Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati1,Mustaqimah1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi Penulis.Telepon: 081347177892,E-mail :
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Kejadian ikterus sering dijumpai pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah). Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah. Di Kalimantan selatan khususnya di daerah Banjarmasin ditemukan pada salah satu rumah sakit yaitu kasus ikterik pada tahun 2013 sebanyak 72 bayi, tahun 2014 sebanyak 177 bayi dan pada tahun 2015 sebanyak 249 dimana kasus ikterik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dimana masih banyak wanita khusunya pada wanita yang baru melahirkan tidak mengetahui tentang ikterik. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus tahun 2015 di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian anallitik melalui pendekatan Case Control. Pengumpulan data melalui data sekunder dengan mengambil data buku register. Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan (ɑ) 0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah lebih berisiko terkena ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal. Dari analisis bivariate didapatkan hasil ada hubungan bermakna antara berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus dengan p =0,000,<0,05. Simpulan: Bayi dengan berat lahir rendah lebih berisiko mengalami ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal atau lebih. Kata Kunci: Berat Lahir, Ikterik, Neonatus
1
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
PENDAHULUAN Menurut International
Menurut
laporan Children’s
United Emergency
Riset
Kesehatan
Dasar
Nations
(RISKESDAS) tahun 2010, penyebab kematian
Fund
bayi baru lahir 0 hari sampai 6 hari di Indonesia
(UNICEF) pada tahun 2012 Angka Kematian
adalah
Bayi (AKB) di dunia 34 per 1000 kelahiran
prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi
hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di negara-
(6,8%), kelainan darah atau ikterik (6,6 %) dan
negara ASEAN seperti Singapura memiliki
lain-lain. Penyebab kematian bayi 7 hari sampai
angka kejadian 3 per 1000 kelahiran hidup,
28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
Malaysia memiliki angka kejadian 5 per 1000
kongenital
kelahiran hidup, Thailand memiliki angka
prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah
kejadian 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam
(BBLR) (12,8%) dan Respiratory Distress
memiliki angka kejadian 18 per 1000 kelahiran
Syndrome (RDS) (12,8%) (Depkes RI, 2011).
hidup dan Philipina memiliki angka kejadian 26
Untuk angka kejadian ikterik bayi di Indonesia
per
di
sekitar 50% pada bayi cukup bulan yang
Indonesia cukup tinggi yaitu 26,9 per 1000
mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan
kelahiran hidup (Depkes, 2011). Menurut data
mata menjadi kekuningan (ikterik) dan pada
dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
bayi kurang bulan (prematur) kejadiannya lebih
(SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Bayi
sering 75 % (Depkes RI, 2011).
1000
kelahian
hidup,
sedangkan
gangguan
(18,1%),
pernafasan
Pneumonia
(36,9%),
(15,4%),
(AKB) di Indonesia sebesar 29 per 1000
Angka kejadian ikterik di RSUD. Dr. H.
kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian
Moch. Ansari Saleh pada tahun 2013 berjumlah
Bayi (AKB) di daerah Kalimantan Selatan pada
72 bayi dari 2.167 Kelahiran Hidup (3,32%),
tahun 2012 sebanyak 44 per 1000 kelahiran
pada tahun 2014 berjumlah 177 bayi dari 2.666
hidup (BPS, 2012).
Kelahiran Hidup (6,63%) dan pada tahun 2015 berjumlah 249 bayi dari 2.785 Kelahiran hidup 1
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
(8,94%). Insiden Ikterik di RSUD. Dr. H.
dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih
Moch. Ansari Saleh tahun 2015, menemukan
lanjut, bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi
prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar
spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan
11% (Diklat RSUD. Ansari Saleh, 2016).
bicara dan keterbelakangan mental (Asrining,
Kejadian ikterik sering dijumpai pada
2010).
bayi dengan BBLR (Berat Badan Bayi Lahir
Berdasarkan studi pendahuluan yang saya
Rendah) (Rustam Mochtar, 2010). Dalam batas
lakukan di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
normal timbul pada hari kedua sampai ketiga
Banjarmasin diperoleh data dari ruang bayi
dan
sepuluh
terdapat angka kejadian ikterik pada neonatus
(Manuaba, 2011). Pada neonatus cukup bulan,
pada tahun 2015 sebanyak 249 bayi, dimana
kadar bilirubin tidak melebihi 10 mg/dl dan
neonatus dengan ikterik sebanyak 63 bayi dan
bayi kurang bulan kurang dari 12 mg/dl. Ikterik
ikterik yang disertai dengan sepsis sebanyak
fisiologis
sesudah
186 neonatus. Dimana setiap tahunnya terjadi
diobservasi dalam minggu pertama sesudah
peningkatan kejadian ikterik di RSUD. Dr. H.
kelahiran (Asrining, 2010).
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
menghilang
baru
pada
dapat
hari
ke
dinyatakan
Dampak dari ikterik ini adalah Kern
Berdasarkan studi pendahuluan yang
ikterik. Kern ikterik adalah suatu kerusakan
telah dilakukan di RSUD Dr.H.Moch Ansari
otak akibat perlengketan bilirubin indirek
Saleh pada tanggal 16 Mei 2016 didapatkan
(bilirubin yang tak terkonjugasi atau bilirubin
angka kejadian ikterik pada neonatus tahun
yang tidak berada dalam kondisi bebas yang
2015 sebanyak 249 bayi, dimana neonatus
terjadi akibat hemolisis atau kerusakan darah)
dengan ikterik sebanyak 63 bayi dan ikterik
pada otak. Gejalanya antara lain mata yang
yang disertai dengan sepsis sebanyak 186
berputar, kesadaran menurun, tak mau minum
neonatus.
atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku, 2
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
METODE PENELITIAN
a. Berat Lahir
Jenis penelitian ini menggunakan jenis
Berdasarkan dari hasil penelitian
penelitian analitik dengan pendekatan Case
yang didapat, berat lahir di ruang Bayi
Control. Sasaran penelitian ini adalah semua
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
bayi baru lahir di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari
Banjarmasin, dapat dilihat pada tabel
Saleh Banjarmasin sejak Januari tahun 2015-
berikut :
Desember 2015 dengan jumlah 2.785 bayi dan
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berat lahir pada Neonatus di ruang bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
dengan menggunakan rumus Slovin maka
Tahun 2015. No.
didapat sampel sebanyak 350 bayi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data
Berat Lahir
N
%
1.
Berisiko
139
40
2.
Tidak Berisiko
211
60
Total
350
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari buku register ruang bayi yang lahir pada bahwa jumlah bayi dengan
berat lahir
tahun 2015. yang berisiko terkena ikterik berjumlah HASIL PENELITIAN 139 bayi (40%), dan bayi dengan berat 1. Analisis Univariat lahir yang tidak berisiko terkena ikterik Penelitian
ini
dilakukan
untuk berjumlah 211 bayi (60%).
mengetahui apakah ada hubungan berat lahir b. Kejadian Ikterik dengan kejadian ikterik pada neonatus di Berdasarkan dari hasil penelitian RSUD
H.
Dr.
Moch.
Ansari
Saleh yang didapat, kejadian ikterik pada
Banjarmasin. Hasil penelitian yang diperoleh neonatus di ruang bayi RSUD. Dr. H. dari data buku register bayi tahun 2015 yang Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dapat dengan sampel sebanyak 350 neonatus, dilihat pada tabel berikut: kemudian dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer.
3
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus Tabel 2 Distribusi kejadian ikterik pada neonatus di ruang bayi
hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik
RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015. No.
Berat Lahir
N
%
1.
Ikterik
180
51
2.
Tidak Ikterik
170
49
350
100
Total
pada neonatus dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 3 Distribusi berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015.
Sumber : Buku register bayi tahun 2015.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
Berat Lahir
bahwa dari 350 sampel, bayi dengan ikterik memiliki jumlah terbesar yaitu 180 bayi (51,4%) dan bayi yang tidak ikterik
Berisiko Tidak berisiko Jumlah
Ikterik Ya
Jumlah
PValue
0,000
Tidak
N 107 73
% 59 41
N 32 138
% 19 81
N 139 211
% 40 60
180
100
170
100
350
100
Berdasarkan
tabel
diatas,
dapat
memiliki jumlah terkecil yaitu 170 bayi
diketahui bahwa bayi dengan berat lahir
(48,6%).
berisiko disertai ikterik berjumlah 107
2. Analisa Bivariat Analisa mengetahui
(59,4%) bayi dan bayi yang berat lahir tidak bivariat
hubungan
bertujuan
berisiko
disertai
ikterik
berjumlah
73
variabel-
(40,6%) bayi. Berdasarkan hasil penelitian
variabel penelitian, dianalisis menggunakan
tersebut telah mengambarkan bahwa bayi
bantuan
tingkat
dengan berat lahir yang berisiko (< 2500
kemaknaan a =0,05. Pada analisa bivariat ini
gram) lebih rentan untuk terkena ikterik
yang menjadi variabel independen adalah
daripada bayi dengan berat lahir yang tidak
berat lahir di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari
berisiko (>2500 gram < 4000 gram). Dapat
Saleh Banjarmasin yang akan dihubungkan
dilihat dari jumlah bayi dengan berat lahir
dengan variabel dependen yaitu kejadian
berisiko lebih besar daripada bayi dengan
ikterik pada neonatus. Diharapkan pada
berat lahir tidak berisiko.
komputerisasi
antara
untuk
dengan
analisis ini variabel independen atau variabel
Dengan menggunakan Uji Chi Square
bebas mempunyai hubungan dengan variabel
diperoleh p value = 0,000 nilai p<α dengan
dependen atau variabel terikat. Adapun
p=0,000 dan α=0,05, maka p<α didapatkan 4
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak berarti
Di
lapangan
pada
tahun
2015
ada hubungan berat lahir dengan kejadian
didapatkan jumlah bayi dengan berat lahir
ikterik pada neonatus tahun 2015 di RSUD.
yang berisiko dengan berat lahir yang
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
paling rendah adalah 1300 gram dan
PEMBAHASAN
terbesar 2500 gram, pada bayi dengan berat
Berdasarkan hasil penelitian yang
lahir 1300 gram hal ini disebabkan karena
dilakukan pada tanggal 20 Juni – 30 Juni 2016
usia ibu yang terlalu muda (< 20 tahun)
dengan sampel berjumlah 350 bayi, tentang
dimana jika usia ibu hamil terlalu muda
Hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik
maka aliran darah menuju serviks dan
pada neonatus tahun 2015 di RSUD. Dr. H.
uterus masih belum sempurna sehingga
Moch.
penyaluran nutrisi ke janin tidak adekuat
Ansari
Saleh
Banjarmasin,
maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
dan menyebabkan janin terdorong untuk
1.
keluar keadaan ini juga disertai dengan
Berat Lahir Berdasarkan hasil penelitian yang
Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebagai
peneliti dapatkan di lapangan, dari 139
faktor pendukung. Hal ini sesuai dengan
bayi dengan berat lahir yang berisiko
teori yang ada dimana salah satunya faktor
terdapat 1 bayi yang memiliki berat lahir
penyebab BBLR adalah usia ibu (< 20
paling kecil yaitu 1300 gram dan 211 bayi
tahun > 35 tahun) bayi yang dilahirkan
dengan yang berat lahir tidak berisiko
berisiko mengalami BBLR.
dengan berat lahir terbesar yaitu 3800
Faktor fisik dan psikis ibu tersebut
gram. Hal ini menggambarkan bahwa
juga berpengaruh pada kejadian BBLR,
jumlah bayi dengan berat lahir tidak
karena usia ibu hamil yang berusia < 20
berisiko lebih banyak daripada jumlah bayi
tahun faktor fisik sepeti alat reproduksi ibu
dengan berat lahir tidak berisiko.
masih
belum
matang
dalam
proses 5
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
kehamilan, faktor psikis seperti emosional
ikterik fisiologi, ikterik patologi dan kern
ibu masih belum stabil dan ibu mudah
ikterus.
tegang yang akan menyebabkan adanya
2.
Ikterik
dapat
disebabkan
oleh
rasa penolakan secara emosional ketika ibu
beberapa hal, salah satunya adalah immatur
mengandung bayinya. Selain faktor fisik
hati, immatur hati dapat memudahkan
dan psikis ibu, BBLR juga dipengaruhi
terjadinya ikterik, hal ini dapat terjadi
oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang
karena belum maturnya atau matangnya
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi
fungsi hepar. Karena kurangnya enzim
dan pemeriksaan kehamilan (ANC) yang
glukorinil tranferase sehingga konjugasi
kurang. Hal ini sesuai teori yang ada
bilirubin indirect menjadi bilirubin direct
dimana faktor penyebab BBLR adalah
belum sempurna dan kadar albumin darah
faktor fisik, faktor psikologi, pengetahuan,
yang berperan dalam transportasi bilirubin
riwayat penyakit ibu, dsb (Proverawati,
dari jaringan ke hepar juga berkurang.
2010).
Immatur hati berkaitan dengan BBLR,
Kejadian Ikterik
pada BBLR dapat terjadi imaturitas hepar,
Ikterik pada neonatus adalah salah
sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin
satu keadaan menyerupai penyakit hati
indirek menjadi bilirubin direk di hepar
yang terdapat pada bayi baru lahir akibat
tidak sempurna.
terjadinya
hiperbilirubinemia.
Ikterik
Faktor resiko ikterik pada neonatus
merupakan kegawatan yang sering terjadi
meliputi faktor maternal yaitu masa gestasi,
pada bayi baru lahir, sebanyak 25%-50%
komplikasi kehamilan (DM, hepatitis B),
pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi
Air Susu Ibu (ASI), faktor perinatal yaitu
berat lahir rendah (Nanny, 2011). Ada
jenis
persalinan,
komplikasi
(asfiksia,
beberapa klasifikasi tentang ikterik yaitu : 6
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
3.
sepsis, cefalhematom), dan faktor neonatus
terdapat 1 bayi yang memiliki berat lahir
yaitu jenis kelamin dan berat lahir.
paling kecil yaitu 1300 gram bayi tersebut
Hubungan berat lahir dengan kejadian
mengalami ikterik yang disertai beberapa
Ikterik pada Neonatus
komplikasi misalnya sepsis, hal ini terjadi
Berdasarkan
distribusi
karena disebabkan oleh bayi dengan berat
hubungan berat Lahir dengan kejadian
lahir yang rendah (< 2500 gram) rentan
ikterik pada neonatus di RSUD. Dr. H.
untuk mengalami berbagai infeksi karena
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun
organ-organ dalam tubuhnya masih belum
2015. Didapatkan hasil bahwa bayi dengan
sempurna salah satunya ikterik dimana hal
berat
ini sesuai dengan teori yang ada.
lahir
tabel
berisiko
3
disertai
ikterik
berjumlah 107 (59%) bayi dan bayi yang
Dilapangan juga didapatkan pada
berat lahir tidak berisiko disertai ikterik
tahun 2015 bayi dengan berat badan lahir
berjumlah 73 (41%) bayi. Hasil penelitian
normal
ini menggambarkan bahwa bayi dengan
disebabkan karena ibunya saat hamil ada
berat lahir berisiko (BB < 2500 gram) lebih
yang mengalami DM dan kebanyakannya
berisiko terkena ikterik daripada bayi
ibu
dengan berat lahir tidak berisiko. Karena
memberikan ASI pada minggu-minggu
pada BBLR dapat terjadinya immatur hati
pertama
yang menyebabkan terganggunya proses
memberikan susu formula karena takut
konjugasi bilirubin, hal ini sejalan dengan
nanti persediaan ASI-nya tidak cukup
beberapa teori yang telah ada.
untuk bayinya tersebut hal ini sesuai
Berdasarkan hasil penelitian yang
mengalami
pada
pada
bayi
ikterik
tersebut
bayinya
dan
hal
ini
menolak
langsung
dengan teori yang ada.
peneliti dapatkan di lapangan, dari 139
Berdasarkan Tabel 3 Data Di Uji
bayi dengan berat lahir yang berisiko
Chi-Square diperoleh nilai p value 0,000, 7
Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterik pada Neonatus
artinya p < ɑ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
Saleh Banjarmasin dan beserta seluruh petugas
diterima artinya ada hubungan antara berat
kesehatan
lahir dengan kejadian ikterik tahun 2015 di
membantu peneliti untuk melakukan penelitian
RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh.
ini.
Selain
itu
sesuai
dengan
hasil
yang
telah
mengizinkan
dan
DAFTAR PUSTAKA
penelitian yang dilakukan oleh Rosa Mutianingsih dengan judul “Hubungan Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian Hiperbilirubinemia Neonatorum Pada Bayi Bari Lahir di RSUP. NTB Tahun 2012”
Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin. 2015. Panduan Tugas Akhir. Banjarmasin. Asrining Surasmi. 2010. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. BPS. 2012. Indonesia Demographic and Health Survey. Jakarta: BPS.
dengan hasil ada hubungan yang bermakna antara berat lahir rendah dengan kejadian ikterik dimana bayi dengan berat lahir < 2500 gram 2 kali lebih besar menyebabkan ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal 2500 gram-4000 gram. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Kepala RSUD. Dr. H.
Depkes RI. 2011. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. Pencegahan dan Penanganan Ikterus pada Bayi Baru Lahir. Jakarta: DEPKES RI. Diklat RSUD. ANSAL. 2016. Angka Kejadian Ikterik di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh. Banjarmasin: Diklat. Nanny, 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Proveawati. 2010. Buku Asuhan Neonatus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika. Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, kepada kepala ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Rustam Mochtar. 2010. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media.
8