HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR OF SUCCESS PADA WANITA BEKERJA DEWASA MUDA PUTRI ADIBAH Pembimbing : M. Fakhrurrozi, S.Psi, M. Psi ABSTRAKSI
Pada zaman sekarang ini, seorang wanita yang sukses atau seorang wanita yang memegang jabatan yang tinggi merupakan suatu hal yang wajar. Bahkan beberapa Negara pernah memiliki presiden seorang wanita, termasuk Indonesia. Namun masih saja sering terdengar cerita wanita memilih berhenti bekerja terutama setelah menikah. Karena umumnya lingkungan keluarga dan lingkungan sosial kurang menghargai kesuksesan seorang wanita. Hal ini akan menimbulkan konflik terutama bagi wanita yang sudah menikah untuk memenuhi motivasi berprestasinya dengan mengejar karir dan memperoleh kesuksesan namun di sisi lain kesuksesan tersebut akan membawa dampak yang kurang baik bagi dirinya maupun keluarganya antara lain kehilangan feminitas, kehilangan penghargaan sosial dan penolakan sosial. Konflik tersebut akan menyebabkan wanita mengalami ketakutan akan kesuksesan. Oleh karena itulah peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan fear of success pada wanita bekerja dewasa awal. Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner dimana terdapat skala motivasi berprestasi dan skala fear of success yang menggunakan skala berbentuk skala Likert. Penelitian ini menggunakan uji korelasi bivariat untuk menguji hubungan antara motivasi berprestasi sebagai prediktor dengan fear of success sebagai kriterium yaitu dengan teknik analisis data Korelasi Product Moment Pearson. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 43 karyawan wanita dengan posisi kerja minimal supervisor dimana tingkat usianya adalah dewasa muda (20-40 tahun) yang sudah menikah. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,684 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan fear of success, namun hubungannya bersifat negatif. Artinya semakin tinggi motivasi berprestasi subjek maka semakin rendah fear of success-nya dan semakin rendah motivasi berprestasi semakin tinggi fear of success. Hal ini mungkin disebabkan karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan berusaha mencari cara-cara yang baru dalam mengerjakan tugas sehingga hasilnya lebih efektif dan efisien sehingga dapat mengatur manajemen waktu yang baik untuk menyeimbangkan perannya sebagai seorang istri dan ibu dan sebagai wanita bekerja dan adanya perubahan paradigma dalam masyarakat bagi wanita Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya kebanggaan bagi masyarakat jika wanita berhasil dalam karir dan studi. Setelah dilakukan analisis statistik, maka diketahui bahwa mean empirik motivasi berprestasi sebesar 128,33 dimana mean hipotetik sebesar 102,5 dan mean empirik fear of success sebesar 54,53 dimana mean hipotetik sebesar 67,5. Kata Kunci : Motivasi Berprestasi, Fear of Success, wanita bekerja
1
Berdasarkan penelitian Kaufmann dan
PENDAHULUAN
Richardson (dalam Matlin, 1987), ada dua
Latar belakang Masalah Pada masa sebelum Kartini dilahirkan,
gagasan mengenai motivasi berprestasi pada
wanita Indonesia sama sekali tidak boleh
wanita, yang pertama adalah bahwa wanita
melakukan aktifitas selain pekerjaan rumah
mungkin tidak terlalu termotivasi untuk
tangga. Namun dengan peran Kartini,
berprestasi seperti pria. Yang kedua bahwa
sekarang
mencapai
wanita lebih berusaha untuk mencegah agar
pendidikan yang tinggi dan bekerja di luar
tidak sukses karena beranggapan bahwa
rumah. Akhirnya wanita Indonesia sudah
sukses
menyadari dirinya sebagai manusia yang
ketidakbahagiaan.
Kesuksesan
mampu berprestasi sendiri, tidak tergantung
unsur
seperti
kepada orang lain, lebih percaya diri, dan
prestise, prestasi yang tinggi dan pencapaian
kurang bersikap tradisional (Basarah, 1989).
lain yang berhubungan dengan nilai-nilai
Pada abad ke-21 dimana pembangunan
tradisional tentang maskulinitas (Henley &
semakin meningkat wanita bekerja bukanlah
Paludi dalam Matlin, 1987).
wanita
sudah
bisa
sesuatu hal yang luar biasa lagi. Bahkan sudah
banyak
pemimpin
sekali
seperti
wanita
manajer,
itu
akan
maskulin,
mendatangkan memiliki
jabatan
yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menjadi
oleh McClelland dkk (dalam McClelland,
pemimpin
1987)
wanita
memiliki
skor
motivasi
redaksi bahkan seorang wanita seperti
berprestasi yang lebih rendah daripada pria.
Megawati
menjadi
Rendahnya motivasi berprestasi pada wanita
presiden Indonesia tahun 2000-2004. Namun
ini disebabkan karena wanita terutama
di tengah semakin besarnya kesempatan bagi
wanita
wanita untuk bekerja di berbagai bidang
dampak yang negatif dari pekerjaan yang
pekerjaan serta mengenyam pendidikan
mereka lakukan terutama pekerjaan yang
tinggi, masih sering terdengar cerita bahwa
mencerminkan maskulinitas.
Soekarnoputri
bisa
karier
memiliki
penilaian
dan
wanita lebih memilih berhenti bekerja atau
Sejak jaman dahulu persoalan yang
berhenti kuliah, terutama setelah menikah
dihadapi oleh wanita yang bekerja tidak jauh
(Seniati, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa
berbeda dengan jaman sekarang, untuk
wanita juga sama seperti pria yang memiliki
wanita
motivasi
Menurut
tanggung jawab sebagai istri yang baik bagi
McClelland dkk (dalam McClelland, 1987),
suami dan ibu yang bertanggung jawab bagi
motivasi berprestasi adalah motif yang
anak-anaknya sehingga memerlukan adanya
mendorong
manajemen
untuk
berprestasi
individu
untuk
mencapai
yang
sudah
waktu
menikah
yang
baik
adanya
antara
keberhasilan dalam bersaing berdasarkan
pekerjaan dan rumah tangga (Rini, 2002).
ukuran keunggulan (standard of excellence).
Selain itu menurut Santrock (1995), wanita menikah yang bekerja seringkali mengalami
2
berbagai masalah seperti tuntutan adanya
sebagai wanita yang mandiri. Kemandirian
waktu dan tenaga tambahan, konflik peran
wanita dianggap negatif oleh masyarakat.
pekerjaan dan peran keluarga, persaingan
Hal
kompetitif antara suami dan istri dan jika
kecemasan pada wanita yang memiliki
keluarga itu sudah mempunyai anak, maka
motivasi
apakah perhatian terhadap kebutuhan anak
mengurangi motivasinya sehingga mencegah
sudah terpenuhi. Hal ini membuat wanita
mereka untuk sukses. Selain itu juga, jika
menikah yang bekerja takut akan kesuksesan
seorang wanita berprestasi di bidang tidak
karena akibat-akibat yang dihasilkan dari
feminin maka laki-laki akan menganggapnya
kesuksesan mereka yang akhirnya bisa
tidak menarik dan prestasi yang tinggi
berakibat buruk bagi pertumbuhan anak dan
membutuhkan usaha yang keras sehingga
pernikahan mereka.
dapat
Wanita karier yang belum menikah
ini
akhirnya
akan
berprestasi
menghambat
menimbulkan
tinggi
dengan
kebutuhan
afiliasi
(William, 1996).
bukan berarti tidak ada persoalan apa-apa,
Kecemasan yang timbul pada wanita ini
mereka sering dihadapkan pada masalah
disebabkan karena dalam mengejar prestasi
bahwa pekerjaan yang mereka lakukan
untuk mencapai kesuksesan membutuhkan
terutama hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku
maskulinitas. Menurut Miller (1976), jika
agresifitas. Sedangkan agresif ini tidak
wanita ingin melakukan apa yang pria
sesuai dengan peran gender wanita yaitu
lakukan, maka male society dengan tegas
feminitas. Hal ini menimbulkan konflik
akan menolak. Kebanyakan wanita yang
peran jenis kelamin yang akhirnya membuat
bekerja tidak diakui sebagai sesuatu aktifitas
wanita mengubah tingkat aspirasinya untuk
yang
menampilkan
nyata
kecuali
pekerjaan
yang
kompetitif
potensi
dan
memerlukan
secara
maksimal.
berhubungan dengan menolong orang lain
Horner (dalam Matlin, 1987) menyebut
sesuai dengan peran gendernya. Tapi jika
kecemasan ini sebagai fear of success. Jadi
untuk peningkatan diri atau peningkatan
fear of success adalah ketakutan akan
jabatan, maka hal ini akan disepelekan.
kesuksesan dalam situasi kompetitif yang akan
Sedangkan menurut Aprilia (2007), di
membawa
dampak
yang
tidak
Indonesia wanita yang belum menikah
menyenangkan terutama bagi wanita yaitu
terutama usia 25 tahun ke atas juga sering
kehilangan feminitas (lost of feminity) dan
dihadapkan pada pertanyaan kapan mereka
ketidakpopuleran. Hal ini akan diikuti
akan menikah, padahal mereka masih ingin
dengan adanya pandangan negatif dari
mengejar karier. Ditambah lagi adanya
masyarakat yang sering muncul dalam
pandangan dari masyarakat jika wanita
bentuk cemooh, sindiran atau anggapan
bekerja yang sukses terutama yang memiliki
bahwa wanita yang sukses tidak sesuai lagi
jabatan tinggi akan sulit mencari pasangan.
dengan perannya sebagai wanita. Wanita-
Wanita bekerja yang sukses dianggap
wanita yang sukses sering dinilai bertingkah
3
dan berpikir seperti laki-laki, menentang
penurunan prestasi jika dihadapkan pada
kodratnya sebagai wanita untuk menjadi istri
tugas dengan standar prestasi tertentu (Shaw
dan ibu. Berbagai penilaian ini pada
& Costanzo, 1982).
akhirnya
menilai
bahwa
wanita
telah
Berdasarkan uraian di atas, penulis
menyimpang dari perannya atau
telah
ingin meneliti apakah ada hubungan antara
kehilangan sifat kewanitaannya (Horner
motivasi berprestasi dengan fear of success
dalam Matlin, 1987).
pada wanita karier dewasa muda?
Wanita dewasa muda (20-40 tahun) yang
memiliki
motivasi
tinggi
Tujuan Penelitian
dalam
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
berprestasi dan kemampuan yang baik,
apakah
kesuksesan lebih mungkin diperoleh bahkan
berprestasi dengan fear of success pada
kadang
wanita bekerja dewasa muda.
kesuksesan
merupakan
tujuan
ada hubungan antara
motivasi
mereka. Hal ini menyebabkan mereka lebih
Manfaat Penelitian
mungkin untuk menghadapi konflik antara
Manfaat dari penelitian ini adalah :
kemampuan dan motivasi berprestasi yang
1.
tinggi serta kesempatan yang dimiliki
Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat
dengan tuntutan dan harapan masyarakat
huubungan
terhadap mereka yang sesuai dengan peran
berprestasi dengan fear of success pada
jenisnya sebagai wanita. Di satu pihak
wanita dewasa muda yang bekerja. Manfaat
wanita tersebut memiliki kebutuhan yang
teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat
besar untuk berprestasi, namun di pihak lain
menambah
masyarakat
khususnya
masih
memegang
nilai
Manfaat Teoritis negatif
khasanah yang
antara
motivasi
pengetahuan,
berhubungan
dengan
tradisional bahwa wanita tidak diharapkan
psikologi wanita terutama teori fear of
untuk berprestasi tinggi bagi dirinya sendiri
success. Di samping itu hasil penelitian ini
tetapi lebih baik melayani orang lain.
tentu bermanfaat sebagai bahan pustaka atau
Sedangkan pada wanita yang memiliki
menambah wawasan bagi peneliti lain yang
motivasi berprestasi dan kemampuan yang
ingin mengadakan penelitian lebih lanjut,
rendah untuk mencapai kesuksesan bukan
terutama yang berkaitan dengan motivasi
merupakan
sesuatu
mudah
berprestasi,
sehingga
mereka
terlalu
karier.
mempermasalahkan
hal
yang tidak
kesuksesan
tersebut.
fear of success dan wanita
2. Manfaat Praktis
Oleh karena itu, wanita yang memiliki
Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat
motivasi berprestasi dan kemampuan yang
huubungan
tinggi lebih mungkin mengalami fear of
berprestasi dengan fear of success pada
success (Horner dalam Matlin, 1987).
wanita dewasa muda yang bekerja. Artinya
menunjukkan
kecemasan
antara
motivasi
wanita pada masa ini sudah lebih mampu
Hal ini membuat wanita yang kompeten akan
negatif
dan
4
mengatur waktu dan perannya sebagai istri
perilaku dievaluasi menurut
dan ibu serta sebagai wanita karier.
kriteria sempurna.
Manfaat penulisan ini dimaksudkan
Jadi
motivasi
standar atau
berprestasi
adalah
agar para wanita khususnya pada masa
dorongan yang kuat dalam diri seseorang
perkembangan dewasa muda (20-40 tahun)
untuk berprestasi sehingga mencapai kriteria
bisa mengetahui lebih jelas tentang fear of
atau standar tertentu yang berasal dari dalam
sehingga
success
jika
wanita
tersebut
dirinya sendiri maupun lingkungannya.
mengalaminya bisa mencari pemecahannya
Komponen Motivasi Berprestasi
sehingga bisa membuat wanita mampu
Berdasarkan penelitian McClelland dkk
menempatkan dirinya sebagai istri dan ibu
(dalam Atkinson, 1974), komponen motivasi
serta sebagai wanita karier.
berprestasi adalah : a.
TINJAUAN PUSTAKA adalah
berprestasi perilaku
yang
terhadap
untuk
Suatu kapasitas untuk merasakan
kekuatan
untuk
kebanggaan dalam suatu pencapaian
diekspresikan
melalui
atau sifat bawaan individu tentang
situasi
bagaimana seseorang bereaksi dalam
tugas
dalam
tertentu yang ditimbulkan oleh dirinya
situasi
sendiri
mengkombinasikan
(personal
mencapai
kesuksesan (favourable)
Menurut Atkinson (1974), motivasi berprestasi
Kecenderungan
disposition)
maupun
ke
situasi
lainnya dua
dengan pengaruh
pengaruh lingkungan. Oleh karena itu,
spesifik lingkungan yaitu kekuatan dari
kekuatan untuk berprestasi ini berbeda-beda
kemungkinan untuk sukses dan nilai
tergantung dari adanya perbedaan antar
penguatan dari kesuksesan tersebut.
individu.
Sifat
Sedangkan menurut McClelland (dalam
bawaan
itu
secara
umum
merupakan karakteristik yang stabil
Matlin, 1987) motivasi berprestasi adalah :
sedangkan
dua
”the desire to strive for success in situation
lingkungan
itu
involving in standard of excellence” yang
pengalaman pribadi individu tersebut.
berarti
adalah
hasrat
untuk
mencapai
pengaruh tergantung
spesifik dari
b. Kecenderungan untuk menghindari
kesuksesan menurut standar kesempurnaan.
kegagalan (unfavourable)
Standar kesempurnaan ini dapat berupa
Suatu kapasitas untuk bereaksi
prestasinya sendiri sebelumnya ataupun
terhadap rasa malu ketika performance
prestasi orang lain.
seseorang mengalami kegagalan. Ketika
Jung
(1978)
menyatakan
bahwa
seseorang melakukan suatu pekerjaan
motivasi berprestasi adalah usaha yang
dan ternyata gagal maka individu
dilakukan oleh individu agar bisa mencapai
tersebut akan mengalami kecemasan
keberhasilan yang berasal dari dalam dirinya
dan cenderung untuk lari dari situasi
sendiri maupun dari lingkungannya dimana
tersebut. Escalona, Festinger dan Lewin
5
mengatakan rasa malu dari kegagalan
d.
Kreatif-inovatif
itu akan semakin meningkat tugas yang
Inovatif adalah melakukan sesuatu
gagal tersebut mudah daripada tugas itu
dengan cara yang berbeda dengan cara
sulit.
sebelumnya. Kreatif adalah mencari
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
cara baru untuk menyelesaikan tugas
McClelland
dkk
(McClelland,
1987)
dengan seefektif dan seefisien mungkin.
komponen dalam motivasi berprestasi ada
Mereka tidak menyukai pekerjaan rutin
empat :
yang sama dari waktu ke waktu. Jika
a.
dihadapkan pada tugas yang bersifat
Risiko pemilihan tugas Adanya
kecenderungan
pada
rutin, mereka akan berusaha mencari
individu yang motivasi berprestasinya
cara lain untuk menghindari rutinitas
tinggi untuk lebih
tersebut,
realistis
dalam
jika
tidak
dapat
memilih tugas. Mereka lebih suka tugas
menghindarinya mereka akan tetap
dengan tantangan moderat yang akan
dapat menyelesaikannya.
menjanjikan kesuksesan. Mereka tidak
Pada
suka dengan pekerjaan yang terlalu
menggunakan
mudah dimana tidak ada tantangan dan
berprestasi dari McClelland pada tahun 1987
pekerjaan yang terlalu sulit dimana
karena komponennya lebih spesifik untuk
kemungkinan untuk suksesnya kecil.
diteliti. Selain itu bahasan dalam komponen
penelitian
motivasi
b. Umpan balik Adanya umpan balik yang konkrit
ini,
penulis
komponen
berprestasi
(Atkinson,
1974)
dari
masih
akan
motivasi
McClelland terlalu
luas
tentang apa yang sudah mereka lakukan
cakupannya.
dengan membandingkan prestasi yang
Faktor-Faktor
mereka miliki terhadap orang lain.
Motivasi Berprestasi
Umpan balik ini selanjutnya akan
Menurut Jung (1978), motivasi berprestasi
dipergunakan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
untuk
memperbaiki
prestasinya. c.
namun
a.
yang
Mempengaruhi
Faktor intrinsik Faktor ini berasal dari dalam diri
Tanggung jawab Adanya tanggung jawab atas tugas
pribadi individu yang bersangkutan atau
yang dikerjakannya. Ia akan berusaha
sama saja dengan karakteristik individu
untuk meyelesaikan setiap tugas yang
tersebut seperti yang sudah dijelaskan
dilakukan dan tidak meninggalkan tugas
sebelumnya. Ditambah lagi dengan
itu sebelum berhasil menyelesaikannya.
adanya
Hal ini dikarenakan individu akan
kebanggaan
merasa
diperoleh setelah menyelesaikan tugas
berhasil
bila
telah
menyelesaikan tugas dan gagal bila
reward dan
intrinsik kepuasan
berupa yang
atau ketika mendapatkan kesuksesan.
tidak dapat menyelesaikannya.
b. Faktor ekstrinsik
6
Adanya
dukungan
sosial
yang
jenis kelaminnya. Fear of success dipandang
didapatkan dan keuntungan materi.
sebagai hal yang telah ada pada pribadi
Misalnya saja dukungan sosial yang
wanita yang tidak terlihat namun dapat
berasal dari orangtua untuk berprestasi
muncul pada situasi-situasi tertentu.
akan meningkatkan motivasi berprestasi
Sedangkan menurut Pauludi (dalam
seseorang. Keuntungan materi yang
Kurnia, 2005), fear of success bukan
didapat dari bekerja akan meningkatkan
merupakan disposisi laten dari kepribadian
motivasi beprestasi karena semakin
tapi hal yang ditimbulkan melalui suatu
tinggi
maka
situasi tertentu. Fear of success tidak ada
umumnya orang akan beranggapan
dalam diri wanita melalui pola asuh orangtua
bahwa
tetapi
prestasi mereka
seseorang akan
mendapatkan
muncul
oleh
interaksi
maupun
keuntungan materi yang lebih besar
evaluasi terhadap keadaan dan reaksi dari
pula.
lingkungan terhadap kesuksesan seorang
Selain
itu
juga
motivasi
berprestasi akan meningkat jika ada
wanita.
ekstrinsik reward berupa promosi dan
Berdasarkan pandangan beberapa ahli di
keuntungan materi seperti yang sudah
atas dapat disimpulkan fear of success
dijelaskan di atas dan punishment yang
adalah ketakutan akan kesuksesan yang
diperoleh jika dia gagal maka akan
memproyeksikan keyakinan dalam situasi
mendapatkan
kompetisi berprestasi pada wanita yang akan
hukuman
berupa
penolakan dari lingkungannya karena
membawa
seperti yang sudah diketahui bahwa
kehilangan feminitas, penolakan sosial dan
’everybody loves winner’ .
ketidakpopuleran
dampak
negatif
sehingga
seperti
menghambat
kemampuan dan aspirasi wanita tersebut.
Fear of Success Menurut Horner (dalam Matlin,1987),
Komponen dalam Fear of Success
fear of success adalah ketakutan akan
Dari penelitian yang dilakukan oleh Horner
kesuksesan terutama pada wanita dalam
(dalam
situasi kompetisi berprestasi yang akan
komponen fear of success ada tiga, yaitu :
membawa akibat yang tidak menyenangkan
a.
seperti kehilangan feminitas, penolakan
Shaw
&
Constanzo,
1982)
Loss of Feminity Ketika
wanita
berusaha
untuk
sosial dan ketidakpopuleran. Fear of success
memenuhi standar perilaku prestasinya
juga
maka wanita tersebut akan berusaha
merupakan
penghambat
bagi
kemampuan, aspirasi dan serta potensi yang
dengan
ada pada diri wanita tersebut.
berkompetisi. Hal ini tidak sesuai
Walsh
(dalam
Basarah,
agresif
dalam
situasi
1989)
dengan peran jenis kelaminnya sebagai
menyatakan bahwa fear of success adalah
seorang wanita yaitu feminitas yang
suatu disposisi laten dari kepribadian wanita
seharusnya
yang berhubungan dengan identitas peran
pekerjaan yang bersifat mendukung dan
7
ditunjukkan
dengan
menolong orang lain. Menjadi feminin
Wanita Bekerja
juga berarti menjadi orang yang mampu
Menurut Matlin (1987), wanita bekerja
melakukan tugasnya sebagai ibu dan
memiliki dua arti, yaitu wanita yang bekerja
istri yang baik. Pada akhirnya semua
di luar rumah dan wanita yang bekerja di
hal itu akan menyebabkan timbulnya
dalam rumah.
perasaan cemas akan hilangnya sifatsifat
b.
kewanitaannya
atau
Unger (2004) mengemukakan istilah
feminitas
wanita
atau
ibu
bekerja
itu
(dalam Matlin, 1987).
menunjukkan bahwa wanita itu tidak benar-
Loss of Social Self Esteem
benar bekerja sampai dia mendapatkan
Perasaan cemas akan hilangnya penghargaan sebagai kurangnya
sosial
perasaan
yang
diartikan
hilangnya
penghargaan
penghasilan. Jadi yang dimaksud dengan wanita
atau
bekerja adalah wanita yang bekerja di luar
masyarakat
rumah dan mendapatkan penghasilan.
terhadap wanita yang sukses karena
Dewasa Muda
perempuan tidak menampilkan sifat
c.
bekerja
Masa dewasa muda menurut Hurlock
yang feminin (dalam Kurnia, 2005).
(1993) adalah masa pencarian kemantapan
Social Rejection
dan masa reproduktif yang penuh dengan
Adanya pandangan negatif dari
masalah dan ketegangan emosional, periode
masyarakat bahwa wanita-wanita yang
isolasi sosial, periode komitmen dan masa
sukses sering dinilai bertingkah dan
ketergantungan,
berpikir seperti laki-laki, menentang
kreativitas dan penyesuaian diri pada pola
kodratnya sebagai seorang wanita dan
hidup yang baru yang dimulai pada umur 18
pandangan negatif lainnya yang pada
tahun dan sampai kira-kira umur 40 tahun
perubahan
nilai-nilai,
dasarnya menilai wanita tersebut telah
Santrock (1995) menyebutkan bahwa
kehilangan sifat kewanitaannya. Hal ini
masa awal dewasa (early adulthood) ialah
membuat masyarakat menolak secara
periode perkembangan yang bermula pada
sosial wanita yang seperti itu yang
akhir usia belasan tahun atau awal usia dua
dilakukan
tidak
puluhan tahun dan yang berakhir pada usia
diikutsertakan wanita sukses dalam
tiga puluh lima tahun. Ini adalah masa
kegiatan kelompok, cemohan, sindiran
pembentukan
dan sebagainya. Penolakan ini akan
ekonomi, masa perkembangan karir dan bagi
semakin kuat jika wanita tersebut
banyak orang, masa pemilihan pasangan,
bertingkah kompetitif secara terbuka
belajar hidup dengan seseorang secara akrab,
dan
tradisionalnya
memulai keluarga dan mengasuh anak-anak.
(Shaffer & Wagley dalam Unger,
Sedangkan Papalia, Olds dan Feldman
dalam
menolak
peran
bentuk
2004).
kemandirian
pribadi
dan
(2001) menyatakan bahwa masa dewasa muda adalah suatu masa untuk membangun
8
dasar bagi kehidupan selanjutnya yang
yang moderat yang menjanjikan kesuksesan
dimulai pada usia 20 sampai 40 tahun. Pada
dan dapat menguji kemampuan mereka dan
masa ini manusia biasanya meninggalkan
sebaliknya individu yang memiliki motivasi
rumah orang tuanya, memulai karir atau
berprestasi
pekerjaan,
menikah
menghindari tugas-tugas tersebut (dalam
hubungan
intim,
atau
membangun
mempunyai
rendah
justru
cenderung
dan
Riyanti dan Prabowo, 1998). Demikian
membesarkan anak dan bertanggung jawab
halnya juga dengan wanita, ketika wanita
dalam masyarakat.
memiliki motivasi tinggi untuk meraih
Berdasarkan pengertian dari beberapa
prestasi maka akan lebih mungkin untuk
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masa
memperoleh prestasi bahkan kesuksesan itu
dewasa muda adalah suatu masa untuk
merupakan tujuan mereka. Sedangkan pada
membangun
wanita yang memiliki motivasi berprestasi
dasar
bagi
kehidupan
selanjutnya yang dimulai pada usia 20
dan
sampai
mencapai
mencapai kesuksesan bukan merupakan
dalam
sesuatu hal yang mudah sehingga mereka
berbagai hal seperti pribadi atau emosional,
tidak terlalu mempermasalahkan kesuksesan
kognitif, ekonomi atau karir dan sosial.
tersebut (Horner, dalam Matlin, 1987).
40
tahun
kemantapan
dan
sehingga kemandirian
kemampuan
Beberapa
yang
rendah,
penelitian
untuk
terdahulu
Hubungan Antara Motivasi Berprestasi
menyebutkan bahwa motivasi berprestasi
dengan Fear of Success pada Wanita
pada
Bekerja Dewasa Muda
motivasi berprestasi pada pria. Hal ini terjadi
Motivasi berprestasi adalah hasrat untuk mencapai
kesuksesan
berbeda
dengan
dengan
karena adanya perbedaan mendasar dalam
standar
memandang kesuksesan antara pria dan
kesempurnaan. Standar kesempurnaan ini
wanita. Pria melihat kesuksesan secara
dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya
tunggal
ataupun prestasi orang lain (McClelland,
kesuksesan
1987). Ketika seorang individu mempunyai
Constanzo, 1982). Pria tidak memiliki
motivasi untuk berprestasi yang tinggi maka
kebingungan ketika menghadapi situasi
individu tersebut akan berperilaku untuk
berprestasi yang kompetitif karena hal itu
mencapai
sesuai
prestasi
menurut
wanita
yang
ia
inginkan.
sedangkan secara
dengan
wanita ambigu
peran
melihat (Shaw
gendernya
&
yang
Semakin tinggi motivasi yang dipunyai oleh
maskulin. Atau dengan kata lain pria
individu
besar
memang seharusnya sukses (Matlin, 1987).
kemungkinan untuk berperilaku mencapai
Sedangkan pada wanita, lingkungan kurang
prestasi
menghargai prestasi yang mereka peroleh.
itu
maka
tersebut
Karakteristik
individu
semakin (Norris, yang
2000). memiliki
Ditambah
lagi
peran
gender
yang
motivasi berprestasi tinggi yaitu lebih
dimilikinya menuntut mereka untuk menjadi
menyukai tugas-tugas dengan tantangan
penyayang, penurut dan tidak berkompetisi
9
(Shaw & Constanzo, 1982). Hal ini juga
Sehingga
didukung oleh Kaufmann dan Richardson
mengalami
(dalam
motivasi
Matlin,
1987)
yang
dalam
penelitiannya mengatakan ada dua gagasan
hal
ini
konflik
membuat dan
berprestasi
wanita
mempengaruhi
yang
dimilikinya
(Unger, 2004).
mengenai motivasi berprestasi pada wanita,
Menurut Horner (dalam Matlin, 1987)
yaitu bahwa wanita mungkin tidak terlalu
wanita
termotivasi untuk berprestasi seperti pria dan
kemampuan dan motivasi berprestasi yang
wanita menganggap bahwa sukses itu akan
tinggi serta kesempatan yang dimiliki
mendatangkan ketidakbahagiaan sehingga
dengan tuntutan dan harapan masyarakat
wanita berusaha untuk mencegah agar tidak
terhadap mereka yang sesuai dengan peran
memperoleh kesuksesan.
jenisnya
menghadapi
sebagai
konflik
wanita.
Lidz
antara
(dalam
Di masa sekarang pria dan wanita
Basarah, 1989) juga menjelaskan konflik
mempunyai motivasi berprestasi yang sama
yang dialami wanita karier dewasa awal (20-
tetapi motivasi tersebut mempunyai arah
40 tahun) adalah dilema antara kesempatan
yang berbeda. Ketika anak laki-laki dan
mengembangkan karier dengan harapan
anak perempuan tumbuh dan berkembang,
lingkungan sosial yang berpandangan bahwa
mereka membuat pilihan terhadap motivasi
berprestasi adalah sifat maskulin. Wanita
berprestasi baik secara sadar maupun tidak
diharapkan untuk menolong, bersikap lebih
sadar berdasarkan harapan dan nilai-nilai
tenang, kurang agresif, kurang aktif dan
dari masyarakat. Sehingga walaupun wanita
dominan
dan pria mempunyai motivasi berprestasi
tinggal di rumah, lebih emosional, serta
yang sama untuk mencapai kesuksesan,
menjaga dan mengasuh anak-anak (Clark
namun wanita dipengaruhi oleh nilai-nilai
dan Lowell, 1980). Sebaliknya wanita
dan
di
membutuhkan perilaku kompetitif yang
masyarakat untuk bertingkah laku sesuai
merupakan sublimasi dari tingkah laku
dengan peran gendernya. Nilai dan harapan
agresifitas
dari
Sedangkan
harapan
yang
masyarakat
masyarakat
melihat
berkembang
tersebut
untuk
mengambil
mencapai
masyarakat
keputusan,
prestasinya. memandang
berbeda
agresifitas sebagai sifat yang maskulin dan
mengenai kesuksesan pada wanita dan pria.
tidak sesuai dengan sifat feminin pada
Masyarakat akan memandang kesuksesan
wanita (Bardwick dalam Kurnia, 2005).
yang diperoleh seorang pria sebagai akibat
Selain itu juga, pada masa perkembangan
dari kompetensi tinggi yang dimiliki oleh
dewasa muda, wanita berada dalam tahap
pria tersebut. Sedangkan ketika wanita
mencari pasangan dan siap menikah ataupun
memperoleh kesuksesan, masyarakat hanya
dalam tahap yang menuntut mereka untuk
menganggap
sebagai
bisa melakukan perannya sebagai istri dan
keberuntungan atau kerja keras bukannya
seorang ibu yang baik. Konflik-konflik yang
kompetensi yang dimiliki wanita tersebut.
bisa terjadi antara lain persaingan antara
hal
secara
membuat
dalam
tersebut
10
suami dan istri dan jika keluarga itu
dengan berbagai kondisi yang ada di
mempunyai
masyarakat
anak
maka
apa
perhatian
dan
lingkungannya
bahwa
terhadap anak sudah terpenuhi (Santrock,
wanita tidak diharapkan untuk berprestasi
1995).
tinggi bagi dirinya sendiri tetapi lebih baik
Hal-hal tersebut akan menimbulkan kecemasan
pada
wanita
melayani
orang
lain
membuat
dirinya
sehingga
mengalami kecemasan terhadap kesuksesan
membuatnya berusaha untuk menghindari
yang diraihnya dan akhirnya memaksa
kesuksesan. Inilah yang disebut Horner
wanita tersebut untuk merendahkan tingkat
(dalam Matlin, 1987) sebagai fear of
aspirasinya (Horner dalam Matlin, 1987).
success. Fear of success adalah ketakutan akan kesuksesan terutama pada wanita
Hipotesis
dalam situasi kompetisi yang membawa
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas
dampak yang tidak menyenangkan seperti
maka hipotesis yang diajukan yaitu ada
ketidakpopuleran dan kehilangan feminitas.
hubungan yang positif antara motivasi
Jika
ingin
berprestasi dengan fear of success pada
mempertahankan prestasi maka orang lain
wanita bekerja dewasa muda. Dimana
dan dirinya akan mempersepsi bahwa ia
semakin tinggi motivasi berprestasi maka
bukan seorang yang feminin. Prestasi yang
semakin tinggi juga fear of success yang
diperoleh akan menganggu keberhasilan
dimiliki wanita bekerja dewasa muda.
yang
wanita
tersebut
mengarah
kinerjanya
pada
sebagai
tetap
identitas
seorang
ibu
dan yang
merupakan bagian utama dalam kehidupan seorang perempuan. Akhirnya keadaan ini akan
memaksanya
untuk
merendahkan
tingkat aspirasinya agar sesuai dengan harapan masyarakat. (William, 1996). Oleh karena itu, wanita yang memiliki motivasi berprestasi dan kemampuan yang tinggi lebih mungkin mengalami fear of success. Sehingga walaupun mempunyai keinginan untuk berprestasi yang tinggi, Jumlah subjek dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN Penelitian pendekatan
ini kuantitatif
memnggunakan
adalah 43 subjek wanita dewasa muda yang
yang
bekerja.
bersifat
Karakteristik
subjek
yang
hubungan, yaitu menghubungkan antara
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
variabel satu dengan yang lain.
karyawan
11
wanita
dengan
posisi
kerja
minimal supervisor dimana tingkat usianya
dikembangkan menjadi komponen dalam
adalah dewasa muda (20-40 tahun) yang
fear of success yang meliputi loss of feminity
sudah menikah.
(kehilangan feminitas), loss of social self
Pada penelitian ini pengumpulan data
esteem (kehilangan harga diri) dan social
dilakukan menggunakan kuesioner dimana
rejection (penolakan sosial).
terdapat lembar identitas subjek penelitian
Uji
validitas
dalam
penelitian
ini
yang meliputi nama, usia, pendidikan, posisi
berdasarkan uji konsistensi internal dimana
pekerjaan, penghasilan, suku, lama bekerja,
kriterianya dilihat dari skor total dari item
pekerjaan suami dan jabatan suami yang
pada tes itu sendiri yaitu melalui korelasi
menunjukkan karakteristik subjek penelitian.
antara skor setiap item dengan skor total
Selain itu di dalam kuesioner itu terdapat
pada item (Anastasi & Urbina, 1997) dengan
skala motivasi berprestasi dan skala fear of
menggunakan
teknik
Korelasi
Product
motivasi
Moment Pearson. Sedangkan Uji reliabilitas
berprestasi dan fear of success menggunakan
dalam penelitian menggunkan Teknik Alpha
skala berbentuk skala Likert.
Cronbach (Azwar, 1996).
Untuk
success.
mengukur
Pengumpulan data yang digunakan
Untuk melakukan pengujian hipotesis
mengukur motivasi berprestasi yaitu dengan
yaitu ada atau tidaknya hubungan antara
menggunkan Skala motivasi berprestasi
motivasi berprestasi (X) sebagai prediktor
yang
komponen
dengan fear of succes (Y) sebagai kriterium
motivasi berprestasi yang berasal dari
pada wanita bekerja dengan menggunakan
penelitian McClelland dkk (McClelland,
uji korelasi bivariat yaitu teknik analisis data
1987) yaitu risiko pemilihan tugas, umpan
Korelasi Product Moment Pearson karena
balik, tanggung jawab, dan kreatif-inovatif.
hanya menguji hubungan antara dua variabel
Sedangkan fear of success diukur dengan
saja.
disusun
berdasarkan
menggunakan skala fear of success yang
Semua perhitungan stastistik dalam
disusun berdasarkan dampak fear of success
pengolahan data ini dilakukan dengan
bagi wanita yang kemudian oleh Horner
computer menggunakan program Statistical
(1978 dalam Shaw & Constanzo, 1982)
for Social Science (SPSS) 12.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala
Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
Pada skala motivasi berprestasi yang
menggunakan metode try-out terpakai di
disusun dengan menggunakan Skala Likert,
beberapa
di
dari 50 item yang digunakan, diperoleh 41
Jakarta dan Bogor. Penyebaran Kuesioner
item yang valid, sementara 9 item yang lain
dilakukan tanggal 30 Juli sampai 26 Agustus
dinyatakan gugur. Item valid memiliki nilai
2008.
korelasi antara 0,327 – 0,757. Dalam
perusahaan
yang
tersebar
penelitian ini diperoleh angka koefisien
12
reliabilitas
motivasi
berprestasi
sebesar
diperoleh nilai F sebesar 35,999 dengan
0,951 berarti alat ukur tersebut mendekati
signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan
sempurna tingkat kepercayaannya.
demikian dapat dikatakan ada hubungan
Pada skala fear of success, dari 50 item
yang linear antara motivasi berprestasi
yang dianalisis diperoleh 27 item yang valid,
dengan fear of success
sementara 23 item lainnya dinyatakan gugur.
Untuk uji hipotesis digunakan uji
Korelasi skor total pada item-item valid
korelasi
bergerak
0,777.
teknik Korelasi Product Moment Pearson
Kemudian dalam penelitian ini, diperoleh
karena data berdistribusi normal, N ≥ 30.
angka koefisien reliabilitas fear of success
Berdasarkan analisis data yang dilakukan
sebesar 0,844 yang berarti alat ukur tersebut
dengan
mendekati
Product
antara
0,302
sampai
sempurna
tingkat
kepercayaannya. Uji
bivariat
dengan
menggunakan Moment
menggunakan
teknik
Pearson
Korelasi (2-tailed)
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar – digunakan
0,684 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p <
untuk menguji normalitas sebaran skor.
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
Berdasarkan pengujian normalitas
pada
penelitian ini diterima, artinya ada hubungan
variabel motivasi berprestasi diperoleh hasil
yang signifikan antara motivasi berprestasi
signifikansi sebesar 0,079 pada Kolmogorov
dengan fear of success. Selain itu dari hasil
Smirnov (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
analisis data yang telah dilakukan dapat
bahwa
motivasi
diketahui arah hubungan antara motivasi
berprestasi berdistribusi normal. Pada skala
berprestasi dan fear of success bersifat
fear of success diperoleh signifikansi sebesar
negatif. Hal ini berarti semakin tinggi
0,056 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05).
motivasi berprestasi subjek maka semakin
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor
rendah fear of success-nya dan semakin
skala fear of success berdistribusi normal.
rendah motivasi berprestasi semakin tinggi
Dari hasil uji linearitas pada skala motivasi
fear of success.
Kolmogorov-Smirnov
distribusi
skor
skala
berprestasi dan skala fear of success semakin tinggi motivasi berprestasi subjek
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji
maka semakin rendah fear of success-nya
hubungan yang positif antara motivasi
dan semakin rendah motivasi berprestasi
berprestasi dengan fear of success pada
semakin tinggi fear of success.
wanita dewasa awal. Hasil penelitian ini
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini
Horner
ditolak,
menyebutkan
signifikan
artinya antara
ada
hubungan
motivasi
yang
(dalam
Matlin, bahwa
1987) ketika
yang wanita
berprestasi
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
dengan fear of success namun hubungan
maka wanita tersebut akan menghadapi
tersebut bersifat negatif. Hal ini berarti
konflik antara kemampuan dan motivasi
13
berprestasi yang tinggi serta kesempatan
tersebut bisa terus mengikuti dorongan
yang dimiliki dengan tuntutan dan harapan
dalam dirinya untuk berprestasi dan tanpa
masyarakat terhadap mereka yang sesuai
ada rasa cemas untuk meraih kesuksesan.
dengan peran jenisnya sebagai wanita. Oleh
Misalnya dengan adanya dukungan suami,
karena itu wanita tersebut akan lebih
anak-anak yang masih kecil/balita/batita
mungkin untuk mengalami fear of success.
diasuh oleh orang yang dapat mereka
Sehingga walaupun mempunyai keinginan
percayai dan karakteristik dari individu yang
untuk
memiliki motivasi berprestasi akan bisa
berprestasi
yang
tinggi,
dengan
berbagai kondisi yang ada di masyarakat dan
mengatasi
lingkungannya
tidak
seperti beban kerja yang berat, ketidakadilan
diharapkan untuk berprestasi tinggi bagi
yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan
dirinya sendiri tetapi lebih baik melayani
yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang
orang lain membuat dirinya mengalami
sangat panjang dan sebagainya sehingga
kecemasan
wanita-wanita ini tidak akan takut untuk
bahwa
terhadap
wanita
kesuksesan
yang
diraihnya dan akhirnya memaksa wanita tersebut
untuk
merendahkan
pekerjaan
meraih kesuksesan.
tingkat
Ditambah
aspirasinya. Hal
masalah-masalah
lagi
dengan
perubahan
paradigma dalam masyarakat seperti yang ini
mungkin
disebabkan
dikatakan oleh Suciadi (2008) bahwa adanya
karakteristik dari individu yang memiliki
kemajuan paradigma bagi wanita Indonesia
motivasi
yang
berprestasi
tinggi
yang
ditunjukkan
dengan
adanya
bertanggung jawab dalam menyelesaikan
kebanggaan bagi masyarakat jika wanita
tugasnya tepat waktu dan berusaha mencari
berhasil dalam karir dan studi. Kemajuan
cara-cara yang baru dalam mengerjakan
paradigma tersebut juga ditunjukkan dengan
tugas sehingga hasilnya lebih efektif dan
semakin banyaknya tokoh-tokoh wanita di
efisien sehingga wanita yang memiliki
Indonesia, munculnya gerakan feminisme
motivasi berprestasi tinggi dapat mengatur
dan peran perempuan di dunia politik di
manajemen
Indonesia.
waktu
yang
baik
untuk
Beberapa
tokoh
wanita
di
menyeimbangkan perannya sebagai seorang
Indonesia antara lain Presiden ke-5 RI
istri dan ibu dan sebagai wanita bekerja.
Megawati Soekarnoputri, Menteri Negara
Pada akhirnya konflik dengan keluarga juga
Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta,
akan berkurang. Selain itu sumber masalah
mantan Menperindag Rini M Sumarno,
pada wanita bekerja khususnya faktor
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu,
ekesternalnya adalah ada tidaknya dukungan
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia
suami, kehadiran anak terutama yang masih
Miranda Goeltom serta tokoh-tokoh wanita
kecil atau balita ataupun batita dan masalah
berprestasi lainnya.
dari pekerjaan itu sendiri. Jika masalah-
penghargaan yang diberikan oleh MURI
masalah tersebut dapat diatasi maka wanita
(Museum Rekor Indonesia) untuk puluhan
14
Bahkan
adanya
tokoh
perempuan
perempuan jabatan
atau
berprestasi
tertentu
terhadap prestasi yang diraih oleh para
menduduki
tokoh-tokoh wanita Indonesia ini dan juga
dan
adanya kesempatan yang diberkan kepada
lembaga lainnya.
para wanita untuk sukses dan berprestasi di
Penghargaan Muri yang ditujukan untuk
segala bidang. Akhirnya jika konflik-konflik
sejumlah wanita berprestasi ini diharapkan
dengan keluarga dan masyarakat dapat
juga
dan
diatasi maka wanita dapat berusaha dengan
kaum
tenang untuk meraih kesuksesan dalam
perusahaan
di
dan
perempuan-
pemerintahan
atau
bisa
menjadi
meningkatkan
rasa
motivasi
percaya
diri
perempuan Indonesia, sehingga bisa terus
kariernya.
memberikan kontribusi bagi pembangunan
Dari
hasil
penelitian
juga
dapat
bangsa. Menneg PP Meutia Hatta juga
diketahui perbandingan skor Mean Empirik
mengatakan bahwa perempuan-perempuan
(ME) dan skor Mean Hipotetik (MH) pada
Indonesia
dalam
skala motivasi berprestasi dan fear of
pembangunan bangsa di segala sektor.
success. Berdasarkan perhitungan dengan
Hingga saat ini, kontribusi perempuan bagi
melihat skor skala motivasi berprestasi
pembangunan di segala sektor sudah tidak
memiliki mean empirik sebesar 128,33 lebih
terhitung besarnya (Novery, 2008).
besar dari mean hipotetik ditambah satu
berperan
besar
Tokoh-tokoh wanita ini juga merupakan suatu
kaum
motivasi berprestasi subjek penelitian yang
kesetaraan
tergolong tinggi. Tingginya skor motivasi
gender antara pria dan wanita. Bahkan pada
berprestasi yang dimiliki subjek dalam
tanggal
jadi
penelitian ini dapat terlihat dari cukup
merupakan salah satu tonggak bersejarah
tingginya posisi pekerjaan yang mereka
bagi perkembangan feminisme di Indonesia,
miliki yaitu minimal supervisor. Hal ini
terutama bagi para politikus perempuan
sesuai dengan pendapat Norris (2000) yang
yang sudah sejak jauh hari senantiasa
menyebutkan bahwa ketika seorang individu
memperjuangkan kejelasan posisi dan peran
mempunyai motivasi untuk berprestasi yang
mereka diranah politik praktis. Saat itu,
tinggi
Sidang
berhasil
berperilaku untuk mencapai prestasi yang ia
mengesahkan RUU Pemilu terkait kuota
inginkan. Semakin tinggi motivasi yang
30%
dipunyai oleh individu itu maka semakin
feminis
lambang
kesuksesan
yang
menginginkan
12
Februari
Paripurna bagi
bagi
standar deviasi (102,5+20,5). Hal ini berarti
2003
bisa
DPR
perempuan
dalam
Dewan
maka
individu
tersebut
akan
Perwakilan tingkat II hingga pada tingkat
besar
pusat. Hampir seluruh fraksi setuju atas hal
mencapai prestasi tersebut. Perilaku tersebut
itu,kecuali
ditunjukkan dengan usaha dari subjek untuk
Fraksi
Bulan
Bintang
dan
Pemerintah. (Ahmad, 2008).
kemungkinan
mencapai
posisi
untuk
yang
berperilaku
tinggi
dalam
Hal ini menunjukkan bahwa adanya
pekerjaan. Begitu juga menurut Horner
penghargaan dan kebanggaan masyarakat
(dalam Matlin, 1987) yang melakukan
15
penelitian tentang motivasi berprestasi pada
bahkan jika wanita tersebut berprestasi dan
wanita, mengatakan bahwa ketika wanita
memiliki jabatan yang cukup tinggi, hal ini
memiliki motivasi tinggi untuk meraih
justru membanggakan. Sesuai dengan yang
prestasi maka akan lebih mungkin untuk
dikatakan oleh Suciadi (2008) bahwa adanya
memperoleh prestasi bahkan kesuksesan itu
kemajuan paradigma bagi wanita Indonesia
merupakan tujuan mereka.
yang
ditunjukkan
dengan
adanya
Berdasarkan perhitungan pada skala
kebanggaan bagi masyarakat jika wanita
fear of success dimana mean empirik
berhasil dalam karir dan studi. Hal ini
memiliki nilai skor sebesar 54,53 yang
dikarenakan
berada diantara MH – SDH < x ≤ MH +
jawab lebih daripada pria yaitu urusan
SDH (54 < x ≤ 81). Artinya dapat dikatakan
keluarga dan anak. Istilahnya, jika kaum pria
subjek penelitian memiliki fear of success
sesibuk apapun di kantor saat pulang ke
yang tergolong rata-rata bahkan mendekati
rumah langsung dapat menikmati istirahat,
rendah. Sesuai dengan beberapa penelitian
menonton
yang telah dikumpulkan oleh Seniati (2003)
sebagainya. Tapi bagi wanita karir, setelah
yang menyatakan bahwa wanita Indonesia
pulang kantor tugas baru telah menantinya
sudah tidak takut sukses. Hasil penelitian Ali
di rumah, yaitu sebagai seorang istri dan ibu.
wanita
TV,
memiliki
tidur,
tanggung
membaca
dan
Nina tahun 1991 dan Nauly pada tahun 1993 menemukan bahwa meskipun berada pada
Simpulan
tingkat yang tergolong rendah, wanita yang
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
memiliki peran gender feminin memiliki
diketahui bahwa ada hubungan antara
ketakutan akan kesuksesan yang lebih tinggi
motivasi berprestasi dengan fear of success
secara signifikan daripada wanita yang
pada wanita bekerja dewasa muda, namun
memiliki peran gender androgini. Namun
arah hubungan antara motivasi berprestasi
penelitian Patana dan Dahesihsari tahun
dan fear of success bersifat negatif. Hal ini
2002 menemukan tidak ada perbedaan
berarti semakin tinggi motivasi berprestasi
ketakutan akan kesuksesan pada wanita
subjek maka semakin rendah fear of
dengan peran gender feminin, maskulin dan
success-nya dan semakin rendah motivasi
androgini. Jika pada kenyataannya masih
berprestasi semakin tinggi fear of success.
cukup banyak wanita yang lebih memilih
Hubungannya kurang kuat karena hanya
keluarga sebagai prioritas dan memutuskan
sebesar –0,684. Dari hasil penelitian juga
berhenti bekerja, itu adalah karena hidup
diketahui
adalah
berprestasi yang tinggi dan fear of success
mungkin
suatu
pilihan. Selain
disebabkan
karena
itu
juga
adanya
subjek
memiliki
motivasi
yang rendah.
perubahan paradigma pada masyarakat yang
Di samping itu, diketahui dari analisis
memandang wanita yang bekerja di luar
tambahan bahwa baik berdasarkan usia,
rumah adalah sesuatu hal yang wajar,
pendidikan
16
dan
pekerjaannnya,
subjek
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan untuk fear of success-nya, subjek Abdullah, I. (ed). (1997). Sangkan paran gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang berusia 26 tahun sampai 30 tahun memiliki fear of success yang rendah dan
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Tes psikologi. Alih bahasa: Robertus H.S.I. Jakarta: Prenhallindo.
subjek dengan rentang usia 31 tahun sampai 40 tahun memiliki fear of success rata-rata. Subjek yang memiliki tingkat pendidikan
Aprillia, R. (2007). Harakah dan kemandirian perempuan. http://www.wordpress.com/perempua n/html
SMA, D3 dan S1 memiliki fear of success yang tergolong rata-rata. Namun fear of success yang dimiliki subjek dengan tingkat
Atkinson, J.W. (1974). An introduction to motivation. New Jersey: Van Nostrand Company, Inc.
pendidikan S2 tergolong rendah. Begitu juga dengan subjek yang mempunyai pekerjaan sebagai produser.
Azwar, S. (1996). Tes prestasi : Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka
Azwar,
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1.
Basarah, F. (1989). Motivasi berprestasi pada wanita: Studi penjajagan fear of success pada wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Bagi subjek yang punya jabatan tinggi dalam pekerjaanya dengan membaca penelitian ini disarankan untuk bisa menyeimbangkan
perannya
sebagai
Bee, H. (1998). Lifespan development (2nd ed). New York: Addison-Wesley Educational Publisher, Inc.
wanita karir dan sebagai istri serta ibu sehingga dapat terus mengembangkan potensinya
tanpa
mengorbankan
Branson, J. & Miller, D. (1988). The changing fortune of Balinese market women. In. Chandler, G., Sullivan, N. & Branson, J. (Eds). Development and displacement women in Southeast Asia. Victoria: Morphet Press Pty. Ltd.
perannya sebagai istri dan ibu.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
meneliti
bagaimana
S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
persepsi
masyarakat dan lelaki di Indonesia terhadap wanita yang sukses sehingga
Clark,
bisa diketahui dengan jelas apakah terjadi perubahan paradigma mengenai wanita karir yang sukses yang bisa
R.A. & Lowell, E.L. (1980). Cognitive and motivation. New York: Appleton-Century-Crolts, Inc.
Craig, G. (1976). Human development (4th ed). New Jersey: Prentice Hall.
menyebabkan wanita karir di Indonesia tidak takut sukses lagi.
Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta : Grasindo.
17
Papalia, D.E. & Sally, W.O. (1995). Human development. Sixth Edition. New York : Mc Graw-Hill, Inc.
Frieze, I.H., Parsons, J.I., Johnson, P.B., Ruble, D.H. & Zellman, G.L. (1978). Women and sex roles: A social psychological perspective. New York: W.W. Norton and Company, Inc. Hurlock,
Prabowo, H. (2002). Teknik penulisan usulan penelitian dan skripsi. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
E.B. (1993). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi kelima. Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rini, J.F. (2002). Wanita bekerja. http://epsikologi.com/psikologikeluarga.html Riyanti, D.B.P & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Jung, J. (1978). Understanding human motivation: A cognitive approach. New York: MacMillan Publishing Co., Inc.
Santrock, J.W. (1995). Perkembangan masa hidup. Alih bahasa: Achmad Chusairi & Juda Damanik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kurnia, I.M, (2005). Gambaran fear of success pada manajer wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Sawitri. (1992). Hubungan motivasi berprestasi dengan kecemasan berprestasi terhadap prestasi akademis mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Matlin, M.W. (1987). Psychology of women. Florida: Holt, Rinehart & Winston, Inc.
Seniati, L. (2003). Wanita Indonesia takut sukses? http://kompas.com/kompascetak/0310/20/swara/629095.htm
McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York: Cambridge University Press.
Shaw, M.E. & Costanzo, P.R. (1982). Theories of social psychology. Second edition. New York: McGraw Hill, Inc.
McClelland, D.C., Atkinsons, J.W., Clark, R.K., & Lowell, E.L. (1976). The achievement motive. New York: Appleton-Century-Crults, Inc.
Suciadi, L.P. (2008). Selamat hari Kartini, wahai wanita Indonesia! http://www.wikimu.com/News/displa ynews.aspx?id=7790
Miller, J.B. (1976). Toward a new psychology of women. New Jersey: Beacon Press. Nisfiannor, M. (2002). Hubungan antara motif sosial dengan aktivitas berorganisasi kemahasiswaan bagi mahasiswa di Surabaya. Jurnal Phronesis, 4(8), 91-108.
Unger, R. & Crawford, M. (2004). Women and gender: A feminist psychology. New York: McGraw Hill, Inc. William, J.H. (1996). The psychology of women: Half the human experience. New York: W.W. Norton & Company, Inc.
Norris, G.W. (2000). Exploring the traitbehaviour relationship in leadership. Thesis (tidak diterbitkan).Ohio: Department of Psychology Ohio State University.
Zuckerman, M. (1980). Effects of fear of success on intrinsic motivation, causal atribution and choice behaviour. Journal of Personality and Social Psychology, 39(3), 503-513.
18