Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA DENGAN KEPUASAN KERJA PADA POLISI WANITA DI POLRES KULON PROGO
Evy Siska Yuliana, Reny Yuniasanti Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT Work - family conflict arises because of the imbalance between the role of a worker with a role as a member of the family . Policewomen are not satisfied in any time away from work more often a task , ask leave even ditching thus affecting its performance . This study aims to determine the relationship between work - family conflict with job satisfaction there is a police woman . Hypotheses to be proposed in this study is that there is a negative relationship between work - family conflict with job satisfaction in police woman . Subjects in this study were female police officers in the Police Kulon Progo Yogyakarta , as many as 32 people . Methods of data collection in this study using the scale of work - family conflict and job satisfaction scale . This research analysis methods of analysis using Pearson product moment . The results of the analysis of data obtained correlation coefficient ( rxy ) of -0.308 with a significance level ( p < 0.05 ) , this means that the higher the work - family conflict , the lower the job satisfaction in women police ; conversely the lower the family - work conflict , the more high job satisfaction in female officers . Thus the hypothesis of this study is acceptable . Work - family conflict variables in this study has the effective contribution of 9.5 % to the job satisfaction of female police officers at the police station in Kulon Progo . Keywords : work - family conflict , job satisfaction , the police woman .
PENDAHULUAN
jenjang
pendidikan
yang
lebih
tinggi
(Siagian, 2000). Seiring zaman,
dengan
perkembangan
perkembangan
industri
di
Indonesia telah menyerap banyak tenaga kerja, termasuk tenaga kerja wanita.Tidak sedikit wanita yang memasuki dunia kerja yang bersifat non-tradisional seperti buruh pabrik, anggota polisi, sopir, dan tukang ojek
(Rini,
2002).Faktor
yang
turut
berpengaruh terhadap pergeseran nilai tentang peranan wanita sebagai seorang pekerja adalah adanya tuntutan ekonomi yang semakin meningkat serta luasnya kesempatan bagi wanita untuk mencapai
Di Indonesia, keterlibatan wanita dalam
pekerjaan
non-tradisional
atau
peran publik, khususnya anggota polisi, ditunjukan oleh data pada tahun 2012 yakni
jumlah
polisi
wanita
sebanyak
13.200 orang atau 3,6% dari 398.000 jumlah
polisi
di
Indonesia
(Tempo,
2013).Hal ini menunjukkan bahwa wanita mampu menyetarakan perannya seperti kaum pria, dengan hak dan kewajiban sama yang diperoleh
kaum pria dalam
pekerjaannya. 62
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
Handayani
menjelaskan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
bahwa keberadaan polisi dalam suatu
ditemukan bahwa sebagian besar anggota
negara sangat dibutuhkan karena tanpa
polisi terutama pada polwan memiliki
polisi, hukum yang ada hanya berupa
aspek-aspek ketidakpuasan kerja yang
ayat-ayat saja. Melihat tugas polisi yang
didasarkan pada teori Spector (dalam
sangat menentukan tersebut, maka polisi
Munandar,2011) sebagai berikut: sering
sebagai penegak hukum dituntut untuk
tidak menyelesaikan tugas, kurang puas
dapat berbuat terbaik dalam pelaksanaan
terhadap
tugasnya. Polwan dituntut untuk memiliki
karena
tingkat kepuasan kerja yang tinggi, maka
diwajibkan untuk berpenampilan menarik
hal yang seharusnya dimiliki oleh polwan
ketika
agar
terhadap
penghargaan terhadap dirinya dari atasan
pekerjaannya, polwan harus mengacu
atau rekan kerja terhadap hasil kerjanya,
pada
kurangnya
memiliki
(2007)
ISSN : 2087-1899
sikap
aturan-aturan
positif
yang
ada
dalam
instansinya (Gitoyo, 2012). Spector
(dalam
Luthan,
2005)
sikap yang menggambarkan bagaimana seseorang
terhadap
pekerjaannya secara keseluruhan maupun terhadap
berbagai
kesempatan
aspek
untuk
tuntutan
sedang
sebagai
polwan
bertugas,
antar
kurang
anggota
yaitu:
maju,
gaji, mutu
sering merasa bosan dan stres karena kurangnya pelatihan atau pengembangan karir yang diberikan oleh atasan untuk meningkatkan kemampuan, dalam proses promosi atau kenaikan pangkat untuk anggota polisi pun dirasa berat. Profesi polwan dianggap peneliti memiliki
itu
dibandingkan
sehingga
diterima
kerjasama
pengawasan, rekan kerja, dan pekerjaan sendiri
yang
kelompok, sering bolos pada jam kerja,
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
perasaan
pendapatan
mempengaruhi
beban
yang
dengan
lebih pekerjaan
berat lain.
pekerjaannya. Di area realitas, fakta yang
Berbeda dengan profesi karyawan bank,
terjadi berlawanan dengan kondisi yang
guru maupun PNS yang memiliki waktu
diharapkan. Kenyataan adanya indikasi
kerja yang cenderung statis, polwan harus
ketidakpuasan kerja yang terjadi pada
selalu siap sedia dimanapun polwan
anggota polisi wanita, dalam hal ini
berada, karena seketika ada panggilan
anggota polisi wanita di Polres Kulon
dari komandan untuk bertugas maka
Progo yang masih mengeluh karena para
harus dilaksanakan tanpa peduli waktu
anggota polisi wanita kurang merasakan
dan tempat. Dalam hal ini polwan dituntut
kepuasan dalam bekerja. Hal tersebut
memiliki hak dan kewajiban yang sama
diperoleh penulis dari hasil wawancara
dengan
dengan 5 anggota polisi wanita di Polres
tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden
Kulon Progo pada bulan september 2013.
No. 9 Tahun 2000 (dalam UU Kepolisian,
anggota
polisi
lainnya.
Hal
63
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
2010) menjelaskan bahwa: setiap anggota polisi
dalam
kepada
memberikan
masyarakat
Adapun salah satu faktor yang
pelayanan
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
senantiasa
ialah
maka
konflik
pekerjaan-
memberikan pelayanan terbaik, bersikap
keluarga.Wanita
hormat
tidak
yaitu wanita yang memiliki peran sebagai
mengenal waktu istirahat selama 24 jam,
wanita pekerja secara fisik dan psikis, baik
atau tidak mengenal hari libur.
Menurut
di sector pemerintah, swasta maupun
Sutanto (2004) Setiap anggota polwan
wiraswasta dengan tujuan mendatangkan
diharapkan dapat menjadi teladan dengan
suatu kemajuan dalam karirnya, sekaligus
menjalankan aturan-aturan yang berlaku
berperan juga sebagai ibu dan atau istri
menjaga ketentraman dan penegakkan
yang bertanggung jawab mengurus rumah
hukum sesuai dengan tugasnya, Polwan
tangga (Anoraga, 2005).Rivai & Mulyadi
sudah
kepada
siapapun,
seharusnya
profesional,
dalam
dan
dengan
peran
mendefinisikan
ganda
bekerja
secara
(2010)
konflik
pekerjaan
polwan
sebagai hasil dari ketidaksesuaian antara
dituntut mempunyai moral yang baik,
harapan-harapan
menjaga citra dan selalu mengembangkan
dengan beberapa posisi yang dimiliki
diri sesuai dengan perubahan lingkungan.
seseorang (konflik antarperan). Konflik
Agar dapat memenuhi tuntutan tugas
pekerjaan-keluarga timbul karena adanya
seperti
mental
ketidakseimbangan antara peran sebagai
polwan yang sehat salah satunya adalah
pekerja dengan peran sebagai anggota
dengan menjaga kepuasan kerja mereka.
keluarga.
itu
diperlukan
kondisi
Spector (dalam Pratama, 2009) memaparkan bahwa faktor-faktor yang menentukan
kepuasan
kerja
dibagi
menjadi 2 kategori besar, yaitu: (1) Lingkungan kerja serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan dan memiliki pengaruh penting pada kepuasan kerja, seperti:
(a)
Karakteristik
Ketidakleluasaan
dalam
pekerjaan,(b) organisasi
(Organisational Constraints), (c) Workfamily conflict (konflik kerja-keluarga, (d)
yang
peran
Keluarga
disosialisasikan
dapat
diartikan
sebagai suatu kesatuan keluarga yang kecil, yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak-anak.
Konflik kerja-keluarga
dapat menyebabkan rendahnya kualitas hubungan suami istri, munculnya masalah dalam hubungan antara ibu dan anak, serta timbulnya gangguan tingkah laku pada
anak.
Selain
itu
konflik
kerja-
keluarga juga dapat menjadi pemicu timbulnya sikap yang negatif terhadap organisasi (Ammiriel dkk, 2007).
Stres Kerja, (e)Beban kerja, (2) Faktor
Dalam
individu yang dibawa oleh seseorang ke
diperlukan
perkerjaanya, seperti: (a) jenis kelamin,(b)
apabila
Usia,(c) Pendidikan.
(Walgito,
menghadapi
keputusan
mungkin
yang
secara
2011).Ammiriel
konflik bijaksana,
kompromistis dkk
(2007)
64
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
menyebutkan bahwa konflik pekerjaan-
keluarga-pekerjaan
keluarga
dengan kepuasan kerja, yaitu pekerja
berkorelasi
kepuasan
kerja,
negatif
yaitu
dengan
negatif
yang
yang mengalami konflik tingkat tinggi
mengalami konflik tingkat tinggi cenderung
cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja
memiliki tingkat kepuasan kerja yang
yang rendah. Polisi wanita yang tidak puas
rendah.Menurut
Polisi
akan lebih sering izin meninggalkan tugas,
wanita yang tidak puas akan lebih sering
minta cuti, bahkan membolos sehingga
izin
mempengaruhi
Gitoyo
meninggalkan
bahkan
pekerja
berkorelasi
(2012)
tugas,
minta
membolos
mempengaruhi
cuti,
sehingga
kinerja
Dalam penelitian yang dilakukan Amiriel & Yuwono (2007) mengenai konflik
Menurut konflik
organisasi
kepolisian.
organisasi
kepolisian.
kinerja
Ammiriel
dkk
pekerjaan-keluarga
(2007)
kerja-keluarga dengan kepuasan kerja
merupakan
pada karyawati berperan jenis androgini,
salah satu faktor internal yang dapat
didapati
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
berkorelasi
Konflik keluarga-pekerjaan timbul karena
dengan
adanya ketidakseimbangan antara peran
disimpulkan bahwa semakin tinggi konflik
sebagai pekerja dengan peran sebagai
antara keluarga dengan pekerjaan maka
anggota keluarga, keluarga dapat diartikan
akan semakin rendah kepuasan kerja
sebagai suatu kesatuan keluarga yang
yang
kecil, yang terdiri dari seorang ayah, ibu
ataupun
dan anak-anak (Lathifah, 2008). konflik
tingkat konflik antara keluarga pekerjaan
kerja-keluarga
maka akan semakin tinggi kepuasan kerja
dapat
menyebabkan
rendahnya kualitas hubungan suami istri, munculnya
masalah
dalam
gangguan tingkah laku pada anak. Selain itu
konflik
kerja-keluarga
juga
dapat
menjadi pemicu timbulnya sikap yang negatif terhadap organisasi (Amiriel & Yuwono, 2007). Dalam diperlukan apabila
keputusan
mungkin
yang
secara
konflik bijaksana,
kompromistis
(Walgito, 2011). Spector (dalam Helena, 2009)
menyebutkan
bahwa
konflik
negatif
kepuasan
dipersepsi
kerja-keluarga
secara kerja,
oleh
sebaliknya,
Searah
signifikan dan
para
dapat
karyawati
semakin
rendah
dengan
penelitian
ini,
dalam penelitian yang dilakukan Soeharto (2010)
mengenai
keluarga
dengan
metaanalisis, hubungan keluarga
menghadapi
konflik
yang dipersepsi oleh para karyawati.
hubungan
antara ibu dan anak, serta timbulnya
bahwa
konflik
kepuasan
didapati
negative dan
pekerjaankerja:
bahwa
konflik
ada
pekerjaan-
konflik
keluarga-
pekerjaan/WFC dengan kepuasan kerja pada semua karakteristik. Menurut
Ammiriel
&
Yuwono
(2007) menyebutan bahwa dalam hal ini
65
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
konflik
keluarga-pekerjaan
ISSN : 2087-1899
merupakan
antara konflik pekerjaan-keluarga dengan
salah satu faktor internal yang dapat
kepuasan kerja yang dialami oleh polisi
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
wanita,
Hal ini terjadi karena karyawati yang
memiliki
mengalami konflik antara keluarga dengan
dengan mengantisipasi munculnya konflik
pekerjaannya akan berpengaruh terhadap
pekerjaan-keluarga.Dalam penelelitian ini
kepuasan
hipotesis
kerjanya.
Helena
(2008)
sehingga
polisi
kepuasan
yang
wanita
dapat
yang
tinggi
kerja
diajukan
adalah
ada
menyatakan bahwa, anggota polisi wanita
hubungan negatif antara konflik pekerjaan-
dituntut
keluarga dengan kepuasan kerja pada
bagaimana
menyikapi
konflik
keluarga-pekerjaan dengan pekerjaannya supaya
dapat
pekerjaannya
merasa yang
meninggalkan
puas
dengan
diemban
pekerjaannya
polisi wanita.
tanpa sebagai
anggota polisi. Hal ini terjadi karena
Metode Variabel
tergantung
dalam
karyawati yang mengalami konflik antara
penelitian ini adalah kepuasan kerja,
keluarga
sedangkan
dengan
pekerjaannya
akan
variabel
bebasnya
konflik
Kepuasan
kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerjanya.
pekerjaan-keluarga.
Sutanto
(2004)
bahwa,
dioperasionalkan
sebagai
anggota
polisi
dapat
menggambarkan
perasaan
menyikapi dengan
menyatakan wanita
konflik
dituntut
pekerjaan-keluarga
pekerjaannya
yang
seseorang
terhadap pekerjaan, situasi dan kondisi
dapat
kerja di lingkungan pekerjaannya yang
merasa puas dengan pekerjaannya yang
merupakan hasil interaksi antara individu
menjadi
dengan lingkungan kerjanya, seperti gaji,
tanggung
meninggalkan
supaya
sikap
jawabnya
pekerjaannya
tanpa sebagai
anggota polisi.
ingin melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui
adanya
hubungan
antara konflik pekerjaan-keluarga dengan kepuasan
kerja
pada
polisi
wanita.
Adapun manfaat yang ingin diperoleh secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi;
untuk
maju,
mutu
pengawasan, rekan kerja dan pekerjaan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
untuk
kesempatan
Manfaat
praktis
adalah
memberi informasi mengenai hubungan
itu sendiri serta diikuti dengan adanya perasaan
bangga
kemampuan
yang
dan
bahagia dimiliki
atas dalam
melaksanakan tugas dalam pekerjaannya sampai tuntas dengan prestasi yang dicapai.Kepuasan
kerja
diukur
menggunakan Skala Kepuasan Kerja. Konflik
pekerjaan-keluarga
dioperasionalkan sebagai kondisi dimana seseorang mengalami suatu konflik antar peran yang terjadi apabila tekanan dari peran seseorang di pekerjaan tidak sesuai 66
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
dengan tekanan dari peran yang ia jalani
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
di keluarga sehingga pemenuhan tuntutan
0,917 artinya perbedaan (variasi) yang
pada satu peran menyulitkan pemenuhan
tampak pada skor skala tersebut mampu
tuntutan
lainnya,tuntutan
mencerminkan 91,7% dari variasi yang
suatu pekerjaan berhubungan dengan
terjadi pada skor murni kelompok subjek
tekanan
bersangkutan,
pada
peran
yang
berasal
dari
beban
sedangkan
8,3%
skor
pekerjaan yang melebihi kemampuan dan
tersebut menampakan variasi kesalahan.
akibatnya
Dengan
waktu
untuk
penyelesaian
pekerjaan menjadi terbatas dan akhirnya mendorong
seorang
pekerja
demikian
reliabilitas
dapat
dikatakan tinggi.
menjadi
Berdasarkan
hasil
uji
coba
terburu-buru.Konflik pekerjaan keluarga
terhadap 42 aitem pada skala konflik
dikur
Konflik
keluarga-pekerjaan didapat 24 aitem valid
Pekerjaan-Keluarga. Skala dibuat dengan
dan 18 aitem yang tidak valid. Validitas
pilihan majemuk yang terdiri dari empat
aitem
alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju
dengan 0,774 dengan asumsi aitem yang
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
tidak valid adalah aitem dibawah 0,30.
menggunakan
Skala
sangat tidak setuju (STS). Skor untuk
berkisar
antara
Berdasarkan
0,304
analisis
samapi
diperoleh
aitem yang bersifat favorebel bergerak
koefisien reliabilitas sebesar 0,898 artinya
dari 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3
perbedaan (variasi) yang tampak pada
untuk setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS),
skor skala tersebut mampu mencerminkan
dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS).
89,8% dari variasi yang terjadi pada skor
Sedangkan untuk aitem unfavorabel, skor
murni kelompok subjek bersangkutan,
bergerak mulai angka 1 untuk sangat
sedangkan
setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk
menampakan variasi kesalahan. Dengan
tidak setuju (TS), dan 4 untuk sangat tidak
demikian
setuju (STS).
tinggi.
10,2%
reliabilitas
skor
dapat
tersebut
dikatakan
Uji coba alat dilakukan pada 30
Subjek penelitian ini berjumlah 32
anggota Polisi Wanita di Polres Bantul
subjek ditentukan dengan kriteria: polisi
Yogyakarta
2013
wanita yang berdinas aktif, telah menikah
2013.
dan memiliki anak, usia diatas 24 tahun
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 50
dan berpendidikan terakhir SMA sederajat.
aitem pada skala kepuasan kerja didapat
Metode
30 aitem yang valid dan 20 aitem tidak
menganalisis data penelitian dan menguji
valid. Validitas aitem berkisar antara 0,320
hipotesis adalah korelasi Product Moment
sampai dengan 0,669 dengan asumsi
dari Pearson.
sampai
pada
dengan
2 9
Desember Desember
yang
digunakan
untuk
aitem yang tidak valid adalah aitem dibawah
0,30.
Berdasarkan
analisis
67
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
Hasil dan Diskusi
ISSN : 2087-1899
konflik
Hasil uji normalitas sebaran data
pekerjaan-keluarga
sedang
sebanyak 28 orang (87,5%), dan yang
kepuasan kerja diperoleh nilai KS-Z =
memiliki
konflik
pekerjaan-keluarga
0,109 dengan taraf signifikansi 0,200
sebanyak 3 orang (9,375%).
(p>0,05), berarti sebaran data kepuasan
Gitoyo (2012) menjelaskan bahwa
kerja normal. Hasil uji normalitas sebaran
polisi wanita harus bisa totalitas dalam
data konflik pekerjaan-keluarga diperoleh
bekerja,polisi wanita di tuntut untuk selalu
nilai
siap
KS-Z
=
0,134
dengan
taraf
apabila
ada
panggilan
dari
signifikansi 0,149 (p>0,05) yang berarti
komandannya tanpa mengenal waktu.Dan
sebaran data konflik pekerjaan-keluarga
dalam teori discreapancy disebut dengan
normal.
konflik
discreapancy negatif, karena kenyataan
pekerjaan-keluarga dan kepuasan kerja
yang terjadi pada polisi wanita jauh
diperoleh koefisien linieritas (F) sebesar
berbeda dengan yang diinginkan yaitu
10,358 dengan taraf signifikansi 0,008
waktu antara bekerja dengan mengurus
(p<0,05),
rumah
Hasil
uji
berarti
linieritas
konflik
pekerjaan-
tangganya.Kepuasan
kerja
keluarga dan kepuasan kerja pada polisi
merupakan salah satu ukuran dari kualitas
wanita memiliki hubungan yang linier.
kehidupan seseorang yang bekerja atau
Berdasarkan hasil analisis korelasi product
diperoleh
dalam
sebuah
organisasi
koefisien
termasuk polisi wanita yang bekerja pada
korelasi (rxy) antara konflik pekerjaan-
organisasi Kepolisian Republik Indonesia
keluarga dengan kepuasan kerja sebesar -
(POLRI). Spector (dalam Luthan, 2005)
0,308 dengan taraf signifikansi 0,043
menjelaskan
(p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa ada
seperti
hubungan negatif antara konflik keluarga-
ketidakleluasaan dalam organisasi, work-
pekerjaan dengan kepuasan kerja pada
family conflict dan beban kerja merupakan
polisi wanita.Hasil kategorisasi kepuasan
hal
kerja menunjukan bahwa tidak ada subjek
mempengaruhi
yang memiliki tingkat kepuasan kerja
seseorang.
tinggi,
moment
berkarir
faktor
lingkungan
karakteristik
yang
penting
pekerjaan,
yang
kepuasan
kerja
kerja
dapat pada
yang memiliki kepuasan kerja
Amiriel dkk (2007) menjelaskan
sedang sebanyak 17 orang (53,125%).
bahwa konflik pekerjaan-keluarga (work-
Subjek penelitian yang memiliki kepuasan
familyconflict) merupakan salah satu faktor
kerja
internal
rendah
(46,875%);
sebanyak
orang
yang
dapat
mempengaruhi
kategorisasi
kepuasan kerja seseorang. Hal ini terjadi
pekerjaan-keluarga
karena ketika seorang wanita pekerja
menunjukan bahwa subjek penelitian yang
mengalami konflik antara keluarga dengan
memiliki konflik pekerjaan-keluarga tinggi
pekerjaannya maka akan berpengaruh
sebanyak 1 orang (3,125%), yang memiliki
terhadap
variabel
sedangkan
15
konflik
kepuasan
kerjanya,
polwan
68
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
dituntut
bagaimana
menyikapi
konflik
ISSN : 2087-1899
kegiatan
seperti
operasi
ketupat
pekerjaan-keluarga dengan pekerjaannya
menjelang Lebaran dan operasi lilin ketika
agar
dengan
menjelang Natal hampir seluruh personel
tanpa
kepolisian tanpa terkecuali di terjunkan
meninggalkan pekerjaanlain yang menjadi
langsung untuk mengatur lalu lintas dalam
tanggung
ketika
waktu 24 jam. Dalam hal ini polwan
seorang wanita yang bekerja atau berkarir
memiliki tuntutan dari keluarga baik suami,
seperti
wanita
anak, ataupun orangtua yang merasa
kemudian mengalami work-family conflict
tidak nyaman karena sebagaian besar
maka polwan akan berusaha mengubah
waktu dihabiskan di kantor, sehingga ada
situasi yang dihadapinya atau secara fisik
tuntutan untuk meluangkan waktu secara
akan meninggalkan pekerjaan, misalnya
lebih berkualitas di dalam lingkungan
saja tidak masuk kerja, datang terlambat
keluarga, hal tersebut memicu adanya
atau keluar dari pekerjaan.
stres yang akan berpengaruh pada kinerja
dapat
merasa
pekerjaannya
puas
yang
jawabnya.
halnya
diemban
Kemudian
seorang
polisi
Menurut Greenhaus dan Beutell
polwan dan berdampak pada kepuasan
(dalam Pratama,2009) untuk mengetahui
kerja
pada
konflik keluarga-pekerjaan mengacu pada
polwan.
anggota
polisi
terutama
tiga aspek yaitu pertama Time-Based
Kedua Strain-Based Conflict, yaitu
Conflict yang merupakan tuntutan waktu
stres yang ditimbulkan dari salah satu
pada
mempengaruhi
peran yang mempengaruhi peran yang
yang
lain
satu
keterlibatan
peran di
peran
lainnya.
sehingga
mempengaruhi
kualitas
Tuntutan waktu ini dapat terjadi tergantung
hidup secara keseluruhan. Menurut Locke
dari alokasi waktu kerja dan kegiatan
(dalam
keluarga yang dipilih berdasarkan pilihan
seseorang bergantung pada discreapancy
dan nilai yang dimiliki individu. Sesuai
antara hal yang diinginkan dengan apa
dengan teori discreapancy menjelaskan
yang
bahwa orang akan merasa puas bila tidak
persepsinya telah diperoleh atau dicapai
ada perbedaan antara yang diinginkan
melalui pekerjaan. Dalam hal ini polwan
dengan
harus menjalankan peran dan tuntutannya
persepsinya
atas
kenyataan
As’ad,
2003)
menurut
kepuasan kerja
perasaannya
karena batas minimum yang diinginkan
masing-masing,
telah terpenuhi. Menurut Gitoyo (2012)
tuntutannya
polwan dituntut untuk menaati peraturan
bertentangan atau tidak sesuai maka
yang ada dalam organisasi Kepolisian,
disebut dengan discreapancy negatif yang
salah satunya tentang jam kerja yang
akan
harus
terhadap pekerjaan.
dipenuhi
oleh
masing-masing
ketika
peran
atau
masing-masing
menimbulkan
dan saling
ketidakpuasan
polwan, dan waktu yang dibutuhkan dalam pekerjaannya tidak sedikit, ketika ada
69
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
Ketiga
Behavior-Based
ISSN : 2087-1899
Conflict
keluarga-pekerjaan pada anggota polwan
yaitu tingkah laku yang efektif untuk satu
muncul. Jika hal di atas muncul maka
peran tapi tidak efektif untuk digunakan
akan berdampak pada konflik keluarga-
untuk peran yang lain. Dalam hal ini
pekerjaan yang tinggi, sebaliknya apabila
polwan
bisa
polwan hal diatas tidak muncul maka
membedakan sikap tegas ketika berada di
konflik keluarga-pekerjaan rendah. Ketika
kantor dengan sikap tegas ketika berada
polwan
di rumah, sikap tegas yang dilakukan
pekerjaan maka polwan akan berusaha
dikantor
cara
mengubah situasi yang dihadapinya atau
polwan menaati peraturan yang berlaku di
secara fisik akan meninggalkan pekerjaan,
kantor, serta selalu diberi sangsi atau
misalnya saja tidak masuk kerja, datang
hukuman
peraturan
terlambat atau keluar dari pekerjaan.
tersebut sesuai dengan peraturan atau
Pekerjaan dirasakan sebagai kondisi yang
undang-undang yang berlaku, Sedangkan
penuh tekanan dimana kondisi ini yang
ketika berada di rumah sikap tegas
akan mempengaruhi tingkat kepuasan
ditunjukan dengan mengajarkan hal-hal
dalam pekerjaan. Sehingga tingkat konflik
yang baik untuk anak-anaknya seperti
keluarga-pekerjaan
mengajarkan tentang norma yang berlaku
mempengaruhi tingkat kepuasan kerjanya
di lingkungannya, antara lain: sebagai istri
(Hammer & Thompso, dalam Amiriel,
yang patuh terhadap suami, lemah lembut
2007).
diharuskan
di
untuk
gambarkan
ketika
dengan
melanggar
mengalami
konflik
keluarga-
juga
dapat
dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini sejalan
dengan
yang
Dalam penelitian yang dilakukan
dikemukakan oleh (Geurts & Demerouti,
oleh Soeharto (2010) menjelaskan bahwa
2003)
pekerja
aspek
pendapat
Behavior-Based
Conflict
yang
mengalami
konflik
disebabkan terbawanya sikap atau cara
pekerjaan-keluarga tinggi akan mengalami
memperlakukan
ketidakpuasan
diri
pada
anggota
terhadap
pekerjaan
keluarga dari kebiasaan, budaya dan
daripada pekerja yang mengalami konflik
perilaku
pekerjaan-keluarga rendah, dan konflik
yang
dihadapi
di
organisasi
lingkungan kerja ke lingkungan keluarga.
pekerjaan-keluarga
Hal ini akan berdampak pada dua sisi
mempengaruhi
kehidupan, yaitu kehidupan pribadi dan
wanita dari pada pria. Hal ini sejalan
kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
karyawan yang akan mempengaruhi pada
Amiriel dkk (2007) mengenai konflik kerja-
kepuasan kerjanya.
keluarga dengan kepuasan kerja pada
Beberapa aspek di atas akan saling
berinteraksi,
sehingga
konflik
akan
kepuasan
kerja
lebih pada
karyawati berperan jenis androgini, yang menunjukan ada hubungan negatif antara
70
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
konflik kerja-keluarga dengan kepuasan
mengenai
hasil
penelitian
ini,
dapat
kerja.
disimpulkan bahwa ada hubungan negatif Menurut Spector (dalam Luthan,
antara konflik pekerjaan-keluarga dengan
2005) imbalan/gaji, kesempatan untuk
kepuasan kerja pada polisi wanita di
maju, mutu pengawasan, pekerjaan itu
Polres
sendiri
menunjukan bahwa semakin tinggi konflik
dan
rekan
kerja
merupakan
Kulon
Progo.Hal
komponen utama sebuah kepuasan kerja,
pekerjaan-keluarga
sehingga
konflik
semakin rendah kepuasan kerja pada
dari
polisi wanita di Polres Kulon Progo,
tinggi
rendahnya
pekerjaan-keluarga
dapat
dilihat
maka
tersebut
aspek-aspek tersebut.Konflik pekerjaan-
sebaliknya
keluaga terhadap kepuasan kerja sedang
pekerjaan-keluarga
berarti
semakin tinggi kepuasan kerja pada polisi
bahwa
kesempatan
peranan untuk
imbalan/gaji,
rendah maka
konflik
cenderung
mutu
wanita di Polres Kulon Progo. Kepuasan
pengawasan, pekerjaan itu sendiri dan
kerja tidak mutlak dipengaruhi oleh konflik
rekan kerja yang diperoleh di tempat kerja
pekerjaan-keluarga karena masih ada
masih kurang mendapatkan tanggapan
variabel
yang positif dari polisi wanita.
kepuasan kerja.
Hasil
analisis
korelasi
bobot
sumbangan
menginformasikan variabel anggota
konflik polwan
maju,
semakin
cenderung
mempengaruhi
Berdasarkan
hasil
penelitian
Progo
disimpulkan bahwa ada hubungan negatif
terhadap kepuasan kerja sebesar 9,5%.
antara konflik pekerjaan-keluarga dengan
Hal
kepuasan
tersebut
bahwa
Kulon
yang
Saran
pekerjaan-keluarga Polres
lain
memberikan
sumbangan
pekerjaan-keluarga
penjelasan
variabel
cukup
konflik
berpengaruh
terhadap kepuasan kerja. Sumbangan konflik
pekerjaan-keluarga
kerja
Bertumpu
pada
pada
polisi
wanita.
kesimpulan
hasil
penelitian, saran yangdiajukan: 1. Bagi anggota polisi wanita
terhadap
Penelitian
ini
kepuasan kerja pada polwan sebesar
bahwa
9,5% dan memberikan penjelasan bahwa
mempunyai pengaruh dalam kepuasan
masih terdapat 90,5% faktor lain yang
kerja, dan dari hasil penelitian didapat
turut
kerja.
bahwa masih ada subjek yang memiliki
Menurut Spector(dalam Luthan, 2005)
tingkat kepuasan yang rendah.Diharapkan
menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat
bagi anggota polisi wanita agar mampu
diperoleh
menunjukan
mempengaruhi
oleh
kepuasan
lingkungan
kerja,
konflik
memperlihatkan
sikap
keluarga-pekerjaan
positif
terhadap
Ketidakleluasaan dalam organisasi, beban
pekerjaannya, sehingga mampu bekerja
kerja, jenis kelamin, usia serta pendidikan.
dengan baik serta merasa puas dengan
Berdasarkan
pekerjaannya.
pembahasan
diatas
71
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
2. Bagi organisasi
Purbalingga.Indigenous
Berdasarkan diperoleh
hasil
informasi
penelitian
bahwa
anggota
polwan Polres Kulon Progo Yogyakarta merasakan
ISSN : 2087-1899
kepuasan
kerja
yang
Jurnal
Ilmiah Berskala Psikologi. 9(2), 1-13. Anoraga,
P.
(2005).
Psikologi
Kerja.
Jakarta: Rineka Cipta.
sedang.Hal tersebut dapat digunakan oleh
Fratiwi, W. (2010). Work-Family Conclict
organisasi untuk meningkatkan kepuasan
Ditinjau dari Tuntutan Pekerjaan
kerja
pada Perempuan Berperan Ganda
anggota
Polri
terutama
polwan
supaya kepuasan kerja anggota yang
Di
tinggi dengan mempertimbangkan konflik
Kabupaten Bengkalis. Skripsi (tidak
keluarga-pekerjaan dengan memberikan
diterbitkan).
penyuluhan
Universitas Islam Indonesia.
serta
pelatihan
mengenai
Kecamatan
Bengkalis,
Yogyakarta
:
mengatasi dan membagi waktu untuk Geurts, S. A. E., & Demerouti, E. (2003).
bekerja dan mengurus rumah tangga.
Work/non-work interface: Areview of
3. Bagi peneliti selanjutnya Konflik
keluarga-pekerjaan
memiliki sumbangan efektif sebesar 9,5% terhadap kepuasan kerja dan 90,5% dipengaruhi peneliti
oleh
variabel
selanjutnya
lain.
Bagi
diharapkan
menggunakan variabel lainnya sebagai variabel
bebas
yang
theories and findings. In M. J. Schabracq, J. A. M. Winnubst, & C. L. Cooper (Eds.), The handbook of work and health psychology (pp. 279–312). New York: Wiley. Gitoyo,
Yohanes.
(2012).
Mengenal
mempengaruhi
Sejarah Polisi Wanita (Polwan) di
kepuasan kerja pada polisi wanita, karena
Indonesia. http://www.http://pustaka
masih banyak variabel lainya yang turut
digital
berpengaruh antara lain lingkungan kerja,
com/2012/09/
Ketidakleluasaan dalam organisasi, stress
polisi-wanita-polwan.html. (askes 27
kerja, beban kerja, jenis kelamin, usia
September 2013 10.30 WIB).
indonesia.
blogspot.
mengenal-sejarah-
serta pendidikan. Handayani, antara
Ammiriel, P.K.,Purwanto, .Y., & Yuwono, S. (2007). Hubungan Work-Family Conflict dengan Kepuasan Kerja Karyawati
Kelamin Putera
berperan
Androgini Abadi
di
Perkasa
Self
(2007).
Hubungan
Esteem
dengan
Kepuasan Kerja pada Polisi. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
pada
Astuti.
PT.
Jenis Tiga
(tidak
diterbitkan).
Yogyakarta:
Universitas Wangsa Manggala. Helena. (2009). Hubungan antara Stres Kerja
dan
work-family
conflict
dengan Kepuasan Kerja pada Polisi
Cabang
72
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
Wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Indonesia. Lathifah,
I.
(2008).
Pengaruh
Konflik
Keluarga
terhadap
Turnover
Intentions
dengan
Kepuasan Kerja sebagai Variabel
diterbitkan).
Tesis
(tidak
Semarang:
Fakultas
Psikologi, Universitas Diponegoro. Luthan,
F.,
(2005).Organizational
Behavior.Mc Graw-Hill Book CoSingapure, Singapura.
dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Keluarga dengan Kepuasan Kerja pada Wanita Bekerja. Skripsi (tidak Jakarta:
melalui
Universitas
www.e-
Psikologi.com. Pada tanggal 14 Februari 2014. Rivai & Mulyadi.(2010). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. Siagian,S.P (2000). Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumiaksara. Soeharto
T.N.E.D.
Kepuasan
(2010).
Kerja:
Konflik dengan
Metaanalisis.
Jurnal Psikologi.37(1), 189-194. Sutanto.
Pratama. (2009). Hubungan Konflik Kerja
Indonesia.
diakses
Pekerjaan-Keluarga
Munandar, A.S. (2010). Psikologi Industri
diterbitkan).
Rini.J.F. (2002). Konsep Diri. http:/www.epsikologi.com/dewasa/160502.htm.
Pekerjaan
Intervening.
ISSN : 2087-1899
(2004).
Buku
Pedoman
Pelaksanaan Tugas Bintara POLRI di Lapangan. KNRI.
Undang-undang RI No. 2 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Kepolisian. (2010). Bandung: Citra Umba
73