PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN DAN RASA BERHARGA PADA ANAK KELAS VI SEKOLAH DASAR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Tirzayana Theophillia Risakotta 109114045
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTO
You need to step outside, get some fresh air and remind yourself of who you are and who you want to be….
Learn from yesterday. Live for today, Hope for tomorrow -
Albert Einstein
-
Fall Seven Times, Stand Up Eight Times -Japanese Proverb-
“So do not fear, I am with you; do not be dismayed, for I am your God. I will strengthen you and help you; I will uphold you with My righteous hand.” -Isaiah 41:10-
“But He knows the way I take; when He has tested me, I will come out as pure as gold.” -Job 23:10-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:
Siapapun yang bersedia untuk membaca dan memberi masukan atas penelitian ini yang jauh dari kata sempurna.
For: Hon hon, Flo and the puppies, Bianca, Blacky, Ronde, Bagong, Gareng….
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN DAN RASA BERHARGA PADA ANAK KELAS VI SEKOLAH DASAR Tirzayana Theophillia Risakotta ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Pengasuhan merupakan variabel independen dalam penelitian ini, sedangkan rasa berharga merupakan variabel dependen. Partisipan dalam penelitian ini adalah 79 siswa-siswi kelas VI sekolah dasar yang berusia antara 11-12 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Peneliti mengumpulkan data dengan membagikan kuesioner yang berisi dua skala yaitu pengasuhan (α=0,703) dan rasa berharga (α=0,819). Hasil analisis menunjukkan pendistribusian data normal (pengasuhan =.232, rasa berharga =.789) namun keduanya tidak memiliki hubungan yang linear (sig=.265). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan positif antara kedua variabel (.180). Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti. Peneliti menyimpulkan bahwa pengasuhan tidaklah cukup menjadi satu-satunya faktor yang berhubungan/berkontribusi terhadap perkembangan rasa berharga pada anak. Kata kunci : pengasuhan, rasa berharga
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE CORRELATION BETWEEN PARENTING AND SELF-WORTH AMONG CHILDREN IN GRADE VI ELEMENTARY SCHOOL Tirzayana Theophillia Risakotta ABSTRACT This research focus on the relationship between parenting and self-worth among children. Parenting is independent variable, whereas self-worth is dependent variable. The participants in this research consists of 79 students in grade sixth elementary school aged between 11 to 12 years old. This is a quantitative correlational study, the data was collected by filling the questionnaire consists of two scales: parenting (α=0,703) and self-worth (α=0,819). The analysis showed that both variables had a normal distribution (parenting =.232, self-worth=.789), but weren‟t linear (sig=.265). Spearman‟s correlation result showed there was no positive relationship between these variables (.180). Therefore, the hypothesis in this research had not proven. Researcher conclude that parenting is not the only factor which relate/contribute to self-worth development. Keywords: parenting, self-worth
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke pada Tuhan yang maha Esa karena atas rahmat dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Proses penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan orang-orang yang ikhlas, mendorong, dan selalu membantu menyemangati penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Dengan penuh ucapan syukur, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendorong saya untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Pak Cahya, selaku dosen pembimbing skripsi yang selama ini dengan sabar selalu membimbing dan memberi masukan serta kepercayaan pada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti dan Ibu Paschedonna Hendrietta selaku yang pernah dan sedang menjadi dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih untuk pengajaran dan bimbingannya selama ini dengan caranya masingmasing. 4. Bapak Priyo Widiyanto selaku dekan fakultas psikologi dan Bapak Eddy selaku kepala program studi fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma. 5. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 6. Para dosen, asisten mahasiswa, Pak Gie, Mas Gandung, dan Bu Nanik yang masuk dalam tim akreditasi fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terima kasih untuk pengalaman berdinamika yang tidak akan pernah terlupakan. Adapun penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Akan tetapi didalamnya terdapat gambaran bagaimana sebuah pertanyaan bisa berangkat menjadi penelitian. Saya mohon maaf apabila ada kata atau sebutan yang kurang berkenan. Dengan tangan terbuka saya menerima kritik dan masukan yang membangun untuk penelitian ini. akhir kata saya ucapkan terima kasih. Yogyakarta, 31 Mei 2016 Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan masalah....................................................................................... 9 C. Tujuan penelitian ........................................................................................ 10 D. Manfaat penelitian...................................................................................... 10 1. Manfaat teoritis .................................................................................... 10 2. Manfaat praktis..................................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 12 A. PENGASUHAN ......................................................................................... 12 1. Pengertian ............................................................................................. 12 2. Perilaku, pengkondisian, reinforcement, dan perasaan orang tua dalam proses pengasuhan anak ....................................................................... 13 3. Dampak pengasuhan ............................................................................ 17 B. RASA BERHARGA .................................................................................. 18 1. Pengertian ............................................................................................. 18 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Komponen afektif dan kognitif dalam rasa berharga ........................... 19 a. Komponen afektif dalam rasa berharga ........................................ 19 b. Komponen kognitif dalam rasa berharga...................................... 20 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berharga ................................ 20 a. Budaya .......................................................................................... 20 b. Pola asuh orang tua ....................................................................... 21 C. Kerangka konseptual .................................................................................. 23 D. Hipotesis penelitian .................................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 27 A. Jenis penelitian ........................................................................................... 27 B. Identifikasi variabel penelitian .................................................................. 27 C. Definisi operasional ................................................................................... 28 D. Subjek dan lokasi penelitian....................................................................... 29 E. Metode dan alat pengumpulan data............................................................ 30 F. Validitas dan reliabilitas............................................................................. 33 G. Teknik analisis data .................................................................................... 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39 A. Persiapan penelitian ................................................................................... 39 B. Pelaksanaan penelitian ............................................................................... 39 C. Hasil penelitian........................................................................................... 40 1. Deskripsi data penelitian ...................................................................... 40 2. Uji asumsi ............................................................................................ 41 3. Uji hipotesis ......................................................................................... 42 D. Pembahasan ................................................................................................ 43 E. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 49 A. Kesimpulan ................................................................................................ 49 B. Saran........................................................................................................... 50 1. Bagi orang tua ...................................................................................... 50 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagi instansi pendidikan ...................................................................... 50 3. Bagi peneliti selanjutnya ...................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 54
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue print skala pengasuhan sebelum uji coba ..................................... 30 Tabel 2. Penilaian skala pengasuhan ................................................................... 31 Tabel 3. Blue print skala rasa berharga sebelum uji coba ................................... 32 Tabel 4. Penilaian skala rasa berharga ................................................................ 32 Tabel 5. Blue print skala pengasuhan setelah uji coba........................................ 34 Tabel 6. Blue print skala rasa berharga setelah uji coba ..................................... 36 Tabel 7. Deskripsi data penelitian ....................................................................... 40 Tabel 8. Hasil uji asumsi linearitas pengasuhan dan rasa berharga .................... 41 Tabel 9. Hasil uji asumsi normalitas pengasuhan dan rasa berharga .................. 42 Tabel 10. Hasil uji hipotesis ................................................................................ 42
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bagaimana pengalaman pengasuhan anak berdampak bagi masa dewasanya? Berikut ini adalah sebuah ilustrasi nyata tentang hal tersebut. Adalah sebuah kisah tentang dua pemuda yang telah lama bersahabat. Keduanya dibesarkan dengan cara yang berbeda. Sebut saja pemuda pertama adalah Anto, dan pemuda kedua adalah Badu. Orang tua si Anto sering menganggap remeh dan tidak memperhatikan dirinya dengan baik. Sedangkan si Badu tumbuh dalam keluarga yang selalu memberinya dukungan. Mereka berdua tumbuh dengan karakter yang berbeda dan hal tersebut memengaruhi masa depan masing-masing. Si Anto menjadi seorang pengusaha dan pendiri sebuah perusahaan yang sukses, lain halnya dengan si Badu yang menjadi pelayan di sebuah restoran. Meskipun si Anto memiliki segalanya namun dia tidak percaya diri dan selalu meragukan kemampuannya sendiri apalagi orangtuanya selalu memandang Anto sebagai sosok yang tidak pernah ada baiknya dimata mereka. Sedangkan si Badu memiliki keyakinan pada dirinya sendiri. Dia percaya bahwa dengan dukungan dari keluarganya, dia akan mampu menjadi orang yang lebih baik. Berkat dukungan dari keluarganya dia pun mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Pada akhirnya si Anto mati bunuh diri karena depresi dengan keadaan dirinya yang dipandangnya sebagau orang yang tidak sempurna. Contoh diatas menunjukkan bahwa kepercayaan dan keyakinan terhadap diri 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
sendiri memegang peranan penting dalam kehidupan tiap orang begitu juga dengan pola asuh orang tua yang keduanya berhubungan satu sama lain dan mampu menghasilkan outcome/tindakan yang bermacam-macam.
Adapun
pandangan layak terhadap diri sendiri disebut sebagai rasa berharga. Rasa berharga merupakan pandangan positif secara keseluruhan tentang diri. Bagaimana seseorang memandang dirinya secara keseluruhan layak (berharga) atau sebaliknya. Rasa berharga adalah penilaian yang kita buat terhadap kelayakan diri sendiri dengan segala perasaan yang berhubungan dengan penilaian tersebut (Berk, 2013). Rasa berharga yang tinggi mengarah pada sebuah evaluasi yang realistik tentang karakteristik diri dan kemampuan diri, disertai dengan sikap penerimaan diri dan menghormati diri sendiri. Banyak orang menganggap rasa berharga sama dengan harga diri tapi sebenarnya keduanya memiliki perbedaan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) harga diri merupakan “penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya”. Sedangkan rasa berharga merupakan pandangan kita terhadap diri sendiri bahwa diri kita layak dan berharga. Harga diri lebih condong pada apa yang kita lakukan sedangkan rasa berharga lebih kepada siapa diri kita (Firestone, 2016 ). Orang bisa saja memiliki harga diri yang tinggi karena berbagai pencapaian positif yang berhasil diraihnya, tapi belum tentu ia merasa dirinya berharga apabila ia mengalami kegagalan. Sedangkan orang dengan rasa berharga tinggi pada dirinya akan tetap memandang dirinya berharga pada saat ia mengalami kegagalan maupun kesuksesan (Hibbert, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Rasa berharga sendiri memiliki peran yang penting dalam kehidupan setiap orang termasuk pada anak-anak. Dapat dikatakan bahwa rasa berharga yang dimiliki seorang anak sejak masa kecilnya akan memengaruhi masa depannya kelak. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kahle, Kulka, dan Klingel (1980) yang menemukan bahwa anak-anak yang sejak di bangku sekolah memiliki rasa berharga yang rendah cenderung menghadapi masalah interpersonal pada saat beranjak dewasa (dalam Kahle, Kulka, dan Klingel. 1981. A longitudinal study of adolescents’ attitude-behavior consistency. The public opinion quarterly, vol 45 no. 3, pp 402-414 ). Selain itu rasa berharga yang rendah juga dapat membuat anak memperlihatkan perilaku bermasalah, bukan hanya di negara tertentu tapi juga di Indonesia. Berdasarkan data yang dibuat oleh Komnas HAM bagian perlindungan anak ditemukan kurang lebih 300 anak yang bermasalah dengan kasus hukum sepanjang tahun 2012. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia, anak-anak yang tersangkut masalah hukum tersebut melakukan berbagai hal seperti mencuri, melakukan perbuatan cabul, menunjukkan perilaku antisosial, merokok, bahkan mengkonsumsi minuman beralkohol dan hal ini juga dilakukan karena pengaruh orang dewasa. Dimana terkadang untuk mendapat pengakuan sebagai sosok yang berani maka anak-anak ini melakukan hal yang merugikan orang lain (kompas.com, 2013). Fakta ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar termasuk orang tua memegang peranan penting dalam mengontrol, mengajari, dan memberi kenyamanan pada anak, dimana anak tidak akan bermasalah dengan rasa berharganya apabila ia berada di lingkungan yang mendukung dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Menurut teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, sebelum manusia dapat mengaktualisasikan diri, kebutuhannya akan rasa berharga harus terpenuhi terlebih dahulu (dalam Mathias, 2008, p.6). Untuk bisa mendapatkan kebutuhan ini, individu sudah harus terlebih dahulu mendapatkan kebutuhan mereka akan cinta dan kasih sayang. Selain itu individu harus pula merasa aman dan dilindungi. Bagi anak-anak, hal ini pertama kali mereka dapatkan dari dalam lingkungan keluarga sebagai anggota masyarakat pertama yang mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak. Penelitian mengenai kebermaknaan hidup pada anak pidana di Bali yang dilakukan oleh Dewi dan Tobing (dalam A.A. Sagung Swari Dewi & David Hizkia Tobing. 2014. Kebermaknaan hidup pada anak pidana di Bali. Jurnal Psikologi Udayana, Vol I, No. 2, 322-334) menemukan bahwa keluarga memegang peranan penting bagi rasa berharga pada anak. Dimana para subjek tetap memiliki rasa pantas untuk hidup walaupun berada di lapas dengan label negatif pada saat masa tahanan sudah selesai karena keluarga selalu mendukung mereka lepas dari pandangan dunia luar. Selama berada di dalam lapas pihak keluarga selalu menyempatkan diri untuk menjenguk dan memberi semangat. Hal itulah yang membuat para anak pidana tetap merasa diri mereka berharga dan tetap pantas untuk hidup Penelitian Erikson (1963) menemukan bahwa bahkan seorang anak yang perkembangan kognitifnya belum begitu kompleks, mampu menilai dan belajar apakah lingkungan sekitarnya ramah dan memuaskan atau membuatnya frustasi. Rosenberg
(1986)
menambahkan
bahwa
secara
tidak
langsung
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
menerjemahkan pengalaman sosialnya menjadi perasaan bangga atau sebaliknya malu. Perasaan bangga atau malu inilah yang nantinya menjadi fondasi dalam pembentukan rasa berharga anak, dan hal itu juga memengaruhi bagaimana orang dewasa melihat diri dan dunia mereka. Peran orang tua dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan anak. Perkembangan anak yang positif dapat menuntun anak tersebut menjadi pribadi yang nantinya dewasa dalam berpikir serta mampu membantu diri sendiri dan orang lain. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa keluarga merupakan agen sosial pertama yang mengajarkan segalanya untuk si anak agar bisa beradaptasi dengan lingkungan di luar keluarga. Selain itu orang tua juga memegang peranan penting dalam memberi pengalaman yang baik pada si anak agar ia memiliki pandangan diri yang baik tentang dirinya sendiri (Erikson, 1963). Hal ini didukung oleh teori perkembangan psikososial Erik Fromm (1963) yang berpendapat bahwa pada tahap awal kehidupan manusia, orang tua sebagai pengasuh utama memegang peranan penting dalam membuat anaknya merasa aman akan dunia di sekitarnya. Selain itu orang tua juga harus bisa membantu anaknya untuk mempertahankan rasa mandiri yang telah dimiliki oleh si anak dengan mendukung dan memberi penguatan. Menurut Fromm (1963), hal ini penting untuk dilakukan karena akan berpengaruh pada rasa aman dan nyaman yang dimiliki oleh anak untuk tetap bisa bertahan hidup. Sebaliknya, apabila orang tua terlalu banyak memberi kritikan, terlalu mengontrol, dan tidak memberi anak kesempatan untuk berusaha dengan usaha mereka sendiri, hal itu berakibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
pada rendahnya rasa berharga dan perasaan malu atau meragukan kemampuan diri sendiri. Pada kenyataannya tiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya (Kopko, 2007). Perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua saat mengasuh anak menciptakan suasana emosional bagi interaksi antara orang tua dan anak. Selain itu, pengasuhan disebut sebagai aktivitas yang kompleks yang didalamnya terdapat berbagai perilaku berbeda yang digunakan untuk membesarkan anak. Menurut Steinberg, Darling, dan Fletcher (dalam Mathias, 2008, p. 29) pengasuhan juga digunakan untuk memprediksi perkembangan anak dalam hal kompetensi sosial, perfomansi akademik, perkembangan psikososial, dan perilaku bermasalah.
Pengasuhan dapat
memperlihatkan bagaimana cara orang tua mengasuh anaknya dan dapat memprediksi keadaan psikologis bahkan rasa percaya diri anak di berbagai budaya dan lingkungan yang berbeda-beda di di berbagai negara (Steinberg & Silk, 2002). Oleh sebab itu, secara keseluruhan pengasuhan merupakan model atau cara yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan (reinforcement), dan perasaan yang digunakan orang tua dalam mendidik anak. Menurut Baumrind (1980) terdapat tiga pengasuhan yang biasanya digunakan oleh orang tua, yaitu: otoritatif, otoriter, dan permisif. Penelitian yang dilakukan oleh Baumrind pada 100 anak pra sekolah mengenai pengaruh pengasuhan terhadap perkembangan anak, ia menemukan bahwa anak yang tumbuh dalam asuhan tipe otoriter cenderung menjadi anak yang patuh terhadap perintah, tetapi sebaliknya anak tidak merasa bahagia, tidak mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
kompetensi sosial yang memadai, dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Sama halnya juga dengan anak yang tumbuh dalam asuhan tipe permisif cenderung menjadi anak yang tidak bahagia, sulit untuk mengontrol dan mengatur diri sendiri meskipun ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini terjadi karena anak tidak diajar oleh orang tua untuk mengontrol diri dan hanya bertindak sebagai pewujud keinginan anak. Oleh sebab itu meskipun kepercayaan dirinya tinggi, anak cenderung tidak bahagia dan sulit untuk mengontrol diri. Orang tua yang mendidik anaknya dengan menggunakan cara permisif memengaruhi perilaku anaknya melalui kebebasan mutlak yang diberikan, memanjakan anak tanpa ada pendisiplinan ketika si anak berbuat semaunya. Hal ini kemudian berdampak pada perilaku sulit diatur, prestasi akademik yang rendah di sekolah, dan sering bermasalah dengan pihak otoritas. Berbeda halnya dengan anak yang tumbuh dalam asuhan tipe otoritatif, mereka lebih bahagia, punya relasi yang baik dengan orang lain, taat perintah orang tua, dan percaya diri dalam bertindak. Banyak penelitian bersifat cross-sectional yang menemukan hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Coopersmith (1967) menemukan bahwa anak yang berusia 10-12 tahun dengan rasa berharga yang tinggi cenderung mempunyai hubungan baik dengan ibu mereka jika dibandingkan dengan anak yang memiliki rasa berharga rendah. Hoether dan Harper (1986) juga menemukan bahwa anak atau remaja yang memiliki keluarga dengan support yang tinggi cenderung memiliki rasa berharga yang lebih tinggi. Lalu bagaimana pengasuhan dan rasa berharga saling berhubungan? Dapat dikatakan hal itu bisa terjadi karena adanya proses yang disebut Reflected appraisal. Pandangan ini berfokus kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
pandangan keluarga atau orang-orang terdekat mengenai diri (Cooley, 1922). Individu yang orang-orang terdekatnya adalah keluarga cenderung memandang penilaian keluarganya sebagai sebuah cerminan dirinya yang sebenarnya. Sehingga apabila seorang anak tumbuh dengan support, kasih sayang, dan penerimaan yang penuh dari keluarganya maka dia memandang dirinya berharga. Begitu juga rasa berharga si anak dapat memengaruhi bagaimana orang tuanya bersikap terhadap anak. Misalkan anak yang memiliki rasa berharga rendah mengalami depresi serta berperilaku memberontak, hal ini yang kemudian memunculkan reaksi negatif dari orang tua (Decy & Ryan, dalam Harters, Waters, & Whitesell, 1998, h. 757). Di lain pihak terdapat pula hasil penelitian lain yang berpendapat bahwa pengasuhan yang digunakan orang tua tidak memiliki hubungan dengan rasa berharga pada anak karena anak dipandang sebagai agen aktif yang membentuk perkembangan diri mereka sendiri, bukan hanya sekedar menjadi penerima pasif pengaruh dari lingkungannya (Zigler, Lamb, and Child, 1982). Di Indonesia sendiri masalah pengasuhan dan rasa berharga pada anak dapat terlihat dengan jelas. Seorang anak tewas gantung diri di dalam lemari pakaian miliknya diduga karena ia merasa tidak berharga dan kurang mendapat kasih sayang. Sejak kecil ia tidak mendapat kasih sayang yang layak dari kedua orang tuanya karena mereka selalu bertengkar dan akhirnya bercerai. AAK (inisial) pun akhirnya hanya tinggal bersama dengan nenek dan bibinya sedangkan kedua orang tuanya sudah hidup dengan keluarga baru mereka masing-masing (wartakota.tribunnews.com/2015). Menurut Elly Risman dari yayasan Kita dan Buah Hati, banyaknya tendensi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
usia 10-14 tahun untuk bunuh diri adalah karena beberapa alasan kejiwaan, diantaranya mereka merasa tidak berharga, merasa terperangkap dalam selimut tebal, sampai dengan menyimpan perasaan menyesal mengapa mereka dilahirkan (dalam kompasiana.com). Dalam penelitian ini peneliti bermaksud menguji apakah pengasuhan berhubungan dengan rasa berharga pada anak kelas VI Sekolah Dasar. Anak-anak yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar kelas VI dan berusia 11-12 tahun. Menurut Piaget (1955/1958) pada usia ini anak-anak telah mampu berpikir secara abstrak dan menilai lingkungan sekitarnya (dalam Berk, 2013. p. 253) dengan begitu anak- anak akan lebih mudah untuk menilai rasa berharga pada diri mereka dari hasil menilai diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selain itu sebagian besar anak-anak yang berusia 11-12 tahun masih tinggal bersama dengan orang tua. Oleh sebab itu besar kemungkinan untuk melihat bagaimana hubungan pengasuhan dan rasa berharga pada anak-anak yang berusia 11-12 tahun. Peneliti menduga terdapat hubungan positif antara pengasuhan dengan rasa berharga. Meski begitu terdapat penelitian sebelumnya yang membantah dugaan tersebut. Oleh sebab itu untuk menguji kebenaran dugaan ini maka dilakukan sebuah penelitian korelasional untuk melihat hubungan keduanya.
B. Rumusan Masalah Berangkat dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Apakah terdapat hubungan positif yang empirik antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak kelas VI Sekolah Dasar di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa: Terdapat hubungan positif yang empirik antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak kelas VI Sekolah Dasar di Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat semakin memperkaya hasil penelitian dibidang psikologi perkembangan khususnya mengenai hubungan antara orang tua dan anak. Selain itu penelitian ini juga ikut memberikan bukti empirik tentang keterkaitan antara pengasuhan dan rasa berharga yang berangkat dari keadaan dewasa ini. 2.
Manfaat praktis:
a.
Bagi peneliti
Penelitian ini menjadi ruang bagi peneliti untuk lebih memahami bagaimana hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Penelitian ini juga nantinya dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya. b.
Bagi orang tua
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua bahwa pengasuhan yang mereka gunakan dapat memengaruhi perkembangan rasa berharga anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
c.
Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pembuat aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat untuk membuat aturan dengan orientasi penekanan pada pengasuhan. Misalkan diberlakukan aturan jumlah jam kerja orang tua yang semula delapan jam menjadi enam jam agar supaya orang tua bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan anaknya.
Jadi, dalam penelitian ini peneliti menduga terdapat hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak berusia 11-12 tahun. Hasil penelitianpenelitian terdahulu menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang baik menghasilkan anak dengan rasa berharga yang tinggi pula dan hal tersebut memengaruhi prestasi akademis, pergaulan, dan hubungan dengan orang tua. Akan tetapi terdapat pula hasil penelitian lain yang menemukan bahwa pengasuhan tidak memiliki hubungan dengan rasa berharga karena anak dipandang sebagai agen aktif dalam pembentukan konsep diri. Rumusan masalah yang kemudian menjadi tujuan untuk dicapai yaitu menguji apakah terdapat hubungan positif antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk lebih memperkaya temuan penelitian dibidang psikologi perkembangan, serta memahami hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Manfaat praktis dari penelitian ini untuk memberi masukan bagi peneliti, orang tua, dan masyarakat dalam mengasuh anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengasuhan 1. Pengertian Pengasuhan merupakan cara atau model yang digunakan orang tua untuk mendidik anak yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua orang tua. Pengasuhan mengarah pada tata cara yang digunakan oleh orang tua dalam membesarkan anak. Menurut Hoghughi (2004) pengasuhan merupakan beragam aktivitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Berns (1997) berpendapat bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi antara orang tua dan anak yang terjadi secara terusmenerus dan bukan hanya mempengaruhi anak, tapi juga orang tua. Brooks (2001) juga berpendapat hal yang serupa bahwa pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak. Sedangkan Jerome Kagan seorang psikolog perkembangan memandang pengasuhan sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik. Pengasuhan juga digunakan untuk 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
memprediksi perkembangan anak dalam hal kompetensi sosial, perfomansi akademik, perkembangan psikososial, dan perilaku bermasalah. Pengasuhan dapat memperlihatkan bagaimana cara orang tua mengasuh anaknya dapat memprediksi keadaan psikologis bahkan rasa percaya diri anak di berbagai budaya dan lingkungan yang berbeda-beda di bumi ini (Steinberg & Silk, 2002). Oleh sebab itu, secara keseluruhan pengasuhan merupakan model atau cara yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan (reinforcement), dan perasaan yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya. 2. Perilaku, pengkondisian, penguatan (reinforcement), dan perasaan orang tua dalam proses pengasuhan anak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku didefinisikan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam proses pengasuhan anak, perilaku adalah tindakan atau respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak. Pada saat mengasuh anak orang tua menunjukkan berbagai perilaku yang dapat berdampak positif dan negatif bagi perkembangan anak. Contoh-contoh perilaku yang dapat memberi dampak negatif bagi anak antara lain membuat segala sesuatu mudah bagi anak. Apabila anak jarang mengalami frustasi, kekecewaan, dan kecemasan maka pada saat beranjak dewasa ia belum sepenuhnya siap untuk menghadapi berbagai masalah dalam hidup, pekerjaan, dan hubungan dengan orang lain. Contoh kedua adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
orang tua menunjukkan perilaku marah pada anak dengan mengeluarkan katakata negatif tentang anak. Menurut John Chirban seorang psikolog di Harvard Medical School pada saat anak dimarahi menggunakan kata-kata yang kasar hal itu diingat terus oleh anak dan membekas di hatinya hingga ia beranjak dewasa. Hal itu kemudian berdampak pada rasa percaya dirinya. Contoh perilaku lainnya adalah orang tua terlalu berlebihan dalam memuji anaknya. Orang tua
yang terbiasa memuji anaknya karena talenta atau
kepandaiannya dibandingkan memuji karena usaha juang si anak cenderung menghasilkan anak yang nantinya suka berbohong untuk dapat keluar dari masalah dan tidak bertanggung jawab. Penelitian yang diadakan di Universitas Standford menemukan bahwa kecenderungan memuji usaha juang dari pada talenta atau kepintaran pada anak berusia 1-3 tahun berdampak pada anakanak tersebut lebih baik dalam mengatasi kondisi yang menantang dan memiliki motivasi yang tinggi. Adapun contoh-contoh perilaku yang dapat memberi dampak positif bagi anak antara lain; memberitahu ekspektasi yang dimiliki orang tua kepada anak secara jelas. Orang tua sebaiknya mengkomunikasikan dengan anak harapan atau keinginan yang mereka miliki. Menurut Burke (1997) hal ini bisa dilakukan dengan menuliskan daftar keinginan orang tua pada anak dalam hal prestasi, kebersihan, hubungan sosial, dan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Dalam prosesnya orang tua bisa mengajak anak untuk belajar melakukan daftar ekspektasi tersebut melalui permainan ataupun dengan diskusi mengenai apa yang dirasakan oleh si anak. Contoh perilaku lainnya adalah orang tua bersikap tenang dan dapat mengontrol emosi pada saat anak membuat marah. Pada saat keadaan seperti ini terjadi orang tua harus menyadari batas kemampuan mereka dalam menahan rasa marah karena terkadang pada keadaan seperti ini sulit untuk berpikir jernih. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya hanya berfokus pada perilaku yang ditunjukkan oleh anak dan tidak memasukkan ke dalam hati kata-kata si anak yang membuat kesal (Burke, 1997). Memberi ganjaran pada anak secara konsisten saat anak melakukan kesalahan juga dapat membantunya dalam menghormati orang lain dan disiplin dalam berperilaku. Apabila orang tua tidak konsisten dalam memberi ganjaran pada anak saat melakukan kesalahan maka anak akan menganggap orang tua tidak berpendirian teguh dan serius (Braga, 1975). Meski demikian memberi pujian pada anak karena dia sudah berusaha adalah perilaku penting untuk dilakukan karena memberi pujian pada anak baik bagi sisi emosionalnya. Seperti yang dikatakan Hurlock (1990) bahwa “alasan utama pemberian pujian agar rasa percaya diri semakin tinggi, merasa puas dengan apa yang dimiliki diri, dan mampu merasa aman”. Pengkondisian
merupakan
suatu
keadaan
pembelajaran
yang
menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk perilaku tertentu. Perilaku tertentu yang diulang berkali-kali dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
membentuk perilaku anak dapat berubah menjadi penkondisian, akan tetapi kondisi tersebut terkadang bersifat negatif dan menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan. Anak yang terbiasa dipukul oleh orangtuanya lambat laun mengasosiasikan kehadiran orangtuanya dengan rasa sakit secara fisik dan psikologis. Hal ini kemudian berdampak pada pengkondisian yang negatif bagi anak dan efek negatif dari kondisi ini dapat terbawa hingga ia beranjak dewasa (Pearl, 1994). Penguatan (reinforcement) adalah pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu. Terdapat dua macam penguatan yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Cara kerja penguatan positif adalah dengan menghadirkan stimulus penguatan pada anak setelah perilaku yang diinginkan muncul. Hal ini dilakukan agar supaya perilaku yang diinginkan oleh orang tua pada anak dapat muncul kembali kedepannya. Contohnya orang tua memberi pujian pada anak karena ia telah selesai mengerjakan pekerjaan rumah atau anak diberi hadiah untuk hasil belajar yang baik di sekolah. Penguatan negatif muncul pada saat stimulus tertentu dihilangkan setelah perilaku tertentu muncul agar supaya perilaku tertentu ini bisa muncul ke depannya karena konsekuensi negatif dihilangkan. Contohnya apabila anak sulit untuk diajak makan bersama, maka orang tua memperlakukan anaknya dengan cara memintanya untuk makan beberapa sendok makanan baru setelah itu ia bisa bermain atau melanjutkan aktivitas lainnya (bcotb.com/the-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
difference-between-positivenegative-reinforcement-and-positivenegativepunishment). Perasaan merupakan pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya. Pada saat menjadi orang tua berbagai perasaan dan emosi akan muncul. Mulai dari merasa kasih sayang, sukacita, dan kebanggaan karena menjadi orang tua. Akan tetapi terdapat beberapa perasaan lain juga yang bisa menjadi sangat kuat seperti; rasa marah, panik, bahkan merasa tidak dihargai oleh anak. Lepas dari setiap perasaan yang dialami, orang tua harus mengingat dan menjaga sikap mereka terhadap anak karena perasaan yang dimiliki oleh orang tua dan tercermin dalam perilaku yang ditunjukkan pada anak dapat berdampak positif atau negatif bagi perkembangannya. 3. Dampak pengasuhan Pengasuhan memiliki dampak yang berbeda-beda menurut jenisnya masingmasing. Penelitian yang dilakukan Steinberg et al (1994) menemukan bahwa orang tua yang terbiasa mengasuh anaknya dengan kelembutan dan kasih sayang namun tidak melupakan disiplin saat anak melakukan kesalahan berdampak pada perilaku adaptif yang ditunjukkan oleh anak nantinya. Anak cenderung menunjukkan sikap positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi (dalam Driscoll, 2012, h.5). Anak yang tumbuh dalam asuhan yang keras dan mendapat perlakukan yang kasar cenderung menunjukkan sikap antisosial dan memiliki rasa percaya diri yang rendah (Steinberg (1995) dalam Mathias, 2008. h.31). Berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
halnya dengan anak yang tumbuh dibiasakan manja tanpa ada peraturan yang diberi oleh orangtuanya berdampak pada anak ini tumbuh menjadi orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi namun menunjukkan perilaku agresif ketika orang lain tidak sependapat dengan dirinya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi Pengasuhan antara lain yaitu: perbedaan kebudayaan, kepribadian, ukuran keluarga, background orang tua, sosial ekonomi status, level pendidikan, dan agama. Jadi, pengasuhan merupakan cara atau metode yang didalamnya terdapat perilaku, reinforcement, sikap, dan perasaan yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak. Pengasuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan kebudayaan, kepribadian, ukuran keluarga, background orang tua, sosial ekonomi status, level pendidikan, dan agama. B. Rasa berharga 1. Pengertian Rasa berharga merupakan pandangan evaluasi positif secara keseluruhan akan diri sendiri (Rosenberg,1990). Menurut Berk (2013) rasa berharga merupakan penilaian yang kita buat sendiri untuk menilai kelayakan diri beserta dengan perasaan-perasaan yang berasosiasi dengan penilaian tersebut. Oxford dictionary mendefinisikan rasa berharga sebagai “rasa nyaman atau layak akan kemampuan diri sendiri; menghormati diri sendiri” sedangkan Merriam-Webster Dictionary mendefinisikan rasa berharga sebagai perasaan puas yang dimiliki oleh individu didalam dirinya dan kemampuan yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Rasa berharga pertama kali diperkenalkan oleh William James (dalam Crocker & Knight (2005), h.200-203). Rasa berharga merupakan penilaian yang kita buat terhadap rasa kelayakan diri dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan hal itu. Selain itu, rasa berharga bisa dikatakan sebagai pemisahan gambaran kesuksesan yang nyata pada seseorang dengan gambaran ideal yang diinginkan. Dapat dikatakan bahwa rasa berharga seseorang tumbuh dari kesuksesannya dalam melakukan sesuatu sesuai dengan keahliannya dalam berbagai kesempatan dengan tingkat kesulitan yang berbeda. 2. Komponen afektif dan kognitif dalam rasa berharga Menurut Brett W. Pelham dan William B. Swann Jr (1989) dari Universitas Texas di Austin terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rasa berharga seseorang secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: tendensi orang dalam mengalami atau merasakan perasaan positif dan negatif, pandangan spesifik individu tentang dirinya (contohnya: konsep diri seseorang terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, dan cara orang dalam membentuk atau membingkai pandangan dirinya. Ketiga faktor ini kemudian dibagi kedalam komponen afektif dan kognitif yang berkontribusi pada rasa berharga. a. Komponen afektif pada rasa berharga Peran pengalaman masa kecil anak sangatlah penting bagi perkembangan rasa berharganya di kemudian hari. Beberapa psikolog perkembangan seperti Erikson (1963) dan Sroufe (1978) menekankan bagaimana pengalaman afektif dengan orang tua sebagai pengasuh utama di masa kecil berperan dalam menentukan rasa berharga. Sebelum anak mengalami perkembangan kognitif yang lebih kompleks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
mereka terlebih dahulu telah belajar dan mampu menyadari atau merasakan apakah lingkungan di sekitarnya ramah dan menerima dirinya atau sebaliknya. Anak-anak menerjemahkan pengalaman sosial yang mereka alami kedalam bentuk rasa bangga atau malu. Perasaan kelayakan diri anak-anak ini tidak hanya menjadi fondasi dalam pembentukan rasa berharga, tetapi juga dapat mempengaruhi cara mereka dalam memandang diri sendiri dan dunia mereka pada saat dewasa. b. Komponen Kognitif pada Rasa berharga Konsep diri spesifik dimulai pada saat anak-anak bertambah usia setelah mereka mulai bisa berbicara dan rasa percaya mereka mulai terbentuk, anak-anak ini mengembangkan rasa berharga mereka melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka (Cooley, 1902). Gambaran diri membantu individu untuk menentukan bagaimana individu tersebut ingin melihat dirinya sendiri: positif atau negatif. Nilai dan tujuan tertentu dalam kehidupan sehari-hari juga ikut mempengaruhi cara pandang diri seseorang yang kemudian secara kuat mempengaruhi rasa berharga seseorang secara keseluruhan. Menurut James (dalam Rosenberg, 1965) identitas diri dan kemampuan yang dimiliki individu berkontribusi secara signifikan terhadap rasa berharga. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berharga a. Budaya Menurut Harter (2006) budaya mempengaruhi rasa berharga pada anak. Khususnya penekanan terhadap perbandingan sosial yang berfokus pada prestasi akademik yang lebih tinggi. Contohnya di negara Asia, keadaan ruang kelas berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
persaingan yang keras dan tekanan untuk berprestasi akademik yang tinggi. Di waktu yang bersamaan karena budaya di negara Asia menekankan pada harmoni dan kesopanan maka anak-anak di Asia tidak terlalu bersandar pada perbandingan sosial untuk lebih menaikkan lagi rasa berharga mereka. Anak-anak ini lebih kepada menilai diri mereka secara positif, tetapi juga memuji orang lain atas hasil yang didapatkan (Falbo et al, 1997 dalam Berk, 2013). Perbedaan jenis kelamin anak juga dapat mempengaruhi rasa berharga. Pada salah satu penelitian yang melibatkan anak-anak perempuan berusia 5-8 tahun, didapati bahwa mereka cenderung berbicara tentang penampilan pada saat menonton TV dan memuji orang yang ada didalam TV karena memiliki bentuk tubuh yang indah. Dapat diketahui bahwa semakin seorang perempuan tidak merasa puas dengan keadaan fisiknya maka ditahun-tahun berikutnya pada saat beranjak dewasa, rasa berharganya akan semakin rendah (Dohnt & Tiggemann, 2006 dalam Berk, 2013). Berbeda halnya dengan para anak laki-laki yang memiliki rasa berharga lebih tinggi dalam hal akademik jika dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dapat dikatakan anak laki-laki lebih memiliki rasa berharga yang lebih tinggi secara keseluruhan jika dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan para anak perempuan terbawa dengan pesan dalam budayanya bahwa laki-laki lebih dari mereka. b. Pola asuh orang tua Anak-anak dan remaja yang orangtuanya bersikap hangat, menerima apa adanya, dan membantu anak apabila mengalami kesulitan cenderung memiliki rasa positif terhadap diri mereka sendiri (Lindsey et al, 2008). Kehangatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
pengasuhan yang positif dapat membuat anak-anak merasa bahwa mereka diterima sebagai orang yang berkompeten dan berharga. Berbeda halnya dengan orang tua yang suka mengontrol dan terlalu sering membuat keputusan untuk anaknya, memiliki komunikasi yang tidak sejajar dengan anaknya, serta selalu membuat anak merasa salah cenderung menghasilkan anak dengan rasa berharga yang rendah (Kernis, 2002; Pomerantz & Eaton, 2000). Anak-anak yang diasuh dengan cara seperti itu cenderung membutuhkan penerimaan dan pengakuan yang konstan, sehingga anak-anak ini cenderung bersandar kepada teman sebaya. Kemudian muncul perilaku-perilaku negatif seperti: kesulitan beradaptasi termasuk agresi, perilaku antisosial, dan kenakalan. Kebalikannya, anak-anak yang dibesarkan dengan toleransi yang terlalu tinggi mengakibatkan anak tersebut memiliki rasa berharga yang tidak realistik. Anak-anak ini merasa superior tapi juga mempunyai rasa cemas yang tinggi mengenai apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya. Oleh sebab itu, rasa berharga nya dapat turun sangat drastis secara tiba-tiba apabila menghadapi keadaan yang menantang gambar diri mereka. Hal ini kemudian menyebabkan anak-anak tersebut tidak segan-segan untuk melakukan tindakan agresif kepada teman yang tidak sepaham dengan dirinya. Mereka juga kesulitan untuk beradaptasi dan cenderung melakukan tindakan agresif. Jadi dalam penelitian ini rasa berharga merupakan pandangan positif secara keseluruhan tentang diri sendiri beserta dengan seluruh perasaan yang menyertainya. Didalam rasa berharga terdapat dua komponen yang ikut memengaruhinya, yaitu: komponen afektif dan kognitif. Komponen afektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
menekankan pada pentingnya pengalaman perasaan pada masa kecil. Bagaimana orang tua sebagai pengasuh utama merawat dan membesarkan anak sangat memengaruhi anak ini nantinya. Komponen kognitif menekankan pada bagaimana orang lain melihat „diri‟. Dimana anak-anak ini dengan bertambahnya usia, kepercayaan diri mereka mulai terbentuk dan mereka mengembangkan rasa layak diri melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka. Adapun rasa berharga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: budaya dan pola asuh orang tua. C. Kerangka konseptual Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat hubungan positif diantara pengasuhan dan rasa berharga. Pengasuhan merupakan model atau cara yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan (reinforcement), dan perasaan yang digunakan dan dimiliki oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan atau respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak. Pengkondisian
sendiri
merupakan
suatu
keadaan
pembelajaran
yang
menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk perilaku tertentu. Penguatan adalah pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu. Sedangkan perasaan sendiri merupakan pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya. Pengasuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan kebudayaan, kepribadian, ukuran keluarga, background orang tua, status sosial ekonomi, level pendidikan, dan agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Rasa berharga merupakan penilaian yang kita buat terhadap rasa kelayakan diri dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan hal itu. Rasa berharga sendiri terbentuk dari komponen afektif dan komponen kognitif. Komponen afektif berfokus pada pengalaman masa kecil anak. Dimana pengalaman afektif anak dengan orangtuanya sebagai pengasuh utama akan membuat anak belajar apakah ia berada di lingkungan yang ramah dan dapat menerima dirinya apa adanya atau sebaliknya (Erikson, 1963 dan Sroufe, 1978). Pengalaman sosial ini kemudian diterjemahkan kedalam bentuk rasa bangga atau malu. Komponen kognitif berfokus pada masa di mana anak telah bertambah usia, mereka mulai bisa berbicara, dan rasa percaya mereka mulai terbentuk. Anak-anak ini mengembangkan rasa layak terhadap diri melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka (Cooley, 1902 dalam Harters et al, 1998:757). Seiringnya berjalannya waktu individu mulai menentukan bagaimana ia ingin dipandang oleh diri sendiri dan orang lain: apakah secara positif atau negatif. Dari situlah kemudian individu mulai menghidupi nilai dan tujuan tertentu dalam kehidupannya sehari-hari. Rasa berharga sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu budaya dan pola asuh orang tua. Faktor budaya dalam hal ini menekankan pada perbandingan pencapaian apa yang dianggap baik oleh orang tua dan masyarakat. Misalkan perbandingan sosial yang berfokus pada prestasi akademik yang lebih tinggi. Hal ini terjadi di negara Asia dimana keadaan ruang kelas berisi persaingan dan tekanan untuk berprestasi secara akademik namun tetap menekankan harmoni dan kesopanan diantara anak-anak. Faktor pola asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
orang tua menekankan pada bagaimana cara orang tua memperlakukan anaknya dapat mempengaruhi rasa layak anak terhadap dirinya sendiri. Pengasuhan yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan, dan perasaan yang digunakan dan dimiliki oleh orang tua dalam mengasuh anaknya tidak dapat dipisahkan dengan dampaknya terhadap rasa berharga itu sendiri. Hal ini dikarenakan cara orang tua dalam mengasuh anaknya memainkan peran penting dalam perkembangan rasa berharga anak. Misalkan anak yang diasuh oleh orang tua yang perilakunya tidak pernah menunjukkan penerimaan terhadap anaknya, tidak pernah mengkondisikan anak untuk belajar mandiri, dan menjalin komunikasi yang bersifat hanya satu arah dapat membuat anak tersebut merasa ditolak dan tidak berharga. Hal ini kemudian berdampak pada rasa berharga yang negatif. Anak cenderung memandang dirinya tidak berharga ataupun layak. Bahkan meskipun si anak dikenal orang sekitarnya sebagai sosok yang pintar dan berbakat, tapi bagi si anak ini sendiri dia bukanlah siapa-siapa dan tidak berharga. Berbeda halnya dengan anak yang dibesarkan dengan pemberian perhatian dari orang tua, keluarganya menerima anak ini apa adanya, memberi ia kesempatan untuk belajar mandiri, bahkan menunjukkan emosi yang stabil pada saat berkomunikasi dengan si anak dapat membantu anak ini untuk merasa yakin bahwa sungguh ia berharga dan diterima oleh lingkungan sekitarnya dan hal itu berdampak pada rasa berharga yang positif. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa rasa berharga itu terbentuk oleh komponen afektif dan kognitif. Pengalaman afektif awal dengan orang tua dan bagaimana orang tua memandang dirinya yang tercermin melalui perilaku mereka membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
anak mengkondisikan kelayakan/berharga atau tidaknya berdasarkan pandangan orang sekitarnya.
Gambar 1. Kerangka penelitian
Perilaku : tindakan/respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak
Pengasuhan
Pengkondisian : keadaan pembelajaran yang menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk perilaku tertentu Reinforcement : pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu Perasaan : merupakan pengalaman
+ Selfworth
subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya.
D.Hipotesis penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: Terdapat hubungan positif yang empirik antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak.
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan metode survei yang bertujuan untuk menguji teori yang menghubungkan variabel bebas dengan variabel tergantung (Creswell, 2012). Metode survei merupakan cara pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Prasetyo & Jannah, 2008). Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti untuk menganalisis sikap, keyakinan, atau perilaku sampel dalam suatu populasi (Siregar, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak kelas VI sekolah dasar. B. Identifikasi variabel penelitian Berdasarkan uraian pada landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen
: Pengasuhan
2. Variabel Dependen
: Rasa berharga
X
Y
Pengasuhan
Rasa berharga
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
C. Definisi operasional Definisi operasional digunakan untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan diukur (Mustafa, 2009). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengasuhan Pengasuhan menunjukkan proses interaksi antara orang tua dan anak yang didalamnya terdapat perilaku, pengkondisian, reinforcement (penguatan), dan perasaan yang dimiliki orang tua saat mengasuh anak. Perilaku mengarah pada tindakan atau respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak. Pengkondisian mengarah pada pemberian imbalan atau hukuman untuk membentuk perilaku tertentu. Sedangkan penguatan mengarah pada pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu. Perasaan sendiri mengarah pada emosi yang dimiliki orang tua saat mengasuh anaknya dimana hal ini tercermin melalui tindakan orang tua yang berangkat dari keadaan emosinya saat mengasuh anak. Pengasuhan diukur melalui skor total dari skala pengasuhan yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka pengasuhan yang ditunjukkan oleh orang tua pada anak semakin bersifat positif. 2. Rasa berharga Rasa berharga mengarah pada pandangan evaluasi secara keseluruhan akan diri sendiri. Rasa berharga diukur melalui skor total dari skala rasa berharga yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor yang diperoleh Rasa berharga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
diukur melalui skor pada skala rasa berharga maka rasa berharga yang dimiliki subjek bersifat positif. a. Pandangan individu tentang rasa berharga yang dimiliki dirinya.
Apakah secara pribadi individu menilai dirinya sebagai orang yang berharga atau sebaliknya. b. Menghargai diri sendiri dan orang lain. Bagaimana individu
mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain sebagai tanda bahwa ia adalah sosok yang berharga. c. Penting tidaknya diri sendiri bagi orang lain. Bagaimana individu
menangkap kesan dari lingkungannya apakah ia penting bagi orang di sekitarnya atau sebaliknya. D. Subjek dan lokasi penelitian Penelitian ini melibatkan 79 siswa kelas 6 Sekolah Dasar di dua sekolah swasta di Yogyakarta yang terdiri dari 39 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan. Rata-rata usia subjek adalah 11-12 tahun. Pengambilan data dilakukan di masingmasing sekolah, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan peneliti bersama masing-masing kepala sekolah. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Peneliti menggunakan teknik ini karena sudah terlebih dahulu menentukan kriteria subjek terkait dengan kedua variabel yang telah dibahas dalam landasan teori. Beberapa kriteria tersebut adalah: anak perempuan dan laki-laki berusia 11-12 tahun, bersekolah, dan tinggal dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
orang tua. Anak usia 11-12 tahun dipilih karena menurut Piaget anak pada kelompok usia ini telah mampu berpikir abstrak. E. Metode dan alat pengumpulan data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pembagian skala. Terdapat dua skala yang dibagikan, yaitu: skala pengasuhan dan rasa berharga. 1. Skala pengasuhan Pengumpulan data pengasuhan dilakukan dengan skala psikologi. Skala psikologi adalah instrument yang digunakan untuk atribut psikologi seperti atribut kepribadian dan atau atribut afektif (Azwar, 2013). Skala Pengasuhan terdiri dari 19 item baik yang bersifat favorable dan unfavorable yang memuat empat aspek dalam pengasuhan, yaitu: perilaku, pengkondisian, reinforcement, dan perasaan yang ditunjukkan orang tua saat mengasuh anak. Ke-19 item tersebut adalah item-item yang telah lolos seleksi dari ke-32 item pool yang diuji cobakan. Adapun blue-print itemitem sebelum uji coba adalah sebagai berikut: Tabel 1 Blue print skala pengasuhan sebelum uji coba No
Pengasuhan
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1
Perilaku
4
4
8(25%)
2
Pengkondisian
5
4
9(28%)
3
Penguatan
4
4
8(25%)
4.
Perasaan
3
3
6(18%)
16
15
32(100%)
Total :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Skala Pengasuhan disusun dengan menggunakan Skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu; SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun sistem penilaian Skala Pengasuhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2 Penilaian skala pengasuhan Jawaban
Pernyataan Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Proses uji coba dilakukan untuk meyakinkan bahwa alat ukur yang digunakan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan kepada 79 siswa/siswi SD berusia 11-12 tahun yang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. 2. Skala rasa berharga Pengumpulan data rasa berharga dilakukan dengan skala psikologis. Skala rasa berharga terdiri dari 22 item favorable dan unfavorable yang memuat aspek; kelayakan diri, menghargai diri sendiri dan orang lain, penting tidaknya diri sendiri bagi orang lain. Ke-22 item tersebut merupakan item-item yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
telah lolos seleksi dari ke-28 item pool yang diuji cobakan. Adapun blue-print item-item sebelum uji coba adalah sebagai berikut: Tabel 3 Blue print skala rasa berharga sebelum uji coba No
Aspek
1
kelayakan diri
Favorable Unfavorable Jumlah 10
10
20(71%)
2
menghargai diri sendiri & org lain
2
2
4(14%)
3
Penting tidaknya diri bagi orang lain
2
2
4(14%)
Total :
14
14
28(100%)
Skala rasa berharga disusun dengan menggunakan Skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu; SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun sistem penilaian Skala rasa berharga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4 Penilaian skala rasa berharga Jawaban
Pernyataan Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Proses uji coba dilakukan untuk meyakinkan bahwa alat ukur yang digunakan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan kepada 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
siswa/siswi SD berusia 11-12 tahun yang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. F. Validitas dan reliabilitas Sebelum alat ukur pengasuhan dan rasa berharga digunakan, peneliti melakukan beberapa proses untuk meyakinkan bahwa alat ukur tersebut layak untuk digunakan melalui uji validitas dan reliabilitas. Adapun proses pengujian untuk masing-masing alat ukur adalah sebagai berikut: 1. Skala pengasuhan Skala psikologi dinilai valid jika isi dan makna yang terkandung didalam setiap itemnya sesuai dengan ranah isi konstruk yang dimaksud, yaitu pengasuhan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Expert Judgement, berupa penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014) dan dalam penelitian ini review professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi terhadap komponen tes dengan konstruk yang diukur dan juga melihat jumlah item yang disusun apakah telah representatif atau belum. Setelah item yang telah sesuai disusun, peneliti melakukan uji coba terhadap skala tersebut untuk melihat parameter kelayakan alat ukur yakni daya beda item dan reliabilitas. Daya beda item adalah sejauh mana item mampu membedakan individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2013). Daya beda item diwakili oleh koefisien korelasi item total (rix).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Menurut Azwar (2013), item yang mencapai 0,30 memiliki daya beda yang memuaskan sehingga layak untuk digunakan. Peneliti juga menggunakan batasan nilai kritis tabel (rt) yakni 0,275 dalam menentukan kelayakan item. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari ketidakseimbangan jumlah item yang baik pada masing-masing komponen. Adapun blue-print yang baru setelah proses seleksi adalah sebagai berikut: Tabel 5 Blue-print skala pengasuhan setelah uji coba No
Pengasuhan
1
Perilaku
4
1
5(27% )
2
Pengkondisian
4
3
7(36% )
3
Penguatan
1
2
3(15%)
4.
Perasaan
1
3
4(21% )
10
9
19 (100%)
Total :
Favorable Unfavorable Jumlah
Ke-19 item yang telah diseleksi kemudian diuji reliabilitasnya melalui teknik analisis Alpha Cronbach dengan program SPSS 16.0 for Windows. Angka Alpha Cronbach pada kisaran 0.70 adalah dapat diterima, sedangkan diatas 0.80 baik (Sekaran, 2006). Hasil pengujian reliabilitas skala Pengasuhan setelah seleksi item adalah 0.703, maka dapat dikatakan bahwa skala pengasuhan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang cukup dan dapat diterima. Setelah diketahui bahwa skala pengasuhan ini valid,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
telah diseleksi kelayakan itemnya, dan reliabel berdasarkan koefisien reliabilitasnya maka skala pengasuhan ini dapat digunakan dalam penelitian. 2. Skala rasa berharga Tidak jauh berbeda dengan pengasuhan, skala rasa berharga dinilai valid jika isi dan makna yang terkandung didalam setiap itemnya sesuai dengan ranah isi konstruk yang dimaksud, yaitu rasa berharga. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penilaian expert judgement, review expert judgement dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi terhadap komponen tes dengan konstruk yang diukur dan juga melihat jumlah item yang disusun apakah telah representatif atau belum. Setelah item yang telah sesuai disusun, peneliti melakukan uji coba terhadap skala tersebut untuk melihat parameter kelayakan alat ukur yakni daya beda item dan reliabilitas. Daya beda item adalah sejauh mana item mampu membedakan individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2013). Daya beda item diwakili oleh koefisien korelasi item total (rix). Menurut Azwar (2013), item yang mencapai 0,30 memiliki daya beda yang memuaskan sehingga layak untuk digunakan. Peneliti juga menggunakan batasan nilai kritis tabel (rt) yakni 0,275 dalam menentukan kelayakan item. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari ketidakseimbangan jumlah item yang baik pada masing-masing komponen. Adapun blue-print yang baru setelah proses seleksi adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Tabel 6 Blue-print skala rasa berharga setelah uji coba No
Aspek
1
Favorable
Kelayakan diri
Unfavorable
Jumlah
7
9
16(73% )
2
Menghargai diri sendiri &org lain
2
1
3(13% )
3
Penting tidaknya diri bagi orang lain
1
2
3(13%)
10
12
Total :
22
Ke-22 item yang telah diseleksi kemudian diuji reliabilitasnya melalui teknik analisis Alpha Cronbach dengan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil pengujian reliabilitas skala rasa berharga setelah seleksi item adalah 0.819, maka dapat dikatakan bahwa skala rasa berharga yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang cukup dan dapat diterima. Setelah diketahui bahwa skala rasa berharga ini valid, telah diseleksi kelayakan itemnya, dan reliabel berdasarkan koefisien reliabilitasnya maka skala rasa berharga ini dapat digunakan dalam penelitian. G. Teknik analisis data Sebelum melakukan analisis data untuk menguji apakah kedua variabel berkorelasi positif atau tidak, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi yang terdiri atas uji linearitas dan uji normalitas. Setelah uji asumsi selesai dilakukan, peneliti menguji hubungan kedua variabel menggunakan uji korelasi spearman Rho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
1. Uji Asumsi a.) Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Kedua variabel dinyatakan
memiliki
hubungan
yang
linear
apabila
nilai
signifikansinya <0,05 (Santoso,2010). Apabila nilai signifikansinya >0,05 maka kedua variabel tidak memiliki hubungan yang linear. b.) Uji Normalitas Dalam penelitian ini digunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Apabila nilai signifikansinya > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi Spearman dengan SPSS 16.0 dengan demikian dapat diketahui hubungan antar variabel. Peneliti menggunakan jenis uji hipotesis ini karena tidak adanya hubungan yang linear antara variabel pengasuhan dan rasa berharga. Jadi penelitian ini merupakan penelitian bersifat kuantitatif khususnya untuk melihat hubungan antara dua variabel: pengasuhan dan rasa berharga. 79 siswa yang terdiri atas 39 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan merupakan subjek dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan di dua sekolah dasar swasta di Yogyakarta. Bentuk operasional dari variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
pengasuhan tergambar pada perilaku, pengkondisian, penguatan, dan perasaan pada orang tua saat mereka mengasuh anak. Sedangkan bentuk operasional dari rasa berharga tergambar pada bagaimana memandang kelayakan dirinya, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta pandangan tentang berharga atau tidaknya diri sendiri di mata orang lain. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan penilaian expert judgement terhadap isi skala. Sedangkan untuk uji reliabilitas peneliti menggunakan program SPSS 16 dan nilai reliabilitas yang didapat sebesar 0.703 untuk skala pengasuhan dan 0.819 untuk skala rasa berharga. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi (uji linearitas dan uji normalitas) dan uji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan peneliti menyusun dua skala yaitu pengasuhan dan rasa berharga. Setelah selesai peneliti mengadakan peer-review atas kedua skala ini. Peer-review merupakan proses penilaian terhadap skala yang dilakukan oleh beberapa orang dan kemudian skala tersebut diberi kritik dan masukan. Peneliti memilih beberapa teman mahasiswa dan lima anak berusia 1112 tahun untuk menilai kedua skala. Setelah siap dibagikan, peneliti mengurus ijin penelitian di beberapa sekolah dasar swasta dan negeri. Dari sekian sekolah hanya ada dua sekolah yang akhirnya memberi ijin untuk diadakan penelitian. B. Pelaksanaan penelitian Penelitian diadakan pada bulan September sampai Oktober 2015 di SD Kanisius Babadan dan SD Bopkri Gondolayu. Penelitian ini melibatkan siswa-siswi kelas VI berusia 11-12. Jumlah subjek yang terlibat adalah 82 siswa-siswi. Setelah dilakukan screening data terdapat tiga subjek yang gugur. Sehingga jumlah subjek yang tersisa yaitu 79 subjek yang terdiri dari 39 siswa dan 40 siswi.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
C. Hasil penelitian 1.) Deskripsi data penelitian Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2008). Deskripsi data penelitian digambarkan melalui perbandingan skor mean teoritik dan skor mean empirik. Tabel 7 Deskripsi data penelitian
Pengasuhan
Rasa berharga
Mean Empirik
63
43
Mean Teoritik
48
55
Data yang diperoleh peneliti keseluruhan berjumlah 79 untuk masing-masing variabel, dengan rincian data tersebut didapatkan dari 39 siswa dan 40 siswi kelas VI sekolah dasar. Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa untuk variabel pengasuhan skor mean empiriknya (63) lebih besar dari pada mean teoritiknya (48). Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor pada pengasuhan tergolong tinggi. Berbeda halnya dengan variabel rasa berharga yang mean teoritiknya (55) lebih besar dari pada mean empiriknya (43) sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor pada rasa berharga tergolong rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
2.) Uji asumsi Sebelum melakukan uji statistik dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian perlu dilakukan uji asumsi untuk menentukan teknik statistik yang sesuai. Uji asumsi dalam analisis korelasi adalah uji linearitas dan normalitas. Berikut ini merupakan gambaran hasil dari kedua uji asumsi tersebut. Tabel 8 Hasil uji asumsi linearitas pengasuhan dan rasa berharga
ANOVA table Sig Pengasuhan * Rasa berharga
between (combined)
.443
Groups linearity
.286
Deviation from linearity
.450
Hasil uji linearitas antara pengasuhan dan rasa berharga memiliki nilai signifikansi sebesar .286. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang linear antara kedua variabel karena dikatakan memiliki hubungan yang linear jika nilai signifikansinya <0,05. Akan tetapi apabila dilihat dari baris deviation from linearity yaitu bagian yang tidak mengikuti pola linear maka pengasuhan dan rasa berharga memiliki hubungan yang linear karena nilai signifikansinya yang >0,05 yaitu sebesar .450. Hal ini dikarenakan ada sebagian data yang mengikuti pola hubungan tidak linear. Sebaliknya, jika deviation from linearity juga signifikan maka hubungan antar variabel sepenuhnya mengikuti pola linear (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Tabel 9 Hasil uji asumsi normalitas pengasuhan dan rasa berharga
Kolmogorov-Smirnov Sig Pengasuhan
.222*
rasa_berharga
.789*
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan kolmogorv-smirnov diatas dapat diketahui bahwa pengasuhan dan rasa berharga sama-sama memiliki distribusi data yang normal. Hal ini dikarenakan nilai P > 0,05. Dimana pengasuhan memiliki nilai signifikansi sebesar .222 dan rasa berharga mempunyai nilai signifikansi sebesar .789. 3.) Uji Hipotesis Tabel 10 Uji Hipotesis Correlations rasa_bhrga Spearman's rho
rasa_bhrga
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
pengasuhan
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
pengasuhan
1.000
-.147
.
.099
79
79
-.147
1.000
.099
.
79
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Peneliti menggunakan uji korelasi Spearman‟s Rho karena hubungan kedua variabel yang tidak linear. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel pengasuhan dan rasa berharga tidak saling berkorelasi. Nilai signifikansi korelasi kedua variabel ini adalah .099 padahal kedua variabel dinyatakan berkorelasi apabila memiliki nilai signifikansi <0.05. D. Pembahasan Hasil uji asumsi linearitas antara pengasuhan dan rasa berharga menunjukkan bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang linear dengan nilai signifikansi linearity yang diperoleh sebesar .286 (<0,05). Nilai signifikansi uji normalitas pengasuhan sebesar .222 dan rasa berharga sebesar .789 dengan demikian keduanya memiliki distribusi data yang normal. Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan Spearman‟s Rho karena kedua variabel tidak memiliki hubungan yang linear. Hasil uji korelasi Spearman‟s Rho menunjukkan bahwa diantara pengasuhan dan rasa berharga tidak terdapat korelasi. Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa pengasuhan saling berkorelasi dengan rasa berharga. Erikson (1963) memandang bahwa orang tua memegang peranan penting dalam memberi pengalaman yang baik pada si anak agar ia memiliki pandangan diri yang baik tentang dirinya sendiri. Selain itu Coopersmith (1967) melalui penelitian cross-sectional yang dilakukannya menemukan bahwa anak yang berusia antara 10-12 tahun dengan rasa berharga yang tinggi cenderung mempunyai hubungan baik dengan ibu mereka dibandingkan dengan anak yang memiliki rasa berharga rendah. Hal ini jelas menggambarkan bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
keduanya saling berhubungan. Akan tetapi mengapa hubungan positif antara pengasuhan dan rasa berharga tidak terbukti dalam penelitian ini? Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidak terdapatnya hubungan positif diantara kedua variabel ini. Pengaruh didikan dan budaya setempat kemungkinan dapat mempengaruhi bagaimana para subjek dalam mengisi kuesioner. Apabila anak dididik untuk tidak terbuka terhadap orang asing mengenai kehidupan keluarganya maka ia mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner ini. Berk (2013) berpendapat bahwa terdapat perbedaan budaya yang mencolok antara anak-anak di Amerika dan Asia. Anak-anak di Asia hidup di tengah iklim kelas yang penuh dengan tekanan untuk berprestasi secara akademik. Mereka juga tidak terbiasa untuk memamerkan hasil baik yang telah diterima dan cenderung untuk memuji temannya atau membantu mereka. Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta yang terkenal dengan budaya Jawa kental. Salah satu ciri masyarakatnya adalah menjaga keharmonisan (Suseno, 1984) satu dengan yang lain oleh sebab itu untuk menghindari konflik maka terkadang yang sebenarnya dirasakan tidak mesti diberitahu kepada orang lain melainkan diolah sendiri. Menurut Geertz (1983) salah satu aspek penting dalam interaksi sosial masyarakat jawa adalah keberhasilan menyembunyikan segala aspek yang bertentangan dalam suatu perbuatan, bukan ketulusan dalam perbuatan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam budaya jawa individu harus bisa menyembunyikan perasaan tidak nyaman pada orang lain agar hubungan mereka tetap terjaga. Selain itu masyarakat jawa diajarkan untuk tanggap ing sasmita yang berarti individu harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
mampu menangkap makna yang tersirat bukan tersurat. Hal ini berarti individu tidak diharapkan untuk mengungkapkan emosi atau maksud dengan jelas dan secara langsung kepada orang lain. Meskipun tidak semua subjek berasal dari Yogyakarta namun mereka dibesarkan dan di sekolah dididik dengan nilai budaya setempat oleh sebab itu dengan seiring berjalannya waktu nilai-nilai tersebut terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua subjek dalam penelitian ini hidup dengan orang tuanya. Akan sulit bagi subjek dalam menilai bagaimana ayah atau ibunya mendidik dirinya apabila selama ini dia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya. Beberapa subjek dalam penelitian ini dibesarkan oleh anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, atau tante. Menurut penuturan salah satu kepala sekolah, anak-anak ini dibesarkan oleh anggota keluarga yang lain karena sang ayah/ibu bekerja di luar kota sehingga dititipkan pada sanak saudaranya. Ada juga subjek yang tidak mengetahui sama sekali identitas ayahnya karena ia lahir hasil dari hubungan diluar nikah. Terdapat pula subjek yang tinggal hanya dengan orang tua tunggal (ayahnya) karena sang ibu pergi meninggalkan dia dan ayahnya untuk melanjutkan hidup dengan laki-laki lain. Dengan demikian pengasuhan dari kedua orang tua tidak mesti menjadi tolak ukur dalam mempengaruhi rasa berharga anak karena lingkungan sosial anak tempat ia berelasi tidak hanya di tengah lingkungan keluarga, tetapi juga teman sebaya. Teman sebaya juga ikut memegang peranan dalam perkembangan rasa berharga anak. Ketika anak berada di sekolah ia harus berelasi dan belajar untuk menilai bagaimana pembawaan dirinya di tengah teman-temannya dan seberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
penting ia bagi mereka. Anak juga belajar melalui relasinya dengan teman-teman dan guru bahwa terlepas dari bagaimana kondisi saya; mereka menerima diri saya apa adanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Roisman et al (2009) yang menemukan bahwa jika dibandingkan dengan pengalaman awal diasuh oleh primary care giver, seiring berjalannya waktu hubungan dengan teman sebaya akan mempengaruhi perkembangan seseorang dari berbagai sisi. Begitu juga dengan beberapa anak dalam penelitian ini tetap rajin ke sekolah, punya harapan dan cita-cita untuk menjadi orang yang bisa membantu sesama, tetap terlihat ceria ketika berada di dalam kelas lepas dari kondisi keluarga mereka masing-masing. Jumlah jam kerja orang tua dapat mempengaruhi mereka dalam mendidik anaknya. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2013 sampai 2014 persentase pekerja yang bekerja lebih dari 48 jam dalam seminggu di daerah perkotaan meningkat dari 27.98% menjadi 31.10%. Dengan semakin meningkatnya tuntutan jam kerja yang semakin tinggi membuat waktu para orangtua dengan anaknya menjadi semakin berkurang. Padahal intensitas berinteraksi dengan anak merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak, sama seperti yang disampaikan oleh Erikson (1963) bahwa bahkan ketika perkembangan kognitif seorang anak belum begitu kompleks ia juga mulai mampu untuk menilai dan belajar apakah lingkungan sekitarnya ramah dan memuaskan atau membuatnya frustasi. Lepas dari faktor keadaan subjek dan lingkungannya yang kemungkinan memberi dampak pada tidak adanya korelasi antara pengasuhan dan rasa berharga, terdapat faktor lain yaitu tidak adanya hubungan yang linear antara pengasuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
dan rasa berharga. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa nilai signifikansi uji asumsi linearitas yang didapat sebesar .286 padahal kedua variabel dapat dinyatakan memiliki hubungan yang linear apabila nilai signifikansinya <0,05. Meskipun dalam penelitian ini pengasuhan dan rasa berharga tidak terbukti saling berkorelasi positif bukan berarti keduanya benar-benar tidak ada hubungan atau kaitannya sama sekali. Peran orang tua tetaplah sangat penting dalam perkembangan tiap aspek dalam kehidupan anak. Meski begitu terdapat pula berbagai faktor yang tetap mempengaruhi orang tua dan hubungan dengan anaknya. E. Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, jumlah subjek penelitian yang terbatas dikarenakan sulit untuk mendapat ijin dari sekolah untuk melakukan penelitian pada siswa-siswi kelas 6 sekolah dasar yang akan segera mengikuti ujian nasional. Kedua, jumlah aitem pada kedua skala yang tidak terlalu banyak karena mempertimbangkan ketahanan dan tingkat konsentrasi anak dalam mengerjakan soal (hasil diskusi dengan guru dan kepala sekolah). Ketiga, dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan pendalaman mengenai latar belakang para siswa-siswi terlebih dahulu sehingga data yang ada terbatas pada keadaan pengasuhan dan rasa berharga anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang positif diantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
pengasuhan dan rasa berharga. Terdapat beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi tidak adanya hubungan antara keduanya. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengaruh didikan dan budaya setempat, tidak semua subjek dalam penelitian ini hidup dengan orangtuanya, teman sebaya, jumlah jam kerja orang tua, dan tidak adanya hubungan yang linear antara pengasuhan dan rasa berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara pengasuhan dan rasa berharga ditolak. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keduanya. Dengan demikian hasil-hasil penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa pengasuhan dan rasa berharga pada anak saling berhubungan tidak bisa dibuktikan dalam penelitian ini. Pengasuhan tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya tolak ukur dalam perkembangan rasa berharga anak karena beberapa faktor seperti: pengaruh didikan dan budaya setempat, tidak semua subjek dalam penelitian ini hidup dengan orangtuanya, teman sebaya, jumlah jam kerja orang tua, dan tidak adanya hubungan yang linear antara pengasuhan dan rasa berharga. Meskipun hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga tidak terbukti dalam penelitian ini bukan berarti tidak kedua variabel ini tidak saling berhubungan sama sekali. Pengasuhan tetap memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan rasa berharga anak, meski begitu tetap terdapat berbagai faktor lain yang ikut mempengaruhi atau berhubungan dengan perkembangan rasa berharga anak.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
B. Saran 1. Bagi orang tua Pemberian kasih sayang dan perhatian pada anak tanpa melupakan disiplin merupakan hal yang dibutuhkan oleh anak. Dengan begitu anak tidak hanya tumbuh dengan keyakinan bahwa dia dikasihi dan diterima apa adanya, tetapi juga dia sadar dan tahu untuk selalu menghargai orang lain. 2. Bagi instansi pendidikan Bagi instansi pendidikan khususnya bapak dan ibu guru diharapkan untuk selalu mendukung anak didiknya dan juga mengajak anak didiknya untuk terbuka terhadap keadaan dirinya. Menjadi pendengar yang baik bagi anak didik sekaligus mendukung anak tersebut untuk tetap maju melalui kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mendalami faktor selain pengasuhan yang dapat memengaruhi atau memiliki hubungan dengan rasa berharga contohnya pengaruh parental occupational condition terhadap rasa berharga. Selain itu diharapkan peneliti selanjutnya agar mengontrol kriteria subjek yang akan diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Berk, L. (2013). Child Development Ninth Edition. PHI Learning Private Limited: Delhi Cooley, C. H. (1902). Human nature and the social order. New York: Schribner‟s. Crocker & Knight (2005). Contingencies of self-worth. Current Directions in Psychological Science, 200-203. Dian (2013). Konsep perilaku manusia. Diambil 14 Februari 2016, dari http://dianhusadanuruleka.blogspot.co.id/p/konsep-perilaku-manusia.html. Erikson, E.H. (1963). Childhood and society (2nd ed.). New York: Norton Firestone
(9
Mei
2014).
Self-worth.
Diambil
Maret
2016,
dari
Februari
2016,
dari
www.psychalive.org/self-worth. Gilston
(2013).
Reinforcements.
Diambil
14
http://study.com/academy/lesson/reinforcements-in-psychology-definitionexamples-quiz.html Hariyanto (28 Januari 2010). Pengertian harga diri menurut Stuart & Sundeen (1991). Diambil Maret 2016, dari belajarpsikologi.com/pengertian-hargadiri. Harter., Waters., & Whitesell (1998). “Relational self-worth: differences in perceived worth as a person across interpersonal contexts among adolescents”. Child Development, Vol 69 No 1, pp 38-41
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Heffner, C. L. (15 Mei 2004). Successful parenting skills that shape children‟s behaviors. Diambil maret 2016, dari http://allpsych.com/journal/parentingskills/. Hibbert (9 Maret 2013). Self-esteem VS self-worth. Diambil Maret 2016, dari www.drchristinahibbert.com/self-esteem-vs-self-worth Kahle., Klingel. Kulka (1981). “A longitudinal study of adolescent‟s attitudebehavior consistency”. The public opinion quarterly, Vol 45 No 3, pp 402414 Kelley Prince (5 Februari 2013). The difference between positive-negative reinforcement and positive-negative punishment. Diambil Maret 2016, dari bcotb.com/the-difference-between-positivenegative-reinforcement-andpositivenegative-punishment. Locke, R. 5 Parenting behaviors that are detrimental to a child‟s growth. Diambil Maret
2016,
dari
http://www.lifehack.org/articles/lifestyle/5-parenting-
behaviors-that-are-detrimental-childs-growth.html. Mathias, J. L. (2008). An investigation of self-esteem and its relation with parenting style and internalizing symptoms in preschool-aged twins. B.A. University of Missouri: St. Louis. Pelham, B. W., & Swann, W. B. Jr. (1989). From self-conceptions to self-worth: on the sources and structure of global self-esteem. Journal of personality and social psychology 1989, Vol. 57, No. 672-680. Sagung, A. A., & Tobing, D. H. (2014). Kebermaknaan hidup pada anak pidana di Bali. Jurnal Psikologi Udayana, Vol 1, No. 2, 322-334. Santoso, A. (2010). “Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Steinberg., Lamborn., Dornbusch., & Darling (1992). “Impact of parenting practices on adolescents achievements, authoritative parenting, school involvement, and encouragement to succeed”. Child Development, Vol 63 No 5, pp 1266-1281 Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta Suseno (1984). “Etika Jawa: sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup jawa”. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Tribun News (2015). Anak tewas bunuh diri dalam lemari. Diambil April 2016, dari wartakota.tribunnews.com/2015. Women‟s and children‟s health network (6 Agustus 2015). Being a parent: your feelings.
Diambil
Maret
2016,
dari
www.cyh.com/HealthTopics/HealthTopicDetails.aspx?p=114&np=99&id=1 684.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
LAMPIRAN 1. Lampiran Hasil Uji Linearitas pengasuhan dan rasa berharga ANOVA Table Sum of
rasa_bhrga *
Mean
Squares
df
Square
F
Sig.
1147.887
19
60.415
1.030
.443
67.921
1
67.921
1.158
.286
1079.966
18
59.998
1.023
.450
Within Groups
3461.556
59
58.670
Total
4609.443
78
Between Groups (Combined)
pengasuhan Linearity Deviation from Linearity
Case Processing Summary Cases Included N rasa_bhrga * pengasuhan
Excluded
Percent 79
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 79
Measures of Association R rasa_bhrga * pengasuhan
-.121
R Squared .015
Eta .499
Eta Squared .249
100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
2. Lampiran normalitas pengasuhan dan rasa berharga
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test parenting_style N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
self_worth
79
79
Mean
61.8608
42.3291
Std. Deviation
5.23973
7.68735
Absolute
.118
.073
Positive
.082
.073
Negative
-.118
-.054
1.048
.652
.222
.789
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
3. Lampiran Hasil Uji Korelasi pengasuhan dan rasa berharga
Correlations rasa_bhrga Spearman's rho
rasa_bhrga
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pengasuhan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pengasuhan
1.000
-.152
.
.180
79
79
-.152
1.000
.180
.
79
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
4. Lampiran Reliabilitas
pengasuhan
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
58.8987
27.118
.000
.705
58.4051
24.193
.483
.676
58.5696
25.018
.207
.699
58.1772
24.584
.486
.679
58.6709
25.044
.238
.696
58.6582
24.279
.295
.690
58.5190
24.561
.285
.691
59.5823
24.682
.151
.712
58.6456
24.257
.339
.686
58.3797
24.674
.228
.698
58.6203
23.803
.283
.693
58.3038
24.060
.469
.676
58.5316
24.021
.353
.684
58.3165
25.475
.279
.693
58.5316
24.073
.385
.681
59.7089
26.824
-.040
.726
58.5949
24.629
.370
.684
58.6962
24.855
.232
.697
58.3671
23.902
.491
.674
VAR00001
VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.703
19
Case Processing Summary
N Cases
Valid Excludeda Total
% 79
100.0
0
.0
79
100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
5. Lampiran Reliabilitas rasa berharga Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
40.0253
56.563
.242
.817
40.7089
55.337
.330
.814
40.3671
55.235
.274
.817
40.7468
55.063
.389
.812
40.5949
55.039
.320
.815
39.7468
55.191
.310
.815
40.6203
54.777
.494
.808
40.7722
55.281
.275
.817
40.5316
55.201
.331
.814
40.3924
54.011
.360
.813
40.1519
53.284
.525
.805
39.9241
54.353
.333
.814
40.9620
55.960
.288
.816
41.1392
57.173
.226
.818
40.4304
54.377
.380
.812
40.5443
53.738
.512
.806
40.9747
54.333
.613
.805
40.2911
54.158
.368
.812
39.7595
53.723
.337
.815
40.6709
52.403
.556
.803
40.3797
52.110
.457
.808
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
VAR00022
40.5063
51.997
.446
.808
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.819
22
Case Processing Summary
N Cases
Valid Excludeda Total
% 79
100.0
0
.0
79
100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
6. Lampiran Kuesioner rasa berharga dan pengasuhan
SKALA RASA BERHARGA & PENGASUHAN
Disusun oleh: Tirzayana Theophillia Risakotta (109114045)
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Nama
:
Kelas
:
Usia
:
Terima kasih teman-teman karena telah bersedia untuk berpartisipasi dalam mengisi skala/kuesioner ini. Dalam skala ini terdapat 60 soal yang harus teman-teman jawab dengan jujur. Perlu diperhatikan bahwa tidak terdapat jawaban BENAR atau SALAH, oleh sebab itu temanteman diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-teman dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan di kertas lembar jawaban yang telah disediakan.
Contoh: Pernyataan pada buku skala: 1.
Saya selalu merasa percaya diri kapan pun dan di mana pun saya berada. a.
Sangat tidak setuju setuju
Pilihan pada lembar jawaban: A
B
C
D
b. tidak setuju
c. setuju
d. sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Bagian I
1.
RASA BERHARGA
Saya yakin bahwa ketika saya belajar dengan sungguh-sungguh sebelum ujian, maka saya akan mendapat nilai yang baik.
2.
Saya selalu merasa gagal dalam beberapa pelajaran tertentu karena nilai yang buruk.
3.
Tiap kali sebelum berangkat ke sekolah, saya akan sarapan terlebih dahulu.
4.
Meskipun terkadang saya harus bermain sendiri setelah pulang dari sekolah, saya tidak merasa sedih.
5.
Pada saat bertengkar dengan teman di sekolah, saya mampu untuk mengalah dan meminta maaf agar pertengkarannya selesai.
6.
Pada saat berjalan, tiba-tiba teman saya secara tidak sengaja menginjak kaki saya, karena merasa sakit saya langsung berteriak memarahinya.
7.
Saya merasa kurang nyaman ketika berbicara di depan umum.
8.
Pada saat orang tua memberi tugas pada saya untuk membantu mereka, saya bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik.
9.
Saya merasa tidak berdaya pada saat ada masalah dan tidak ada seorang pun yang menolong saya.
10. Meskipun saya sudah merasa sangat lapar pada saat bermain Play Station (PS) dengan teman, saya lebih memilih untuk menunda makan. 11. Meskipun saya mengalami kesulitan dalam mempelajari hal baru, saya tidak pernah merasa minder. 12. Meskipun saya tahu berolahraga itu baik bagi kesehatan saya, namun saya jarang melakukannya. 13. Meskipun sudah belajar semalaman, saya masih belum bisa menyelesaikan soal kasus matematika yang diberi oleh guru. 14. Entah kenapa saya masih belum bisa menaklukan rasa takut saya terhadap rasa trauma yang pernah dialami. 15. Saya selalu merasa diterima oleh orang-orang di sekitar saya di manapun saya berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
16. Ketika melihat PR dari sekolah yang begitu banyak saya langsung menyerah dan membiarkannya begitu saja. 17. Meskipun merasa sedih atas nilai ujian yang jelek, saya menyemangati diri sendiri untuk kembali berusaha agar mendapat nilai yang lebih baik pada ujian berikutnya. 18. Teman-teman saya selalu menawarkan bantuan untuk membantu saya ketika mereka melihat saya mengalami kesulitan. 19. Pada saat merasa tidak sehat, saya langsung berinisiatif untuk meminum obat. 20. Pada saat minggu-minggu ujian saya akan belajar dari jauh-jauh hari karena saya kurang mampu mempelajari tiap materi semalam sebelum ujian. 21. Meskipun kata teman-teman di sekolah saya tidak pintar, tapi saya tetap bersemangat dan mau belajar. 22. Kata teman-teman dan guru, saya pintar, tapi bagi saya mereka hanya berbohong. 23. Saya merasa khawatir apabila orang-orang di sekitar saya cuek terhadap kehadiran saya. 24. Saya cenderung menyalahkan diri sendiri ketika dimarahi oleh orang tua. 25. Meskipun teman saya membuat saya kesal, saya tetap memaafkannya dan tidak membalas perbuatannya itu. 26. Saya tidak yakin orang tua benar-benar mengasihi saya karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri. 27. Saya tidak pernah tidur larut malam karena saya sadar besok ketika di kelas saya tidak akan mampu untuk berkonsentrasi dengan baik. 28. Saya tetap makan es krim meskipun sedang sakit flu/batuk.
Bagian II
PENGASUHAN
1. Orang tua saya memberi kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. 2. Orang tua saya selalu mengatakan pada saya pentingnya mengontrol emosi dan perilaku di depan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
3. Orang tua saya mengizinkan saya untuk menonton televisi asalkan saya harus menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah terlebih dahulu. 4. Sejak kecil orang tua saya selalu memperlakukan saya dengan baik dan lembut. 5. Saya merasa kurang dihargai oleh orang tua saya karena mereka tidak pernah mendengar apapun pendapat saya. 6. Saya bebas berteriak di depan orang tua ketika sedang marah tanpa dimarahi oleh orang tua. 7. Saya bebas meminta apa saja yang diinginkan karena orang tua akan mengabulkannya. 8. Orang tua saya terkadang meminta saya untuk pergi berbelanja sendiri ke toko karena mereka percaya saya tidak akan menggunakan uang tersebut secara sembarangan. 9. Saya tidak harus berusaha mendapatkan nilai yang baik dalam ujian karena orang tua saya jarang mempermasalahkan nilai jelek yang saya dapat. 10. Orang tua saya mengajak saya untuk berdiskusi di mana saya akan melanjutkan sekolah setelah lulus. 11. Saya dilarang bermain di luar rumah setelah pulang sekolah. 12. Orang tua memberi saya kebebasan untuk memilih di mana saya akan bersekolah. 13. Disaat teman-teman lain bisa berdiskusi dengan orang tuanya mengenai hasil belajar mereka, saya malah dimarahi habis-habisan dan tidak diajak untuk berdiskusi. 14. Saya tidak merasa percaya diri karena orang tua saya tidak pernah memercayai apapun yang saya katakan. 15. Pada saat saya melakukan kesalahan, orang tua akan menjelaskan mengapa seharusnya saya tidak boleh melakukan hal itu. 16. Saya diperbolehkan bermain bersama teman-teman apabila saya sudah menyelesaikan tugas rumah terlebih dahulu. 17. Pada saat saya sedang sakit dan meminta perhatian pada orang tua, mereka malah memarahi sambil berkata, “Kamu sakit bohongan kan?! Anak manja!” 18. Saya pernah dipukul oleh orang tua di hadapan teman-teman karena saya keasyikan bermain di luar rumah dan lupa waktu. 19. Orang tua saya selalu memberitahu saya bahwa mereka percaya saya bisa mendapatkan nilai yang baik di sekolah asalkan belajar dengan giat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
20. Orang tua saya selalu menuruti apapun keinginan saya, tanpa saya harus mengikuti perintah mereka. 21. Biasanya setelah saya selesai membantu orang tua, mereka akan menanyakan apa yang saya butuhkan dan akan berusaha untuk membantu saya. 22. Saya tidak diperbolehkan untuk makan sebelum orang tua saya kembali dari tempat kerja. 23. Saya bebas mencoret dinding rumah tanpa dimarahi oleh orang tua. 24. Apapun yang saya lakukan harus atas seizin orang tua. 25. Sebelum menyiapkan makan malam, ibu akan bertanya terlebih dahulu apa yang saya ingin makan. 26. Ketika saya menginginkan sesuatu dan mengatakannya kepada orang tua, maka mereka akan meminta saya untuk menabung agar saya bisa mendapatkan apa yang diinginkan. 27. Keputusan orang tua adalah yang terutama dalam hidup saya. Termasuk juga pakaian yang akan saya kenakan harus atas persetujuan orang tua. 28. Saya dicubit/dipukul oleh orang tua apabila saya membuat mereka marah. 29. Meskipun saya sering membangkang terhadap perintah orang tua, mereka tidak pernah memukul saya. 30. Saya tidak diperbolehkan berteman dengan orang-orang yang tidak disukai oleh orang tua saya. 31. Orang tua sering memberi saya kesempatan untuk menentukan apa yang ingin saya lakukan pada saat liburan. 32. Saya tidak pernah dilarang untuk menghabiskan uang semau saya.
TERIMA KASIH