HUBUNGAN ANTARA WORK FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN KERJA PADA POLISI WANITA DI POLDA SUMATERA SELATAN Dwi Hurriyati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
[email protected] Abstract: The research purpose is to know that is there is a relation between the work family conflicts with the work satisfaction in Sumatera Selatan Police Department. The hypothesis that used in this research is that there is a relation between the work family conflicts with works satisfaction on the police woman in the Sumatera Selatan Police Department. The subject used for this research is 70 police woman in the South Sumatera Police Department with using the simple regression technique. The instrument that used is the work family conflict scale with 59 item and the work satisfaction scale also with 59 item. The analysis result by using the simple regression technique shows that r = 0,378 and p = 0,000 where is p ≤ 0,01 that means there is a significant relation between work family conflict to the work satisfaction on police woman in South Sumatera Police Department. The effective contribution given by work family conflict against the work satisfaction on police woman in South Sumatera Police Department is as much as 0,415 or 14,5 %. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara work family conflict dengan kepuasan kerja pada polisi wanita di polda sumatera selatan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara work family conflict dengan kepuasan kerja pada polisi wanita di polda sumatera selatan. Subjek penelitian yang digunakan sebanyak 70 orang Polwan di Polda Sumatera Selatan dengan menggunakan teknik Regresi Sederhana.Instrumen yang digunakan adalah skala work family conflict sebanyak 56 aitem dan skala kepuasan kerja sebanyak 59 aitem. Hasil analisis menggunakan regresi sederhana menunjukan r = 0,378 dan p = 0,000 dimana p ≤ 0,01 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara Work Family Conflict dengan Kepuasan Kerja pada Polisi Wanita di Polda Sumatera Selatan. Sumbangan efektif yang diberikan oleh Work family conflict terhadap kepuasan kerja pada Polisi Wanita di Polda Sumatera Selatan adalah sebesar 0,145 atau 14,5 %.
Seiring dengan bergulirnya waktu
PENDAHULUAN Pada proses perkembangan jaman,
kini wanita memutuskan untuk bekerja
wanita yang dahulu hanya berperan sebagai
bukan semata-mata karena tuntutan ekonomi
ibu rumah tangga sekarang mulai bekerja di
saja melainkan lebih kepada upaya untuk
luar rumah dan mendapatkan penghasilannya
memperluas wawasan dan pengembangan
sendiri. Wanita memilih untuk bekerja di
diri, baik pria ataupun wanita memiliki
luar rumah disebabkan karena berbagai
kesempatan yang sama untuk bekerja. Tidak
alasan.Semula wanita memutuskan untuk
jarang pula wanita-wanita tersebut berada
bekerja di luar rumah semata-mata untuk
pada bidang pekerjaan yang sifatnya non-
membantu
tradisional
kondisi
(Shehan, 2003).
ekonomi
keluarga
bagi
kaumnya.Mereka
ikut
berperan dalam program wirausaha yang membutuhkan keterampilan dan terlibat
Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
49
dalam pekerjaan yang selama ini mungkin
lain : Mempunyai motivasi tinggi untuk
belum pernah dijamah kaum hawa, seperti
bekerja dan merasa senang melakukan tugas
penambang batu, petugas kepolisian, supir,
dalam pekerjaanya, yaitu dengan datang
tukang las, tukang kayu, maupun pekerja
tepat
berat lainnya.
melaksanakan apel pagi dan setelah itu
Johnson
dkk
tidak
terlambat
dan
mendapati
melaksanakan tugas disatuannya masing-
pekerjaan sebagai petugas polisi termasuk ke
masing. Sedangkan ciri-ciri pekerja yang
dalam salah satu dari enam pekerjaan yang
kurang puas adalah: mereka yang malas
memiliki
berangkat ke tempat bekerja dan malas
kepuasan
psikologis,
dan
(2005)
waktu
kerja,
kesejahteraan
kesehatan
yang
dengan pekerjaanya. Tingkah laku karyawan
faktor
yang malas tentunya akan menimbulkan
dikembangkan oleh Frederick Herzberg.Ia
masalah bagi perusahaan berupa tingkat
menggunakan
absensi yang tinggi, keterlambatan kerja, dan
rendah.Selanjutnya
Teori
teori
fisik dua
Abraham
Maslow
sebagai titik acuannya. Dua faktor dapat
pelanggaran disiplin yang lainnya.
menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak
Berdasarkan teori yang dikemukakan
puas menurut Herzberg (1996), yaitu faktor
oleh Herzberg, maka dapat dilihat bahwa
pemeliharaan (maintenance factors) dan
biasanya pada awal bekerja, para pekerja
faktor motivasi (motivation factors). Faktor
cenderung
pemeliharaan atau disebut pula dissatifiers,
pekerjaannya.Hal ini disebabkan karena
hygiene factors, job context, extrinsic factors
merasa adanya tantangan dalam bekerja dan
meliputi
mereka
administrasi
dan
kebijakan
merasa
puas
mempelajari
dengan
keterampilan-
perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan
keterampilan baru. Setelah beberapa tahun,
dengan
biasanya para pekerja akan mengalami
pengawas,
hubungan
dengan
subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi
penurunan
kepuasan
kerja
disebabkan
karena
dan
pemotivasian
status.
Sedangkan
disebut
mereka
Hal
ini
mengalami
satisfier,
stagnasi, merasa dirinya tidak berkembang ,
motivators, job content, intrinsic factors
kemudian 6-7 tahun setelah bekerja biasanya
meliputi dorongan berprestasi, pengenalan,
kepuasan kerja akan kembali meningkat. Hal
kemajuan (advancement), work it self,
ini dikarenakan individu merasa sudah
kesempatan
mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaan
berkembang
pula
faktor
kerja.
dan
tanggung
jawab. Beberapa ciri-ciri pegawai/karyawan
dan lingkungan kerjanya.
yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi
Bila dikaitkan dengan tugas Polisi
Menurut Herzberg (1995), ciri-ciri perilaku
Wanita memilki tugas dan kewajiban yang
pekerja yang memiliki kepuasan kerja antara
sama
50
dengan
laki-laki.
Undang-undang
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60
Kepolisian No. 2 Tahun 2002 pasal 13
mengatur waktu, bagaimana kalau di rumah
mencantumkan bahwa tugas pokok Polri
dan di kantor ada tuntutan, dan bagaimana
adalah:
semua tuntutan harus bisa terpenuhi.
memelihara
keamanan
dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
Disisi
lain
berdasarkan
hasil
memberikan perlindungan, pengayoman, dan
wawancara peneliti kepada Brigadir “I” ( 28
pelayanan
Maka
tahun ), yang berdinas di satuan Dit lantas
dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan
Polda Sumsel, yang memiliki anak lebih dari
(advancement), work it self, kesempatan
satu. Rutinitas pekerjaan yang sangat sibuk
berkembang dan tanggung jawab sama, ini
dan
akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan
meninggalkan
kerja. Dimana wanita tidak hanya dituntut
membutuhkan perhatian dari dirinya. Di sisi
untuk dapat bekerja dengan baik namun juga
lain hal yang dikatakan Brigadir Ivone
dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga
dikarenakan pada malam hari anak rewel
yang baik pula. Bila hal ini bisa dijalan kan
sehingga Brigadir Ivone kurang istirahat dan
dengan seimbang, maka kepuasan kerja akan
membuatnya terlambat dalam melaksanakan
dapat dicapai.
apel, dan dalam pelaksanaan tugas dikantor
kepada
masyarakat.
padatnya
waktu anaknya
membuatnya yang
sangat
Berdasarkan hasil wawancara dan
juga menjadi lambat karena kondisi badan
observasi peneliti pada tanggal 5-6 Agustus
tidak fit sehingga membuat Brigadir Ivone
2015 kepada Bripka “F” salah seorang
tidak semangat untuk bekerja.
anggota polisi wanita yang berdinas di
Thomas
dan
Ganster
(2005)
Ditlantas Polda Sumatera Selatan, yang
menyebutkan juga bahwa work family
berusia 34 tahun, diketahui bahwa masalah
conflict akan berdampak pada ketidakpuasan
ketidaksesuaian peran ini juga dialaminya.
akan
Hal ini terutama dialami pada dirinya yang
penyakit jantung koroner. Seseorang yang
memili 2 buah anak yg masih kecil, . Pada
telah puas atau merasa senang terhadap
saat anaknya sakit, padahal di kantor ada
pekerjaannya akan mempunyai semangat
urusan dinas yang lebih penting.. Polwan
tinggi
dituntut
produktivitasnya
untuk
membagi
waktu
sebaik
pekerjaan,
dalam
depresi,
absensi
pekerjaannya akan
dan
sehingga
meningkat
pula.
mungkin. Bagi Bripka “F” kesulitan ini
Sebaliknya, seseorang yang tidak puas atau
dapat
bekerjasama
kecewa terhadap pekerjaan cenderung malas
dengan teman-teman di kantor, misalnya ijin
terhadap pekerjaannya dan akan melakukan
kepada pimpinan. Hal ini dapat dipahami
hal-hal
dan dimengerti oleh pimpinan. Menurut
perusahaannya
diselesaikan
dengan
yang
merugikan seperti
terhadap
menjelek-jelekkan
beliau disinilah peran ibu diuji, bagaimana ia Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
51
perusahaan sendiri di depan orang lain,
mereka di antara kepentingan keluarga dan
melakukan korupsi.
kebutuhan untuk bekerja dimana ia harus
Greenhaus & Buetell (Glass & Ester,
menjalankan tuntutan pekerjannya, seperti :
2007) mendefinisikan work family conflict
masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan
sebagai suatu format konflik antar peran
tugas
yang
menyebabkan polwan tersebut mengalami
terjadi
dalam
pekerjaan
maupun
keluarga dimana salah satu peran tersebut bertentangan
dengan
peran
yang
atau
lembur
kerja
yang
kelelahan dan frustasi.
lain
sehingga memunculkan suatu konflik.
harian
Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup
Menurut Gree Hause dan Beutell
dan membangun keluarga.Dewasa tengah
(2006) gejala-gejala work family conflict
menggunakan energy sesuai kemampuannya
meliputi
untuk menyesuaikan konsep diri dan citra
:
rasa
bersalah,
kegelisahan,
keletihan, dan frustrasi. Sebagian besar
tubuh
Polwan yang sudah menikah mengalami
perubahan pada penampilan fisik.Harga diri
konflik
pekerjaan
yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan
menganggu tuntutan keluarga, misalnya
sikap posiif terhadap perubahn fisiologis
harus mengabiskan waktu ditempat kerja
muncul jika orang dewasa mengikuti latihan
lebih banyak dari pada dirumah hal ini
fisik diet yang seimbang, tidur yang nyenyak
menyebabkan rasa bersalah pada diri polwan
dan melakukan hygiene yang baik. Menurut
dimana ia tidak bisa melakukan perannya
teori
secara penuh dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan yang utama pada usia baya
rumah tangga. Seringkali terpaksa harus
adalah
dihadapkan pada dilema atau konflik antara
1982). Generatifitas adalah keinginan untuk
memilih karir sebagai salah satu tujuan
merawat dan membimbing orang lain.
hidup atau menjadi ibu rumah tangga yang
Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas
baik
dan
dengan anak-anaknya melalui bimbingan
melayani kebutuhan suami serta anak-
dalam interaksi sosial dengan generasi
anaknya yang menyebabkan kegelisahan
berikutnya.
terus menerus, juga tuntutan kehidupan
mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi.
rumah tangga yang menghalangi seorang
Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang
polwan untuk meluangkah waktu untuk
berlebihan
pekerjannya atau kegiatan yang berkenaan
merusak
dengan kariernya dimana ia menghadapi
masyarakat.Sedangkan
situasi rumit yang menempatkan posisi
perkembangan Havighurst telah diringkas
52
dimana
tuntutan
yang selalu siap mengasuh
terhadap
realita
perkembangan
mencapai
Jika
pada
fisiologis
Erikson,
generatifitas
dewasa
dirinya
tugas
(Erikson,
tengah
atau
anak-anaknya menurut
dan
gagal
perilaku dan teori
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60
dalam tujuh perkembangan untuk orang
subjek. Alat ukur yang digunakan dalam
dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas
penelitian ini ada 2yaitu:
perkembangan tersebut meliputi: Pencapaian
1. Skala kepuasan kerja
tanggung
jawab
dewasa,
Skala kepuasan kerja menggunakan
menetapkan dan mempertahankan standar
jenis skala Likert dengan menggunakan
kehidupan,membantu
remaja
aspek-aspek kepuasan kerja yang mengacu
bahagia,
pada fenomena dilapangan. Aspek-aspek
luang
kepuasan kerja yang dikemukakan oleh
,berhubungan dengan pasangannya sebagai
Gruneberg & Wall yaitu: Isi pekerjaan,
individu,
menyesuaikan
Imbalan, Promosi jabatan, kondisi kerja,
perubahan fisiologis pada usia pertengahan
rekan kerja, dan pengawasan. Aitem-aitem
dan menyesuaikan diri dengan orang tua
dalam skala disusun dalam 60 penyataan.
yang telah lansia.
Setiap pernyataan disajikan dalam dua
tanggung
sosial
orang
anak-anak
jawab
dan
mengembangkan
aktivitas
menerima
dan
bentuk yaitu 30 pernyataan favorabel dan 30 unfavorabel yang harus direspon subjek
HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan
teori
diatas
hipotesis
maka
berdasarkan 5 kategori jawaban yang telah
diajukan
sebuah
yaitu
ada
disediakan yaitu S (Setuju), SS (Sangat
hubungan
antara work family conflict
Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju) dan
dengan kepuasan kerja pada Polisi Wanita
STS (Sangat Tidak Setuju).
di Polda Sumatera Selatan.
Tabel 3.2
METODE PENELITIAN Variabel-variabel
Blue Print Skala Kepuasan Kerja
yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat
kepuasan
bebaswork
family
kerja,
dan
ini
conflict.Subjek
dengan
jumlah
No
variabel
Aspek
Indikator
Kerja 1
populasi
Isi
Rutinitas,
Pekerjaan
Tantangan,
sebanyak 85 orangPolwan di Polda Sumatera
Target,
Selatan. Metode pengumpulan data yang
Kreativitas,
digunakan dalam penelitian ini adalah
Tanggung
metode
jawab
skala
likert,
yaitu
cara
mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang diberikan pada
Favorabel
Kepuasan
telah
memenuhi karakteristik yang dipakai dalam penelitian
Sebelum Uji Coba
2
Imbalan
Berlebihan,
1,3,5,7,9
11,13,15,17,19
Cukup,
Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
53
Kurang, Aman,Tidak Aman 3
Promosi
Berdasarkan
Jabatan
kemampuan,
21,23,25,27,29
22,24,26,28,30 Tabel 3.4
Kesempatan
Blue Print Skala Work Family Conflict
terbatas,
Sebelum Uji Coba
Tidak adil, 4
Kondisi
Lamban,
Kerja
Bertanggung
No 31,33,35,37,39
Aspek Indikator 32,34,36,38,40
jawab,
Family
Berpengaruh,
Conflict 1
Bijak Rekan
Mendukung
Kerja
Biasa Saja
2 41,43,45,47,49
Rasa
Hubungan
Bersalah
Pribadi
Kegelisahan Keadaan 42,44,46,48,50
3
Keletihan
1,3,5,7,9,11,13,15
16,18,20,22,24,26,28,30 10
Perhatian
31,33,35,37,39,41,43,45
terhadap
mendukung Pengawasan Internal
Favorabel
Mental
Tidak
6
10
Work
Cerdas,
5
10
51,53,55,57,59
Kesehatan 52,54,56,58,60
10
dan
Eksternal
Keselamatan 60
Jumlah 4
Frustasi
Kesempatan
46,48,50,52,54,56,58,60
untuk 2. Skala work family conflict
memikirkan
Skala work family conflict menggunakan
Diri
jenis skala Likert dengan menggunakan
Jumlah
gejala-gejala work family conflict yang dikemukakan oleh Gree House dan Beutell
Skala Kepuasan kerja dan work
(2006) yaitu rasa bersalah, kegelisahan,
family conflict ini terdiri dari lima jenis
keletihan, dan frustasi.skala Work family
alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS),
conflict yang disusun dalam 60 pernyataan
sesuai (S)tidak sesuai, (N) netral, (ST),
yang terdiri dari 30 penyataan favorabel dan
sangat tidak sesuai (STS). Nilai bergerak
30 unfavorabel.
dari 1 sampai 5. Untuk aitem favourabel
54
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60
nilai tertinggi 5 adalah untuk jawaban sangat
Uji normalitas dengan menggunakan
sesuai (SS), 4 untuk jawaban sesuai (S), 3
teknik
untuk jawaban (N), 2 untuk jawaban tidak
program
sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat
menunjukkan nilai p > 0,05, dapat dilihat
tidak sesuai (STS). Sebaliknya, untuk aitem
dari nilai p oleh peneliti berdistribusi normal
unfavourabel, nilai 5 untuk jawaban sangat
karena memenuhi kaidah p > 0,05, dapat
tidak sesuai (STS), nilai 4 untuk jawaban
dilihat dari nilai p alat ukur tersebut
tidak sesuai (TS), 3 untuk jawaban netral
yaituwork
(N), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk
kepuasan kerja (0,536) yang lebih besar dari
jawaban sangat sesuai (SS). Semakin tinggi
0,05. Hasil uji normalitas inimenunjukkan
skor yang diperoleh oleh subjek semakin
bahwawork family conflict dan kepuasan
tinggi
kerjamemiliki sebaran normal.
pula
konflik
peran
ganda
dan
manajemen waktunya.
Kolmogorof-Smirnov SPSS
18.00
family
Test
for
conflict
dari
Windows
(0,528)
dan
Uji Linieritas merupakan uji yang dilakukan
HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini tentang hubungan
untuk
mengetahui
hubungan
antara variabel bebas yaitu work family
antara work family conflict dengan kepuasan
conflictdan
variabel
tergantung
yaitu
kerja pada polisi wanita di polda sumatera
kepuasan kerja. Kaidah yang digunakan
selatan peneliti mengkategorikan subjek
adalah jika p ≤ 0,05 berarti hubungan antara
penelitianmenjadi dua, yaitu tinggi dan
kedua variabel adalah linier, jika p > 0,05
rendah.
maka hubungan antara kedua variabel linier. Uji asumsi dilakukan sebelum data
Berdasarkan tabel diatas nilai nilai F
dianalisis, yakni meliputi uji normalitas dan
merupakan koefesien yang menunjukkan
uji linearitas.Uji normalitas dan uji linieritas
hubungan antara variabel bebas dan variabel
merupakan syarat sebelum dilakukannya
terikat.F = 29,538 dan p = 0,000. Nilai p
pengetesan nilai korelasi, maksudnya adalah
merupakan nilai yang menunjukkan seberapa
agar
tidak
linier hubungan antara variabel bebas dan
yang
variabel terikat. Dalam tabel di atas nilai p =
kesimpulan
menyimpang
yang
dari
ditarik
kebenaran
seharusnya ditarik (Hadi, 2004). Uji
normalitas
0,000< 0,05 sehingga menunjukkan bahwa
digunakan
untuk
menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi
secara
normal
atau
terdapat hubungan yang linier antara work family conflict dengan kepuasan kerja.
tidak.
Untuk mengetahui adanya hubungan
Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05
antara work family conflict dengan kepuasan
maka sebaran data normal, sedangkan jika p
kerja. maka digunakan uji korelasi dengan
≤ 0,05 maka sebaran data tidak normal.
menggunakan
teknik
analisis
regresi
Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
55
sederhana
(simple
regression)
dengan
menunjukkan adanya korelasi yang sangat
menggunakan program komputer Statistical
signifikan antara work family conflict
Product
dengan kepuasan kerja pada Polisi Wanita
Service
Solution
(SPSS)
for
Windows versi 18.00 Analisis
uji
Polda Sumatera Selatan. dilakukan
Anggota Polisi Wanita khususnya
dengan menggunakan uji regresi sederhana
yang berada di lingkungan Polda Sumatera
yang
Selatan ada yang mengalami work family
hasilnya
penerimaan
hipotesis
menunjukkan
terhadap
adanya
hipotesis
yang
conflict.
Dari
70
Polwan
yang
diajukan. Hasil tersebut menunjukan bahwa
ada,kesemuanya sudah menikah, dan rata-
hipotesis tersebut terbukti melalui nilai
rata mempunyai anak balita. Fase dewasa
koefisien korelasi diperoleh r = 0,378dengan
tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap
nilai p=0,000.
memilih teman hidup dan membangun
Besarnya
keluarga.Dewasa
tengah
manajemen waktu(variabel bebas) terhadap
energy
kemampuannya
konflik
terikat)
menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh
ditunjukkan pada hasil analisis pada tabel
terhadap realita fisiologis dan perubahan
summary
koefisien
pada penampilan fisik.Harga diri yang
sebesar
tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap
peran
nilai
sumbangan
ganda(variabel
yang
dilihat
dari
(R
square)
yaitu
determinan
0,145atau 14,5%.
sesuai
menggunakan untuk
posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik. teori
PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan tehnik
perkembangan
.Menurut
Erikson,
tugas
perkembangan yang utama pada usia baya
regresi sederhana yang bertujuan menguji
adalah
hipotesis tentang adanya hubungan antara
1982). Generatifitas adalah keinginan untuk
work family conflict dengan kepuasan kerja
merawat dan membimbing orang lain.
Polisi Wanita, setelah melalui analisis
Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas
pengolahan
yang
dengan anak-anaknya melalui bimbingan
tersebut.
dalam interaksi sosial dengan generasi
tersebut
berikutnya.
mendukung Menunjukkan
dan
diperoleh
hasil
hipotesis bahwa
hipotesis
mencapai
Jika
generatifitas
dewasa
(Erikson,
tengah
gagal
terbukti melalui nilai koefisien korelasi
mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi.
diperoleh r=0,378 dengan nilai p=0,000.
Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang
Nilai
berlebihan
56
signifikansi
sebesar
0.000
pada
dirinya
atau
perilaku
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60
merusak anak-anaknya dan masyarakat.Teori
psikosial yaitu perubahan psikososial pada
perkembangan Havighurst telah diringkas
masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian
dalam tujuh perkembangan untuk orang
yang diharapkan, perpindahan anak dari
dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas
rumah, atau peristiwa perpisahan dalam
perkembangan tersebut meliputi: Pencapaian
pernikahan atau kematian teman. Perubahan
tanggung
ini mungkin mengakibatkan stress yang
jawab
social
orang
dewasa,
menetapkan dan mempertahankan standar
dapat
kehidupan,membantu
kesehatan dewasa.
tanggung
anak-anak jawab
remaja
mempengaruhi
seluruh
tingkat
dan
Davidoff (1991), menyatakan bahwa
luang,
konflik adalah situasi dimana terdapat dua
berhubungan dengan pasangannya sebagai
atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan
individu,
menyesuaikan
dan tujuan yang tidak bersesuaian, saling
perubahan fisiologis pada usia pertengahan,
bersaingan dan menyebabkan salah satu
menyesuaikan diri dengan orang tua yang
organisme merasa ditarik kearah dan jurusan
telah lansia.
yang berbeda sekaligus dan menimbukan
bahagia,mengembangkan
menerima
aktivitas
dan
Tahapan – tahapan perkembangan
perasaan yang sangat tidak enak. Konflik ini
: Perkembangan fisiologis yaitu
dapat menimbulkan frustasi, karena kalau
perubahan ini umumnya terjadi antara usia
memilih salah satu berarti tidak memiliki
40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat
yang lain (meski untuk sementara waktu
adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut
saja). Konflik dapat terjadi dalam diri
dan
individu maupun di luar individu, tergantung
yaitu
pinggang
biasanya
terjadi
membesar. selama
Kebotakan masa
usia
pada pilihan yang di ambil.Dalam konflik
pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada
internal (dalam diri individu), tujuan-tujuan
pria dewasa awal. Penurunan ketajaman
yang saling bertentangan berada dalam diri
penglihatan dan pendengaran sering terlihat
individu itu sendiri.
pada periode ini.Kemudian perkembangan
Berdasarkan pengolahan data yang
kognitif yaitu perubahan kognitif pada masa
dilakukan dalam penelitian ini, peneliti
dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena
melakukan katagori terhadap kepuasan kerja
sakit atau trauma.Dewasa tengah dapat
anggota Polwan Polda Sumatera Selatan.
mempelajari keterampilan dan informasi
Dari 70 anggota Polwan yang dijadikan
baru.Beberapa dewasa tengah mengikuti
subjek penelitian, terdapat 41 anggota
program pendidikan dan kejuruan untuk
Polwan (58,57%) yang memiliki Work
mempersiapkan diri memasuki pasar kerja
Family Conflict tinggi. 29 anggota Polwan
atau
(41.43%)
perubahan
pekerjaan.Perkembangan
yang memilki Work Family
Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
57
Conflict rendah. Sehingga dapat disimpulkan
factor antara lain Isi Pekerjaan, imbalan,
bahwa sebagian besar anggota Polwan Polda
promosi jabatan, kondisi kerja, rekan kerja
Sumatera Selatan memiliki Work Familiy
dan pengawasan. Selain hal tersebut, ada
Conflict yang tinggi.
program reward yang diberikan kepada
Jumlah
anggota
Polwan
yang
anggota
Polwan
Polda
Sumatera
memilki Work family Conflict yang tinggi
Selatan.Salah satunya program jalan-jalan
yaitu
ini
apabila ada prestasi yang di raih. Ini sangat
membuktikan bahwa Work family Conflict
berpengaruh terhadap anggota Polwan. Ada
dilalami oleh anggota Polwan Sumatera
semangat yang dapat ditimbulkan dari
Selatan, mereka mengalami hal yang sama
program yang ada.Selanjutnya program ini
misalnya harus bisa bersikap professional
yang lagi dirintis adalah ibadah umroh.Dan
antara pekerjaan dan peran sebagai ibu
sepertinya ini bisa memberikan spirit bagi
rumah
anggota untuk lebih berkiprah lebih baik,
41
orang
tangga.
(58,57%).
Namun
Hal
mereka
sering
bercerita sesama anggota Polwan sehingga
baik dan baik lagi.
tidak merasa sendiri dalam menghadapi
Sumbangan efektif Work Family
masalah-masalah yang terjadi. Terbangun
Conflict terhadap Kepuasan Kerja dapat
kebersamaan antar sesama anggota Polwan.
dilihat dari koefisien determinan (R2) yaitu
Robins
(Rachmayani,
2007)
sebesar
0,145. Work Family Conflict
kepuasan kerja adalah sikap umum seorang
memberikan sumbangan efektif sebesar
individu terhadap pekerjaannya.Sedangkan
14,5%. Terdapat juga faktor-faktor lain yang
menurut Marthin (dalam Rachmayani, 2007)
secara teoritik diasumsikan mempengaruhi
kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang
kepuasan kerja. Faktor-faktor ini antara lain
positif dari mengevaluasi pengalaman kerja
adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat
seseorang.Ketidakpuasan
kepangkatan, lama kerja dan status dalam
muncul
saat
harapan-harapan tidak terpenuhi.
jabatannya.
Berdasarkan uraian dan hasil
Katagori kepuasan kerja hasil dari
penelitian yaitu ada hubungan antara Work
analisis menunjukkan bahwa dari 70 anggota
Family Conflict dengan kepuasan kerja pada
Polwan Sumatera Selatan yang dijadikan
anggota Polisi Wanita (Polwan) Polda
subjek
Sumatera Selatan dalam penelitian ini
penelitian
terdapat
40
Polwan
(57,14%) yang memilki kepuasan kerja
diterima.Adapun
tinggi. 30 Polwan (42,86%) yang memilki
penelitian ini berdasarkan hasil analisis yang
kepuasan kerja rendah.
telah dilakukan adalah ada hubungan yang
Tingginya jumlah
anggota Polwan 40 (57,14%) yang memilki
sangat
hasil
uji
hipotesis
signifikan antara Work Family
kepuasan kerja dikarenakan adanya beberapa 58
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60
Conflict dengan Kepuasan Kerja pada Polisi
khususnya dan Polda Sumatera Selatan pada
Wanita (Polwan) Polda Sumatera Selatan.
umumnya. 2. Bagi Polda Sumatera Selatan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka
Tidak mudah untuk menjalani peran
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
ganda, sebagai wanita yang bekerja dan
yang sangat signifikan antara Work Family
sekaligus sebagai ibu rumah tangga, ada
Conflict dengan kepuasan kerja pada Polisi
banyak hal yang harus dipahami dan
Wanita (Polwan) Polda Sumatera Selatan,
dilaksanakan
selanjutnya besarnya sumbangan efektif
diharapkan kerjasama dan pengertian baik
yang diberikan oleh variabel Work Family
antar senior, junior dan atasan, agar semua
Conflict terhadap kepuasan kerja pada Polisi
dapat
Wanita (Polwan) Polda Sumatera Selatan
mendapatkan
adalah sebesar 14,5 %.
program yang dapat dilaksanakan, salah
secara
berjalan
bersamaan.Sangat
dengan
hasil
yang
lancer
dan
maksimal.Ada
satunya adalah reward berupa gathering bagi
Saran 1. Bagi Polwan Polda Sumatera Selatan
Polwan dan umroh bagi seluruh anggota
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
Polisi Sumatera Selatan yang memenuhi
masukan bagi pihak Kepolisian khususnya
penilaian dan persyaratan.
bagi Polisi Wanita (Polwan) yang berada di
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
lingkungan Polda Sumatera Selatan dalam
Peneliti tertarik melakukan penelitian
mengatasi masalah Work Family Conflict
yang
yang terjadi. Organisasi kepolisian juga
Conflict dengan Kepuasan kerja karena ingin
dapat memberikan pelatihan bagaimana
mengetahui secara langsung bagaimana
mengatasi Work Family Conflict, selain itu,
Work Family Conflict dan Kepuasan Kerja
paparan mengenai gambaran kepuasan kerja
Polisi Wanita yang ada di lingkungan Polda
polwan
memberikan
Sumatera Selatan. Kendala yang dialami saat
prosedur pekerjaan yang jelas, sehingga
melakukan peneltian ketika menyebarkan
mengurangi kesan birokratik yang ada dalam
angket, karena anggota Polwan mempunyai
organisasi,
meningkatkan
banyak tugas dan sulitnya meminta waktu.
kesempatan promosi dengan memperhatikan
Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat
kemampuan dengan prestasi yang dimiliki
menambah variabel lain yang tidak diteliti
karena bukan hal mudah untuk mencapai itu.
dalam penelitian ini.
misalnya
atau
dengan
dengan
berkaitan
dengan
Work
Family
Selain itu dapat juga memberikan reward sehingga diharapkan dapat memberikan semangat kepada para anggota Polwan Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja Pada …… (Dwi Huriyati)
59
DAFTAR PUSTAKA A.S. Munandar, Bertina Sjabadhyni dan Rufus Patty Wutun. (2004). Peran Budaya Organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan. Depok: Penerbit PIO Fakultas Psikologi UI
Rachmayani dan Joko Suyono. 2007. Pengaruh Ketidakamanan, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional terhadap Pengunduran Diri Pekerja. Jurnal Bisnis dan Manajemen vol 7, no 1:121-134.
As’ad. 2002, Psikologi Industri, Edisi Keempat, Penerbit: Gramedia, Jakarta
Ringgio, Ronald E. 2000. Introduction to Industrial/Organizational Psychology.Trird Edition.Printice Hall.Upper Saddle River. New Jersey.
Azwar, Saifuddin. 2006. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Shehan, C.L. 2003. Marriage and Families, 2ⁿᵈ ed.Boston: Allyn & Bacon
Davidoff, L. L. (1991). Psikologi Suatu Pengantar (edisi ke-2). Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Effendi, Winardi. 2009. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta Timur: Prenada Media.
Soemardi, Mulyanto. 2001. Sumber Pendapatan Pokok dan Penilaian Menyimpang. Jakarta:CV. Remaja Karya
Ferrinadewi, Erna. 2005. Merek dan Psikologi Konsumen : Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hackman, J.R., & Oldman, G.R. (2002). Development of the job diagnostic survey, Journal of Applied Physchology, 60, 159170 Hadi, Prof. Drs. Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: ANDI . 2004. Metodologi Reserch Jilid 3. Yogyakarta: Andi
Hoffman, L.W. & Nye.Et. All. 1992.Working Mothers. San Francisco: Jossey - Bass Publisher Jewell, L. N. & Siegall, M., (1998). Psikologi Industri/Organisasi Modern: Psikologi Penerapan Untuk Memecahkan Berbagai Masalah di Tempat Kerja, Perusahaan, Industri, Dan Organisasi, ed-2, hal 529. Jakarta: Arcan.
Spector, P.E., 2000. Industrial and Organization Psychology Reserch and Practice (second edition). New York: Jhon Wily & Sons, Inc. 2007. Job Satisfaction. USA: SAGE Publications, Inc Sugiyono, 2011.Statistika untuk Bandung: CV. Alfabeta.
Penelitian.
Thomas. L. T..amd D. C. Ganster. 2005. Impact of Family Supportive Work Variables on Work Family Conflict and Strain: A control perspective. Journal of Applied Psychology, Vol. 80 No.I, pp. 73-93. Wijono.(1993). Strategi Pengelola Ciputat: Quatumteaching.
Konflik.
Yuwono dan Khajar, Ibnu.(2005), Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pegawai Kejaksaaan Tinggi D.I. Yogyakarta.Jurnal Review Bisnis Indonesia Vol. 1.No. 1.Januari.7589.
Levy and weitz.2001, Retailing Management, Mc. Graw Hill, New York. Muhaimin. 2004. Komunikasi Jakarta: Bumi Aksara
60
Organisasi.
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 49-60