perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh: Maria Indratin S 840809018
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
Disusun oleh: Maria Indratin S 840809018 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. NIP 19461208 198203 1 001
___________
Pembimbing II Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. NIP 19612405 198901 1 001
.
___________
Mengetahui Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia,
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001 commit to user ii
Tanggal
_________
_________
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survei pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)
Disusun oleh: Maria Indratin S 840809018
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
: Prof. Dr. Herman J.Waluyo, M.Pd.
___________
___________
Sekretaris
: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd.
___________
__________
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd.
___________ ___________
2. Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd.
____________ ___________
Mengetahui
Ketua Program Studi
Direktur PPS UNS,
Pendidikan Bahasa Indonesia,
Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19440315 197804 1 001 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama
: Maria Indratin
NIM
: S840809018
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa
tesis berjudul adalah Hubungan
antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta) betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Maria Indratin
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. dr. H. Much Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan penelitian; 2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini; 3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi motivasi kepada peneliti untuk segera menyelesaikan tesis ini; 4. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd., sebagai Pembimbing I tesis ini
yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan; 5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., sebagai Pembimbing II tesis ini yang telah memberikan masukan dan saran-saran berharga demi kesempurnaan tesis ini;
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Sr. Florentia Mujiyati, OSU, Kepala SMA Regina Pacis Surakarta yang telah memberikan subsidi biaya studi, dorongan dan motivasi, serta izin penelitian di SMA Regina Pacis Surakarta; 7. Keluarga besar Yohanes de Deo Marto Suwarno, selaku orang tua peneliti yang telah memberi doa restu demi kelancaran studi lanjut yang saya tempuh; 8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada suami tercinta Drs. Anang Suparlan, anak-anak saya Filomena Hanindita Chandra Buana, Eleonora Hanindita Chandra Dewi, dan Digna Debby Widya Nanda yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan; 9. Rekan-rekan guru dan para siswa SMA Regina Pacis yang telah memberikan dukungan demi terwujudnya tesis ini. Akhirnya, peneliti hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Surakarta, Desember 2010 Peneliti,
M.I.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ………………………………………………………………..…
i
PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................
ii
PENGESAHAN PENGUJI …….. ............................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
DAFTAR ISI .............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
xiv
ABSTRAK .................................................................................................
xvi
ABSTRACT ...............................................................................................
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN …………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
5
D. Manfaat Penelitian .............................................................
5
1. Manfaat Teoretis .............................................................
5
2. Manfaat Praktis ..............................................................
6
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
8
A. Kajian Teori ......................................................................
8
1. Keterampilan Menulis Argumentasi................... ...........
8
a. Pengertian Keterampilan.............................................
8
b. Hakikat Menulis..........................................................
9
c. Tahap-tahap Menulis...................................................
13
d. Manfaat Menulis.......................................................
13
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman e. Tujuan Menulis..........................................................
15
f. Pengertian Argumentasi............................................
17
g. Dasar atau Landasan Argumentasi............................
20
h. Cara Menguji Data.....................................................
24
i. Cara menguji Fakta.....................................................
26
j. Cara Menilai Autoritas.................................................
27
2. Kemampuan Berpikir Logis.........................................
29
a. Hakikat Berpikir......................................................
29
b. Hakikat Penalaran..................................................
30
c. Hakikat Logika...........................................................
34
d. Jenis-jenis Penalaran...................................................
35
e. Hakikat Berpikir Logis...............................................
37
f. Tahap-tahap Berpikir Logis........................................
39
g. Argumen....................................................................
40
3. Minat Menulis................................................................
44
a. Pengertian Minat ........................................................
45
b. Aspek Minat ...............................................................
52
c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi..................................................
54
d. Faktor yang mempengaruhi Minat.............................
56
e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis.................
61
B. Penelitian yang Relevan .....................................................
66
C. Kerangka Berpikir ..............................................................
68
1. Hubungan Kemampuan Berpikir Logis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi...........................
68
2. Hubungan Minat menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi...................................................
69
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman 3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis secara bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi............................
BAB III
70
D. Hipotesis Penelitian ...........................................................
72
METODOLOGI PENELITIAN .............................................
73
A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................
73
1. Tempat Penelitian.........................................................
73
2. Waktu Penelitian .........................................................
73
B. Metode Penelitian .............................................................
74
C. Desain Penelitian.................................................................
74
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian..........................
75
1. Keterampilan Menulis Argumentasi...............................
75
2. Kemampuan Berpikir Logis...........................................
75
3. Minat Menulis................................................................
76
E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Sampling.......................
76
1. Populasi...........................................................................
76
2. Sampel............................................................................
77
3. Teknik Pengambilan Sampel........................................
77
F . Teknik Pengumpulan Data..................................................
77
G. Instrumen Penelitian.........................................................
78
1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi.....
78
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis...............
79
3. Instrumen Angket Minat Menulis................................
79
H. Hasil Uji Coba Instrumen...................................................
84
1. Hasil Analisis Validitas...............................................
84
2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen..........................
84
I. Teknik Analisis Data...........................................................
85
J. Hipotesis Statistik …………………………………………
86
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN ............................................................
88
A. Deskripsi Data ....................................................................
88
1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)...............
88
2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1).........................
90
3. Data Minat Menulis (X2)................................................
91
B. Pengujian Persyaratan Analisis......................................
92
1. Uji Normalitas Data......................................................
92
2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi...........................
93
C. Pengujian Hipotesis............................................................
96
1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi............................
96
2. Hubungan antara Minat menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi.....................................................
98
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi.............................
101
D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................
103
E. Keterbatasan Penelitian......................................................
104
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................
107
A. Simpulan....... ......................................................................
107
B. Implikasi .............................................................................
108
1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi
109
2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi......................
110
C. Saran ...................................................................................
111
1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis............................................................................... 2. Saran untuk Para Siswa..................................................
111
commit to user x
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman 3. Saran untuk Peneliti yang Lain.......................................
113
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
114
LAMPIRAN ………………………………………………………………
118
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian ……………………………….
73
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)
89
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)...........
90
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)..........................
91
Tabel 5.
Tabel Anava untuk Regresi Linear Yˆ = 77,818 + 0,223 X1 …….
97
Tabel 6.
Tabel Anava untuk Regresi Linear Yˆ = 69,996 + 0,104 X2 …….
99
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian Korelasi......................................................................................
71
Gambar 2.
Desain Penelitian ......................................................................
74
Gambar 3.
Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y).....................................................................
89
Gambar 4.
Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1).
90
Gambar 5.
Histogram Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2).......
91
Gambar 6.
Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X1 ……......
95
Gambar 7.
Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X2 ………
95
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1A
Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi .........
119
Lampiran 1B
Tes Keterampilan Menulis Argumentasi .......................
120
Lampiran 2A-1
Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Logis (Sebelum Ujicoba)........................................................................
121
Lampiran 2A-2
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis (Sesudah Ujicoba)……………………...................................
122
Lampiran 2B
Tes Kemampuan Berpikir Logis ....................................
123
Lampiran 3A-1
Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sebelum Ujicoba).....
135
Lampiran 3A-2
Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sesudah Ujicoba)......
136
Lampiran 3B
Angket Minat Menulis .... .....................................
137
Lampiran 4
Analisis Reliabilitas Ratings untuk Tes Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)................................................
144
Hasil Analisis Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis ....................................................
147
Hasil Analisis Uji Reliabiltas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis .....................................................
153
Hasil Analisis Uji Validitas Butir Angket Minat Menulis.......................................................................
156
Lampiran 6B
Hasil Analisis Uji Relibilitas Angket Minat Menulis ....
162
Lampiran 7
Data Induk Penelitian .....................................................
165
Lampiran 8A
Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Menulis Argumentasi …………………………………………
168
Lampiran 8B
Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis
171
Lampiran 8C
Hasil Uji Normalitas Data Minat Menulis…………
174
Lampiran 9
Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Regresi dan Korelasi (Sederhana, Ganda)..........................................
177
Hasil Analisis Data Deskriptif................................
180
Lampiran 5A Lampiran 5B Lampiran 6A
Lampiran 10
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Lampiran 11A
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X1.......
181
Lampiran 11B
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X2.......
182
Lampiran 12A
Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Sederhana Y atas X1................................................
183
Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Sederhana Y atas X2.................................................
189
Lampiran 13A.
Hasil Analisis Korelasi Sederhana X1 dan Y ..............
194
Lampiran 13B
Hasil Analisis Korelasi Sederhana X2 dan Y ..........
195
Lampiran 14A
Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X1 dan Y..............................................................................
196
Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X2 dan Y..............................................................................
197
Lampiran 15A
Hasil Analisis Regresi Ganda Y atas X1X2 ...................
198
Lampiran 15B
Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi Ganda Y atas X1X2...........................................................................
200
Lampiran 16A
Hasil Analisis Korelasi Ganda X1X2 dengan Y..............
201
Lampiran 16B
Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda X1X2 dan Y............................................................................
Lampiran 12B
Lampiran 14B
202
Lampiran 17A
Kontribusi X1 terhadap Y................................................
203
Lampiran 17B
Kontribusi X2 terhadap Y...............................................
204
Lampiran 17C
Kontribusi X1X2 terhadap Y............................
205
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Maria Indratin. S840809018. 2010. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi, (2) hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, dan (3) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta, bulan Juni hingga Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta. Sampel berjumlah 80 orang yang diambil dengan cara simple random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan menulis argumentasi, validitasnya menggunakan validitas isi dan reliabilitasnya mengggunakan reliabilitas ratings. Instrumen tes kemampuan berpikir logis validitasnya menggunakan r-point biserial dan reliabilitasnya menggunakan KR-20. Sementara itu, instrumen angket minat menulis, validitasnya menggunakan r-product moment dan reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana dan ganda). Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.1 = 0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); (2) ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.2 = 0,30 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); dan (3) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi (R y.12 =0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220). Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kemampuan berpikir logis dan minat menulis memberikan sumbangan yang berarti kepada keterampilan menulis argumentasi. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi keterampilan menulis argumentasi.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Maria Indratin. S840809018. 2010. The Correlation between The Ability of Logical Thinking and Writing Interest and The Skill of Argumentation Writing ( A Survey at Upper Secondary School Students of Regina Pacis in Surakarta. Thesis: Surakarta: Indonesian Education Study Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. This research aimed to determine the correlation between (1) the ability of logical thinking and the skill of argumentation writing, (2) writing interest and the skill of argumentation writing, and (3) both the ability of logical thinking and writing interest together and the skill of argumentation writing. The research was carried out at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta, from June to December 2010. The research method used was correlational survey. The population of the research were the second grade students at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta. The sample consisted of 80 students who were taken by using simple random sampling. The instruments used for data collection were: test for the skill of writing argumentation, its validity used content validity and its reliability used rating reliability. The validity of test instrument for logical thinking used r-point biserial and its reliability used KR-20. While the validity of polling instrument for writing interest used r-product moment and its reliability used Alpha Cronbach. The technique used for analyzing the data was the statistical technique of regression and correlation. The result of the study shows that: (1) there is a positive correlation between the ability of logical thinking and the skill of writing argumentation (r y1 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (2) there is a positive correlation between writing interest and the skill of writing argumentation (r y2 = .30 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (3) there is a positive correlation between both the ability of logical thinking and writing interest with the skill of writing argumentation (R y. 12 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220). The above results show that both the ability of logical thinking and writing interest simultaneously give significant contribution to the skill of writing argumentation. It means that both variables could be good predictors for the skill of writing argumentation.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi. Bahkan boleh dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan yang terdapat di suatu negara. Morsey (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 20), menyatakan bahwa tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami). Kejelasan tersebut tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah. Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006) dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional keberhasilan
dalam
peserta didik dan merupakan
penunjang
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
budaya yang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan
menemukan serta
menggunakan
keterampilan analisis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya. Terkait dengan hal di atas, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan dalam rangka meningkatkan kemampuam peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi keterampilan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Dalam komunikasi berbahasa, ada empat keterampilan berbahasa, meliputi (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat dengan prosesproses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Henry Guntur Tarigan. 1993: 1) Sebagaimana diketahui bahwa menulis merupakan satu bentuk komunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah mampu memanfaatkan grafologi, kosa kata, dan struktur bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis. Sebagian besar informasi dapat digali dari berbagai jenis atau bentuk tulisan. Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, menulis dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Melalui aktivitas menulis yang baik dan benar, siswa mampu menuangkan idenya dalam
sebuah tulisan. Sebaliknya, siswa juga mendapatkan sesuatu dari
aktivitas menulis yang ia lakukan. Semakin banyak gagasan
yang dapat
diungkapkannya, maka semakin baik pula keterampilan bernalar (reasoning) anak juga akan berkembang dengan pesat ketika siswa berhasil menuangkan informasi melalui tulisannya. Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006) salah satu Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/Ma kelas X adalah siswa dituntut mampu menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf argumentatif. Faktor lain yang terkait dengan mampu tidaknya siswa menulis, adalah minat siswa dalam menulis. Minat adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar karena tertarik atau tidak tertarik untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru harus dapat mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
minat siswa agar tercipta suasana yang dapat melahirkan kesenangannya untuk menulis. Sementara beberapa temuan di lapangan menunjukkan bahwa (1) masih sangat terbatasnya jumlah karya siswa dalam bentuk tulisan baik yang terbit melalui media majalah sekolah maupun melalui media massa cetak seperti surat kabar, (2) masih sangat terbatasnya siswa yang tertarik untuk mengikuti berbagai lomba kegiatan
menulis, (3) kurangnya motivasi siswa terhadap kegiatan menulis, (4)
adanya anggapan bahwa keterampilan menulis adalah bakat, (5) adanya kesan bahwa menulis itu kegiatan yang membosankan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas “Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi pada Siswa SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi? 2. Apakah terdapat hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi? 3. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan keterampilan menulis argumentasi? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. 2. Terdapat tidaknya hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. 3. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pengajar/guru dan siswa SMA Regina Pacis Surakarta pada khususnya, dan masyarakat pembaca secara luas dan pada umumnya.
1. Manfaat Teoritis Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan atau
informasi pada pembaca maupun para praktisi pendidikan bahasa tentang ada tidaknya hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan keterampilan menulis argumentasi, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama; seberapa besar kadar kekuatan hubungan di antara variabel bebas (kemampuan berpikir logis dan minat menulis) dan variabel terikat (keterampilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
menulis argumentasi). Selain itu, dapat memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran yang berkenaan dengan menulis argumentasi serta varaibel-variabel yang berperan dalam hubungannya dengan keterampilan menulis argumentasi siswa. Adapun sumbangan variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan menulis argumentasi tersebut, adalah kemampuan berpikir logis dan minat menulis. Hasil penelitian ini pun dapat juga bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa mendatang.
2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi tentang seberapa besar kadar kekuatan hubungan antara kedua belah variabel sehingga dengan mengetahui hasil itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan tentang apakah kemampuan berpikir logis dan minat menulis dapat diabaikan atau tidak dalam mengembangkan keterampilan menulis argumentasi siswa. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan besarnya sumbangan kemampuan berpikir logis dan minat menulis kepada keterampilan menulis argumentasi. Besarnya sumbangan kedua variabel tersebut dapat menunjukkan derajat pentingnya variabel-variabel itu terhadap keterampilan menulis argumentasi, dan dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi keterampilan
menulis argumentasi siswa. Selanjutnya, hasil
penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia khususnya di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
SMA Regina Pacis Surakarta dalam menentukan strategi pengajaran menulis argumentasi yang tepat sehingga tujuan pengajaran keterampilan berbahasa, utamanya keterampilan menulis argumentasi dapat dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori Pada Bab II ini dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang relevan dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu (1) teori keterampilan menulis argumentasi, (2) teori kemampuan berpikir logis, dan (3) teori minat menulis.
1. Keterampilan Menulis Argumentasi Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang terkait dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk maksud tersebut, secara berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian keterampilan, (b) hakikat menulis, (c) tahap-tahap menulis, (d) manfaat menulis, (e) tujuan menulis, (f) pengertian argumentasi, (g) dasar atau landasan argumentasi, (h) cara menguji data, (i) cara menguji fakta, dan (j) cara menilai autoritas.
a. Pengertian Keterampilan Menurut Gagne dan Briggs (1979: 49-50) terdapat lima kategori keluaran belajar: (1) keterampilan intelektual (intellectual skill), (2) pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy), (3) informasi verbal (verbal information), (4) keterampilan motorik (motor skill), dan (5) sikap (attitudes). Kata keterampilan yang melekat pada frasa (kelompok kata) “keterampilan commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
menulis cerita pendek” pada penelitian ini memiliki acuan pengertian yang sepadan dengan salah satu kategori keluaran belajar yang disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel (1991: 73), yang dimaksud keterampilan intelektual ialah keterampilan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Menurut Muhibbin Syah (2000: 119) keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi, keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam mendayagunakan segala fungsi mental/kognitifnya untuk mencapai hasil secara maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan penelitian ini, bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otot tubuh seseorang. Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis argumentasi di sini diartikan sebagai kecekatan seseorang (siswa) dalam hubungannya dengan bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah karangan yang berbentuk argumentasi.
b. Hakikat Menulis Menulis merupakan satu keterampilan berbahasa
yang produktif dan
ekspresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka. Henry Guntur Tarigan (1993: 21) menyatakan menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dengan kata lain, menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Sementara itu, McCrimmon (dalam St.Y.Slamet, 2009:96) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya, menulis itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan
ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam
bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai. Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah (1997: 13), menulis merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Lebih jauh Bell dan Barnaby (dalam Nunan, 1989: 141) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks untuk menunjukkan pengaturan sejumlah variabel secara bersamaan. Kedua variabel yang berlangsung secara bersamaan tersebut,yaitu (1) variabel di dalam kalimat yang mencakup isi, susunan, diksi, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf, dan (2) variabel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
di luar kalimat yang terdiri atas penyusunan dan penggabungan kalimat menjadi paragraf. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1987: 270-271), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan
kemampuan
menulis
menghendaki
penguasaan
berbagai
unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Dalam kegiatan menulis, menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut tata ejaan. Unsur situasi dan paralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi berbicara, tak dapat dimanfaatkan dalam menulis. Karangan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kata-kata bahasa yang teratur merupakan manivestasi pikiran yang teratur pula. Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil penelitian terdahulu. Christine Hockings 1998 “Developing Journal Writing Skills in Undergraduates: the need for Journal Workshops”. Journal of Working Paper 020/98 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Series September 1998. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini dikemukakan bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan dari keterampilan kognitif pada level tinggi. Dijelaskan bahwa menulis adalah unik yang menuntut penulis menggunakan tiga model dari belajar,yaitu
mengejakan,
modeling, dan simbolisasi secara berkesinambungan (simultan). Proses menulis memaksa penulis untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggap akan informasi dan pengalaman baru, hasil tulisan memenuhi basis atau dasar untuk menyusun konsep, peningkatan identifikasi, modeling, dan perencanaan untuk penerapan di masa yang akan datang mengenai ide dan teori. Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, Burhan Nurgiyantoro (1987:273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa.
Dilihat
dari
pengertian
secara
umum,
menulis
adalah
aktivitas
mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua menekankan unsur gagasan. Kedua unsur tersebut hendaknya diberi penekanan yang sama. Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain (pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c. Tahap-hahap Menulis Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Menurut Proett dan Gill (1986), ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah (1997:20) menjelaskan kegiatan menulis adalah suatu proses yang berarti melakukan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan tiga fase, yaitu (1) fase prapenulisan (persiapan), (2) fase penulisan (pengembangan isi kerangka), dan (3) fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan). Masing-masing fase harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan harus dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Kegiatan kepenulisan sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti menuju pada suatu simpulan (Anton Moeliono,1989:124125). Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan).
d. Manfaat Menulis Kegiatan menulis memiliki banyak manfaat. Menurut Graves (dalam Suparno dan Mohammad Yunus,2002:1.4) manfaat menulis meliputi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
1) Meningkatkan kecerdasan Dikatakan
meningkatkan
kecerdasan
karena
ketika
menulis,
siswa
mengembangkan gagasannya dengan penalaran, yaitu menghubungkan fakta, membandingkannya, dan menggunakan struktur bahasa yang logis agar dapat dipahami pembaca. 2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatif Pengembangan gagasan pokok menjadi informasi yang lebih rinci dikemas ke dalam kalimat-kalimat yang efektif agar pembaca dapat menangkap pesan yang disampaikan penulis. Untuk itu diperlukan daya inisiatif dan kreatif yang tinggi. 3) Menumbuhkan keberanian Kegiatan menulis memupuk keberanian untuk berpendapat. Kegiatan menulis diawali dengan penentuan masalah yang dihadapi penulis. Dengan membaca literatur penulis memperoleh masukan dan saran pemecahannya. Penulis dituntut untuk berani membuat keputusan menurut perasaan, pikiran, dan gaya penuangan gagasan yang mungkin berbeda satu dengan yang lain. Penulis juga harus berani menghadapi berbagai kritik dari pembaca karena akan muncul penilaian dari pembaca. 4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi Kegiatan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Bahan yang akan ditulis adalah informasi. Informasi ditulis dari berbagai sumber. Makin banyak sumber yang dibaca, didengar, maka akan semakin memantapkan penulis dalam mengambil keputusan dan semakin dapat dipercaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
e. Tujuan Menulis Kegiatan menulis memiliki berbagai macam tujuan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1993:23-25) ada beberapa tujuan kegiatan menulis. Tujuan tersebut meliputi : 1) memberitahukan atau mengajar yang kemudian disebut dengan wacana informatif (informative discourse). 2) meyakinkan atau mendesak yang kemudian disebut dengan wacana persuasif (persuasive discourse). 3) menghibur atau menyenangkan yang kemudian disebut dengan tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). 4) mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api yang kemudian disebut dengan wacana ekspresif (expresive discourse). Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya sebagai berikut : 1) assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2) altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan, menghindarkan kedukaan, menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. 5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. 6) creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973 : 309-311).
f. Pengertian Argumentasi Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1985 : 3). Dalam ilmu pengetahuan, argumentasi merupakan usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai sesuatu hal. Georgacarakos, G.N. dan Robin Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau membujuk (persuading). Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya (disebut kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis). Argumen dapat digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk mempercayai suatu pernyataan. Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat yang bisa benar atau salah. Menurut Stephen Naylor Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan. Beralasan (reasoning) adalah berbagai wacana dimana commit to user
beberapa pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
diberikan sebagai alasan untuk sebuah kesimpulan. Untuk menerima beberapa pernyataan memang benar dengan dasar mendukung alasan, atau menawarkan / mempertimbangkan alasan untuk dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah hal yang berkaitan dengan reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning). Berkaitan dengan teori tentang argumentasi, telah dikemukakan hasil penelitian terdahulu. Lesley A. Rey, Ebony Elizabeth Thomas, dan Steven Engel 2010; 99.6. pg 56-62. “English Journal: Applying Toulmin: Teaching Logical Reasoning and Argumentative Writing.Juli 2010. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini dikemukakan bahwa argumentasi adalah suatu proses membentuk logika atau alasan-alasan yang masuk akal dari serentetan ide yang bersifat persuasif bagi pembaca/pendengar. Salah satu cara untuk memahami definisi persuasif adalah menganggapnya sebagai suatu alasan-alasan yang menjelaskan bagaimana sesuatu seharusnya. Kita dibujuk dikarenakan penjelasan yang ada sesuai dengan kerangka berpikir kita. Menulis argumen dimulai dengan membentuk suatu sikap / perasaan hati-hati terhadap sesuatu untuk suatu tujuan dan pembaca tertentu. Orang yang ingin berargumen secara efektif pertama-tama harus mempertimbangkan dimana mereka berada, dan kemudian secara terorganisir mengumpulkan ide-ide dan informasi untuk membujuk pembaca dengan sudut pandang mereka. Supaya lebih meyakinkan, alasan-alasan yang diajukan harus dilengkapi dengan ide-ide, informasi, atau buktibukti yang secara sengaja dipilih. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Pengetahuan siswa mengingatkankita bahwa tugas kita tidak mengajari mereka bagaimana berargumen atau bahkan pentingnya berargumen. Sebaliknya, tantangan kita adalah meyakinkan mereka untuk berargumen dalam tulisan akademik. Tiga pertanyaan yang dapat membantu seseorang dengan hati-hati memilih sikap: 1) Sudut pandang: Bagaimana saya melihat dan memahami apa yang sedang saya pelajari? 2) Pernyataan: Apa yang benar dan seharusnya diketahui tentang subyek ini? 3) Permintaan: Apa yang seharusnya dipahami pembaca tentang subyek ini? Bukti yang terpercaya dan meyakinkan seharusnya memenuhi empat syarat: 1) Apakah bukti tersebut kredibel? 2) Apakah bukti itu mencukupi? 3) Apakah bukti itu akurat? 4) Urutan bukti mana yang terbaik? Warrants (2005: 25) menjelaskan bahwa pembenaran adalah alasan yang menghubungkan bukti-bukti dan sikap. Menemukan pembenaran adalah yang paling sulit karena ini adalah tahap dimana kita meminta siswa untuk mengungkapkan dalam kata-kata pemikiran bawah sadar mereka sebelumnya dan menggunakan kerangka berpikir yang baru bagi mereka. Pembenaran yang efektif membujuk pembaca akan hubungan antara pernyataan yang dibuat dengan bukti-bukti. Mengajar siswa untuk menulis hubunganhubungan tersebut melibatkan sesi pertanyaan yang menuntut siswa mengungkapkan alasan mereka sampai mereka menginternalisasi pertanyaan-pertanyaan itu untuk diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
mereka. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan: 1)
Apa alasanmu untuk memilih bukti-bukti ini untuk mendukung sikapmu?
2)
Mengapa kamu berpendapat bahwa bukti ini cocok / mendukung sikap yang kamu ambil?
3)
Bagaimana bukti-bukti ini yang telah kamu pilih berhubungan satu sama lain? Akhirnya, untuk belajar menulis argumen persuasif yang masuk akal, siswa
perlu belajar berpikir melalui kompleksitas dan komplikasi suatu permasalahan / subyek / isu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan secara hirarki mengelompokkan dan secara logis, mengurutkan ide-ide. Siswa sangat tergantung pada guru untuk memungkinkan hal ini terjadi. Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah suatu retorika yang berupa bukti-bukti yang digunakan untuk menarik suatu simpulan yang akhirnya mampu mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain.
g. Dasar atau Landasan Argumentasi Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta atau evidensi itu dapat dijalin dalam
metode-metode sebagaimana
dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia dapat merangkai suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa hal penting yang menjadi landasan argumentasi. Beberapa hal penting tersebut, menurut Gorys Keraf (1985: 5), adalah sebagai berikut: 1)
Penalaran Penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai
hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Penalaran (reasoning), jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubunghubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari penalaran. 2) Proposisi Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat dan kesimpulan. Penalaran dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya. Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. 3) Inferensi dan Implikasi Fakta adalah apa saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orangorang tentangnya. Sebaliknya pendapat merupakan kesimpulan (inferensi), penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta atau fakta-fakta itu. Sebab itu setiap ucapan yang bersifat faktual, atau suatu pernyataan yang didasarkan atas fakta, harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau yang mustahil. Sebaliknya pendapat atau kesimpulan hanya dapat diterima atau ditolak karena kebenaran atau kemustahilan faktanya dan cara menghubung-hubungkan fakta itu secara absah. Kata inferensi berasal dari kata latin infrre yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah diragukan dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari simpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dan evidensi(= implikasi), dan simpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi(= inferensi). 4) Evidensi Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap
pembaca
sudah
mengetahui
fakta-faktanya,
serta
memahami
sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh seseorang kepada orang lain, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan kebenarannya. Untuk itu pembicara harus mengadakan pengujian atas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat kapal musuh mendarat di sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi. Kalau sebuah surat kabar memberitakan bahwa ekspor Indonesia bulan Oktober mencapai 500 juta dollar, itu baru merupakan data. Dalam kedua kasus perlu didakan penyelidikan lebih lanjut untuk mendapatkan sebuah fakta, yaitu apakah sungguh-sungguh musuh sudah mendarat di pantai tadi; apakah memang benar ekspor Indonesia bulan Oktober 500 juta dollar, bagaimana perinciannya, barang apa saja yang diekspor, ke negara mana dan sebagainya.
h. Cara Menguji Data Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukanya yang pasti sebagai fakta, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujianpengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pegujian tersebut. 1). Observasi Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakan sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk commit to user
mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu. 2). Kesaksian Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas objek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Kesaksian di sini tidak hanya mencakup apa yang didengar langsung dari seseorang yang mengalami sesuatu peristiwa, tetapi juga diketahui melalui buku-buku, dokumen-dokumen, dan sebagainya. 3). Autoritas Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autotoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai
dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Autotoris
dengan demikian dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atau kelompok yang dianggap berwenang untuk itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
i. Cara Menguji Fakta Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau informasi yang telah kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian-penilaian tingkat pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu. 1) Konsistensi Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. 2) Koherensi Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis mengcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
inginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya, maka secara kosekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
j. Cara Menilai Autoritas Yang dapat dilakukan adalah membanding-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan sesuatu pendapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut: 1) Tidak Mengandung Prasangka Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. 2) Pengalaman dan Pendidikan Autoritas Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperolehnya harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian-penelitian yang dilakukannya dan presentasi hasil-hasil penelitian dan pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama di atas harus juga diperhatikan. 3) Kemasyuran dan Prestise Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan/pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemasyuran dan prestise pribadi di bidang lain. 4) Koherensi dengan Kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan keterampilan menulis argumentasi adalah kesanggupan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa Indonesia tulis dengan jelas, didukung oleh organisasi isi atau bahasa yang baik, tata bahasa (struktur) yang benar, pilihan kata dan ejaan yang tepat dengan bertujuan untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dengan jalan mengemukakan alasan dan bukti-bukti yang kuat tentang suatu kebenaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2. Kemampuan Berpikir Logis Pada subbab ini
akan dideskripsikan konsep-konsep atau
teori-teori
yang terkait dengan kemampuan berpikir logis. Untuk maksud tersebut, secara berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) hakikat berpikir, (b) hakikat penalaran, (c) hakikat logika, (d) jenis-jenis penalaran, (e) hakikat berpikir logis, (f) tahap-tahap berpikir logis, dan (g) argumen
a. Hakikat Berpikir Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai kenyataan-kenyataan yang menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat atau pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal suatu bahasa. Ini berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Menurut Gorys Keraf (1980: 49), unsur lain adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami. Dikatakan dengan tegas oleh Jujun S. Suriasumantri (1993 : 43) bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya itu bersumber pada pengetahuan yang diperolehnya melalui kegiatan berpikir dan merasakan. Berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk berpikir tersebut, perlu dijelaskan arti kata berpikir dan penalaran. Menurut Poespoprodjo dan T. Gilarso (1985 : 4), berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk "mengolah” pengetahuan yang telah diterima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dalam batin. Dengan kata lain, berpikir adalah suatu kegiatan berbicara dengan diri sendiri (Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, 1986 : 1-2). Oleh Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan (1986 : 1-2) dijelaskan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, secara umum mereka menggunakan istilah pemikiran, yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang telah diketahui. Sesuatu yang telah diketahui merupakan data atau bahan pemikiran, sedangkan sesuatu yang belum diketahui merupakan konklusi yang akan diperoleh dari pemikiran. Melalui aktivitas berpikir, manusia mengkaji perihal bendabenda, gejala-gejala, dan peristiwa-peristiwa untuk kemudian menarik kesimpulan berupa ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia memperoleh kebenaran. Pendapat lain yang tidak kalah pentingnya dikemukakan oleh Jujun S. Suriasumantri (1993 : 42) bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pendapat-pendapat tersebut mempunyai kesamaan. Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan akal yang dilakukan oleh manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar.
b. Hakikat Penalaran Kegiatan
berpikir
yang
mempunyai
karakteristik
tertentu
dalam
menemukan kebenaran disebut penalaran. Lebih tegas lagi dijelaskan pula bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Pengetahuan yang dihasilkan tersebut merupakan pengetahuan yang benar. Namun, apa yang disebut benar bagi tiap orang tidak sama. Oleh karena itu, kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun berbeda-beda. Tiap jalan pikiran memiliki kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran itu merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut (Jujun S. Suruasumantri, 1993 : 42). Menurut Herman J. Waluyo (1989: 3),penalaran adalah kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Selanjutnya, sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri penanda: (1) adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika, dan (2) mempunyai sifat analitik dalam proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan (Zainal Arifin dan Amran Tasai, 1991 : 160). Sementara itu, Jos Daniel Parera (1982 : 77) mengemukakan bahwa penalaran adalah proses berpikir untuk mencapai satu kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau pernyataan-pernyataan. Menurut Angelo (1980 : 241), penalaran merupakan penarikan kesimpulan dari pengamatan, fakta-fakta, atau hipotesis. Pendapat lain menyatakan bahwa penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Anton M. Moeliono, 1989 : 124-125). Definisi-definisi tersebut memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
makna bahwa dalam mengomunikasikan gagasan atau ide diperlukan proses berpikir, yaitu bernalar. Sementara Gorys Keraf (1995: 5) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensievidensi yang diketahui menuju kepada suatu simpulan. Selanjutnya, Gorys Keraf (1990 : 5), menjelaskan bahwa penalaran merupakan salah satu proses berpikir yang mengikuti cara-cara, langkah-langkah, dan syarat-syarat tertentu sedemikian rupa untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diandalkan. Masalah penalaran, yaitu masalah bagaimana mermuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari proses berpikir bagaimana merangkaikan kata-kata, kalimat-kalimat, atau simpulansimpulan individual menjadi simpulan umum. Jalan pikiran manusia pada hakikatnya sangat kompleks yang dapat terdiri dari mata rantai evidensi dan berbagai kesimpulan. Agar suatu penalaran dapat menghasilkan suatu simpulan yang benar dan sah, penalaran tersebut harus memenuhi persyaratan: (1) berpangkal pada kenyataan; (2) alasan-alasan yang diajukan harus tepat; (3) semua alasan yang berupa fakta atau pemikiran dalam bentuk rangkaian langkah disusun secara logis menjadi suatu jalan pikiran; dan (4) hubungan antara titik pangkal dan kesimpulan harus logis (Poespoprojo, 1985: 13). Pendapat lain, dikemukakan oleh Thomas (1986 : 10) bahwa penalaran merupakan suatu pernyataan yang diberikan pada sebuah pembenaran, atau penjelasan terhadap suatu dugaan, harapan, atau fakta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Leahey dan Harris (1997 : 229), berpendapat bahwa penalaran adalah proses penarikan kesimpulan logis berdasarkan fakta atau premis yang ada; sedangkan Suhendar dan Supinah (1992 : 44) mengatakan bahwa penalaran adalah kegiatan berpikir yang lebih tinggi yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, serta bertujuan untuk sampai pada kesimpulan. Sejalan dengan pendapat terdahulu, Poespoprojo dan Gilarso (1985 : 8) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal atau lebih yang berdasarkan pada alasan-alasan dan langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang bertolak pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik penalaran merupakan konskuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Dalam bidang keilmuan, kegiatan berpikir dilakukan secara sistematis dan didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, kegiatan penalaran yang dilakukan dalam bidang keilmuan adalah proses berpikir logis. Berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan lain menurut logika tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
c. Hakikat Logika Logika didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Jujun S. Suriasumantri, 1993 : 42-46). Selanjutnya, pengertian logika ini secara singkat dikatakan oleh Alex Lanur (1983 : 7) sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Kemudian, Anton M. Moeliono (1989 : 124125) juga mengatakan bahwa logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir. Sementara itu, Irving M. Copi sebagaimana dikutip oleh Mundiri (1996 : 2), menyatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukumhukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Pada bahasan selanjutnya, Mundiri (1996 : 15) mengatakan bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. dari pernyataan tersebut tercermin bahwa manusia menggunakan prinsip logika dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak. Dengan logika, manusia dapat berpikir secara benar lepas dari prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena logika dapat mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani. Seorang yang memiliki jalan pikiran yang tepat sesuai dengan aturan logika berarti ia memiliki pemikiran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat W.Poespoprodjo dan T.Gilarso (1985: 4), yang mengatakan bahwa suatu jalan pikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika, disebut “logis”, sedangkan jalan pikiran yang tidak mengindahkan patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat, dan dari pikiran yang tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.
d. Jenis-jenis Penalaran Dalam tulisan ilmiah ini, dikemukakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala,kemudian berdasarkan prinsip tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala tersebut. Herman J. Waluyo (1989: 20) menyatakan bahwa penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus. Sementara, penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum maupun kesimpulan yang bersifat umum berdasar fakta-fakta khusus. Herman J. Waluyo (1989: 16) menyatakan bahwa penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Proses penalaran induktif memiliki beberapa variasi antara lain generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Sementara itu, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Sabarti Akhadiah (1988: 3) menyatakan bahwa analogi induktif adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus yang lain yang memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Di samping analogi induktif, dikenal juga apa yang disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas. Gorys Keraf (1995: 48) menyatakan bahwa analogi penjelas adalah suatu metode untuk menjelaskan hal yang tidak dikenal dengan mempergunakan atau membandingkannya dengan sesuatu hal yang lain yang sudah dikenal. Sebagai metode penjelasan, analogi deklaratif merupakan suatu cara yang sangat bermanfaat, karena gagasan yang bari itu dapat diterima bila dihubungkan dengan apa yang sudah diketahui. Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu penalaran dari sebab ke akibat, penalaran dari akibat ke sebab, penalaran dari akibat ke akibat. Ketiga pola hubungan kausal tersebut dapat dipakai secara bergantian dalam sebuah tulisan. Di samping penalaran, unsur yang memiliki hubungan erat dengan tulisan argumentasi adalah logika. Menurut pengertian sehari-hari, logika adalah ”menurut akal sehat”. Soekadijo (1991: 3) menyatakan bahwa sebagai istilah, logika berarti metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Herman J. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Waluyo (1989: 29) berpendapat bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat. Kejelasan, keruntutan, dan ketepatan penggunaan kata-kata dalam berbahasa berhubungan dengan kemampuan penalaran seseorang. Jadi, dengan dimilikinya kemampuan logika yang baik akan sangat mendukung seseorang dalam mengemukakan argumentasi dengan baik, runtut, dan sah. Pendapat-pendapat pakar tersebut tidaklah jauh berbeda, tetapi pada hakikatnya sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat dengan dimasukkannya aktivitas berpikir dalam proses bernalar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa inti dari bernalar adalah berpikir.
e. Hakikat Berpikir Logis Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar Arsyad, dan Sakura Ridwan (1988: 102109), berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis seseorang. Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan bagi siapa pun. Hasil berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis. Sebenarnya, tidak dapat dipahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk tulisan, ucapan, atau isyarat. Kata-kata yang dituliskan mewakili pikiran bukan sekedar coretan pena belaka, namun merupakan susunan kata yang memuat pikiran. Oleh sebab itu, perlu dipelajari logika, karena logika dapat membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
kebenaran dan menghindari kekeliruan. Manusia mendasarkan diri atas prinsip dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seorang. Karena itu, logika dapat mendidik manusia bersikap objektif tegas dan berani. Sikap seperti inilah yang dibutuhkan dalam segala situasi dan kondisi. Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) logis, artinya sebagai kegiatan berpikir yang menurut suatu pola tertentu, atau sesuai dengan logika; dan (2) analitik, artinya sebagai kegiatan berpikir dengan alur atau langkah-langkah tertentu. Sebaliknya, cara berpikir yang tidak termasuk kedalam penalaran, seperti intuisi bersifat tidak logis dan tidak analitik. Herman J. Waluyo (1989: 29) menyatakan bahwa berpikir kritis erat hubungannya denga logika, sebab berpikir kritis merupakan objek material logika. Lebih lanjut, Herman J. Waluyo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir akal budi manusia. Menurut Carney dan. Scheer (1980: 3-14), logika pada dasarnya adalah ilmu tentang argumen dan metode yang menentukan bilamana argumen benar atau salah. Argumen adalah serangkaian pernyataan dengan sebuah kesimpulan. Serangkaian pernyataan ini terdiri dari dua atau lebih pernyataan yang disebut premis. Setiap argumen berisi satu kesimpulan dan paling tidak satu premis. Berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis. Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan bagi siapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pun. Hasil dari berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis. (Jamaluddin Kafie,1989: 41).
f. Tahap-hahap Berpikir Logis Menurut Sumadi Suryabrata (1989: 54-56), proses berpikir logis pada pokoknya terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) tahap pebentukan pengertian, 2) tahap pembentukan pendapat, dan 4) tahap penarikan kesimpulan. 1)
Pada tahap pembentukan pengertian. Proses pembentukan pengertian
dimulai dari pemahaman terhadap suatu objek. Orang yang tidak memahami suatu objek tidak akan menarik suatu pengertian terhadap objek tersebut. Objek tersebut dapat berupa benda-benda (orang), peristiwa-peristiwa, dan fenomena-fenomena atau persepsi yang diperoleh. Tahap pembentukan pengertian logis dapat dibentuk melalui empat langkah, yaitu: (1) dengan cara menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Misalnya, jika kita ingin membentuk pengertian tentang manusia, kita harus menganalisis ciri-ciri manusia itu; (2) dengan cara membanding-bandingkan ciri-ciri yang telah diperoleh. Proses perbandingan ini untuk mengetahui ciri-ciri yang sama dan ciri-ciri yang tidak sama, ciri-ciri yang selalu ada, dan tidak ada, ciri-ciri yang hakiki dan yang tidak hakiki; (3) dengan cara mengabstraksikan. Cara ini dimaksudkan untuk mengambil ciri-ciri yang mempunyai kesamaan sebagai dasar untuk membentuk pengertian; (4) berdasarkan ketiga langkah tersebut ditariklah pengertian tentang objek yang diamati. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2) Tahap pembentukan pendapat. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan pengertian. Pada tahap pembentukan pendapat, pengertian-pengertian yang telah diperoleh pada tahap pertama dicoba menghubung-hubungkannya. Berdasarkan hubungan tersebut ditariklah suatu pendapat. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat. Dengan demikian, pada hakikatnya sebuah alinea adalah gabungan dari beberapa pendapat, karena dalam alinea atau paragraf terdapat beberapa kalimat. 3)
Tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, diperolehnya suatu
pendapat bukan berarti kegiatan berpikir logis telah selesai, justru itulah inti kegiatan berpikirlogis dimulai, yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan pendapat akhir dari kegiatan berpikir logis. Dalam berpikir logis, penarikan kesimpulan tersebut sesuai dengan teori yang dilakukan secara induktif, deduktif, dan analogi. Berkaitan dengan penarikan kesimpulan ini, Garlikov menjelaskan bahwa untuk membuat pernyataan (kesimpulan) yang benar diperlukan bukti-bukti yang aktual, cukup
dan
sesuai
dengan
apa
yang
dinyatakan.
(http://www.educ.kent.
edu/deafed/b990423.htm).
g. Argumen Banyak argumen yang tidak sepenuhnya dinyatakan. Simpulan satu atau lebih premis atau dua-duanya mungkin tidak dinyatakan. Argumen ini disebut entimem (Enthymemes). Sebuah premis dihilangkan karena hal ini jelas kepada siapa argumen dinyatakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Premis yang mengikuti membuat argumen sebelumnya menjadi benar. Sebuah aturan untuk menyediakan premis yang hilang ini disebut Principle of Charity. Ini adalah aturan dimana seseorang seharusnya menyediakan premis yang hilang karena meletakkan argumen pada tempat yang sesuai. Dalam argumen deduktif, kesimpulan yang ditarik dari premis-premis menjadi kesimpulan yang tidak mungkin bagi premis-premis itu benar dan kesimpulannya salah ; sedangkan karakteristik argumen induktif adalah bahwa kesimpulan dari sebuah argumen merupakan kesimpulan yang ditarik dari premis dengan syarat bahwa hal ini mungkin terjadi jika kesimpulannya salah walapun diketahui kebenaran setiap premis. Tingkat ketidakmungkinan bervariasi dari argumen satu dengan yang lain. Dalam argumen, orang tidak berharap bahwa kesimpulan pasti benar jika premisnya benar. Premis semata-mata memberikan bukti untuk mendukung kesimpulan dan tidak lebih dari itu. Argumen deduktif dikatakan valid bagi premis benar dan kesimpulannya salah. Georgacarakos dan Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa apa yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau membujuk (persuading). Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat yang bisa benar atau salah. Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya (disebut kesimpulan) ditarik
dari pernyataan lainnya (disebut premis). Argumen dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk mempercayai suatu pernyataan. Sedangkan logika adalah studi tentang bagaimana kita sebaiknya membentuk argumen. Argumen yang valid adalah argumen yang ditarik dari premis. Sound Argumen adalah argumen yang valid dimana premis-premisnya benar. Untuk menyatakan bilamana argumen itu valid, yang dapat dilakukan adalah menentukan kesimpulan yang benar yang ditarik dari premis-premis yang ada. Definisi bentuk argumen adalah suatu rangkaian pernyataan (masing-masing disebut premis) dan sebuah pernyataan lagi yang disebut kesimpulan. Untuk menentukan bentuk argumen, menggunakan prosedur berikut ini: (1) menyingkat pernyataan argumen dan kemudian kita membuat pernyataan dari argumen-argumen itu. Akan tetapi,kita harus mempunyai suatu cara untuk menentukan pernyataan yang merupakan kesimpulan dan yang merupakan premis. Ada dua aspek dalam masalah ini, yaitu (a) kita harus mampu mengidentifikasi premis dan kesimpulan,(b) kita harus memiliki suatu cara untuk mempresentasikan hal ini dalam bentuk argumen. Dua masalah ini cukup mudah diselesaikan karena argumen
hamyalah suatu rangkaian pernyataan dan sebuah
pernyataan. Yang harus kita lakukan adalah mendata pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam argumen dan menandai salah satu premis. Menurut Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan. Beralasan (reasoning) adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
berbagai wacana dimana beberapa pernyataan diberikan sebagai alasan untuk sebuah kesimpulan. Untuk menerima beberapa pernyataan memang benar dengan dasar mendukung alasan, atau menawarkan atau mempertimbangkan alasan untuk dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah hal yang berkaitan
dengan
reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning) Begitu wacana yang berisi alasan-alasan terbentuk, langkah berikutnya adalah menentukan arahnya. Untuk melakukan hal ini, kita karus memutuskan pernyataan dalam wacana yang berfungsi sebagai alasan untuk pernyataan lain dan pernyataan yang merupakan kesimpulan. Alasan utama adalah alasan-alasan yang tidak dengan sendirinya didukung oleh alasan-alasan lain dalam wacana. Alasan-alasan ini merupakan dasar kesimpulan terbentuk. Baum dan Wieck (1981: 122-123) menjelaskan bahwa suatu argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya merupakan kesimpulan yang didukung oleh pernyataan-pernyataan lainnya yang disebut premis. Ada dua macam argumen yaitu deduktif dan induktif. Argumen deduktif yang valid, premis-premisnya meyediakan dukungan mutlak untuk suatu kesimpulan entah premis-premis itu benar atau salah. Validitas argumen deduktif dapat dievaluasi berdasarkan bentuk logikanya daripada isinya. Suatu argumen yang secara deduktif tidak valid membentuk argument induktif. Premis-premis dalam argumen induktif tidak menyediakan dukungan mutlak terhadap kesimpulan. Serangkaian pernyataan yang dimaksudkan sebagai argumen deduktif dapat menjadi argumen induktif dan sebaliknya. Argumen deduktif harus valid dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
kebenaran semua premis-premisnya harus dipertahankan. Akan tetapi karena menentukan kebenaran premis membutuhkan pengetahuan yang khusus, para pemikir akan memfokuskan diri dalam mengevaluasi validitas daripada aspek lainnya. Untuk menentukan suatu argumen baik atau tidak, harus mempertimbangkan kebenaran premis-premisnya dan kemungkinan kesimpulan. Kita dapat mengatakan sebuah argumen induktif kuat bilamana dibandingkan dengan argumen-argumen yang mungkin dapat memberikan dukungan terhadap kesimpulannya. Argumen tertentu ini lebih kuat dibandingkan yang lainnya. Tidak seperti argumen deduktif, argumen induktif dapat diperkuat atau dilemahkan dengan informasi tambahan. Berdasarkan beberapa pendapat dan konsep teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa pada hakikatnya yang dimaksudkan dengan kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas berpikir dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan sistematika yang tepat dan benar sesuai dengan logika tertentu. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisa argumen dalam konteks kehidupan sehari-hari, termasuk mengidentifikasi dan memformulasikan subargumen dan mengetes validitas kekuatan deduktif atau induktif.
3. Minat Menulis Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang terkait dengan minat menulis. Untuk maksud tersebut, secara berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian minat, (b) aspek minat, (c) pengaruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
minat menulis terhadap keterampilan menulis argumentasi, (d) faktor yang mempengaruhi minat, (e) aspek yang diukur dalam minat menulis
a. Pengertian Minat Istilah minat dapat diartikan bermacam-macam oleh para pakar psikologi. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Anak akan berkembang ke arah positif terhadap minat atau tidak berminat terhadap sesuatu. Sesuatu yang menaruh minat itu tidak hanya menyenangkan atau dapat mendatangkan sesuatu kepuasan baginya (Purwanto, 1988 : 66). Menurut
Tidjan (1977: 71) minat adalah gejala psikis yang menunjukkan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek. Dengan minat yang tinggi, suatu kegiatan akan memperoleh prestasi yang baik, karena kegiatan yang dilakukannya akan selalu disertai dengan perhatian yang tinggi dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha sekuat tenaga dengan menggunakan berbagai fasilitas yang ada agar tujuan yang diinginkan tercapai. Sementara itu, kurangnya minat seseorang terhadap suatu objek akan mengurangi perhatiannya terhadap objek tersebut, sehingga hasil yang diharapkan atas objek itu tidak akan memuaskan apalagi bila fasilitas atau sarana tidak mendukung. Bernard (1982: 203) menyebutnya sebagai dorongan yang ada di antara individu dan objek-objek, situasi, orang atau kegiatan. Minat merupakan perasaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
senang yang mewarnai setiap individu yang ditimbulkan oleh situasi orang ke arah mana energi mental atau fisik tertuju. Sementara itu, Bingham (1989: 21)
menjelaskan bahwa minat adalah
kecenderungan untuk ikut serta aktif dalam pengalaman-pengalaman dan memelihara pengalaman tersebut. Minat (interest) dapat dikatakan lawan dari keengganan (aversion) yang dirumuskan sebagai kecenderungan untuk menjauhi terjadinya pengalaman tentang objek-objek. Crow dan Crow (1993: 153) mengatakan bahwa minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda atau kegiatan atau bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan atau bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab partisipasi dalam kegiatan. Sejalan dengan pandangan Crow & Crow, Thorndike dan Hagen (1981: 317) mengemukakan minat sebagai kecenderungan untuk mencari dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Minat merupakan salah satu kepribadian, yaitu terdiri dari karakter, adjustmen, temperamen. Chaplin (2000: 246) yang merumuskan minat dalam tiga buah rumusan, yaitu pertama, sebagai suatu sikap yang menetap yang mengikat perhatian individu ke arah objek-objek tertentu secara selektif. Kedua, perasaan yang berarti bagi individu terhadap kegiatan, pekerjaan sambilan atau objek-objek yang dihadapi oleh setiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
individu, dan ketiga, kesiapan individu yang mengatur atau mengendalikan perilaku dalam arah tertentu atau ke arah tujuan tertentu. Minat merupakan gejala psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau memberikan perhatian yang penuh terhadap objek tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukannya bisa membuat orang tersebut menjadi senang dan orang tersebut akan melakukannya secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Winkel (1996: 30-31) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam diri seseorang untuk tertarik pada bagian atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu. Selanjutnya dijelaskan oleh Traw (1993: 105), bahwa minat sangat erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas, dan situasi. Minat dapat menunjuk pada keasyikan mental dalam mengamati objek atau situasi tertentu, sedangkan Aiken (1991: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Sementara itu, Anastasia dan Urbuna (1977: 386), mengungkapkan bahwa minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya. Meitasari Candrasa (1990: 114) berpendapat bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Apabila individu melihat sesuatu yang memberikan manfaat, maka dirinya akan memperoleh kekuasaan dan akan berminat pada hal tersebut. Kemudian jika berkurang maka minatnya juga berkurang. Minat termasuk ke dalam salah satu aspek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
jiwa manusia biasanya menimbulkan kencenderungan gambaran yang lebih luas. Sehubungan dengan masalah minat, Good dan Brophy (1990: 408), mengartikan minat sebagai keingintahuan siswa untuk membangun secara terus menerus melebihi waktu yang telah ditentukan dalam belajar. Hal ini berarti bahwa minat seseorang selalu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan tertentu di sekitarnya. Jelasnya apabila seseorang memiliki minat terhadap sesuatu hal, ia akan merasa tertarik untuk melakukan berbagai kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan demikian terlihat jelas bahwa minat merupakan salah satu gejala psikis yang bisa membuat seseorang untuk menetapkan pilihannya dalam melakukan suatu kegiatan, sebab minat dapat menjadi daya pendorong atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, Hurlock (1981: 420) menambahkan bahwa jika seseorang berminat pada satu objek atau peristiwa tertentu, ia tidak akan dapat dihalangi, ia akan berusaha untuk melakukan atau mendapatkan objek yang diminatinya, sehingga tidak mungkin objek tersebut dapat ditinggalkannya, karena suatu objek yang menyenangkan perasaan seseorang dapat menimbulkan minatnya terhadap objek tersebut. Hal itu senada dengan apa yang dikemukakan oleh Entwistle (1983: 82) bahwa minat juga merupakan motif yang menunjuk ke arah perhatian seseorang terhadap objek yang menarik. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan menjadikan faktor pendorong bagi anak-anak dalam melakukan usahanya. Anak-anak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
tidak perlu mendapat dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya. Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 57) menyatakan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus-menerus dan
apabila dilakukan akan disertai dengan rasa senang. Conny Semiawan (1982: 48) mengemukakan pengertian minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulus khusus sesuai dengan keadaan tersebut. Dalam Ensiklopedia Indonesia IV (1998: 2252), minat diartikan sebagai “Kecenderungan bertingkah laku yang terarah terhadap objek kegiatan atau pengalaman tertentu”. Dalam hal ini minat berhubungan dengan (a) intensionalitas, yaitu keterarahan dan pengarahan sebagai tanda penting bagi semua gejala hidup. Kecenderungan ini berbeda dalam intesitasnya pada setiap individu ; (b). kecakapan, kekurangan intelegensi merupakan keterbatasan dalam minat . Ahmadi (2003: 151) memberi batasan minat sebagai sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat. Harras dan Lilis Sulistianingsih (1997/1998) memberi makna minat sebacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
gai hal yang dapat mendorong atau menggerakkan hati seseorang melakukan suatu perbuatan dengan penuh senang hati dan suka rela. Orang yang dalam dirinya telah memiliki minat yang tinggi dalam suatu hal, maka ia akan dengan suka rela mengerjakan hal yang diminatinya tersebut, walaupun dirinya harus melakukan pengorbanan, baik secara materi maupun nonmateri. Minat menurut The Liang Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Jadi minat adalah keterlibatan seseorang dengan segenap kesadaran secara
penuh,
dan
perhatian
disertai perasaan senang karena
menyadari
pentingnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Stinggins dalam Vera Ginting (2005: 10) mengatakan minat\ merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga
dalam kehidupan
seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang siswa. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, diposisikan dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Selanjutnya, Stiggins (2005:10) menambahkan dimensi aspek afektif mencangkup tiga hal penting, yaitu 1) behubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. 2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua kubu yang berlawanan, titik positif, dan titik negatif. 3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah. Siti Meichati (1978: 68) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan pribadi terhadap objek tersebut. Kemudian
dalam
http://www.geocities.com/jipsumbar/lap_ar_07.html
dijelaskan pula bahwa minat merupakan variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan. Individu yang mempunyai minat, dalam tingkah lakunya akan berbeda dengan yang tidak berminat. Minat mendorong seseorang untuk memperhatikan terhadap sesuatu, dapat berupa individu, benda atau mungkin kegiatan. Seseorang yang menaruh minat terhadap sesuatu biasanya mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat aktif terhadap barang atau kegiatan yang menarik minatnya itu. Dari dirinya timbul dorongan untuk melakukan aktivitas yang dapat memuaskan keinginannya dalam mencapai suatu tujuan (H.G. Tarigan, Aceng R.S., Kholid A.H., 1989: 98). Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan rela untuk terikat pada suatu kegiatan (J.U. Nasution, 1981: 1). Jones, mengemukakan bahwa minat adalah perasaan suka cita yang berkaitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
dengan reaksi, baik nyata maupun imaji, terhadap sesuatu atau situasi tertentu (Arthur J. Jones, 1970: 95). Mort dan Vincent menjelaskan bahwa minat adalah tenaga yang sangat kuat. Seseorang akan bangkit dalam banyak kesempatan jika ia memiliki minat. Pembelajaran yang berlangsung tanpa adanya minat dari para peserta didik, bukanlah pembelajaran yang baik (Paul R.Mort dan William S.Vincent, 1950: 69).
b. Aspek Minat Menurut Evita E Singgih (2006: 59) minat memiliki dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Kedua aspek ini dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Aspek kognitif, minat cenderung egosentris. Aspek kognitif ini berhubungan dengan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu. Sebagai contoh, anak ingin merasa yakin bahwa waktu dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi kepuasan dan keuntungan pribadi. Bila terbukti ada kepuasan dan keuntungan, minat mereka tidak saja menetap melainkan menjadi lebih kuat tatkala kepuasan dan keuntungan itu menjadi nyata. Hal sebaliknya akan terjadi bila kepuasan dan keuntungan pribadi yang diperoleh hanya sedikit. (2) Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, yaitu dari sikap orang yang dianggap penting, seperti orang tua, guru, teman-temannya di lingkungan sekolah terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa. Misalnya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan guru suatu mata pelajaran tertentu, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran tersebut. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut diperkuat. Sebaliknya akan terjadi, jika pengalaman yang tidak menyenangkan dengan salah seseorang guru mata pelajaran, dapat mengarah ke sikap yang tidak positif terhadap mata pelajaran tersebut. Aspek afektif ini memiliki peran yang besar dalam memotivasi tindakan. Pendapat yang sama disampaikan Hurlock (1987: 116) bahwa semua minat mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitf dan aspek afektif. Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka mendapatkan kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya yang tidak didapat pada masa sebelumnya. Minat siswa terhadap sekolah akan berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan frustasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran. Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap yang penting – yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya- terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Sebagai contoh, siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat meraka
pada sekolah
diperkuat. Sebaliknya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru dapat dan sering mengarah ke sikap yang tidak positif yang mungkin kelak akan memperlemah minat anak terhadap sekolah. Walaupun kedua aspek kognitif dan afektif penting perannya dalam menentukan apa yang akan atau yang tidak dikerjakan oleh siswa, jenis penyesuaian pribadi dan sosial siswa. Aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif kerena dua alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari minat memperkuat minat itu dalam suatu tindakan. Suatu bobot emosional yang tidak menyenangkan mempunyai pengaruh sebaliknya. Bobot itu mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang mendorong tindakan yang mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. Berdasarkan pendapat kedua pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek minat ada dua yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Diantara kedua aspek tersebut yang lebih penting dalam memperkuat minat adalah aspek afektif.
c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi Bila dikaitkan dengan aktivitas menulis, minat memegang peranan yang sangat penting. Orang yang mempunyai minat menulis yang tinggi akan memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
perhatian yang besar terhadap aktivitas menulis, termasuk menulis argumentasi. Minat menulis mempunyai makna yang mengikat seseorang pada aktivitas menulis, dan orang tersebut menyadari bahwa aktivitas menulis sangat berharga bagi dirinya, sehingga ia selalu melakukan aktivitas menulis untuk memenuhi kebutuhannya. Aktivitas menulis yang dilakukan tidak menjadi suatu beban bagi dirinya. Aktivitas menulis akan dilakukan dengan penuh rasa suka, senang sehingga pekerjaan tersebut merupakan suatu kegemaran. Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang dapat mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi. Harjasujana (1988) menyatakan bahwa ketiadaan minat menulis dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam menuangkan ide, gagasan atau informasi lain.. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas bahwa minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi mempunyai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar-mengajar. Yus Rusyana (1982: 53) mengungkapkan bahwa minat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan baca-tulis, sebab kegiatan baca-tulis berusaha untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita mempunyai hubungan dengan berkepentingan dengan apa yang dibaca dan ditulis. Kegiatan baca-tulis terutama berusaha untuk menumbuhkan minat budaya, yaitu minat yang luas dan mendalam terhadap nilai bacaan dan tulisan serta kesadaran akan kemafaatannya bagi kehidupan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa minat merupakan dasar untuk melakukan sesuatu kegiatan. Agar seseorang dapat melakukan kegiatan menulis, maka harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dilandasi oleh minat menulis yang baik. Sehubungan dengan masalah minat menulis, Sumartana (1986: 229-230) menjelaskan bahwa minat menulis sangat erat hubungannya dengan kebutuhan; misalnya seseorang membutuhkan informasi guna bahan yang ditulisnya, maka dia akan berhubungan dengan bahan bacaan seperti buku-buku teks, surat kabar, majalah, karya sastra, dan sebagainya.
d. Faktor yang Mempengaruhi Minat Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor instrinsik) mapun faktor yang datang dari luar (faktor ekstrinsik). Proses terbentuknya minat menurut Wells dan Prensky (1996: 23) berasal dari perpaduan internal dan eksternal. Faktor internal berupa sikap untuk melakukan sesuatu yang terbentuk dari keyakinan bahwa perilaku akan mengarahkan ke tujuan yang diinginkan dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa norma subjektif yang terbentuk dari keyakinan bahwa kelompok referensi untuk melakukan atau tidak dan motivsi untuk identifikasi dengan kelompok referensi. Masih dalam Vivi, pendapat yang sama dengan Wells dan Prensky disampaikan oleh Hadipranata (1989) menyatakan bahwa minat adalah perpaduan antara kebutuhan (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social need). Pendapat yang lebih terperinci disampaikan oleh Crow and Crow (1987: 159). Menurut Crow dan Crow ada 3 faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor motif sosial dan faktor emosional. Lebih lanjut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dijelaskan, faktor yang mendorong dari dalam merupakan faktor yang mendorong pemusatan perhatian dan keterlibatan mental secara aktif, faktor dorongan sosial merupakan faktor yang membangkitkan minat yang berhubungan dengan kebutuhan sosial individu itu sendiri, sedangkan faktor dorongan emosional merupakan faktor yang mendasari timbulnya minat setelah dirasakan emosi menyenangkan pada peristiwa sebelumnya. Secara rinci ketiga factor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu akan menimbulkan minat tertentu. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan faktor – faktor biologis yaitu faktor – faktor yang berkaitan dengan kebutuhan fisik yang mendasar. Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini menimbulkan seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan termasuk di dalamnya faktor status sosial, harga diri, prestise dan sebagainya. Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan – dorongan, motif – motif, respon – respon emosional dan pengalaman – pengalaman yang diperoleh individu. Pendapat Crow dan Crou tentang faktor emosional menurut penulis adalah perpaduan antara faktor internal dan eksternal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
dari dalam diri individu itu sendiri (faktor instrinsik) yaitu yang berhubungan dengan minat itu sendiri dengan minat yang lebih mendasar atau asli dan faktor yang berasal dari luar individu tersebut (faktor ekstrinsik) yaitu yang ditujukan dengan adanya emosi senang yang berhubungan dengan tujuan dari aktivitas tertentu. Sementara itu, menurut Dawson dan Bamman (1960: 165) ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu : 1) Faktor Psikologis Minat akan meningkat jika kebutuhan dasar anak ( rasa aman, status dan kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan ) lewat bahan- bahan tulisan ( topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai dengan kenyataan individunya dan tingkat perkembangannya. 2) Faktor Sosiologis Terdapat beberapa faktor sosiologis yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi: (a) minat menulis dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial, ekonomi keluarga masing – masing anak. Hal ini akan mempengaruhi tersedianya sarana buku bacaan di dalam lingkungan keluarga. (b) Minat menulis dipengaruhi kebiasaan dan kesenangan membaca di kalangan anggota keluarga . 3) Faktor Kurikuler Yang termasuk dalam faktor kurikuler dalam memepnegaruhi minat seseorang meliputi: (a) terjadinya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
sempurna juga merupakan faktor pendorong minat menulis anak; (b) pelaksanaan pelajaran secara intensif dan ekstensif merupakan kegiatan kurikuler yang sangat mendorong dalam pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat anak; (c) kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk bertukar pengalaman, diskusi dan sumbang saran serta saling mempengaruhi dalam hal pemilihan bahan bacaan dapat juga sebagai pendorong minat. 4) Faktor Pendidik Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, kejelian guru dalam memperhatikan selera dan minat baca anak akan mendorong pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat. 5) Faktor jenis Kelamin Faktor jenis kelamin secara psikologis juga dapat mendorong minat menulis anak. Mengacu pada uraian di atas, secara umum faktor – faktor
yang
mempengaruhi minat menulis dapat dibagi menjadi dua : (a) faktor internal yaitu faktor psikologis dan faktor jenis kelamin; dan (b) faktor eksternal yaitu faktor sosiologis, kurikuler dan faktor pendidik. Syamsudin menjelaskan ada empat hal yang mempengaruhi minat yakni kondisi fisik, kondisi mental, status emosi, dan lingkungan sosial (1980: 8-9). Agar lebih jelas keempat hal tersebut perlu diuraikan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
1) Kondisi fisik Seseorang yang biasanya tertarik pada permainan sepak bola, pada waktu ia jatuh sakit ia enggan untuk memperhatikan. Misalnya mengikuti dalam berita surat kabar, radio, melihat di tanah lapang, dan sebagainya. Mungkin juga individu yang dalam keadaan lelah, akan kurang minatnya terhadap sesuatu objek yang mungkin bisa dalam keadaan sehat, objek itu menarik baginya. 2) Kondisi mental Tak bedanya seperti kondisi fisik, kondisi mental banyak pengaruhnya terhadap minat seseorang. Orang yang sedang kacau pikirannya sudah akan lain minatnya bila sedang dalam keadaan tenang, harmonis atau seimbang. 3) Status emosi Individu dalam suatu situasi tertentu, dapat mengalami status emosi tertentu, mungkin status emosinya tinggi atau rendah. Orang yang dalam keadaan marah, banyak dikuasai emosi, minat terhadap objek di luar dirinya akan lain dibandingkan dengan pada waktu ia dapat menguasai atau mengendalikan emosinya. 4) Lingkungan sosial Orang hidup sama-sama di lingkungan sosial, tetapi jenis lingkungan sosialnya bermacam-macam. Anak yang hidup dalam lingkungan sosial petani akan lain minatnya dengan orang yang hidup dalam lingkungan sosial pedagang, walaupun sama-sama menghadapi sesuatu objek yang sama pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis Untuk dapat mengukur atau mengenali minat menulis siswa, tidak harus selalu dilakukan secara langsung. Akan tetapi, dapat pula dilakukan secara tidak
langsung,
yaitu
melalui
penelitian
atau
pengukuran
tingkah
laku
(Saifuddin Azwar, 2001: 18 dan Kartini Kartono, 1990: 3). Adapun tingkah laku yang memanifestasikan atau mengekspresikan aspek yang terkandung dalam minat menulis adalah: (1) Adanya kesadaran bahwa menulis merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi; (2) Kemauan/ keinginan, yaitu dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan akal budi; (3) Perhatian, yaitu aktivitas yang vital dalam pendidikan; dan (4) Perasaan yang merupakan sikap dalam aktivitas menulis. (Witherington, 1984: 131). Berikut ini dideskripsikan satu persatu aspek yang diukur dalam minat menulis siswa. 1) Kesadaran Perbuatan
atau
kegiatan
menulis
akan
berhasil
apabila
seseorang
menyadari kebutuhannya. Kesadaran merupakan hal yang dirasakan dan dialami oleh seseorang. Kesadaran untuk menulis akan mengantarkan seseorang mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga seseorang itu akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Witherrington (1984: 135) mengartikan minat sebagai kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Merasa diri seseorang itu ada kekurangan, maka ada kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dirinya. Dengan kesadaran yang tinggi seseorang akan memenuhi kekurangannya itu dengan menulis lebih baik lagi. Kondisi semacam ini akan menjadi kebiasaan pada diri seseorang tersebut. Tanpa disadari dalam diri seseorang tersebut, dalam hal ini anak didik akan terbentuk minat menulis. 2) Kemauan Ahmadi (2003: 113-115) menyamakan kemauan dengan istilah kehendak atau hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang, sedangkan kemauan ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran Kartono
(1980: 83)
berpendapat
bahwa
kemauan
adalah
dorongan
kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi. Senada pendapat tesebut,
Ahmadi (2003:
113) memberi batasan kemauan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan merupakan titik akhir dari gerakan yang menuju pada suatu arah. Aktivitas secara sadar ini akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku pada
diri
seseorang.
Kemauan
merupakan
aktivitas
sadar
yang
dapat
menumbuhkan rangsangan kuat untuk berusaha melakukan perintah internalnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis agar terpenuhi kebutuhan dalam dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Kemauan yang dipupuk terus menerus akan melahirkan sikap yang positif pada diri seseorang, yaitu sikap dalam diri anak didik. Kemauan berhubungan erat dengan minat. Minat yang dimiliki anak didik menjadi penyebab anak didik tersebut termotivasi untuk beraktivitas dan berusaha untuk dapat mencapai tujuan. Dengan kemauan, anak dapat berkembang, bersikap, dan berinisiatif untuk mencapai tujuan dengan hasil maksimal.
3) Perhatian Perhatian
menurut
Ahmadi (2003: 145)
yaitu
keaktifan
jiwa
yang
diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Suryabrata
(2004: 14)
mendifinisikan
perhatian
menjadi
dua,
yaitu:
(1)
pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek; (2) banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Perhatian dan minta umumnya dianggap sama/ tidak ada perbedaan. Dan dalam praktiknya, kedua istilah ini selalu bergandengan satu sama lain. Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian, dan apa yang menyebabkan adanya perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan minat. Apabila dalam diri anak sudah ada minat, perhatian yang dilakukan oleh anak merupakan perhatian yang spontan keluar dari dalam diri anak sendiri. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Walgito (1996: 69) bahwa perhatian erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai minat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
terhadap sesuatu, terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis. Dalam aktivitas menulis, tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian memegang peranan penting. Perhatian yang timbul dari dalam diri anak akan menghasilkan proses menulis yang lebih baik daripada perhatian yang ditimbulkan akibat rangsangan
dari luar. Perhatian ini tak lepas dari
minat dari diri anak untuk beraktivitas menulis.
4) Perasaan Ahmadi (2003: 101) menyatakan bahwa perasaan ialah suatu
kesadaran
kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Perasaan menurut Sumadi Suryabrata (2004: 66) adalah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Maksudnya,
perasaan
timbul
karena
mengamati,
menangkap,
mengkhayalkan, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. W. Wundt dalam Ahmadi (2003: 103) mengklasifikasikan perasaan menjadi tiga, yaitu: (1) perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan; (2) perasaan sebagai suatu hal yang menggairahkan (excited) atau tidak berdaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
(inert feling); (3) perasaan yang dialami individu sebagai suatu penghargaan (expectancy) dan rasa kebebasan (release feeling). Kaitannya dengan minat, tahapan perasaan senang cenderung menentukan sikap individu seperti pernyataan Winkel (1986: 90) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pernyataan di atas menempatkan minat sebagai motor penggerak psikis yang dapat menimbulkan perasaan senang. Perasaan senang merupakan sikap positif dalam
aktivitas
membaca,
khususnya
membaca
cerita
pendek.
Perasaan
merupakan aktivitas psikis yang tidak boleh diabaikan karena perasaan dalam diri anak akan berpengaruh pada aktivitas membacanya. Perasaan ini akan menentukan sikap anak dalam menanggapi objek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas, gembira atau semacamnya akan membentuk sikap yang positif, sedangkan perasaan benci, sedih, takut atau semacamnya akan menimbulkan sikap yang negatif. Kedua sikap tersebut dapat memberi pengaruh dalam pencapaian suatu tujuan. Sikap positif misalnya, dengan alasan yang rasional sikap ini dapat memberi motivasi anak untuk beraktivitas pada jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik simpulan bahwa minat merupakan modal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan menulis, dalam konteks ini adalah menulis laporan. Minat merupakan aktivitas yang penuh dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan perasaan dan merupakan perpaduan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
antara yang satu dengan yang lain, di mana ada keterkaitan yang tidak terpisahkan. Minat merupakan faktor nonkebahasaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan
menulis laporan.
Dan
minat
merupakan
salah
satu
penyebab adanya perbedaan-perbedaan pada tingkat kemampuan pada anak didik. Minat yang besar akan mencapai keterampilan menulis laporan yang memuaskan, begitu sebaliknya menulis laporan tanpa dilandasi minat akan menghasilkan prestasi yang rendah dan mengecewakan. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik simpulan bahwa minat menulis adalah hasrat yang besar dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan perasaan disertai rasa cinta untuk melakukan aktivitas menulis karena adanya dorongan dan tendensi yang ingin didapat dari aktivitas menulis tersebut.
B. Penelitian yang Relevan Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil penelitian terdahulu. Christine Hockings 1998 “Developing Journal Writing Skills in Undergraduates: the need for Journal Workshops”. Journal of Working Paper 20/98 Series September 1998. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal tersebut dikemukakan simpulan bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan dari keterampilan kognitif pada level tinggi. Artinya, aktivitas menulis dapat digunakan untuk mengembangkan kognitif tingkat tinggi, seperti cara berpikir kritis dan logis. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
menulis, penulis berupaya untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggapan akan informasi dan pengalaman baru. Hasil penelitian di atas, memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu bahwa secara konseptual keterampilan menulis argumentasi berhubungan dengan kemampuan berpikir logis. Hal ini berarti bahwa dengan menulis, dapat dikembangkan cara berpikir. Sementara itu, perbedaannya dengan penelitian di atas adalah terletak pada desain atau rancangan analisisnya. Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif dengan jenis survai korelasi, sedangkan penelitian di atas didekati dengan paradigma kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Raheni Suhita dengan judul “Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap Bahasa dengan Keterampilan Menulis Argumentasi Siswa SMU Negeri Kota Surakarta.” pada Tahun 2001. Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa (1) ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis argumentasi siswa SMU Negeri Kota Surakarta; (2) Ada hubungan positif antara sikap bahasa dan keterampilan menulis argumentasi siswa SMU Negeri Kota Surakarta; (3) ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi siswa SMU Negeri Kota Surakarta. Dilihat dari fokus penelitian, penelitian ini dengan penelitian Raheni Suhita sama-sama membidik masalah yang terkait dengan keterampikan menulis argumentasi. Sementara itu, ditinjau dari perbedaannya adalah terletak pada variabel bebas yang mempengaruhi. Jika penelitian Raheni Suhita menentukan variabel bebas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
yang mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi adalah kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa, dalam penelitian ini variabel bebasa ditetapkan kemampuan berpikir logis dan minat menulis. Penelitian yang dilakukan Suharyanti dengan judul “Hubungan Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan
Keterampilan Menulis
Eksposisi” pada Tahun 2001. Salah satu hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa penguasaan struktur bahasa dan keterampilan menulis eksposisi mempunyai hubungan positif yang signifikan. Jika disandingkan dengan penelitian Suharyanti, variabel kemampuan berpikir logis relevan dengan kemampuan penalaran. Sementara perbedaannya, terletak pada variabel terikatnya, penelitian Suharyanti mengangkat variabel bebas kedua struktur bahasa dan variabel terikat keterampilan menulis eksposisi; sedangkan penelitian ini mengangkat variabel bebas kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan variabel terikat keterampilan menulis argumentasi.
C. Kerangka Berpikir Dari kajian teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
dipahami oleh orang lain (pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Sementara dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Penalaran (reasoning), jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari penalaran. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir logis yang baik diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi dengan baik pula. Sebaliknya, siswa memiliki kemampuan berpikir logis kurang baik diduga keterampilan menulis argumentasi juga kurang baik.
2. Hubungan antara Minat Menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi. Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian terhadap orang lain, sesuatu, atau aktivitas tertentu. Minat menimbulkan kekuatan atau motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Minat merupakan salah satu gejala psikis yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
membuat seseorang untuk menetapkan pilihannya dalam melakukan kegiatan, sebab minat dapat menjadi daya pendorong atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat sangat penting terhadap keterampilan menulis argumentasi. Minat menulis mempunyai makna yang mengikat seseorang pada kegiatan menulis, dan orang itu menyadari bahwa kegiatan menulis berharga, sehingga ia akan melakukan kegiatan menulis untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan yang dilakukan tidak menjadi beban karena akan dilakukan dengan senang hati. Dengan demikian siswa memiliki minat yang tinggi diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi dengan baik. Sebaliknya, siswa memiliki minat rendah diduga keterampilan menulis argumentasi juga rendah.
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis secara bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Penalaran (reasoning), jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubunghubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan Demikian halnya dengan minat menulis. Minat sangat penting terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
keterampilan menulis argumentasi. Minat menulis mempunyai makna yang mengikat seseorang pada kegiatan menulis, dan orang itu menyadari bahwa kegiatan menulis berharga, sehingga ia akan melakukan kegiatan menulis untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan yang dilakukan tidak menjadi beban karena akan dilakukan dengan senang hati. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan minat menulis yang tinggi diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi yang tinggi pula. Sebaliknya, memiliki kemampuan berpikir logis dan minat menulis yang rendah diduga akan mempunyai keterampilan menulis argumentasi yang rendah pula. Berikut ini disajikan skema berpikir tentang hubungan antarvariabel.
1a
Kemampuan Berpikir Logis
Tinggi
Tinggi
3a
1b
Rendah
3b
Kemampuan Menulis Argumentasi
Tinggi
2a
Rendah
Rendah
Minat Menulis
2b
Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian Korelasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Keterangan gambar di muka: 1a. Semakin tinggi kemampuan berpikir logis siswa, diduga semakin tinggi pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 1b. Samakin rendah kemampuan berpikir logis siswa, diduga semakin rendah pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 2a. Semakin tinggi minat menulis siswa, diduga semakin tinggi pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 2b. Semakin rendah minat menulis siswa, diduga semakin rendah pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 3a. Semakin tinggi kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, diduga semakin tinggi pula keterampilan menulis argumentasi mereka. 3b. Semakin rendah kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, diduga semakin rendah pula keterampilan argumentasi mereka.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan telaah/kajian terhadap teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan kemampuan berpikir logis, konsep diri, dan kemampuan menulis argumentasi serta kerangka berpikir yang telah disusun, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. 2.
Ada hubungan positif antara minat menulis
dan keterampilan menulis
argumentasi. 3.
Ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Lokasi atau tempat penelitian ini adalah SMA Regina Pacis Surakarta yang
beralamatkan di Jalan Adisucipto 45 Surakarta. ¶ 2.
Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama tujuh ( 7 ) bulan, dari Juni sampai
dengan Desemeber 2010. Jadwal kegiatan selengkapnya terlihat pada tabel berikut. Tabel 1: Jadwal Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
1
Penyusunan Proposal Penelitian
2
Pengkajian dan Penyusunan Proposal
Jun’10 Jul’10 Agst’10 Sep’10 Okt’10 Nop’10 Des.10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 123 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Penyusunan Instrumen Uji Coba dan Analisis 4 Hasil Uji Pengumpulan Data 5 Penelitian Pengolahan dan 6 Analisis Data Penyusunan Laporan 7 dan Penelitian
√ √ √ √ √ √ √ √ √√√ √ √ √ √√
8 Ujian Tesis
√√
9 Revisi Tesis
√√
10 Pengumpulan Laporan
√√
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
B. Metode Penelitian Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji rangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Dengan demikian, metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data untuk mencapai suatu tujuan (Winarno Surakhmad, 1994: 131). Sementara itu,
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa metode penelitian
adalah cara yang digunakan dalam pengumpulan data (1995: 172). Penelitian ini menggunakan metode survai melalui studi korelasional. Oleh Sumadi Suryabrata (1993: 26) dijelaskan bahwa penelitian korelasional dapat dipakai untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
C. Desain Penelitian Desain penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut:
X1
1 3
X2
Y
2
Gambar 2. Desain Penelitian Korelasional Keterangan: X1 X2 Y 1
kemampuan berpikir logis (variabel bebas pertama) minat menulis (variabel bebas kedua) : : keterampilan menulis argumentasi (variabel terikat) : hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
2 3
: hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi : hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersamasama dengan keterampilan menulis argumentasi
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Berikut ini diketengahkan definisi operasional masing-masing variabel penelitian. 1. Keterampilan Menulis Argumentasi Keterampilan menulis argumentasi adalah skor atau nilai yang dicapai oleh siswa (responden) sesudah mereka mengikuti atau mengerjakan tes keterampilan menulis argumentasi. Skor tersebut menggambarkan kecakapan siswa dalam menuangkan ide, gagasan, pengalaman serta permasalahan dengan menggunakan media bahasa tulis secara tepat kepada orang lain (pembaca) yang diindikatori oleh lima aspek yaitu (1) kemampuan mereka dalam mengemukakan isi gagasan, (2) kemampuan mereka dalam mengorganisasikan isi, (3) kemampuan mereka dalam menggunakan tata bahasa yang benar, (4) kemampuan dalam menggunakan kata (diksi), dan (5) kemampuan mereka dalam menggunakan ejaan yang tepat. 2. Kemampuan Berpikir Logis Kemampuan berpikir logis adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa (responden) setelah mereka mengikuti atau mengerjakan tes kemampuan berpikir logis. Skor tersebut mencerminkan kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas berpikir dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan sistematika yang tepat dan benar sesuai dengan logika tertentu yang diindikatori oleh (a) kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
mereka dalam berpikir dengan menggunakan penalaran induktif dan (b) penalaran deduktif. Untuk aspek penalaran induktif, di dalamnya mencakupi: (1) generalisasi, (2) analogi, dan (3) hubungan kausal; dan
untuk aspek penalaran deduktif, di
dalamnya meliputi : (1) silogisme kategorial, (2) silogisme hipotetis, (3) silogisme alternatif, dan (4) entimem. 3. Minat Menulis Minat menulis merupakan skor atau nilai yang didapat siswa (responden) sesudah mereka mengikuti atau mengerjakan angket minat menulis. Skor tersebut melukiskan gejala psikis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas menulis yang didasari semangat menulis yang tinggi, daya tahan menulis yang lama, pemanfaatan waktu senggang untuk menulis, dan variasi jenis tulisan yang diminati. Menulis yang dilandasi dengan beberapa hal tersebut akan lebih menampakkan hasil yang baik daripada mereka yang tidak atau kurang berminat dalam menulis, seperti tidak semangat dalam menulis, daya tahan menulis yang sebentar, tidak pernah memanfaatkan waktu senggang untuk menulis, dan kurang terhadap jenis bacaan yang diminati. Nilai atau skor dalam angket minat tersebut menjadi gambaran minat menulis siswa.
E. Populasi , Sampel Penelitian, dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian” (Supramono, 1993: 4), sedangkan Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, bendabenda sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (1995: 141). Berdasarkan pendapat tersebut, populasi penelitian ini ialah seluruh siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 359 siswa.
2. Sampel Sementara itu, besar sampel penelitian ini ditentukan 80 siswa atau kurang lebih 25% dari anggota populasi yang menurut pertimbangan peneliti sudah menunjukkan sampel yang sangat representatif.
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan cara undian. Setiap anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang berbentuk tes dan nontes. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Ketiga jenis data tersebut adalah (1) data keterampilan menulis argumentasi, (2) data kemampuan berpikir logis, dan (3) data minat menulis.
Data tentang keterampilan menulis
argumentasi dan kemampuan berpikir logis digunakan dengan teknik tes. Adapun tes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
yang digunakan untuk mengukur keterampilan menulis argumentasi berbentuk tes esai dengan memberi tugas mengarang kepada siswa, sedangkan tes kemampuan berpikir logis diukur dengan bentuk tes objektif (pilihan ganda). Sementara itu, data minat menulis dikumpulkan dengan teknik nontes yang berupa pemberian angket minat menulis pada responden (sampel ) penelitian.
G. Instrumen Penelitian Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan. Ketiga instrumen penelitian tersebut adalah: (1) tes keterampilan menulis argumentasi, (2) tes kemampuan berpikir logis, dan (3) kuesioner (angket) minat menulis.
1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi Untuk mengumpulkan data tentang keterampilan menulis argumentasi siswa, dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa tes keterampilan menulis argumentasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menuangkan gagasan, ide, pikiran secara tertulis kepada orang lain. Ide atau gagasan yang disampaikan berupa argumen yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca terhadap apa yang disampaikan dengan bukti-bukti empiris yang bisa dipertanggungjawabkan
sehingga dapat
mempengaruhi sikap berpikir pembaca.
Adapun indikator yang dinilai dalam tes keterampilan menulis argumentasi ini meliputi (a) isi gagasan yang disampaikan, (b) organisasi isi, (c) tata bahasa, (d) gaya: penggunaan pola kalimat dan kosa kata, dan (e) ejaan dan tanda baca. Secara lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
rinci tentang instrumen ini dapat dilihat pada Lampiran 1A halaman 119 tentang Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi, sedangkan Lampiran 1B halaman 120 tentang Tes Keterampilan Menulis Argumentasi.
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis Data tentang kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir logis, yaitu tes yang dipakai untuk mengukur seberapa baik kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas berpikir dengan menggunakan pola-pola, kaidah-kaidah, dan sistematika yang tepat dan benar sesuai dengan logika tertentu. Adapun indikator yang digunakan adalah (a) kemampuan mereka dalam berpikir dengan menggunakan penalaran induktif dan (b) penalaran deduktif. Untuk aspek penalaran induktif, di dalamnya mencakupi: (1) generalisasi, (2) analogi, dan (3) hubungan kausal; dan
untuk aspek penalaran
deduktif, di dalamnya meliputi : (1) silogisme kategorial, (2) silogisme hipotetis, (3) silogisme alternatif, dan (4) entimem. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis untuk penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2A-1 (kisi-kisi sebelum diujicabokan), halaman 121, dan Lampiran 2A-2 (kisi-kisi sesudah diujicobakan) halaman 122. Sementara itu, untuk tes kemampuan berpikir logis dapat dilihat pada Lampiran 2B halaman 123-134. 3. Instrumen Angket Minat Menulis Instrumen angket minat menulis ini merupakan daftar pernyataan yang harus ditanggapi oleh responden yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
minat menulis yang dimiliki oleh siswa. Angket ini memiliki skala bertingkat (sesuai dengan skala Likert). Skala Likert di sini menuntut sejumlah item pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Dalam merespon item tersebut responden diminta untuk menunjukkan kesukaannya dengan cara memilih ranting kategori yang menentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Untuk perskoran pernyataan positif dilakukan dengan memberi skor tinggi pada pilihan sangat setuju dan skor terendah pada pilihan sangat tidak setuju, dan sebaliknya untuk pernyataan negatif (Ibnu Hajar, 1996:137). Tiap item dibagi dalam lima skala yaitu sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk responden yang mendukung pernyataan positif maka skornya adalah SS : 5, S : 4, TT : 3, TS : 2 STS : 1, sebaliknya untuk responden yang mendukung pernyataan negatif maka skornya adalah SS : 1, S : 2, TT : 3, TS, 4, STS : 5. Kisi-kisi dan Instrumen Angket Minat Menulis ini bisa dilihat pada Lampiran 3A-1 (kisi-kisi sebelum diujicobakan), halaman 135, dan Lampiran 3A-2, (kisi-kisi sesudah diujicobakan), halaman 136. Sementara itu, untuk angket minat menulis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3B halaman 137-143. Sebelum ketiga instrumen penelitian tersebut digunakan untuk mengambil data sesungguhnya, perlu diujicobakan pada anggota populasi di luar sampel penelitian yang masih memiliki karakteristik yang sama. Di sini sampel uji coba besarnya 40 siswa. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas (keabsahan) dan tingkat reliabilitas (keterandalan) tes/instrumen yang bersangkutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Dijelaskan oleh Djaali (2001: 23) bahwa instrumen berbentuk tes yang memiliki skor dikotomis (1 atau 0) penghitungan validitas butir digunakan rumus Korelasi Point Biserial. Ada pun rumus korelasi biserial titik adalah sebagai berikut:
rpbi =
(µ + − µ x ) δx
pi qi
Keterangan:
µ + = rata-rata skor untuk yang menjawab benar µ x = rata-rata skor untuk seluruhnya pi = proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan) qi = 1 - pi δ x = standar deviasi total semua responden` sedangkan
penghitungan validitas butir untuk instrumen yang mempunyai skor
kontinum (berkisar antara 1-5) digunakan rumus Korelasi Product Moment, yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Adapun rumus korelasi product moment yang digunakan sebagai berikut:
r
Xi Xt =
n∑ X i X t − (∑ X i )(∑ X t )
{∑ X
2 i
− (∑ X i )
2
}{∑ X
2 t
− (∑ X t )
2
}
Keterangan:
r
Xi Xt = n = Xi = Xt =
koefisien korelasi antara skor butir pernyataan dan skor total yang dicari jumlah responden uji coba skor hasil butir pernyataan untuk butir ke-I skor hasil total
Sementara itu, penghitungan reliabilitas instrumen tes yang memiliki skor 1 atau 0 (dikotomis) digunakan rumus reliabilitas KR-20, sedangkan instrumen non-tes yang mempunyai skor berkisar 1 – 5 (kontinum) dipakai rumus reliabilitas Alpha commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Cronbach. Ada pun rumus-rumus yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut: Rumus KR-20:
rKR −20
2 ⎛ k ⎞ SDt − ∑ ( pq ) = ⎜ ⎟ SDt2 ⎝ k −1 ⎠
Keterangan: k SDt2
= banyak butir pernyataan yang valid = variansi skor total
SDi2 p q
= variansi skor butir ke-I = proporsi jumlah peserta yang menjawab benar butir ke-I = 1- p Rumus Alpha Cronbach:
ralpha
2 2 ⎛ k ⎞ SDt − ∑ (SDi ) = ⎜ ⎟ SDt2 ⎝ k −1 ⎠
Keterangan: k SDt2
= banyak butir pernyataan yang valid = variansi skor total
SDi2
= variansi skor butir ke-I Berdasarkan konsep tersebut, maka validitas butir tes kemampuan berpikir
logis digunakan rumus korelasi point biserial, sedangkan validitas kuesioner (angket) konsep diri digunakan rumus korelasi product moment. Sementara itu, reliabilitas tes kemampuan berpikir logis digunakan rumus KR-20, sedangkan reliabilitas kuesioner (angket) konsep diri digunakan Alpha Cronbach.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Sementara itu, untuk validitas tes keterampilan menulis argumentasi tidak diuji secara statistik tetapi hanya dilihat melalui validitas konstruk, yaitu dengan melihat aspek-aspek yang dinilai dalam menulis, sedangkan untuk mengukur tingkat reliabilitas butir tes kemampuan menulis argumentasi dengan menggunakan rumus statistik reliabilitas ratings. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1
Menghitung jumlah kwadrat total (JKT) JKT = X 12 + X 22 + ....... X n2 − Keterangan : JKT raters aspek
(ΣXs ) (raters )(aspek )
: koefisien jumlah kuadrat total yang dicari : jumlah penilai : jumlah komponen yang dinilai
Kemudian dicari derajat bebas total (dbt), dengan rumus sebagai berikut : dbt = (aspek) (raters) – 1 2 Menghitung jumlah kwadrat antar raters (JKT), dengan rumus sebagai berikut: 2 ( ΣXs ) JKT = (ΣXt1 ) + (ΣXt 2 ) + .......( XΣXt n ) − (raters )(aspek ) 2
2
2
Kemudian dicari derajat bebas total (dbt) dengan rumus sebagai berikut : dbt = raters – 1 3 Menghitung jumlah nilai antar aspek (JKS) JKS = (ΣXs1 ) + (ΣXs 2 ) + (ΣXs n ) − 2
2
2
(ΣXs )2 (raters )(aspek )
Selanjutnya dicari derajat bebas aspek (dbs) dengan rumus sebagai berikut: dbs = aspek - 1 4 Menghitung jumlah kwadrat residu (JKts) dengan rumus sebagai berikut : JKts = JKT – JKt – JKs Selanjutnya dicari derajat total dengan rumus = dbts = (aspek–1) (raters–1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
H. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Hasil Analisis Validitas
Hasil analisis validitas butir soal tes kemampuan berpikir logis dengan rumus korelasi point biserial, ternyata dari 45 butir soal yang diujicobakan ada tiga butir soal yang didrop, yakni butir soal nomor 6, 27, dan 45 karena koefisien validitas untuk ketiga butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni 0,312 (pada n=40 taraf nyata 0,05) atau rh < rt (lihat Lampiran 5A halaman 147-152). Sementara itu, hasil analisis validitas butir pernyataan angket minat menulis dengan rumus product moment sebagaimana disebut di atas, ternyata dari 40 butir pernyataan yang dinyatakan valid ada 38 butir, sedangkan yang dinyatakan drop atau tidak valid ada 2 butir, yaitu butir pernyataan nomor 6 dan 22 karena koefisien validitas untuk butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-kritis, yakni 0,312 (pada n=40 taraf nyata 0,05) atau rh < rt (lihat Lampiran 6A halaman 156-161). 2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas ratings untuk tes keterampilan menulis argumentasi dengan rumus reliabilitas ratings diperoleh koefisien reliabilitas dari seorang rater = 0,93, sedangkan koefisien reliabilitas rata-rata rating dari 3 penilai = 0,97 (lihat Lampiran 4 halaman 144-146). Hasil uji reliabilitas tes kemampuan berpikir logis dinyatakan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi, sebab setelah dianalisis dengan teknik KR-20 diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat Lampiran 5B halaman 153-155). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Sementara itu, uji reliabilitas angket minat menulis yang dihitung dengan rumus Alpha Cronbach dihasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat Lampiran 6B halaman 162-164).
Hal ini berarti angket minat menulis juga
dinyatakan reliabel. I. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan analisis data. Dua langkah pokok yang diperlukan dalam analisis data penelitian ini yaitu: 1. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyratan analisis ini meliputi: (a). uji normalitas dan (b). uji signifikansi atau keberartian dan linearitas regresi. Uji normalitas digunakan teknik Lilliefors, sedangkan uji keberartian dan linearitas regresi digunakan teknik anava dalam regresi ganda. 2. Analisis Data Penelitian
Analisis data penelitian dilakukan dengan dua tahapan, yaitu tahap pertama dilakukan analisis data secara deskriptif, dan tahapan kedua dilakukan analisis data secara inferensial untuk pengujian hipotesis. Berikut diuraikan dua cara analisis tersebut. a. analisis deskriptif, meliputi pendeskripsian tendensi sentral (mean, modus, median) dan tendensi penyebaran (varians, simpangan baku atau standar deviasi), penyusunan distribusi frekuensi nilai dan histogramnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
b. pengujian hipotesis, meliputi pengujian hipotesis I dan II digunakan teknik korelasi sederhana, sedang pengujian hipotesis III digunakan teknik korelasi ganda. Adapun rumus korelasi sederhana sbb.:
ry. x =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
2
}{
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
Keterangan:
r n Y X
y.x
= = = =
koefisien korelasi antara skor X dan skor Y yang dicari jumlah responden uji coba skor keterampilan menulis laporan skor penguasaan kosakata atau skor minat menulis (Sudjana,1992: 47)
Sementara itu, rumus korelasi ganda adalah sbb:
R y.12 =
JK (reg ) ∑ y2
Keterangan: R y .12 = Koefisien korelasi ganda (bersama-sama) JK(reg) = Jumlah Kuadrat Regresi (Sudjana, 1992: 107)
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama Ho : ρ y1 ≤ 0 H1 : ρ y1 > 0 Keterangan: ρ y1 = koefisien korelasi antara X1 dan Y commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
2. Hipotesis kedua Ho : ρ y2 ≤ 0 H1 : ρ y2 > 0 Keterangan: ρ y2 = koefisien korelasi antara X2 dan Y 3. Hipotesis ketiga Ho : ρ y12 ≤ 0 H1 : ρ y12 > 0
Keterangan: ρ y12 = koefisien korelasi antara X1,X2 dan Y
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara (1) kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi; (2) minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi; dan (3) kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk mencapai tujuan itu, dalam Bab IV ini dilakukan pengujian hipotesis guna memperoleh jawaban, apakah masalah yang diajukan dalam penelitian ini teruji atau tidak. Namun, sebelum langkah pengujian hipotesis dilaksanakan, di sini akan diketengahkan deskripsi data masing-masing variabel. Data yang dimaksud adalah data keterampilan menulis argumentasi (Y), data kemampuan berpikir logis (X1), dan data minat menulis (X2). Deskripsi data masing-masing variabel tersebut meliputi nilai rata-rata, modus, median, varians, dan simpangan baku. Selain itu, dideskripsikan
hasil
penyusunan distribusi frekuensi dan histogram. 1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y) Data keterampilan menulis argumentasi merupakan nilai yang diperoleh melalui instrumen tes keterampilan menulis argumentasi. Data ini memiliki nilai tertinggi 89 dan nilai terendah 78. Mean (nilai rata-rata)-nya 83,26; median (nilai tengah) 83; modus (nilai yang banyak muncul) 79. Sementara itu, varians data ini commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
adalah 9,56; dengan simpangan baku sebesar 3,09. Harga-harga statistik deskriptif tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran 10 halaman 180). Distribusi frekuensi nilai data ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y) Interval 78 – 79 80 – 81 82 – 83 84 – 85 86 – 87 88 – 89 Jumlah
f absolut 12 14 16 19 9 10 80
frel atif (%) 15,00 17,50 20,00 23,75 11,25 12,50 100,00
Histogram frekuensi nilai data Y dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. y
x
Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1) Data X1 ini merupakan nilai tes kemampuan berpikir logis. Data ini memiliki nilai tertinggi 41 dan nilai terendah 10. Mean = 24,44; median = 23; modus = 36. Sementara itu, varians data = 91,06; dengan simpangan baku = 9,54. Harga-harga tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran 10 halaman 180). Distribusi frekuensi data ini terlihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1) Interval 10 – 16 17 – 23 24 – 30 31 – 37 38 – 44 Jumlah
f absolut 21 20 13 20 6 80
f relatif (%) 26,25 25,00 16,25 25,00 7,50 100,00
Gambar histogram frekuensi nilai untuk data X1 terlihat pada Gambar 4 berikut. y
x
Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
3. Data Minat Menulis (X2) Data X2 ini adalah nilai yang didapat melalui angket minat menulis. Data ini memiliki nilai tertinggi 146 dan terendah 112. Mean = 127,63; median = 128; modus = 128. Sementara itu, varians data = 78,90; dengan simpangan baku = 8,88. Hargaharga tersebut, penghitungannya dilakukan dengan Program Excel (lihat Lampiran 10 halaman 180). Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2) Interval 112 – 118 119 – 125 126 – 132 133 – 139 140 – 146 Jumlah
f absolut 16 14 31 11 8 80
f relatif (%) 20,00 17,50 38,75 13,75 10,00 100,00
Gambar histogram frekuensi nilai data X2 terlihat pada Gambar 5 berikut. y
x
Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Minat menulis (X2) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
B. Pengujian Persyaratan Analisis Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu datadata tersebut perlu diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan menyangkut (1) pengujian normalitas, (2) pengujian linearitas dan keberartian regresi. Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian tersebut.
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors (Sudjana, 1992: 466-467). Pengujian normalitas terhadap data keterampilan menulis argumentasi (Y) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,0929 (lihat Lampiran 8A halaman 168-170). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt , sehingga dapat disimpulkan bahwa data keterampilan menulis argumentasi (Y) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan berpikir logis (X1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,0949 (lihat Lampiran 8B halaman 171-173). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir logis (X1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Pengujian normalitas terhadap data minat menulis (X2)
menghasilkan Lo
maksimum sebesar 0, 0811 (lihat Lampiran 8C halaman 174-176). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 80 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0990. Dari perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data minat menulis (X2)
berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi Dalam bagian ini akan diuji apakah persamaan regresi sederhana Y atas X1 dan Y atas X2 berarti dan linear. Hasil analisis regresi sederhana Y atas X1 diperoleh persamaan Yˆ = 77,818 + 0,223 X 1 (lihat Lampiran 11A halaman 181). Tabel Anava
untuk uji keberartian dan linearitas regresi Yˆ = 77,818 + 0,223 X 1 masing-masing menghasilkan Fo sebesar 70,04 dan 1,41 (lihat Tabel Anava pada Lampiran 12A halaman 188). Dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78 untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak berarti diperoleh Ft = 3,96; dan dengan dk pembilang 26 dan dk penyebut 52 untuk hipotesis (2) bahwa regresi bersifat linear diperoleh Ft sebesar 1,71.Tampak bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft . Dengan demikian koefisien arah regresi nyata sifatnya, sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh berarti. Sebaliknya, hipotesis nol (2) diterima karena Fo lebih kecil daripada Ft. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X1 linear dapat diterima. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Analisis regresi sederhana Y atas X2 menghasilkan persamaan regresi Yˆ = 69,996 + 0,104 X 2 (lihat Lampiran 11B halaman 182). Tabel Anava untuk uji keberartian dan linearitas regresi Yˆ = 69,996 + 0,104 X 2 masing-masing menghasilkan
Fo sebesar 7,64 dan 3,46 (lihat Tabel Anava pada Lampiran 12B halaman 193). Dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78 untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak berarti diperoleh Ft = 3,96; dan dengan dk pembilang 14 dan dk penyebut 64 untuk hipotesis (2) bahwa regresi bersifat linear diperoleh Ft sebesar 1,85. Tampak bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft. Dengan demikian koefisien arah regresi nyata sifatnya, sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh berarti. Sebaliknya, hipotesis nol (2) ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft. Jadi, ternyata bahwa regresi Y atas X2 berbentuk linear tidak dapat diterima. Grafik Garis Regresi Linear Y atas X1 dan Y atas X2 masing-masing dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KMA-Y
95
90 80 70 60
Yˆ = 77,818 + 0,223 X 1
50 40 30 20 10 0 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
KBL-X1
KMA-Y
Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas X1 90 80 70 60
Yˆ = 69,996 + 0,104 X 2
50 40 30 20 10 0 0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
MM-X2 Gambar 7. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas X2
Keterangan: KMA : Kemampuan Menulis Argumentasi KBL : Kemampuan Berpikir Logis MM : Minat Menulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (Ho) yang diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka hasil pengujian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut .
1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Dalam hal ini, yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho), yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi” melawan hipotesis alternatif (Ha), yang menyatakan “ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi.” Analisis regresi linear sederhana antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi menghasilkan arah koefisien regresi sebesar 0,223 dan konstanta sebesar 77,818 (lihat Lampiran 11A halaman 181). Dengan demikian, bentuk hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi dapat digambarkan dengan garis regresi, yaitu: Yˆ = 77,818 + 0,223 X 1 Untuk mengetahui derajad keberartian persamaan regresi sederhana antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi maka dilakukan uji F sebagaimana tampak pada tabel berikut ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 77,818 + 0,223 X1 Sumber Variasi
Total
dk
JK
80 555367
Koefisien (a) Regresi (b/a)
1 554611,5125 1 357,4271875
KT
Fo
Ft
-
-
-
70,04
3,96
357,4271875
Sisa
78
398,0603125
5,1033337
-
-
Tuna cocok Galat
26 52
186,6771875 211,75
7,179892 4,0721154
1,41 -
1,71 -
Keterangan: dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah = Nilai F hasil penelitian (observasi) Fo = Nilai F dari tabel Ft Bagian atas untuk menguji keberartian regresi Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi. Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian keberartian regresi Fo sebesar 70,04 yang lebih besar dari F
tabel
sebesar 3,96 (lihat Lampiran 12A
halaman 188) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi adalah sangat signifikan (berarti) Hasil pengujian linearitas diperoleh Fo sebesar 1,41 yang lebih kecil dari Ftabel sebesar 1,71 (lihat Lampiran 12A halaman 188), sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi bersifat linear.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Analisis
korelasi
sederhana
antara
kemampuan
berpikir
logis
dan
keterampilan menulis argumentasi diperoleh koefisien korelasi (ry1 ) sebesar 0,69. (lihat Lampiran 13A halaman 194). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi tersebut, maka dilakukan uji t. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi sebesar 8,42 yang lebih besar dari t
tabel
sebesar 1,66 (lihat
Lampiran 14A halaman 196). Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis tersebut di
atas, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi” ditolak. Sebaliknya, hipotesis altenatif (Ha) yang berbunyi “ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi” diterima. Koefisien determinan antara kemampuan berpikir logis dengan keterampilan menulis argumentasi sebesar 47,61% (diperoleh dari harga koefisien korelasi X1-Y dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti variabel kemampuan berpikir logis memberi kontribusi kepada
variabel keterampilan menulis argumentasi sebesar
47,61% (lihat Lampiran 17A halaman 203).
2. Hubungan antara Minat Menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dalam hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi melawan hipotesis altenatif (Ha), yang berbunyi “ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi”. Analisis regresi linear sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,104 dan konstanta 69,996 (lihat Lampiran 11B halaman 182). Dengan demikian bentuk hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi digambarkan dengan persamaan garis regresi, yaitu : Yˆ = 69,996 + 0,104 X 2 Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, maka dilakukan uji F. Pengujian tersebut dapat diamati pada tabel yang tampak berikut ini: Tabel 6. Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 69,996 + 0,104X2 Sumber Variasi
Total
dk
JK
80 555367
Koefisien (a)
1 554611,5125
Regresi (b/a)
1 67,379
KT
Fo
Ft
-
-
-
-
-
67,379
7,64
3,96
Sisa
78 688,1085
8,8219
-
-
Tuna cocok
14 296,5555
21,1825
3,46
1,85
Galat
64 391,5530
6,1180
-
-
Keterangan : dk JK KT
= derajat kebebasan = Jumlah Kuadrat = Kuadrat Tengah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
= Nilai F hasil penelitian (observasi) Fo = Nilai F dari tabel Ft Bagian atas untuk menguji keberartian regresi Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi. Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian keberartian regresi Fo sebesar 7,64 yang lebih besar dari F
tabel
sebesar 3,96 (lihat Lampiran 12B
halaman 193) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi adalah sangat signifikan (berarti) Hasil pengujian linearitas diperoleh Fo sebesar 3,46 yang lebih besar dari Ftabel sebesar 1,85 (lihat Lampiran 12B halaman 193), sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi bersifat
nonlinear. Analisis korelasi sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi diperoleh koefisien korelasi
(r ) y2
sebesar 0,30 (lihat Lampiran 13B
halaman 195). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi tersebut, maka dilakukan uji t. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi 2,69 yang lebih besar dari t
tabel
sebesar 1,66 (lihat Lampiran 14B halaman 197). Oleh karena itu,
berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi” ditolak. Sebaliknya hipotesis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
altenatif (Ha) yang berbunyi “ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi” diterima. Koefisien determinan antara minat menulis dengan keterampilan menulis argumentasi sebesar 9,00% (diperoleh dari harga koefisien korelasi X2-Y dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti variabel minat menulis memberi kontribusi kepada variabel keterampilan menulis argumentasi sebesar 9,00% (lihat Lampiran 17B halaman 204).
3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. Di sini hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi”, melawan hipotesis altenatif (Ha) yang menyatakan “ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi”. Analisis regresi linear ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis
secara
bersama-sama
dengan
keterampilan
menulis
argumentasi,
menghasilkan arah koefisien regresi b1 sebesar 0,236; b2 sebesar -0,027; dan konstanta b0 sebesar 74,05 (lihat Lampiran 15A halaman 199). Dengan demikian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
bentuk hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi dapat digambarkan dengan persamaan garis regresi, yaitu : Yˆ = 74,05 + 0,236 X 1 − 0,027 X 2 . Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi linear ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi, maka dilakukan uji F. Pengujian derajat keberartian dapat diperhatikan pada Lampiran 15B halaman 200.
Berdasarkan Lampiran 15B diketahui hasil pengujian Fo sebesar 35,19 yang lebih besar dari Ftabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 77 pada α =0,05 sebesar 3,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier antara kemampuan berpikir logis dan
minat menulis secara bersama-sama dengan
keterampilan menulis argumentasi adalah signifikan . Selanjutnya, dari hasil analisis korelasi ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi diperoleh korelasi (R y .12 ) sebesar 0,69 (lihat Lampiran 16A halaman 201). Lebih lanjut, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi ganda, maka dilakukan uji F. Dari hasil pengujian diperoleh Fo sebesar 35,19 yang lebih besar dari F
tabel
dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 77 pada taraf nyata α =0,05 sebesar
3,96 (lihat Lampiran 16B halaman 202). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Koefisien determinan kedua variabel tersebut secara ber-sama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi sebesar 47,61% (diperoleh dari harga koefisien korelasi ganda dikuadratkan lalu dikalikan 100) Hal itu berarti se-kitar 47,61% variansi keterampilan menulis argumentasi dapat dijelaskan oleh kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama (lihat Lampiran 17C halaman 205).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini mengandung makna bahwa secara umum, bagi para siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta, kemampuan berpikir logis dan minat menulis yang mereka miliki mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan menulis argumentasi, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama (simultan). Secara rinci, pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut diuraikan berikut ini. Pertama, mengenai hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut mengandung arti bahwa makin baik kemampuan berpikir logis siswa, makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka. Kedua, tentang hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Diterimanya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
menulis argumentasi ini mengandung arti bahwa makin baik minat menulis siswa, makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka. Pembahasan ketiga, berkenaan dengan hubungan antara kedua variabel bebas secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. Diterimanya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi, mengandung arti bahwa kedudukan kedua variabel bebas tersebut sebagai prediktor varians nilai keterampilan menulis argumentasi tidak perlu diragukan lagi.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini telah diupayakan penyusunannya sebaik mungkin dengan menggunakan metode ilmiah, Namun demikian, karena keterbatasan kemampuan peneliti yang tidak didukung keahlian di dalam penelitian dan cara menggunakan metode, tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan atau kekeliruan yang terdapat dalam hasil penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu diungkapkan beberapa keterbatasan penelitian. Pertama, besarnya jumlah sampel penelitian adalah 80 siswa, yang hanya sebagian kecil atau hanya sekitar 30 % dari populasi terjangkau. Jumlah sampel yang demikian dapat memberikan pengaruh pada hasil yang diharapkan, karena dapat dikatakan kurang komprehensif. Namun demikian, penelitian ini tetap dilakukan karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
Kedua,
hasil penelitian ini hanya mengungkapkan keterampilan menulis
argumentasi siswa yang berkaitan dengan variabel kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan populasi terbatas pada siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta, dengan ukuran sampel yang relatif kecil, yakni 80 responden. Oleh karena itu, generalisasi kesimpulan penelitian hanya dapat digunakan terhadap populasi yang memiliki kriteria dan karakteristik yang sama dengan populasi penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, ukuran sampel dan wilayah populasi perlu diperbesar. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh informasi yang lebih banyak mengenai keterampilan menulis argumentasi siswa. Ketiga, tidak seperti pada tes kemampuan berpikir logis, validitas tes kemampuan menulis argumentasi tidak dapat diukur dengan teknik korelasi biserial, oleh karena memang bentuk nilai bukan merupakan nilai butir, sehingga kesahihan tes ini mungkin diragukan. Tetapi, teknik tersebut bukanlah satu-satunya teknik yang dapat digunakan. Dengan menggunakan pendekatan validitas konstruk, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab III, peneliti berharap kelemahan itu dapat dinetralisir. Keempat, sebagai penelitian survai yang sebagian datanya dikumpulkan dengan angket model skala Likert, seperti instrumen penelitian yang mengukur minat menulis siswa, instrumen penelitian semacam ini kurang mampu menjangkau aspekaspek kualitatif dari indikator-indikator yang diukur, selain
mengandung pula
kelemahan. Ini dapat dimaklumi, karena data yang diperoleh dari responden dengan cara self-report sebagaimana pengisian angket ini, memiliki keterbatasan, antara lain: kemauan untuk mengungkapkan semua keadaan pribadi yang sesungguhnya Dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
hal ini menyebabkan adanya kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban yang “baik-baik” saja atas butir pernyataan yang disediakan. Kondisi inilah yang membuat data minat menulis belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya, karena itu perlu ditafsirkan secara hati-hati. Untuk mengatasi hal itu, sebenarnya sudah diupayakan oleh peneliti dengan jalan menghimbau pada responden agar memberikan jawaban yang sejujurnya terhadap setiap butir pernyataan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Mengacu pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan di muka, hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil analisis korelasi sederhana antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi menunjukkan bahwa secara signifikan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis yang pertama untuk penelitian ini telah teruji kebenarannya. Ada hubungan positif ini memiliki makna bahwa makin baik kemampuan berpikir logis siswa, maka makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka (r y1 = 69, dengan sumbangan 47,61%). 2. Hasil analisis korelasi sederhana antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi juga menunjukkan bahwa secara signifikan ada hubungan positif antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis
kedua untuk penelitian ini juga telah teruji kebenarannya. Ada
hubungan positif berarti makin baik minat menulis siswa , maka makin baik pula keterampilan menulis argumentasi mereka (r y2 = 0,30, dengan sumbangan 9%). 3. Hasil analisis korelasi ganda antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi menunjukkan commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
bahwa secara signifikan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini pun juga telah teruji kebenarannya. Ada hubungan positif dimaknai bahwa makin baik kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, maka makin baik pula keterampilan menulis argumentasi siswa (R y.12 = 0,69, dengan sumbangan 47,61). Berdasarkan penelitian
yang
simpulan yang diuraikan di atas, maka ketiga hipotesis
diajukan
dapat
diterima
dan
teruji
kebenarannya
secara
empiris Dengan demikian kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara sendiri-sendiri
maupun
bersama-sama
memiliki
hubungan
positif
dengan
keterampilan menulis argumentasi. Apabila dilihat dari besar nilai sumbangan variabel bebas (prediktor) kepada variabel terikat (respons), diketahui bahwa kemampuan berpikir logis memberikan sumbangan atau kontribusi yang lebih besar daripada minat menulis mereka.
B. Implikasi Secara teoritis, penelitian ini berimplikasi bahwa keterampilan menulis argumentasi tidak akan muncul begitu saja, tetapi ditentukan oleh beberapa faktor; dan dua di antaranya ialah kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa. Hal ini berarti bahwa secara konseptual agar siswa memiliki keterampilan menulis argumentasi yang baik, yang ditandai dengan hasil tulisan mereka yang bermutu (baca: sesuai dengan indikator yang diukur) diperlukan adanya faktor pendukung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
(determinan) antara lain faktor kemampuan berpikir logis dan faktor minat menulis siswa. Selanjutnya dari implikasi teoritis tersebut dilahirkan implikasi praktis yang merupakan kebijakan pokok yang berbentuk usaha-usaha nyata bagaimana agar keterampilan menulis argumentasi siswa dapat ditingkatkan. Usaha-usaha tersebut adalah dengan jalan meningkatkan kemampuan berpikir logis dan minat menulis mereka.
Secara rinci beberapa implikasi kebijakan atau usaha nyata tersebut
diuraikan sebagai berikut. 1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis para siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain: a. Guru memberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup memadai tentang logika atau ilmu bernalar yang membahas tentang cara-cara atau kaidah berpikir secara tepat. Hal ini dilakukan dengan jalan menyampaikan materi logika tersebut di depan siswa di kelas pada saat mengajar topik menulis. b. Guru memberikan pelatihan-pelatihan penarikan simpulan secara deduktif dan induktif dengan jalan memberi tugas untuk menyusun paragraf yang kohesif dan koheren dengan menerapkan cara berpikir deduktif, dan induktif sehingga bila usaha ini dilakukan akan mendukung hasil tulisan argumentasi mereka. c. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menganalisis kembali terhadap organisasi tulisan yang dikembangkan oleh orang lain, dengan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
mencermati kembali apakah menggunakan penalaran deduktif, induktif, maupun gabungan keduanya. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu mengenal organisasi seluruh tulisan yang dikembangkan oleh penulis melalui bacaan.
2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Ada beberapa upaya yang bisa orang tua maupun guru dalam meningkatkan minat menulis siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain: a. Orang tua, wajib mengarahkan dan mengalihkan perhatian mereka (khususnya anak-anak) dari kegiatan menonton televisi ke kegiatan belajar menulis. Apalagi dengan dicanangkannya wajib belajar dengan cara mematikan pesawat televisi pada jam yang telah ditentukan. b. Orang tua juga harus berperan sebagai vasilitator, yaitu menyediakan bukubuku yang bertalian dengan seluk-beluk menulis serta kebutuhan lainnya untuk menopang aktivitas belajar menulis. c. Orangtua wajib menciptakan iklim dan suasana belajar yang baik di ruang belajar anak atau rumah, sehingga dengan iklim dan suasana belajar yang kondusif di rumah
diharapkan dapat membantu memotivasi anak dalam
belajar menulis. d. Orangtua perlu membiasakan pada anak untuk membuat tulisan yang baik dan mendidik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
e. Guru memberikan penjelasan dan petunjuk tentang arti penting kegiatan menulis agar mereka sadar dan terdorong untuk melakukan kegiatan menulis secara teratur, berencana, dan kontinyu. f. Guru menjelaskan strategi belajar yang efektif dan efisien. g. Guru memberi tugas kepada siswa untuk berlatih menulis dengan masalah atau topik tertentu yang diarahkan oleh gurunya. h. Guru menugasi siswa untuk membuat ringkasan
atas buku-buku bahasa
Indonesia yang menunjang kegiatan belajarnya. i. Guru memberi masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten (pengambil kebijakan dan pimpinan perpustakaan) mengenai buku atau bahan bacaan yang diperlukan siswa.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, berikut ini diusulkan saran-saran sebagai berikut. 1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis Guru hendaknya tidak langsung memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karangan bebas. Oleh karena itu, guru perlu merencanakan program menyusun tulisan atau karangan yang terarah, dan perlu diberikan kepada siswa pelatihan-pelatihan yang terkait dengan membuat tulisan yang terkendali. Salah satu wujud komposisi terarah itu adalah pemberian latihan menganalisis aspek-aspek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
karangan atau tulisan (misalnya, ejaan dan tanda baca atau pengorganisasian paragraf), tetapi dapat mencakupi beberapa aspek karangan sekaligus. Berhubung kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa dan keterampilan menulis argumentasi siswa masih jauh dari yang diharapkan, maka guru bahasa Indonesia hendaknya perlu mengembangkan ketiga bidang tersebut pada para siswa lewat bangku pendidikannya di sekolah, bilamana dirasakan perlu dibuat program kegiatan ekstrakurikuler untuk latihan ini. Guru bahasa Indonesia perlu lebih kreatif menyesuaikan teknik pengajarannya dengan kemampuan siswa sedemikian rupa sehingga teknik yang digunakan dapat diterima siswa, baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah. Hal ini diperlukan karena latar belakang siswa sangat beragam. Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa, guru bahasa Indonesia perlu memperhatikan aspek kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa secara bersama-sama, karena kedua aspek tersebut telah terbukti memiliki peran yang penting dalam menulis argumentasi. Dalam penelitian ini terbukti aspek kemampuan berpikir logis memberi sumbangan yang lebih daripada aspek minat menulis, untuk itu guru bahasa Indonesia perlu menciptakan kebiasaan pada siswa untuk berlatih menuangkan gagasan ke dalam tulisan dengan proses berpikir yang logis. Untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentasi, guru bahasa Indonesia, disarankan agar menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang dilangsungkan secara periodik dan berjenjang. Siswa perlu secara terus-menerus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
dimotivasi untuk mengikuti lomba tersebut. Dalam penyelenggaraan lomba diusahakan ada hadiahnya. Konsekuensi dari tindakan itu adalah guru bahasa Indonesia perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa. 2. Saran untuk Para Siswa Para siswa disarankan untuk meningkatkan pula aspek kemampuan berpikir logis dan minat menulis. Saran ini penting agar mereka bisa meningkatkan keterampilan menulisnya, khususnya menulis argumentasi dan menulis pada umumnya. Hal ini disadari bahwa hasil penelitian ini telah menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis dan minat menulis
memiliki hubungan yang positif
dengan keterampilan menulis argumentasi dan telah teruji kebenarannya di lapangan.
3. Saran untuk Peneliti yang Lain Kepada peneliti lain, adalah agar mereka mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas, sehingga aspek-aspek lain yang diduga memiliki hubungan dengan
keterampilan menulis argumentasi dapat
dideteksi secara komprehensif. Selain itu dapat pula memperluas wilayah penelitiannya, mungkin tingkat propinsi. Saran ini disampaikan karena hasil penelitian ini telah membuktikan secara empiris bahwa dua variabel bebas yang ditetapkan (dalam hal ini kemampuan berpikir logis dan minat menulis) memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan menulis argumentasi.
commit to user