HUBUNGAN ANTARA PARENTAL SUPPORT DAN SCHOOL ADJUSTMENT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS 1 DAN 2 SEKOLAH DASAR (SD) DI SEKOLAH INKLUSIF Ade Kiki dan Patricia Adam Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Masuknya anak berkebutuhan khusus ke dalam sekolah inklusif membuat anak tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti tantangan dalam hal bahasa, atensi dan aktivitas, kemampuan kognitif, serta relasi sosial dan emosional dengan orang lain di dalam kelasnya. Hal ini menuntut anak untuk dapat melakukan penyesuaian di dalam sekolah (school adjustment) dengan berbagai tantangan tersebut untuk dapat meningkatkan performa akademisnya. Dukungan orangtua (parental support) merupakan kontributor utama yang dirasa dapat membentuk school adjustment anak karena penyesuian pertama dengan lingkungan sosial anak dimulai dari dalam keluarganya. Dalam penelitian ini, akan diberikan kuesioner kepada orangtua untuk melihat parental support yang diberikan kepada anak dan diberikan juga kuesioner kepada guru untuk melihat school adjustment anak. Adapun jumlah responden dilihat dari jumlah anak yang akan diukur parental support dan school adjustment-nya, yaitu berjumlah 41 orang anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan 2 sekolah dasar inklusif. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara parental support dan school adjustment dengan korelasi r = 0.136
The Correlation Between Parental Support and School Adjustment for Children with Disabilities in First and Second Grade at Inclusive Schools
ABSTRACT The entry of children with disabilities into the inclusive school make them faces some numerous challenges, such as challenges in terms of language, attention and activity, cognitive ability, as well as social and emotional relationships with others in their class. This requires the child to be able to make adjustments in the school (school adjustment) with the various challenges to be able to improve their academic performance. Parental support is the main contributor to reach their ability of school adjustment because their first adjustment in their social environment is in the family. In this study, will be given a questionnaire to parents to see the parental support and also the questionnaire to the teacher to see children's school adjustment. The number of respondents who will be measured parental support and school adjustment are 41 children with disabilities. There is no correlation between parental support and school adjustment for children with disabilities in first and second grade at inclusive schools, with score of correlation (r) is 0.136. Keywords: children with disabilities; inclusive; parental support, school adjustment.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
PENDAHULUAN Bukan hal yang mudah bagi seorang anak untuk mulai beradaptasi dalam suatu lingkungan baru, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus yang akan masuk ke dalam sekolah inklusif. Anak-anak ini harus “terpisahkan” dengan pengasuh utama mereka dalam keluarga (orangtua) dan mereka juga harus berhadapan dengan lingkungan sosial baru yang berbeda dengan mereka dalam hal fisik maupun kemampuan. Dengan demikian, pada periode transisi menuju sekolah inklusif ini, anak perlu melakukan proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri di sekolah (school adjustment) ini diartikan sebagai gabungan antara penerimaan performa akademik anak, perilaku yang positif terhadap sekolah, dan keterikatan atau keterlibatan anak di dalam lingkungan sekolah (Birch & Ladd, 1997). Agar anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri di lingkungannya sesuai dengan jenis kekhususannya masing-masing, sehingga tidak berdampak pada performa akademis dan psikologisnya, seperti perasaan negatif terhadap sekolah dan pendididikan, depresi, serta frustasi, maka anak berkebutuhan khusus ini memerlukan dukungan yang besar, baik dari orangtua, guru, maupun teman sebayanya. Hal ini dikarenakan anak berkebutuhan khusus memiliki masalah dalam akademis, perilaku dan hubungan sosial. Dukungan orangtua merupakan dukungan pertama dan terutama yang harus diberikan oleh karena sebelum masuk ke sekolah, orangtualah yang menjadi figur penting bagi anak di dalam keluarga. Keluarga dapat menjadi pokok utama yang dapat membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri oleh karena keluarga adalah konteks pertama bagi anak untuk berkembang, dan anak membutuhkan orangtua untuk menyesuaikan diri di lingkungannya yang penuh dengan masalah. Keluarga, khususnya orangtua, juga dilihat sebagai kontributor paling penting dalam penyesuaian diri anak di masa transisi sekolah. Dukungan orangtua (parental support) merupakan perilaku yang ditunjukkan dengan membantu anak mengerjakan pekerjaan sehari-harinya, memuji pencapaian anak dan menunjukkan perasaan kepada anak dinyatakan Amato dan Fowler (2002). Dengan adanya parental support, Kirk & Gallagher (1986) menyatakan bahwa kepercayaan diri anak akan meningkat, anak akan lebih siap masuk ke sekolah, tingkah laku dan performa anak di sekolah akan meningkat. Manfaat dari parental support yang dikemukakan Kirk & Gallagher ini secara tidak langsung menyiratkan bahwa anak, termasuk juga anak berkebutuhan khusus, dapat merasa
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
nyaman di lingkungan baru dan dapat melakukan school adjustment karena telah terlebih dahulu siap masuk ke dalam sekolah serta memiliki kepercayaan diri yang baik. Dapat dilihat dengan jelas bahwa banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa secara orangtua merupakan konteks pertama dan utama bagi perkembangan seorang anak. Orangtua, secara tidak langsung, juga memiliki peran yang besar dalam periode transisi bagi seorang anak yang baru memasuki usia sekolah untuk menyesuaikan dirinya. Parental support (dukungan orangtua) mampu membantu seorang anak untuk melakukan school adjustment (penyesuaian diri di sekolah) sehingga anak memperoleh keberhasilan akademis di sekolahnya. Hal ini berlaku sama juga pada orangtua dan anaknya yang berkebutuhan khusus. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara parental support dan school adjustment anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan kelas 2 SD di sekolah inklusif? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara parental support dan school adjustment anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan kelas 2 SD di sekolah inklusif. Adapun manfaat dari penelitian ini, dibagi menjadi dua yaitu: 1.
Manfaat Teoritis: a. Memberikan sumbangan ilmiah mengenai hubungan antara parental support dan school adjustment pada anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar Inklusif.
2.
Manfaat Praktis: a. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai dukungan yang dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus sesuai dengan jenis kekhususan anak sehingga dapat membantu anak untuk menyesuaikan diri di sekolah dan memperoleh kesuksesan di bidang akademis dan non akademis. b. Memberikan informasi kepada sekolah mengenai school adjustment anak.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
TINJAUAN TEORITIS Parental Support Pengertian Parental Support Pengertian parental support yang diungkapkan oleh Amato dan Fowler (2002), yaitu perilaku seperti membantu anak mengerjakan pekerjaan sehari-harinya, memuji pencapaian anak dan menunjukkan perasaan kepada anak, karena dianggap memiliki pengertian yang paling jelas serta sesuai dengan alat ukur yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur parental support.
Manfaat Parental Support bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dibawah ini adalah manfaat apabila orangtua dapat memberikan dukungan kepada anak dengan berkebutuhan khusus (Kirk & Gallagher, 1986): 1. meningkatkan kepercayaan diri anak 2. mempersiapkan anak masuk ke sekolah (school readiness) 3. meningkatkan tingkah laku dan performa anak di sekolah 4. meningkatkan produktivitas dan kesenangan anak Parental Support bagi Anak Berkebutuhan Khusus Orangtua dari anak dengan tunagrahita dapat memberikan dukungan pada akademis dan sosial mereka (Kirk & Gallagher, 1986). Orangtua dari anak tunalaras dapat memperhatikan lingkungan tempat dimana anak berada, baik itu di dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun tempat lainnya, untuk menciptakan .lingkungan yang menyenangkan bagi anak, serta membantu anak dalam menghadapi perilaku kasarnya (Kirk & Gallagher, 1986). Orangtua dari anak dengan kesulitan belajar harus mampu mengetahui tipe kesulitan yang dialami anak (matematika, bahasa, membaca, mengeja, atau yang lainnya) dan memberikan dirinya sebagai guru bagi anak serta tidak bergantung pada guru di sekolah (Kirk & Gallagher, 1986). Orangtua dari anak tunadaksa dapat membantu anak untuk menciptakan konsep diri yang lebih positif, mengingat “keberbedaan” mereka yang terlihat sangat jelas bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya (Kirk & Gallagher, 1986). Orangtua dari anak ADHD harusnya mendukung anak untuk dapat fokus ke dalam pekerjaannya (Kirk & Gallagher, 1986). Orangtua dengan anak autisme harus
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
mampu mendukung anak untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya (Hardman, Drew, & Egan, 1984). School Adjustment Pengertian School Adjustment Pengertian school adjustment yang dikemukakan oleh Birch & Ladd (1997), yaitu gabungan dari penerimaan performa akademis, sikap positif terhadap sekolah, dan keterlibatan serta keterikatan dengan lingkungan sekolah. Faktor-faktor yang Memengaruhi School Adjustment Baughan (2012) menyatakan bahwa school adjustment dapat dipengaruhi oleh (1) orangtua yang mendukung anaknya yang berkebutuhan khusus, dilihat dari kesiapan orangtua dalam menerima anak, dan (2) dukungan guru yang mampu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi anak berkebutuhan khusus. School Adjustment pada Anak Berkebutuhan Khusus Anak tunagrahita harus memiliki kemampuan dasar seperti membaca untuk dapat masuk ke dalam sekolah, mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya, memiliki kemampuan komunikasi (Kirk & Gallagher, 1986). Anak tunalaras harus mampu melakukan selfmanagement, yaitu kemampuan dalam mengontrol waktu dan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan waktu yang telah diatur dan dikontrol tersebut (Kirk & Gallagher, 1986).Anak dengan kesulitan belajar harus mampu menguasai hal-hal dasar seperti membaca, menulis, mengeja, dan menghitung (Kirk & Gallagher, 1986). Anak dengan tunadaksa harus mampu mencapai school adjustment dengan bekal kemampuan sosial dan emosionalnya (Kirk & Gallagher, 1986). Anak dengan ADHD, harus mampu mengikuti pelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan teman-teman sekelasnya (Kirk & Gallagher, 1986). Anak dengan autisme harus memiliki kemampuan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya di sekolahnya (Hardman, Drew, & Egan, 1984).
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
METODE Tipe dan Desain Penelitian Tipe Penelitian Menurut Kumar (2005), tipe penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga segi, yaitu aplikasi penelitian, tujuan penelitian dan tipe pencarian data. Ditinjau dari segi aplikasi, penelitian ini merupakan applied research. Berdasarkan segi tujuan, penelitian ini termasuk penelitian korelasional. Selanjutnya, dari segi tipe pencarian informasi, penelitian ini merupakan pendidikan kuantitatif karena data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan perhitungan statistik. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis desain cross-sectional studies karena akan terjadi satu kali pengambilan data apabila dilihat dari jenis the number of contact with study population. Apabila ditinjau dari segi the reference period of study, penelitian ini termasuk pada desain penelitian retrospektif. Sedangkan berdasarkan the nature of the investigation, penelitian ini termasuk ke dalam desain penelitian non-eksperimental karena peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel yang diteliti. Responden Penelitian Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden penelitian yang menjadi dasar pemilihan sampel penelitian adalah orangtua dari siswa berkebutuhan khusus di kelas 1 dan 2 SD yang bersekolah di SD inklusif untuk mendapatkan skor parental support serta guru wali kelas dari siswa berkebutuhan khusus di kelas 1 dan 2 SD yang bersekolah di SD inklusif untuk mendapatkan skor school adjustment. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel penelitian ini termasuk ke dalam kategori accidental sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan tersedianya individu dan kemauan untuk mengikuti penelitian (Kumar, 2005). Jumlah Sampel
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 41 orang anak berkebutuhan khusus, dengan sumber data yaitu 41 orangtua dari masing-masing anak berkebutuhan khusus dan 17 orang wali kelas dari anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah instrumen yang berbentuk kuesioner. Dalam penelitian ini, akan digunakan dua buah kuesioner dari dua alat ukur penelitian. Adapun dua alat ukur yang akan digunakan adalah, sebagai berikut: 1. Alat ukur dukungan orangtua yaitu Parenting Practices (PP) khusus bagian Parental Support yang diadaptasi dari Amato dan Fowler (2002). 2. Alat ukur school adjustment yaitu Short Form Teacher Rating School adjustment (SFTRSA) yang diadaptasi dari Betts dan Rottenberg (2007 dalam Baughan, 2012). Alat Ukur Dukungan Orangtua (Parental Support) Alat ukur dukungan orangtua yang digunakan pada penelitian ini adalah Parenting Practices (PP) khusus bagian Parental support yang diadaptasi dari Amato dan Fowler (2002). Metode Skoring Pada penelitian ini, sebagai pengadaptasian alat ukur, peneliti akan mengubah keenam item menjadi 6 skala Likert, yaitu “tidak pernah”, “hampir tidak pernah”, “jarang”, “kadangkadang”, “hampir selalu” “selalu”. Alasan dari pengubahan skala ini yaitu untuk memudahkan dalam pengolahan data dan mencegah kecenderungan responden untuk menjawab respon jawaban di tengah atau sering disebut central tendency. Setiap item akan diberi skor 1 untuk pilihan “tidak pernah” hingga 6 untuk pilihan “selalu”. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Parental Support Dalam uji terpakai, peneliti menggunakan 41 data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari alat ukur Parental Support. Dari uji reliabilitas, didapatkan bahwa koefisien reliabilitas alat ukur ini adalah 0.836. Anastasi dan Urbina (1997) menyatakan bahwa batasan koefisien reliabilitas adalah 0.7, sehingga secara keselruhan, alat ukur Parental Support ini sudah memiliki reliabilitas yang baik. Untuk menguji validitas alat ukur
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Parental Support ini peneliti menggunakan validitas construct-identification procedures dengan metode internal consistency untuk menghitung validitas dengan menghubungkan skor-skor pada setiap item dengan skor total (corrected item-total correlation) dari alat ukur parental support. Pada penelitian ini, batas minimal koefisien korelasi pada indeks validitas untuk item-total correlation yang digunakan yaitu 0.2 (Aiken dan Groth-Marnat, 2006). Berdasarkan hasil uji validitas, dapat dilihat bahwa seluruh item dalam alat ukur Parental Support ini memiliki nilai yang berada di atas 0.2, sehingga dapat dikatakan bahwa item dalam alat ukur Parental Support ini telah memiliki validitas yang baik (Aiken dan Groth-Marnat, 2006). Alat Ukur School Adjustment Alat ukur school adjustment yang digunakan dalam penelitian ini adalah Short Form Teacher Rating School adjustment (SFTRSA) yang diadaptasi dari Betts dan Rottenberg (2007 dalam Baughan, 2012). Alat ukur SFRSA terdiri dari 16 item yang terdiri dari tiga faktor sebagai ciri penyesuaian diri anak di sekolah, yaitu kompetensi ruang kelas dan kedewasaan, keterlibatan dalam aktivitas kelas dan partisipasi dalam tugas-tugas, serta sikap positif terhadap sekolah. Alat ukur ini reliabel dengan skor 0.89 (dalam Baughan, 2012). Metode Skoring Dalam pengadaptasiannya, skala dalam alat ukur ini diubah menjadi 3 skala Likert yaitu “tidak pernah”, “jarang”, dan “selalu”. Pemberian skor pada item di alat ukur ini dimulai dari skor 0 untuk pilihan “tidak pernah”, skor 1 untuk pilihan “jarang”, dan skor 2 untuk pilihan “selalu”. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur School Adjustment Pada uji terpakai, peneliti menggunakan 41 data yang telah dikumpulkan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas dari alat ukiur SFRTSA. Hasil uji reliabilitas menggunakan alpha-cronbach dan didapat koefisien reliabilitas sebesar 0.920. Koefisien reliabilitas tersebut dianggap baik, jika melihat batasan minimal koefisien reliabilitas menurut Anastasi dan Urbina (1997) adalah sebesar 0.7. Uji validas yang dilakukan menggunakan construct-identification procedures dengan teknik internal consistency. Berdasarkan hal tersebut, skor pada item di dalamnya akan
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
dikorelasikan dengan skor total dari alat ukur SFRTSA (item-total correlation). Aiken dan GrothMarnat (2006) menyatakan bahwa batasan minimal item-total correlation adalah 0.2. Dari hasil uji validitas, maka diperoleh koefisien korelasi yang baik, yaitu berkisar 0.480 – 0.854. Metode Pengolahan Data Metode atau teknik statistik yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Statistik Deskriptif: digunakan untuk mengetahui tendensi sentral (mean, median, dan modus), frekuensi, variabilitas, standar deviasi (SD), jangkauan, nilai minimum dan maksimum dari masing-masing variabel. b. Pearson Correlation: digunakan untuk melihat signifikansi hubungan antara dua variabel. c. Independent Sample t-test: digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan mean antara dua kelompok sebagai satu variabel. d. One-Way Analysis of Variance (ANOVA): digunakan untuk mengetahui signifikansi
perbedaan mean antara lebih dari dua kelompok sebagai satu variabel.
HASIL Hasil Analisis Utama Penelitian Hasil utama dari penelitian ini adalah mengenai hubungan antara parental support dan school adjustment. Hubungan antara Parental Support dan School Adjustment Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara parental support dan school adjustment yaitu teknik korelasi Pearson. Koefisien korelasi yang didapat yaitu r = 0.136 dan p = 0.395, yang berarti tidak signifikan pada Level of Significant (LoS) 0.05. Hubungan yang tidak signifikan ini membuat hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, sehingga diinterpretasikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara parental support dengan school adjustment.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Korelasi antara Parental Support dan School Adjustment Variabel
R
Sig. (p)
Parental Support dan School Adjustment
0.136
0.395
Hasil Analisis Data Tambahan Penelitian Selain memperoleh hasil utama penelitian, melalui penelitian ini juga didapatkan beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya hasil penelitian. Pada analisis tambahan ini, peneliti akan melihat perbedaan parental support dan school adjustment yang ditinjau dari data kontrol. Gambaran Parental Support Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Gambaran Parental Support Parental Support
N
Minimum
Maksimum
Mean
SD
41
14
36
30.85
5.416
Gambaran parental support diklasifikasikan berdasarkan nilai mean yang diperoleh. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Klasifikasi Gambaran Parental Support Klasifikasi
Skor (tahun)
Frekuensi
Presentase
Rendah
< 31
13
32 %
Tinggi
31-36
28
68 %
41
100 %
TOTAL
Berdasarkan data pada tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki parental support yang tergolong pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 28 orang (68 %).
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Analisis Perbedaan Parental Support Ditinjau dari Data Kontrol Tabel 4.6 Analisis Perbedaan Parental Support ditinjau dari data control Gambaran Umum Nama Sekolah
Frekuensi
Mean
Standard Deviation
Signifikansi
SDN Gedong 03 Pagi, Jakarta Timur
6
32.83
2.317
F = 5.366 p = 0.000 (p < 0.05) Signifikan
SDN Gedong 04 Pagi, Jakarta Timur
6
33.17
2.927
Frekuensi
Mean
Standard Deviation
SDN Gedong 12 Pagi, Jakarta Timur
2
32.50
0.707
SDN Depok Baru 8, Depok
10
30.40
4.452
SDN Cipedak 03, Depok
2
35.00
1.414
SDN Cilangkap 02, Depok
2
27.50
9.192
SDN 04 Pagi Menteng Atas, Jakarta Selatan
4
20.00
6.683
SDN 02 Petang Lubang Buaya, Jakarta Timur
9
32.78
3.153
Usia Tinggi (4-7 tahun)
18
29.67
7.054
a. Parental support ditinjau dari sekolah-sekolah yang diteliti dengan menggunakan perhitungan one way ANOVA . Perhitungan tersebut menghasilkan nilai F sebesar 5.366 dengan signifikansi 0.000 (nilai p < 0.05). Dengan demikian, skor parental support dipengaruhi oleh sekolah-sekolah yang dSiteliti. Untuk mengetahui sekolah mana yang berbeda dalam hal parental support, maka dilakukan Post Hoc Analysis. Dari hasil Post
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Hoc Analysis diketahui bahwa sekolah yang berbeda terhadap skor parental support adalah SDN 04 Pagi Menteng Atas, Jakarta Selatan (M = 20.00). Artinya, responden di SDN 04 Pagi Menteng Atas, Jakarta Selatan, memiliki parental support yang paling rendah secara signifikan dibanding dengan responden dari sekolah lainnya. Selain itu, diketahui juga bahwa responden di sekolah SDN Cipedak 03 Depok memiliki parental support yang paling tinggi (M = 35.00) 4.3.3 Gambaran School Adjustment Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Gambaran School Adjustment School Adjustment
N
Minimum
Maksimum
Mean
SD
41
8
32
19.39
6.276
Gambaran school adjustment diklasifikasikan berdasarkan nilai mean yang diperoleh. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Klasifikasi Gambaran School Adjustment Klasifikasi
Skor (tahun)
Frekuensi
Presentase
Rendah
< 19
22
54 %
Tinggi
19-32
19
46 %
41
100 %
TOTAL
Berdasarkan data pada tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif memiliki school adjustment yang tergolong pada klasifikasi rendah yaitu sebanyak 22 orang (54 %).
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
DISKUSI Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara parental support dan school adjustment pada anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan 2 SD di sekolah inklusif. Diskusi Selain kesimpulan tersebut, dari penelitian ini didapatkan juga beberapa kesimpulan lainnya yang dapat menjadi bahan diskusi, yaitu: a) Mayoritas responden memiliki parental support yang tinggi. b) Mayoritas responden di SDN 04 Pagi Menteng Atas, Jakarta Selatan memiliki parental support yang paling rendah dibandingkan dengan responden dari sekolah lainnya. Selain itu, diketahui juga bahwa responden di sekolah SDN Cipedak 03 Depok memiliki parental support yang paling tinggi. c) Mayoritas anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif memiliki school adjustment yang rendah. d) Mayoritas anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN Gedong 04 Pagi, Jakarta Timur, memiliki skor school adjustment yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif yang lain. Sementara itu, sebagian besar anak berkebutuhan khusus di SDN 04 Pagi Menteng Atas, Jakarta Selatan, memiliki skor school adjustment yang paling rendah dari responden dari sekolah lain. Pertama-tama, peneliti akan membahas mengenai kesimpulan utama, yang mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara parental support dan school adjustment pada anak berkebutuhan khusus kelas 1 dan 2 SD di sekolah inklusif. Tidak adanya hubungan parental support dan school adjustment dalam penelitian ini, menurut
Vedder,
Boekaerts, & Seegers (2005), bisa jadi disebabkan karena support bagi school adjustment anak berkebutuhan khusus didapatkan dari sumber lain, seperti guru dan teman sebaya (peers). Keluarga, khususnya orangtua, dilihat sebagai kontributor paling penting dalam penyesuaian diri anak di masa transisi sekolah (Conn-Powers et al., 1990; Fowler et al., 1991; Prigg, 2002; Repetto & Correa, 1996 dalam Baughan, 2012). Namun meskipun begitu, untuk meningkatkan
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
school adjustment-nya, seorang anak berkebutuhan khusus juga memerlukan dukungan dari guru dan teman sebayanya. Lain halnya dengan Baughan (2012) yang menyatakan bahwa school adjustment dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak. Menurut Reitveld (2008; Vaughn, dkk., 1999; Baughan, 2012), guru berperan aktif sebagai faktor lingkungan yang memengaruhi school adjustment anak. Guru yang mampu menciptakan lingkungan yang mendorong anak berkebutuhan khusus untuk terlibat aktif di dalam kelas dapat meningkatkan school adjustment anak tersebut (Reitveld, 2008; Vaughn, dkk., 1999 dalam Baughan, 2012). Faktor kedua, yaitu faktor dalam diri anak dapat dilihat dari ciri-ciri anak yang mampu menghadapi masalahnya sendiri. Anak-anak seperti ini jauh lebih sensitif pada perubahan yang ditemuinya dan berusaha mencari sendiri jalan keluarnya. Kemampuan anak untuk melakukan penyesuaian ini tak lepas dari dukungan orangtuanya (parental support). Berdasarkan dua faktor penyebab school adjustment ini, dapat diketahui bahwa parental support bisa saja bukan merupakan hal utama yang memengaruhi school adjustment. Hal lain yang mungkin dapat menyebabkan tidak terjadinya hubungan yang signifikan pada parenatal support dan school adjustment adalah kurangnya responden dalam penelitian ini. Guilford dan Fruchter (1981) menyatakan bahwa semakin banyak responden dalam penelitan, maka akan mempengaruhi penyebaran dan hasil data. Selain itu, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat umum dan belum melihat secara khusus berdasarkan jenis kekhususan anak, padahal anak dengan jenis tertentu akan memerlukan parental support dan school adjustment yang berbeda dengan anak jenis kekhususan yang lain. Lebih lanjut, latar pendidikan guru wali kelas juga dapat memengaruhi jawaban yang diberikan mengenai school adjustment pada setiap jenis kekhususan anak. Walaupun hasil dari penelitian ini terlihat tidak adanya hubungan yang signifikan antara parenting support dan school adjustment pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, namun banyak teori yang menyatakan bahwa dukungan dari orangtua berdampak positif pada anak, seperti dapat meningkatkan performa akademis (Sukadji, 1988; Jimenez, Dekovic, & Hidalgo 2008). Oleh karena itu, Bawley dan Gardner (1972) menyatakan bahwa orangtua hendaknya mengetahui dan memahami secara tepat kekhususan yang dimiliki anak, karena hal itu dapat mendorong anak untuk mau belajar dengan semaksimal mungkin. Peneliti menemukan kenyataan bahwa banyak orangtua yang tidak mengetahui jenis kekhususan yang dimiliki oleh
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
anak. Data yang diberikan mengenai jenis kekhususan anak kebanyakan didapat dari hasil bertanya antara orangtua dan guru wali kelas tempat anak berkebutuhan khusus berada. Misalnya, beberapa orangtua di SDN 04 Pagi
Menteng Atas, SDN 02 Cilangkap. Maka dari itu,
kebanyakan orangtua di sekolah-sekolah tersebut memiliki parental support yang rendah. Selain itu, ada sekolah yang juga hanya menerka mengenai kekhususan anak tanpa adanya kerja sama dengan psikolog terkait jenis kekhususan yang dimiliki oleh anak, seperti SDN 02 Petang Lubang Buaya. Kesalahan diagnosa seperti ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam memberikan pendekatan dan penanganan pada anak. Pendekatan dan penanganan yang salah yang diberikan sekolah dapat membuat anak tidak dapat berkembang secara sempurna. Ada beberapa orangtua yang juga menolak anaknya dikategorikan ke dalam anak berkebutuhan khusus dengan jenis tertentu. Penolakan anak berkebutuhan khusus oleh keluarganya ini dapat disebabkan oleh self-esteem orangtua yang rendah, rasa malu dan ketidakpercayaan pada kemampuan anak (UNESCO, 2009). Hal-hal yang ditunjukkan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah shock, merasa tidak berguna, menolak kenyataan, dan kemudian mengisolasi diri dan anaknya (Cohen, 1977). Selain itu, Hallahan, Kauffman, & Pullen (2009) menambahkan bahwa orangtua akan merasa bersalah, sulit menghadapi kenyataan dan berhadapan langsung dengan masyarakat, serta sulit untuk mengerti kebutuhan anak saat menghadapi anaknya yang berkebutuhan khusus. Sekolah dan pemerintah harusnya bekerja sama untuk memberikan pengertian kepada orangtua bahwa anak harus mendapatkan pendidikan dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini, dapat juga dilihat hubungan orangtua dan sekolah tempat anak sekolah. Apabila orangtua mendapatkan dukungan dari sekolah untuk bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan anak, maka dapat dikatakan bahwa orangtua akan termotivasi dalam memberikan dukungan kepada anak. Hal ini mungkin sejalan dengan hasil yang signifikan yang dilihat dari pengaruh sekolah terhadap dukungan orangtua. Berdasarkan hasil analisis, SDN Cipedak 03, Depok dengan M = 35.00, memiliki rata-rata paling tinggi perihal pengaruh sekolah terhadap dukungan orangtua. Saat peneliti mengunjungi sekolah itu, memang Guru Pendamping Khusus (GPK) dari sekolah tersebut sering bercengkrama dengan beberapa orangtua murid perihal anak mereka. GPK tersebut juga mampu mendengar keluh kesah orangtua murid dan memberikan saran yang baik terkait perkembangan anak.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Melalui penelitian ini juga didapatkan bahwa dari berbagai tipe pendidikan khusus yang ada, sekolah kebanyakan menggunakan tipe full inclusion, cluster, pull out dan kombinasi cluster dan pull out. Beberapa sekolah yang melakukan system pull out memang telah memiliki guru pendamping khusus bagi anak, namun belum sepenuhnya yang memberlakukan Program Pembelajaran Individual (PPI), padahal di kurikulum Indonesia, pemerintah telah mengajukan hal tersebut agar anak dapat berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kemampuannya. Hal lain yang dapat dijadikan diskusi adalah mengenai keberagaman jenis kekhususan anak. Dari berbagai macam jenis kekhususan anak, peneliti hanya menemui sekitar 6 jenis kekhususan, diantaranya kesulitan belajar, ADHD, autisme, tunadaksa, tunalaras, dan tunagrahita. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa sekolah, hal ini dapat terjadi oleh karena kebanyakan sekolah-sekolah ini memang membatasi jenis kekhususan anak. Anak dengan kekhususan jenis “berat”, seperti tunanetra, tunawicara, tunarungu, tunadaksa, jarang diterima oleh karena keterbatasan yang dimiliki sekolah, karena kurangnya pengalaman dari seluruh guru, tidak adanya guru pendamping khusus (GPK), dan tidak adanya dana untuk memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus dengan jenis “berat” tersebut. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat juga keterbatasan, dalam hal kurangnya responden penelitian, yaitu hanya berjumlah 41 orang. Adanya keterbatasan pada jumlah responden dalam penelitian ini juga mengakibatkan kurangnya kontrol yang dilakukan, padahal dengan melakukan kontrol, faktor-faktor luar yang memengaruhi variabel yang digunakan akan semakin minim dan dapat mempengaruhi hasil. Peneliti tidak melakukan penilaian parental support dan school adjustment pada masingmasing jenis kebutuhan khusus anak. Padahal, setiap jenis kebutuhan khusus anak memerlukan parental support dan school adjustment yang berbeda. Selain itu, peneliti juga tidak melakukan uji keterbacaan maupun uji coba pada kedua alat ukur yang digunakan. Padahal kedua hal ini penting untuk mengetahui apakah alat ukur ini telah dapat digunakan dengan baik atau tidak.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Saran Pada bagian ini, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Saran yang diberikan berupa saran metodologis dan saran praktis. Saran Metodologis Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Memperbanyak sampel agar hasil penelitian dapat tergambar dengan lebih baik, karena menurut Guilford dan Fructher (1981), penggunaan sampel yang lebih banyak akan dapat memberikan penyebaran yang lebih baik dan dapat memengaruhi hasil penelitian.
2. Banyak terjadi ketidakseimbangan pada data kontrol responden. Salah satu contohnya adalah, responden orangtua laki-laki hanya berjumlah 3 orang, sementara responden
orangtua perempuan berjumlah 38 orang. Ada baiknya, untuk penelitian selanjutnya, dapat diperhatikan juga kontrol pada responden, karena dapat menjadi faktor-faktor luar yang memengaruhi kedua variabel. 3. Penting untuk melakukan uji keterbacaan dan uji coba sebelum menggunakan alat ukur yang baru. 4. Akan menjadi penelitian yang menarik apabila dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara parental support dan school adjustment pada setiap jenis anak berkebutuhan khusus. 5. Faktanya di lapangan, peneliti menemukan bahwa ada sekolah-sekolah yang belum memiliki kerjasama dengan psikolog untuk mengetahui spesifikasi kekhususan anak (baik jumlah, jenis, maupun karakteristik). Karena itu, pada penelitian selanjutnya, dapat juga dilakukan perbandingan terhadap sekolah yang telah menjalin kerjasama dengan psikolog dan sekolah yang belum menjalin kerjasama dengan psikolog. Saran Praktis Selain saran metodologis, berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti juga menyarankan beberapa hal, seperti, pertama, ada baiknya sekolah-sekolah inklusif menjalin kerjasama dengan para psikolog agar sekolah inklusif tidak hanya menjadi sekedar “nama inklusif” saja, namun juga dapat bermanfaat, yaitu sebagai tempat yang memfasilitasi anak
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
berkebutuhan khusus dan anak reguler lainnya, karena kenyataannya, masih banyak guru yang hanya menerka kekhususan anak tanpa melakukan tes terlebih dahulu. Kedua, penting bagi sekolah untuk memperhatikan kurikulum yang diberikan kepada anak. Pemerintah Indonesia telah memodifikasi
kurikulum
bagi
anak
berkebutuhan
khusus
di
sekolah
inkusif
dengan
mempertimbangkan karakteristik dan tingkat kecerdasannya atau sering disebut dengan Program Pembelajaran Individual (PPI). Karena itu, lewat penelitian ini, peneliti menyarankan agar sekolah memberikan PPI bagi setiap anak berkebutuhan khusus agar anak dapat berkembang secara
maksimal sesuai jenis kekhususan, kebutuhan, dan kemampuannya. Ketiga, meskipun hasil pada penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada hubungan parental support dan school adjustment, peneliti tetap ingin agar para pembaca juga meningkatkan dukungannya kepada anaknya yang berkebutuhan khusus, karena banyak teori yang menyatakan bahwa dukungan dari orangtua berdampak positif pada anak, seperti dapat meningkatkan performa akademis (Sukadji, 1988; Jimenez, Dekovic, & Hidalgo 2008).
DAFTAR PUSTAKA Aiken, L. R., & Growth-Marnat, G. (2006). Psychological Testing and Assessment. (12th ed.). Boston: Pearson Education Amato, P.R., & Fowler, F. (2002). Parenting Practices, Child Adjustment, and Family Diversity. Journal of Marriage and Family (Vol. 64, No. 3, p. 703-716) Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Baughan, C.C. (2012). An Examination of Predictive Factors Related to School Adjustment for Children with Disabilities Transitioning inti Formal School Setting. United States: ProQuest LLC Birch, S.H., & Ladd, G.W. (1997). The Teacher-Child Relationship and Children’s Early School Adjustment. Journal of School Psychology. (Vol.35, No.1, p.61-79) Cohen, S. (1977). Special People. USA: Prentice-Hall.,Inc.,Englewood Cliffs Desforges, C., & Aboichaar, A. (2003). The impact of Parental Involvement, Parental Support and Family Education on Pupil Achievement and Adjustment: A Literature Review. Queen’s Printer
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
Gholiszek, A. (2005). Manajemen Stress. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Guilford, J.P. & Fruchter, B. (1981). Fundamental Statistic in Psychology and Education. New York: McGraw-Hill Haber, A. & Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjustment. United States: Dorsey Press Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (2006). Exeptional Learner: An Introduction to Special Education (10th ed.). United States: Pearson Education, Inc. Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., & Pullen, P. C. (2009). Exeptional Learner: An Introduction to Special Education (11st ed.). United States: Pearson Education, Inc. Hardman, M.L., Drew, C.J., & Egan, M.W. (1984). Human Exceptionality: Society, School and Family. United States: Allyn and Bacon, Inc. Jimenez, L., Dekovic, M., & Hidalgo, V. (2008). Adjustment of school-aged children and adolescents growing up in at risk families: relationship between family variables and individual, relational and school adjustment: Children and Youth Services Review. Elsevier Kawaguchi, H. (2012). Teori Ekologi Bronfenbrenner. Diunduh pada 29 Januari 2013, dari http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/04/teori-ekologi-bronfenbrenner.html
Kirk, S.A., & Gallagher J.J. (1986). Educating Exceptional Children (5th ed.). USA: Houghton Mifflin Company Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London: Sage Ladd, G.W., Kochenderfer, B.J., & Coleman, C.C. (1997). Classroom Peer Acceptance, Friendship, and Victimization: Distinct Relational Systems That Contribute Uniquely to Children’s School Adjustment. Child Development. (Vol.68, No.6, p.1181-1197) Lim, L., & Quah, M.M. (2004). Educating Learners with Diverse Abilities. Singapore: McGraw Hill Lismayana,
L.
(2008).
Pendidikan
Inklusif
dari
http://melaticeria.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=9 , diunduh
tanggal 5 Maret 2013, pk. 18.03 WIB Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (1st ed.). Depok: LPSP3 McBride, H., & Siegel, L. S. (1997). Learning disabilities and suicide: A causal connection. Journal of Learning Disabilities, 30, 652-659.
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013
n.p . (2001). Fiersha “Mama Mia” Hanifah: Sejak Kecil Jadi “Ekor” Ibunya. Tabloid NOVA dari http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=14505&no=1 pada 04 April 2013, pukul 00.04 Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology: Developing Learners (5th ed.). Ohio: Merrill Prentice Hall Papalia, D.F., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2007). Human Development. United McGrawHill
States:
Paquette, D., & John R. (2001). Bronfrenbrenner’s Ecological Systems Theory. A Review: (n.p) Richmod, VA. (2001). Parent involvement found lacking, support for character education widespread, dari http://www.news.vcu.edu/news/Parent_involvement_found_lacking_support_for_characte r_education Rudiyati,
S
(2011).
“Potret
Sekolah
Inklusif
di
Indonesia”.
Diunduh
dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130543600/Potret%20Sekolah%20Inklusif%20di%20Indon esia.pdf pada 29 April 2013 pukul 13.44
Schwarzer, R., Knoll, N., & Rieckmann, N. (2003). Social Support. Dalam A. Kaptein & J. Weinman, Introduction to Health Psychology. Oxford, England: Balckwell Smith, J.D. (1998). Inclusion: School for All Student. Belmont: Wadsworth Publishing Company UNESCO. (2001). Inclusion in Education: The Participation of Disabled Learners – Thematic Studies UNESCO. (2005). Quality Education for Person with Disabilities: EFA Monitoring Report – Commissioned Study UNESCO. (2009). Embrasing Diversity: Toolkit for Creating Inclusive, Learning-friendly Environments Specialized Booklet 3: Teaching Chidren with Disabilities in Inclusive Settings. Bangkok: UNESCO UNESCO. (2009). Towards Inclusive Education for Children with Disabilities: A Guideline Unuvar, P., Calisandemir, F., Cetin, H., & Durmaz, S. N. (2012). Adjustment Behaviors of Children who Start School. Procedia: Social and Behavioral Sciences (Vol. 47 p. 20752079)
Hubungan Antara ..., Ade Kiki, FPsi UI, 2013