HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Beban kerja yang ideal merupakan salah faktor yang penting dalam terbentuknya kondisi kerja yang kondusif. Beban kerja terlalu berat menyebabkan kinerja perawat menjadi tidak maksimal yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pasien diantaranya yaitu rendahnya rasa empati perawat. Kurangnya empati perawat akan berdampak pada ketidaknyamanan yang dirasakan klien pada saat menjalani perawatan. Dampaknya yaitu klien akan merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, menimbulkan ketidakpuasan dan akan mempengaruhi proses kesembuhan menjadi lebih lama. Hasil wawancara terhadap 8 pasien, diperoleh 6 pasien diantaranya merasa masih sering diabaikan apabila minta bantuan perawat. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara beban kerja perawat dengan empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di instalansi rawat inap RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten sebanyak 60 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan check list daily log. Penelitian dilaksanakan bulan 31 Maret – 30 Juni 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Spearman rank. Hasil: Beban kerja perawat di ruang rawat inap medikal bedah sebagian besar kategori sedang sebesar 51,7%. Empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah sebagian besar kategori baik sebesar 65%. Hasil analisis Spearman’s Rank diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,534 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan beban kerja perawat dengan empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keeratan tingkat hubungan kategori sedang.
Kata Kunci: Beban kerja, empati kerja, perawat
sakit
A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
yang
maksimal,
dengan
adanya
mutu
pelayanan yang prima. Hal tersebut dapat
sakit
tercapai dengan adanya faktor dominan yang
meningkatkan
berperan dalam mencapai kualitas pelayanan
rumah
diharuskan
untuk
selalu
pelayanan
yang
berkualitas.
pelayanan rumah
ditunjukkan
Kualitas
yaitu sumber daya manusia terutama tenaga kesehatan yang menjalankan tugasnya dengan baik. Muninjaya (2004) menyebutkan baik
tidaknya pelayanan di RS berhubungan erat
menjadi rujukan bagi rumah sakit lain atau
dengan kegiatan tenaga kesehatan yang
instansi pelayanan kesehatan lain yang ada di
mampu menjalankan tugas secara professional
wilayah
sesuai dengan standar yang ada.
Tirtonegoro.
Salah satu profesi yang mempunyai peran
penting
keperawatan. tombak
di
rumah
Perawat
rumah
sakit
sakit
adalah
merupakan yang
ujung
memberikan
sekitar
RSUP
Dr.
Soeradji
Hasil observasi data rekam medis untuk perawatan di ruang rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro diketahui jumlah pasien yang dirawat selama tahun 2011 yaitu
pelayanan secara langsung kepada pasien. jumlah rata-rata pasien per bulan yang dirawat Keberadaan perawat harus diperhatikan dan pada tahun 2011 di ruang Melati 2 sebanyak dilakukan
pengelolaan
sehingga
perawat
yang
professional 236 dengan rata-rata hari perawatan sebanyak
mampu
memberikan 1334,6. Jumlah rata-rata pasien di ruang
kontribusi yang maksimal bagi masyarakat Melati 3 sebanyak 266,5 dengan rata-rata hari maupun bagi kemajuan rumah sakit. Kurangnya berdampak dirasakan
empati
pada klien
perawatan.
perawat
akan
ketidaknyamanan
yang
pada
Klien
saat
akan
menjalani
merasa
pelayanan
ketidakpuasan
keperawatan
yang
terhadap diberikan.
Dampak yang lebih buruk adalah akan mempengaruhi proses kesembuhan pasien
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro
merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Klaten. Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan
pada
rata-rata hari perawatan sebanyak 1248,2. Data di atas menunjukkan tingginya jumlah pasien yang dirawat di ruang rawat inap
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro.
Tingginya jumlah pasien yang dirawat harus disertai dengan jumlah perawat yang ideal agar tidak terjadi beban kerja yang berlebih. Jumlah perawat yang kurang sesuai dengan
menjadi lebih lama. RSUP
pasien di ruang Melati 4 sebanyak 283 dengan
tidak
diperhatikan oleh perawat, tidak dihargai, dan menimbulkan
perawatan sebanyak 1247,4. Jumlah rata-rata
masyarakat
Klaten
dan
sekitarnya. Rumah Sakit Soeradji Tirtonegoro mengalami perkembangan yang pesat dan
jumlah tenaga maka akan menimbulkan beban kerja.
Seperti
yang
dikemukakan
oleh
Munandar (2001) menyebutkan beban kerja terjadi karena pekerja harus melakukan terlalu banyak hal yang memungkinkan menjadi sumber stress pekerjaan.
Asuhan keperawatan di ruang rawat
orang perawat pada masing-masing ruang. Hal
RSUP
Tirtonegoro
ini menunjukkan bahwa jumlah perawat yang
dilaksanakan oleh 60 orang perawat yang
ada belum sesuai dengan jumlah kebutuhan
terbagi pada 3 ruang perawatan yaitu pada
tenaga perawat. Jumlah tenaga perawat yang
ruang rawat inap Melati 2 sebanyak 21
ideal menurut Permenkes No. 262/ MenKes/
perawat, di ruang Melati 3 sebanyak 19
per/ VII/ 1997 untuk Rumah Sakit tipe B
perawat dan Melati 4 sebanyak 20 perawat.
adalah
Jam kerja perawat di instalansi rawat inap
merawat 2-3 pasien. Jumlah perawat yang
Rumah Sakit Soeradji Tirtonegoro terbagi
tidak proporsional dengan jumlah pasien
menjadi 3 shift yaitu pagi dengan jam kerja
dapat menimbulkan beban kerja menjadi berat
07.00-14.00, sore dengan jam kerja 14.00-
dirasakan oleh perawat (Munandar, 2010).
inap
Dr.
Soeradji
21.00 dan malam dengan jam kerja 21.0007.00.
Selama
perawat
melaksanakan
beristirahat
makan
dengan
perawat
tugasnya,
rumah sakit dapat meliputi beban kerja fisik
disela-sela
maupun mental. Beban kerja fisik meliputi aktivitas
malam
keperawatan
belum
1
Beban kerja yang dirasakan perawat di
pekerjaannya. Sedangkan untuk yang shift hari
perbandingan
diketahui
waktu
dalam seperti
melaksanakan
tugas
mengangkat
pasien,
istirahatnya. Cuti kerja perawat sebanyak 12
memandikan pasien, membantu pasien ke
kali per tahun boleh diambil dalam 2 tahap
kamar mandi, mengambil peralatan kesehatan,
yang dilakukan per semester.
merapikan
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan
tenaga
tidur
pasien
dan
sebagainya. Sedangkan beban kerja yang
menggunakan
bersifat mental seperti sistem kerja shift,
rumus Gillies diperoleh hasil, kebutuhan
kompleksitas pekerjaan, tuntutan memiliki
perawat tiap shift kerja di Ruang Melati 2
kompetensi
sebanyak 15 orang, di ruang Melati 3
bertanggung jawab pada perawatan pasien
sebanyak 14 orang dan di Ruang Melati 4
sampai melakukan komunikasi dengan pasien
sebanyak
jumlah
dengan karakteristik yang beragam. Tingginya
perawat yang bertugas di ruang rawat inap
beban kerja yang menjadi tanggung jawab
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sekarang ini
perawat dapat menyebabkan menurunnya
pada masing-masing shift rata-rata sebanyak 8
kualitas perawatan yang dilakukan perawat.
14
perawat
tempat
orang.
Sedangkan
untuk
merawat
pasien,
Hal yang nyata dirasakan oleh pasien yaitu
hubungan beban kerja perawat dengan empati
menurunnya rasa empati perawat.
perawat di ruang rawat inap medikal bedah di
Hasil wawancara yang peneliti lakukan
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
pada 20 Januari 2012 di ruang rawat inap B.
Rumusan Masalah
Melati 2, 3 dan 4 terhadap 8 pasien, diperoleh Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka 6 pasien diantaranya merasa masih sering diabaikan apabila minta bantuan perawat. Pasien menyatakan beberapa perawat tidak segera
datang
wawancara,
apabila
pasien
dipanggil.
juga
Hasil
menyebutkan
beberapa perawat kurang responsif untuk
rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah hubungan beban kerja perawat dengan empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. C.
Tujuan 1.
Tujuan Umum
menjawab pertanyaan maupun memberikan
Mengetahui
informasi
pasien.
perawat dengan empati perawat di ruang
menyebabkan
rawat inap medikal bedah di RSUP Dr.
kepada
Permasalahan
ini
keluarga akan
ketidakpuasan pasien khususnya terhadap empati
perawat
yang
mengakibatkan
menurunnya kepercayaan pasien terhadap perawat serta tingkat kenyamanan pasien
Berdasarkan
fenomena
yang
2.
kerja
yang
tinggi
karena
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui: Diketahui beban kerja perawat di ruang rawat inap medikal bedah
ada,
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro
Klaten.
tugas
pekerjaan perawat berhadapan dengan kondisi
kerja
Tujuan Khusus
menunjukkan bahwa perawat mempunyai beban
beban
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
a.
menjadi menurun.
hubungan
b.
Diketahui empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah RSUP Dr.
kerja maupun psikososial yang kompleks Soeradji Tirtonegoro Klaten. sehingga sangat rentan menimbulkan stres c.
Diketahui keeratan hubungan beban
maupun kelelahan fisik dan psikis yang kerja perawat dengan empati perawat berdampak pada kurangnya rasa empati di ruang rawat inap di RSUP Dr. perawat kepada pasien. Hal ini mendorong Soeradji Tirtonegoro Klaten. peneliti untuk melakukan penelitian tentang
METODE PENELITIAN
rawat
A. Jenis Penelitian
Tirtonegoro Klaten sebanyak 60 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian
inap
RSUP
Dr
Soeradji
Kriteria inklusi adalah kriteria
deskriptif korelasional yaitu penelitian yang
atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya setiap anggota populasi yang dapat
hubungan dan apabila ada seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
(Arikunto, 2002). Pendekatan waktu yang digunakan
adalah
cross
sectional
2005). Kriteria inklusi sampel penelitian
yaitu
variabel-variabel yang termasuk fenomena,
ini adalah:
faktor resiko, dan variabel yang termasuk efek a.
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama
Perawat
(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan
yang
berpendidikan
minimal D III.
untuk mengetahui hubungan anatara beban b.
kerja perawat dengan empati perawat di ruang
Telah bekerja minimal selama 3
rawat inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji
bulan.
Tirtonegoro Klaten. B.
c.
Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Bersedia
Tempat penelitian
menjadi
responden
penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Ruang Melati Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri
2, 3, dan 4 RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah. 2.
anggota populasi yang tidak dapat
Waktu penelitian diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
Penelitian dilakukan 31 Maret sampai 30 Juni 2012. C.
2005).
Populasi dan Sampel Penelitian
Kriteria
eksklusi
sampel
penelitian:
Populasi a. Populasi
merupakan
Perawat yang sedang cuti pada
wilayah saat pelaksanaan penelitian.
generalisasi
yang
terdiri
atas b. Perawat yang sedang menjalani
obyek/subyek yang mempunyai kualitas tugas belajar. dan
karakteristik
tertentu
yang Teknik pengambilan sampel : Teknik pengambilan
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sampel penelitian ini menggunakan total sampling dan kemudian ditarik kesimpulannya yaitu (Sugiyono,
2008).
Populasi
penelitian
yang
menggunakan
seluruh
dalam anggota
populasi
sebagai
sampel
penelitian
penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di instalansi
(Notoatmodjo, 2010). Dapat disimpulkan sampel
penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas
atau subjek penelitian. Subjek penelitian ini
di instalansi rawat inap RSUP Dr Soeradji
adalah perawat yang bertugas di instalansi
Tirtonegoro Klaten yang memenuhi kriteria inklusi
rawat inap RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro
sampel penelitian dengan jumlah sebanyak 60
Klaten sebanyak 60 orang. Karakteristik responden penelitian diamati berdasarkan
perawat. umur, jenis kelamin, pedidikan dan lama
HASIL PENELITIAN DAN
kerja.
Data
karakteristik
responden
PEMBAHASAN dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
1. Karakteristik Responden
Hasil
analisis
karakteristik
responden
Karakteristik responden merupakan penelitian ini adalah dapat dilihat pada identitas yang melekat pada diri responden Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Karakteristik Frekuensi Umur* < 25 tahun 14 25-35 tahun 29 36-45 tahun 17 Jenis Kelamin Laki-laki 21 Perempuan 39 Pendidikan D III 50 S1 10 Lama kerja < 5 tahun 31 5-10 tahun 19 > 10 tahun 10 Total 60 Sumber: Data primer diolah 2012 *Pengkategorian umur menurut Riduwan (2009) Berdasarkan hasil analisis, diketahui karakteristik
responden
penelitian.
Persentase 23,3 48,3 24,4 35,0 65,0 83,3 16,7 51,7 31,6 16,7 100,0
kelamin perempuan sebesar 65%. Menurut pendidikan
sebagian D
III
besar sebesar
responden
Berdasarkan karakteristik umur diketahui
berpendidikan
(83,3%).
mayoritas responden berumur 25-35 tahun
Berdasarkan lama kerja diketahui sebagian
sebesar 48,3%. Dilihat dari jenis kelamin
besar perawat bekerja < 5 tahun sebesar
diketahui sebagian besar responden berjenis
51,7%.
2. Analisis Univariat
a.
Beban Kerja
Analisis univariat dalam penelitian
Data beban kerja perawat dalam
ini berfungsi untuk menganalisis variabel
analisis univariat dikategorikan dalam
penelitian secara masing-masing yaitu beban
skala ordinal menjadi beban kerja
kerja dan empati perawat. Hasil analisis
tingkat ringan, sedang dan berat.
univariat variabel penelitian adalah sebagai
Distribusi frekuensi data beban kerja
berikut.
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Beban kerja
Frekuensi 6 31 23 60
Ringan Sedang Berat Total Sumber: Data primer diolah 2012 Hasil analisis univariat data
b.
beban kerja diketahui sebagian besar perawat
mempunyai
Empati Perawat Data empati perawat dalam
kerja
analisis univariat dikategorikan dalam
kategori sedang yaitu sebesar 51,7%.
skala ordinal menjadi baik, sedang dan
Responden
kurang.
paling
beban
Persentase 10,0 51,7 38,3 100,0
sedikit
adalah
Distribusi
frekuensi
data
perawat yang mempunyai beban kerja
empati perawat dapat dilihat pada
kategori ringan sebesar 10%.
Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Empati Kerja Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Empati
Frekuensi 39 15 6 60
Baik Sedang Kurang Total Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan
hasil
analisis
diketahui sebagian besar responden mempunyai
empati
kerja
Persentase 65,0 25,0 10,0 100,0
3. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk
dalam
pembuktian hipotesis penelitian, yaitu untuk
kategori baik sebesar 65%. Responden
mengetahui ada tidaknya hubungan beban
paling sedikit yaitu yang mempunyai
kerja perawat dengan empati perawat di
empati kerja kurang sebesar 10%.
ruang rawat inap di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Hasil analisis bivariat
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Empati Perawat di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Empati kerja Beban kerja
Baik
Sedang
Kurang
Total
Ringan
f 4
% 6,7
f 1
% 1,7
f 1
% 1,7
f 6
% 10,0
Sedang
29
48,3
2
3,3
0
0,0
31
51,7
Berat
6
10,0
12
20,0
5
8,3
23
38,3
65,0
15
25,0
6
10,0
60
100,0
39 Total Sumber: Data primer diolah 2012
Koefisien korelasi (ρ)
p
0,534
0,000
Berdasarkan hasil tabulasi, diketahui
1.
Beban Kerja
sebagian besar responden yang mempunyai
Hasil penelitian diketahui beban
beban kerja ringan, mempunyai empati
kerja perawat di ruang rawat inap medikal
dalam kategori baik sebesar 6,7%. Sebagian
bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
besar responden yang mempunyai beban
Klaten dalam kategori sedang sebesar
kerja sedang, mempunyai empati kerja
51,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa
kategori baik sebesar 48,3%, sedangkan
perawat tidak mengalami beban kerja yang
responden yang mempunyai beban kerja
berlebih dan tidak terlalu ringan. Dapat
berat, sebagian besar mempunyai empati
diartikan bahwa pekerjaan telah dibagi dan
kerja kategori sedang sebesar 20%.
didelegasikan secara proporsional. Sesuai
Pembuktian
hipotesis
penelitian
dengan Hasibuan (2010) menyebutkan
dilakukan dengan analisis statistik korelasi
penetapan beban kerja karyawan yang
Spearman Rank. Berdasarkan hasil analisis
proporsional
Spearman’s Rank diperoleh nilai koefisien
jumlah karyawan tepat dan sesuai dengan
korelasi () sebesar 0,534 dengan p value
volume pekerjaan.
adalah
keadaan
dimana
sebesar 0,000. Oleh karena nilai p value
Beban kerja merupakan jumlah
sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (p<0,05), hal
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
ini dapat diartikan ada hubungan yang
untuk diselesaikan oleh perawat. Gamea &
signifikan beban kerja perawat dengan
Faustino (2000) menyebutkan beban kerja
empati perawat di ruang rawat inap medikal
adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan
bedah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
yang harus diselesaikan oleh suatu unit
Klaten, sehingga hipotesis pertama dapat
organisasi atau pemegang jabatan dalam
diterima.
jangka waktu tertentu. Jumlah pekerjaan
Nilai koefisien korelasi Spearman’s Rank
()
sebesar
0,534,
berdasarkan
intepretasi koefisien menunjukkan keeratan
yang terlalu banyak dan tidak sebanding dengan
jumlah
tenaga
kerja
akan
menimbulkan beban kerja yang berat.
hubungan dalam kategori sedang. Artinya
Perawat yang bertugas di ruang
hubungan antara beban kerja dengan empati
rawat inap medikal bedah salah satu
perawat dalam kategori sedang.
petugas kesehatan di rumah sakit yang mempunyai potensi tinggi mengalami
A. Pembahasan
beban kerja berlebih. Beban kerja tersebut
pendidikan dan lama kerja. Didukung
mencakup aktivitas yang berhubungan
pendapat
langsung dengan pasien dan yang tidak
menyebutkan
langsung.
beban kerja pada setiap individu berbeda-
Aktivitas
langsung
seperti
dari
Gibson
(2010)
kemampuan
menerima
memandikan pasien, memberikan injeksi,
beda
mengganti infus, memberikan obat dan
individual
aktivitas lain yang berhubungan langsung
terhadap
dengan pasien. Aktivitas tidak langsung
individual
seperti mempersiapkan alat, menyiapkan
kognitif seperti daya tahan, dukungan
tempat tidur serta dokumentasi asuhan
sosial dan afektivitas, aspek demografi
keperawatan.
meliputi
Aktivitas pekerjaan perawat dapat
dipengaruhi
yang
dalam beban
oleh
perbedaan
memberikan pekerjaan.
tersebut
umur,
Perbedaan
mencakup
jenis
reaksi
kelamin
aspek
dan
pekerjaan.
menimbulkan beban kerja yang berat
Dilihat dari faktor umur diketahui
ketika banyak pasien yang menjalani
sebagian besar responden berumur 25-35
perawatan.
tahun
Banyaknya
pasien
yang
sebesar
48,3%.
Rentang
usia
dirawat menyebabkan perawat mempunyai
tersebut termasuk dalam usia produktif
beban kerja yang tinggi karena harus
dimana individu mempunyai kemampuan
menyelesaikan
secara
pekerjaan
yang
fisik
maupun
psikis
berhubungan langsung dengan pasien
melaksanakan
maupun yang tidak berhubungan langsung
merasakan beban dan kelelahan yang
dengan pasien. Jumlah beban kerja yang
berarti.
tidak proporsional dengan jumlah perawat
pelaksanaan tugas dan pekerjaan perawat
akan menimbulkan beban kerja yang berat.
menjadi maksimal. Danim dan Khairil
Terjadinya beban kerja perawat
Hal
(2010)
pekerjannya
untuk
ini
akan
menyebutkan
tanpa
mendukung
25-35
tahun
yang sedang dipengaruhi oleh kemampuan
termasuk dalam masa transisi menuju
perawat
dewasa
dalam
menerima
dan
awal
yang
merupakan
usia
melaksanakan tugas yang dibebankan
produktif, semakin berkembang secara
kepadanya.
emosional
berkaitan responden
Kemampuan erat
dengan
meliputi
tersebut karakteristik
faktor
umur,
menuju
kedewasaan
dan
semakin bertanggung jawab terhadap diri
sendiri
serta
tugas
yang
diberikan
beban
kepadanya.
melaksanakan
Berdasarkan diketahui
pekerjaan
tingkat
pendidikan
besar
responden
sebagian
dan
tugasnya
mampu
dengan
baik.
Didukung pendapat Thomas dkk (2003) menyebutkan
semakin
lama
kerja
berpendidikan D III sebesar 83,3%. Bekal
seseorang semakin banyak pengetahuan
ilmu, keterampilan dan kompetensi yang
tentang pekerjaan dan hubungan dengan
diperoleh
perawat
proses
partner relasi sehingga pengetahuan dan
pendidikan
formal
membentuk
pemahaman yang lebih akurat mengenai
selama telah
kemampuan perawat untuk menanggung beban
pekerjaan
kepadanya.
yang
Perawat
pekerjaannya.
didelegasikan mampu
ideal adalah yang proporsional antara
melaksanakan tugas dengan baik karena
jumlah pasien, tingkat ketergantungan
didukung
yang
pasien, jumlah hari perawatan, jenis
dimilikinya tanpa merasakan tugasnya
penyakit yang diderita dengan jumlah
menjadi sebuah beban melainkan sebuah
tenaga perawat yang ada. Penetapan beban
tanggung jawab yang harus dilaksanakan
kerja
secara maksimal. Sesuai dengan pendapat
diperhitungkan
dari
dengan
akan
Jumlah beban kerja perawat yang
kompetensi
Notoatmodjo
karyawan
harus
secara
benar-benar
cermat
supaya
(2007)
yang
karyawan yang akan diterima tepat sesuai
baik
tingkat
dengan volume pekerjaan. Jika karyawan
pendidikan seseorang maka semakin baik
terlalu banyak, akan terjadi pemborosan
pengetahuan, wawasan dan keterampilan
(menganggur), sedangkan jika jumlah
yang dimiliki.
karyawan kurang, pekerjaan tidak dapat
menyebutkan
semakin
Kemampuan menanggung beban
selesai dengan baik. Pendelegasian beban
kerja juga dipengaruhi oleh pengalaman
kerja
yang
ideal
kerja perawat. Menurut hasil penelitian ini
pelaksanaan
kerja
diketahui
(Hasibuan, 2010).
sebagian
besar
perawat
mempunyai lama kerja < 5 tahun sebesar 51,7%.
Pengalaman
melaksanakan membuat
perawat
tugas
perawat
dalam
pekerjaannya
mampu
mengatasi
2.
akan
mendukung
menjadi
maksimal
Empati Perawat Hasil
penelitian
menunjukkan
empati perawat di ruang rawat inap medikal
bedah
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro Klaten dalam kategori baik
menyebutkan
sebesar 65%. Hasil ini menunjukkan
berdasarkan
bahwa perawat telah mampu memahami,
terbuka kita pada emosi diri sendiri
mengerti
dan
semakin terampil kita dalam membaca
dirasakan
oleh
merasakan pasien
apa
yang
yang sedang
tersebut
diri,
semakin
Empati perawat ditunjukkan dalam
dalam
perilaku melalui asuhan keperawatan yang
tindakan dan perhatian yang diberikan
diberikan kepada pasien. Empati dapat
perawat pada pasien di ruang rawat inap.
dilihat
Empati
ditunjukkan
kesadaran
dibangun
perasaan.
menjalani perawatan di rumah sakit. Rasa empati
empati
merupakan
dari
perilaku
perawat
yang
kemampuan
mengenal pasien dengan baik secara
perawat dalam memberikan pelayanan
personal. Empati juga ditunjukkan dengan
yang meliputi sikap kontak personal untuk
pemberian perhatian perawat terhadap
memenuhi kebutuhan maupun mebantu
pasien serta
kesulitan
pasien.
riwayat penyakit dan perawatan yang
Geldard (2004) mendefinisikan empati
sedang dijalani. Empati perawat juga dari
sebagai
dan
pola kamunikasi yang baik dengan pasien
merasakan pada yang dirasakan orang
serta memberikan pelayanan yang sama
lain. Empati perawat sangat dibutuhkan
terhadap semua pasien tanpa membedakan
oleh pasien, agar pelaksanaan perawatan
status dan golongan. Terbentuknya empati
yang
nyaman,
perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor
dapat
baik secara personal maupun faktor yang
yang
dialami
kemampuan
dijalani
menyenangkan
oleh
memahami
menjadi sehingga
mendukung proses kesembuhan. Empati
berasal
dibangun
Mangkunegara
berdasarkan
kesadaran
diri,
dari
mengingat dengan baik
luar
diri
(2009)
perawat.
menyebutkan
dimana semakin terbuka emosi diri maka
empati kerja terbentuk karena adanya
akan semakin terampil membaca perasaan
faktor atributi individu, upaya kerja dan
orang lain. Kunci utama untuk memahami
organisasional. Atribut individu meliputi
perasaan
mampu
faktor individu (kemampuan dan keahlian,
membaca pesan non verbal, nada bicara,
latar belakang serta demografi), dan faktor
gerak-gerik,
psikologi
orang
sebagainya.
lain
ekspresi
adalah
wajah
Goleman
dan (2009)
meliputi
persepsi,
attitude,
personality, pembelajaran dan motivasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini
empati yang tinggi. Didukung pendapat
dilihat dari pengalaman kerja perawat,
Ellis dkk, (2002) menyebutkan hasil
menunjukkan sebagian besar
perawat
penelitian diketahui wanita lebih peka
mempunyai lama kerja < 5 tahun sebesar
terhadap emosi orang lain dan bisa lebih
51,7%. Lama kerja yang telah dijalani
menangkap
oleh perawat dalam memberikan asuhan
dengan laki-laki. Wanita lebih mampu
keperawatan
akan
membaca tanda-tanda non verbal seperti
dan
ekspresi wajah, gerak dan nada suara
membentuk
terhadap
pasien
pengalaman
kerja
semakin meningatkan kepekaan terhadap
emosinya
dibandingkan
secara lebih akurat.
pasien dan akhirnya akan membentuk rasa
Dilihat dari faktor usia diketahui
empati. Didukung pendapat dari Thomas
sebagian besar perawat berumur 25-35
dkk, (2008) menyebutkan semakin lama
tahun sebesar 48,3%. Rentang usia ini
relasi
termasuk dalam rentang usia dewasa awal
seseorang
pengetahuan
tentang
sikap-sikap
dari
semakin
banyak
kepribadian partner
dan
dimana individu semakin berkembang dan
relasi.
semakin mencapai kematangan emosional.
Pengetahuan dan pemahaman yang lebih
Kematangan emosional
akurat mengenai pemikiran dan perasaan
mempengaruhi
partner
perawat sehingga rasa kepedulian terhadap
relasi
saat
berinteraksi
akan
meningkatkan rasa empati.
perawat
tingkat
akan
kedewasaan
sesama juga akan semakin berkembang.
Menurut jenis kelamin diketahui
Hal ini akan mempengaruhi perawat untuk
sebagian besar responden penelitian ini
memberikan asuhan keperawatan penuh
adalah
65%.
dengan rasa empati kepada pasien. Sesuai
Perempuan mempunyai kepekaan rasa
dengan pendapat dari Ellis dkk (2002)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menyebutkan semakin tua usia seseorang
laki-laki.
Perempuan
mudah
maka akan semakin sadar akan dirinya
tersentuh
sehingga
rasa
semakin mampu mempersepsikan keadaan
perempuan
sebesar
lebih mempunyai
kepedulian yang lebih baik. Hal tersebut
orang
juga
mengendalikan ungkapan perasaannya.
terjadi
pada
saat
perempuan
melakukan pekerjaan, akan menggunakan perasaan,
perhatian,
kepedulian
dan
lain,
karena
Berdasarkan diketahui
sebagian
semakin
tingkat besar
mampu
pendidikan perawat
berpendidikan D III sebesar 83,3%. Proses
kepada pasien berperan dalam pencapaian
pendidikan formal yang telah dijalani oleh
kualitas pelayanan keperawatan.
perawat tidak hanya mengajarkan ilmu
3.
Hubungan
Beban
Kerja
Perawat
keperawatan secara teknis, tetapi juga
dengan Empati Perawat di Ruang
menanamkan
nilai-nilai
dasar
Rawat Inap di RSUP Dr. Soeradji
kemanusiaan
sehingga
akan
Tirtonegoro Klaten
menumbuhkan rasa kepedulian terhadap Hasil penelitian menunjukkan ada sesama.
Hal
ini
akan
membentuk hubungan beban kerja perawat dengan
kompetensi perawat untuk melaksanakan empati perawat di ruang rawat inap asuhan keperawatan dengan rasa empati medikal bedah di RSUP Dr. Soeradji yang tinggi. Didukung pendapat dari Tirtonegoro Klaten. Didukung dengan Thomas dkk, (2008) menyebutkan orang
hasil analisis Spearman’s Rank diperoleh
yang terdidik mempunyai kemampuan nilai koefisien korelasi () sebesar 0,534 empati yang lebih baik. Hal ini dapat dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). dijelaskan
orang
terdidik
mempunyai Hasil ini dapat diartikan bahwa beban
kemampuan dan lebih cermat dalam kerja
perawat
memberikan
kontribusi
mendeteksi maupun menggunakan secara signifikan terhadap terbentuknya empati tepat informasi-informasi yang ada untuk kerja perawat. melakukan penilaian empati Hasil ini dapat dijelaskan bahwa Empati kerja sangat diperlukan beban kerja yang menjadi tanggung jawab dalam pemberian pelayanan kesehatan. perawat Empati
perawat
dalam
mempengaruhi
kemampuan
memberikan perawat dalam melaksanakan tugasnya.
asuhan keperawatan menjadi salah satu Beban kerja yang berat berdampak pada kunci keberhasilan tercapainya kualitas timbulnya kelelahan fisik maupun psikis pelayanan kesehatan yang pada akhirnya sehingga menurunkan kemampuan kerja. akan
mendukung
proses
kesembuhan Beban kerja yang terlalu berat akan
pasien. Sesuai dengan teori dari Potter and mempengaruhi kualitas kerja dan kinerja Perry
(2005)
disebutkan
bahwa yang
dihasilkan
perawat.
Didukung
kemampuan perawat dalam berempati pendapat
dari
Munandar
(2010)
menyebutkan apabila beban kerja menjadi
berlebihan, tututan pekerjaan tinggi maka
berat, sebagian besar mempunyai empati
unjuk kerja menjadi rendah.
kerja kategori sedang sebesar (20%).
Berkaitan dengan empati kerja,
Hasil
tersebut
di
atas
dapat
beban kerja perawat yang berat membuat
diartikan bahwa semakin berat beban kerja
perawat menjadi kurang peduli dan kurang
yang dirasakan perawat,
peka terhadap pasien karena banyaknya
semakin berkurang rasa empati perawat
beban pekerjaan yang harus diselesaikan.
terhadap pasien. Sesuai dengan hasil
Beban
perawat
penelitian ini menyimpulkan bahwa beban
menjadi kurang tanggap dalam membantu
kerja merupakan faktor yang signifikan
menyelesaikan
terbentuknya empati kerja dengan tingkat
kerja
juga
membuat
permasalahan
yang
keeratan
dari
menyebutkan
(koefisien korelasi Spearman’s Rank ()
delegasi beban kerja yang berlebihan akan
sebesar 0,534. Artinya selain beban kerja
berdampak pada terbebani staf dengan
masih
pekerjaan serta penggunaan waktu yang
mempengaruhi
sia-sia dan penyalahgunaan wewenang.
seperti usia, pengalaman kerja maupun
Apabila beban kerja perawat terlalu berat
tingkat pendidikan (Ellis dkk, 2002).
(2002)
maka kinerja perawat menjadi tidak maksimal dengan
salah kurang
satunya
ditunjukkan
variabel empati
sedang
lain
kerja
yang perawat
Delegasi beban kerja yang ideal dengan jumlah perawat yang ada akan
kualitas
meningkatkan tercapainya kinerja yang
pelayanan kepada pasien diantaranya yaitu
maksimal dan mampu memberikan asuhan
rendahnya rasa empati perawat.
keperawatan dengan rasa empati yang
Hasil
maksimalnya
terdapat
kategori
akan
dihadapi pasien. Sesuai dengan pendapat Nursalam
hubungan
maka
penelitian
ini
diketahui
tinggi.
Didukung
pendapat
dari
responden yang mempunyai beban kerja
Mangkunegara (2009) yang menyebutkan
ringan, sebagian besar mempunyai empati
integritas yang tinggi mencakup fungsi
dalam kategori baik sebesar (6,7%).
psikis dan fisik, maka individu akan
Responden yang mempunyai beban kerja
mampu
sedang, sebagian besar mempunyai empati
dengan baik dengan empati yang tinggi.
melaksanakan
aktivitas
kerja
kerja kategori baik sebesar (48,3%).
Hasil penelitian ini mempunyai
Responden yang mempunyai beban kerja
kesamaan hasil dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prihatini (2007) dengan
empati yang tinggi. Didukung dengan
hasil terdapat hubungan yang signifikan
pendapat
antara beban kerja dengan stress kerja
menyebutkan beban kerja perawat terlalu
perawat di ruang rawat inap (koefisien
berat maka kinerja perawat menjadi tidak
korelasi=0,885
maksimal
dan
p
value
0,000).
dari
Nasution
salah
ditunjukkan
Penelitian Martini (2007) dengan hasil ada
dengan
hubungan antara beban kerja dengan
pelayanan kepada pasien diantaranya yaitu
pendokumentasian asuhan keperawatan di
rendahnya rasa empati perawat.
rawat
inap
BPRSUD
Kota
Salatiga
(p<0,05). Kesamaan hasil penelitian ini dengan
penelitian
sebelumnya
kurang
satunya
(2002)
maksimalnya
kualitas
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
dapat Berdasarkan hasil analisis data dan
disimpulkan
bahwa
beban
kerja pembahasan pada bab sebelumnya, maka
memberikan
kontribusi
terhadap kesimpulan penelitian ini adalah sebagai
pelaksanaan
kerja
perawat
dalam berikut.
memberikan asuhan keperawatan kepada 1.
Beban kerja perawat di ruang rawat inap
pasien, dalam penelitian ini beban kerja medikal
bedah
RSUP
Dr.
Soeradji
mempengaruhi empati kerja perawat. Tirtonegoro Klaten sebagian besar dalam Hasil penelitian ini berimplikasi kategori sedang. bahwa sangat penting untuk melakukan 2. pembagian
kerja
secara
ideal
Empati perawat di ruang rawat inap
dan medikal
bedah
RSUP
Dr.
Soeradji
proporsional agar dapat dicapai empati Tirtonegoro Klaten sebagian besar dalam kerja yang baik. Hal yang perlu untuk kategori baik. dipertimbangkan untuk menentukan beban 3.
Ada
hubungan
beban
kerja
perawat
kerja ideal diantaranya adalah jumlah dengan empati perawat di ruang rawat pasien, tingkat ketergantungan pasien, inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji jumlah hari perawatan, jenis penyakit Tirtonegoro Klaten, yang diderita dengan jumlah tenaga 4.
Keeratan hubungan beban kerja perawat
perawat yang ada. Tercapainya beban dengan empati perawat dalam kategori kerja yang ideal akan meningkatkan sedang. kualitas asuhan keperawatan dengan rasa
Danim dan Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1.
Bagi Perawat Memberikan rasa empati kepada pasien pada setiap asuhan keperawatan yang dilakukan sehingga mampu menciptakan rasa nyaman pada pasien yang sedang menjalani perawatan.
2.
Menerapkan kebijakan pembagian kerja
didelegasikan
agar
pekerjaan
dapat
tepat,
tidak
secara
menimbulkan beban kerja yang berlebih dan dapat dilaksanakan secara maksimal oleh perawat. 3.
untuk
mengembangkan
penelitian dengan meneliti variabel lain yang mempengaruhi empati kerja perawat seperti usia, pengalaman kerja maupun tingkat
pendidikan
Djoko Wijono. 2002. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press. Ellis, C., W., dkk. 2002. Management Skill for New Managers. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Geldard, K. 2004. Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain dengan Teknik Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely, J.H. 2010. Organisasi: Perilaku struktur Proses Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Goleman, D. 2009. Emotional Intelegent. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hasibuan, M. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan
Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Rawat Inap. Jakarta: Litbang Depkes RI Pusat.
Gamea & Faustino. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Bagi Rumah Sakit
proporsional
Depkes RI. 1996. Standar Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Litbang Depkes RI Pusat.
dan
melakukan
penelitian pada populasi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Achir Yani. 2007. Asuhan Keperawatan Bemutu. Pusat Data dan Informasi PERSI (PERSI.co.id). Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Davis, G., B. 2003. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Midas Surya Grafindo.
Ilyas, Y. (2002). Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metode dan Formula. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi, FKM UI. Koenstnerr, R., and Franz, C. 2000. The Family Origins of Empathic Concern. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 58. No. 41, 709-717. Martini. 2007. Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Ketersediaan Fasilitas dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rawat Inap BPRSUD Kota Salatiga. Tesis. Semarang: UNDIP. Munandar, A., S. 2010. Stres dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit UI. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: ECG (Penerbit Buku Kedokteran). Nasution. 2010. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005. Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap. Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: ECG Penerbit Buku Kedokteran. Prihatini, L., D. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Tesis. Medan: USU. Priyanto, A. 2007. Acuan Kerja Perawat Endoskopi pada SCBA. Jakarta: Penerbit Salemba. Riduwan. 2009. Dasar-dasar Statistik. Alfabeta: Bandung. Yuli, S., B., C. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UMM Press. Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sulistyani, A.T., dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.