HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRASI DENGAN RASA PERCAYA DIRI ANAK KELOMPOK B DI TK DAMHIL KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO
JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Mengikuti Wisuda Sarjana Pendidikan
RAHMI TAHA NIM. I53407017
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL Hubungan Antara Pola Asuh Demokrasi Dengan Rasa Percaya Diri Anak Kelompok B Di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
Oleh : Rahmi Taha 153 407 017
Telah diperiksa dan disetujui untuk oleh pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Dajani Suleman, M.Hum NIP : 19581007198502001
Samsiah, S.Pd,M.Pd NIP : 197311102006042001
Mengetahui, a.n Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Sekretaris Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Samsiah, S.Pd,M.Pd NIP : 197311102006042001
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRASI DENGAN RASA PERCAYA DIRI ANAK KELOMPOK B DI TK DAMHIL KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO
Rahmi Taha, Pembimbing I Dra. Dajani Suleman,M.Hum., Pembimbing II Samsiah, S.Pd. M.Pd
Jurusan SI PG-PAUD ABSTRAK Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa besar hubungan antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo? Dan yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang ditimbulkan antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif bentuk korelasional. Kemudian, untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan instrument penelitian yakni observasi, wawancara, dan angket. Data-data yang diperoleh melalui hasil penyebaran angket, selanjutnya diolah dan dianalisis secara statistic dengan menggunakan uji regresi dan uji korelasi Pearson Product Moment. Analisis regresi bertujuan untuk melihat hubungan antara variable bebas (X) dan variable terikat (Y) yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik, dengan persamaan Y=a+bX. Sementara untuk analisis korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan antara variable X dan Y. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ terdapat hubungan positif antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”, dinyatakan diterima. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar r=0,76. Dengan demikian koefisien detrminasinya r2 = 0.58. ini berarti 58% rasa percaya diri anak ditentukan oleh pola asuh demokrasi dan sebesar 42% ditentukan oleh factorfaktor lain yang tidak terdesain dalam penelitian ini. Kemudian diperoleh perhitungan melalui uji signifikasi dengan rumus thitung dan diperoleh t=6,166. Pengujian ini dilakukan pada taraf nyata α=0,05 dengan harga ttabel sebesar 2,042. Dengan demikian harga thitung lebih besar dari harga ttabel. Ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka, hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat hubungan positif antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo, dinyatakan diterima. Kata kunci: Pola Asuh demokratis, Rasa Percaya Diri Anak.
PENDAHULUAN Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 1992). Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Shochih, dalam Aat Sriati:2008). Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak (www.schoolcounselor.org).
Sifat dan perilaku anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh kedua orangtuanya. Terlalu memanjakan atau memandang sebelah mata keberadaan mereka, bisa berakibat buruk terhadap kepribadian mereka kelak (Surya, 2008). Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif, dan sikap positif orangtua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri (Qumana, 2008). Pembentukan rasa percaya diri selain dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, juga di pengaruhi oleh teman sebaya, pengalaman, lingkungan dan sosial ekonomi. Begitupula yang penulis temukan di TK Damhil ketika Penulis sedang mengikuti Program Pembelajaran Lapangan (PPL-II). Penulis menemukan bahwa ada anak yang ketika di dalam kelas begitu pintar dengan kemampuan bahasa, kognitif, dan sains. Namun ketika guru memanggil anak tersebut untuk memimpin barisan di depan teman-temannya dia enggan. Hal ini penulis amati bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali anak itu menolak. Ketika penulis melakukan observasi, ternyata anak itu masih dijaga oleh neneknya. Selain anak yang enggan maju ke depan untuk memimpin barisan, ada beberapa anak yang masih dijaga sama orang tua atau pengasuh. Dari setiap hal yang mempengaruhi rasa percaya diri tersebut, penulis
ingin mengadakan penelitian yang menitikberatkan pada pola asuh,
dengan judul ”Hubungan Antara Pola Asuh Demokrasi Dengan Rasa Percaya Diri Anak Kelompok B di TK Damhil Kota Gorontalo Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. KAJIAN TEORITIS A. Pegertian Rasa Percaya Diri Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. B. Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang percaya diri Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri
yang
proporsional,
diantaranya
adalah
:
(a)
Percaya
akan
kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain. (b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. (c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri. (d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil). (e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain). (f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di luar dirinya. (g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. C. Memupuk Rasa Percaya Diri Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri. 1. Evaluasi diri secara obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. 2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. 3. Berpikir Positif Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. 4. Gunakan self-affirmation Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa katakata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya: Saya pasti bisa !! 5. Berani mengambil resiko Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. 6. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur
pada Tuhan atas apa yang telah
diterimanya dalam hidup. 7. Menetapkan tujuan yang realistik . Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.
D. Aspek-Aspek Percaya Diri Adapun
aspek-aspek
dari
rasa
percaya
diri
sebagai
berikut
(Lautser,1994:4): 1. Kemampuan pribadi yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan diri dimana individu yang bersangkutan tidak terlalu cerdas dalam tindakan, tidak tergantung dengan orang lain dan mengenal kemampuannya sendiri. 2. Interaksi sosial yaitu mengenai bagaimana individu dalam berhubungan dengan lingkungannya dan mengenal sikap individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, bertoleransi dan dapat menerima pendapat orang lain serta menghargai orang lain. 3. Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dan menilai dirinya sendiri secara positif atau negatif. Menurut Saleh (1995:70) aspek-aspek rasa percaya diri dibedakan menjadi: 1. Tidak tergantung pada orang lain 2. Tanpa ragu-ragu atau tidak plin plan dalam mengambil keputusan 3. Mempunyai persuasive sehingga memperoleh banyak dukungan 4. Mempunyai penampilan yang meyakinkan sehingga disegani. E. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Rusdijana (2004) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anakanaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Shochih, dalam Aat Sriati, 2008). F. Macam-Macam Pola Asuh Menurut Diana Baumrind dalam Santrock 2003, pola asuh orangtua dapat dibagi menjadi 4: 1. Pengasuhan Autoritarian/ Pola Asuh Otoriter
Pengasuhan Autoritarian/ Pola Asuh Otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. 2. Pengasuhan Autoritatif/ Pola Asuh Demokratis Pengasuhan Autoritatif/ Pola asuh demokratis mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka, pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak. 3. Pola Asuh Permisif Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya 4. Pola Asuh Penelantar. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anakanaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Menurut Hurlock (dalam Paxdhe_Kawat) Pola Asuh Demokratis yaitu aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anak,selalu mengadakan diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Achir (1996:24) mengemukakan bahwa Pola asuh demokratis adalah caracara mendidik anak yang menggunakan pola kepemimpinan yang demokratis. Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin, sebab orang tua menanamkan sikap tanggung jawab pada anak dalam bentuk erani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. Pendapat ini didukung oleh Shochib (http://.pks-anz.org/modules.php) orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan
hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Dalam pola asuh ini orang tua memiliki sikap yang toleransi namun tetap dalam pengawasan orang tua. Menurut Hurlock (1999:204) pola asuh demokratis dapat menimbulkan penyesuaian pribadi dan social yang baik dan menghasilkan kemandirian dalam berpikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, penuh percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan. Prayitno, mengatakan pola asuh demokratis adalah orang tua yang hangat, menunjukkan kasih sayang yang mendalam dan memperhatikan kepentingan anak. Akibatnya anak mandiri, memiliki keyakinan tinggi untuk dalam mengerjakan tugas, tidak putus asa, tidak takut berbuat salah, terbuka dengan orang lain dan mudah diterima oleh teman-temannya.( Op.Cit:37) Menurut Yusuf, bahwa: “ gaya pengasuhan orang tua terhadap perilaku anak yang orang tuanya menerapkan pola asuh demokrasiprofil perilaku anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi”. (2000:52) METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menetapkan objek pada anak kelompok B TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah selama tiga bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2012. B. Disain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum dan mendapatkan seberapa besar hubungan antara pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri anak, selanjutnya mengadakan analisis data-data hasil penelitian. Dengan disain penelitian sebagai berikut: X
X = Pola asuh orang tua
Y Y = Rasa percaya diri anak
C. Variabel Penelitian Variabel independen atau variabel bebas (X) ”Pola Asuh Demokrasi” dan Variabel dependen atau variabel terikat (Y) ”Rasa Percaya Diri Anak”. D. Populasi dan Sampel Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang tua anak Kelompok B yang ada di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara simple random sampling, hal ini dikarenakan murid Kelompok B di TK Damhil 5 Kelas. Jumlah anak yaitu 120 anak, dengan rincian sebagai berikut Kelompok B1: 25 anak, Kelompok B2: 25 anak, kelompok B3: 23 anak, Kelompok B4: 24 anak, dan kelompok B5: 23 anak. Maka peneliti mengelompokkan menjadi 30 anak. Setiap kelompok diambil 6 anak. E. Teknik Pengumpulan Data 1.Kuesioner (Angket) Sugiyono (2009: 199) mengemukakan bahwa: ”Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. 2. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono 2009: 203) bahwa ”Observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Dalam proses observasi, peneliti melihat langsung situasi dan kondisi di lokasi penelitian. F. Hipotesis Statistik Untuk kepentingan pengujian hipotesis secara statistik, maka hipotesis penelitian ditransfer ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri anak Ha : p # 0, ”tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan rasa percaya diri anak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini diperoleh dari angket yang sudah diedarkan, yang meliputi Pola Asuh Orang Tua dan Rasa Percaya diri yang merupakan variabel penelitian. Data yang dikumpulkan dari jawaban responden terhadap hasil sebaran angket penelitian pada variabel pola asuh orang tua di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan; untuk nilai tengah dari rangkaian data yang tersusun (median) sebesar Data hasil penelitian diolah dengan statistika deskriptif, seperti menghitung jumlah kelas, menghitung rentang data, menghitung panjang kelas, dan membuat histogram dari data frekuensi. Penelitian ini termasuk correlation study (Studi hubungan) antara variabel bebas (X) dengan variable terikat (Y). Adapun pengujian hipotesis, hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis alternative (Ha) diterima karena ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Sedangkan Hipotesis nol (Ho) ditolak. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ terdapat hubungan positif antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”, dinyatakan diterima. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar r=0,76. Dengan demikian koefisien detrminasinya r2 = 0.58. ini berarti 58% rasa percaya diri anak ditentukan oleh pola asuh demokrasi dan sebesar 42% ditentukan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdesain dalam penelitian ini. Kemudian diperoleh perhitungan melalui uji signifikasi dengan rumus thitung dan diperoleh t=6,166. Pengujian ini dilakukan pada taraf nyata α=0,05 dengan harga ttabel sebesar 2,042. Dengan demikian harga thitung lebih besar dari harga ttabel. Ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka, hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat hubungan positif
antara pola asuh demokrasi dengan rasa percaya diri anak kelompok B di TK Damhil Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo, dinyatakan diterima. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka orang tua sebaiknya menggunakan pola asuh yang lebih baik tuk lebih meningkatkan rasa percaya diri anak.
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Yaumil. 1996. Pedoman Pelaksanaan Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Sejahtera, Jakarta: BKKBN Friedman, Marylin M. (1998). Family Nursing: Theory, Research, and Practice. Ed 4. California: Appleton & Lange Stamford Connecticut. Hurlock, Elizabeth .1999. Perkembangan Anak Jilid-2, Jakarta: Erlangga Ma’shum, Y dan Wahyurini, C. (2002). “Memahami Perkembangan Kita”. http://www.e-psikologi.com/epsi/anak_detail.asp?id=350. Diambil pada 10 November 2011 pukul 17.40 Nn. (2008). “Bimbingan Bagi Orang Tua Dalam Penerapan Pola Asuh untuk Meningkatkan
Kematangan
Sosial
(http/www.schoolcounselor.org/files/8-1-1%20
Gysbers.pdfl.
Anak”. Diambil
pada 29 Oktober 2008 pukul 08. 00 WIB) Qumana. 2008. “Konsep Diri”. http://smart-life.co.cc/?p=9. Diambil pada tanggal 24 Januari 2011 pukul 17.45 Riduwan dan Sunarto. 2010. Pengantar Statistka untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta Rusdijana . (2004). “Rasa Percaya Diri Anak Adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya”. http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?m=200604. Diambil pada 25 Januari 2011, pukul 20.00 WIB. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2327959-macammacam-pola-asuh-orang/ diakses pada tanggal 5 Januari 2013 Sriati, Aat. 2008. “Harga Diri Remaja.” http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/HARGA%20DIRI.pdf. Diambi pada 10 November 2011 pukul 17.35 Tambunan,
Raymond
.
2001.
“Harga
http://www.epsikologi.com/remaja/240901.htm.
Diri Diambil
Remaja.” pada
10
November 2011 pukul 18.00 Yusuf, Syamsu L.N, 2000. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: Rosda Karya