HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMK PGRI SEMARANG Manuscript Oleh :
Ahamad Nur Fajrin G2A009005
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
PERNYATAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Bullying Pada RemajaDi SMK PGRI Semarang
Telah diperiksa dan disetujuai untuk dipublikasikan
Semarang, Oktober 2013
Pembimbing I
Ns. Desi Ariyana Rahayu, M.Kep
Pembimbing II
Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kes
Hubungan antara tingkat pengetauan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang Ahmad Nur Fajrin¹, Desi Ariyana Rahayu², Tri Hartiti³
¹Mahasiswa Protudi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS ²Dosen Keperawatan Jiwa UNIMUS ³Dosen Manajemen Keperawatan UNIMUS Abstrak Latar Belakang: Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri .Penelitian yang dilakukan oleh SEJIWA (2008) tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang. Metode: Penelitian kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jenis studi korelasional. Pendekatan yang digunakan cross-sectional Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Jumlah responden 75 siswa terdiri dari kelas XI berjumlah 35 siswa dan kelas XII berjumlah 40 siswa. Data diolah secara statistik menggunakan rumus Rank Spearman. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari 75 responden menyatakan tingkat pengetahuan rendah tentang bullying sebanyak 1,3%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 54,7% dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44,0%. Dari 75 responden, responden yang tidak pernah melakukan perilaku bullying sebanyak 0%, responden yang jarang melakukan perilaku bullying sebanyak 60,0% dan responden yang sering melakukan perilaku bullying sebanyak 40,0% dengan P value = 0,001 (p <0,05). Simpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Perilaku Bullying, Remaja
Abstrak Backround : Bullying is aggressive behavior that is intentional happens repeatedly to attack a target or victim of a weak, easily insulted and could not defend himself. Study by SEJIWA (2008) about the bullying violence in the three big cities in Indonesia, Yogyakarta , Surabaya, and Jakarta recorded occurrence level of violence was 67.9% at the level of Senior High School and 66.1% at the level of junior High School. The purpose of this study was to identify the relationship between the level of knowledge with bullying behaviors adolescents in SMK PGRI Semarang. Method : Quantitative research, the research design used was descriptive correlational study type. The approach used cross-sectional sampling technique is simple random sampling. Number of respondents consisted of 75 students of class XI students totaled 35 and totaled 40 XII class students. The data were processed statistically using Spearman Rank formula. Result : Based on the findings of the 75 respondents expressed a low level of knowledge about bullying as much as 1.3%, the level of knowledge are as much as 54.7% and a high level of knowledge as much as 44.0%. Of 75 respondents, respondents which have never done as much as 0% bullying behavior, respondents which rarely do as much bullying behavior and 60.0% of respondents who frequent bullying behavior as much as 40.0% with a P value = 0.001 (p <0.05) Conclusion : There is a relationship between the level of knowledge with bullying behavior
Key word : level of Knowledge, Bullying Behavior, Adolescent
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini terdapat risiko tinggi terjadinya kenakalan dan kekerasan pada remaja baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindakan kekerasan. Perkembangan psikososial remaja merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasari oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan sosialnya di sekolah salah satunya adalah bullying (Djuwita, 2006 ). Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008). Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah. Bullying juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Dampak yang mengarah ke akademi meliputi terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti “
insiden 10 ” yang terjadi di IPDN dari rentan tahun 1993 sampai 2009, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian pada korban bullying (Berthold dan Hoover, 2000) Penelitian yang dilakukan oleh SEJIWA (2008) tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan kekerasan fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar yaitu Yogya: 77,5% (mengakui ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan); Surabaya: 59,8% (ada kekerasan); Jakarta:61,1% (ada kekerasan) (Wiyani, 2012). Berdasarkan riset yang dilakukan Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (2009) diketahui dari 180 orang remaja di Kabupaten Kudus 94 % menyatakan pernah melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap orang lain. Tindakan tidak menyenangkan yang paling sering dilakukan adalah mengejek dan memberi julukan. Sasaran atau kepada siapa tindakan tidak menyenangkan tersebut dilakukan adalah 50 % kepada teman sekelas, 16 % adik kelas, 14 % kepada anak dari sekolah lain, 7 % kepada kakak kelas, 5 % kepada guru dan 8 % lain-lain (Mahardayani & Ahyani, 2009) Penelitian Sari (2011) yang mengkaji hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dan perilaku bullying pada siswa SMK X Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang cukup dan signifikan antara konformitas kelompok teman sebaya dan perilaku bullying pada siswa SMK X Jakarta Barat. Artinya semakin tinggi konformitas kelompok teman sebaya yaitu perubahan tingkah laku positif maupun negatif yang dilakukan oleh individu agar sesuai dengan norma suatu kelompoknya, maka semakin sering perilaku bullying dilakukan. Semakin rendah konformitas kelompok teman sebaya, maka semakin jarang perilaku bullying dilakukan pada siswa SMK X Jakarta Barat. Sebaliknya semakin sering perilaku bullying, maka semakin
tinggi konformitas kelompok teman sebaya. Semakin jarang perilaku bullying maka semakin rendah konformitas kelompok teman sebaya pada siswa SMK X Jakarta Barat. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMK PGRI SEMARANG diperoleh data dari wawancara pada 10 siswa, 8 diantaranya mengatakan tidak mengerti tentang perilaku bullying, 6 siswa pernah melakukan perilaku bullying secara verbal tetapi tidak sampai terjadi perkelahian dan 1 siswa pernah melakukan perilaku bullying secara verbal hingga terjadi perkelahian. Menurut guru BK di SMK PGRI Semarang jenis perilaku bullying yang sering terjadi di lingkungan sekolah ini yaitu secara verbal tetapi tidak sampai terjadi perkelahian.
METODE Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jenis studi korelasional. Pendekatan yang digunakan cross-sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabelvariabel yang termasuk faktor risiko dan variabel - variabel yang termasuk efek, diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMK PGRI Semarang dengan jumlah sebanyak 75 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari tiga jenis kuesioner, yaitu : a. Kuesioner tentang data demografi remaja digunakan untuk mengetaui data – data seperti umur, jenis kelamin, kelas. b. Kuisioner 1 Berkaitan dengan Tingkat pengetahuan, yang berisi 16
pernyataan Favourable
dengan bentuk jawaban “Ya” dan “Tidak”, untuk skor “Ya” adalah 1, “Tidak” adalah 0, sedangkan Unfavourable untuk skor “Ya” adalah 0, “Tidak” adalah 1.
c. Kuisioner 2 Berisi tentang perilaku bullying, terdiri dari 16 item pertanyaan
dalam bentuk
pernyataan Favourable dengan bentuk pilihan yaitu tiga alternatif “Tidak Pernah”, “Jarang”, dan “Sering”, untuk skor “Tidak Pernah” adalah 1, “Jarang” adalah 2, “Sering” adalah 3. Sedangkan pernyataan Unfavourable untuk skor “Tidak Pernah” adalah 3, “Jarang” adalah 2, “Sering” adalah 1.
Untuk mengetahui hubungan data berdistribusi tidak normal antara dua variabel numerik, dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik dengan teknik korelasi Rank Spearman.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Variabel Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Bullying pada siswa SMK PGRI Semarang (n= 75) Variabel Tingkat Pengetahuan - Rendah - Sedang - Tinggi Perilaku Bullying - Tidak pernah melakukan - Jarang melakukan - Sering melakukan Total
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
( Me ± SD )
Minimum
Maximum
1 41 33
1,3 54,7 44,0
(10.67 ± 2.517)
5
15
0
0 (31.13 ± 4.031)
20
38
45
60,0
30
40,0
75
100
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur di SMK PGRI Semarang bulan september 2013 (n=75) Umur
( Me ± SD ) (16.69 ± 0.854)
Minimum 15
Maximum 19
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SMK PGRI Semarang bulan september 2013 (n=75) Karakteristik responden Jenis kelamin : a. Laki – laki b. Perempuan Total
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
4 71
5,3 94,7
75
100
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas di SMK PGRI Semarang bulan september 2013 (n=75) Karakteristik responden Kelas : a. XI b. XII Total
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
35 40 75
46,7 53,3 100
Dari data diatas untuk kepentingan deskriptif maka dikategorikan sebagai berikut: dari 75 responden menyatakan tingkat pengetahuan rendah tentang bullying sebanyak 1,3%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 54,7% dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44,0%. Dan dari 75 responden, responden yang tidak pernah melakukan perilaku bullying sebanyak 0%, responden yang jarang melakukan perilaku bullying sebanyak 60,0% dan responden yang sering melakukan perilaku bullying sebanyak 40,0%.
Menurut Notoatmodjo, (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dalam hal ini berarti sejauh mana siswa – siswi SMK PGRI Semarang memahami perilaku bullying. Semakin baik tingkat pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat meminimalkan atau menghilangkan perilaku bullying (Kholilah, 2012).
Berdasarkan hasil dari 75 responden, responden yang tidak pernah melakukan perilaku bullying sebanyak 0%, responden yang jarang melakukan perilaku bullying sebanyak 60,0% dan responden yang sering melakukan perilaku bullying sebanyak 40,0%. Penelitian menunjukkan bahwa responden yang sering melakukan perilaku bullying sebanyak 40,0%. Yaitu bullying verbal antara lain : membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah.
Sedangkan yang melakukan perilaku bullying sebanyak 60,0% dengan kategori jarang melakukan perilaku bullying. Yaitu Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan hubungan - hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Selain itu Cyberbullying yang melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi seseorang, survei di website pribadi ( Facebook dan Twitter ). B. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Bullying Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying didapatkan nilai p value sebesar 0.001 dengan nilai (r) = - 0.378. Berdasarkan dari uji tersebut diketahui ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dengan variabel perilaku bullying, hasil tersebut dapat
dilihat dari p value 0,001 lebih kecil dari 0,05 (< 0,05). Pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi negatif diantara variabel X dan variabel Y dimana nilai – nilai besar dari variabel X berhubungan dengan nilai – nilai kecil variabel Y, sedangkan nilai – nilai kecil variabel X berhubungan dengan nilai – nilai besar variabel Y. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbandingan terbalik antara variabel bebas dengan variabel terikat Hasil tersebut mempunyai arti bahwa terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying yang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diperoleh siswa mempengaruhi perilaku bullying. Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang bullying, maka semakin rendah tingkat kejadian bullying, sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan remaja tentang bullying, maka semakin tinggi tingkat kejadian bullying. Tabel 4.5 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang 2013 (n=75) Variabel Bebas Tingkat pengetahuan
Variabel Terikat Perilaku bullying
r -0.378
p – value 0.001
Diagram 4.6 Hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan variabel perilaku bullying pada remaja Di SMK PGRI Semarang 2013 (n=75)
Hasil penelitian yang didapat sebagian besar siswa - siswi menganggap bahwa pemahaman tentang perilaku bullying lebih kepada hal - hal yang berbau kekerasan, terlebih terhadap tindakan yang menyakiti secara fisik, sementara menggunakan nama julukan yang buruk, kata - kata kasar dalam bergaul dianggap sebagai candaan dan salah satu cara agar mental anak menjadi kuat. Siswa - siswi menganggap bahwa mengejek, menjuluki nama yang tidak baik terhadap teman merupakan cara bercanda, mengakrabkan diri dan menguatkan mental bagi mereka. Menurut Sejiwa (2008) mengatakan bahwa bullying terjadi ketika 3 karakter bertemu di satu tempat, yaitu pelaku, korban, dan penonton. Temuan di lapangan mendukung pernyataan tersebut, karena di saat siswa - siswi melontarkan candaan dengan mengejek temannya, sebagai contoh saat di dalam kelas saat salah seorang siswa salah dalam menjawab pertanyaan dari gurunya, siswa yang lain justru memberi penguatan dengan mengejek atau mentertawakannya dengan keras, bahkan guru kadang hanya bersikap diam atau justru malah ikut tertawa. Jika guru memahami efek dari bullying secara verbal tersebut, dan tidak menganggapnya sebagai candaan biasa dan bersikap tegas terhadap siswa yang mengejek temannya, maka perilaku seperti itu tidak akan terjadi secara berulang-ulang.
Hal tersebut di perjelas oleh teori menurut Diana (2007) menjelaskan tentang sumber perilaku bullying atau agresi adalah belajar atau pengaruh lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan pernyataan dan penelitian serta teori yang diajukan oleh ahli psikologi yang menyatakan bahwa agresivitas manusia semata-mata adalah hasil belajar dari lingkungan sosialnya. Sehingga lingkungan sekolah secara langsung maupun tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap seluruh warga sekolahnya, memberi kesempatan pada siswa - siswi untuk belajar menangkap apa yang ada di sekitarnya.
Penelitian terdahulu dan terkait dengan perilaku bullying dilakukan oleh Pinkan Margaretha Indira, S.Psi dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tahun 2010 dengan judul Study Diskriptif Tentang Bullying Pada Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di Salatiga. Penelitian menggunakan metode mixed method research dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner, paduan diskusi dalam
focus group untuk siswa dan guru, panduan wawancara untuk guru, dan panduan observasi. Sampel sebanyak 593 siswa SMA dan SMK kelas X dan XI beserta 75 guru yang berasal dari 10 SMA dan SMK di Salatiga yang di dapat dari undian acak dari seluruh SMA dan SMK yang berada di Salatiga. Hasil penelitian didapat sebagian besar siswa dan guru belum memahami mengenai perilaku bullying, lebih mengenal perilaku kekerasan yang mengarah pada kekerasan fisik. Perilaku yang termasuk dalam sosial bullying dianggap sebagai candaan yang wajar. Bullying psikis dan fisik terjadi, dengan frekuensi bullying psikis lebih besar. Tindakan bullying paling sering terjadi di ruang kelas, tempat nongkrong di luar sekolah, di kantin sekolah. Konteks terjadinya ketika jam pelajaran kosong, jam istirahat, setelah pulang sekolah, atau tidak adanya kontrol dari para guru. Tata tertib yang dibuat lebih untuk mencegah perilaku bullying fisik dibanding bullying psikis. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik umur responden di SMK PGRI Semarang tahun 2013 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata usia responden adalah 16.69 tahun, dengan umur termuda 15 tahun dan umur tertua 19 tahun, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh adalah laki - laki sebanyak 4 responden dengan persentase 5,3 %, dan perempuan sebanyak 71 responden dengan persentase sebanyak 94,7% dan karakteristik responden berdasarkan kelas didapatkan responden yang berasal dari kelas XI adalah terdiri dari 35 anak dengan jumlah persentase 46,7 %, dan kelas XII terdiri dari 40 anak dengan jumlah persentase sebanyak 53,3 %. 2. Tingkat pengetahuan rendah tentang bullying sebanyak 1,3%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 54,7% dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44,0%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dan tergantung dari ingatan seseorang pada saat menjawab pertanyaan peneliti dalam pengisian kuesioner.
3. Responden yang tidak pernah melakukan perilaku bullying sebanyak 0%, responden yang jarang melakukan perilaku bullying sebanyak 60,0% dan responden yang sering melakukan perilaku bullying sebanyak 40,0%. 4. Perilaku bullying yang sering terjadi di SMK PGRI Semarang adalah perilaku bullying secara verbal, antara lain : membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah. 5. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang dengan hasil uji korelasi nilai p value sebesar 0.001 dengan nilai (r) = - 0.378.
DAFTAR PUSTAKA Al-Migwar. (2006). Psikologi remaja. Bandung : CV Pustaka Setia Ardianti, C . (2009). Identifikasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying. Skripsi : Semarang : Universitas Katolik Suegijapranata. Tidak Dipublikasikan Ardiansyah, A.A dan Guaniarti, U. (2009).Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bullying Pada Remaja. Naskah Publikasi.Yogyakarta: UII. Ariesto , A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment. Skripsi : Jakarta . UI. Tidak Dipublikasikan Artuti , V . (2002). Dampak Psikologis Perceraian Pada Perempuan Di Kelurahan Tanjung Mas Semarang. Skripsi : Semarang : Universitas Katolik Suegijapranata. Tidak Dipublikasikan Astuti, P.R. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Bahiyatun. (2010). Buku ajar bidan psikologi ibu dan anak. Jakarta : EGC. Bauman, S. (2008). The Role of Elementary School Counselors in Redusing School Bullying, the Elemantary School Journal vol.108.
Berthold, K. A. and Hoover, J. H. (2000). “Collerates of Bullying and Victimization Among Intermediate Student in the Midwestern USA”. Sage Publication Volume 21, No. 1. Black, S.A & Jackson, E. (2007). Using bullying incident density to evaluate the olweus bullying prevention programme. School psychology international, 28. Coloroso, B. (2004). Penindas, Tertindas dan Penonton. Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Pra sekolah hingga SMU. Alih bahasa: Santi Indra Astuti. Jakarta: Serambi. Dahlan, S. (2004). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT.Arkans. Djati, M. N. S. (2008). Hubungan Antara Bullying Dengan Depresi Pada Siswa SMA. Skripsi : Semarang : Universitas Katolik Soegijarpranata. Tidak Dipublikasikan Djuwita, R. (2006). Kekerasan Tersembunyi Di Sekolah : Aspek - Aspek Psikososial Dari Bullying. Makalah Dalam Workshop Bullying : Masalah Tersembunyi Dalam Dunia Pendidikan Di Indonesia. Jakarta. Elliot, M. (2005). Wise Guides Bullying. New York: Hodder Children’s Books. Fiftina, A. F. (2012). Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Asertif Pada Siswa SMA Korban Bullying. Skripsi : Universitas Gunadarma. Tidak Dipublikasikan Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisikelima. Jakarta : Erlangga. Kholilah, M. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bullying Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas XI Di SMA Semen Gresik. Skripsi : Stikes Yarsis. Tidak Dipublikasikan Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif - Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Laila, M. (2008). “Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Puteri SMA N 112 Jakarta”. Skripsi :. Jakarta : Universitas Esa Unggul Psikologi. Tidak Dipublikasikan Mahardayani. I.H dan Ahyani L.N.(2009). Identifikasi Perilaku Bullying Pada Remaja Di Kabupaten Kudus. Skripsi : Universitas Muria Kudus. Tidak Dipublikasikan
Mudjijanti, F. (2011). “School Bullying dan Peran Guru Dalam Mengatasinya”. Naskah Krida Rakyat. Madiun.: Universitas Katolik Widya Mandala. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rienekacipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Tidak Dipublikasikan Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan.Yogjakarta: Mitra Cendikia Press. Sari, F. K. (2011). Hubungan Antara Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dan Perilaku Bullying Pada Siswa SMK X Jakarta Barat. Skripsi : Universitas Esa Unggul Jakarta. Tidak Dipublikasikan Sarwono W Sarlito. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kliinis Edisi ke3. Jakarta: Sagung Seto. SEJIWA (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Mengatasi kekerasan dari sekolah dan lingkungan anak. Jakarta: Grasindo. Sonya, L. M. (2008). Dampak Psikologi Perceraian Orang Tua Pada Remaja Putri. Skripsi : Semarang : Universitas Katolik Suegijapranata. Tidak Dipublikasikan Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanto, D. W. (2010). Fenomena korban perilaku bullying pada remaja Dalam dunia pendidikan. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata:Semarang. Tidak Dipublikasikan Susilowati. (2008). Kekerasan pada Siswa di Sekolah. Jakarta. Tim Yayasan Semai Jiwa Amini SEJIWA. (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo. Wawan, A danDewi M. (2010).Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: NuhaMedika.
Wicaksana, I. (2008). Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa.Yogjakarta: Kanisius. Wiyani, N. A. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.