HUBUNGAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING YANG DILAKUKAN PERAWAT DENGAN KESIAPAN KELUARGA MENGHADAPI PEMULANGAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Hidayat Ramdhani*), Zumrotul Choiriyah**), Rosalina***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Kesiapan menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen dan motivasi pasien untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah keluarga pasien gangguan jiwa dengan jumlah sampel 78 orang menggunakan teknik accidental sampling serta alat pengambilan data menggunakan kuesioner tidak baku. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat sebagian besar kategori baik (79,5%). Keluarga pasien gangguan jiwa sebagian siap menghadapi pemulangan (62,8%). Ada hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, dengan p value 0,039 (α = 0,05). Sebaiknya keluarga yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa meningkatkan kesiapannya dalam menghadapi pemulangan anggota keluarganya tersebut dengan aktif menggali berkonsultasi dengan perawat yang berkompeten sehingga lebih tepat dalam pengambilan tindakan keperawatan di rumah. Kata kunci : Pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat, kesiapan keluarga menghadapi pemulangan, pasien gangguan jiwa
ABSTRACT Preparedness for repatriation are capabilities that include knowledge, experience, skills, and desires that includes faith, commitment and motivation of the patient to do an activity or activities that are taught and encouraged by nurses and other clinicians. The purpose of this study was to determine the relationship of discharge planning implementation relationships that do nurse with the family's readiness to face the discharge of patients with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. This type of design in this study is correlational study with cross sectional approach. The study population was the families of patients with mental disorders with a sample of 78 people using accidental sampling and data retrieval tool not standardized questionnaire. Data analysis used frequency distribution and chi-square test The results showed that the implementation of discharge planning nurse who performed well in most categories (79,5%). Families of patients with mental disorders most prepared for repatriation (62,8%). There is a relationship that made the implementation of discharge planning nurse with family readiness to face the discharge of patients with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, with p value 0.039 (α = 0,05). We recommend that families who have relatives with mental disorders improve their preparedness in dealing with the return of family members actively explore in consultation with competent nurses so that more precise in taking action in the nursing home. Keywords : implementation of discharge planning is done nurses, family readiness to face repatriation, mental patients
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah sakit jiwa seringkali mengalami kesulitan memulangkan klien ke pihak keluarga, sebab setiap kali hanya dalam waktu beberapa hari akan kambuh kembali, selain itu keluarga pasien sering menolak menerima kembali dengan berbagai macam alasan serta kurangnya pengertian terhadap penanganan dan perawatan pasien mantan gangguan jiwa. Pasien dengan perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah sakit jiwa memang memerlukan waktu yang lama, terutama pasien dengan gangguan jiwa kronis (menahun), disebabkan kurangnya keterlibatan keluarga untuk ikut serta cara perawatannya sehari-hari, sehingga tidak dapat beradaptasi dengan pasien lagi dan keluarga tidak siap (Rivai, 2006). Kesiapan menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang
2
mencakup keyakinan, komitmen dan motivasi pasien untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain (Martinsusilo, 2007). Tingkat kesiapan berdasarkan kuantitas keinginan dan kemampuan bervariasi dari sangat tinggi hingga sangat rendah. Tingkat kesiapan paling rendah yaitu tidak mampu dan tidak ingin yaitu tingkatan tidak mampu dan hanya memiliki sedikit komitmen dan motivas. Tingkatan paling tinggi yaitu memiliki kemampuan untuk melakukan tugas sering kali menyukai tugas tersebut serta mampu dan yakin untuk melaksanakan tugas dan yakin dapat melakukan seorang diri (Martinsusilo, 2007). Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang integrasi antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah klien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan
Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
perawatan di rumah. Namun sampai saat ini perencanaan pulang bagi klien yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Klien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, sering kali diterima kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali (Nursalam dan Efendi, 2008:233). Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang integrasi antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan seteleh klien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Perencanaan pulang bagi klien yang dirawat di rumah sakit dimana peran perawat tidak terbatas pada kegiatan rutinitas saja, diantaranya informasi kontrol ulang. Klien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan dan pelayanan komunitas (Nursalam dan Efendi, 2008:233). Pengetahuan atau kemampuan keluarga mengenai cara perawatan di rumah sangat mendukung masalah kesehatan atau kesiapan pasien menghadapai pemulangan setelah dirawat di rumah sakit (Potter & Perry, 2006). Rumusan Masalah Adakah hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang? Tujuan Penelitan Mengetahui hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga
menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perwat untuk melakukan discharge planning yang dilakukan perawat dalam mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan dalam artian pasien mampu melakukan perawatan di rumah. Sebagai masukan bagi rumah sakit khususnya dalam meningkatkan pelayanan bagi pasien yang akan pulang melalui program discharge planning yang dilakukan perawat METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi korelasional. Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk meneliti hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan dilakukan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang pada 2-3 Januari 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah keluarga pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, sebanyak 349 orang (data bulan Agustus 2015) Sampel Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jumlah sampel dalam penelitian ini
Hubungan konsep diri dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani program hemodialysis di RSUD Tugurejo Semarang
3
sebanyak 78 keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik sampling dalam penelitian ini peneliti mengambil responden pada saat itu juga di RSJD Aminogondo Semarang. Pengumpulan Data Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar kuesioner, yang dilengkapi data umur, jenis kelamin dan pendidikan responden. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan: pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat, dan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk Hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0.
4
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Discharge Planning Yang Dilakukan Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Pelaksanaan Discharge f % Planning Kurang 16 20,5 Baik 62 79,5 Jumlah 78 100,0
Gambaran Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Kesiapan Menghadapi f % Pemulangan Pasien Kurang 29 37,2 Siap 49 62,8 Total 78 100,0
Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Kesiapan Pelaksanaan pDischarge Kurang Siap Total χ 2 value Planning f % f % f % Kurang 10 62,5 6 37,5 16 100,0 4,246 0,039 Baik 19 30,6 43 69,4 62 100,0 Jumlah 29 37,2 49 62,8 78 100,0
Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
PEMBAHASAN Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terkadang tidak menawarkan kepada keluarga pasien bantuan atau membantu mengemasi semua barang milik pasien. Mereka kurang mempedulikan menjaga privasi pasien sesuai kebutuhan dengan kurang menjaga rahasia data dan semua dokumen yang berkaitan dengan pasien ataupum membiarkan orang lain untuk melakukan dokumentasi berbentuk foto atau video apalagi itu keluarga dari pasien. Untuk pasien yang mengalami masalah imobilitas, perawat kurang tanggap untuk menyediakan kusi roda untuk pasien yang akan diantar hingga ke tempat penjemputan. Pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat kategori kurang dimungkinkan karena faktor jumlah pasien yang banyak. Responden menilai pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat kategori baik dimana sebelum pasien dan keluarga meninggalkan rumah sakit perawat mengingatkan kembali kepada keluarga untuk memahami keterbatasan pasien sehingga harus lebih sabar dalam melakukan perawatan dirumah. Mereka juga menyatakan bahwa perawat mendorong pasien dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kondisi pasien sesuai jadwal yang ditetapkan. Perawat juga mendorong keluarga untuk membawa segera ke rumah sakit bila kondisinya tidak membaik atau memburuk sehingga dapat segera dilakukan tindakan perawatan. Responden juga menyatakan bahwa perawat selalu memeriksa ulang instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus berkaitan dengan perawatan pasien. Responden menilai pelaksanaan discharge planning yang dilakukan
perawat kategori baik didukung oleh faktor masa kerja. Semakin banyak/lama masa kerja seseorang pada pekerjaan tertentu maka pengalaman yang didapatkannya semakin banyak, sehingga tingkat kecakapan atas pekerjaan yang menjadi tugasnya akan semakin tinggi karena didukung dengan kemampuan dan pengalaman kerja yang memadai akan membuahkan hasil/kinerja yang tinggi bagi tenaga kerja itu sendiri, juga menunjukan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan (Prabandari, 2007). Gambaran Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Keluarga pasien menyatakan bahwa mereka tidak mengajarkan gosok gigi, mencuci kaki atau membersihkan diri sebelum tidur. Hal tersebut dmungkinkan karena kebiasaan mereka sebelumnya juga tidak pernah melakukan hal tersebut dan memang belum pernah mengalami sakit yang berkaitan dengan kebersihan diri. Keluarga juga tidak mempunyai jadwal pemeriksaan rutin bagi keluarga mereka yang pulang dari rumah sakit karena mereka memang tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan. Keluarga juga tidak mengajarkan mengajarkan cara merapikan tempat tidur karena selama ini mereka juga tidak pernah merapikan tempat tidur. Keluarga pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang kurang siap menghadapi pemulangan disebabkan oleh faktor sistem pendukung. Kesedian keluarga untuk tetap merawat dan tetap mengakuinya sebagai bagian dari orang yang sisanya sangatlah diperlukan agar mereka tetap merasa dihargai sebagai manusia layaknya. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan yang sangat berarti bagi penderita. Dengan dibentuknya kelompok keluarga gangguan jiwa dimasyarakat akan memungkin pasien dan keluarga gangguan jiwa di masyarakat
Hubungan konsep diri dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani program hemodialysis di RSUD Tugurejo Semarang
5
akan memungkinkan klien dan keluarga mengadakan diskusi dan tukar pengalaman dalam mengatasi gejala yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Sayangnya masyarakat sendiri justru mengasingkan keberadaan penderita gangguan jiwa sehingga hal ini turut mempengaruhi sikap keluarga terhadap pasien bahkan gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga sehingga diputuskan untuk dibuang oleh keluarganya sendiri, akhirnya faktor lingkungan dalam keluarga justru tidak mendukung kesembuhan pasien (Sumarjo, 2007). Sudah seharusnya keluarga dapat mengurangi persepsi dan diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa dalam keluarga dan memberikan dukungan sosial kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial, dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi sosial ini akan sangat membantu penderita gangguan jiwa dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita (Nash, 2005). Sebagai sebuah keluarga, seharusnya mengetahui tentang peran dan tanggung jawab dalam proses keperawatan yang direncanakan untuk perawatan klien dirumah. Faktor ini adalah salah satu faktor yang sering kali diabaikan oleh pihak keluarga padahal peran keluarga dalam proses penyembuhan merupakan peran yang paling penting (DepKes RI, 2007). Keluarga harus menambah pengetahuan dan melengkapi dirinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memperlakukan mereka dalam keluarga secara baik dan memadai, bersifat teraupetik dan membawa anggota keluarga tersebut kepada kesembuhan yang seteru. Perlakuan-perlakuan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang mengidap perilaku kekerasan, apabila tidak disertai pengetahuan dan sikap yang benar dapat mengakibatkan kekambuhan kembali (Chandra, 2007). Perlu terapi pada
6
keluarga diberikan untuk kesiapan keluarga dalam menerima kepulangan pasien jiwa dengan membekali mereka pengetahuan-pengetahuan tentang perawatan pasien perilaku kekerasan untuk mendukung kesembuhan penderita (Ayub & Wigan, 2007). Program discharge planning merupakan salah satu upaya mempersiapkan atau memandirikan pasien agar mampu melakukan perawatan terhadap diri sendiri mencapai kesiapan fisik, psikis dan sosial. Program discharge planning yang diberikan sejak pasien masuk rumah sakit dapat meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan dan membantu pasien mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan. Ketidaktahuan atau ketidakmampuan pasien dan keluarga mengenai cara perawatan di rumah berdampak pada masalah kesehatan atau ketidaksiapan pasien menghadapai pemulangan setelah dirawat di rumah sakit. Hal tersebut menyebabkan risiko peningkatan komplikasi dan berakibat kepada hospitalisasi ulang (Potter & Perry, 2006). Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa Struktur keluarga meliputi pola dan proses komunikasi yang memungkinkan anggota keluarga untuk mengekspresikan marahnya, sedih, gembira, komunikasi yang terbuka, komunikasi yang dapat menyelesaikan konflik keluarga, suasana emosi yang hangat, saling percaya, menghargai, memperhatikan dan menerima. Pelaksanaan peran yang dilakukan keluarga, nilai-nilai yang dimiliki dan dianut keluarga yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, norma sosial yang dianut oleh masyarakat turut mempengaruhi kesiapan keluarga (Dep Kes RI, 2007). Hasil penelitian tentang hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan
Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diperoleh hasil responden yang menyatakan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat kategori baik sebanyak 62 orang dimana sebagian besar menyatakan siap menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa yaitu sebanyak 43 orang (69,4%) lebih banyak dari pada yang menyatakan kurang menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa yaitu sebanyak 19 orang (30,6%). Hal tersebut didukung oleh faktor implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan. Menurut Alligood dan Tommey (2006) mengatakan bahwa implementasi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri sebagai akibat adanya keterbatasan. Salah satu bentuk implementasi keperawatan yang dapat dilakukan perawat adalah discharge planning (perencanaan pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga untuk menyediakan atau membantu aktifitas perawatan diri pasien dirumah (Marthalena, 2009) Indikasi ketidaksiapan keluarga dapat dilihat dari perilaku beberapa keluarga lebih suka menitipkan atau menahan pasien di rumah sakit atau yayasan psikiatri meskipun dari pihak rumah sakit telah menyatakan bahwa pasien dapat kembali ke rumah. Kondisi ini dapat menghambat rehabilitasi sosial pasien yang sebelumnya telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa. Salah satu proses persiapan pasien untuk mendapatkan kontinuitas dalam keperawatan dan mempertahankan derajat kesehatan sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungan keluarga dimana proses
tersebut dimulai sejak awal pasien datang ke sebuah tempat pelayanan kesehatan adalah program discharge planning (Cawthorn, 2005). Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih jauh dari sempurna, dimana masih ditemukan beberapa keterbatasan yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti. Sementara keterbatasan tersebut juga memberikan pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adanya variabel pengetahuan dan sikap dari perawat yang juga memberikan pengaruh terhadap kesiapan pemulangan pasien. KESIMPULAN Ada hubungan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dengan kesiapan keluarga menghadapi pemulangan pasien gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, dengan p value 0,039 (α = 0,05). SARAN Sebaiknya perawat meningkatkan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat dalam mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan dalam artian pasien mampu melakukan perawatan di rumah diantaranya dengan menggali informasi atau berlatih dengan perawat yang mempunyai kompetesi tentang hal tersebut. Sebainya pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan bagi pasien dengan lebih ketat dalam melakukan controlling kinerja dari perawatnya khusunya yang berkaitan dengan program discharge planning yang dilakukan perawat sehingga pelaksanaanya lebih optimal.
Hubungan konsep diri dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani program hemodialysis di RSUD Tugurejo Semarang
7
DAFTAR PUSTAKA [1] Alawiyah, 2009. Gambaran Pola Tidur Pada Perawat di Rumah Sakit Syarif. Hidayatullah Jakarta 2009 Skripsi. Fakultas Kedokteran USU [2] Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta [3] Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC [4] Asmarawati, 2013. Hukum dan Psikiatri. Yogyakarta : Deepublish [5] Atkinson, 2010. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. [6] Brunner & Sudarth, 2007. Keperawatan Medikal Bedah .(edisi 8). Jakarta : EGC [7] Darmabrata dan Wahyudi, 2008. Psikiatri Forensic, Jakarta : EGC [8] Efendi dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika [9] Ester , 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC [10] Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi. Keempat, Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro. [11] Hawari, 2007. Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI, Jakarta. [12] Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika [13] Kee & Borchers, 2008. Performance Management. Alih bahasa Surya Dharma dan Yanuar Irwan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama [14] Maramis, 2007. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Ed 2. Jakarta : Balai
8
Penerbit FK UI, 575-582, 139, 171175, 291, 295 [15] Maslim, 2008. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan ingkas Dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, 58-65 [16] Morton, Hebel & Mc Carter, 2009. Epidemiologi dan Biostatistika: Panduan Studi ed. 5 terj), Jakarta : EGC. [17] Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. [18] Notosoedirjo, 2005. Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan, Malang,. UMM Press. [19] Nugroho, 2010. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC. [20] Nursalam, 2008. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika [21] Potter & Perry, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC.2005 [22] Rivai, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada [23] Stuart dan Laraia, 2011. Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri. Edisi 8. St. Louis: Mosby Book INC [24] Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta [25] Wawan & Dewi, 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Prilaku. Manusia, Yogyakarta, Nuha medika. [26] Yusuf, 2008. The Heart of 7 Awarness. Jakarta : PT Mizan Publika
Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL
Artikel dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning Yang Dilakukan Perawat Dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang” yang disusun oleh: Nama
: Hidayat Ramdhani
NIM
: 010110a043
Program Studi
: Keperawatan
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi program studi keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.
Ungaran,
Februari 2016
Pembimbing I
(Zumrotul Choiriyah, S,Kep., Ns., M.Kes) NIDN : 0611067101
Hubungan konsep diri dengan tingkat depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani program hemodialysis di RSUD Tugurejo Semarang
9