HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGANPERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT DI KELURAHAN PISANGAN SKRIPSI DiajukanuntukMemenuhiPersyaratanMemperolehGelarSarjanaKeperawatan (S. Kep)
Oleh: HamidatuUlfiyah 109104000047
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1434 H/ 2013 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT DI KELURAHAN PISANGAN
Telah di setujui dan diperiksa pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh:
HAMIDATU ULFIYAH NIM: 109104000047
Pembimbing I
Pembimbing II
Tien Gartinah, MN
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pembimbing I
Pembimbing II
Tien Gartinah, MN
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2003
Penguji I
Penguji II
Maftuhah, M.Kep., Ph.D NIP. 19680808 200604 2001
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2003
Penguji III
Tien Gartinah, MN
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ciputat, Januari 2014
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM NIP. 19790520 200901 1 012
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR. dr. (hc). M. K. Tadjudin, Sp. And
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi saya ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, November 2013
(Hamidatu Ulfiyah)
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Hamidatu Ulfiyah
Tempat, Tgl lahir
: Lampung, 17 Oktober 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Muara Jaya, RT 003/002 Kec. Sukadana, Kab. Lampung Timur Prov. Lampung 34194
Hp
: 085714292124
Email
:
[email protected] /
[email protected]
Riwayat Pendidikan: 1. TK PGRI Muara Jaya
(1996-1998)
2. SD N1 Muara Jaya
(1998-2003)
3. SMP N1 Purbolinggo
(2003-2006)
4. SMA Ma’arif NU 05 Purbolinggo
(2006-2009)
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2009-2013)
Pengalaman Seminar dan Workshop: 1. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permasalahannya di Indonesia” Tahun 2009 2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Tahun 2009
v
3. Seminar “Culturral Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” Tahun 2009 4. Diskusi Publik “Profil Ideal Dokter Muslim dan Implementasi Islam dalam Etika Kedokteran” Tahun 2010 5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” Tahun 2010 6. Diskusi Publik “Ostheoarthritis” Tahun 2011 7. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012 8. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” Tahun 2012 9. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Profesi Keperawatan” Tahun 2012
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Oktober 2013 Hamidatu Ulfiyah, NIM: 109104000047 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan xix + 72 halaman + 13 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling pada wanita menopouse di RW 06 dan 08 Kelurahan Pisangan dengan usia dibawah 70 tahun sebanyak 76 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik 88,2% dan mempunyai perilaku pencegahan penyakit gout yang baik sebesar 51,3%. Hasil uji statistik menggunakan uji Spearmen rank dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan (p value=0,256) dengan nilai r=0,132. Berdasarkan penelitian ini, direkomendasikan untuk tenaga kesehatan supaya dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan terutama menjelang menopouse tentang penyakit gout dan cara pencegahannya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggali faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit gout.
Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku Pencegahan Gout, Wanita Menopouse, Gout Daftar Bacaan: 42 (2003-2013)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated Thesis, October 2013 Hamidatu Ulfiyah, 109104000047 The Relationship between The Level of Knowledge and Behavior of Menopousal Women in Effort of Gout Prevention in Kelurahan Pisangan xix + 72 pages + 13 tables + 3 charts + 7 attachments ABSTRACT Gout is one of the illnesses which can happen because of build up of uric acid in the body excessively, either due to increased production, decreased disposal, or due to increased intake of purine-rich foods. This research is aimed to know the correlation between menopausal women’s knowledge and their behavior in order to prevent gout in Kelurahan Pisangan. This research uses quantitative method with cross sectional approach. It uses cluster random sampling technique to menopausal women in RW 06 and 08, Kelurahan Pisangan. There were 76 menopausal women as the respondents and their ages were less than 70 years old. The result of this research shows that 88,2 % of the respondents have a good knowledge of gout and 51, 3 % of them have a good preventive behavior of gout. Statistic test result which uses Spearman rank test with α=0,05 obtains the result that there is no significant relationship between knowledge of the menopousal women and their behaviour in order to prevent gout in Kelurahan Pisangan (p value=0,256) with r=0,132. Based on this research, it is recommended to the health sectors workers to give health education for the society, especially to the menopausal women, about gout and its preventive ways. The writer hopes for the next researchers can continue this research in other factors which can influence menopusal women’s behaviour in order to prevent gout.
Keywords : Knowledge, preventive behavior of Gout, menopausal women, Gout References : 42 (2003-2013)
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada: 1. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. 3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan. 4. Ibu Tien Gartinah, MN selaku dosen PA dan pembimbing pertama. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
ix
5. Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan. 7. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini. 9. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda H. Anam, S.Ag dan Ibunda Hj. Siti Alkamah yang telah mencurahkan kasih sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta dukungan baik moril maupun materiil selama proses penyelesaian skripsi ini. 10. Saudaraku Mbak Fauziah, Mas Aji, Mbak Elfa, adek Amel dan keponakanku Tama yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa selama proses penyelesaian skripsi ini. 11. Kementrian Agama yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 12. Kelurahan Pisangan yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini. 13. Ibu-ibu responden yang telah membantu peneliti dalam pengisian kuesioner penelitian.
x
14. Teman-teman terbaikku “The Fighters” (Dewi, Maira, Dian, Hanik, Etika, Astuti, Mala, Rafita, Fitri dan Qoys) yang telah memberikan do’a, dukungan dan semangat dikala penulis mulai lelah dalam penyelesaian skripsi ini. 15. Teman-teman PSIK angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan yang indah selama ini. Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat,
November 2013
Hamidatu Ulfiyah
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP .................................................................................................
v
ABSTRAK ............................................................................................................... vii ABSTRACT ............................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvi DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Pertanyaan penelitian ......................................................................
6
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum.............................................................................
7
2. Tujuan Khusus ............................................................................
7
xii
BAB II :
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................
7
F. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Menopause .....................................................................................
9
1. Definisi .......................................................................................
9
2. Perubahan yang terjadi selama menopause ...............................
9
B. Gout ................................................................................................ 11 1. Pengertian Gout ......................................................................... 11 2. Faktor penyebab dan faktor risiko Gout .................................... 11 3. Tanda dan gejala Gout ............................................................... 13 4. Komplikasi Gout ....................................................................... 15 5. Perjalanan penyakit Gout ........................................................... 15 6. Stadium Gout .............................................................................. 17 7. Penatalaksanaan Gout ................................................................ 18 8. Pencegahan Gout ........................................................................ 19 C. Pengetahuan ................................................................................... 22 1. Pengertian.................................................................................. 22 2. Tingkat pengetahuan ................................................................. 22 3. Variabel yang mempengaruhi pengetahuan ............................. 24 4. Cara mengukur pengetahuan .................................................... 26 D. Perilaku .......................................................................................... 26 1. Pengertian ................................................................................ 26 2. Perilaku kesehatan .................................................................... 28 3. Faktor yang mempengaruhi perilaku ....................................... 29
xiii
4. Domain perilaku ....................................................................... 30 E. Kerangka teori ................................................................................. 31 F. Penelitian terkait ............................................................................. 32 BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ............................................................................ 33 B. Definisi Operasional........................................................................ 34 C. Hipotesis.......................................................................................... 36 BAB IV : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................. 37 B. Waktu penelitian ............................................................................ 37 C. Lokasi penelitian ............................................................................ 37 D. Populasi dan sampel ........................................................................ 38 E. Teknik pengambilan sampel ........................................................... 40 F. Instrumen penelitian ........................................................................ 41 G. Prosedur pengumpulan data ........................................................... 43 H. Hasil uji validitas dan reliabilitas ................................................... 44 I.
Pengolahan data ............................................................................. 47
J.
Analisis data .................................................................................... 48
K. Etika penelitian................................................................................ 49 BAB V : HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum tempat penelitian ................................................ 51 B. Karakteristik responden .................................................................. 52 C. Analisis univariat ............................................................................ 54 D. Analisis bivariat .............................................................................. 57
xiv
BAB VI : PEMBAHASAN A. Analisis univariat ............................................................................ 59 1.
Karakteristik responden ........................................................... 59
2.
Gambaran tingkat pengetahuan responden .............................. 61
3.
Gambaran perilaku responden ................................................. 64
B. Analisis bivariat: hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout .................................... 67 C. Keterbatasan penelitian ................................................................... 69 BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 70 B. Saran ............................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR BAGAN Nomor Bagan
Judul Bagan
hal
2.1
Perjalanan penyakit gout ............................................................... 16
2.2
Kerangka teori .............................................................................. 31
3.1
Kerangka konsep penelitian .......................................................... 33
xvi
DAFTAR TABEL Nomor Tabel
Judul Tabel
hal
3.1
Definisi operasional ...................................................................... 34
4.1
Indikator pengetahuan .................................................................. 42
4.2
Indikator perilaku ......................................................................... 43
5.1
Distribusi frekuensi responden menurut usia ............................... 52
5.2
Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan ........ 52
5.3
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan ...................... 53
5.4
Distribusi frekuensi responden menurut IMT .............................. 53
5.5
Distribusi
frekuensi
menurut
pengetahuan
responden
di
Kelurahan Pisangan ...................................................................... 54 5.6
Distribusi frekuensi menurut pengetahuan per-item responden di Kelurahan Pisangan ...................................................................... 55
5.7
Distribusi frekuensi menurut perilaku pencegahan responden di Kelurahan Pisangan ...................................................................... 56
5.8
Distribusi frekuensi menurut perilaku pencegahan per-item responden di Kelurahan Pisangan ................................................. 56
5.9
Distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan ......... 57
xvii
5.10
Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan .......................................................... 58
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Lembar persetujuan responden
Lampiran 2
Petunjuk pengisian kuesioner
Lampiran 3
Lembar kuesioner penelitian
Lampiran 4
Surat-surat Penelitian
Lampiran 5
Lembar hasil perhitungan analisis data
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan berbagai bidang, terutama perkembangan dalam bidang kesehatan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan usia harapan hidup bagi masyarakat. Di satu sisi kita patut bergembira karena usia harapan hidup perempuan dan laki-laki meningkat, namun di sisi lain yang harus kita waspadai, mereka harus melewati usia tua dengan berbagai gangguan kesehatan sebagai dampak dari kekurangan hormon estrogen dan progesteron. Bagi wanita yang memasuki usia menopause dan beberapa tahun sesudahnya akan mengalami berbagai keluhan dan permasalahan kesehatan diantaranya adalah masalah sendi seperti gout (Pujiastuti, 2003). Pada wanita menopause akan rentan terserang penyakit gout karena pada wanita menopause mengalami penurunan estrogen. Salah satu fungsi dari estrogen adalah meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Menurunnya estrogen pada wanita menopause mengakibatkan kadar asam urat darah akan meningkat didalam tubuh dan risiko untuk terkena gout akan lebih tinggi (Manuaba, 2009). Penelitian penyakit artritis gout di Indonesia pertama kali dilakukan oleh dr. Van Den Horst tahun 1935 dan ditemukan 15 kasus gout berat pada masyarakat kurang mampu di Jawa. Penelitian yang dilakukan di Bandungan Jawa Tengah, ditemukan bahwa dari 4.683 orang berusia 15-45 tahun yang diteliti, sebanyak
1
2
11,7% mengalami hiperurisemia atau kadar asam urat tinggi dan 0,05% wanita di antara mereka sudah sampai pada tahap gout (Darmawan dalam Damayanti, 2012). Gout atau yang popular disebut penyakit asam urat merupakan penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin (Naga, 2012). Pada wanita, penyakit gout sering terjadi pada usia 55 tahun atau setelah mengalami menopause (Damayanti, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hak dkk (2010) menunjukkan bahwa wanita menopause berisiko tinggi terkena penyakit gout dibandingkan wanita yang belum mengalami menopause. Obesitas, kurang olahraga, dan kurang minum air putih juga bisa menjadi faktor risiko terserang penyakit gout. Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi sangat berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat dalam darah yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit gout (Damayanti, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Festy dkk (2010), menunjukkan ada hubungan antara pola makan tinggi purin dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di posyandu lansia Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni 2010. Banyaknya faktor yang dapat mendukung terjadinya penyakit gout diatas, maka perlu adanya pencegahan penyakit gout. Pencegahan penyakit gout dapat dilakukan dengan menjaga pola makan dengan gizi seimbang, mengurangi konsumsi makanan tinggi purin, olahraga teratur, pertahankan berat badan ideal, dan cukup minum air putih setiap hari (Sustrani, 2007). Gizi seimbang sangat penting untuk membantu meningkatkan kesehatan. Dalam konsep Islam, makanan
3
yang sehat dan bergizi diistilahkan dengan halalan thayyiban (halal dan baik atau bergizi). Al-Qur’an menjelaskan bahwa perlu untuk menerapkan pola makan dengan gizi yang seimbang seperti dalam surat Al-A’raf ayat 31:
ا.َو ُك ُك ْو ا َو ْوا َو ُك ْو ا َو َوا ُك ْو ِر ُك ْو ا ِر َّن ا َوا ُك ِر ُّب ا ْوا ُك ْو ِر ِر ْو َوا Artinya: “Makanlah dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf (7) :31) Surat Al-A’raf ayat 31 diatas menjelaskan tentang pentingnya implementasi gizi seimbang. Dimana ketika menerapkan pola makan gizi seimbang dalam kehidupan serta jenis-jenis makanan yang sehat, maka kelebihan dalam mengonsumsi makanan tidak terjadi. Maksud makan dan minum yang tidak berlebihan yang disebutkan diatas yaitu harus disesuaikan dengan batas tertentu. Jadi, ayat tersebut memerintahkan mengkonsumsi makanan dan minuman secara proporsional (Tebba, 2004). Pencegahan terhadap suatu penyakit akan lebih diperhatikan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut akan bertahan lama. Sebaliknya, perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan maka akan cepat hilang dan tidak bertahan
4
lama. Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi diantaranya melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Penyuluhan atau pendidikan kesehatan menjadi salah satu peran perawat yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat membantu individu meningkatkan kesehatannya yang terkait dengan pencegahan dan perawatan sehingga individu ataupun keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Berdasarkan peran tersebut, perawat diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup sehat dan mencegah terjadinya penyakit gout (Kusnanto, 2004). Menurut data dari Kelurahan Pisangan didapatkan bahwa jumlah wanita usia menopause sebanyak ± 2514 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa banyak wanita menopause mengeluh pegal serta linu di daerah sendi
lutut dan kaki. Sebagian dari mereka datang ke
pelayanan kesehatan untuk diperiksa kadar asam urat darah karena takut terjadi peningkatan kadar asam urat darah yang dapat berisiko terkena penyakit gout. Hasil wawancara tentang gout dan pencegahannya yang dilakukan peneliti kepada beberapa wanita menopause di wilayah Pisangan, didapatkan hasil bahwa sebagian dari mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit gout tetapi mereka masih berperilaku kurang dalam pencegahan diantaranya mereka masih mengkonsumsi makanan tinggi purin dalam jumlah banyak. Selain itu, hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa wanita usia menopause dalam melakukan ibadah sholat banyak yang mengalami kesulitan
5
melakukan gerakan sholat misalnya dari sujud ke posisi berdiri. Keluhan yang dirasakan mereka adalah rasa pegal dan linu pada bagian sendi-sendi kaki. Alasan lain peneliti ingin meneliti wanita karena dilihat dari dinamika jumlah penduduk bahwa wanita lebih banyak dari pada pria dan wanita memiliki peran dalam keluarga yaitu menyediakan makanan. Sehingga makanan yang dimakan oleh keluarga tergantung dari para wanita dalam menyediakan makanan. Dari uraian diatas, dapat diperoleh informasi bahwa sebagian wanita menopause mengalami keluhan pada bagian sendi terutama sendi kaki. Pemeriksaan kadar asam urat ke pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa mereka khawatir mengalami peningkatan kadar asam urat darah yang berisiko menyebabkan penyakit gout. Dari sini dapat dilihat bahwa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan wanita menopause tentang penyakit gout dan perilaku pencegahan yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan”. B. Rumusan Masalah Penyakit gout merupakan penyakit akibat meningkatnya kadar asam urat darah. Penyakit ini banyak terjadi pada usia dewasa dan semakin meningkat pada usia lanjut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa banyak wanita menopause mengeluh pegal serta linu di daerah sendi lutut dan kaki. Sebagian dari mereka datang ke pelayanan kesehatan untuk diperiksa kadar asam urat darah karena takut terjadi peningkatan kadar asam urat
6
darah yang dapat berisiko terkena penyakit gout. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa wanita menopause tentang gout dan pencegahannya menyatakan bahwa sebagian dari mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit gout tetapi mereka masih berperilaku kurang dalam pencegahan diantaranya mereka masih mengkonsumsi makanan tinggi purin dalam jumlah banyak. Hasil penelitian Sudaryanto dan Hastuti (2010) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap lansia dalam upaya pencegahan penyakit asam urat di desa Ganten kecamatan Kerjo Karanganyar. Pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pencegahan terhadap penyakit gout perlu diketahui lebih dalam. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. C. Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik usia, pendidikan, pekerjaan, dan Indeks Masa Tubuh (IMT) wanita menopouse di Kelurahan Pisangan? 2. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang penyakit gout pada wanita menopause di Kelurahan Pisangan? 3. Bagaimana perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan?
7
4. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan IMT. b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang penyakit gout pada wanita menopause di Kelurahan Pisangan. c. Mengidentifikasi perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. d. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. E. Manfaat Penelitian a. Untuk Pendidikan Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit gout. Selain itu juga sebagai masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan mengenai penyakit sendi khususnya penyakit gout dan pencegahannya.
8
b. Untuk Pelayanan Kesehatan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kesehatan sehingga berguna untuk pertimbangan dilakukannya penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. c. Untuk Peneliti Lain Sebagai pengetahuan dan sebagai sumber referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. Populasi penelitian ini adalah wanita menopause yang berada di Kelurahan Pisangan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan dijawab oleh responden.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menopause 1. Pengertian Menopause
merupakan
penghentian
permanen menstrusi
dimana
berakhirnya masa reproduksi yang diakibatkan karena hilangnya aktivitas folikular ovarium (Brashers, 2008). Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun mengalami penuaan indung telur sehingga kadar hormon estrogen makin menurun. Seorang wanita dikatakan menopause jika telah mengalami amenore atau tidak haid selama 12 bulan (Baziad, 2003). 2. Perubahan yang Terjadi Selama Menopause Wanita yang telah masuk masa menopause akan mengalami perubahanperubahan diantaranya: a) Perubahan fisik Perubahan fisik yang dirasakan pada wanita menopause berupa perubahan kulit dimana lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendur, adanya penurunan jumlah melanosit yang dapat menyebabkan kulit mudah terbakar sinar matahari, dan menimbulkan pigmentasi serta menjadi hitam (Eliopoulos, 2005). Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan menurunnya pengeluaran hormon tiroksin dan insulin, dan
9
10
pembakaran. Perubahan sistem jantung akan mengalami perubahan karena adanya perubahan metabolisme tubuh (Manuaba, 2009). b) Perubahan hormon Perubahan hormon yang terjadi seperti menurunnya hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon yang dapat membantu meningkatkan pengeluaran kadar asam urat darah dan kemudian dikeluarkan melalui urin. Rendahnya estrogen serta tingginya FSH dan LH dapat menimbulkan perubahan pada pembuluh darah. Pada wanita menopause akan mengalami penurunan estrogen sehingga kadar asam urat darah akan meningkat didalam tubuh dan risiko untuk terkena gout akan lebih tinggi (Manuaba, 2009). c) Perubahan psikologis Perubahan psikologis yang dialami wanita menopause meliputi merasa tua, rasa tertekan karena menjadi tua, tidak menarik lagi, rasa takut tidak dapat memenuhi keinginan seksual. Mereka juga merasa sudah tidak berguna lagi, tidak dapat menghasilkan sesuatu dan merasa memberatkan tanggungan keluarga dan orang lain. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita menopause diatas, akan menimbulkan keluhan seperti rasa panas (hot flushes), jantung berdebar-debar, gangguan tidur, kesemutan, nyeri tulang dan otot, mudah tersinggung, cepat marah, gelisah, depresi, cepat lelah, mudah lupa, sulit berkonsentrasi, berkunang-kunang, sakit kepala, serta berat badan bertambah (Baziad, 2003).
11
B. Gout 1. Pengertian Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, serangan berulang dari artriris yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tofus, deformitas sendi, dan cedera pada ginjal (Naga, 2012). Untuk memeriksa kadar asam urat dalam darah maka dilakukan pemeriksaan terhadap serum darah. Kadar asam urat normal untuk pria dewasa berkisar 3,5-7,0 mg/dl dan untuk wanita dewasa 2,6-6,0 mg/dl. Apabila kadar melebihi nilai normal inilah yang nantinya menyebabkan gout (Damayanti, 2012). 2. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Gout Damayanti (2012), menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya gout dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: a. Faktor umum Faktor umum penyebab gout diantaranya adalah kurang tidur yang dapat menyebabkan penumpukan asam laktat. Saat tidur akan terjadi penguraian asam laktat di dalam tubuh. Jika seseorang mengalami tidur yang cukup, maka penguraian asam laktat di dalam tubuh akan sempurna. Jika seseorang mengalami tidur yang kurang, asam laktat belum sempurna diuraikan sehingga terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh.
12
Penumpukan asam laktat di dalam tubuh dapat mencegah pengeluaran asam urat melalui urin. b. Faktor dari dalam Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun pada pria dan setelah menopause pada wanita berisiko besar terkena asam urat. Gout pada pria terjadi pada usia lebih muda dari pada wanita karena pada pria tidak memiliki hormon estrogen dimana salah satu fungsi hormon estrogen adalah dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Genetik atau riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko penyebab penyakit gout (Sustrani, 2007). Faktor genetik yang dapat berisiko menjadi penyebab gout diantaranya seperti kondisi Lesch Nyhan Syndrome yang disebabkan karena defisiensi enzim
hypoxanthine phosphoribosyl
transferase (HPRT), terdapat suatu kelainan yang disebut familial juvenile gout atau familial juvenile hyperuricaemic nephropaty (FJHN). Sindrom Lesh-Nyhan disebabkan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT yang diturunkan secara X-linked dan bersifat resesif, sedangkan kelainan FJHN diakibatkan kemungkinan karena kelainan pada gen yang menyebabkan penurunan pengeluaran asam urat melalui ginjal, melalui kelainan transporter asam urat pada basal membran dari tubulus proksimal ginjal (Sudoyo, 2006).
13
c. Faktor dari luar Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti makanan yang mempunyai kadar protein tinggi diantaranya kacang-kacangan, emping, melinjo, cokelat, dan minuman cola. Mengkonsumsi makanan yang tinggi purin akan menyebabkan meningkatnya kadar asam urat dalam darah, yang menyebabkan terjadinya pengkristalan dalam sendi. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah diantaranya adalah hati, ginjal, otak, paru, dan limpa (Helmi, 2012). d. Faktor lain Faktor lain penyebab gout adalah penyakit ginjal. Jika seseorang mempunyai penyakit ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang sehingga kadar asam urat dalam darah akan meningkat (Kertia, 2009). Selain itu penyebab lainnya adalah obesitas, kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang tinggi. Bendabenda keton yang tinggi akan menyebabkan kadar asam urat ikut meningkat (Damayanti, 2012). 3. Tanda dan Gejala Gout Damayanti (2012) menyebutkan tanda-tanda seseorang menderita gout adalah sebagai berikut: a. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi
14
b. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi. c. Tanda-tanda lain diantaranya: 1) Lebih dari sekali mengalami serangan artitis akut. 2) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari. 3) Oligoartitis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4). 4) Kemerahan disekitar sendi yang meradang. 5) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak. 6) Serangan satu sisi pada sendi metatarsophalangeal pertama. 7) Serangan satu sisi pada sendi tarsal (jari kaki). 8) Tofus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi. 9) Hiperurisemia (> 7,5 mg/dL). 10)
Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
Damayanti (2012) menyebutkan bahwa gejala yang sering muncul pada penderita gout adalah: a. Kesemutan dan linu b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur c. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi hari.
15
4. Komplikasi Komplikasi terjadi apabila penderita gout tidak melakukan pengobatan secara teratur. Misnadiarly (2007) menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gout adalah: a. Penderita akan mengalami radang sendi akut berulang dan kekambuhannya semakin lama akan semakin sering. b. Sendi yang sakit akan bertambah banyak c. Tofi yang terbentuk semakin besar bahkan bisa pecah. d. Timbul batu pada saluran kemih bahkan bisa menyebabkan gagal ginjal. 5. Perjalanan Gout Penyakit gout dapat timbul karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu diet tinggi purin, penyakit ginjal, obesitas, genetik, usia diatas 40 tahun dan wanita menopause. Keadaan-keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi asam urat dan penurunan ekskresi asam urat sehingga terjadi penumpukan kadar asam urat darah. Kristal yang berbentuk jarum akan mengaktifkan faktor XII dengan menghasilkan kemoatraktan dan mediator inflamasi. Sel-sel neutrofil dan makrofag berkumpul dalam persendian, dan memfagositosis kristal urat sehingga terjadi pelepasan enzim lisosom, IL1, IL6, IL8, TNF-α, prostaglandin dan leukotrin yang secara kolektif menimbulkan sinovitis akut. Atritis kronik timbul akibar presipitasi progresif senyawa urat kedalam dinding sinovial persendian setelah terjadi serangan rekuren artiritis yang akut (Mitchell, 2009). Serangan atritis berulang-ulang, penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan
16
mengendap diperifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat dapat terjadi akibat penumpukan urat (Smeltzer, 2002).
diet tinggi purin, penyakit ginjal, obesitas, genetik, usia diatas 40 tahun pada pria dan wanita menopause.
Ekskresi asam urat menurun, produksi asam urat berlebihan
Kadar asam urat dalam semua cairan tubuh
Kristal asam urat akan mengendap
Pada sendi jari-jari tangan dan kaki
Kristal jarum mengaktifkan faktor XII dengan menghasilkan kemoatraktan dan mediator inflamasi
fagositosis kristal urat sehingga terjadi pelepasan enzim lisosom, IL1, IL6, IL8, TNF-α Terjadi radang pada sendi
Nyeri, bengkak pada sendi dan kemerahan
Dalam waktu lama terjadi tofus dan fibrosis
Perubahan bentuk tulang dan sendi
Bagan 2.1 Perjalanan Penyakit Gout
Deformitas
17
6. Stadium Gout Damayanti (2012), membagi tingkatan gout terdiri atas beberapa stadium. Tingkat keparahan kasus gout terdiri dari empat tahapan yaitu: a. Stadium I: tahap asimtomatik Tanda-tanda gout pada stadium I atau permulaan biasanya ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi tidak dirasakan oleh penderita karena tidak merasakan sakit sama sekali dan tidak disertai gejala nyeri, artitis, tofus, maupun batu urat di saluran kemih. Misnadiarly (2007), menyebutkan bahwa hanya 20% dari penderita hiperurisemia asimtomatik yang menjadi serangan gout akut. b. Stadium II: tahap akut Gout stadium II biasanya terjadi serangan radang sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah, dan terasa panas pada pangkal ibu jari kaki. Biasanya serangan muncul pada tengah malam dan menjelang pagi hari. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artitis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, pemakaian obat diuretik, dan adanya peningkatan atau penurunan asam urat (Sudoyo, 2006). c. Stadium III: tahap interkritikal Gout stadium III adalah tahap interval diantara dua serangan akut tanpa gejala klinis. Walaupun tanpa gejala, kristal monosodium dapat
18
ditemukan pada sel sinovia, vakuola sel sinovia, dan pada vakuola sel mononuklear leukosit. Biasanya terjadi serangan kedua setelah satu sampai dua tahun kemudian. Serangan tersebut bisa terjadi karena tidak diobati secara terus-menerus. d. Stadium IV: tahap kronik Tahapan kronik ini ditandai dengan terbentuknya tofi dan deformasi atau perubahan sendi-sendi yang tidak dapat berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut gejala irreversibel atau arthritis gout kronis. Pada kondisi ini frekuensi kambuh akan semakin sering dan disertai rasa sakit terusmenerus yang lebih menyiksa dan suhu badan bisa tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan penderita tidak bisa berjalan atau lumpuh karena sendi menjadi kaku. 7. Penatalaksanaan Gout Secara umum penanganan gout adalah dengan memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahatkan sendi, dan pengobatan. Apabila terjangkit gout, maka pengobatan medis yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Obat anti peradangan nonsteroid, b. Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi, suatu larutan kristal kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi, c. Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri, dan d. Obat-obatan seperti probenesid atau sulfinpirazon berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah (Naga, 2012).
19
Pengobatan gout harus dilakukan secara dini untuk mencegah terjadinya kerusakan sendi atau terjadinya komplikasi. Pengobatan pada tahap akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat sampai pada kadar normal (Sudoyo, 2006). 8. Pencegahan Gout Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan gout (Damayanti, 2012 dan Naga, 2012). a. Batasi asupan purin Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat darah. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat, maka konsumsi makanan yang mengandung purin harus dikurangi. Menurut kadar kandungan purin, jenis makanan bisa dibedakan menjadi 3 kelompok: 1) Kelompok I Kadar purin tinggi (100-1000 mg purin/100 mg bahan pangan). Bahan makanan yang tergolong dalam kelompok ini seperti otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, burung dara, sarden, makarel, remis, kerang, ikan teri, alkohol, ragi, makanan yang diawetkan. 2) Kelompok II Kadar purin sedang (50-100 mg purin/100 mg bahan pangan), seperti daging sapi, ayam, ikan, udang, kacang-kacangan kering dan hasil
20
olahannya seperti tahu, tempe, asparagus, bayam, kembang kol, kangkung, daun dan buah melinjo, buncis, kapri, dan jamur. 3) Kelompok III Kadar purin rendah (0-<50 mg purin/100 mg bahan pangan). Golongan makanan ini seperti nasi, jagung, mie, susu rendah lemak, telur, buah-buahan (kecuali durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali sayuran dalam kelompok II). b. Kurangi makanan tinggi lemak Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi makanan yang digoreng, bersantan sebaiknya dikurangi. Daging dan jeroan selain mengandung purin tinggi keduanya juga mengandung lemak tinggi sehingga harus dikonsumsi dalam jumlah terbatas. c. Banyak minum air putih setiap hari Mengkonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu disarankan untuk minum air minimal 2,5 liter atau 8-10 gelas sehari. Cairan juga bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air seperti semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Buah durian dan alpukat sebaiknya dikurangi karena keduanya mengandung lemak tinggi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
21
d. Hindari dan kurangi minuman beralkohol dan soft drink Soft drink seperti minuman cola sebaiknya dikurangi karena dapat memicu peningkatan asam urat darah. Alkohol akan meningkatkan kadar asam urat darah karena minuman yang mengandung alkohol akan dimetabolisme menjadi asam laktat. Asam laktat akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Anies, 2006). e. Pertahankan berat badan ideal Obesitas akan meningkatkan produksi asam urat. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya produksi senyawa keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. f. Olahraga teratur Olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Selain itu juga olahraga dapat menghangatkan tubuh dengan memperlancar peredaran darah dan mencegah pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang pasokan darah. Olahraga yang cukup dapat dilakukan dengan memenuhi prinsip FIT (Frequency, Intensity, and Time). FIT yang baik adalah frekuensi 3 kali dalam seminggu (Bequni dan Narila, 2004). g. Tidur teratur Saat tidur akan terjadi penguraian asam laktat di dalam tubuh. Jika seseorang mengalami tidur yang cukup, maka penguraian asam laktat di
22
dalam tubuh akan sempurna. Jika seseorang mengalami tidur yang kurang, asam laktat belum sempurna diuraikan sehingga terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh. C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Tingkat Pengetahuan Effendi & Makhfudli (2009) dan Notoadmodjo (2010) menyebutkan terdapat 6 tingkat pengetahuan yaitu: 1) Tahu (know). Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Mamahami
(comprehension).
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan,
23
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis). Ananlisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: 1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: a) Penyebab penyakit b) Gejala atau tanda-tanda penyakit c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan d) Bagaimana cara penularannya
24
e) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya. 2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: a) Jenis-jenis makanan yang bergizi b) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan c) Pentingnya olahraga bagi kesehatan d) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan sebagainya e) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya 3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan a) Manfaat air bersih b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, teremasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat d) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007). 3. Variabel yang Mempengaruhi Pengetahuan Mubarak, dkk (2007), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a) Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dan akhirnya makin
25
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. b) Media massa / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. c) Kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. d) Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena ada atau tidaknya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e) Pengalaman. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan seseorang yang mempunyai pengalaman yang kurang baik akan berusaha
26
untuk melupakannya, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. f) Usia. Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Hal tersebut terjadi karena pematangan fungsi organ, pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. g) Minat. Minat adalah suau kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 4. Cara Mengukur Pengetahuan Notoadmodjo (2007) dan Maulana (2009), dalam bukunya menyebutkan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Wawancara yang dilakukan bisa dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam. D. Perilaku 1) Pengertian Skinner (1938 dalam Notoatmodjo, 2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
27
luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan
kemudian
organisme
tersebut
merespon.
Skinner
membedakan adanya dua respon. a) Responden respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. b) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: a) Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b) Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
28
Penelitian Rogers (1974 dalam Notoadmodjo 2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Perilaku Kesehatan Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner diatas, maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: a) Perilaku pemeliharaan kesehatan Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseoarang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Perilaku kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu: 1) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. 2) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.
29
3) Perilaku gizi makanan dan minuman b) Perilaku pencarian pengobatan Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. c) Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkunagn, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatanya. dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkunganya sehingga tidak mengganggu kesehatanya sendiri, keluarga atau masyarakat. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berdasarkan teori Green (1980 dalam Notoadmodjo 2007), perilaku manusia terbentuk dari 3 faktor, yaitu: a) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. c) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para
30
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat tebentuknya perilaku. 4. Domain Perilaku Perilaku merupakan bentuk stimulus, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan. hal ini berarti meskipun stimulusnya sama akan tetapi respon setiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan seperti kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b) Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
31
E. Kerangka Teori Faktor penyebab dan
Menopause
Atresia folikel meningkat folikel tidak tersedia lagi
faktor risiko peningkatan kadar asam urat:
Genetik
Usia
Jenis kelamin
Mengkonsumsi
hormon estrogen menurun Kadar asam urat dalam darah meningkat
makanan tinggi protein/ purin
Aktivitas berlebih
Obesitas, trigliserida
Penumpukan pada sendi
Penyakit ginjal
Nyeri, bengkak, kemerahan pada sendi yang terkena Perilaku pencegahan gout
tinggi
Pengeluaran asam urat melalui urin menurun
Gout tidak terjadi
Faktor predisposisi
Faktor pendukung
Faktor pendorong
1. Pengetahuan
Fasilitas pelayanan kesehatan
Pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan
2. Sikap 3. kepercayaan 4. keyakinan 5. nilai-nilai
Bagan 2.2 Modifikasi teori dari (Lawrence Green, 1980), (Misnadiarly, 2007), dan (Baziad, 2003)
32
F. Penelitian Terkait 1. Penelitian Diantari dan Aryu Candra (2013) tentang pengaruh asupan purin dan cairan terhadap kadar asam urat wanita usia 50-60 tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional kepada 40 responden dengan menggunakan pengolahan data uji regresi linier. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara asupan purin terhadap kadar asam urat (p<0,05) dan tidak ada pengaruh antara cairan dengan kadar asam urat (p>0,05). 2. Penelitian Festy dkk (2010) tentang hubungan pola makan dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 50 lansia dengan analisa data menggunakan Chi Square dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di posyandu lansia Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. 3. Penelitian Sudaryanto dan Martina Dwi Hastuti (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap lansia dalam upaya pencegahan penyakit asam urat di desa Ganten kecamatan Kerjo Karanganyar. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif korelasi dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 124 responden. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap lansia dalam pencegahan penyakit asam urat di desa Ganten kecamatan Kerjo Karanganyar dengan p-value = 0,001 (p<0,05).
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan sintesis dari telaah literatur (tinjauan pustaka) yang memuat masalah yang dipersoalkan. Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan diantaranya (Wasis, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari Pengetahuan. Sedangkan variabel dependen yang akan diteliti adalah perilaku pencegahan penyakit gout. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perilaku pencegahan penyakit gout Pengetahuan
Membatasi makanan tinggi
Definisi gout
Faktor penyebab gout
Kurangi makanan tinggi lemak
Tanda dan gejala gout
Mempertahankan BB ideal
Komplikasi gout
Olahraga teratur
Pengobatan gout
Minum air putih yang cukup
Pencegahan gout
purin
setiap hari
Mengurangi konsumsi soft drink
Istirahat (tidur) teratur
Bagan 3.1 kerangka konsep
33
34
B. Definisi operasional Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian menjadi bersifat operasional (Wasis, 2008). Table 3.1 Definisi Operasional Variabel Pengetahuan tentang
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Pengetahuan
Menggunakan
Kuesioner
0. Kurang
Ordinal
yang dimaksud
kuesioner B yang
(skor ≤55%)
adalah
terdiri dari 25
1. Cukup
pengetahuan
pernyataan
(skor 56-
yang dimiliki
menggunakan skala
74%)
oleh wanita
Guttman dengan
2. Baik
menopause
alternatif dua
(skor ≥75%)
tentang penyakit
jawaban.
(Arikunto,
gout (definisi,
Pernyataan (+) :
2006)
penyebab, faktor
Benar = 1
risiko, tanda dan
Salah = 0
gejala,
Pernyataan (-) :
komplikasi,
Benar = 0
pencegahan,
Salah = 1
penyakit gout
serta pengobatan)
35
Perilaku
Perilaku wanita Menggunakan
pencegahan
menopause
penyakit gout dalam
kuesioner C yang upaya terdiri
pencegahan penyakit
dari
20
pernyataan
Likert
0. Buruk (jika jumlah skor
gout menggunakan skala
(membatasi makanan
Kuesioner
dengan
tinggi alternatif
lima
responden ≤ median) 1. Baik (jika
purin dan lemak, jawaban.
jumlah
mempertahankan
skor
BB
Pernyataan (+) :
ideal, Selalu = 4
responden
olahraga teratur, Sering = 3
> median)
dan minum air Kadang-kadang = 2 putih yang cukup Tidak pernah = 1 atau
setara Pernyataan (-) :
dengan 8 gelas Selalu = 1 dalam sehari)
Sering = 2 Kadang-kadang = 3 Tidak pernah = 4
Ordinal
36
C. Hipotesis Ha
= Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur
penelitian.
Penelitian
ini
menggambarkan
tingkat
pengetahuan wanita menopause tentang gout dan perilaku dalam upaya pencegahan penyakit gout. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Cross sectional merupakan desain penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2007). B. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus - September 2013 C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan. Alasan peneliti memilih lokasi di Kelurahan Pisangan adalah jumlah penduduk yang memasuki usia menopause di Kelurahan Pisangan sebanyak ± 2514 orang, Kelurahan Pisangan memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi dimana hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan, dan penelitian ini belum pernah dilakukan di Kelurahan Pisangan. Berdasarkan alasanalasan tersebut sehingga perlu diketahui tingkat pengetahuan serta perilaku pencegahan gout yang dilakukan wanita menopause di wilayah tersebut.
37
38
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause yang tidak menderita maupun yang menderita penyakit gout yang berada di Kelurahan Pisangan. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita menopause yang tidak menderita maupun yang menderita penyakit gout yang berada di Kelurahan Pisangan. Kriteria Inklusi: a.
Wanita menopause
b.
Usia < 70 tahun
c.
Dapat membaca, menulis, dan berbahasa indonesia
d.
Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif.
e.
Bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria Eksklusi: a.
Mempunyai gangguan kejiwaan
b.
Mempunyai gangguan kognitif
39
Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan uji 2 proporsi dengan rumus:
𝑛=
[Z1−α 2PQ + Z1−β P1 Q1 + P2 Q2 ]2 2
[ P1 − P2 ]2
Keterangan: n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Z1-α/2
= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan (α) sebesar 5%)
Z1-ß
P₁
= 1,28 (Kekuatan uji sebesar 90%) = 0,524 = proporsi dari penelitian Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Pencegahan Penyakit Asam Urat Di Desa Ganten Kecamatan kerjo Karanganyar pengetahuan kurang (Sudaryanto dan Hastuti, 2010)
P₂
= 0,161 = proporsi dari penelitian Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Pencegahan Penyakit Asam Urat Di Desa Ganten Kecamatan kerjo Karanganyar pengetahuan baik (Sudaryanto dan Hastuti, 2010)
P
= (P₁+P₂)/2 (0.524+0,161)/2= 0,343
Q
= (1-P) = 1-0,343= 0,657
Q1
= (1-P1) = 1-0,524 = 0,476
Q2
= (1-P2) = 1-0,161 = 0,839
𝑛=
[Z1−α 2PQ + Z1−β P1 Q1 + P2 Q2 ]2 2
[ P1 − P2 ]2
40
[1,96 2 0,343 0,657 + 1,28 0,524 0,476 + 0,161 (0,839) ]2 𝑛= [ 0,524 − 0,161 ]2 [1,96 0,450 + 1,28 0,249 + 0,135 ]2 = (0,363)2 =
[1,3148079707698 + 0,7931869893033 ]2 (0,363)2
= 33,7 = 38 Responden Setelah dilakukan perhitungan didapatkan jumlah sampel 38 responden. Hasil perhitungan dikalikan dua 38 x 2 = 76 responden. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Sampel diambil secara probability sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah dengan teknik cluster random sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel melalui beberapa tahapan yaitu dengan mengambil beberapa RW dari 18 RW yang ada di kelurahan Pisangan dan terpilih sebanyak 2 RW yang menjadi sampel yaitu RW 06, dan RW 08. Dari beberapa RW yang terpilih diambil beberapa RT yaitu dari masing-masing RW terpilih 2 RT yaitu RT 002 dan RT 003. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, kedua RW yang
41
terpilih menjadi tempat penelitian karena memiliki jumlah wanita menopause yang cukup banyak. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau angket. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan tertutup yang langsung diajukan kepada responden. Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu pengetahuan tentang penyakit gout dan variabel dependen yaitu perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi data demografi responden berupa usia, pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu juga berisi pertanyaan “apakah anda sudah menopause?” dan “apakah anda menderita penyakit gout atau asam urat?”. Pertanyaan tersebut diajukan untuk memenuhi kriteria sampel penelitian. Bagian kedua berisi variabel pengetahuan tentang penyakit gout. Jenis pertanyaan pada bagian ini menggunakan skala Guttman dengan ketentuan: Pernyataan positif (Favorable)
Pernyataan negatif (Unfavorable)
Jika benar : 1
Jika benar
:0
Jika salah : 0
Jika salah
:1
42
Tabel 4.1 Indikator pengetahuan No soal
Jumlah No
Sub variabel soal
Favorable
Unfavorable
1
Definisi gout
3
1, 13
6
2
Penyebab dan faktor risiko gout
5
2, 4, 10, 12
16
3
Tanda dan gejala gout
3
9, 11, 19
4
Komplikasi gout
2
20
7
5
Pengobatan gout
2
18
17
6
Pencegahan gout
5
3, 5, 8, 14
15
20
15
5
Jumlah
Bagian ketiga berisi variabel perilaku pencegahan penyakit gout. Pada bagian ini menggunakan skala Likert yang mempunyai alternatif jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Dikatakan selalu jika dilakukan terus-menerus, tidak pernah ditinggalkan, dikatakan sering jika kerap dilakukan tetapi tidak terusmenerus, dikatakan kadang-kadang jika dilakukan sesekali saja, dan dikatakan tidak pernah jika tidak pernah dilakukan (http://kbbi.web.id/). Pertanyaan positif (Favorable): Selalu
=4
Sering
=3
Kadang-kadang
=2
43
Tidak pernah
=1
Pertanyaan negatif (Unfavorable): Selalu
=1
Sering
=2
Kadang-kadang
=3
Tidak pernah
=4 Tabel 4.2 Indikator perilaku No soal
Jumlah No
Sub variabel soal
Favorable
Unfavorable
1
Membatasi makanan tinggi purin
3
1, 3, 4
2
Mengurangi makanan tinggi lemak
3
5, 6,
8
3
Mempertahankan BB ideal
2
9
10
4
Olahraga teratur
2
11, 12
5
Minum air putih yang cukup setiap hari
2
14, 15
6
Hindari/mengurangi soft drink
1
7
Tidur yang cukup (6-8 jam/hari)
3
2, 7
13
20
12
4
Jumlah
16
E. Prosedur Pengumpulan Data Proses – proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:
44
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian. d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner. f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi responden kepada peneliti. F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji coba instrumen telah dilakukan pada bulan Juni 2010. Uji coba dilakukan terhadap 30 wanita menopause di Kelurahan Pisangan RW 01 yang mempunyai karakteristik demografi yang hampir sama dengan calon responden penelitian. Kriteria responden tersebut adalah: menopause, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersedia untuk dijadikan responden.
45
1. Uji Validitas Validitas adalah. Hasil dari perhitungan tiap-tiap item kuesioner dibandingkan dengan tabel nilai r product moment. Jika r hitung didapatkan lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 5%, maka instrumen yang diuji coba dinyatakan valid (Hidayat, 2008). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ini dilakukan pada tanggal 8 Juli 2013. Uji ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Pisangan pada 30 responden. Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan software SPSS pada komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r tabel = 0,31 dan pada hasil analisis kuesioner yang menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel yaitu berjumlah 9 pertanyaan. a. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan Jumlah pertanyaan kuesioner pengetahuan sebanyak 25 pertanyaan. Dari 25 pertanyaan hanya terdapat 4 pertanyaan yang valid. Untuk kuesioner yang tidak valid kemudian dilakukan validitas konten oleh dosen pembimbing. Validitas konten adalah menentukan kevalidan kuesioner berdasarkan kesesuaian isi pertanyaan dengan lingkup penelitian yang dilakukan. Dari 21 pertanyaan yang tidak valid, sebanyak 5 pertanyaan di eliminasi/dibuang karena pertanyaan tersebut sudah diwakili oleh pertanyaan yang lain. Jadi total pertanyaan untuk variabel pengetahuan berjumlah 20 pertanyaan.
46
b. Hasil uji validitas kuesioner perilaku pencegahan gout Jumlah pernyataan sebanyak 20 pernyataan. Dari 20 pernyataan tersebut hanya terdapat 5 pernyataan yang dinyatakan valid. Sehingga pernyataan yang tidak valid berjumlah 15 pernyataan. Sama dengan kuesioner variabel pengetahuan, untuk pernyataan yang tidak valid pada kuesioner ini pun dilakukan validitas konten. Hasilnya, sebanyak 4 pernyataan dieliminasi karena sudah diwakili oleh pernyataan yang lain. Sehingga total pernyataan kuesioner variabel perilaku pencegahan gout berjumlah 16 pernyataan. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Hidayat, 2008). Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari variabel pengetahuan sebesar 0,463, dan sebelum dilakukan validitas konten didapatkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,405. Sedangkan variabel perilaku pencegahan gout sebesar 0,626, dan sebelum dilakukan validitas konten sebesar 0,592. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan menunjukkan tidak reliabel sedangkan kuesioner perilaku menunjukkan reliabel.
47
G. Pengolahan Data Menurut Setiadi (2007) dalam proses pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah diantaranya: 1. Editing Editing adalah upaya untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan kalkulator, maupun dengan menggunakan komputer. 3. Entry Data Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. 4. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entri data ke komputer.
48
H. Analisa Data Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat. 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan pengetahuan. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku pencegahan penyakit gout. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Tehnik analisa yang dilakukan yaitu dengan menggunakan uji Spearman yaitu untuk melakukan analisa apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan antara variabel yang berskala ordinal. Selain itu juga untuk melihat kemaknaan perhitungan jika nilai P (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti. Rumus Spearman: 𝑟𝑠 = 1 − Keterangan: rs = nilai korelasi Spearman Rank
6 𝑑2 𝑛(𝑛2 − 1)
49
d2 = selisih setiap pasangan Rank n = jumlah pasangan Rank untuk Spearman I. Etika Penelitian Menurut Hidayat (2007), etika dalam melakukan penelitian meliputi: 1. Prinsip Etika Penelitian Dalam
melaksanakan
penelitian khususnya
menggunakan
subjek
penelitian adalah manusia, maka prinsip yang harus dipahami adalah: a) Prinsip manfaat Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat untuk kepentingan manusia. Prinsip ini bisa ditegakkan dengan membebaskan, tidak menimbulkan kekerasan, dan tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. b) Prinsip menghormati manusia Berdasarkan prinsip ini manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. c) Prinsip keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
50
2. Masalah Etika Penelitian a) Informed consent Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. b) Anonymity (tanpa nama) Anonymity
berarti
dalam
menggunakan
subjek
penelitian
tidak
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. c) Confidentiality (kerahasiaan) Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari responden harus dijamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah lainnya.
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pengumpulan data mulai dari tanggal 29 Agustus - 20 September 2013 di wilayah Kelurahan Pisangan yaitu pada RW 06 dan RW 08, masing-masing RW responden diambil dari RT 002 dan RT 003. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan perilaku, serta analisis bivariat yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kelurahan Pisangan merupakan satu-satunya kelurahan yang mempunyai luas wilayah terbesar di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 4,140 km2 atau 24,2% dari seluruh wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Kelurahan ini terbagi menjadi 18 Rukun Warga (RW) dan 120 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk yang tercatat di Kelurahan Pisangan adalah sebesar ± 29.779 orang. Wilayah Kelurahan Pisangan berbatasan dengan sebelah utara Kelurahan Cirendeu/ Cilandak, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Cipayung Kec. Ciputat, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pondok Cabe Kec. Ciputat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cempaka Putih Kec. Ciputat Timur.
51
52
B. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini adalah karakteristik sampel penelitian menurut usia, pendidikan, pekerjaan, dan Indeks Masa Tubuh (IMT). 1. Usia Usia responden yang dipilih dalam penelitian adalah usia menopouse yang tidak lebih dari 70 tahun, berjumlah 76 responden. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia (n=76) Usia
Frekuensi
Persentase (%)
40-50
8
10,5
51-60
46
60,5
61-70
22
29,0
76
100,0
Total
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, didapatkan bahwa usia 51-60 tahun merupakan responden dengan jumlah tertinggi yaitu sebanyak 46 responden (60,5%). 2. Tingkat Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan (n=76) Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Sekolah
7
9,2
SD
29
38,1
SMP
31
40,8
SMA
4
5,3
PT
5
6,6
76
100,0
Total
53
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan bahwa tingkat pendidikan SMP merupakan responden dengan jumlah tertinggi yaitu sebesar 31 responden (40,8 %) disusul dengan lulusan SD yaitu 29 responden (38,1%). 3. Pekerjaan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan (n=76) Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Pedagang
4
5,3
IRT
67
88,1
PNS
1
1,3
Pensiun
4
5,3
76
100,0
Total
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh distribusi frekuensi pekerjaan responden, didapatkan bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) menunjukkan jumlah tertinggi yaitu sebesar 67 responden (88,2%). 4. Besar IMT Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT (n=76) IMT
Frekuensi
Persentase (%)
<18,5
3
4,0
18,5-25,0
59
77,6
>25,1
14
18,4
76
100,0
Total
54
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh distribusi frekuensi IMT responden, didapatkan bahwa besar IMT 18,5-25,0 menunjukkan jumlah tertinggi yaitu sebesar 59 responden (77,6%). C. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan variabel independen berupa pengetahuan dan variabel dependen yaitu perilaku. 1. Pengetahuan Pengetahuan yang diperoleh adalah berdasarkan jumlah jawaban dari responden terhadap kuesioner pengetahuan. Hasil analisis univariat variabel ini disajikan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Responden Di Kelurahan pisangan (n=76) Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
67
88,2
Cukup
8
10,5
Kurang
1
1,3
76
100,0
Total
Berdasarkan tabel 5.5 dari analisis gambaran tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Gout dan pencegahannya, didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik menunjukkan jumlah tertinggi yaitu sebanyak 67 responden (88,2%).
55
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Responden Per-item Di Kelurahan Pisangan (n=76) Pengetahuan
Persentase (%) Baik
Buruk
Pengertian
74,6
25,4
Penyebab dan faktor risiko
62,6
37,4
Tanda dan gejala
96,5
3,5
Komplikasi
68,4
31,6
Pengobatan
97,4
2,6
Pencegahan
93,2
6,8
81,2
18,8
Total
Berdasarkan tabel 5.6 dari analisis gambaran tingkat pengetahuan responden tentang penyakit gout yang digambarkan lebih detail. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa pengetahuan baik tentang pengobatan penyakit gout menunjukkan persentase tertinggi yaitu sebesar (97,4%), sedangkan pengetahuan baik tentang penyebab dan faktor resiko penyakit gout menunjukkan persentase terendah yaitu sebesar (62,6%). 2. Perilaku Perilaku yang diperoleh adalah berdasarkan jumlah jawaban dari responden terhadap kuesioner perilaku. Hasil analisa univariat variabel ini disajikan dalam bentuk tabel berikut.
56
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Menurut Perilaku Responden dalam Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan (n=76) Perilaku
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
39
51,3
Buruk
37
48,7
76
100,0
Total
Berdasarkan tabel 5.7 dari hasil analisis gambaran perilaku responden tentang pencegahan penyakit gout, didapatkan bahwa jumlah responden yang mempunyai perilaku baik yaitu sebesar 39 responden (51,3%). Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Menurut Perilaku Responden dalam Pencegahan Penyakit Gout Per-item Di Kelurahan Pisangan (n=76) Perilaku
Persentase (%) Baik
Buruk
Mengurangi makanan tinggi purin
22,4
77,6
Mengurangi makanan tinggi lemak
55,7
44,3
Mempertahankan BB ideal
61,8
38,2
Olahraga teratur
7,9
92,1
Minum air putih cukup
94,7
5,3
Mengurangi soft drink
100,0
0,0
Istirahat (tidur)
73,2
26,8
55,2
44,8
Total
Berdasarkan tabel 5.8 dari analisis gambaran perilaku pencegahan responden tentang penyakit gout, didapatkan bahwa perilaku baik tentang mengurangi konsumsi soft drink menunjukkan persentase tertinggi yaitu
57
sebesar (100,0%), sedangkan perilaku baik tentang olahraga teratur menunjukkan persentase terendah yaitu sebesar (7,9%). D. Analisis Bivariat Analisis bivariat menguji hubungan antara variabel independen berupa pengetahuan dengan variabel dependen yaitu perilaku. Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Proporsi Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan (n=76) Perilaku pencegahan Buruk
Baik
Total
N
%
N
%
N
Tingkat
Kurang
1
100,0
0
0,0
1
pengetahuan
Cukup
5
62,5
3
37,5
8
Baik
31
46,3
36
53,7
67
37
48,7
39
51,3
76
Total
Hasil analisis berdasarkan tabel 5.9 diatas didapatkan bahwa responden berpengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk sebanyak 31 responden (46,3%), dan yang mempunyai perilaku baik sebanyak 36 responden (53,7%). Responden berpengetahuan cukup yang mempunyai perilaku buruk sebanyak 5 responden (62,5%), dan yang mempunyai perilaku baik sebanyak 3 responden (37,5%). Sedangkan responden berpengetahuan kurang yang mempunyai perilaku buruk sebanyak 1 responden (100,0%), dan yang berperilaku baik sebanyak 0 responden (0,0%).
58
Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan (n=76) Perilaku Tingkat pengetahuan
r
0,132
p
0,256
n
76
Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout pada wanita menopouse di Kelurahan Pisangan ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapatkan nilai koefisien korelasi (r) 0,132 dengan nilai p 0,256. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout pada wanita menopouse di Kelurahan Pisangan. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,132 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat rendah.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang sudah ada pada bab sebelumnya. Bab ini akan membahas mulai dari karakteristik responden, tingkat pengetahuan, perilaku pencegahan penyakit gout, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout, dan keterbatasan penelitian. A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Karakteristik responden menurut usia didapatkan hasil bahwa usia responden paling besar adalah usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 46 responden (60,5%). Dari 76 responden didapatkan usia termuda yaitu 48 tahun sedangkan usia tertua yaitu 70 tahun. Rentang usia 51-60 tahun mendapat jumlah tertinggi dikarenakan bahwa rata-rata usia wanita menopouse yang bayak ditemukan di Kelurahan Pisangan khususnya di RW 06 dan RW 08 berada pada rentang usia tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengetahuan, sehingga wanita menopouse yang berusia diatas 70 tahun tidak diteliti karena pada usia tersebut lansia mulai mengalami kemunduran sistem intelektual sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian (Azizah, 2011). Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan didapatkan hasil bahwa pendidikan SMP memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebanyak 31 responden (40,8%). Hal tersebut disebabkan karena banyak dari responden
59
60
yang hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMP. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa setelah lulus SMP langsung melanjutkan ke jenjang pernikahan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa (Mubarak, 2007). Perry dan Potter (2005), menyatakan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun akan meningkat. Sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka wawasan yang dimiliki akan semakin sempit sehingga menurunkan tingkat pengetahuan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan adalah upaya dalam peningkatan pengetahuan sehingga berpengaruh terhadap perilaku yang positif. Namun, selain dari pendidikan formal pengetahuan seseorang juga bisa diperoleh dari pendidikan non formal. Karakteristik responden menurut pekerjaan didapatkan hasil bahwa dari 76 responden yang diteliti, sebanyak 67 responden (88,1%) berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
61
Sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Profesi seseorang akan menentukan tingkat pengetahuan. Mubarak (2007) menyebutkan bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga cenderung memiliki pengetahuan yang rendah. Namun, jika lingkungan sekitarnya mendukung untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber informasi, maka pengetahuan ibu rumah tangga dapat meningkat. Karakteristik responden menurut besar IMT didapatkan hasil bahwa sebanyak 59 responden (77,6%) mempunyai IMT 18,5-25,0. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki IMT normal. World Health Organization (WHO) (2004), menyatakan bahwa besar IMT dikatakan normal bila berada dalam rentang 18,5-25,0, dikatakan kurus jika besar IMT dibawah 18,4, dan dikatakan gemuk jika besar IMT diatas 25,0. Dalam penelitian ini pengukuran IMT dilakukan untuk mengetahui apakah responden tergolong berat badan normal dan berat badan berlebih (obesitas), mengingat bahwa seseorang yang memiliki berat badan berlebih berisiko terkena penyakit gout. 2. Gambaran tingkat pengetahuan responden Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
62
Pengetahuan atau kognitif sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Pengetahuan wanita menopouse ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan gout dan pencegahannya yang mencakup pengertian gout, penyebab gout, tanda dan gejala gout, komplikasi gout, dan cara pencegahan gout. Pengetahuan Seseorang
yang
seseorang memiliki
sangat
dipengaruhi
pendidikan
tinggi
oleh
pendidikan.
diharapkan
memiliki
pengetahuan yang luas. Akan tetapi bukan berarti orang yang berpendidikan rendah mutlak memiliki pengetahuan yang rendah pula. Mengingat bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, melainkan dari pendidikan non formal atau dari pengalaman. Menurut teori WHO dalam buku Notoatmodjo (2007), disebutkan bahwa salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67 responden (88,2%) mempunyai
pengetahuan
baik,
8
responden
(10,5%)
mempunyai
pengetahuan cukup, dan 1 responden (1,3%) mempunyai pengetahuan kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang penyakit gout
dan pencegahanya rata-rata sudah baik. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Dewi (2009) yang dilakukan di Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Limo yang menyatakan bahwa sebesar 53,1% masyarakat mempunyai pengetahuan baik tentang penyakit Asam Urat. Tingkat pengetahuan responden menunjukkan hasil baik disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah adanya pendidikan kesehatan.
63
Beberapa responden mengatakan bahwa mereka mendapat informasi mengenai penyakit gout melalui pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di tempat-tempat posyandu lansia yang ada di wilayah tempat tinggal responden. Pengetahuan responden yang baik akan sangat mempengaruhi perilakunya
dalam
melakukan
pencegahan
penyakit
gout.
Wanita
menopouse yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan mempunyai kesadaran yang tinggi dalam dirinya untuk selalu melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit termasuk salah satunya adalah pencegahan terhadap penyakit gout. Baequni (2004) menyebutkan bahwa kognisi dan persepsi seseorang yang benar tentang kesehatan akan mendorong seseorang untuk berperilaku sehat, misalnya dengan melakukan sesuatu yang dapat mengurangi risiko terhadap suatu penyakit. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan yang meliputi pengertian gout, penyebab gout, tanda dan gejala gout, komplikasi gout, dan cara pencegahan gout didapatkan bahwa responden yang mempunyai
pengetahuan
baik
yaitu
mengenai
pengobatan
gout.
Berdasarkan kuesioner yang diberikan saat penelitian, diperoleh sebesar (97,4%) responden mempunyai pengetahuan baik mengenai pengobatan gout. Sebaliknya, pengetahuan responden mengenai penyebab dan faktor risiko penyakit gout memperoleh persentase terendah yaitu sebesar (62,6%). Hal tersebut dikarenakan banyak dari responden yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap penyebab dan faktor risiko penyakit gout
64
sehingga dalam menjawab kuesioner penelitian banyak menghasilkan jawaban salah. 3. Gambaran perilaku responden Skinner (1938 dalam Notoatmodjo, 2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Perilaku dibedakan menjadi dua, yakni perilaku tertutup (covert behavior) yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentung terselubung atau tertutup. Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior) yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39 responden (51,3%) mempunyai perilaku pencegahan penyakit gout yang baik. Hal tersebut didukung oleh penelitian Dewi (2009) yang menyatakan bahwa sebesar 50,5% masyarakat mempunyai praktik pencegahan dan perencanaan perawatan penyakit Asam Urat yang baik. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana cara wanita menopouse yang belum menderita gout dapat mencegah terjadinya gout, sedangkan yang sudah menderita dapat mencegah agar tidak
65
berkembang ke tingkat yang lebih parah. Perilaku pencegahan yang dilakukan
adalah
meliputi:
mengurangi
konsumsi
makanan
yang
mengandung tinggi purin, mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak, mempertahankan berat badan ideal, olahraga teratur, minum air putih yang cukup, mengurangi mengkonsumsi munuman bersoda (soft drink), dan istirahat (tidur) yang cukup. Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku pencegahan penyakit gout, didapatkan bahwa perilaku pencegahan yang memperoleh nilai terbesar atau tergolong perilaku baik adalah perilaku pencegahan mengenai mengurangi soft drink yaitu sebesar (100,0%). Sedangkan perilaku pencegahan yang tergolong buruk adalah perilaku pencegahan mengenai olahraga teratur yaitu sebesar (7,9%) disusul perilaku mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin yaitu sebesar (22,4%). Mengurangi konsumsi soft drink memperoleh hasil tertinggi disebabkan bahwa responden tidak pernah atau jarang mengkonsumsi soft drink seperti coca-cola atau minuman bersoda lain. Menurut responden mereka jarang mengkonsumsi bukan karena mengetahui bahwa soft drink dapat menyebabkan penyakit gout, melainkan mereka memang tidak suka untuk mengkonsumsinya. Perilaku olahraga teratur mendapat hasil terendah karena kebanyakan dari responden mengatakan bahwa dirinya jarang sekali bahkan tidak pernah melakukan olahraga secara teratur yaitu 3 kali dalam seminggu. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa jalan dan melakukan pekerjaan rumah tangga sudah merupakan olahraga. Padahal menurut Baequni dan Narila (2004) olahraga yang baik adalah dilakukan
66
sebanyak 3 kali dalam seminggu karena olahraga yang dilakukan jika tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan berlebih yang dapat meningkatnya risiko beberapa penyakit. Perilaku mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin menunjukkan persentase terendah kedua setelah perilaku mengurangi konsumsi soft drink yaitu sebesar (22,4%). Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kepercayaan, budaya, dan kebiasaan. Kebiasaan makan seseorang yang sudah terbentuk sejak lama akan sulit untuk diubah. Kebiasaan makan umumnya dibentuk dan dipertahankan karena hal itu merupakan perilaku efektif, praktis, dan bermakna dalam suatu budaya tertentu. Sedangkan budaya sendiri dipandang sebagai determinan utama yang menentukan pemilihan makanan pada manusia. Suatu budaya yang sudah ada pada kelompok tertentu akan sulit untuk diubah dan membutuhkan waktu yang lama (Gibney, 2008). Selanjutnya Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perubahan perilaku manusia akan terbentuk melalui suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam mengubah perilaku seseorang, maka diperlukan suatu proses pembelajaran, kesadaran, serta motivasi. Menurut teori Health Belief Model dalam Bensley (2009), disebutkan bahwa kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.
67
Selain faktor kepercayaan, budaya, dan faktor kebiasaan diatas, akses pada produk pangan dan ketersediannya juga dapat berpengaruh dalam pemilihan makanan. Masyarakat yang tinggal di komplek perumahan pinggiran kota seperti responden penelitian ini, biasa membeli bahan pangan melalui penjual sayur keliling. Hal tersebut dikarenakan akses yang dilakukan lebih mudah karena tidak perlu jauh-jauh untuk membeli bahan makanan. Kita ketahui bahwa kebanyakan bahan sayuran yang dijual adalah sayuran yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat diantaranya seperti bayam, kangkung, bahan sayur lodeh, kacang-kacangan, dan jamur. B. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearman untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. Hasil uji Spearman dalam penelitian ini didapatkan nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,256 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,132. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. Hasil tabel silang pada bab sebelumnya yaitu tabel 5.9, menunjukkan bahwa 31 responden (46,3%) berpengetahuan baik mempunyai perilaku buruk. Hal tersebut disebabkan karena banyak dari responden yang kurang mengetahui apakah jenis makanan yang dimakannya sehari-hari dapat mengakibatkan terjadinya gout atau tidak. Kebanyakan dari responden
68
berpendapat bahwa yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlepas apakah makanan tersebut memenuhi gizi dan termasuk makanan yang seharusnya dikurangi oleh responden. Menurut Cahanar dan Irwan (2006), mengatakan bahwa setelah penyakit mulai menyerang, seseorang baru sadar bahwa ada yang salah dengan gaya hidupnya, dimana salah satunya yang paling berpengaruh adalah pola makan. Dengan pengaturan pola makan yang baik ditambah dengan olahraga dan istirahat yang cukup diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup. Responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi perilaku pencegahan yang buruk dapat dipengaruhi oleh kondisi yang ada pada diri responden. Umumnya responden kurang memperhatikan perilaku-perilaku lain yang dapat menyebabkan penyakit gout seperti perilaku mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin. Sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa ketika mereka mengkonsumsi makanan seperti emping melinjo, jeroan, dan kacang-kacangan, mereka tidak merasakan tanda-tanda terkena penyakit gout. Biasanya mereka hanya merasakan rasa nyeri ringan terutama pada lutut dan hal tersebut tidak berlangsung lama. Oleh sebab itu mereka tetap mengkonsumsi makanan tersebut. Pada dasarnya manusia kurang berkeinginan mengubah perilaku jika dampak yang ditimbulkan akibat tertentu tidak begitu dirasakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Cahanar dan Irwan (2006) diatas, bahwa seseorang akan mulai sadar akan kesehatannya ketika suatu penyakit mulai menyerang dan mulai dirasakan oleh seseorang. Selain itu Mubarak dkk (2007) menyebutkan bahwa seseorang akan mengubah perilakunya ketika dalam
69
dirinya mempunyai kesungguhan yang kuat, dukungan dari lingkungan keluarga, serta adanya pemberian penyuluhan tentang kesehatan. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang telah dilakukan masih terdapat keterbatasan yang ditemukan oleh peneliti. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku untuk penelitian mengenai pengetahuan dan perilaku pencegahan gout ini, sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur
yang
didapatkan
peneliti
mengenai
penyakit
gout
dan
pencegahannya. 2. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami peneliti, pada beberapa responden saat dilakukan wawancara penerimaan kurang bersahabat sehingga jawaban yang diberikan cenderung sekedarnya saja, sehingga dapat menyebabkan bias informasi. Responden yang seperti itu seharusnya tidak diikutsertakan. 3. Subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan mulai dari karakteristik responden, tingkat pengetahuan, perilaku pencegahan penyakit gout, analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit gout, dan saran. A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di RW 06 dan RW 08 Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopouse Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout pada 76 responden maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain: Usia responden terbanyak adalah usia 51-60 sebanyak 46 responden (60,5%) dengan usia termuda 48 tahun dan usia tertua 70 tahun. Responden yang tidak sekolah berjumlah 7 responden (9,2%), pendidikan SD 29 responden (38,1%), pendidikan SMP 31 responden (40,8%), pendidikan SMA 4 responden (5,3%), dan pendidikan PT 5 responden (6,6%). Responden yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 4 responden (5,3%), ibu rumah tangga 67 responden (88,1%), PNS 1 responden (1,3%), dan pensiun sebanyak 4 responden (5,3%). Responden yang mempunyai besar IMT <18,5 sebanyak 3 responden (4,0%), IMT 18,5-25,0 sebanyak 59 responden (77,6%), dan IMT >25,1 sebanyak 14 responden (18,4%).
70
71
2. Responden yang berpengetahuan baik tentang penyakit gout dan pencegahannya sebanyak 67 responden (88,2%), berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (10,5%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 1 responden (1,3%). 3. Responden yang mempunyai perilaku pencegahan gout baik sebanyak 39 responden (51,3%), dan yang mempunyai perilaku pencegahan gout buruk sebanyak 37 responden (48,7%). 4. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan variabel perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout yang didapatkan dari p value > 0,05 yaitu 0,256. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan tambahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik. Misalnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit gout dan pencegahannya. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Pisangan dan masukan bagi tenaga kesehatan agar pendidikan kesehatan menjadi lebih intensif.
72
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya supaya mencermati hasil penelitian ini dan diharapkan dapat menggali faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku dalam pencegahan penyakit gout.
DAFTAR PUSTAKA Anies. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2006 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011 Cahanar, P dan Irwan Suhanda. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. 2006 Departemen Agama RI .Al-Qur’an Al-karim surat Al-A’raf ayat 31. PT Syamil Cipta Media Baequni dan Narila Mutia Nasir. Islam dan Kesehatan: Pengantar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2004 Baziad, Ali. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003 Bensley, Robert J. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009 Brasher, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2008 Damayanti, Deni. Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat. Yogyakarta: Araska. 2012 Dewi, Ni Wayan Utari P. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Dengan Praktik Pencegahan dan Perencanaan Perawatan Asam Urat di RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Limo Depok 2009. Dari URL
www.library.upnvj.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 20:46 WIB Diantari, Ervi dan Aryu Candra. Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang. Journal of Nutrition College. Volume 2. Nomor 1. Tahun 2013. Dari URL
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/2095/2115.
Diakses pada tanggal 16 Mei 2013 pukul 14:19 WIB. Effendi, Ferry dkk. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009 Eliopoulos, Charlotte. Gerontological Nursing. Edisi 6. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2005 Festy, Pipit. Dkk. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat Darah pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya. 2010. Dari http://www.fik.umsurabaya.ac.id/jurnal/. Diakses tanggal 7 Maret 2013 pukul 12:14 WIB Gibney, Michael J. Dkk. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2008 Hak, AE. Dkk. Menopause, Postmenopausal Hormone Use and Risk of Incident Gout. Annals Of The Rheumatic Diseases (Ann Rheum Dis). Vol. 69. BMJ Country of Publication: England. 2010 Helmi, Zairin Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: salemba medika. 2012 Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. 2007 KBBI Online dari URL http://kbbi.web.id/
Kertia, Nyoman. Asam Urat. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka. 2009 Kusnanto. Pengantar dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. 2004 Manuaba, Ida Ayu C. Dkk. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. 2009 Misnadiarly. Rematik: Asam urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer. 2007 Mitchell, Richard N. Dkk. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Jakarta: EGC. 2009 Mubarak, Wahit Iqbal. Dkk. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: graha ilmu. 2007 Maulana. Heri D. J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009 Naga, Sholeh S. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press. 2012 Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 Notoadmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 Notoadmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Perry dan Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. 2005 Pujiastuti, Sri Surini. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC. 2003 Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002 Sudaryanto, Agus dan Martina Dwi Hastuti. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Asam Urat Di Desa Ganten Kecamatan Kerjo Karanganyar. 2010. Dari URL http://jurnal.dikti.go.id/ diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 11.25 WIB Sudoyo, Aru W. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2006 Sustrani, Lanny. Dkk. Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2007 Tebba, Sudirman. Sehat Lahir Batin Handbook Bagi Pendamba Kesehatan Holistik. Jakarta: PT serambi ilmu semesta. 2004 Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008 World Health Organization (WHO) tahun 2004
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT DI KELURAHAN PISANGAN
Assalamualaikum. WR. WB Salam sejahtera. Nama
: Hamidatu Ulfiyah
NIM
: 109104000047
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S. Kep). Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian kuesioner ini. Apakah ibu bersedia menjadi responden? YA /
TIDAK
(
) Responden
Lampiran 2
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT DI KELURAHAN PISANGAN
Kuesioner dibawah ini terdiri atas 3 bagian yang terdiri dari: Bagian I
: berisi data demografi
Bagian II : berisi pertanyaan tentang tingkat pengetahuan wanita menopause tentang penyakit gout Bagian III : berisi pernyataan tentang perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout 1. Bacalah semua pertanyaan/ pernyataan dengan teliti 2. Jawablah sesuai dengan apa yang dirasakan oleh ibu 3. Jawab dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang disediakan
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT DI KELURAHAN PISANGAN
No responden: A. Identitas Responden 1. Umur anda saat ini
:………..tahun
2. Pendidikan terakhir
:
Tidak sekolah
SMA
SD
Perguruan tinggi
SMP 3. Pekerjaan saat ini
:
PNS
Wiraswasta
Buruh
Tidak bekerja/pensiunan
Lain-lain………………………../sebutkan 4. Berat badan
: ………kg
5. Tinggi badan
: ………cm
6. Apakah anda sudah berhenti haid (menopause)?
Ya
Tidak
7. Apakah anda menderita penyakit gout/asam urat?
Ya
Tidak
B. Pengetahuan Keterangan: B = benar
S = salah
Jawaban No
Pernyataan B
1
Penyakit gout/asam urat adalah penyakit yang timbul karena peningkatan kadar asam urat darah
2
Wanita yang menopause berisiko terkena gout/asam urat
3
Penyakit gout/asam urat adalah penyakit yang dapat dicegah
4
Memiliki berat badan berlebih (obesitas) berisiko terkena gout/asam urat
5
Salah satu pencegahan penyakit gout/asam urat dapat dilakukan dengan menjaga pola makan
6
Penyakit gout/asam urat adalah penyakit akibat pengapuran pada sendi
7
Penyakit gout/asam urat yang diderita seseorang dalam waktu lama tidak menimbulkan komplikasi
8
Minum banyak air putih dapat mengurangi kadar asam urat darah
9
Bengkak dan kemerahan disekitar sendi merupakan tanda penyakit gout/asam urat
10
Terlalu sering jalan, jongkok berdiri, naik dan turun tangga bisa menjadi penyebab penyakit gout/asam urat
11
Kesemutan, linu, dan nyeri sendi pada penderita gout biasanya terjadi pada malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
S
No
Pernyataan
12
Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung purin seperti kacangkacangan, melinjo dapat menyebabkan terjadinya penyakit gout/asam urat
13
Penyakit gout/asam urat merupakan salah satu jenis penyakit sendi
14
Mengurangi makanan seperti jeroan, daging, dan kacang-kacangan merupakan cara untuk mencegah penyakit gout/asam urat
15
Minum air putih cukup setiap hari (8 gelas) tidak dapat membantu mencegah penyakit gout/asam urat
16
Mandi malam hari dapat menyebabkan penyakit gout/asam urat
17
Penyakit gout/asam urat tidak dapat disembuhkan
18
Obat-obatan untuk penyakit gout/asam urat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri sendi dan menurunkan kadar asam urat darah
19
Pada penderita penyakit gout/asam urat ditemukan adanya peningkatan kadar asam urat
20
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita gout adalah batu ginjal
B
S
B. Perilaku Pencegahan Ket : SL = selalu dilakukan terus-menerus, tidak pernah ditinggalkan SR = sering kerap dilakukan tetapi tidak terus-menerus KD = kadang-kadang dilakukan sesekali saja TD = tidak pernah tidak pernah dilakukan Jawaban No
Pernyataan SL
1
Saya membatasi mengkonsumsi makanan seperti emping dan melinjo
2
Saya tidur 6-8 jam setiap hari
3
Saya mengurangi konsumsi makanan seperti ikan teri
4
Saya mengkonsumsi kacang-kacangan dalam jumlah yang sedikit
5
Saya mengurangi konsumsi makanan yang berlemak untuk mencegah terjadinya gout/asam urat
6
Saya mengurangi konsumsi daging untuk mencegah peningkatan kadar asam urat darah
7
Saya tidur secara teratur setiap hari
8
Saya mengkonsumsi jeroan dalam jumlah berlebih
9
Saya menimbang berat badan saya untuk mengetahui setiap ada kenaikan/penurunan BB
10
Saya membiarkan tubuh saya gemuk dan berat badan saya bertambah
11
Saya melakukan olahraga 3x dalam seminggu
SR KD
TP
12
Saya melakukan senam untuk mencegah terjadinya nyeri sendi/ kaku pada sendi
13
Saya tidur maksimal 5 jam dalam sehari
14
Saya minum air putih agar mengurangi kadar asam urat
15
Saya minum air putih lebih dari 8 gelas dalam sehari
16
Saya sering mengkonsumsi soft drink (seperti colacola dan sprite)
KEMENTERIAN AGAMA UNTyERSTTAS rSLAM NEGERT ( trrN ) SYARIT HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Jl' Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 740498s Website : www.uinjkt.ac.id; E-maii :
[email protected]
15419
Nomor : Un.0l/FI0lKM.Ol .2llUL
Ciputat, l0 aprit ZOtl 12013
lampiran : -
Hal
: Permohonan Izin Studi Pendahuluan Kepada Yang Terhorrnat, Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Jl- Witanaharja Komp. Sasmita Jaya Pamulang
di Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan p€nyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan L^anjut Usia Penderita Asam Urat Dengan Jenis Makanan yang di Konsumsinya"Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan studi pendahuluan atas nama:
Nama
Hamidatu Ulfiyah
NIM
109104000047
Semester
VIII
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb-
Widjajakusumah, AIF., PFK Tembusan: Dekan FKIK 2. Ka. Puskesmas Ciputat 3. Ka. Puskesmas Ciputat Timur
l.
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEHA:TAN Jl. rWitana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27 Telp. 021 - 7441557, Fur. 021 - 7441236 - Pamulang
Pamulang,
Nomor
- ggg 1o\9alDinkes
lN 120t3
April2013
KepadaYth,
Lampiran Perihal
ll
Dekan : Pepberian
Izh Studi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
P.endahuluan
Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan
diTEMPAT
Sehubungan dengan adanya surat dari LJIN Syarif Hidayatullah Jalwta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Nomor
:
un.Ol/ F10/KM.0I.2t l3lztz}l3, perihal
Permohonan Izin Studi Pendahuluan atas ruma
:
tlamidatr ulfryatr
Nama
:
NIM
: 109101000047
Program
:
Sttrdi : Ilmu Keperawatan
Tema
' cfiIrlrmgm artaraTingkat Pengetahuan Lanjut Usia Penderita Asam Urat dengan lenis Makanan yang di Kousumsinya"
Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan Izin Studi Pendahuluan
yang dilakukan oleh Mahasiswa LJIN Syarif Hidayatullah lakart4 adapln dalam hal pelaksanaannya harap
utuk berkoordinasi
kepada Kepala LIPT Puskesmas yang akan
dilunjuagi. Demikian atas perhatian dan kerja
6ffi Tembusan:yth
ooP' 19690204 r99003r 006
1. Wali Kota Tangerang Selaan, (sebagal laporaa) ; 2. Kepala UPT hrskesmas Ciprat di Kota Tangerang Selatan; 3. Kepala UPT Puskesuas Ciputat Timur di Kota Tangerang Selatan; 4. Yang Bersanghta&
KEMBNTERIAN AGAMA UNWERSTTAS ISLAM NEGERT ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKTILTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Telp.
: (62-21) 74716718 Fax : (62-2t) 7404985 Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail :
[email protected]
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Nomor : Un.Ol/Fl0/KM.0l.2l Lampiran : -
Hal
Ciputat \kBL
Juli 2013
12013
: Permohonatr lzin Uji Yatiditas dan Reliabititas Kepada Yang Terhormat Kepala Kelurahan Pimngan Jl. Sedap Malam Kelurahan Pisangan
di Ciputat
Assalamu'a}rikum Wr. Wb. D. alam rangka psnyelssaian tug,as akhir perkuliahil rnahasiswa diperlukan pcq/usunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Menopaus Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan".
sehubungan deingan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan uji validitas dan refiabilitas atas natna : Nama
HamidatuUlfiyah
NIM
109104000047
Semester
vu
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokieran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
lYassalrm u'alaikum lVr- Wb-
i lVidjajakusumah, AIF., PFK Tembusan:
l.
2.
DekanFKIK Kepala Rw 01 Pisangan
KEMENTERIAN AGAMA TTNTyERSTTAS rSLAM NEGERT ( urN ) SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985 Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail :
[email protected]
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Ciputafi, Nomor lampiran Hal
Juli 2013
: Un.0lff l0/KM .01.2/\b4L DAl3 : Permohonan lzin Penelitian Kepada Yang Terhormat, Kepala Keluratran Pisangan
Jl. Sedap Malam Kelurahan Pisangan di Ciputat
Assalamu'alaikum Wr. \trb.
Dalam rangka peryelesaian tugas akhir perkuliahan
mahasiswa
diperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Menopaus Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan". Sehubungan dengan penelitian atas nama:
itu kami mohon diberikan izin
Nama
Hamidatu Ulfiyah
NIM
109104000047
Semester
vIII
Program Studi
Ilmu Kepemwatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
melaksanakan
tlIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
.. Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih-
Wassalamu'alaikum \lYr. Wb.
i Widjqiakusumah, AIF., PFK Tembusan:
l.
2.
DekanFKIK Kepala Rw 06 dan 08
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Pengetahuan Case Processing Summary N
Cases
Valid Excludeda
% 30
100.0
0
.0
Total 30 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .405
25 Item-Total Statistics
Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
18.3333 18.7000 18.4000 18.6000 18.3333 18.3333 19.0333 18.5667 18.5000 18.4000 18.4000 18.6333 19.0000 18.4000 18.4333 18.9667 18.4000 18.4667 18.4000 18.7333
5.333 4.907 5.352 5.007 5.333 5.333 4.930 5.495 4.948 5.283 5.145 4.378 4.138 5.076 5.357 4.585 5.766 5.361 5.490 4.478
Corrected Item-Total Correlation .000 .086 -.071 .062 .000 .000 .090 -.172 .143 -.012 .108 .378 .495 .169 -.083 .242 -.408 -.092 -.186 .288
Cronbach's Alpha if Item Deleted .405 .401 .420 .406 .405 .405 .399 .459 .386 .412 .395 .318 .279 .386 .426 .356 .465 .432 .436 .341
P21 P22 P23 P24 P25 2.
19.0000 18.5333 18.3667 18.4333 18.6333
4.759 4.602 5.551 4.806 4.516
.165 .324 -.291 .325 .303
.379 .341 .436 .355 .340
Perilaku Case Processing Summary N
Cases
Valid Excludeda
% 30
100.0
0
.0
Total 30 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .592
20 Item-Total Statistics
Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15
57.1000 56.0000 57.2333 56.7667 56.7667 56.4000 56.5667 56.6000 55.8000 56.7667 55.4667 55.8333 56.7000 56.7333 57.2333
20.576 21.448 21.426 21.220 20.323 20.317 18.461 23.145 21.752 21.426 21.361 20.902 20.838 21.237 23.840
Corrected Item-Total Correlation .097 .243 .143 .207 .298 .378 .622 -.126 .167 .080 .223 .260 .179 .121 -.246
Cronbach's Alpha if Item Deleted .607 .576 .587 .578 .565 .557 .514 .625 .584 .600 .577 .572 .583 .592 .628
P16 P17 P18 P19 P20
55.9333 56.1000 56.0667 55.5333 56.3667
19.306 20.024 19.926 22.464 20.240
.392 .412 .290 .051 .331
.547 .551 .564 .593 .560
Analisa Univariat A. Distribusi Frekuensi Usia Statistics Usia N
Valid
76
Missing Percentiles 0
0 . Usia
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 48
1
1.3
1.3
1.3
49
3
3.9
3.9
5.3
50
4
5.3
5.3
10.5
51
6
7.9
7.9
18.4
52
5
6.6
6.6
25.0
53
3
3.9
3.9
28.9
54
6
7.9
7.9
36.8
55
5
6.6
6.6
43.4
56
9
11.8
11.8
55.3
57
1
1.3
1.3
56.6
58
4
5.3
5.3
61.8
59
2
2.6
2.6
64.5
60
5
6.6
6.6
71.1
61
2
2.6
2.6
73.7
62
1
1.3
1.3
75.0
63
3
3.9
3.9
78.9
64
2
2.6
2.6
81.6
65
4
5.3
5.3
86.8
66
2
2.6
2.6
89.5
67
5
6.6
6.6
96.1
69
1
1.3
1.3
97.4
70
2
2.6
2.6
100.0
76
100.0
100.0
Total
Usia Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 40-50
8
10.5
10.5
10.5
51-60
46
60.5
60.5
71.1
61-70
22
28.9
28.9
100.0
Total
76
100.0
100.0
B. Distribusi Frekuensi Pendidikan Statistics Pendidikan N
Valid
76
Missing Percentiles 0
0 . Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PT
5
6.6
6.6
6.6
SD
29
38.2
38.2
44.7
SMA
4
5.3
5.3
50.0
SMP
31
40.8
40.8
90.8
7
9.2
9.2
100.0
76
100.0
100.0
TS Total
C. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Statistics Pekerjaan N
Valid
Missing Percentiles 0
76 0 .
Pekerjaan Valid Percent
Frequency Percent Valid Dagang
Cumulative Percent
4
5.3
5.3
5.3
67
88.2
88.2
93.4
Pensiun
4
5.3
5.3
98.7
PNS
1
1.3
1.3
100.0
Total
76
100.0
100.0
IRT
D. Distribusi Frekuensi IMT Statistics IMT N
Valid
76
Missing Percentiles 0
0 . IMT
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 16,8
1
1.3
1.3
1.3
17,3
1
1.3
1.3
2.6
18,3
1
1.3
1.3
3.9
18,5
1
1.3
1.3
5.3
19
1
1.3
1.3
6.6
19,3
1
1.3
1.3
7.9
19,4
1
1.3
1.3
9.2
19,6
3
3.9
3.9
13.2
19,8
1
1.3
1.3
14.5
20
2
2.6
2.6
17.1
20,2
1
1.3
1.3
18.4
20,3
1
1.3
1.3
19.7
20,4
1
1.3
1.3
21.1
20,5
2
2.6
2.6
23.7
20,6
2
2.6
2.6
26.3
20,7
3
3.9
3.9
30.3
21,1
4
5.3
5.3
35.5
21,2
3
3.9
3.9
39.5
21,3
1
1.3
1.3
40.8
21,5
2
2.6
2.6
43.4
21,8
1
1.3
1.3
44.7
21,9
2
2.6
2.6
47.4
22
2
2.6
2.6
50.0
22,1
2
2.6
2.6
52.6
22,3
1
1.3
1.3
53.9
22,5
1
1.3
1.3
55.3
22,7
2
2.6
2.6
57.9
22,8
1
1.3
1.3
59.2
23,3
2
2.6
2.6
61.8
23,4
1
1.3
1.3
63.2
23,7
2
2.6
2.6
65.8
24
1
1.3
1.3
67.1
24,3
1
1.3
1.3
68.4
24,4
2
2.6
2.6
71.1
24,5
2
2.6
2.6
73.7
24,6
1
1.3
1.3
75.0
24,7
1
1.3
1.3
76.3
24,8
3
3.9
3.9
80.3
24,9
1
1.3
1.3
81.6
25,1
1
1.3
1.3
82.9
25,2
1
1.3
1.3
84.2
25,4
1
1.3
1.3
85.5
25,9
2
2.6
2.6
88.2
26
1
1.3
1.3
89.5
26,1
1
1.3
1.3
90.8
26,4
1
1.3
1.3
92.1
27,4
3
3.9
3.9
96.1
27,6
1
1.3
1.3
97.4
27,8
1
1.3
1.3
98.7
30,5
1
1.3
1.3
100.0
Total
76
100.0
100.0
IMT Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <18,5
3
3.9
3.9
3.9
>25,1
14
18.4
18.4
22.4
18,5-25
59
77.6
77.6
100.0
Total
76
100.0
100.0
E. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Wanita Menopouse Tentang Penyakit Gout Pengetahuan Frequency Percent Valid Baik
Valid Percent
Cumulative Percent
67
88.2
88.2
88.2
Cukup
8
10.5
10.5
98.7
Kurang
1
1.3
1.3
100.0
76
100.0
100.0
Total
F. Distribusi Frekuensi Perilaku Wanita Menopouse dalam Pencegahan Gout Statistics Perilaku N
Valid Missing
Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum
76 0 42.5789 41.5000 4.30895 33.00 53.00 Perilaku Frequency Percent
Valid Baik
Valid Percent
Cumulative Percent
39
51.3
51.3
51.3
Buruk
37
48.7
48.7
100.0
Total
76
100.0
100.0
Analisa Bivariat Case Processing Summary Valid N Percent Pengetahuan * Perilaku
76
100.0%
Cases Missing N Percent 0
Total N Percent
.0%
76
100.0%
G. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopouse dalam Pencegahan Penyakit Gout Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation Perilaku Baik Pengetahuan Baik
Cukup
Count
31
67
% within Pengetahuan
53.7%
46.3%
100.0%
% within Perilaku
92.3%
83.8%
88.2%
3
5
8
37.5%
62.5%
100.0%
7.7%
13.5%
10.5%
0
1
1
% within Pengetahuan
.0%
100.0%
100.0%
% within Perilaku Count % within Pengetahuan % within Perilaku
.0% 39 51.3% 100.0%
2.7% 37 48.7% 100.0%
1.3% 76 100.0% 100.0%
Count % within Perilaku
Total
Total
36
% within Pengetahuan Kurang
Buruk
Count
H. Hasil Uji Spearman Correlations Pengetahuan Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient
1.000
.132
.
.256
76
76
Correlation Coefficient
.132
1.000
Sig. (2-tailed)
.256
.
76
76
Sig. (2-tailed) N Perilaku
Perilaku
N