Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif
BULLYING PADA POLA INTERAKSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF Eraya Tika Ribbany Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
[email protected] Ari Wahyudi Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak
Dalam dunia pendidikan pastinya tedapat beberapa macam permasalahan yang terjadi di dalamnya, salah satunya yaitu adanya bullying. Maraknya aksi kekerasan atau bullying yang dilakukan oleh siswa terutama di sekolah semakin banyak saja adanya berita tentang kasus kekerasan atau bullying tersebut baik itu di media cetak maupun media elektronik. Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana terjadinya tindakan bullying pada pola interaksi yang terjadi khusunya pada anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi serta bagaimana bentuk tindakan bullying tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik. Pengambilan data di lapangan dengan melakukan observasi berpartisipasi dan proses wawancara. Subjek penelitian ini yaitu anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya adanya tindakan bullying yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus dimana tindakan bullying tersebut terjadi ketika berada di sekolah baik di dalam kelas ataupun diluar kelas serta ketika pada saat jam pelajaran maupun pada saat jam istirahat berlangsung. Bentuk-bentuk bullying tersebut berupa ejekan, godaan, pengucilan, intimidasi dan lain sebagainya. Perlunya usaha dari semua pihak agar tindakan bullying tersebut tidak lagi terjadi khusunya di dalam dunia pendidikan. Kata Kunci : Bullying, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah Inklusi Abstract
In education world, there are certainly some problems, one of which is bullying. There is an increasing number of bullying cases done by students, mainly at school. There are also many news on the bullying cases, both in printed media and electronic media. This research is done to know the bullying in interaction pattern, especially in children with special needs at inclusion schools and also to know the form of bullying done. This research uses qualitative method using symbolic interaction approach. The field data collection is done by participated observation and interview. The research subjects are the children with special needs at inclusion school. The research results show that there is a bullying action in children with special needs. This bullying action happens at school, both in the class and outside the class, at learning hours and at break time. The forms of bullying are ridicule, temptation, isolation, intimidation and others. It is necessary for some efforts from all parties so that there will be no any bullying, especially in educational world. Keywords: Bullying, Children with special needs, inclusion school Salah satunya yaitu adanya bullying. Sekarang ini PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan pastinya tedapat beberapa
adanya suatu bullying seolah-olah sudah menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
macam permasalahan yang terjadi di dalamnya,
anak-anak, maraknya aksi kekerasan atau bullying
1
Paradigma. Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016
yang dilakukan oleh siswa terutama di sekolah
biasanya terjadi berulang kali dimana dengan rasa
semakin banyak saja adanya berita tentang kasus
berkuasa tersebut pelaku lebih sering melakukan
kekerasan atau bullying tersebut baik itu di media
tindakan tersebut terlebih lagi melihat korban yang
cetak maupun media elektronik. Suatu kekerasan
tidak bias melakukan perlawanan dan memilih
yang terjadi di sekolah ini hanya terlihat bagian
diam
yang sedikit saja dan masalah bullying tersebut
tersebut terjadi secara terus menerus (Elvigro,
menerus terulangi karena kurangnya penanganan
2014).
yang menyebabkan
perlakuan bullying
yang tepat dan secara berkesinambungan dari akar
Dalam hal ini pun kekerasan dalam dunia
permasalahannya atau akar dari persoalan penyebab
pendidikan merupakan perilaku melampaui batas
terjadinya byllying tersebut.
dari kode etik dari aturan dalam pendidikan hal
Dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun
tersebut baik dalam bentuk fisik maupun pelecehan
2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta
atas hak dari seseorang. Disini dari pihak sekolah
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
masih sangat terbatas dalam menyikapi adanya
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
fenomena bullying tersebut. Sedangkan dilain
dikatakan (a) bahwa peserta didik yang memiliki
pihak yaitu pihak orang tua siswa yang masih
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
belum banyak mengetahui tentang bullying beserta
memiliki
dampak-dampak yang akan ditimbulkan dari
potensi
kecerdasan
dan/atau
bakat
istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan
perlakuan
yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya.
masalah yaitu bagaimana tindakan bullying pada
(b) bahwa pendidikan khusus untuk peserta didik
pola interaksi yang terjadi khusunya pada anak-
yang memiliki kelainan dan/atau peserta didik yang
anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah
memiliki
bakat
inklusif pada saat proses belajar mengajar di kelas
istimewa dapat diselenggarakan secara inklusif. (c)
dan juga pada saat istirahat? Serta bagaimana
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
bentuk tindakan bullying tersebut? Serta tujuan dari
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
menetapkan
Pendidikan
adanya tindakan bullying serta seperti apa tindakan
Nasional tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
bullying yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
khusus (ABK) di sekolah inklusif.
potensi
kecerdasan
Peraturan
dan/atau
Menteri
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
bullying
tersebut.Adanya
rumusan
Olweus (1993) mengkategorikan dua jenis
(Permendiknas, 2009)
bullying dari Direct Bullying yaitu intimidasi
Sebagai gejala sosial budaya tindakan
secara fisik dan verbal serta Indirect Bullying
kekerasan terhadap anak tidak muncul begitu saja
berupa kekerasan mental melalui isolasi secara
dimana dalam beberapa situasi yang kosong. Hal
sosial1 . Disini bullying fisik merupakan suatu
tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi-
perlakuan kasar secara fisik seperti menjambak
kondisi kosong atau budaya-budaya tertentu dalam
rambut, menampar, menendang dan lain-lain.
masyarakat
salah
Sedangkan untuk bullying verbal merupakan suatu
pandangan,
nilai
satunya dan
yaitu
norma
berbagai
sosial
yang
perlakuan kasar yang dapat didengar seperti
memudahkan terjadinya atau yang bias dikatakan
mengancam, memaki, mencemooh, memfitnah
sebagai pendorong atau yang mendorong terjadinya tindakan
kekerasan
tersebut.
Disini
bullying
1
Novan Ardy Wiyani. 2013. Save Our Children from School Bullying. Jogjakarta: Ar-Russ. Hal : 13
Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif
serta memalak dan lain sebagainya. dan juga ada
Mead menyatakan fungsi simbol adalah dapat
bullying mental
memungkinkan
dimana
bullying jenis ini
terbentuknya
mental
dengan
simbolik ini menyatakan bahwa manusia bertindak
mengucilkan
dan
lain
sebagainya. (Dorothy L, 2004)
sebagainya.
proses
dilakukan dengan cara memandang sinis sampai perlakuan
dan lain
pikiran,
Interaksionisme
berdasarkan atas makna-makana, dimana makna
Konsep Pendidikan Inklusif
tersebut didapatkan dari proses interaksi dengan
Sekolah inklusif disini adalah sekolah yang
orang lain dan juga makna-makna it uterus
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan
berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi
regular dalam satu sistem pesekolahan. Maksudnya
itu terus berlangsung.
disini yaitu siswa yang memiliki kebutuhan khusus METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
mendapatkan pendidikan khusus sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa regular pun
dimana metode ini menekankan analisis pada
begitu sebaliknya juga mendapatkan layanan
temuan data di lapangan. Serta penelitian kualitatif
khusus untuk dapat mengembangkan potensi masing-masing
sehingga
baik
itu
ini
siswa
ditunjukkan
menganalisis
berkebutuhan khusus maupun siswa regular dapat
pendekatan
2013)
sikap,
interaksionisme
simbolik.
Subyek
penelitian yang menjadi informan yaitu siswa
Tujuan dari pendidikan inklusif ini yaitu
berkebutuhan khusus. Serta adanya data sekunder
agar semua anak dapat memperoleh pendidikan
yaitu dari para guru pendamping khusus, guru
yang sama khusunya anak berkebutuhan khusus
regular serta siswa regular. Penelitian ini dilakukan
yang sering sekali mendapatkan suatu diskriminatif
di SMA Negeri 4 Sidoarjo.
dalam pendidikan. Dalam pendidikan inklusif ini
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
semua anak dapat memperoleh pendidikan yang kebutuhan
peristiwa,
kelompok (Ahmadi, 2014). Dengan menggunakan
secara harmonis dalam masyarakat. (Kustawan,
dengan
fenomena,
dan
pemikiran seseorang baik secara individu maupun
masing-masing dan mampu untuk dapat hidup
sesuai
mendekripsikan
kepercayaan, aktifitas sosial, serta persepsi dan
secara bersama-sama mengembangkan potensi
bermutu
untuk
yaitu dengan proses observasi dan wawancara.
dan
Dalam
kemampuannya masing-masing.
melakukan
analisis
data
yang
akan
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data
Interaksi Simbolik
yang ada di lapangan sebanyak mungkin sehingga
Mead mengungkapkan bahwa simbol merupakan
nantinya data akan lebih mendalam dan dapat
jenis suatu gesture yang hanya akan bisa dilakukan
menjawab seluruh rumusan masalah.
dan dipahami serta diinterpretasikan oleh manusia. Serta gesture ini menjadi simbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon-
HASIL DAN PEMBAHASAN Terjadinya bullying pada pola interaksi anak
respon yang diharapkan olehnya
yang juga
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi ini terjadi
diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari
pada dua waktu yaitu pada saat jam pelajaran dan
gesturnya (Ritzer, 2008). Karena hanya ketika
pada saat jam istirahat. Dimana dalam dua waktu
simbol-simbol ini dapat dipahami dengan makna
yang berbeda tersebut tejadi perlakuan bullying
juga respon yang samalah seorang individu dapat
yang diterima oleh anak berkebutuhan khusus di
berkomunikasi dengan individu yang lainnya
sekolah inklusi tersebut. Perlakuan bullying yang
.
3
Paradigma. Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016
diterima anak berkebutuhan khusus tersebut ketika
terjadi yaitu teman-temannya mengabaikan anak
berada di kelas pada saat jam pelajaran terlihat dari
berkebutuhan khusus tersebut tanpa alasan yang
adanya pengucilan yang terjadi pada saat jam
jelas dan memang dengan sengaja melakukan hal
pelajaran berlangsung dimana anak berkebutuhan
tersebut.
khusus tersebut tidak ada teman sebangku dan jika
Mayoritas dari anak berkebutuhan khusus
bertanya sesuatu pada temannya tidak dihiraukan.
ini mengalami hambatan dalam bersosialisasi
Hal-hal berupa pengucilan tersebut terlihat jelas
dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat dari
ketika mengikuti observasi partisipasi selama
banyaknya anak berkebutuhan khusus yang lebih
proses penelitian di lapangan berlangsung.
banyak menghabiskan waktu di ruang sumber
Perlakuan bullying yang terjadi pada saat
daripada di dalam kelas atau tempat teman-teman
jam pelajaran berlangsung pun terlihat disaat salah
regular biasanya berkumpul. Hal tersebut terjadi
satu mata pelajaran matematika dimana salah satu
karena
teman sekelasnya anak berkebutuhan khusus ini
terhadap teman-teman regulerya tersebut. Mereka
menggoda dengan menyembunyikan tempat pensil
merasa lebih nyaman dengan teman-teman sesame
dari anak berkebutuhan khusus tersebut. Hal-hal
anak berkebutuhan khusus dan berkumpul bersama
seperti itu merupakan salah satu bentuk bullying
guru pendamping khusus di ruang sumber daripada
dimana adanya tindakan yang tidak menyenangkan
harus berada di kantin atau kelas yang dianggap
yang dirasakan oleh orang lain disini yang menjadi
mereka terlalu ramai.
mereka
merasakan
ketidaknyamanan
korban bullying yaitu anak berkebutuhan khusus
Terjadinya bullying selain pada saat jam
tersebut. Selama proses observasi partisipasi yang
pelajaran pun juga terjadi pada saat jam istirahat
dilakukan selama proses penelitian di lapangan
berlangsung. Dimana pada saat jam istirahat
berlangsung terlihat adanya
berlangsung beberapa diantara anak berkebutuhan
bullying
yang
banyak
tindakan-tindakan
terjadi
pada
anak
khusus
tersebut
yang
mengalami
perlakuan
berkebutuhan khusus yang dilakukan oleh teman-
bullying dari teman-temannya. Dimana salah satu
teman regulernya.
anak berkebutuhan khusus yang jaketnya diambil
Perlakuan bullying lainnya yang terjadi
serta dilempar-lemparkan oleh teman-temannya.
pada saat jam pelajaran berlangsung ini terlihat dari
Hal tersebut jelas merupakan tindakan bullying
adanya perlakuan dimana salah satu informan yang
dimana
tidak dihiraukan atau diabaikan oleh teman-
tersebut
temannya ketika bertanya tentang materi pelajaran
perlakuan-perlakuan yang diterimanya tersebut.
yang sedang berlangsung. Hal tersebut jelas
Terjadinya bullying ini terjadi pada saat jam
merupakan salah satu tindakan bullying yang
istirahat dimana beberapa anak berkebutuhan
menyebabkan adanya korban yang dianggap lebih
khusus yang masih berada di kelas dan mengalami
lemah dan dengan mudah untuk ditindas dan lain
perlakuan bullying tersebut. Sedangkan untuk anak
sebagainya. Tindakan bullying tersebut terjadi
berkebutuhan khusus lainnya yang mengalami
ketika jam pelajaran berlangsung dimana mereka
tindakan bullying pada saat jama istirahat yaitu
dengan sengaja mengacuhkan atau mengabaikan
adanya tindakan ancaman, godaan, ejekan yang
anak berkebutuhan khusus tersebut yang hendak
dilontarkan pada anak berkebutuhan khusus ketika
ingin menanyakan tentang materi pelajaran yang
sedang berjalan atau hendak pergi ke ruang sumber.
kurang dipahami kepada temannya tetapi yang
memang
anak
merasakan
berkebutuhan ketidaknyamanan
khusus dari
Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif
Dalam teori interaksi simbolik Herbert Mead menjelaskan bahwasanya interaksi antar Tabel 1 Terjadinya Bullying No
1
2
Waktu Terjadinya Bullying Pada saat jam pelajaran
Pada saat istirahat
jam
individu selalu melibatkan suatu penggunaan simbol-simbol untuk saling memahami satu sama
Bentuknya
lainnya
(Umiarso,2014).
Dimana
ketika
berinteraksi dengan orang lain kita selalu berusaha
Pengucilan atau Pengabaian, Mencela atau Ejekan, Menjahili, Mendiamkan Melihat dengan sinis, Mengoda, Merendahkan, Pengancaman, Pemerasan atau Pemalakan, Ejekan, Menganggu, Mempermalukan, Pengucilan
untuk dapat mencari simbol yang cocok untuk dapat menyampaikan suatu makna tertentu pada orang
tersebut.
Serta
kita
juga
akan
menginterpretasikan apa yang ingin dikatakan atau dimaksud
oleh
orang
lain
tersebut
melalui
simbolisasi yang dibangunnya. Beberapa
motif
dalam
melakukan
tindakan bullying tersebut tidak lain yaitu untuk Dari tabel diatas terlihat bahwasanya ada
dapat menunjukkan eksistensi dirinya sebagai
dua waktu terjadinya bullying tersebut yaitu pada
siswa regular dimana dianggap sebagai sosok yang
saat jam pelajaran dan juga pada saat jam istirahat
patut disegani agar tertanam dalam benak anak
dimana pada dua waktu tersebut terjadinya
berkebutuhan khusus atau siswa inklusi tersebut
tindakan bullying yang dilakukan oleh siswa
yang dianggapnya lebih lemah. Serta para pelaku
regular pada anak berkebutuhan khusus. Tindakan-
bullying disini mempermalukan korbannya dengan
tindakan yang dilakukan oleh siswa regular tersebut
membuat lelucon atau bahan tertawaan dari para
secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk-
korbannya. Dan dimana efek yang terjadi yaitu
bentuk dari bullying dimana bentuk-bentuk dari bullying
ini
mencemooh,
yaitu memalak
mengancam, dan
lain
korban bullying atau anak berkebutuhan khusus ini
memaki,
lebih banyak memberikan reaksi berupa perasaan
sebagainya.
takut dan terintimidasi, malu bahkan merasa rendah
Dimana perlakuan-perlakuan seperti dijabarkan
diri atau tidak percaya diri dengan para pelaku
diatas merupakan bentuk-bentuk dari tindakan
bullying tersebut.
bullying. Siswa regular tersebut tidak menyadari
Bentuk-bentuk
bahwasanya perlakuan yang mereka lakukan pada
terlihat adanya bentuk-bentuk bullying yang terjadi
Karena bullying merupakan perilaku negatif yang
akibat adanya ketidakseimbangan perilaku tidak
nantinya akan mengakibatkan seseorang merasa
wajar dari ketidakseimbangan kekuatan. Anak
tidak nyaman atas apa yang dialaminya dan akan
berkebutuhan khusus ini diganggu serta dikucilkan
menimbulkan suatu trauma tersendiri bagi korban
oleh teman-teman mereka. Berdasarkan dari apa
bullying tersebut. Disini korban bullying tersebut
yang telah dipaparkan sebelumnya bahwasanya
merupakan anak berkebutuhana khusus yang
bullying disini terjadi karena dua factor yaitu factor
memiliki keterbatasan dan diperlakukan dengan oleh
teman-teman
Anak
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan
bullying yang seharusnya tidak mereka lakukan.
nyaman
Pada
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi
anak berkebutuhan khusus disini merupakan bentuk
tidak
Bullying
adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku
regulernya
bullying dan korban bullying. Dalam kasus
tersebut.
bullying yang terjadi pada anak berkebutuhan
5
Paradigma. Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016
khusus
ini
terlihat
bahwasanya
adanya
ketidakseimbangan dari segi kekuatan fisik dari para
korban
bullying.
Serta
adanya
4.
ketidakseimbangan dari perilaku tidak wajar yaitu
Verbal Tidak Langsung Kontak Fisik
mengabaikan, surat kaleng
Mengirim
Memukul, Mendorong, Menjambak, Mencubit, Mencakar, Menendang
adanya gangguan berupa ejekan serta pengucilan dari para pelaku bullying tersebut.
Berdasarkan tabel diatas maka bentuk-
Bentuk-bentuk bullying berupa ejakan serta
pengucilan
tersebut
termasuk
kategori
bullying
verbal.
Dimana
bullying
tersebut
menyebabkan
bentuk
bullying
yang
terjadi
pada
anak
kedalam
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi ini terlihat
perlakuan
bahwasanya anak-anak berkebutuhan khusus ini
rasa
mengalami perlakuan bullying ataua bisa dikatakan
bullying.
bahwasanya anak berkebutuhan khusus ini menjadi
Dimana para korban bullying disini yaitu anak
korban bullying teman-temannya. Semua perlakuan
berkebutuhan
merasakan
yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus ini
ketidaknyamanan bersama teman-temannya dan
termasuk atau tergolong dalam bentuk-bentuk dari
berusaha untuk menghindar dan memilih untuk
perlakuan bullying. Disini terlihat jelas bahwasanya
berada di ruang sumber ketika jam istirahat
data
berlangsung. Pada umumnya anak laki-laki lebih
menunjukkan
banyak menggunakan bullying secara fisik dan lain
menganalisis adanya tindakan bullying pada anak
halnya dengan anak perempuan yang lebih banyak
berkebuthan khusus di sekolah inklusi tersebut.
ketidaknyamanan
dari
khusus
para
adanya
korban
tersebut
yang
diperoleh adanya
selama
di
lapangan
pembenaran
dalam
menggunakan bullying dengan verbal. Tetapi disini keduanya
sama-sama
menggunakan
bullying
verbal. Adanya perbedaan dalam bullying tersebuk
PENUTUP
dikarenakan berkaitan dengan pola sosialisasi yang
Simpulan Adanya kesenjangan dimana apa yang seharusnya
terjadi antara anak laki-laki dan juga anak
terjadi
perempuan. Perbedaan pola sosialisasi tersebutlah
semestinya. Dimana tujuan pendidikan inklusi ini
yang membuat adanya perbedaan pada umumnya
untuk menghilangkan diskriminasi yang dialami
bentuk-bentuk bullying yang terjadi dalam proses
oleh
inetaksi sosial.
memberikan pendidikan yang sama dengan siswa
Tabel 2 Bentuk Bullying Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
normal lainnya. Tetapi pada kenyataannya di
tidak
anak
berjalan
sesuai
berkebutuhan
dengan
khusus
yang
dengan
lapangan banyaknya siswa berkebutuhan khusus yang menjadi bahan bullyian dari para siswa
NO 1.
2.
3.
Bentuk Kontak Verbal Langsung
Perilaku Non Verval Langsung Perilaku Non
Keterangan Mengancam, Mempermalukan, Merendahkan, Menganggu, Sarkasme, Mencela atau Mengejek, Mengintimidasi, Memaki, Menyebarkan gossip, Pemerasan Melihat dengan sinis, Menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, Menjahili Mendiamkan seseorang, Sengaja mengucilkan atau
normal lainnya yang menyebabkan adanya traumatrauma yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus tersebut di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah. Bullying
yang
terjadi
pada
anak
berkebutuhan khusus tersebut terjadi berupa ejekan, pengucilan, godaan, ancaman dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk bullying tersebut terjadi karena kurangnya ketegasan tenaga pendidikan untuk
Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif
memberikan pengertian bahwasanya sesame siswa
DAFTAR PUSTAKA
harus bisa saling menghargai perbedaan yang
Ahmadi, Rulam. 2014. “Metodologi Penelitian Kaulitatif”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
dialami oleh siswa lainnya terutama pada teman-
Emzir. 2015. “Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif”. Jakarta: Rajawali Pers
teman mereka yang memiliki keterbatasan khusus. Dalam interaksi sosial anak berkebutuhan
Kustawan, Dedy. 2013. “Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya”. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.
khusus dengan siswa regular ini terdapat suatu symbol berupa kekuasaan untuk menindas atau menjadikan bahan lelucon orang lain. Hal tersebut
Permendiknas Nomor 70 tahun 2009. “Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang MEmiliki KElainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa”. Dinas Pendidikan
terlihat dari adanya tindakan bullying yang dilakukan oleh siswa regular pada siswa inklusi atau
anak
berkebutuhan
khusus.
Mereka
Ramadhani, A’yuuna Ulfa. 2015. “Konsep Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Interaksionisme Simbolik Pada Proses Pembelajaran Inklusif di SMP Negeri 3 Sidoarjo)”. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
menjadikan anak berkebutuhan khusus tersebut sebagai bahan untuk lelucon mereka serta menindas dan
menganggap
tersebut
sebagai
anak siswa
berkebutuhan yang
lebih
khusus lemah
Ritzer, George dan Douglas J.Goodman. 2008. “Teori Sosiologi Modern”. Jakarta : Kencana.
dibandingkan mereka siswa reguler. Simbol yang terdapat pada pola interaksi anak berkebutuhan
Umiarso dan Elbandiansyah. 2014. “Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik hingga Modern”. Jakarta: Rajawali Pers.
khusus tersebut terlihat bahwasanya adanya simbol kekuasaan yang digunakan oleh siswa regular
Wiyani, Novan Ardy. 2013. “Save Our Children From School Bullying”. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
untuk menakuti anak berkebutuhan khusus dan menyebabkan siswa inklusi menjadi merasa lebih
Online
lemah daripada siswa regular lainnya di sekolah tersebut
bahkan
siswa
regular
Dorothy L. Espelage, Susan M. Swearer. 2004. Bullying in American Schools: A SocialEcological Perspective on Prevention and Intervention. Ebook diakses melalui http://books.google.co.id/books?id=fqmPAgA AQBAJ&pg=PA100&dq=bullying+in+ameri can&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiLs9V0pTOAhVMQY8KHcq6CbIQ6AEIIjAB#v =onepage&q=bullying%20in%20american&f =false
menjadikan
keterbatasan yang dimiliki oleh siswa inklusi tersebut sebagai celah untuk dapat mendapatkan kekuasaan untuk menggoda serta menakuti siswa inklusi yang ada di sekolah inklusi tersebut. Saran Untuk mencegah munculnya tindakan bullying pada remaja di lingkungan sekolah khususnya bagi anak berkebutuhan khusus diperlukannya peran dari semua pihak baik lembaga pendidikan, tenaga pendidik serta masyarakat luas untuk mengawasi dan dapat mencegah terjadinya tindakan bullying tersebut terjadi secara terus-menerus.
7