HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KULTUR ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SD MUHAMMADIYAH I SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh: KARTIKA NOVIANTI S 3000 900 30
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 0
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KULTUR ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SD MUHAMMADIYAH I SURAKARTA Kartika Novianti Yadi Purwanto
[email protected] Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak Tujuan dari penelitian adalah untuk mencari bukti empiris, yaitu untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dan kultur organisasi dengan kinerja guru Sekolah Dasar Muhammadiyah I Surakarta. Sampel penelitian yaitu para guru di Sekolah dasar (SD) Muhammadiyah I Surakarta berjumlah 48 guru. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified cluster random. Alat ukur penelitian adalah skala persepsi terhadap kepemimpinan kepala sekolah, skala kultur organisasi dan kinerja guru diungkap dari data sekunder yaitu IPG (Indeks Prestasi Guru) yang diperoleh dari Kepala Sekolah. Teknik analisis data menggunakan regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil Fhitung = 51,262 dengan p = 0,001 < 0,01 artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dan kultur organisasi dengan kinerja guru. Hubungan persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dengan kinerja guru berdasarkan hasil uji hasil uji t sebesar 5,741 dengan p = 0,000. Artinya persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dapat dijadikan prediktor kinerja guru. Hubungan kultur orgganisasi dengan kinerja guru diperoleh hasil sebesar 2,102 dengan p = 0,039. Artinya kultur organisasi dapat dijadikan prediktor kinerja guru. Tingkat persepsi terhadap kepemimpinan Kepala tergolong tinggi dan tingkat kultur organisasi di Sekolah Dasar Muhammadiyah I Surakarta termask kategori sangat tinggi. Sumbangan persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dan kultur organisasi terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Muhammadiyah I Surakarta sebesar 50,4%. Sedangkan sisanya 49,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak terobservasi, misalnya motivasi, lingkungan kerja, dan dukungan sosial. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dan kultur organisasi berhubungan dengan kinerja guru. Implikasi dalam penelitian secara teoritis berguna bagi guru bahwa persepsi positif terhadap Kepala Sekolah kultur organisasi merupakan dua faktor yang dapat meninkatkan kinerja guru. Secara praktis berguna bagi peneliti selanjutnya bahwa persepsi terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah dan kultur organisasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mencoba melakukan penelitian yang sejenis dengan subjek yang berbeda. Kata kunci: Persepsi terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kultur Organisasi dan Kinerja Guru
1
RELATION BETWEEN PERCEPTIONS OF PRINCIPAL LEADERSHIP AND ORGANIZATIONAL CULTURE WITH TEACHER PERFORMANCE SD MUHAMMADIYAH I SURAKARTA
ABSTRACT The research is to find empirical evidence to relation between perceptions of principal leadership and organizational culture with teacher performance SD Muhammadiyah I Surakarta. The population in this study were elementary school Muhammadiyah I Surakarta was 48 teachers. Sampling technique used in this study poplation. Measuring instrument research is scale perception of school leadership, organizational culture scale and performance of teachers of secondary data revealed that IPG (Grade Teacher) obtained from the Principal. The research is a relationship between perceptions of leadership and organizational culture Principal Elementary School teacher performance Muhammadiyah I Surakarta. Conclusion of the study, namely there is a relationship between perceptions of leadership and organizational culture Principal Elementary School teacher performance Muhammadiyah I Surakarta F= 51,262; p = 0,001 < 0,01. There is a relationship between perceptions of the leadership of the Principal with the performance of elementary school teachers Muhammadiyah I Surakarta t tes = 5,741 dengan p = 0,000. There is a relationship between the culture of the organization with the performance of elementary school teachers Muhammadiyah I Surakarta t test = 2,102 dengan p = 0,039. The role of perceptions of leadership Principal and organizational culture on the performance of elementary school teachers Muhammadiyah Surakarta of 50.4% I. While the remaining 49.6% is explained by other variables outside the model are unobservable, such as motivation, work environment, and social support. Keywords: Perceptions of Principal Leadership, Organizational Culture and Teacher Performance
2
dalam mengajar memperlihatkan nilai
PENDAHULUAN Kualitas guru sampai saat ini
rata-rata guru di SD, SLTP, SLTA,
tetap menjadi persoalan yang penting,
dan SMK tahun 2010/2011 untuk
karena pada kenyataannya keberadaan
bidang studi matematika hanya 27,67
guru di berbagai jenjang, dari Taman
dari interval 0-100, artinya hanya
Kanak-kanak
Sekolah
menguasai 27,67% dari materi yang
sebagian
seharusnya. Hal serupa juga terjadi
kalangan dinilai jauh dari kinerja yang
pada bidang studi yang lain, seperti
distandarkan.
hanya
fisika (27,35), biologi (44,96), kimia
menyampaikan teori-teori akademis
(43,55), dan bahasa Inggris (37,57).
saja tetapi teladan yang digambarkan
Nilai-nilai di atas tentu jauh dari batas
dengan perilaku seorang guru dalam
ideal, yaitu minimum 75% sehingga
kehidupan sehari-hari. Selayaknya,
seorang guru bisa mengajar dengan
seseorang yang bercita-cita untuk
baik.
menjadi guru didasari oleh sebuah
memprihatinkan adalah penelitian dari
idealisme
sampai
Menengah
Atas
oleh
Guru
yang
tidak
Hasil
lain
yang
lebih
luhur,
untuk
Konsorsium Ilmu Pendidikan (2012)
siswa
sebagai
memperlihatkan bahwa 40% guru
generasi penerus yang berkualitas.
SMP dan 33% guru SMA mengajar
Pendidikan
bidang
menciptakan
para
harus
mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia
diperlukan
hal tenaga
luar
bidang
Khususnya kinerja guru di
tersebut
maka
jenjang Sekolah Dasar (SD) dari hasil
pendidik
yang
Uji Kompetensi Awal (UKA) untuk
memiliki kinerja tinggi. Pada
di
keahliannya.
(SDM) berkualitas. Oleh sebab, untuk mewujudkan
studi
kinerja
guru tahun 2012 secara nasional
tinggi tidak dimiliki oleh setiap guru.
kompetensi guru SD rata-rata 36,85.
di Indonesia dari beberapa kajian
Komptensi pedagogi guru SD rata-rata
masih dipertanyakan, seperti yang
42,10, dan kompetensi profesional
dilaporkan bahwa
kenyataannya,
guru yang boleh ikut kuota sertifikasi
oleh kinerja
Leutuan
(2011),
guru SD rata-rata 41,26. Rendahnya
guru
rendah
kinerja
dipengaruhi oleh kemampuan guru
guru
pendidikan, 1
dari
dipengaruhi hasil
oleh
penelitian
diperoleh
persentase
guru
hanya
Ditambahkan oleh Sahulata
22,15% dari seluruh guru SD di
(2009)
Indonesia
Indonesia dianggap masih rendah
berpendidikan
S1
(Napitupulu, 2012).
bahwa
mutu
pendidikan
karena lulusan dari sekolah dan
Rendahnya kompentensi dan
perguruan tinggi yang belum siap
pendidikan guru berdampak pada hasil
memasuki
nilai yang diperoleh siswa. Peringkat
minimnya kompetensi yang dimiliki.
indeks
pengembangan
Bekal kecakapan yang diperoleh di
(Human
Development
manusia
kerja
karena
di
lembaga pendidikan belum memadai
rendah.
untuk digunakan secara mandiri, yang
Menurut data tahun 2009 dari 117
terjadi di lembaga pendidikan hanya
negara
Indonesia
transfer of knowledge semata yang
berada pada peringkat 111 dan pada
mengakibatkan peserta didik tidak
tahun 2009 peringkat 110 dibawah
inovatif, kreatif bahkan tidak pandai
Vietnam yang berada di peringkat
dalam menyiasati persoalan-persoalan
108. Ketiga, Mutu akademik di bidang
di seputar lingkungannya.
IPA, Matematika dan Kemampuan
Pernyataan
Indonesia
masih
yang
Membaca
Index)
dunia
sangat
disurvei,
sesuai
hasil
penelitian
tersebut
membuktikan bahwa kinerja guru di
Programme for International Student
Indonesia masih
Assesment (PISA) menunjukan bahwa
Salah satu penyebab kinerja guru
dari 41 negara yang disurvei untuk
Indonesia rendah berasal dari guru itu
bidang IPA Indonesia berada pada
sendiri. Minimnya kompetensi dan
peringkat 38, untuk Matematika dan
bekal kecakapan yang dimiliki guru
kemampuan
mempengaruhi kualitas kinerja guru
peringkat konsekuensi
membaca 39.
menempati
Keempat,
logis
dari
sebagai
bersikap
perlu perbaikan.
monoton
dalam
indikator-
pembelajarannya. Guru kurang kreatif
indikator di atas adalah penguasaan
dan inovatif sehingga membosankan
terhadap IPTEK di Indonesia masih
siswa dalam memperoleh pengetahuan
tertinggal dari negara-negara seperti
dari guru.
Malaysia, Singapura, dan Thailand
Menurut
(Napitupulu, 2012).
Nurkolis
(2009),
reformasi pendidikan di Indonesia 2
berjalan sangat lambat. Salah satu
Surakarta diperoleh jawaban bahwa
faktor
dari jumlah guru sebanyak 48 orang,
penyebabnya
adalah
guru.
Banyak guru tidak suka perubahan.
tidak
Guru sudah puas dengan tugas sehari-
tinggi. Ada 11 guru selain sebagai
hari di kelas, sehingga ketika ada
guru kelas juga sebagai guru les. Ada
perubahan dalam pendidikan justru
kemungkinan sebagai guru kelas dan
menjadi kaget dan bingung. Hal ini
sebagai
dapat terjadi
tersebut kelelahan, sehingga dalam
karena guru selama 32
semuanya
guru
memiliki
kinerja
les membuat guru
tahun ditempatkan sebagai robot yang
bekerja
harus
maksimal dan guru memiliki kinerja
melaksanakan
perintah
atasannya.
ada
rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh
kecenderungan
Dampaknya
tidak
berpengaruh
terhadap hasil kerja guru yaitu prestasi
Maas (2009) tentang kesulitan yang
belajar
dihadapi oleh siswa dari faktor guru
dengan guru yang memiliki kinerja
Sekolah
(SMA)
tinggi, guru berusaha menggunakan
diperoleh hasil 75% siswa merasa
metode-metode dan strategi tertentu
sangat
untuk menarik minat siswa belajar
Menengah
sulit
Atas
menerima penjelasan
siswa
guru, 80% siswa merasa guru tidak
sehingga
mampu dalam mengajar, 70% siswa
meningkat.
menyatakan tulisan guru sulit dibaca,
menurun.
prestasi
Kinerja
belajar
guru
rendah
dipengaruhi
menangkap materi yang disampaikan
Faktor-faktor
guru, 50% menyatakan guru dalam
kinerja menurut Anoraga (2005) ada
mengajar bersikap monoton, dan 60%
dua yaitu faktor internal dan eksternal.
siswa
dalam
Faktor internal meliputi pendidikan,
mengajar hanya memberi tugas-tugas.
motivasi, kepuasan kerja, komitmen,
Keadaan
guru
tersebut
sesuai
yang
banyak
dapat
55% siswa menyatakan cukup mudah
menyatakan
oleh
Berbeda
faktor.
mempengaruhi
dan etos kerja. Sedangkan faktor
dengan kondisi guru di Sekolah Dasar
ekstrinsik
(SD) Muhammadiyah I Surakarta.
penghasilan, iklim kerja, hubungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
antara teman kerja, kepemimpinan,
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah I
dan kultur organisasi. 3
meliputi
tingkat
Faktor
kepemimpinan
Melalui gaya kepemimpinan
merupakan kunci keberhasilan suatu
itulah seorang pemimpin akan mampu
sekolah.
Kunci keberhasilan suatu
mentransfer beberapa nilai seperti
sekolah pada hakikatnya terletak pada
penekanan pada kelompok, dukungan
efisiensi
guru-guru
dan
kepemimpinan Sekolah.
efektivitas
seorang
Masalah
Kepala
toleransi
maupun terhadap
karyawan,
resiko,
kriteria
kepemimpinan
pengubahan dan sebagainya. Pada lain
Kepela Sekolah merupakan peran
sisi pegawai akan membentuk suatu
yang menuntut persyaratan kualitas
persepsi subyektif mengenai dasar-
kepemimpinan
dan
dasar nilai yang ada dalam organisasi
efisien. Bahkan telah berkembang
sesuai dengan nilai-nilai yang ingin
menjadi tuntutan yang meluas dari
disampaikan pimpinan melalui gaya
masyarakat,
kepemimpinannya.
efektif
sebagai
keberhasilan adanya
yang
sekolah
kriteria diperlukan
kepemimpinan
menyesuaikan
Kepala
Untuk
antara
nilai-nilai,
dibutuhkan suatu proses yang disebut
Sekolah yang berkualitas.
sosialisasi, proses ini akan berhasil
Terdapat empat aspek dalam
dengan baik jika pegawai baru akan
kepemimpinan yang dikaji antara lain
merasa senang dengan lingkungan
mengenai
kerja
gaya
kepemimpinannya,
yang
ditempatinya.
Tidak
teori kepemimpinan, pendekatan jenis,
berbeda dengan guru maupun peserta
dan fungsi kepemimpinan. Aspek
didik pada suatu sekolah tentunya
gaya
merupakan
akan merasa senang dan proses belajar
pencerminan dari perilaku seseorang
mengajar akan berjalan baik. Kepala
yang
Sekolah
kepemimpinan
ditunjukkan
dalam
upaya
mampu
bertugas
dan
mempengaruhi segala kegiatan yang
menjalankan fungsinya dengan baik
dipimpinnya.
demikian,
pula. Usaha untuk mempertahankan
semua persepsi yang muncul atau
dan meningkatkan kinerja para guru
yang
diperlukan seorang pemimpin yang
Dengan
dikemukakan
orang
yang
dipimpinnya akan mencerminkan ciri
menggunakan
gaya
kepemimpinan
utama gaya kepemimpinan seseorang.
situasional, yaitu seorang pemimpin yang selain mempunyai kemampuan 4
pribadi
juga
membaca
secara periodik diberikan penataran
keadaan bawahannya serta lingkungan
atau diklat dengan harapan agar
kerjanya. Perilaku dan sikap Kepala
sumber
Sekolah dapat
guru
meningkat dan mampu memimpin
tentang
organisasi di sekolahnya masing-
melalui
mampu
dinilai
oleh
pandangan
kepemimpinan yang dijalan.
daya
menusia
(SDM)
masing.
Perubahan sistem pendidikan
Kultur
organiasi
lingkungan kerja terjadi dalam proses
dengan
yang relatif cepat sehingga membuat
melekat pada perilaku sumber daya
banyak pendidik atau guru perlu
manusia yang ada. Selain kepala
beradaptasi diri terutama pada kultur
sekolah, dan kultur organisasi sekolah,
organisasi sekolah. Organisasi sekolah
guru termasuk salah satu komponen
perlu mengkaji sebenarnya model
penting
kultur
keberhasilan
seperti
apa
yang
tengah
sistem
sekolah
yang
tradisional
masih
berperan
peningkatan
dalam kualitas
dibangun. Mengingat kultur yang
produktivitas sekolah. Kinerja guru
dikembangkan
akan
sering dipertanyakan oleh masyarakat
tercermin dalam aktifitas keseharian
ketika terjadi ketidakpuasan pada hasil
dalam menjalankan lembaga
pendidikan peserta didik seperti hasil
tersebut
Beban guru SD begitu berat sebagai
dasar
Ujian Nasional (UN) siswa yang
pendidikan,
maka
rendah dan SDM lulusan sekolah
dikelola
secara
kalah kualitasnya dengan negara lain.
profesional. Agar dihasilkan tamatan
Namun demikian kinerja guru tidak
yang
hanya dipengaruhi oleh kualifikasi
sekolah
harus
sesuai
masyarakat
dengan dan
harapan pemerintah.
dan
kompetensinya
tetapi
juga
Harianjaya (2002) mengatakan bahwa
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain
organisasi (termasuk sekolah) akan
yang secara langsung maupun tidak
berhasil atau bahkan gagal ditentukan
langsung ikut berperan. Oleh karena
oleh pemimpin. Sehubungan dengan
itu untuk mengubah kultur organisasi
hal tersebut pemimpin atau Kepala SD
sekolah yang modern dan profesional
baik
di
dalam waktu singkat merupakan hal
nasional
yang berat bagi guru maupun kepala
negeri
lingkungan
maupun pendidikan
swasta
5
sekolah. Hal tersebut juga disebabkan
berperan
dalam
keberhasilan
oleh adanya dukungan berbagai pihak
peningkatan
kualitas
produktivitas
termasuk dinas pendidikan suatu saat
sekolah. Atas dasar permasalahan
sebagai pembina terkait tidak sesuai
tersebut, maka diajukan pertanyaan
dengan apa yang harap oleh guru
yaitu ”Apakah ada hubungan antara
maupun kepala sekolah.
pandangan
Berdasarkan
latar
belakang
tentang
kepemimpinan
Kepala Sekolah dan kultur organisasi dengan kinerja guru?”.
tersebut, dapat diketahui bahwa ada permasalahan tentang kinerja guru
Tujuan dari penelitian adalah
rendah. Akibat kinerja guru rendah
untuk mencari bukti empiris, yaitu
berpengaruh
untuk mengetahui:
terhadap
pelaksanaan
tugas guru sebagai pengajar kurang
1. Hubungan
antara
persepsi
maksimal sehingga hasil mengajarpun
terhadap kepemimpinan Kepala
guru kurang kreatif dan inovatif. Guru
Sekolah dan kultur organisasi
dalam pembelajaran bersifat monoton
dengan
dan membosankan membuat siswa
Dasar
tidak berminat untuk belajar dan
Surakarta.
prestasi belajar siswa menurun. Di sisi
kinerja
guru
Sekolah
Muhammadiyah
2. Tingkat
persepsi
terhadap
lain, persepsi kepemimpinan dalam
kepemimpinan
suatu
dan kultur organisasi di Sekolah
sekolah
mengingat
sangat
semua
penting,
kegiatan
yang
Dasar
dilakukan di sekolah dikoordinir oleh
Kepala
I
Sekolah
Muhammadiyah
I
Surakarta.
Kepala Sekolah. Kunci keberhasilan
3. Peran
persepsi
suatu sekolah pada hakikatnya terletak
kepemimpinan
pada
dan kultur organisasi terhadap
efisiensi
kepemimpinan Sekolah.
dan
efektivitas
seorang
Faktor
lain
Kepala
kinerja
yang
guru
Kepala
terhadap Sekolah
Sekolah
Dasar
Muhammadiyah I Surakarta.
mempengaruhi keberhasilan sekolah dala mendidik siswa adalah kultur
TINJAUAN PUSTAKA
sekolah. Kultur organisasi sekolah,
Kinerja
salah satu komponen penting yang
atau
prestasi
kerja
adalah kegiatan seorang karyawan 6
telah
melaksanakan
masing-masing
pekerjaannya
secara
kemasyarakatan
keseluruhan
berkaitan
dengan
tugas guru untuk peserta didik agar
yang mencakup kemampuan kerja,
mereka
disiplin, hubungan kerja, prakarsa,
kewajibannya sebagai warga negara
kepemimpinan, dan hal-hal khusus
dan dapat mewariskan nilai-nilai yang
sesuai
sesuai dengan falsafah dan kultur
dengan
pekerjaan
bidang yang
dan
level
dijabatinya
hak
dan
bangsa (Mulyasa, 2007).
(Soeprihanto, 2006). Kompetensi
mengetahui
Kinerja guru diungkap dari dapat
data sekunder yaitu IPG (Indeks
tercermin dalam tiga peran, yaitu
Prestasi Guru) yang diperoleh dari
peran guru sebagai pribadi, peran guru
Kepala Sekolah. Di IPG tersebut
sebagai warga sekolah, dan peran guru
memuat
sebagai
Guru
dengan unsur yang dinilai yaitu
mempunyai tiga tugas pokok yang
kesetiaan, prestasi kerja, tanggung
harus tampak dalam kinerjanya, yaitu:
jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama,
(1)
tugas
prakarsa,
tugas
Semakin tinggi skor kinerja, maka
kemasyarakatan. Tugas profesional
hasil kerja akan semakin meningkat.
berhubungan dengan tugas mendidik
Sebaliknya,
untuk mengembangkan kepribadian,
rendah maka hasil kerja
tugas
menurun.
warga
tugas
guru
masyarakat.
profesional,
kemanusiaan
dan
(2) (3)
mengajar
untuk
tentang
penilaian
dan
guru
kepemimpinan.
apabila
skor
kinerja semakin
mengembangkan kemampuan berfikir,
Harianjaya dan Efendi (2002)
tugas melatih untuk mengembangkan
menjelaskan bahwa salah satu faktor
keterampilan.
kemanusiaan
yang mempengaruhi kinerja guru
ialah, tugas para guru kepada peserta
yaitu pimpinan. Pimpinan sebagai
didik untuk mengembangkan potensi
tenaga kerja khusus yang bertugas
yang
melakukan
mengatur
identifikasi diri dan intropeksi diri
karyawan
agar
jalannya
proses
agar peserta didik dapat menempatkan
produksi
sesuai
dengan
harapan
dirinya di masyarakat yang memiliki
perusahaan.
cita-cita
Tugas
dimilikinya,
dan
harga
diri.
Tugas 7
dan
mengkoordinir
Soeprihanto (2006) menyatakan bahwa
faktor-faktor
mempengaruhi
kinerja
hubungan
antar
manusia.
Gaya
yang
kepemimpinan yang berdasarkan pada
adalah
pelaksanaan tugas adalah memusatkan
Lingkungan kerja. Seseorang yang
perhatiannya
bekerja di lingkungan kerja yang baik
organisasi,
akan mempunyai produktivitas yang
perincian tentang tugas-tugas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
akan
orang yang bekerja ditempat kerja
dilaksanakan
yang serba tidak teratur.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang
Faktor persepsi terhadap gaya
pada
kepentingan
yaitu
memberikan
dilaksanakan, oleh
mengacu
kapan bawahannya.
pada
hubungan
kepempimpinan dijelaskan oleh Rivai
interpersonal, memusatkan perhatian
(2006)
kepada hubungan yang harmonis antar
bahwa
tanggapan
persepsi
dalam
lingkungan
secara
sebagai
memahami langsung
pemimpin dan yang dipimpin.
dari
Kesimpulan persepsi terhadap
seseorang melalui pengindraannya,
kepemimpinan
yang melibatkan pengorganisasian,
individu
penafsiran,
pemimpinnya secara langsung melalui
penginterpretasian,
dan
yaitu dalam
evaluasi seseorang dalam memandang
pengindraannya,
dan mengartikan suatu objek atau
pengorganisasian,
peristiwa
penginterpretasian,
dengan
melalui
proses
tanggapan memahami
yang
melibatkan penafsiran,
dan
evaluasi
penerimaan stimulus menjadi sesuatu
sehingga mampu mengartikan gaya
yang berarti. Objek yang dimaksud
kepemimpinan yang digunakan oleh
dalam
pemimpinnya.
penelitian
ini
adalah
kepemimpinan. Bolton,
dkk.,
menyatakan
bahwa
kepemimpinan perilaku
Faktor kultur organisasi menurut
adalah
(2008)
Lean (2005), didefinisikan sebagai
gaya
kualitas kehidupan (the quality of life)
merupakan
kepemimpinan
dalam
yang
suatu
organisasi
yang
dimanifestasikan dalam aturan-aturan
mendasarkan diri pada dua konsep
atau
pokok yaitu: (1) yang berorientasi
kebiasaan kerja (work habits), dan
pada tugas (2) yang berorientasi pada
gaya kepemimpinan (operating styles 8
norma-norma,
tata
kerja,
of
principals)
seseorang
atasan
seharusnya
maupun bawahan. Kualitas kehidupan
bekerja
dalam
organisasinya.
organisasi, baik yang terwujud dalam
Melalui gaya kepemimpinan
kebiasaan maupun kepemimpinan dan
itulah seorang pemimpin akan mampu
hubungan
dan
mentransfer beberapa nilai seperti
berkembang berdasarkan spirit dan
penekanan pada kelompok, dukungan
keyakinan
tertentu
yang
dianut
guru-guru
organisasi.
Karena
itu,
kultur
toleransi
organisasi
banyak
didefinisikan
pengubahan dan sebagainya. Pada lain
sebagai spirit dan keyakinan sebuah
sisi pegawai akan membentuk suatu
organisasi yang mendasari lahirnya
persepsi subyektif mengenai dasar-
aturan-aturan, norma-norma dan nilai-
dasar nilai yang ada dalam organisasi
nilai
bagaimana
sesuai dengan nilai-nilai yang ingin
seseorang harus bekerja, struktur yang
disampaikan pimpinan melalui gaya
mengatur bagaimana seorang anggota
kepemimpinannya.
organisasi berhubungan secara formal
menyesuaikan
maupun informal dengan orang lain,
dibutuhkan suatu proses yang disebut
sistem
yang
sosialisasi, proses ini akan berhasil
mengatur bagaimana kebiasaan kerja
dengan baik jika pegawai baru akan
seharusnya dimiliki oleh seseorang
merasa senang dengan lingkungan
anggota organisasi.
kerja yang ditempatinya.
yang
dan
tersebut
tumbuh
mengatur
prosedur
kerja
maupun terhadap
karyawan,
resiko,
kriteria
Untuk
antara
nilai-nilai,
Secara garis besar menurut
Perubahan sistem pendidikan
Ishak dan Ayatullah (2003) aspek
lingkungan krja terjadi dalam proses
kultur budaya tersebut ada dua yaitu:
yang relatif cepat sehingga membuat
a.
Nilai (value) yakni sesuatu yang
banyak pendidik atau guru perlu
diyakini oleh warga organisasi
beradaptasi diri terutama pada kultur
dalam mengetahui apa yang benar
organisasi sekolah. Organisasi sekolah
dan apa yang salah
perlu mengkaji sebenarnya model
Keyakinan (belief) yakni sikap
kultur
tentang
dibangun. Mengingat kultur yang
b.
cara
bagaimana
seperti
dikembangkan 9
apa
yang
tersebut
tengah
akan
tercermin dalam aktifitas keseharian
karena
seluruh
subjek
48 orang
dalam menjalankan lembaga
dipakai semua sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
HIPOTESIS Berdasarkan pada teori yang
persepsi terhadap gaya kepemimpinan
telah
digunakan,
Kepala Sekolah dan skala kultur
dalam
penelitian
maka
ada
organisasi. Alat ukur kinerja guru
hubungan antara persepsi terhadap
diungkap dari data sekunder yaitu IPG
kepemimpinan Kepala Sekolah dan
(Indeks Prestasi Guru) yang diperoleh
kultur organisasi dengan kinerja guru
dari Kepala Sekolah. Di IPG tersebut
Sekolah
memuat
Dasar
ini,
hipotesis yaitu
Muhammadiyah
I
Surakarta.
tentang
penilaian
guru
dengan unsur yang dinilai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama,
METODE PENELITIAN Variabel-variabel
yang
prakarsa, dan kepemimpinan.
digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis data yang digunakan
persepsi terhadap gaya kepemimpinan
dalam penelitian ini menggunakan
Kepala Sekolah, kultur organisasi, dan
metode statistik. Teknik analisis data
kinerja guru.
yang digunakan untuk mengetahui
Dalam penelitian ini yang
hubungan antara persepsi terhadap
menjadi populasi adalah seluruh guru
kepemimpinan kepala sekolah dan
di
kultur organisasi dengan kinerja guru
Sekolah
Muhammadiyah
Dasar I
(SD) Surakarta
SD
Muhammadiyah
Surakarta
regresi
berganda.
berjumlah 48 guru, dengan rincian
adalah
jumlah guru laki-laki sebanyak 18
Alasan digunakan regresi berganda
orang dan guru perempuan sebanyak
karena data terdiri dari tiga variabel
30 orang. Jumlah subjek 48 orang
yang
tersebut dipergunakan semua sebagai
variabel itu terdiri dari satu kriterium
sampel. Oleh sebab itu, penelitian ini
dan dua prediktor. Pengolahan data
disebut
secara
penelitian
studi
populasi,
10
analisis
I
berbentuk
interval.
keseluruhan
Ketiga
menggunakan
bantuan komputer SPSS (Statistical
kepemimpinan
Product and Service Solution).
kepemimpinan
mutakhir
seperti
transformasional
diyakini akan memainkan peranan penting bagi setiap organisasi dalam
PEMBAHASAN Peran
kepemimpinan
diperlukan
bagi
Keberadaan
pemimpin
sangat
mengembangkan prestasi perusahaan.
karyawan.
Kepemimpinan
dapat
dalam
diterapkan terhadap pegawai yang
perusahaan sangat penting karena
memiliki pendidikan. Orang yang
pemimpin memiliki peranan yang
berpendidikan
sangat
strategis
mencapai
memiliki
pengetahuan
tujuan
perusahaan.
Kepemimpinan
mengenai
industri,
merupakan
dalam
tulang
pengembangan
punggung
organisasi.
diharapkan
bekerja
dan
kepemimpinan yang baik akan sulit
manfaat
dari
untuk mencapai tujuan organisasi.
bertahun-tahun.
pemimpin
yang
luas
teknologi
dan
lingkungan organisasi tempat mereka
Tanpa
Seorang
dapat
akan
bisa
mendapatkan
pengalaman
selama
Pengetahuan
mampu
berusaha memotivasi bawahan agar
menyelesaikan
berprestasi
yang
keterdekatan dengan semua orang
diharapkan dan apa yang diperkirakan
yang diyakini akan mempengaruhi
(Handoko, 2000). Pemimpin dapat
kreativitas dan inovatif pegawai dalam
memotivasi
menyelesaikan
melebihi
dan
bawahan
menginspirasi
dengan
mengkomunikasikan yang
tinggi
memfokuskan
jalan
jelas
kerja
tujuan
cara-cara
pimpinan
untuk
keras
memiliki
pekerja.
Semakin
tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh
penghargaan
dan
mengekspresikan dengan
apa
masalah,
akan
pengetahuan
dan
permasalahan
penting
Contohnya,
sederhana.
semakin
dapat
mengatasi
(Locke, pimpinan
luas
1997).
menemukan
permasalahan tentang produktivitas
Terkadang mereka juga menunjukkan
pegawai
tujuan mereka dan menampilkan sikap
kegiatan kerja masih menggunakan
yang
dengan
alat-alat yang sederhana. Berdasarkan
tuntutan perubahan tersebut, model
masalah tersebut pimpinan berusaha
optimistik.
Seiring
11
menurun
karena
sarana
menyelesaikan masalah dengan cara
disampaikan pimpinan melalui gaya
mengganti alat-alat yang sederhana
kepemimpinannya.
dengan peralatan yang modern dan
menyesuaikan
harga
oleh
dibutuhkan suatu proses yang disebut
hasil
sosialisasi, proses ini akan berhasil
yang
terjangkau
perusahaan
sehingga
produktivitas dapat meningkat.
Untuk
antara
nilai-nilai,
dengan baik jika pegawai baru akan
Terdapat empat aspek dalam
merasa senang dengan lingkungan
kepemimpinan yang dikaji antara lain
kerja
mengenai
meningkatkan kinerja anggotanya.
gaya
kepemimpinannya,
yang
ditempatinya
Kinerja atau performance dapat
teori kepemimpinan, pendekatan jenis, dan fungsi kepemimpinan. Aspek
diartikan
gaya
menjalankan,
kepemimpinan
merupakan
pencerminan dari perilaku seseorang
Memenuhi
yang
kewajiban;
ditunjukkan
dalam
mampu
upaya
sebagai:
(1)
Melakukan,
melaksanakan; atau (3)
(2)
melaksanakan
Melaksanakan
atau
mempengaruhi segala kegiatan yang
menyempurnakan tanggung jawab; dan
dipimpinnya.
(4)
Dengan
demikian,
dikemukakan
orang
seseorang dalam melaksanakan tugas selama periode tertentu dibandingkan
utama gaya kepemimpinan seseorang.
dengan standar hasil kerja, target atau
Melalui gaya kepemimpinan
sasaran yang telah ditentukan terlebih
itulah seorang pemimpin akan mampu
dahulu dan telah disepakati bersama
mentransfer beberapa nilai seperti
Hasil
penekanan pada kelompok, dukungan
toleransi
maupun terhadap
didukung
karyawan,
resiko,
yang
yang dicapai atau tingkat keberhasilan
yang
dipimpinnya akan mencerminkan ciri
guru-guru
sesuatu
diharapkan. Kinerja merupakan hasil
semua persepsi yang muncul atau yang
Melakukan
penelitian oleh
tersebut
penelitian
yang
dilakukan oleh Putra dan Yunita
kriteria
(2014) telah melakukan penelitian
pengubahan dan sebagainya. Pada lain
dengan
sisi pegawai akan membentuk suatu
judul
Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
persepsi subyektif mengenai dasar-
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
dasar nilai yang ada dalam organisasi
Guru SMA Negeri Simpang Empat.
sesuai dengan nilai-nilai yang ingin
Dari 12
hasil
penelitian
diperoleh
kesimpulan
(1)
kepemimpinan terhadap
ada
pengaruh
artinya agar karyawan dapat berfungsi
kepala
sekolah
secara profesional dengan integritas
kinerja
guru.
(2)
Ada
yang tinggi. Acuan baku tadi dapat
pengaruh budaya organisasi terhadap
dimanifestasikan
kinerja
budaya
guru.
(3)
Ada
pengaruh
dalam
organisasi
bentuk
yang
secara
kepemimpinan kepala sekolah dan
sistematis menuntun para karyawan
budaya organisasi terhadap kinerja
untuk
guru.
kerjanya bagi perusahaan dan pada
meningkatkan
komitmen
Perubahan sistem pendidikan
akhirnya akan meningkatkan kinerja
lingkungan kerja terjadi dalam proses
organisasi. Dengan demikian dapat
yang relatif cepat sehingga membuat
disintesiskan budaya organisasi adalah
banyak pendidik atau guru perlu
pedoman
beradaptasi diri terutama pada kultur
organisasi yang mengatur bagaimana
organisasi sekolah. Organisasi sekolah
para anggota organisasi bertindak dan
perlu mengkaji sebenarnya model
berperilaku yang dicirikan dengan
kultur
indikator:
seperti
apa
yang
tengah
yang
dianut
sebuah
merealisasikan
misi
dibangun. Mengingat kultur yang
organisasi, pengarahan dan dukungan
dikembangkan
pemimpin, pengawasan, kerjasama,
tersebut
akan
tercermin dalam aktifitas keseharian
komunikasi
dalam menjalankan lembaga melalui
penghargaan atas prestasi.
budaya atau kultur organisasi. Kultur
harmonis,
Seorang
dan
pemimpin
adalah
mempunyai sebuah misi atau tujuan
yang
yang hendak dicapainya, ia akan
berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan
berusaha menarik para pengikutnya
harapan yang dirasakan bersama oleh
hingga mencapai tingkat prestasi yang
anggota organisasi merupakan asumsi
memuaskan maka dapatlah dikatakan
dasar yang dirasakan bersama oleh
bahwa ia adalah pemimpin yang
anggota
efektif,
pemahaman
organisasi
yang
kerangka
organisasi.
kerja
Dalam
suatu
dengan
ciri-ciri
sebagai
organisasi diperlukan suatu acuan
berikut: 1) realistis, artinya seorang
baku sehingga sumber daya manusia
pemimpin harus dapat merencanakan
dapat diberdayakan secara optimal,
sesuatu yang nyata, bukan yang 13
muluk-muluk, di mana rencana dilihat
harus
dari situasi dan kondisi organisasi. 2).
dalam
banyak akal, seorang pemimpin harus
dengan kelompoknya maupun di luar
mempunyai banyak akal untuk dapat
kelom-pok.
mengatasi
yang
inisiatif, seorang pemimpin adalah
dihadapi. Seorang pemimpin juga
seorang yang memimpin dengan jalan
dituntut untuk mempunyai banyak
memprakarsai tingkah laku sosial
pengetahuan yang luas, sehingga akan
dengan
dapat mendukung pemimpin dalam
mengorganisasi,
pengambilan
usaha dan upaya orang lain. 7)
masalah-masalah
pemecahan merupakan
keputusan suatu
dan
masalah.
komunikator
3).
dapat segala
dapat
mengatur,
seorang
emosinya
tindakannya,
6).
partisipasi
yang
menguasai
mengambil
menunjukkan,
atau
dalam
baik
mengontrol
bidang
pemimpin
sosial,
selain
harus
terampil, pemimpin suatu organisasi
memperhatikan kelompoknya, juga
harus
harus memperhatikan lingkungan di
dapat
berkomunikasi,
baik
dengan bawahan maupun dengan
luar kelompoknya.
pihak luar, agar dapat menyampaikan
Hasil
penelitian
tersebut
suatu informasi atau suatu perintah.
didukung penelitian sebelumnya yang
Dalam
dilakukan
komunikasi,
komunikator
oleh
Suherman
(2012)
menggunakan simbol-simbol dalam
dengan hasil penelitian bahwa budaya
penyampaian berita oleh karena itu
organisasi
seorang komunikator harus banyak
positif
mempunyai ide dalam penyampaian
organisasi
berita,
mudah
perangkat manajemen untuk mencapai
memahami apa yang disampaikan
tujuan dan juga dimanfaatkan sebagai
oleh komunikator. 4). percaya pada
salah
diri sendiri, seorang pemimpin dalam
organisasi.
mengambil
harus
hubungan antara budaya organisasi
diri
dengan kinerja dapat dijelaskan dalam
sendiri bahwa keputusan yang diambil
model diagnosis budaya organisasi.
sudah benar. 5). emosional stabil,
Semakin baik kualitas faktor-faktor
maksudnya bahwa seorang pemimpin
yang
agar
mempunyai
penerima
keputusan keyakinan
pada
14
berpengaruh
terhadap
satu
langsung
kinerja.
merupakan
kekuatan
salah
daya
Adanya
terdapat
Budaya
dalam
satu
saing
keterkaitan
budaya
organisasi
makin
karyawan.
baik
kinerja
Kesadaran
organisasi
untuk
merealisasikan
Sekolah dan kultur organisasi
anggota
dengan kinerja
bersama-sama
visi
dan
Dasar
misi
anggota
pengarahan
organisasi
di
Sekolah
Muhammadiyah
I
Surakarta.
organisasi, pimpinan yang senantiasa memberikan
guru
2.
pekerjaan
Tingkat
persepsi
terhadap
kepemimpinan Kepala tergolong
bawah
tinggi
dan
kultur
Sekolah
Dasar
bimbingannya, disertai pengawasan
organisasi
yang baik, mencipakan kerjasama
Muhammadiyah
yang harmonis dan komunikasi yang
termask kategori sangat tinggi.
lancar serta memberi penghargaan
3.
Peran
di
tingkat
I
Surakarta
persepsi
terhadap
terhadap karyawan yang berprestasi
kepemimpinan Kepala Sekolah
akan berpengaruh terhadap pembuatan
dan kultur organisasi terhadap
program kerja yang baik, pelaksanaan
kinerja
terhadap tugas pokok, pengelolaan
Muhammadiyah
administrasi yang rapi maka akan
sebesar
tercipta suasana yang kondusif dan
sisanya 49,6% dijelaskan oleh
mempermudah pengevaluasian setiap
variabel lain di luar model yang
program kerja dan membuat laporan
tidak
pekerjaan.
motivasi, lingkungan kerja, dan
guru
Sekolah I
50,4%.
Dasar
Surakarta Sedangkan
terobservasi,
misalnya
dukungan sosial. Berdasarkan
KESIMPULAN
hasil
penelitian
Berdasarkan hasil analisis data
tersebut, maka dapat diajukan saran
dan pembahasan hubungan antara
kepada siswa dan peneliti selanjutnya,
persepsi
sebagai berikut:
terhadap
kepemimpinan
kepala sekolah dan kultur organisasi
1. Bagi Kepala sekolah
dengan kinerja guru Sekolah Dasar
Kepala
sekolah
sebagai
Muhammadiyah I Surakarta dapat
koordinator dan penanggung jawab
diperoleh suatu kesimpulan, yaitu:
hendaknya dapat menjaga kualitas
1.
Ada hubungan antara persepsi
guru
terhadap kepemimpinan Kepala
melakukan kontrol kualitas mengajar 15
yang
telah
ada
dengan
guru. Selain itu bagi guru yang belum
Anggaran
mampu
Daerah).
melaksanakan
hendaknya
Kepala
fungsinya Sekolah
fungsinya
Belanja
4. Bagi peneliti selanjutnya
memberikan teguran agar guru dapat melaksanakan
Pendapatan
persepsi
terhadap
secara
kepemimpinan Kepala Sekolah dan
maksimal. Selain itu, pengurus juga
kultur organisasi terhadap kinerja guru
diharapkan
Sekolah
dapat
meningkatkan
Dasar
Muhammadiyah
I
motivasi mengajar dan kreativitas
Surakarta sebesar 50,4%. Sedangkan
kerja guru
sisanya
dengan menyediakan
49,6%.
Maka
untuk
sarana dan prasarana yang memadai,
selanjutnya agar peneliti melakukan
seperti menyediakan buku-buku yang
penelitian
diperlukan guru.
variabel-variabel
2.
mempengaruhi kinerja guru, misalnya
Bagi Guru Guru
diharapkan
mampu
untuk
mengungkap lain
yang
seperti. misalnya motivasi, lingkungan
mempertahan motivasi mengajar dan
kerja, dan dukungan sosial.
kreativitas kerja yang sudah tinggi. Adapun cara yang dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
oleh
Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
guru
untuk
mempertahan
kreativitas mengajar dan motivasi kerja
dengan
cara
Bolton, P., Brunnermeier, M.K., dan Veldkamp, L. 2008. Leadership, Coordination and Mission-Driven Management. Wall Street Journal. Hal. 1-43.
meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan, dapat diperoleh melalui internet, surat kabar, dan buku-buku sehingga kemampuan
Handoko, T.H. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
mengajar guru dapat maksimal. 3. Bagi Departemen Pendidikan Departemen Pendidikan untuk
Harianjaya, M dan Efendi, T. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
mendukung motivasi kinerja guru tetap tinggi dapat diwujudkan dengan memberi bantuan tambahan gaji yang diambil
dari
RAPBD
Ishak, A dan Ayatullah, F. 2003. Komunikasi dan Organisasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
(Rencana
16
Universitas Yogyakarta Lean,
Muhammadiyah
Nurkolis. 2009. Mempertanyakan Keprofesionalan Guru. Suara Merdeka. 21 Desember. Hal.6.
L.D. 2005. Organizational Culture’s Influence on Creativity and Innovation: A Review of the Literature and Implications for Human Resource Development. Advances in Developing Human Resources Vol. 7, No. 2 May 2005 226-246.
Rivai, M. 2006. Produktivitas dan Manajemen. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produksi. Sahulata, O. 2009. Meningkatkan Kualitas Kinerja Tenaga Pendidik. Artikel Pendidikan. Http://www.google.com.id. Diakses Tanggal 14 Januari 2009. Pukul 21.00.
Leutuan, Harun Al Rasyid. 2011. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru. Jurnal Penabur. Vol. 4. No. 3. Hal. 114. Locke,
A.E. 1997. Esensi Kepemimpinan. Empat Kunci untuk Memimpin dengan Keberhasilan (Terjemahan: Aris Ananda). Jakarta: Mitra Utama.
Maas,
M. 2009. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa IPS SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2009.
Soeprihanto, J. 2006. Penilaian Kinerja dan pengembangan Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Napitupulu, Andrew. 2012. Frofesi Guru dan Permasalahannya Profesional Guru dan Permasalahannya. http://harunalrasyidleutuan.wo rdpress.com/2010/01/22/frofes i-guru-dan-permasalahannyaprofesional-guru-danpermasalahannya/ 17