High School (SMP) N 1 Jaken Pati regency with p value of 0.000 and it obtain r 0,478 meaning a medium category corelation and leading to positive category between bullying and depression in Junior High School (SMP) N 1 Jaken regency Pati. The school and the family should be able to decrease the incidence of depression in adolescents, especially early adolescents to reduce bullying. Keywords: bullying, depression, adolescents
PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik, dan psikis (Sarlit, 2013). Pada masa ini kondisi psikis remaja sangat labil, karena masa ini merupakan fase pencarian identitas diri. Pada fase ini remaja mencari identitas diri untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apa ia seorang anak atau seorang dewasa dengan cara melakukan sebuah tindakan yang baik sesuai dengan nilai yang ada dan kadang melakukan tindakan penyimpangan identitas (Hurlock, 2011). Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja mengalami depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39.000 remaja. Dari hasil penelitian tersebut
ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak, keputusasaan, depresi dan bunuh diri telah bergeser, dan dimulai pada usia yang semakin lama semakin dini. Selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus depresi dan bunuh diri di masyarakat, erat kaitanya dengan situasi krisis (politik, sosial, dan moral), pengangguran, kemiskinan, persaingan yang keras,kekerasan dan kriminalitas ( Yosep, 2007). Hankin (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor kerentanan depresi pada remaja adalah kejadian hidup negatif yang menekan. Taylor (2006) menyatakan bahwa suatu stresor memiliki karakteristik tertentu untuk dianggap sebagai kejadian yang menekan yakni bersifat negatif, tidak dapat dikendalikan, bersifat ambigu, dan terlalu membebani. Remaja kerap mendapatkan perilaku kekerasan di sekolah, seperti perilaku kekerasan dari guru, teman
sekelas, dan kakak kelas. Perilaku kekerasan ini dapat disebut dengan istilah bullying. Seorang murid dikatakan mengalami bullying jika terkena secara berulang kali dan sepanjang waktu pada tindakan negatif oleh satu atau lebih murid lainnya (Olweus, 2006). Bullying dapat dianggap sebagai kejadian hidup yang menekan sebab berkarakteristik negatif dan sulit untuk dikendalikan oleh korban. Menurut Sejiwa (2008) bullying dibagi menjadi 3 macam yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying psikologis. Contoh Bullying verbal adalah mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat telefon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gosip, menyebarkan rumor, penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan-pesan tanpa pengirim. Tindakan yang termasuk Bullying fisik adalah menonjok, menampar, memukul, mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik, menendang, meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram dan memutar lengan atau kaki, merusak pakaian atau properti pribadi, gerakan-gerakan mengancam, membuat perkelahian, menodongkan senjata, mencuri. Sedangkan yang termasuk dalam bullying psikologis adalah mengucilkan, mengisolisir, menjauhkan, mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina, dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada 2008 tentang kekerasan bullying di kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% ditingkat Sekolah Lanjut Pertama (SMP). Kekerasaan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di kota besar,
yaitu Yogyakarta : 77,5% (mengakui adanya kekeraaan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasaan), Surabaya : 59,8% ( ada kkerasaan), Jakarta : 61,1% (ada kekerasaan). METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan cross sectional yaitu penelitian melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di SMP N 1 Jaken Kab. Pati pada tanggal 11 Januari 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP N 1 Jaken yang berjumlah 590 siswa. Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau acak dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 86 responden. Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur bullying dan depesi pada remaja. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, sehingga untuk menguji akurasi alat ukur dilakukan uji validitas.
Analisa Data Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis ini berupa distribusi frekuensi dan prosentase pada setiap variabel, yaitu variabel bullying dan depresi pada remaja.
Kejadian depresi
Frekuensi
Depresi berat Depresi sedang Depresi ringan Tidak depresi Total
12 18 31 25 86
Persentase (%) 14,0 20,9 36,0 29,1 100,0
3. Analisa Bivariat Hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati
Analisa Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini uji bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan bullying dan depresi pada remaja, untuk mengetahui arah hubungan, dan keeratan hubungan bullying dan depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken dengan menggunakan rumus kendal tau.
Tabel 4. 4 Tabulasi silang hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati Kejadian depresi Total Kejadian bullying
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin remaja di SMP N 1 Jaken Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi 37 49 86
Persentase (%) 43,0 57,0 100,0
2. Analisa univariat a. Gambaran kejadian bullying pada remaja di SMP N 1 Jaken Tabel 4. 2Distribusi frekuensi kejadian bullying pada remaja di SMP N 1 Jaken Pengalaman bullying Bullying berat Bullying sedang Bulying ringan Total
b.
Frekuensi 13 24 49 86
Persentase (%) 15,1 27,9 57,0 100,0
Gambaran kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken
Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken
Berat
Berat Sedang
n 8 3
Ringan Total
% 61,5 12,5
Sedang
Ringan
n 4 8
% 30,8 33,3
n 1 7
1 2,0
6
12,2
23
12 14,0
18
20,9
31
Tidak depresi % n % 4,4 0 0,0 29, 6 25, 2 0 46, 19 38, 9 8 36, 25 29, 0 1
p value
n 12 24
% 100 100
49
100
86
100
PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran kejadian bullying pada remaja di SMP N 1 Jaken Menurut Siswati dan Widayanti (2009), Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi, ejekan, hinaan, dan ancaman seringkali merupakan pancingan yang dapat mengarah ke agresi. Sedangkan menurut Riauskina (2005) dalam Wiyani (2012) mengelompokan perilaku bullying ke dalam beberapa kategori antara lain kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan (namecalling), merendahkan (putdown), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, dan menyebarkan gosip). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang menjadi korban bullying dalam
0,0001
kategori ringan adalah sebagian besar dikarenakan bullying fisik (79,1 %). Bentuk bullying fisik yang sering terjadi dalam kategori ringan saat bercanda kadang-kadang responden dicubit (39,5 %) dan kadang-kadang (32,6 %) responden ditimpuk saat menghalangi pandangan teman mereka. Selain itu kadang-kadang (23,3 %) responden di dorong oleh teman mereka apabila menghalangi jalan mereka. Hal-hal tersebut merupakan bentuk-bentuk perilaku bullying yang masih dalam kategori wajar dilakukan oleh anak-anak sesuai remaja dan merupakan hal yang biasa karena sudah terlalu akrab dalam menjalin pertemanan diantara mereka sehingga hal tersebut dianggap sebagai candaan belaka. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Sejiwa (2008), yang menyatakan bahwa yang termasuk bullying dalam bentuk fisik ini adalah menonjok, menampar, memukul, mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik, menendang, meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram dan memutar lengan atau kaki, merusak pakaian atau properti pribadi, gerakan-gerakan mengancam, membuat perkelahian, menodongkan senjata, mencuri, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada tersebut menunjukkan bahwa bullying yang terjadi dalam bentuk fisik pada sebagian besar responden masih dalam tahap yang wajar dan dapat dimaklumi oleh sebagian besar responden baik sebagai korban maupun pelaku karena dimungkinkan oleh karena keakraban sebagai teman diantara mereka sehingga hal tersebut masuk dalam kategori bullying ringan. Selain itu bullying ringan yang terjadi pada sebagian besar responden juga dapat dilihat dari bentuk bullying secara verbal yang dialami oleh responden. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sejiwa (2008) yang menyatakan bahwa bentuk bullying verbal yang sering terjadi diantaranya adalah mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat
telefon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gosip, menyebarkan rumor, penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan-pesan tanpa pengirim, dan lain-lain Bentuk bullying verbal tersebut diatas kadang-kadang bahkan sering dialami oleh responden apabila mendapatkan temanya atau kelompok teman sebayanya yang melakukan kesalahan. Bentuk bullying verbal yang tergolong ringan pada sebagian besar responden tersebut walaupun masih tergolong hal yang biasa dilakukan oleh seorang anak remaja akan tetapi apabila tidak di beri nasehat bahwa hal tersebut tidak baik maka akan menjurus ke pada perilaku yang lebih berat. Selain itu kejadian bullying ringan dalam penelitian ini selain dilihat dari bentuk bullying fisik, verbal juga dilihat dari bentuk bullying psikologis yang sering diterima oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk bullying psikologis dalam kategori ringan (79,1 %) yang sering diterima oleh responden adalah kadang-kadang (22,1 %) responden dibicarakan negatif oleh teman-teman mereka dibelakang responden dan kadangkadang (24,4 %) responden juga didiamkan oleh teman responden. Hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi dalam pergaulan dimasa remaja dan merupakan bentuk bullying dalam kategori ringan yang sering diterima oleh sebagian besar responden. Menurut Sejiwa (2008), menyatakan bahwa yang termasuk dalam bentuk ini adalah mengucilkan, mengisolisir, menjauhkan, mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri terdapat organisasi yang mengkhususkan diri pada permasalahan mengenai bullying, salah satunya adalah Organisasi SEJIWA. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah diadakan organisasi ini di beberapa kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta dan Jakarta ternyata bentuk kekerasan yang meliputi bullying verbal, psikologis serta
fisik dilaporkan oleh 66.1% siswa SMP dan 67.9% siswa SMA (sejiwa.org, 2010). Gambaran kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian depresi dalam kategori depresi ringan yaitu sebanyak 31 responden (36,0 %). Depresi dapat diartikan sebagai bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Yosep, 2007). Menurut Lestari (2015) depresi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. Ciri-ciri dari depresi ringan sekurang-kurangnya harus ada dua dari gejala utama depresi, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar dua minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. Selain perasaan sedih dan putus harapan, depresi berat yang diderita oleh sebagian kecil responden tersebut juga ditandai dengan adanya perasaan sering merasa gagal (17,4 %) dan perasaan pantas dihukum (9,3 %) serta sering (7,0 %) menyalahkan diri sendiri akibat tindakan yang diberikan oleh teman-temannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Beck (dalam Lubis, 2009) berpendapat bahwa adanya gangguan depresi adalah akibat dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Penderita depresi berat cenderung menyalahkan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya distorsi kognitif terhadap diri sendiri dan lingkungan, sehingga dalam mengevaluasi diri dan menginterpretasi hal-hal yang terjadi mereka cenderung mengambil kesimpulan yang tidak cukup dan berpandangan negatif. Pada masa kanakkanak dan remaja, orang-orang yang depresi mengembangkan skema negatif, yaitu suatu kecenderungan untuk melihat
lingkungan secara negatif melalui kehilangan orang yang disayang, tragedi yang terjadi susul-menyusul, penolakan sosial oleh teman sebaya. Analisa Bivariat Nilai p value sebesar 0,000. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima) dan didapatkan nilai r dengan arah positif yaitu sebesar 0,478. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati. Sedangkan nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan keeratan dengan tingkat sedang dan mengarah positif antara bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati, dimana semakin berat kejadian bullying maka semakin berat kejadian depresi dan sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan dalam kategori sedang dan mengarah positif. Hasil penelitian dalam yang positif akan tetapi mempunyai hubungan yang sedang tersebut dikarenakan masih terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan hubungan tidak kuat antara variabel independen dengan variable dependen dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat sepetti dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat responden yang mengalami kejadian bullying dalam kategori berat akan tetapi mengalami depresi ringan. Selain itu juga didapatkan responden dengan bullying dalam kategori ringan akan tetapi mengalami depresi dalam kategori berat. Hal tersebut menunjukkan adanya arah positif dan tetapi mempunyai hubungan dalam kategori sedang antara variabel independen dan dependen dalam peneltiian ini dikarenakan masih terdapat hubungan terbalik seperti dalam hasil peneltian tersebut. Hubungan terbalik yang terjadi yang merupakan salah satu sebab lemahnya hubungan dalam penelitian ini dapat dilihat
dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian kecil responden dengan bullying berat tetapi mengalami depresi ringan yaitu sebanyak 1 orang (4,4 %). Kejadian depresi ringan pada responden walaupun telah mendapatkan bullying dalam kategori berat tersebut menurut asumsi peneliti dikarenakan responden berjenis kelamin laki-laki sehingga kejadian bullying yang menimpa dirinya dianggap sebagai hal yang biasa dalam pergaulannya dengan teman-teman sepergaulan baik disekolah maupun di lingkungan rumah. Hal tersebut sesuai dengan beberapa studi menemukan bullying secara signifikan berhubungan dengan kejadian depersi pada remaja. Van der wal et al (2003) menemukan bahwa tindakan bullying secara langsung memiliki efek signifikan pada kejadian depresi dan ide bunuh diri pada perempuan (umur 9 sampai 13 tahun) tetapi tidak pada laki-laki. Kejadian depresi dalam ketagori berat yang menimpa sebagian besar responden yang berjenis kelamin perempuan tersebut juga terjadi pada responden yang mengalami bullying ringan yaitu sebanyak 1 orang (2,0 %), kejadian depresi berat yang menimpa seorang responden walaupun mengalami bullying ringan tersebut dikarenakan selain responden tersebut berjenis kelamin perempuan juga dikarenakan faktor lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara sekilas terhadap responen diketahui bahwa kejadian depresi yang menimpanya selain karena bullying dilakukan oleh temantemannya akan tetapi juga faktor keluarga dan beban pikiran yang harus ditanggungnya karena ia adalah anak satusatunya di keluarga sehingga harus menananggung beban berat sebagai harapan keluarga. Kejadian bullying disertai beban berat dari keluarga menjadikan responden mengalami depresi yang masuk dalam kategori berat. Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan-pemaparan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam berbagai
penelitian mengenai bullying memperkuat hasil bahwa korban bullying memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengembangkan gangguan depresi jika dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami bullying. Penelitian oleh Fekkes, Pijpers, & Verloove-Vanhorick 2004) menunjukkan bahwa korban bullying menunjukkan depresi pada taraf sedang sejumlah tiga kali lipat lebih besar dan depresi dengan taraf berat sejumlah tujuh kali lipat ebih besar jika dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami bullying. . Keterbatasan penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan remaja sebagai objek penelitian, jadi peneliti mengukur pengalaman bullying dan tingkat depresi remaja hanya berdasarkan kuesioner dan belu observasi. Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dan kelemahan dalam melakukan penelitian, yaitu : peneliti tidak memperhatikan pola asuh orang tua, kepribadian (konsep diri dan pola pikir) yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. KESIMPULAN Ada hubungan bullying dengan kejadian depresi pada remaja di SMP N 1 Jaken Kabupaten Pati dengan p value sebesar 0,000. nilai r positif (0,478) dengan tingkat keeratan sedang. Sebagian besar responden mengalami kejadian bullying dalam kategori bullying ringan yaitu sebanyak 49 responden (57,0 %) dan sebagian kecil responden mengalami kejadian bullying dalam kategori bullying berat yaitu sebanyak 13 responden (15,1 %). Sebagian besar responden mengalami kejadian depresi dalam kategori depresi ringan yaitu sebanyak 31 responden (36,0 %) dan sebagian kecil responden mengalami kejadian depresi dalam kategori berat yaitu sebanyak 12 responden (14,0 %).
SARAN Hendaknya para guru dan pihak sekolah untuk lebih memperhatikan tingkah laku peserta didik anak usia remaja agar bisa menghilangkan perilaku bullying sehingga angka depresi pada remaja dapat menurun. Hendaknya keluarga mendidik dan memberikan iklim yang baik terhadap anak sehingga tercipta komunikasi dan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua sehingga memberikan dukungan bagi anaknya agar terhindar dari kecenderungan perilaku bullying dan depresi pada remaja Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya, diharapkan perlu adanya penelitian lanjutan dengan memperhatikan pola asuh orang tua, kepribadian (pola pikir dan konsep diri) yang menjadi faktor depresi. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying. Yogyakarta : Nuha Medika [3] Berthold, K., & Hoover, J. 2000. Correlates of Bullying and Victimization among intermediate students in Midwestern USA. School Psychology International, 21, 65-79. [4] Costrie Ganes Widayanti. (2009). Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang. Jurnal Psikologi. Vol. 5. No. 2, Desember 20 [5] Fekkes M, Pipers FIM, Vanhorick PV. Bullying behavior and associations with psychosomatic complaints and
depression in victims. J Peditr 2004; 144: 17-22 [6] Hadi, P. 2004. Depresi & Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher [7] Hammen, C. 2009. Adolescent Depression Stressful Interpersonal contexts and Risk for Recurrence. Curent Directions In Psychological Science. 18:200-204. [8] Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikolog Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga [9] Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif Buku PanduanPsikologis Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [10] Lubis, Namora L. 2009. Depresi Tujuan Psikologis. Jakarta: Prenada media grup [11] Nursalam. 2008. Konsep dan PenerapanMetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan. Jakartab: Salemba Medika [12] Nolen, Hoeksema, S. 2004. Abnormal Psychology (erd ed.). New York, NY: McGraw-Hill [13] Olweus dan Sohlberg. 2006. Prevalence estimation of school bullying with the Olweus Bully/Victim Questionnaire. Aggressive Behavior, 29. [14] Pieter, Herri Z. dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana [15] Riauskina, I.I., Djuwita, R., dan Soesetio, S.R. 2005. “Gencetgencetan” dimata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah Kognitiftentang arti, Skenario, dan dampak “gencetgencetan”. Jurnal Psikologis Sosial, 12(01), 1-13. [16] Sarwono, Sarlito W. 2013. Psikolog Remaja. Jakarta: Rajawali Pers